Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH DASAR EPIDEMIOLOGI

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Disusun oleh: Kelompok 4 / B

1. Rizky Diana Nurmalasari ( I1A020014 )


2. Asri Deismawaranti ( I1A020018 )
3. Nungki Agnes Dwiana ( I1A020050 )
4. Ardhan Dhani Ramadhan ( I1A020056 )
5. Resti Septiani ( I1A020085 )

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan atas izin dan ridha Allah SWT yang telah
memberikan kami selaku penulis makalah untuk menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat
waktu tanpa ada kendala, hambatan, dan kurang satupun. Shalawat serta salam selalu tercurah
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir
zaman.

Makalah dengan judul Makalah Dasar Epidemiologi : Kejadian Luar Biasa dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Dasar Epidemiologi. pada isi makalah ini disampaikan tentang
pengertian KLB, kriteria KLB, klasifikasi KLB, macam- macam penyakit yang dapat
menimbuklan KLB, penanggulangan KLB, penyelidikan epidemiologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Devi Octaviana, S.Si., M.Kes, Siwi Pramatama
Mars Wijayanti, S.Si., M.Kes., Ph.D, Sri Nurlaela, SKM., M.Epid, dan Dwi Sarwani Sri Rejeki,
SKM., M.Epid., Ph.D selaku dosen mata kuliah Dasar Epidemiologi. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang diagnosis dan macam klasifikasi
penyakit. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah Dasar Epidemiologi : Kejadian Luar Biasa. Besar harapan
penulis agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Baik pembaca dari kalangan
mahasiswa kesehatan, mahasiswa fakultas selain kesehatan, dan masyarakat secara umum.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila terdapat salah penulisan atau
materi yang disampaikan. Mohon jika ada kritik. Saran. Atau penilaian bisa diberitahukan
kepada penulis. Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca
makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Purwokerto, 14 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definis Kejadian Luar Biasa..................................................................................9
B. Kriteria Kejadian Luar Biasa...............................................................................10
C. Klasifikasi Kejadian Luar Biasa..........................................................................13
D. Macam- macam penyakit yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa..........14
E. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.................................................................16
F. Penyelidikan Epidemiologi..................................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................23
B. Saran....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, keracunan makanan,


keracunan bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat karena dapat menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan
kematian yang besar, menyerap anggaran biaya besar Buek dalam upaya
penanggulangannya, berdampak pada sektor ekonomi, pariwisata serta
berpotensi internasional yang membutuhkan koordinasi dalam
penanggulangannya. menyebar luas lintas kabupaten/kota, propinsi
bahkan internasional yang membutuhkan koorinasi yang membutuhkan
koordinasi dalam penanggulangannya.

Diare, campak dan demam berdarah dengue merupakan jenis penyakit


yang sering menimbulkan KLB di Indonesia. Beberapa jenis KLB
mengalami penurunan seperti, diare, campak dan malaria, tetapi beberapa
jenis KLB penyakit lainnya justru semakin meningkat seperti demam
berdarah, keracunan makanan dan bahan berbahaya lainnya serta
munculnya KLB penyakit baru seperti SARŠ, HFMD, Hepatitis E dan
lain-lain. Demikian juga beberapa penyakit yang sudah dianggap tidak
menjadi masalah masyarakat timbul kembali seperti KLB difteri,
chikungunya, leptospirosis dan kolera.

KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan


dan kematian yang besar, yang juga berdampak pada pariwisata, ekonomi
dan social, sehingga membutuhkan perhatian dan penanganan oleh semua
pihak terkait. Kejadian-kejadian KLB perlu dideteksi secara dini dan
diikuti tindakan yang memperbesar risiko terjadinya KLB agar dapat
dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadap
kemungkinan KLB, dan oleh karena itu perlu diatur dalam pedoman
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.

