DOSEN PEMBIMBING :
DI SUSUN OLEH:
Kelompok 5
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas laporan ini khususnya rekan-rekan yang senantiasa
mendukung dan memotivasi serta memberi masukan positif sehingga laporan ini
dapat disusun.
Dalam Hal ini kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami memohon maaf bila di dalam tulisan kami ini ada kekurangan dalam
penulisan atau sebagainya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan penulisan kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
2.1. Surveilans
2
1. Surveilans: kegiatan yang terus menerus dalam pengumpulan,
analisis, interprestasi dan diseminasi data kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan memakai data surveilans untuk menjelaskan
dan memonitor masalah dengan menyusun prioritas masalah, perencanaan,
implementasi dan evaluasi program kesehatan.
3. Proses penyakit: patogen, host, reservoir, vektor dan lingkungan,
transmisi penyakit, penyebarluasan penyakit.
4. Data prospektif dan dapat digunakan
5. Sistem dalam surveilans didasarkan pada informasi yang berasal
dari “health care provide”, “helath care agencies”, “public agencies”.
3
1. Beban penyakit (Burden of Disease) tinggi, sehingga merupakan
masalah penting kesehatan masyarakat.
2. Terdapat tindakan masyarakat yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut.
3. Data yang relevan mudah diperoleh.
4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan
(pertimbangan efisiensi).
Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja,
sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).
Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin dan
mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan
informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang
masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.
Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika
penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi
kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor
sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik (Bonita, 2006).
4
kesehatan untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metode untuk
mengatasi masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasi masalah. Dengan
data surveilans yang layak dapat diketahui besaran masalah dari setiap masalah
kesehatan yang ada dan keefektifan dari sebuah metode yang digunakan.
3. Untuk Mengetahui cakupan pelayanan. Atas dasar data kunjungan
ke puskesmas dapat diperkirakan cakupan pelayanan puskesmas itu terhadap
karakteristik tertentu dari penderita dengan membandingkan proporsi penderita
menurut karakteristik tertentu yang berkunjung ke puskesmas, dan proporsi
penderita menurut karakteristik yang sama di populasi dasar atas dasar data
statistic dari daerah yang bersangkutan.
4. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Bisaa (KLB).
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian/kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu6.
Setiap kasus gizi buruk juga diperlakukan sebagai KLB. Salah satu penyakit
yang dapat diimunisasi yang dapat menimbulkan KLB adalah campak, yang
harus dilaporkan oleh puskesmas ke DKK. Bila puskesmas melakukan
pengolahan dan analisa setiap minggu, maka ini merupakan kewaspadaan dini
untuk mengetahui minggu keberapa frekuensi kasus campak lebih meningkat
dari bisaanya.
5. Untuk memantau dan menilai program. Setelah keputusan
dirumuskan dan intervensi dilakukan, kita dapat menilai berhasil atau tidaknya
intervensi tersebut dari data surveilans di rentang waktu berikutnya, apakah
sudah terjadi penurunan insiden atau prevalensi penyakit tersebut.
5
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu
perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi program kesehatan
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset.
6
2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak
menular dan faktor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit
tidak menular.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan
faktor risiko untuk mendukung program penyehatan lingkungnan.
4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan faktor risiko untuk mendukung program-program kesehatan
tertentu.
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.
1. Surveilans pasif
2. Surveilans aktif
7
tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit dengan tujuan
mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus
(case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans
aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang
memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu,
surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahannya, lebih
mahal dan lebih sulit unutk dilakukan daripada surveilans pasif. Menurut
WHO, sumber data surveilans antara lain:
8
penduduk merupakan data yang diamati atau yang berisiko terkena penyakit
(reference population) di suatu wilayah dimana penyakit terjadi (desa,
kecamatan, kebupaten, provinsi atau negara).
