Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PELAKSANAAN SURVEILANS PENYAKIT TBC DI PUSKESMAS


KECAMATAN KALIDERES JAKARTA BARAT
MATA KULIAH
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

DOSEN PEMBIMBING :

Sri Ani, S.KM,M.KM

DI SUSUN OLEH:
Kelompok 5

Nabila Sabrina (P21345118054)

Natasha Syafa Laura (P21345118059)

Rofinabila Syafa (P21345118069)

Torcha Addinto Perdana (P21345118081)

TINGKAT 2 D3A KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III/F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Jakarta 2019
KATA PENGANTAR
Pertama - tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang senantiasa mencurahkan segala nikmat dan karunianya, karena berkat
karunianya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat serta salam senantiasa
kita sampaikan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas laporan ini khususnya rekan-rekan yang senantiasa
mendukung dan memotivasi serta memberi masukan positif sehingga laporan ini
dapat disusun.

Laporan ini berjudul PELAKSANAAN SURVEILANS PENYAKIT TBC


DI PUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES, JAKARTA BARAT dimana
laporan ini mem-bahas untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Epidemiologi
Surveilans.

Dalam Hal ini kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami memohon maaf bila di dalam tulisan kami ini ada kekurangan dalam
penulisan atau sebagainya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan penulisan kedepannya.

Jakarta, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................... 1
BAB II DASAR TEORI
2.1. Surveilans .................................................................................................. 2
2.1.1. Definisi Surveilans .......................................................................... 2
2.1.2. Konsep Surveilans .......................................................................... 2
2.1.3. Tujuan Surveilans ........................................................................... 4
2.1.4. Manfaat Surveilans ......................................................................... 6
2.1.5. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi .................................................................................. 6
2.1.6. Pendekatan Surveilans .................................................................... 7
2.1.7. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 8
2.2. Tuberkolosis (TBC) .................................................................................. 10
2.2.1. Definisi Tuberkolosis (TBC) .......................................................... 10
2.2.2. Penularan Penyakit Tuberkolosis (TBC) ........................................ 10
2.2.3. Gejala Tuberkolosis (TBC) ............................................................. 11
2.2.4. Epidemiologi penyakit Tuberkolosis (TBC) ................................... 12
BAB III METODE SURVAILENS
3.1 Waktu dan Tempat Survailens ............................................................ 15
3.1.1. Tempat Surveilans .......................................................................... 15
3.1.2. Wadah Surveilans ........................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................... 16
4.2. Pembahasan ........................................................................................ 16
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 18
5.2. Saran .................................................................................................. 18

ii
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh


bakteri Mikrobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini
lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan
di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO)
memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan
yang utama di dunia Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada
dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis
/TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, Indonesia
menempati urutan ketiga India dan China dalam hal jmlah penderita diantara
22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.

1.2. Maksud Dan Tujuan

1. Untuk mengetahui pelaksanaan surveilans di puskesmas kalideres, jakarta


barat.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Surveilans

2.1.1. Definisi Surveilans

Menurut German (2001), surveilans kesehatan masyarakat (public health


surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data
mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan
dalam tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka
kesakitan dan kematian, dan meningkatkan status kesehatan.

Thacker pada tahun 2000, mengemukakan bahwa surveilans epidemiologi


adalah suatu rangkaian yang dilakukan secara terus menerus dan sistematik
dalam mengumpul, mengolah, menganalisis dan menginterpretasi data
peristiwa kesehatan yang bermutu untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian terhadap upaya pelayanaan kesehatan masyarakat disertai dengan
penyebarluasan informasi tersebut kepada pihak lintas terkait.

Menurut Abramson (1991), Buehler (1998), epidemiologi surveilans adalah


pengamatan secara terus menerus dan sistematik melalui pengumpulan,
analisa, interpretasi dan diseminasi penyampaian informasi status kesehatan,
ancaman lingkungan atau faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kesehatan.

Menurut WHO epidemiologi surveilans adalah Suatu proses pengumpulan,


pengolahan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus
menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan
tindakan.

