Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEJADIAN LUAR BIASA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Oselya Meidy Kombong J1A121175


2. Rangga Hardianto J1A121181
3. Reski Ramdana J1A121182
4. Sulistiawati J1A121206
5. Tommy Rahmad J1A121211
6. Werlin Mangago J1A121228

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayahnya serta inayahnya sehingga kami dapat
beraktifitas untuk menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Kejadian
Luar Biasa” ini walaupun banyak isi dari rangkuman yang kutip dari sumbernya.
Makalah ini berisi tentang “Kejadian Luar Biasa”. Kami berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB). Kami menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kendari, 4 Maret 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1. Defenisi Kejadian Luar Biasa (KLB).................................................................. 3
2.2. Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) ................................................................... 4
2.3. Tahapan Penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB)............................................ 5
2.4. Kebijakan Dalam Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) ........................ 7
BAB III............................................................................................................................. 12
PENUTUP ........................................................................................................................ 12
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 12
3.2. Saran ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar
biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini
menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon
terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat,
sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula.
Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan
ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di
lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB
yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil
langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global,
sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan
masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan
kejadian wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara
berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga
di negara-negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya
menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu
penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan
kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh
suatu penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian
yang mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara
umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan
yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat
menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan
keracunan lainnya. Penderita atau yang beresiko penyakit dapat menimbulkan
KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan yang merupakan semua

1
kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan.
Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu
dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB tersebut di samping
tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil penyelidikan epidemiologis
mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya
penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan
penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan
pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan
dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara
terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB
sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi Kejadian Luar Biasa (KLB)
2. Bagaimana Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)
3. Bagaimana Tahapan Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa
4. Bagaimana Kebijakan Dalam Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB)
1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Defenisi Kejadian Luar Biasa
2. Untuk Mengetahui Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)
3. Untuk Mengetahui Tahapan Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian
Luar Biasa
4. Untuk Mengetahui Kebijakan Dalam Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB)

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Kejadian Luar Biasa (KLB)
Defenisi dari KLB sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan, bahwa "Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat
KLB, adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau
kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah". Kemudian dijelaskan pula dalam ketentuan tersebut bahwa "wabah
penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah, adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka".
Pengertian Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut Departemen
Kesehatan RI (2004) adalah: "Timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah".
Wabah dan KLB memiliki perbedaan, meski ada kesamaan pada ciri-
ciri orang yang terkena, tempat dan waktunya. Untuk itu dalam
mendefinisikan KLB selalu dikaitkan dengan waktu, tempat, dan orang.
Selain itu terlihat bahwa definisi KLB ini sangat tergantung pada kejadian
(insidensi) penyakit tersebut sebelumnya. KLB dapat terjadi dalam lingkup:
1. Penyakit menular, misalnya diare, kolera, meningitis, flu burung, dan
lainnya.
2. Penyakit tidak menular, misalnya cedera/kecelakaan, intoksikasi bahan
berbahaya, bencana alam, gangguan kejiawaan dan lainnya.
Secara umum Kejadian Luar Biasa (KLB) berarti peningkatan secara
tiba-tiba. Secara epidemiologi, KLB berarti peningkatan secara tiba-tiba pada

3
frekuensi penyakit yang berkaitan dengan waktu, tempat dan populasi yang
diamati. Istilah KLB sering dikaitkan dengan sejumlah kasus yang secara
signifikan lebih tinggi daripada jumlah kasus yang diperkirakan sebelumnya
di wilayah tertentu selama periode waktu tertentu. Di luar peningkatan jumlah
kasus yang biasa, terdapat adanya indikasi KLB ketika paparan yang sama
(faktor risiko) menyebabkan sekelompok kasus (dua dan lebih kasus secara
bersamaan) dengan penyakit yang sama; jumlah kasus penyakit dalam suatu
cluster tidak harus lebih tinggi dari yang diharapkan.
2.2. Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, suatu derah dapat ditetapkan dalam keadaan
KLB apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut
jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah
per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