Sistem surveilans rutin di kabupaten menggunakan cara ini melalui
laporan sarana kesehatan (Puskesmas) yang menjangkau seluruh wilayah
kabupaten. Dalam survei khusus, cara ini jarang dilakukan karena mahal dan
membutuhkan waktu lama. Untuk data sampel, yaitu data yang diambil dari
sebagian penduduk atau sebagian puskesmas yang dianggap mewakili seluruh
penduduk atau wilayah dimana kejadian penyakit berlangsung atau berisiko
terkena penyakit. Dalam survei khusus cara ini sering dilakukan karena lebih
cepat dan murah.
Bila menggunakan sampel, pemilihan sampel basanya dilakukan
mengikuti ketentuan statistik. Pertama, perlu menentukan unit sampel yang
akan dipilih yaitu sampel perorangan atau kelompok (kluster), sehingga
langkah selanjutnya dapat membuat daftar unit sampel Besar sampel
ditentukan oleh populasi penduduk yang akan diwakili dan perkiraan besarnya
prevalensi dari penyakit yang dipantau. Umumnya makin besar jumlah sampel,
makin baik informasi yang dihasilkan tentang penduduk yang diwakilinya
(Magnus, 2011).
Data dapat dikumpulkan sesaat, yaitu data tentang kejadian penyakit
atau kematian yang dikumpul pada tempat dan saat kejadian penyakit sedang
berlangsung (cross sectional). Data penyakit sesaat tersebut ( prevalens) dapat
dikumpul dalam suatu periode waktu yang singkat (misalnya 1 hari, disebut
point prevalence) atau periode yang lebih panjang (minggu, bula, tahun,
disebut period prevalence). Data kejadian di waktu lalu, yaitu data yang
dikumpul tentang kejadian penyakit atau kematian yang sudah terjadi pada
waktu lalu (restrospective).
Untuk mencari faktor risiko penyebab penyakit atau kematian
sedangkan data kejadian di waktu mendatang, yaitu data yang dikumpul
tentang kejadian penyakit atau kematian yang sedang berlangsung dan akan
terjadi pada waktu mendatang yang periodenya telah ditetapkan sebelumnya
9
(prospective). Tujuannya adalah memantau besarnya pengaruh suatu faktor
risiko atau intervensi program tertentu timbulnya penyakit atau kematian. Sifat
kejadian penyakit yang dipantau berdasarkan data kasus lama, yaitu penderita
yang sudah menderita sakit (dan saat ini masih sakit, sudah sembuh atau sudah
meniggal) sejak sebelum pengumpulan data dilakukan.Penemuan kasus lama
dapat dipakai untuk menialai efektivitas pengobatan, pelaksanaan pengobatan
standar, resistensi, adanya pengaruh faktor risiko lingkungan dan perilaku
sehingga sakit berlangsung lama. Sedangkan kasus baru, yaitu penderita yang
baru menderita sakit pada saat peiode pengumpulan data dilakukan
selanjutnya cara penemuan kasus baru, terutama bila terjadi dalam waktu
singkat. Dipakai untuk menilai adanya KLB atau wabah di suatu tempat, yang
memerlukan tindak lanjut.
10
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).
Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran
secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1).GejalaSistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2). Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -
11
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.
2.2.4 Epidemiologi
1. Person / Orang
a. Umur
TB Paru Menyerang siapa saja Tua,Muda baahkan anak-
anak, Sebagian besar penderita TB Paru di Negara berkembang
berumur dibawah 50 tahun.Data WHO menunjukkan bahwa kasus
TB di Negara berkembang banyak terdapat pada umur produktif 15-
29 tahun,Sejalan dengan penelitian Rizkiyani (2008) yang
menunjukkan jumlah penderita baru TB Paru positif 87,6% berasal
dari usia produktif (15-54 tahun) sedangkan 12,4 % terjadi pada usia
lanjut (≤ 55 tahun).
b. Jenis Kelamin
Penyakit TB Paru menyerang orang dewasa dan anak-
anak,laki-laki dan perempuan.TB Menyerang sebagian besar wanita
pada usia produktif.Serupa dengan WHO yang menunjukkan lebih
dari 900 juta wanita di seluruh dunia tertular oleh kuman TB dan
satu juta di antaranya meninggal setiap tahun.
c. Status Gizi
Status nutrisi merupakan salah satu factor yang menetukan
fungsi seluruh system tubuh termasuk system imun.Sistem
12
kekebalan dibutuhkan manusia untuk memproteksi tubuh terutama
mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
.