Ancaman KLB penyakit tidak akan hilang tanpa tindakan dari tingkat
nasional maupun internasional. Suatu Negara harus meningkatkan dan
memiliki kemampuan dalam mendeteksi, menganalisis dan melaporkan
KLB. Indonesia yang telah meratifikasi IHR harus mengikuti dan
menjalankan aturan tersebut, sehingga Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia bekerja sama dengan WHO dan United States Center for
Disease Control and Prevention (US CDC) membangun suatu system
dalam deteksi dini danrespon terhadap penyakit potensial KLB. Sistem
ini dikenal dengan Early Warning Alert and Respone System (EWARS).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu KLB?

2. Apa saja kriteria KLB?

3. Apa saja karakteristik KLB?

4. Apa saja penyakit yang dapat menimbulkan KLB?

5. Bagaimana cara penanggulangan KLB?

6. Bagaimana cara penyelidikan epidemiologi?

C. Tujuan
1. Menetahui defininisi KLB dari berbagai sumber
2. Mengetahui macam-macam kriteria KLB
3. Mengetahu klasifikasi dari KLB.
4. Mengetahui macam-macam penyakit yang dapat menimbulkan
KLB
5. Mngetahui bagaimana cara penanggulangan KLB
6. Mengetahui bagaimana cara penyelidikan epidemiologi
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai bahan bacaan dan pembelajaran dan pengetahuan bagi
penulis selaku mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas
Jenderal Soedirman agar dapat memahami tentang Kejadian Luar Biasa.
2. Bagi Pembaca
Sebagai bahan bacaan dan pembelajaran bagi mahasiswa Jurusan
Kesehatan Masyarakat, Universitas Jenderal Soedirman agar dapat
memahami tentang Kejadian Luar Biasa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definis Kejadian Luar Biasa (KLB)


Istilah KLB dapat dikatakan wabah. Wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Definisi KLB menurut :
1. Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/sekelompok
masyarakat tertentu. (Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983,
Benenson, 1990).
2. Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada
tempat dan musim atau tahun yang sama. (Last, 1983).
3. Kejadian Luar Biasa (KLB) : adalah timbulnya suatu kejadian
kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. (Undang-Undang
Wabah, 1989).
4. Kejadian Luar Biasa (KLB) : timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakaitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjerumus pada terjadinya wabah. (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Pasal 1).

Sedangkan perbedaan definisi antara wabah dan KLB yaitu wabah


harus mencakup :

1. Jumlah kasus yang besar


2. Daerah yang luas
3. Waktu yang lebih lama
4. Dampak yang timbulkan lebih berat

B. Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)


Dalam pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1501/MENKES/PER/X/2010 dituliskan, suatu daerah dapat ditetapkan dalam
keadaan kejadian luar biasa, apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai
berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada
suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu
menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka
rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-
rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1
(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh
persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu
penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
A.
B.
C. Klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB)
1. Menurut penyebabnya KLB dapat digolongkan sebagai berikut
a. Toxin
1) Enterotoxin
misal yang dihasilkan Steptococcus aerus, Vibrio cholerae,
Eschorichia, Shigella.
2) Exotoxin 
misal yang dihasilkan oleh Costridium botullnum,
Clostridium pefringen
3) Endotoxin
b. Infeksi
1) Virus
2) Bakteria
3) Protozoa
4) Cacing 
c. Toxin Biologis
1) Racun Jamur
2) Afla toxin
3) Plankton
4) Racun ikan
5) Racun Tumbuh-tumbuhan
d. Toxin Kimia
1) Zat kimia organik : logam berat ( mis : air raksa , timah ),
logam-logam lain sianida dll
2) Zat kimia anorganik : nitrit, pestisida
3) Gas-gas beracun : CO, CO2, HCN dsb
2. Menurut sumbernya KLB dapat digolongkan sebagai berikut : 
a. Sumber dari manusia,
Misal jalan nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan,
hubungan seks, seperti brasal dari : Salmonella, Staphylococcus,
Streptococcus, Protozoa, Virus Hepatitis
b. Bersumber dari kegiatan manusia,
Misalnya : Toxin biologis dan kimia ( pembuatan tempe
bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan
ikan dengan racun ), jarum suntuk tidak steril.
c. Bersumber dari binatang
Misalnya : binatang peliharan, ikan, binatang mengerat, keracunan
ikan / plankton.
Contoh : Leptospira, Salmonella, Rabies, Cacing, dan parasit
lainnya,
d. Bersumber dari serangga
Misalnya : lalat, kecoa, dan sebagainya yangdi dalam serangga
tersebut mengandung : Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus,
nyamuk (dbd, filarial,malaria)
e. Bersumber dari udara dan air
Misal : Staphylococcus, Streptococcus Virus, vibrio, pencemaran
udara 
f. Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat
Misal : Salmonella
g. Bersumber dari air,
Misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella
h. Bersumber dari makanan / minuman,
Misalnya : keracunan singkong, jamur makanan dalam kaleng.

