Anda di halaman 1dari 26

Makalah Wabah dan Kejadian Luar Biasa

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu kesehatan masayarakat

Dosen pengampu : Drs. H. Kusnadi Tisnahardja, MB.MM

Oleh :

Alysha Febiana

018.201.1.001

Universitas Bhakti Kencana Subang


Fakultas Ilmu kesehatan Prodi D III Kebidanan Tahun 2020/2021
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 15A, Dangdeur, Kec. Subang, Kabupaten Subang jawa barat 41211
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik,
hidayah, serta inayahnya sehingga kami dapat nyelesaikan makalah tentang
“wabah dan kejadian luar biasa” dengan tepat waktu.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
ilmu kesehatan masayarakat, dan kami harap makalah ini dapat bermanfaat, baik
untuk kami pribadi maupun pembaca.

Untuk itu saran dan kritik kami harapkan berkenaan dengan pembuatan
makalah ini demi kesempurnaannya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.

Subang, 11 juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………..……. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 4

1.1 Latar Belakang……………………………………………. 4


1.2 Rumusan masalah................................................................ 6
1.3 Tujuan……………………………………………………… 7
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….. 8
2.1 Wabah.................................................................................... 8
2.2 Definisi kejadian luar biasa (KLB)..................................... 14

BAB III PENUTUP........................................................................... 24

3.1 Kesimpulan……………………………………………….... 24
3.2 Saran……………………………………………………….. 25

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa
yang lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu
tertentu di area tertentu atau diantara kelompok tertentu. Disebuah fasilitas
pelayanan kesehatan dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika
aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu isolate microbial atau
kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang
signifikan dari jumlah biasanya.
Ketika dokter mendiagnosa suatu penyakit yang tidak biasa, ketika dokter,
perawat, atau petugas laboraturium yang menyadari terjadinya serangkaian
kluster kasus. Kluster kasus adalah kelompok kasus penyakit atau peristiwa
kesehatan lain yang terjadi dalm rentang waktu dan tempat yang berdekatan. 
Didalam sautu kluster banyaknya kasus yang dapat atau tidak dapat melebihi
jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak
diketahui. Karena rate endemic penyakit nosokomial, cedera, dan kejadian
yang merugikan lainnya berbeda untuk masing-masing fasilitas pelayanan
kesehatan, hanya ada sedikit criteria pasti untuk menentukan kepada yang
diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah yang potensial atau memulai
investigasi.
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak,
yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan
lingkup global (pandemi).
Indonesia merupakan Negara yang masih memiliki angka kejadian luar
biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini
menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon
terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat,
sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula.
Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan

4
ke lapangan. Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di
lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB
yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil
langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global,
sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan
masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian
wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang
dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-
negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya
menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu
penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan
kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh
suatu penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian
yang mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara
umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan
yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat
menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan
keracunan lainnya. Penderita atau yang beresiko penyakit dapat menimbulkan
KLB dapat diketahui jika dilakukan pengamatan yang merupakan semua
kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan.
Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu
dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan KLB tersebut di samping
tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil penyelidikan epidemiologis
mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya
penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan
penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan

5
pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan
dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara
terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB
sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009).
Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta
PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
mengatur agar setiap wabah penyakit menular atau situasi yang dapat
mengarah ke wabah penyakit menular (kejadian luar biasa – KLB) harus
ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.
Dalam pasal 14 Permenkes Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 disebutkan
bahwa upaya penanggulangan KLB dilakukan secara dini kurang dari 24 (dua
puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya KLB. Oleh karena itu disusun
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penyakit Menular dan Keracunan Pangan sebagai pedoman bagi pelaksana
baik di pusat maupun di daerah. Diperlukan program yang terarah dan
sistematis, yang mengatur secara jelas peran dan tanggung jawab di semua
tingkat administrasi, baik di daerah maupun di tingkat nasional dalam
penanggulangan KLB di lapangan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat
mencapai hasil yang optimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wabah?
2. Apa saja bentuk wabah menurut cara transmisinya?
3. Bagaimanakah penanggulangan wabah dan apa tujuannya?
4. Bagaimana sejarah investigasi wabah?
5. Bagaimana langkah-langkah investigasi wabah?
6. Apakah tujuan dari penyelidikan terhadap wabah?
7. Apa definisi dari kejadian luar biasa (KLB) ?