Bila daya tahan tubuh sedang rendah, kuman TB Mudah
masuk ke dalam tubuh.kuman ini akan berkumpul dalam paru-paru
kemudian berkembang biak,Tapi orang yang terinfeksi Kuman TB
Paru belum tentu menderita TB paru,Tergantung daya tahan
tubuh.bila daya tahan tubuh kuat maka kuman akan terus tertidur di
dalam tubuh (dormant)dan tidak berkembang menjadi penyakt
namun apabila daya tahan tubuh lemah makan kuman TB akan
berkembang menjadi penyakit.penyakit TB Lebih dominan terjadi
pada masyarakat yang status gizi rendah karna system imun yang
lemah sehingga memudahkan kuman TB Masuk dan berkembang
biak.
d. Tingkah Laku
Faktor perilaku juga berpengaruh pada kesembuhan dan
bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi dan tidak
menyebarkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dimulai dari
perilaku hidup sehat dengan tidak meludah sembarangan,
menutup mulut menggunakan sapu tangan atau tissue apabila
batuk atau bersin sebagai upaya pencegahan dini penyakit TB
paru. Sebagaimana hasil penelitian Putra (2011), mengatakan
bahwa perilaku mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
kejadian penyakit TB paru yang lebih banyak di derita oleh mereka
yang tidak bisa berprilaku sehat.
2. Place / tempat
a. Lingkungan
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan
yang di tularkan melalui udara.Keadaan berbagai lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyebaran TBC salah satunya adalah
lingkungan yang kumuh,kotor .Penderita TB Paru lebih banyak
13
terdapat pada masyarakat yang menetap pada lingkungan yang
kumuh dan kotor.
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Sebagai Penderita TB Paru adalah dari kalangan Miskin.Data
WHO yang menyatakan bahwa angka kematian akibat TB sebagai
besar berada di Negara berkembang yang relative miskin
c. Wilayah
Resiko mendapatkan infeksi dan berkembangnya klinis penyakit TB
Paru bergantung pada keberadaan infeksi dalam masyarakat
misalnya Imigran dari daerah prevalensi tinggi TB, Ras yang
beresiko tinggi dan kelompok etnis minorias(misal
Afrika,Amerika,Amerika Indian,Asli Alaska,Asia,Kepulauan
Pasifik dan Hispanik)
3. Time / Waktu
Penyakit TB Paru dapat menyerang siapa saja,dimana saja
dan Kapan saja tanpa mengenal waktu,Apabila Kuman telah masuk ke
dalam tubuh maka pada saat itu kuman akan berkembang biak dan
berpotensi untuk terjadinya penyakit TB Paru.
14
BAB III
METODE SURVAILENS
5 November 2019.
15
BAB IV
4.1. Hasil
Penyakit Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Berikut adalah data kasus
TBC paru BTA (+) Wilayah Puskesmas Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
Tabel 3.1 Jumlah Kasus penyakit TBC paru BTA (+) Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Dari bulan Januari s/d November 2019
4.2. Pembahasan
Menurut WHO epidemiologi surveilans adalah Suatu proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara
16
sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait
untuk melakukan tindakan
Dari tabel 3.1 Dari semua golongan umur, Warga di daerah wilayah
kelurahan Semanan terindikasi memiliki penyakit TBC terbesar di
Kecamatan Kalideres dengan total penderita adalah 460 pasien dan terkecil
ada di kelurahan Pegadungan dengan total penderita adalah 18 pasien
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2. Saran
1. Disarankan kepada warga agar dapat mengetahui dan menambah wawasan
mengenai penyakit tuberkolosis (TBC).
2. Disarankan kepada warga untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita
dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter
serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.medkes.com/2013/04/penyebab-pengobatan-pencegahan-penyakit-
tbc.html
https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16379/4/chapter%2011.pdf
19