4
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
2.3. Tahapan Penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Secara teori ada beberapa tahapan dalam melakukan penyelidikan dan
penanggulangan KLB penyakit menular dan keracunan pangan. Tahapan ini
tidak harus sekuensial dalam arti satu kegiatan baru dapat dilaksanakan
setelah tahapan yang sebelumnya sudah selesai. Ada beberapa tahapan yang
dapat dilakukan secara bersamaan, yang terpenting dalam tahapan kegiatan
dapat dipastikan memuat seluruh unsur-unsur tersbeut. Tahapan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Menegakkan atau Memastikan Diagnosis
Untuk dapat membuat perhitungan kasus secara teliti guna
keperluan analisis di tahapan berikutnya maka menjadi penting sekali
untuk memastikan diagnosis dari kasus-kasus yang dilaporkan
sehubungan dengan KLB yang dicurigai.
b. Memastikan Terjadinya KLB
Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan adanya peningkatan
kasus yang tengah berjalan memang benar-benar berbeda dibandingkan
dengan kasus yang biasa terjadi pada populasi yang dianggap
mempunyai risiko terinfeksi. Apabila insidens yang tengah berjalan
secara menonjol melebihi insidens yang biasa, maka biasanya dianggap
terjadi KLB. Perbedaan-perbedaan kecil antara insidens yang biasa dan
tengah berjalan dapat menimbulkan ketidakpastian, sehingga peneliti
harus selalu waspada mencari kasus-kasus baru yang dapat memastikan
dugaan adanya KLB.
c. Menghitung Jumlah Kasus/Angka Insidens yang Tengah Berjalan
Apabila dicurigai terjadi suatu KLB, harus dilakukan perhitungan
awal dari kasus-kasus yang tengah berjalan (orang-orang yang infeksinya
atau keracunannya terjadi didalam periode KLB) untuk memastikan
adanya trekuensi kasus baru yang berlebihan pada saat perhitungan awal

5
itu mungkin tidak terdapat cukup informasi mengenai setiap kasus-kasus
untuk memastikan diagnosis. Dalam keadaan ini, yang paling baik
dilakukan adalah memastikan bahwa setiap kasus benar-benar memenuhi
kriteria kasus yang telah ditetapkan.
d. Menggambarkan Karakteristik KLB
Seperti disebutkan diatas, KLB sebaiknya dapat digambarkan
menurut variabel waktu, tempat dan orang. Penggambaran ini harus
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat disusun hipotesis mengenai
sumber, cara penularan, dan lamanya KLB berlangsung. Untuk dapat
merumuskan hipotesis-hipotesis yang diperlukan informasi awal yang
dikumpulkan dari kasus-kasus harus diolah sedemikian rupa sehingga
dapat menjawab pertanyaann-pertanyaan yang berkaitan dengan ketiga
variabel tersebut.
e. Mengidentifikasikan Sumber dari Penyebab Penyakit dan Cara
Penularannya
Untuk mengidentifikasikan sumber dan cara penularan dibutuhkan
lebih dari satu kali siklus perumusan dan pengujian hipotesis. Untuk
keperluan kita, suatu hipotesis adalah suatu pernyataan, dugaan yang
terbaik dari peneliti dengan menggunakan informasi yang tersedia yang
menjelaskan terjadinya suatu peristiwa.
f. Mengidentifikasikan Populasi yang Mempunyai Peningkatan Risiko
Infeksi
Apabila sumber dan cara penularan telah dipastikan, maka orang-
orang yang mempunyai risiko paparan yang meningkat harus ditentukan,
dan tindakan-tindakan penanggulangan serta pencegahan yang sesuai
harus dilaksanakan. Siapa yang sesungguhnya mempunyai risiko
paparan meningkat tergantung pada penyebab penyakit, sifat sumbernya,
cara penularannya, dan berbagai ciri-ciri orang-orang rentan yang
meningkatkan kemungkinannya terpapar.
g. Melaksanakan Tindakan Penanggulangan