D. Macam- macam penyakit yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu
penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa
(KLB).Penyakit DBD sering menimbulkan kepanikan di masyarakat,
karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan
kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang
penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah.
Umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, pada tahun 1999
terjadi 21.134 kasus, tahun 2000 terjadi 33.443 kasus, tahun 2001
terjadi 45.904 kasus, tahun 2002 terjadi 40.377 kasus dan tahun 2003
terjadi 50.131 kasus dengan jumlah kematian 743 orang. Penyakit
DBD memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya, terlebih
terkait musim yang sulit diprediksi.
Dalam penanganan kasus DBD perlu melibatkan dan dukungan
semua sektor, baik pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta,
dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 3 M (menguras –
mengubur - menutup tempat penampungan air). Upaya lain yaitu
melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta melakukan
pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di rumah.

2. Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan, dimana sarana air bersih dan jamban yang tidak sehat
serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan
penyebab penyakit tersebut. Kasus diare dapat menyebabkan kematian
terutama pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB).
Pada tahun 2011 di Kabupaten Sambas terdapat 11.532 kasus
dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010.
Persentase diare ditemukan dan ditangani tahun 2011 adalah sebesar
22,75%. 
Dengan demikian program penyehatan lingkungan dan
kebersihan individu menjadi sangat penting untu mereduksi penyakit
diare ini.penyakit diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene
sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan
sehari–hari serta melibatkan kader dalam tatalaksana diare karena
dengan penanganan yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga,
maka diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat
yang dapat mengakibatkan kematian.

3. Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)


Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi
menahun (kronis) yang disebabkan oleh cacing mikrofilaria. Penyakit
ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran dan
kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat menetap (seumur
hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin, sehingga
dapat menimbulkan stigma sosial.
Di Indonesia kurang lebih 10 juta penduduk sudah terinfeksi
penyakit ini dengan jumlah penderita kronis (elephantiasis) kurang
lebih 6.500 orang. Di Kabupaten Sambas jumlah penderita kronis
filariasis berdasarkan laporan terdapat 82 kasus yang tersebar di 16
kecamatan. Penderita terbanyak di Kecamatan Sejangkung sebanyak
24 orang, Tekarang sebanyak 15 orang dan Sebawi sebanyak 17 orang.
Angka kesakitan penyakit filariasis tahun 2011 sebesar 16 per 100.000
penduduk.
Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan
memutus rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah
infeksi sekunder. Dalam upaya mencapai eradikasi Filariasis tahun
2020 (WHO), diperlukan alat/sarana yang sensitif untuk penegakan
diagnosis, sehingga penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan
tidak sampai menimbulkan kecacatan.

4. Gizi Buruk

Masalah gizi buruk masih menghantui Indonesia. Gizi buruk


nyatanya merupakan masalah nasional yang hingga kini belum
teratasi, bahkan di kota-kota besar sekalipun. Masalah gizi ini
meliputi stunting (kerdil), gizi buruk, dan obesitas.

Di awal tahun 2018, kabar gizi buruk dan campak datang dari
Asmat, Papua. Tercatat, 76 anak meninggal dunia akibat gizi buruk
dan juga campak. Pemerintah bahkan langsung mengkategorikan
kasus ini dalam KLB dan membentuk tim khusus yang turun langsung
ke Asmat.