6
8. Bagaimana karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi kejadian luar
biasa (KLB) ?
9. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian luar
biasa (KLB) ?
10. Bagaimana penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan
prosedurnya ?
11. Bagaimana penyidikan kejadian luar biasa (KLB) ?
12. Bagaimana pelaporan kejadian luar biasa (KLB) ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah epidemiologi dan untuk menambah wawasan penulis
khususnya pengetahuan tentang wabah penyakit.
2. Untuk mengetahui definisi kejadian luar biasa.
3. Untuk mengetahui karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi kejadian
luar biasa.
4. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian
luar biasa.
5. Untuk mengetahui penanggulangan kejadian luar biasa dan prosedurnya.
6. Untuk mengetahui penyidikan kejadian luar biasa.
7. Untuk mengetahui penyusunan laporan kejadian luar biasa.

7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wabah
1. Definisi wabah menurut beberapa pendapat :
a. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat,
menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
b. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (1981)
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
terjangkit .
c. Undang-undang RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
d. Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada 
penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang
biasa.
e. Last 1981
Wabah adgalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat,
dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan,
yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.
2. Bentuk Wabah
Pengertian wabah dalam bidang epidemiologi modern pada saat ini
lebih ditekankan pada konsep prevalensi yang berlebihan dan tidak selalu
menyangkut pada penyakit menular, walaupun demikian sesuai dengan
prioritas masalah kesehatan di Indonesia yang dimaksudkan dengan wabah

8
dalam pengertian oleh Depkes RI hamper selalu adalah wabah penyakit
menular.
Menurut cara transmisinya wabah dibedakan atas:
a. Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle
epidemic)
b. ingesti bersama makanan dan minuman,misal : salmonellosis
c. inhalasi bersama udara pernapasan,misal: demam Q (di lab)
d. inokulasi melalui intravena atau subkutan,misal : hepatitis serum.
e. Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu
(epidemics propagated by serial transfer from host to host).
f. penjalaran melalui rute pernapasan (campak),rute anal-oral
(shigellosis), rute genitalia (sifilis), dsb.
g. Penjalaran melalui debu
h. Penjalaran melalui vektor (serangga dan atropoda)
3. Penanggulangan Wabah
Upaya penaggulangan wabah meliputi :
a. Penyelidikan epidemiologis
b. Mengetahui sebah-sebab penyakit wabah
c. Menemukan factor penyebab timbulnya wabah
d. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah
e. Menemukan cara penanggulangan
Mengadakan penyelidikan epidemiologis dengan melakukan
kegiatan :
a. Pengumpulan data morbiditas dan mortalitas penduduk
b. Pemeriksaan klinis, fisik, lab, dan penegakan diagnosis
c. Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan terhadap makhluk hidup
dan benda-benda yang ada dalam suatu wilayah yang diduga
mengandung penyebab penyakit wabah.
d. Pemeriksaan, pengobatan, perwatan, dan isolasi penderita termasuk
tindakan karantina

9
e. Memberikan ertolongan medis pada penderita agar sembuh dan
mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penular
f. Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi
mengandung penyakit menular
g. Pencegahan dan pengebalan, adalah tindakan-tindakan yang dilakukan
untuk memberikan perlindungan kepada orang-orang yang belum
sakit tapi mempunyai resiko terkena penyakit.
h. Pemusnahan penyebab penyakit, dilakukan terhadap ;
i. Bibit penyakit/kuman
j. Hewan, tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab
penyakit.
k. Penanganan jenazah akibat wabah. Penanganan jenazah yang
kematiannya diakibatkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah
atau jenazah yang merupakan sumber penyakit yang dapat
menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis
penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama dan harkatnya sebagai
manusia. Penanganan secara khusus meliputi :
l. Pemeriksaan kesehatan oleh pejabat kesehatan
m. Perlakuan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang
digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.
n. Penyuluhan kepada masyarakat, adalah kegiatan komunikasi yang
bersifat persuasive edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan
wabah agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit.
o. Upaya penanggulangan lainnya, : tindakan khusus untuk masing-
masing penyakit

Upaya penanggulangan wabah tersebut dilaksanakan dengan


memperhatikan kelestarian lingkungan hidup serta mengikutsertakan
masyarakat secara aktif. Dalam upaya penanggulangan wabah ini harus
mempertimbangkan keadaan masyarakat setempat. Dengan demikian

10
diharapkan upaya penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari
masyarakat.