6
Tindakan penanggulangan tertentu dapat dimulai sedini tahap
diagnosis kasus. Penerapan tindakan penanggulangan yang praktis dan
efisien secara tepat merupakan cara paling berharga untuk menilai
keberhasilan penyelidikan epidemiologi.
2.4. Kebijakan Dalam Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penanggulangan KLB diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular, PERMENKES No. 949 Tahun 2004
tentang Pedoman Penyelenggaraan SKD KLM dan PP No. 25 Tahun 2000
Tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Provinsi Sebagai Daerah
Otonom yang Berpengaruh Terhadap Penyelenggaraan Penanggulangan
KLB atau Wabah serta Peraturan terkait lainnya yang berhubungan dengan
SKD KLB. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 949/MENKES/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD - KLB) yang dimaksud
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau
kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi. Program penanggulangan
KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penanggulangan KLB dilaksanakan dengan adanya SKD - KLB yang
memiliki tujuan umum yaitu terselenggaranya kewaspadaan dan
kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB. Serta memiliki tujuan
khusus yaitu:
1. Identifikasi atau Kajian Epidemiologi Ancaman KLB
Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka dilakukan kajian
secara terus menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit
berpotensi KLB dengan menggunakan kajian:
a. Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB,
b. Kerentanan masyarakat seperti status gizi yang buruk, imunisasi tidak
lengkap, personal hygieneyang buruk dll,
c. Kerentanan lingkungan seperti sanitasi dan lingkungan yang jelek,

7
d. Kerentanan pelayanan kesehatan seperti sumberdaya, sarana dan
prasarana yang rendah atau kurang memadai,
e. Ancaman penyebaran penyakitberpotensi KLB dari daerah lain,
f. Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.
2. Peringatan Kewaspadaan Dini KLB
Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan
KLB pada daerah tertentu dibuat untuk jangka pendek (periode 3 - 6 bulan
yang akan datang) dan disampaikan kepada semua unit terkait di Dinkes
Kab/Kota, Provinsi dan Depkes RI, sektor terkait dan masyarakat sehingga
mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB di
unit pelayanan kesehatan dan program terkait serta peningkatan
kewaspadaan masyarakat perorangan dan kelompok. Peringatan
kewaspadaan dini KLB dapat juga dilakukan terhadap penyakit berpotensi
KLB dalam jangka panjang (periode 5 tahun yangakan datang) agar terjadi
kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat dijadikan acuan perumusan
perencanaan strategis program penanggulangan KLB
3. Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB
Kewaspadaan dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap KLB
meliputi peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini kondisi rentan
KLB, peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB,
penyelidikan epidemiologi adanya dugaan KLB, kesiapsiagaan
menghadapi KLB dan mendorong segera dilaksanakan tindakan
penggulangan KLB
a. Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB.
Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan
terhadap timbulnya kerentanan masyarakat, lingkungan, perilaku dan
pelayanan kesehatan terhadap KLB dengan menerapkan cara--cara
surveilans epidemiologi atau Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
kondisi rentan. Hal ini dapat dilakukan dengan:
1) Identifikasi kondisi rentan KLB, secara terus - menerus
perubahan kondisi lingkungan, kualitas dan kuantitas pelayanan

8
kesehatan, kondisi status kesehatan masyarakat yang berpotensi
menimbulkan KLB di daerah,
2) Pemantauan wilayah setempat kondisi rentan KLB. Setiap sarana
pelayanan kesehatan merekam data perubahan kondisi rentan
KLBmenurut Desa/Kelurahan atau lokasi tertentu lainnya,
menyusun tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB. Setiap
kondisi rentan KLB dianalisis terus - menerus dan secara
sistematis untuk mengetahui secara dini adanya ancaman KLB,
3) Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB. Penyelidikan tersebut
dapat dilakukan: Di sarana kesehatan secara aktif mengumpulkan
informasi kondisi rentan KLB dari berbagai sumber termasuk
laporan perubahan kondisi rentan oleh masyarakat,perorangan
atau kelompok; Di Sarana kesehatan petugas meneliti dan
mengkaji data kondisi rentan KLB, data kondisi kesehatan
lingkungan dan perilaku masyarakat, status kesehatan
masyarakat, status pelayanan kesehatan; Petugas kesehatan
mewawancarai pihak - pihak terkait yang patut diduga
mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB; Mengunjungi
daerah yangdicurigai terdapat perubahan kondisi rentan
b. Deteksi Dini KLB.
Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya
KLB dengan mengidentifikasi kasus berpotensi KLB, pemantauan
wilayah setempat terhadap penyakit-penyakit berpotensi KLB dan
penyelidikan dugaan KLB:
1) Identifikasi kasus berpotensi KLB. Setiap kasus berpotensi KLB
yang datang ke UPK diwawancarai kemungkinan adanya
penderita lain disekitar tempat tinggal kemudian dilanjutkan
dengan penyelidikan kasus.
2) PWS penyakit berpotensi KLB. Setiap UPK melakukan analisis
adanya dugaan peningkatan penyakit dan faktor risiko yang
berpotensi KLB diikuti penyelidikan kasus.