5. Kolera
Kolera merupakan penyakit yang menular melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi bakteri. Kondisi ini biasanya
mewabah di daerah yang padat penduduk dan memiliki lingkungan
yang kotor.
Kolera ditandai dengan diare dengan tinja yang cair dan
berwarna pucat seperti air cucian beras. Diare yang dialami bisa
ringan, parah, ataupun malah tidak merasakan gejala sama sekali. Bila
penderita mengalami diare yang parah akibat kolera perlu segera
ditangani, karena menyebabkan dehidrasi yang berakibat fatal.
Kolera disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae. Bakteri
kolera hidup di alam bebas, terutama di lingkungan perairan seperti
sungai, danau, atau sumur. Sumber penyebaran utama bakteri kolera
adalah air dan makanan yang terkontaminasi bakteri kolera.
6. Penyakit Menular yg dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara penyakit-penyakit tersebut
ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau biasa disingkat dengan PD3I
(Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) antara lain
yaitu :
a. Diftery

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh


bakteri Corynebacterium diptheriae, yang ditandai dengan gejala
panas tinggi disertai pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-
abuan pada tenggorok yang tak mudah lepas dan mudah berdarah.
Penyakit ini sering kali menjadi penyebab kematian pada anak-
anak, namun penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3.

b. Tetanus dan tetanus Neinatum


Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium
tetani, terdiri dari Tetanus Neonatorum yaitu tetanus pada bayi
dan tetanus dengan riwayat luka. Berdasarkan laporan Bidang
PMK, bahwa tahun 2011 tidak ditemukan kasus Tetanus.
Kasus tetanus Neonatorum dapat dicegah dengan upaya
pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan
imunisasi tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil.
c. Campak
Penyakit Campak merupakan penyakit akut yang
disebabkan virus Measles yang disebarkan melalui
bersin/batuk dengan gejala awal yaitu demam, bercak
kemerahan, batuk-pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh.
Penyakit Campak sering menyebabkan kejadian luar biasa
(KLB), dimana kematian akibat campak pada umumnya
disebabkan komplikasi dengan penyakit lain seperti meningitis.

d. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit
tersebut bisa melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke
bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual.
Infeksi pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala dan
kalaupun ada biasanya adalah gangguan pada perut, lemah
dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan
menimbulkan cirrhosis hepatis(kanker hati) dan dapat
menimbulkan kematian