2.1.2. Konsep Surveilans

2
1. Surveilans: kegiatan yang terus menerus dalam pengumpulan,
analisis, interprestasi dan diseminasi data kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan memakai data surveilans untuk menjelaskan
dan memonitor masalah dengan menyusun prioritas masalah, perencanaan,
implementasi dan evaluasi program kesehatan.
3. Proses penyakit: patogen, host, reservoir, vektor dan lingkungan,
transmisi penyakit, penyebarluasan penyakit.
4. Data prospektif dan dapat digunakan
5. Sistem dalam surveilans didasarkan pada informasi yang berasal
dari “health care provide”, “helath care agencies”, “public agencies”.

Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan masyarakat dapat


digunakan:

a. Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-


kasus penting kesehatan masyarakat
b. Mengukur beban suatu penyait atau terkait dengan kesehatan
lainnya, termasuk identifikasi populasi risiko tinggi
c. Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan
kesehatan ainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic.
d. Sebagai pedoman dalam perencanaan, impelentasi, dan evaluasi
program
e. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan publik
f. Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan lain
g. Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.

Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan wajib dilakukan


oleh setiap instansi kesehatan Pemerintah, instansi Kesehatan Propinsi, instansi
kesehatan kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara
fungsional atau struktural. Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi
Kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan terus
menerus. Surveilans beralasan untuk dilakukan jika dilatari oleh kondisi –
kondisi berikut ( WHO, 2002):

3
1. Beban penyakit (Burden of Disease) tinggi, sehingga merupakan
masalah penting kesehatan masyarakat.
2. Terdapat tindakan masyarakat yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
3. Data yang relevan mudah diperoleh.
4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan
(pertimbangan efisiensi).
Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja,
sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).
Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin dan
mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan
informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang
masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.
Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika
penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi
kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor
sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik (Bonita, 2006).

2.1.3. Tujuan Surveilans

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang


masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat
dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih
efektif.

1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau


penyakit pada suatu wilayah
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan prioritas masalah
kesehatan. Minimal ada tiga persyaratan untuk menetapkan prioritas masalah

4
kesehatan untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metode untuk
mengatasi masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi masalah. Dengan
data surveilans yang layak dapat diketahui besaran masalah dari setiap masalah
kesehatan yang ada dan keefektifan dari sebuah metode yang digunakan.
3. Untuk Mengetahui cakupan pelayanan. Atas dasar data kunjungan
ke puskesmas dapat diperkirakan cakupan pelayanan puskesmas itu terhadap
karakteristik tertentu dari penderita dengan membandingkan proporsi penderita
menurut karakteristik tertentu yang berkunjung ke puskesmas, dan proporsi
penderita menurut karakteristik yang sama di populasi dasar atas dasar data
statistic dari daerah yang bersangkutan.
4. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Bisaa (KLB).
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian/kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu6.
Setiap kasus gizi buruk juga diperlakukan sebagai KLB. Salah satu penyakit
yang dapat diimunisasi yang dapat menimbulkan KLB adalah campak, yang
harus dilaporkan oleh puskesmas ke DKK. Bila puskesmas melakukan
pengolahan dan analisa setiap minggu, maka ini merupakan kewaspadaan dini
untuk mengetahui minggu keberapa frekuensi kasus campak lebih meningkat
dari bisaanya.
5. Untuk memantau dan menilai program. Setelah keputusan
dirumuskan dan intervensi dilakukan, kita dapat menilai berhasil atau tidaknya
intervensi tersebut dari data surveilans di rentang waktu berikutnya, apakah
sudah terjadi penurunan insiden atau prevalensi penyakit tersebut.

Tujuan khusus surveilans

1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit


2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit untuk
mendeteksi dini outbreak
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit
(disease burden) pada populasi;

5
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu
perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi program kesehatan
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset.

2.1.4. Manfaat surveilans


1. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3. Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang dan
tempat
4. Identifikasi faktor resiko dan penyebab lainnya
5. Deteksi perubahan layanan kesehatan yang terjadi
6. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
7. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
8. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan
pelayanan kesehatan di masa datang.

2.1.5. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena


itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh
sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif
dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga
perlu dikembangkan subsistem survailans epidemiologi kesehatan yang terdiri
dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan
Perilaku, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan dan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan Matra

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular


Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit
menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit
menular.

6
2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak
menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit
tidak menular.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan
faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungnan.
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan
tertentu.
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.