9
3) Penyelidikan dugaan KLB. Penyelidikan dugaan KLB dilakukan
dengan cara: Di UPK setiap petugas menanyakan kepada setiap
pengunjung UPK tentang kemungkinan adanya
peningkatansejumlah penderita yang diduga KLB pada lokasi
tertentu; Di UPK setiap petugas meneliti register rawat jalan dan
rawat inap khususnya yang berkaitan dengan alamat penderita,
umur dan jensis kelamin atau karakteristiklain; Petugas kesehatan
mewawancarai kepala desa atau pihak yang terkait yang
mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya peningkatan
kasus yang diduga KLB; Membuka pos pelayanan di lokasi
yangdiduga terjadi KLB; Mengunjungi rumah - rumah penderita
yang dicurigai memunculkan KLB
c. Deteksi Dini KLB melalui Pelaporan Kewaspadaan KLB oleh
Masyarakat
Perorangan dan organisasi yang wajib membuat laporan
kewaspadaan KLB antara lain: Orang yang mengetahui adanya
penderita atau tersangka penderita penyakit berpotensi KLB; Petugas
kesehatan yang memeriksa penderita yangberpotensi KLB; Kepala
instansi yangterkait seperti kepala pelabuhan, kepala stasiun kereta
api, kepala bandara udara dll serta UPK lainnya; Nahkoda kapal, pilot
dan sopir
d. Kesiapsiagaan Menghadapi KLB.
Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap SDM,
sistem konsultasi dan referensi, sarana penunjang, laboratorium dan
anggaran biaya, strategi dan tim penanggulangan KLB serta jejaring
kerja tim penanggulangan KLB Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat
4. Tindakan Penaggulangan KLB yang Cepat dan Tepat
Setiap daerah menetapkan mekanisme agar setiap kejadian KLB
dapat terdeteksi dini dan dilakukan tindakan penanggulangan dengan cepat
dan tepat, melalui:

10
a. Advokasi dan Asistensi Penyelenggaran SKD - KLB, untuk menjaga
kesinambungan penyelenggaraan dengan kinerja yang tinggi.
b. Pengembangan SKD - KLB Darurat, untuk menghadapi ancaman
terjadinya KLB penyakit tertentu yang sangat serius dapat
dikembanghkan dan atau ditingkatkan SKD - KLB penyakit tertentu
dalam periode waktu terbatas dan wilayah terbatas.

11
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya
atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna
secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
tTahapan-tahapan penyelidikan Kejadian Luar Liasa (KLB) yakni
menegakkan atau memastikan diagnosis, memastikan terjadinya klb,
menghitung jumlah kasus/angka insidens yang tengah berjalan,
menggambarkan karakteristik KLB, mengidentifikasikan sumber dari
penyebab penyakit dan cara penularannya, mengidentifikasikan populasi
yang mempunyai peningkatan risiko infeksi, melaksanakan tindakan
penanggulangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
949/MENKES/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD - KLB) yang dimaksud
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau
kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi. Program penanggulangan
KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
3.2. Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena
keterbatasan sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih
bersifat umum, oleh karena itu saya harapkan agar pembaca bisa mencari
sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang saya buat,
guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

ALIMUDDIN, ANSOR (2019) STUDI KASUS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


CAMPAK DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS PIJORKOLING KOTA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019. Master thesis, Institut Kesehatan
Helvetia.
Sarmin, Syahruni (2015) Pengaruh Pelaksanaan Program Siatem Kewaspadaan
Dini Dan Respon (SKDR) Terhadap Pengendalian Kasus Diare Akut Di
Puskesmas Kabupaten Takalar Tahun 2015. Undergraduate (S1) thesis,
UIN Alauddin Makassar.
Sulistyowati, S. (2016). KLASIFIKASI DATA KEJADIAN LUAR BIASA CAMPAK
MENGGUNAKAN METODE DECISSION TREE C4. 5. JIKO (Jurnal
Informatika dan Komputer), 1(1).
Sulastien, H., Sudariani, P., & Prasetya, Y. (2022). BUKU AJAR KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT. Mataram: Guepedia.

13

Anda mungkin juga menyukai