e. Pertusis
Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Bardetella pertusis yang ditandai dengan gejala batuk
beruntun dan disertai tarikan nafas hup yang khas serta disertai
muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3 bulan, sehingga sering
disebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering pada
malam hari.
E. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penanggulangan KLB adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta
rekonstruksi.Dalam melakukan penanggulangan bencana dibutuhkan strategi
atau tata cara guna menghidari kesalahan teknis dilapangan,maka dari itu
dibutuhkan program yang mencakup keseluruhan.Program penanggulangan
KLB adalah suatu proses menajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi
menjdi masalah kesehatan msyarakat.Pokok program penanggulangan KLB
adalah identifikasi ancman KLB secara nasional,provinsi dan
kabupaten/kota,upaya pencegahan terjadinya KLB dengan melakukan upaya
perbaikan kondisi rentan KLB,penyelenggaraan SKD-KLB dengan
melakukan upaya,kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya KLB dan
tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB yang cepat dan
tepat.Penanggulangan wabah dilakukan secara terpadu oleh
pemerintah,pemerintah daerah dan masyarakat. Upaya penanggulangan secara
dini dilakukan kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak
daerahnya memenuhi salah satu kriteria KLB.
Penanggulangan KLB/Wabah menurut Permenkes no
1501/MENKES/PER/X/2010 pasal 13 ayat (2) meliputi:
1. Penyelidikan epidemiologis. Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi
KLB bekerjasama dengan unit kesehatan terkait setempat, dapat
melakukan wawancara, pemeriksaan medis dan laboratorium terhadap
penderita, pemeriksaan orang-orang yang mendapat serangan
penyakit, pemeriksaan sumber-sumber penyebaran penyakit,
pemeriksaan data perawatan penderita di unitunit pelayanan kesehatan,
pemeriksaan data perorangan, sekolah, asrama, dan tempat-tempat
lainnya yang berhubungan dengan penyebaran penyakit dengan
memperhatikan etika pemeriksaan medis dan etika kemasyarakatan
setempat.
2. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan
karantina. Upaya pengobatan yang tepat terhadap semua penderita
yang ada di unit-unit pelayanan kesehatan dan di lapangan, upaya-
upaya pencegahan dengan menghilangkan atau memperkecil peran
sumber penyebaran penyakit atau memutuskan rantai penularan pada
KLB penyakit menular.
3. Pencegahan dan pengebalan. Upaya pencegahan tersebut dilakukan
jauh lebih awal yaitu mencegah agar KLB tidak terjadi, melalui Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB).
Penyelenggaraan SKDKLB secara jelas telah diatur dalam
PERMENKES No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistim Kewaspadaan Dini KLB
4. Pemusnahan penyebab penyakit.Upaya pemusnahan penyebab
penyakit harus dilakukan guna mengurasi angka insidensi
penyakit.Misalnya pada KLB demam berdarah pada suatu
daerah,maka upaya pemusnahan penyebab penyakitnya adalah dengan
melakukan fogging yang dapat membunuh jentik-jentik
5. Penanganan jenazah akibat wabah.Seperti yang diketahui bahwa
jenazah yang meninggal akibat suatu wabah atau KLB biasanya masih
membawa patogen-patogen yang dapat menularkan kepada orang
sehat yang berkontak langsung,maka dari itu untuk mengurangi angka
KLB penanganan jenazah akibat wabah juga harus dilakukn secara
baik dan sesuai dengan prosedur kesehatan yang berlaku.
6. Penyuluhan kepada masyarakat.Kejadian luar biasa sering kali
disebabkan oleh perilaku manusia atau host yang kurang
memperhatikan kesehatan lingkungan dan kesehatan dirinya,maka dari
itu pemerintah mengadakan banyak penyuluhan-penyuluhan yang
diharapkan dapat mengurangi angka insidensi kejadian penyakit yang
membesar dimasa yang akan datang sebagai slh satu wujud kegiatan
preventif dan promotif.

F. Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi adalah penyelidikan yang dilakukan untuk
mengenal sifat-sifat penyebab, sumber dan cara penularan serta faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya wabah. Dalam melakukan penyelidikan dan
penanggulangan KLB penyakit menular dan keracunan pangan dapat
dilaksanakan dengan beberapa tahapan. Tahapan tersebut dapat dilakukan
secara bersamaan, yang terpenting dalam tahapan kegiatan dipastikan memuat
seluruh unsur-unsur dalam pelaksanaannya. Tahapan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Menegakkan dan memastikn diagnosis
Diagnosis yang didasarkan atas pemeriksaan klinis saja mudah salah,
sering tanda atau gejala dari banyak penyakit adalah tidak begitu khas
untuk dapat menegakkan suatu diagnosis. Beberapa faktor penyulit lain
seperti banyak penderita tidak memperlihatkan sindroma yang khas bagi
penyakit mereka, serta dimungkinkan banyak serotipe darispesies
penyebab penyakit menular terdapat secara bersamaan di masyarakat.
Selanjutnya dapat ditetapkan orang-orang yang memenuhi kriteria/gejala
berdasarkan diagnosis lapangan dapat dikategorikan sebagai kasus,
sebaliknya orangorang yang tidak memenuhi kriteria/gejala dapat
dikeluarkan dari kasus.