2.1.6. Pendekatan Surveilans

Pendekatan surveilans dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Surveilans pasif

Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan


data penyakit yang harus dilaporakan (reportable diseases) yang tersedia di
fasilitasi pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan
mudah untuk dilakukan. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif
dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung
under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan
biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggung jawab utama
memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing.

2. Surveilans aktif

Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk


kunjungan berkala kelapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan

7
tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit dengan tujuan
mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus
(case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans
aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang
memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu,
surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahannya, lebih
mahal dan lebih sulit unutk dilakukan daripada surveilans pasif. Menurut
WHO, sumber data surveilans antara lain:

1. Pencatatan angka kematian.


2. Laporan penyakit.
3. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium
4. Penyelidikan atau laporan penyakit yang dilakukan secara
perorangan.
5. Survei Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir penyakit pada
hewan
6. Data kependudukan dan lingkungan
7. Laporan wabah atau kejadian luar biasa (KLB).
8. Penggunaan obat-obatan dan bahan-bahan
9. Data lain serta catatan medik RS, absensi anak sekolah/ pekerja,
survei rumah tangga dan lain-lain.

2.1.7. Metode Pengumpulan Data


Dalam surveilans, data dikumpul melalui sistem pelaporan yang ada.
Berdasarkan keperluannya, pengumpulan data untuk surveilans dibedakan
menurut sumber data yaitu primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan
secara langsung dari penderita di lokasi dan sarana kejadian penyakit. Data
sekunder dikumpulkan dari sumber data laporan rutin yang ada atau sumber
khusus tambahan lain sesuai variabel yang diperlukan. Surveilans secara rutin
sering menggunakan cara ini. Ada data tersier yaitu data yang diambil dari hasil
kajian, analisis data atau makalah yang telah dipublikasikan. Besarnya sumber
data sangat tergantung pada populasi, yaitu data yang diambil dari semua

8
penduduk merupakan data yang diamati atau yang berisiko terkena penyakit
(reference population) di suatu wilayah dimana penyakit terjadi (desa,
kecamatan, kebupaten, provinsi atau negara).
Sistem surveilans rutin di kabupaten menggunakan cara ini melalui
laporan sarana kesehatan (Puskesmas) yang menjangkau seluruh wilayah
kabupaten. Dalam survei khusus, cara ini jarang dilakukan karena mahal dan
membutuhkan waktu lama. Untuk data sampel, yaitu data yang diambil dari
sebagian penduduk atau sebagian puskesmas yang dianggap mewakili seluruh
penduduk atau wilayah dimana kejadian penyakit berlangsung atau berisiko
terkena penyakit. Dalam survei khusus cara ini sering dilakukan karena lebih
cepat dan murah.
Bila menggunakan sampel, pemilihan sampel basanya dilakukan
mengikuti ketentuan statistik. Pertama, perlu menentukan unit sampel yang
akan dipilih yaitu sampel perorangan atau kelompok (kluster), sehingga
langkah selanjutnya dapat membuat daftar unit sampel Besar sampel
ditentukan oleh populasi penduduk yang akan diwakili dan perkiraan besarnya
prevalensi dari penyakit yang dipantau. Umumnya makin besar jumlah sampel,
makin baik informasi yang dihasilkan tentang penduduk yang diwakilinya
(Magnus, 2011).
Data dapat dikumpulkan sesaat, yaitu data tentang kejadian penyakit
atau kematian yang dikumpul pada tempat dan saat kejadian penyakit sedang
berlangsung (cross sectional). Data penyakit sesaat tersebut ( prevalens) dapat
dikumpul dalam suatu periode waktu yang singkat (misalnya 1 hari, disebut
point prevalence) atau periode yang lebih panjang (minggu, bula, tahun,
disebut period prevalence). Data kejadian di waktu lalu, yaitu data yang
dikumpul tentang kejadian penyakit atau kematian yang sudah terjadi pada
waktu lalu (restrospective).
Untuk mencari faktor risiko penyebab penyakit atau kematian
sedangkan data kejadian di waktu mendatang, yaitu data yang dikumpul
tentang kejadian penyakit atau kematian yang sedang berlangsung dan akan
terjadi pada waktu mendatang yang periodenya telah ditetapkan sebelumnya