4. Tujuan pokok penanggulangan wabah


a. Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan
pengobatan
b. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak
bertambah banyak dan wabah tidak meluas ke daerah lain
Masalah wabah dan penanggulangannya tidak berdiri sendiri, tetapi
merupakan bagian dari upaya kesehatan nasional yang berkaitan dengan
sector non kesehatan serta tidak lepas dengan keterpadua pembangunan
nasional.
Karantina adalah isolasi orang atau hewan yang terjangkit penyakit
(tersangka terjangkit penyakit) untk mencegah penjalaran penyakit lebih
lanjut.
Tindakan karantina adalah tindakan terhadap kapal dan pesawat udara
beserta isinya dan daerah pelabuhan untuk mencegah berjangkitnya dan
menjalarnya penyakit karantina.
Tujuan karantina adalah menolak dan mencegah keluar dan masuknya
penyakit karantina dengan sarana angkutan darat, laut dan udara.
5. Sejarah Investigasi Wabah
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya
penemuan kuman kolera oleh John Snow sehingga ia terkenanl dengan
metode investigasi wabah kolera di London (1854).
6. Langkah-langkah melakukan investigasi wabah
a. Konfimasi / menegakkan diagnose
1) Definisi kasus
2) Klasifikasi kasus dan tanda klinik
3) Pemeriksaan laboratorium

11
b. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan
1) Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah
ditentukan tentang KLB
2) Bandingkan dengan incidende penyakit itu pada
minggu/bulan/tahun sebelumnya
c. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat
dan orang
1) Kapan mulai sakit (waktu)
2) Dimana mereka mendapat infeksi (tempat)
3) Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll)
d. Rumuskan suatu hipotesa sementara
1) Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi
penderita (pattern of disease)
2) Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut
e. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji
hipotesis :
1) Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi
2) Kembangkan dan buatkan check list.
3) Lakukan survey dengan sampel yang cukup
f. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan
1) Lakukan wawancara dengan :
a) Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)
b) Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik
mengenaiwaktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi mereka
tidak sakit (control)
2) Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya
3) Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan
faktor yang ikut berperan
4) Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium
g. Buatlah analisa dan interpretasi data
1) Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan

12
2) Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi
3) Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan
grafik-grafik yang diperlukan
4) Terapkan test statistic
5) Interpretasi data secara keseluruhan
h. Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan
1) Lakukan uji hipotesis
2) Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :
a) Sesuai dengan sifat penyebab penyakit
b) Sumber infeksi
c) Cara penularan
d) Faktor lain yang berperan
i. Lakukan tindakan penanggulangan
1) Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.
2) Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang
berhubungan.
3) Tentukan cara pencegahan dimasa akan dating
j. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut
1) Pendahuluan
2) Latar Belakang
3) Uraian tentang penelitian yang dilakukan
4) Hasil penelitian
5) Analisis data dan kesimpulan
6) Tindakan penanggulangan
7) Dampak-dampak penting
8) Saran rekomendasi
7. Tujuan penyelidikan terhadap wabah
a. Tujuan umum penyelidikan KLB / wabah
1) Upaya penanggulangan dan pencegahan
2) Surveilans ( lokal, nasional, dan internasional )
3) Penelitian

13
4) Pelatihan
5) Menjawab keingintahuan masyarakat
6) Pertimbangan program
7) Kepentingan politik dan hokum
8) Kesadaran masyarakat
b. Tujuan khusus penyelidikan KLB / wabah
1) Memastikan diagnose
2) Memastikan bahwa terjadi KLB/ wabah
3) Mengidentifikasi penyebab KLB
4) Mengidentifikasi sumber penyebabe) Rekomendasi : cepat dan
tepat
5) Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan
periode KLB, serta tempat terjadinya KLB (variabel orang, waktu
dan tempat)
2.2 Definisi kejadian luar biasa (KLB)
1. Definisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang
diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya
suatu wabah penyakit.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa
dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu.
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah
penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989,
maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24
jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah
adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat,
yang jumlah penderita nyameningkat secara nyata melebihi dari keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan

14
malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secarad ini,
dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan
lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari system ini
adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik
laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen
A., 2003).
Badan Litbangkes berkerjasama dengan Namru telah
mengembangkan suatu system surveilans dengan menggunakan
teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning
Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu system
jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk
menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di
seluruh Indonesia kepusat EWORS secara cepat (BadanLitbangkes,
Depkes RI). Melalui system ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat
diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit
dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS
telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi
jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian
dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003).
Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu munculnya penyakit di luar
kebiasaan (base line condition) yang terjadi dalam waktu relatif singkat
serta memerlukan upaya penanggulangan secepat mungkin, karena
dikhawatirkan akan meluas, baik dari segi jumlah kasus maupun wilayah
yang terkena persebaran penyakit tersebut. Kejadian luar biasa juga
disebut sebagai peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada eksternal normal di suatu area atau kelompok tertentu, selama
suatu periode tertentu. Informasi tentang potensi KLB biasanya datang
dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks),
keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi
informasi tentang potensi KLB bisa juga berasal dari petugas kesehatan,

15
hasil analisis atau surveilans, laporan kematian, laporan hasil
pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (Tamher. 2004).
Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia
dicantumkan Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit
potensial wabah :
1. Kholera
2. Pertusis
3. Pes
4. Rabies
5. Demam Kuning
6. Malaria
7. Demam Bolak-balik
8. Influenza
9. Tifus Bercak wabah
10. Hepatitis
11. DBD
12. Tifus perut
13. Campak
14. Meningitis
15. Polio
16. Ensefalitis
17. Difteri
18. Antraks
Pengertian kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
dalam kurun waktu dan daerah tertentu.
Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
 Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut
kronis ataupun penyakit non infeksi.

16
 Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk
menentukan jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB.
Hal ini selain karena jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan
agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan bervariasi
menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang
berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan
penyakit tersebut sebelumnya.
 Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat
dipakai untuk menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan,
kabupaten atau meluas satu propinsi dan Negara. Luasnya daerah
sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut.
 Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi.
KLB dapa terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu
atau beberapa bulan maupun tahun.
Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa KLB
atau wabah adalah terjadinya peningkatan jumlah masalah kesehatan di
masyarakat (terutama penyakit) yang menimpa pada kelompok
masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan dalam periode waktu
tertentu.
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes
1501 Tahun 2010 adalah :
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak
ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun
waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau
minggu menurut jenis penyakitnya.

17
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan duakali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1
(satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh
persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu
penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada
satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding
satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
2. Karakteristik Penyakit Yang Berpotensi KLB
a. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara
cepat.
b. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
c. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
d. Terjadi di daerah dengan padat hunian.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa
(KLB)
a. Herd Immunity Yang Rendah
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
KLB/Wabah adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan
bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian
penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat
disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi
tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut.
Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi
penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya
hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.

18
Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd
immunity untuk menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap
penyakit tergantung pada:
1) Proporsi penduduk yang kebal,
2) Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan
3) Kebiasaan hidup penduduk.
Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk
mengetahui bahwa menghindarkan terjadinya epidemi tidak perlu
semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan
90%-95% penduduk kebal.
b. Patogenesitas
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada
pejamu sehingga timbul sakit.
c. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi
mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme
tersebut.(Notoatmojo, 2003)
4. Penyakit-Penyakit Berpotensi Wabah/KLB
a. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow
Fever.
b. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu
cepat/mempunyai mortalitas tinggi & penyakit yang masuk
program eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera :
DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare, Pertusis,
Poliomyelitis.
c. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit
penting : Malaria, Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis,
Typhus abdominalis, Meningitis, Keracunan, Encephalitis,
Tetanus.

19
d. Tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi Penyakit-penyakit
menular yang masuk program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa,
Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis, dll.
5. Penggolongan KLB Berdasarkan Sumber
a. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tinja, tangan,
urine, dan muntahan. Seperti : Salmonella, Shigela, Staphylococus,
Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
b. Sumber dari kegiatan manusia : penyemprotan (penyemprotan
pestisida), pencemaran lingkungan,penangkapan ikan dengan
racun, toxin biologis dan kimia.
c. Sumber dari binatang : binatang piaraan, ikan dan binatang
pengerat.
d. Sumber dari serangga : lalat (pada makanan) dan kecoa. Misalnya :
Salmonella, Staphylococus, Streptoccocus.
e. Sumber dari udara, air, makanan atau minuman (keracunan). Dari
udara, misalnya Staphylococus, Streptoccocus, Virus, Pencemaran
Udara. Pada air, misalnya Vibrio cholerae, Salmonella. Sedangkan
pada makanan, misalnya keracunan singkong, jamur, makan dalam
kaleng.
6. Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya
penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan
Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan
dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan
untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa
pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap
tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan
status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi

20
terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang
telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk
penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes
Kota Surabaya, 2002). Upaya penanggulangan KLB yaitu :
a. Penyelidikan epidemilogis.
b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina.
c. Pencegahan dan pengendalian.
d. Pemusnahan penyebab penyakit.
e. Penanganan jenazah akibat wabah.
f. Penyuluhan kepada masyarakat.
g. Upaya penanggulangan lainnya.
Indikator keberhasilan penanggulangan KLB :
a. Menurunnya frekuensi KLB.
b. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
c. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
d. Memendeknya periode KLB.
e. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.
7. Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.
a. Masa pra KLB
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah
dengan melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat,
selain itu melakukakukan langkah-langkah lainnya :
Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD,
tenaga dan logistic
1) Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
2) Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
3) Memperbaiki kerja laboratorium
4) Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
Tim Gerak Cepat (TGC) : Sekelompok tenaga kesehatan
yang bertugas menyelesaikan pengamatan dan penanggulangan