2. Memastikan Terjadinya KLB


Penggambaran pola penyakit penting untuk memastikan terjadinya
KLB adalah pola musiman penyakit ( periode 12 bulan) dan kecederungan
jangka panjang (periode tahunan). Dengan demikian untuk melihat
kenaikan frekuensi penyakit harus dibandingkan dengan frekuensi
penyakit pada tahun yang sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun
berbeda. Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan apakah adanya
peningkatan kasus yang tengah berjalan memang benar-benar berbeda
dibandingkan dengan kasus yang "biasa" terjadi pada populasi yang
dianggap mempunyai risiko terinfeksi. Apabila insidens yang tengah
berjalan secara menonjol melebihi insidens yang "biasa", maka biasanya
dianggap terjadi KLB. Perbedaan-perbedaan kecil antara insidens yang
"biasa" dan yang tengah berjalan dapat menimbulkan ketidakpastian,
sehingga peneliti harus selalu waspada mencari kasuskasus baru yang
dapat memastikan dugaan adanya KLB

3. Menghitung jumlah kasus/angka insidens yang tengah berjalan


Apabila dicurigai terjadi suatu KLB, harus dilakukan penghitungan
awal dari kasus-kasus yang tengah berjalan (orang-orang yang infeksinya
atau keracunannya terjadi di dalam periode KLB) untuk memastikan
adanya frekuensi kasus baru yang "berlebihan". Pada saat penghitungan
awal itu mungkin tidak terdapat cukup informasi mengenai setiap kasus
untuk memastikan diagnosis. Konfirmasi hasil pemeriksaan penunjang
sering memerlukan waktu yang lama, oleh karena pada penyelidikan KLB
pemastian diagnostik ini sangat diperlukan untuk keperluan identifikasi
kasus dan kelanjutan penyelidikan ini maka pada tahap ini paling tidak
dibuat distribusi frekuensi gejala klinis.

4. Menggambarkan karakteristik KLB


KLB sebaiknya dapat digambarkan menurut variabel waktu, tempat
dan orang. Penggambaran ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
disusun hipotesis mengenai sumber, cara penularan, dan lamanya KLB
berlangsung.
a. variabel waktu.
Variasi kejadian kasus-kasus suatu penyakit dalam suatu
populasi menurut waktu biasanya disebut pola temporal penyakit
yang digunakan untuk menggambarkan pola temporal penyakit;
periode KLB, yang panjangnya bervariasi tergantung dari lamanya
KLB yang bersangkutan. Dari gambaran periode waktu insidens
suatu penyakit merupakan pertimbangan yang penting dalam
memastikan atau menyingkirkan adanya suatu KLB pada waktu
yang tengah berjalan dan dalam meramalkan periode- periode KLB
pada masa yang akan datang
b. variabel tempat.
'Spot map' dari kasus-kasus (Gambar 1) dibuat untuk
mengetahui adanya pola tertentu dalam distribusi kasus menurut
tempat. Dengan mempunyai alamat dari para kasus dan sebuah
peta dari daerah yang bersangkutan, dapat diletakkan titik atau
jarum pada peta untuk mewakili kasus dan menggambarkan
distribusinya menurut tempat tinggal
c. variabel orang.
Orang dapat digambarkan menurut sifat-sifat yang intern atau
yang diperoleh (seperti umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan,
status perkawinan), kegiatannya, jenis pekerjaan, hiburan, agama,
adat istiadat, dan sebagainya), keadaan tempat mereka hidup
(keadaan sosial, ekonomi dan lingkungan) dan menurut hal-hal
lainnya. Sifat, kegiatan dan keadaan ini adalah penting karena
sangat mempengaruhi siapa yang mempunyai risiko paling besar
untuk terkena infeksi tertentu atau mengalami gangguan kesehatan
lainnya.
5. Mengidentifikasikan Sumber dari Penyebab Penyakit dan Cara
Penularannya
Identifikasikan Sumber dari Penyebab Penyakit dan Cara
Penularannya Untuk mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
dibutuhkan lebih dari satu kali siklus perumusan dan pengujian
hipotesis. biasanya hipotesis dirumuskan sekitar penyebab penyakit
yang dicurigai, sumber infeksi, periode paparan, cara penularan, dan
populasi yang telah terpapar atau mempunyai risiko akan terpapar
Tujuan hipotesis adalah untuk memberikan dasar yang logis untuk
merencanakan dan melaksanakan berbagai penyelidikan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan penyelidikan KLB (penanggulangan
KLB) dapat tercapai. Hipotesis akan menyatakan bahwa sumber dan
cara penularan yang menghasilkan harapan distribusi kasus yang
paling mendekati distribusi yang diketahui adalah sumber dan cara
penularan yang sesungguhnya pada KLB ini. Sumber infeksi dan cara
(alat atau vektor) penularan dianggap telah diidentifikasikan secara
benar apabila hipotesis yang bersangkutan telah diuji dan ditemukan
benar.

6. Mengidentifikasikan Populasi yang Mempunyai Peningkatan Risiko


Infeksi
Apakah populasi yang mempunyai risiko telah diidentifikasikan
seluruhnya atau belum, dapat diketahui apabila salah satu dari dua kondisi
ini terjadi : kasus-kasus baru yang timbul dari sumbernya hanya terjadi
pada populasi yang diperkirakan mempunyai risiko tinggi, atau lebih baik
lagi, tindakan penanggulangan yang ditujukan khususnya kepada populasi
ini mencegah terjadinya kasus-kasus baru.

7. Melaksanakan Tindakan Penanggulangan


Tindakan penanggulangan yang kemudian dilaksanakan mungkin
ditujukan kepada salah satu atau semua dari hal-hal berikut (serta
lainnya) : sumber infeksi, sumber penularan, alat/cara penularan, orang-
orang rentan yang mempunyai risiko paparan tinggi. Tindakan
penanggulangan tertentu dapat dimulai sedini tahap diagnosis kasus.
Contohnya, pemberian globulin serum imun pada anggota keluarga kasus
Hepatitis A. Tindakan-tindakan lain dapat dimulai pada berbagai titik. Bila
menyangkut makanan tercemar, makanan itu dapat dimusnahkan.
Penerapan tindakan penanggulangan yang praktis dan efisien secara cepat
merupakan cara paling berharga untuk menilai keberhasilanpenyelidikan
epidemiologi.

8. Laporan Penyelidikan Kejadian Luar Biasa


Tujuan pokok dari laporan penyelidikan ialah untuk meningkatkan
kemungkinan agar pengalaman dan penemuan-penemuan yang diperoleh
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendesain dan menerapkan
teknik-teknik surveilans yang lebih baik serta tindakan pencegahan dan
penanggulangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang
Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan.

Wibowo, Trisno Agung. Investigasi Wabah. Diperoleh dari


http://www.kmk.ugm.ac.id.

Lesmana, Yuli.2019.”KLB (Kejadian Luar Biasa)”.


https://slideplayer.info/slide/13500412/.diakses pada 25 mei 2021.

www.sambas.go.id.2012.”Penyakit Potensi KLB (Kejadian Luar Biasa) / Wabah”.


https://www.idntimes.com/science/discovery/bayu-widhayasa/5-wabah-
penyakit-dengan-status-kejadian-luar-biasa-di-indonesia-exp-c1c2.diakses
pada 25 Mei 2021.

IDNTIMES.2019.”5 Wabah Penyakit dengan Status Kejadian Luar Biasa di


Indonesia.”
https://sambas.go.id/ragam-informasi/data-statistik/kesehatan/2691-penyakit-
potensi-klb.html.Diakses pada 25 Mei 2021.

Republik Indonesia.2010.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1501/MENKES?PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang
Dapat MenimbulknWabah Dan Upaya
Penanggulangan.https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/PERMENKE
S_1501_2010_JENIS_PENYAKIT_MENULAR_POTENSIAL_WABAH_DAN_
UPAYA_PENANGGULANGAN.pdf .Diakses pd 25 Mei 2021

Santoso,Hari.2005.Laporan Akhir Tim Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Wabah


Penyakit
Menular.https://bphn.go.id/data/documents/wabah_penyakit_menular.pdf .
Diakses pada 25 mei 2021

Dian Anggraeni,Nancy dkk.2017. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan


Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (Pedoman
Epidemiologi Penyakit).
https://dinkes.papuabaratprov.go.id/sitemap/download_materi/26 . Diakses
pada 25 Mei 2021

Anda mungkin juga menyukai