9
(prospective). Tujuannya adalah memantau besarnya pengaruh suatu faktor
risiko atau intervensi program tertentu timbulnya penyakit atau kematian. Sifat
kejadian penyakit yang dipantau berdasarkan data kasus lama, yaitu penderita
yang sudah menderita sakit (dan saat ini masih sakit, sudah sembuh atau sudah
meniggal) sejak sebelum pengumpulan data dilakukan.Penemuan kasus lama
dapat dipakai untuk menialai efektivitas pengobatan, pelaksanaan pengobatan
standar, resistensi, adanya pengaruh faktor risiko lingkungan dan perilaku
sehingga sakit berlangsung lama. Sedangkan kasus baru, yaitu penderita yang
baru menderita sakit pada saat peiode pengumpulan data dilakukan
selanjutnya cara penemuan kasus baru, terutama bila terjadi dalam waktu
singkat. Dipakai untuk menilai adanya KLB atau wabah di suatu tempat, yang
memerlukan tindak lanjut.

2.2. Tuberkulosis (TBC)


2.2.1. Definisi Tuberkulosis (TBC)
Penyakit Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.

2.2.2. Penularan Penyakit TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita
TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari
penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di
dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening.

10
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.

Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya


menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat).
Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.

2.2.3. Gejala dan Penyebab Penyakit Tuberkulosis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran
secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1).GejalaSistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2). Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -

11
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

2.2.4 Epidemiologi
1. Person / Orang
a. Umur
TB Paru Menyerang siapa saja Tua,Muda baahkan anak-
anak, Sebagian besar penderita TB Paru di Negara berkembang
berumur dibawah 50 tahun.Data WHO menunjukkan bahwa kasus
TB di Negara berkembang banyak terdapat pada umur produktif 15-
29 tahun,Sejalan dengan penelitian Rizkiyani (2008) yang
menunjukkan jumlah penderita baru TB Paru positif 87,6% berasal
dari usia produktif (15-54 tahun) sedangkan 12,4 % terjadi pada usia
lanjut (≤ 55 tahun).
b. Jenis Kelamin
Penyakit TB Paru menyerang orang dewasa dan anak-
anak,laki-laki dan perempuan.TB Menyerang sebagian besar wanita
pada usia produktif.Serupa dengan WHO yang menunjukkan lebih
dari 900 juta wanita di seluruh dunia tertular oleh kuman TB dan
satu juta di antaranya meninggal setiap tahun.
c. Status Gizi
Status nutrisi merupakan salah satu factor yang menetukan
fungsi seluruh system tubuh termasuk system imun.Sistem

12
kekebalan dibutuhkan manusia untuk memproteksi tubuh terutama
mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
.
Bila daya tahan tubuh sedang rendah, kuman TB Mudah
masuk ke dalam tubuh.kuman ini akan berkumpul dalam paru-paru
kemudian berkembang biak,Tapi orang yang terinfeksi Kuman TB
Paru belum tentu menderita TB paru,Tergantung daya tahan
tubuh.bila daya tahan tubuh kuat maka kuman akan terus tertidur di
dalam tubuh (dormant)dan tidak berkembang menjadi penyakt
namun apabila daya tahan tubuh lemah makan kuman TB akan
berkembang menjadi penyakit.penyakit TB Lebih dominan terjadi
pada masyarakat yang status gizi rendah karna system imun yang
lemah sehingga memudahkan kuman TB Masuk dan berkembang
biak.
d. Tingkah Laku
Faktor perilaku juga berpengaruh pada kesembuhan dan
bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi dan tidak
menyebarkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dimulai dari
perilaku hidup sehat dengan tidak meludah sembarangan,
menutup mulut menggunakan sapu tangan atau tissue apabila
batuk atau bersin sebagai upaya pencegahan dini penyakit TB
paru. Sebagaimana hasil penelitian Putra (2011), mengatakan
bahwa perilaku mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
kejadian penyakit TB paru yang lebih banyak di derita oleh mereka
yang tidak bisa berprilaku sehat.
2. Place / tempat
a. Lingkungan
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan
yang di tularkan melalui udara.Keadaan berbagai lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyebaran TBC salah satunya adalah
lingkungan yang kumuh,kotor .Penderita TB Paru lebih banyak