21
wabah di lapangan sesuai dengan data penderita puskesmas atau
data penyelidikan epideomologis.
b. Pengendalian KLB
Tindakan pengendalian KLB meliputi pencegahan terjadinya
KLB pada populasi, tempat dan waktu yang berisiko (Bres, 1986).
Dengan demikian untuk pengendalian KLB selain diketahuinya
etiologi, sumber dan cara penularan penyakit masih diperlukan
informasi lain. Informasi tersebut meliputi :
1) Keadaan penyebab KLB
2) Kecenderungan jangka panjang penyakit
3) Daerah yang berisiko untuk terjadi KLB (tempat)
4) Populasi yang berisiko (orang, keadaan imunitas)\
8. Penyidikan KLB
Penyidikan KLB (Kejadian Luar Biasa) meliputi :
a. Dilaksanakan pada saat pertama kali mendapatkan informasi adanya
KLB atau dugaan KLB.
b. Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan.
c. Penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi KLB atau
penelitian lainnya yang dilaksanakan sesudah KLB berakhir.
Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan
datang (pengendalian). Sedangkan tujuan khusus Penyidikan KLB yaitu
diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit,
memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB, mengidentifikasi
sumber dan cara penularan, mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan
KLB, dan mengidentifikasi populasi yang rentan atau daerah yang
beresiko akan terjadi KLB.
Langkah-langkah Penyidikan KLB :
a. Persiapan penelitian lapangan.
b. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
c. Memastikan diagnosis Etiologis.

22
d. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan.
e. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat.
f. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika
diperlukan).
g. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran.
h. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB.
i. Merencanakan penelitian lain yang sistematis.
j. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
k. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan
komplikan.
l. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan
kepala sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
9. Penyusunan laporan KLB
Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada
pihak yang berwenang baik secara lisan maupun secara tertulis.Laporan
secara lisan kepada instansi kesehatan setempat berguna agar tindakan
penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan dapat
dilaksanakan.Laporan tertulis diperlukan diperlukan agar pengalaman dan
hasil penyelidikan epidemiologi dapat dipergunakan untuk merancang dan
menerapkan teknik-teknik sistim surveilans yang lebih baik atau
dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta dapat
dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wabah adalah kejadian penyebaran penyakit yang sangat cepat
penyebarannya baik dilihat dari jumlah penderita ataupun dari luas wilayah
yang terkena dampak. Wabah merupakan kejadian yang harus cepat untuk
ditangani, karena jika tidak maka akan semakin banyak korban yang sakit
atau meninggal. Bentuk dari wabah ada dua, yaitu : Wabah dengan
penyebaran melalui media umum (common vehicle epidemic) dan Wabah
dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu (epidemics
propagated by serial transfer from host to host).
Penanggulangan wabah dapat dilakukan dengan cara: Penyelidikan
epidemiologis, Pemeriksaan, pengobatan, perwatan, dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina, Pencegahan dan pengebalan Pemusnahan
penyebab penyakit, Penanganan jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada
masyarakat dan upaya penanggulangan lainnya. Setelah mengetahui cara-cara
penanggulangan wabah, maka sebaiknya kita melakukan tindakan investigasi
serta penyelidikan terhadap wabah yang sedang menjangkit.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah

24
penyakit. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya
penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk
mengantisipasi KLB.
Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan datang
(pengendalian). Tujuan khusus Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus yang
terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit, memastikan bahwa keadaan
tersebut merupakan KLB, dll.
3.2 Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan. Agar makalah ini bisa
lebih baik lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk kami di kemudian hari.
Sekali lagi kami tunggu saran dan kritiknya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 

25
DAFTAR PUSTAKA
 Rajab Wahyudin, M,Epid . 2008 . Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa
Kebidanan . Jakarta: EGC .
http://epid-infokes.blogspot.com/2007/08/investigasi-wabah.html
Rianti,Emy,DKK. 2009. Buku Ajar Epidemiologi dalam Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media.
http://epid-infokes.blogspot.com/2007/08/investigasi-wabah.html.
http://derenyy.wordpress.com/2013/09/28/kejadian-luar-biasa/
http://windaamelia.wordpress.com/2010/12/13/kejadian-luar-biasa-klb/
http://fajarasma.wordpress.com/2010/12/16/wabah-kejadian-luar-biasa-klb/
http://dunia-khayalanqyu.blogspot.com/2010/12/kejadian-luar-biasa.html
http://decha-ariani.blogspot.com/2013/07/kejadian-luar-biasa.html

26

Anda mungkin juga menyukai