13
terdapat pada masyarakat yang menetap pada lingkungan yang
kumuh dan kotor.
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Sebagai Penderita TB Paru adalah dari kalangan Miskin.Data
WHO yang menyatakan bahwa angka kematian akibat TB sebagai
besar berada di Negara berkembang yang relative miskin
c. Wilayah
Resiko mendapatkan infeksi dan berkembangnya klinis penyakit TB
Paru bergantung pada keberadaan infeksi dalam masyarakat
misalnya Imigran dari daerah prevalensi tinggi TB, Ras yang
beresiko tinggi dan kelompok etnis minorias(misal
Afrika,Amerika,Amerika Indian,Asli Alaska,Asia,Kepulauan
Pasifik dan Hispanik)
3. Time / Waktu
Penyakit TB Paru dapat menyerang siapa saja,dimana saja
dan Kapan saja tanpa mengenal waktu,Apabila Kuman telah masuk ke
dalam tubuh maka pada saat itu kuman akan berkembang biak dan
berpotensi untuk terjadinya penyakit TB Paru.

14
BAB III
METODE SURVAILENS

3.1. Waktu dan Tempat Survailens


3.1.1. Tempat Survailens

Puskesmas kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, DKI Jakarta.

3.1.2. Waktu Survailens

5 November 2019.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Penyakit Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Berikut adalah data kasus
TBC paru BTA (+) Wilayah Puskesmas Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.

Tabel 3.1 Jumlah Kasus penyakit TBC paru BTA (+) Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Dari bulan Januari s/d November 2019

KASUS TBC JANUARI - NOVEMBER 2019


BULAN
NO KELURAHAN JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KAMAL 2 5 3 8 0 4 3 26 6 6 0 63
2 TEGAL ALUR 28 31 1 59 65 25 51 75 0 22 0 357
3 PEGADUNGAN 4 2 3 1 1 4 0 0 0 3 0 18
4 KALIDERES 1 1 5 3 9 0 7 2 6 1 0 35
5 SEMANAN 47 15 104 47 45 49 24 17 54 58 0 460
TOTAL 82 54 116 118 120 82 85 120 66 90 0 933

Sumber: Puskesmas Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, DKI Jakarta

4.2. Pembahasan
Menurut WHO epidemiologi surveilans adalah Suatu proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara

16
sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait
untuk melakukan tindakan

Kegiatan survailens ini diharapkan dapat dilakukan secara terus


menerus agar didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang
bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya. Sehingga dapat mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan
respons segera ketika penyakit mulai menyebar, memonitor kecenderungan
(trends) penyakit mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk
mendeteksi dini outbreak memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya
beban penyakit (disease burden) pada populasi, menentukan kebutuhan
kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan
evaluasi program kesehatan, mengevaluasi cakupan dan efektivitas program
kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan riset terutama penyakit demam
berdarah dangue.

Dari tabel 3.1 Dari semua golongan umur, Warga di daerah wilayah
kelurahan Semanan terindikasi memiliki penyakit TBC terbesar di
Kecamatan Kalideres dengan total penderita adalah 460 pasien dan terkecil
ada di kelurahan Pegadungan dengan total penderita adalah 18 pasien

Penyakit Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit


infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari semua golongan umur, Warga di daerah wilayah kelurahan Semanan


terindikasi memiliki penyakit TBC terbesar di Kecamatan Kalideres dengan
total penderita adalah 460 pasien dan terkecil ada di kelurahan Pegadungan
dengan total penderita adalah 18 pasien.
2. Pengambilan data dilakukan dengan cara surveilans aktif, dimana
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan
berkala kelapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga
medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit dengan tujuan
mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan
kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeksdimana data
diambl menggunakan data penyakit yang harus dilaporakan (reportable
diseases) yang tersedia di fasilitasi pelayanan kesehatan.

5.2. Saran
1. Disarankan kepada warga agar dapat mengetahui dan menambah wawasan
mengenai penyakit tuberkolosis (TBC).
2. Disarankan kepada warga untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita
dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter
serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Barbara,C.L.1996. Perawatan Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan). Bandung

Doengoes,M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Buku Kedokteran


EGC Smeltzer and Bare. 2002

https://www.medkes.com/2013/04/penyebab-pengobatan-pencegahan-penyakit-
tbc.html

https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16379/4/chapter%2011.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai