PENGORGANISASIAN PPI
RS GUNUNG MARIA
Jln. Sejahtera No. 282, Tomohon
Sulawesi Utara – Indonesia
P. (0431) 351008
F. (0431) 352414
E-mail: rsgunungmaria@yahoo.co.id
Kode Dok: MED-PP/Ped-000
2017 Edisi: B/09-2017
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan atas segala rahmat-Nya sehingga kami dimungkinkan untuk
menyelesaikan salah satu tugas pelayanan melalui penerbitan Buku Pedoman Pelaksanaan
Transfusi Darah RS Gunung Maria Tomohon, Edisi A, Tahun 2017.
Buku ini akan menjadi pedoman -sesuai Standar Akreditasi Rumah Sakit-dalam penyusunan
Panduan Kerja dan Standar Prosedur Operasional (SPO) guna mengimplementasikan visi, misi
dan tujuan kegiatan pelayanan rumah sakit yang sesuai standar.
Dalam buku ini hanya memuat garis besar pelayanan sebagai acuan sedangkan operasional
lapangan akan terdapat pada SPO.
Materi utama dalam buku ini akan terus direvisi seiring perkembangan ilmu dan teknologi
khususnya di bidang anestesiologi dan terapi intensif. Masih terdapat kekurangan dalam
pengeditan buku ini dan akan diperbaiki pada saat revisi materi buku pedoman ini yang akan
dilakukan minimal sekali dalam tiga tahun.
Akhirnya semoga buku pedoman ini membawa manfaat bagi kita semua, terutama
memberikan hasil terbaik bagi pasien dan keluarganya yang membutuhkan pelayanan
pembedahan, anestesi dan terapi intensif.
PENYUSUN
TIM AKREDITASI
RS GUNUNG MARIA TOMOHON
Page i of 123
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I.PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Pedoman 2
BAB II. STANDAR KETENAGAAN 7
a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 7
BAB III. pendahuluan 1
C. lata belakang 1
D. tujuan pedoman 1
1. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
E. ruang lingkup pelayanan 1
F. batasan operasional 2
G. landasan hukum 2
BAB IV. standar ketenagaan 1
H. kualifikasi sumber daya manusia 1
I. distribusi ketenagaan 1
1. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
J. pengaturan jaga 1
BAB V. standar fasilitas 1
K. denah ruangan 1
L. standar fasilitas 1
1. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
BAB VI. tata laksana pelayanan 1
M. heading atau sub judul 2 1
N. heading atau sub judul 2 1
1. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
BAB VII. logistik 1
O. heading atau sub judul 2 1
P. heading atau sub judul 2 1
1. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
BAB VIII. keselamatan pasien 1
Q. heading atau sub judul 2 1
R. heading atau sub judul 2 1
Page ii of 123
1. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
BAB IX. keselamatan kerja 1
S. heading atau sub judul 2 1
T. heading atau sub judul 2 1
1. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
BAB X. pengendalian mutu 1
U. heading atau sub judul 2 1
V. heading atau sub judul 2 1
1. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
BAB XI. penutup 1
W. heading atau sub judul 2 1
X. heading atau sub judul 2 1
2. Heading atau Judul 3....................................................................................................1
LATAR BELAKANG
HAIs adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di
Rumah Sakit dan pada saat masuk tidak sedang dalam masa inkubasi. Dampak HAIs bagi
pasien di Rumah Sakit merupakan masalah yang serius karena dapat memberikan dampak
bertambahnya ketidak berdayaan fungsional, menyebabkan kecacatan, selain itu dapat
menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
HAIs merupakan masalah penting diseluruh dunia dan terus meningkat. Tingkat infeksi
nosokomial di Indonesia hingga saat ini belum begitu jelas mengingat penanganannya secara
nasional baru dimulai, Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
382/Menkes/SK/III/2007 bahwa Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sehingga untuk mendukung peningkatan
mutu pelayanan kesehatan yang prima dan professional, khususnya dalam Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di rumah sakit di perlukan suatu pedoman. Beberapa rumah sakit telah
melaksanakan pengendalian infeksi nosokomial sejak beberapa tahun yang lalu, dan Rumah
Sakit Gunung Maria Tomohon baru mulai tahun 2016 ini.
Page 1 of 123
TUJUAN PEDOMAN
Umum :
Sebagai dasar dalam penyelenggaraan kegiatan mutu layanan rumah sakit
melalui Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit sehingga
dilaksanakan oleh semua instalasi, meliputi kualitas pelayanan, manajemen
resiko dan keselamatan kerja.
Khusus :
1. Memperpendek lama hari perawatan di rumah sakit ( menurunkan LOS )
2. Memberikan peluang bagi pasien baru untuk mendapatkan perawatan
(meningkatkan BOR )
3. Mengurangi biaya perawatan dan pengobatan
4. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien dan petugas Rumah Sakit
5. Mengurangi terjadinya resiko cacat fisik
Page 2 of 123
15.Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk pasien, keluarga dan pengunjung.
16. Penanganan Kejadian Luar Biasa ( KLB )
17. Pemeriksaan Kultur dan Swab Mikrobiologi di Lingkungan Rumah Sakit
18. Penanganan Pasien Immunosuppresed
19. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Pemulasaran Jenazah
20. Persiapan Pemakaian Ruangan Baru Paska Konstruksi / Renovasi RS
21. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Kamar Bayi
22. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Kamar Bersalin
23. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Kamar Bedah
24. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Intensive Care Unit ( ICU )
25. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Poli Klinik Gigi
26. Perbandingan Data Dasar Infeksi ( Benchmarking )
27. Risk Managemen PPI
2. Batasan Operasional
1. Rantai Penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui
rantai penularan. Apabila satu mata rantai hilang atau di rusak, maka infeksi dapat
dicegah atau di hentikan. Komponen yang di perlukan sehingga terjadi penularan
tersebut adalah :
a. Agen Infeksi ( infection agen ) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur
dan parasit. Ada tiga factor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya
infeksi yaitu : patogenitas, virulensi dan jumlah ( dosis atau “ load “ ).
b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang
biak dan siap di tularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah
manusia, binatang, tumbuh –tumbuhan, tanah, air dan bahan – bahan organic
lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lender saluran nafas atas,
usus dan vagina merupakan reservoir yang umum.
c. Pintu ke;uar ( portal of exit ) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernafasan, pencernaan,saluran kemih
dan kelamin, kulit dan membrane mukosa, transplasenta dan darah serta cairan
tubuh lain.
Page 3 of 123
d. Transmisi ( cara penularan ) adalah mekanisme bagaimana transport agen
infeksi dari reservoir ke penderita ( yang suseptibel).
Ada beberapa cara penularannya yaitu :
1. Kontak ( langsung dan tak langsung )
2. Droplet
3. Airbone
4. Melalui vehikulum ( makanan dan minuman, darah )
5. Melalui vector ( biasanya serangga dan binatang pengerat )
e. Pintu masuk ( portal of entry ) adalah temapt dimana agen infeksi memasuki
pejamu (yang suseptibel ). Pintu masuk bisa melalui saluran pernafasan,
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lender, serta kulit yang tidak
utuh ( luka ).
f. Pejamu ( host ) yang suseptibel adalah orang yang memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau
penyakit. Faktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur, status gizi,
status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau
pembedahan, pengobatan dangan imunosuresan. Faktor lain yang mungkin
berpengaruh adlah jenis kelamin, rasa tau stnis tertentu, status ekonomi, gaya
hidup, pekerjaan dan herediter.
Page 4 of 123
d. Implantasi benda asing :
“ indwelling catheter “
“ surgical suture material “
“ cerebrospinal fluid shunts “
“valvular / vascular prostheses “
e. Perubahan mikroflora normal : pemakaian antibiotika yang tidak bijaksana
menyebabkan timbulnya kuman yang resisten terhadap berbagai antimikroba.
Page 5 of 123
Baku ) dan “ Transmision based precaution” ( Kewaspadaan berdasarkan cara
penularan ).
d. Tindakan pencegahan paska pajanan ( “ Post Exposure Prophylaxis “/PEP )
terhadap petugas kesehatan . Hal ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen
infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering
terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang
perlu mendapat perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C dan HIV.
3. Landasan Hukum
Page 6 of 123
BAB II. STANDAR KETENAGAAN
4. Menyusun dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI dan program pelatihan dan
program pelatihan dan pendidikan PPI.
5. Bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau KLB infeksi
nosokomial.
7. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dalam PPI.
8. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi
yang menggunakan .
11. Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada Direktur
Page 7 of 123
12. Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
13. Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotika yang rasional
dirumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensinya terhadap antibiotika
dan menyebarluaskan data resistensi antibiotika.
17. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan
bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemprosesan alat, penyimpanan alat dan linen
sesuai dengan prinsip PPI
18. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi
19. Melakukan pengawasan terhadap tindakan – tindakan yang menyimpang dari standar
prosedur / monitoring surveilans proses.
20. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan infeksi bila ada
KLB dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Page 8 of 123
memiliki sertifikasi PPI
- Memiliki komitmen di
bidang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi
- Memiliki kemampuan
1 untuk 100 –
leadership
150 tempat tidur
2. IPCN - Perawat pelaksana
1 perawat untuk
tiap bagian
3. IPCLN perawatan inap /
jalan
Tugas IPCO :
4. Bekerja sama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi dan mendeteksi
serta menyelidiki KLB
5. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan
prosedur terapi.
Page 9 of 123
7. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
1. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi
dilingkungan kerjanya, baik rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehtan lainnya.
4. Bersama Komite PPI Melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI dirumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
5. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama Komite PPI memperbaiki kesalahan
yang terjadi
6. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi dari petugas
kesehatan kepasien atau sebaliknya.
7. Bersama Komite menganjurkan prosedur isolasi dan member konsultasi tentang Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi yang diperlukan pada kasus yang terjadi dirumah sakit
11. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi yang terjual
dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
14. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip PPI
Page 10 of 123
15. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPIRS
16. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan , pengunjung dan keluarga tentang topic
infeksi yang sedang berkembang dimasyarakat, infeksi dengan insiden tinggi
17. Sebagai coordinator antar departeman / unit dalam mendeteksi, mencegah dan
mengendalikan infeksi dirumah sakit.
Tugas IPCLN :
Bertugas :
1. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien diunit rawat inap masing-
masing, kemudian menyerahkan nya kepada IPCN ketika pasien pulang.
3. Memberitahukan kepada IPCLN apabila ada kecurigaan adanya infeksi nosokomial pada
pasien
4. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi
pengunjung diruang rawat masing masing, konsultasi prosedur yang harus dijalankan bila
belum paham
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan standar isolasi.
Page 11 of 123
B. Distribusi Ketenagaan
5. Panitia Mutu RS 1
7. Staf Farmasi 1
9. Sterilisasi / CSSD 1
10. Laundry 1
11. IPS RS 1
12. Sanitasi 1
13. Gizi 1
15. Tim K3 1
Page 12 of 123
Tim PPI terdiri atas Perawat PPI / IPCN dan 1 Dokter PPI setiap 5 Perawat PPI
C. PENGATURAN JAGA
1. Monitoring
IPCN yang purna waktu bekerja dari jam 07.00 s/d 14.00
IPCLN di setiap bagian ruang perawat bekerja sesuai jadwal dinas dan
melakukan check list setiap hari
2. Evaluasi
Dilakukan oleh Tim PPIRS 1 bulan
Dilakukan oleh Komite PPIRS setiap 3 bulan
3. Pelaporan
Laporan tertulis kepada Dir / Wadir Yan Med 1 bulan
Laporan rutin harian , mingguan, bulanan, triwulan, semester, tahunan
Page 13 of 123
BAB III. STANDAR FASILITAS
DENAH RUANG
Keterangan :
Meja : Jendela
Gudang Sofa
westafel
Page 14 of 123
A. Standar Fasilitas
1
1
- Komputer 1
1
- Printer
1
- Telepon 1
- Lemari 2
1
- Kursi dan Meja
2
kerja 1
- Kursi tamu
- ATK
1
1
Dianfrag sesuai
yang di butuhkan
Page 15 of 123
BAB IV. TATALAKSANA PELAYANAN
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk
indonesia, ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi berasal dari Komunitas ( Community
acquired infection ) atau berasal dari lingkungan rumahsakit ( Hospital Acquired infection )
yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Dengan berkembangnya system
pelayanan kesehatan khusus dalam bidang perawatan pasien, sekarang perawatan tidak
hanya di rumah sakit saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan
perawatan di rumah ( Home Care).
Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang di maksudkan untuk
tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, baik bagi pasien atau bahkan pada petugas
kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka
sekarang instilah infeksi nosokomial ( Hospital acquired infection ) diganti dengan istilah
baru yaitu ” Healthcare- associated infections” (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas
tidak hanya di rumah sakit tetapi juga difasilitasi pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak
terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi
didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus infeksi yang terjadi atau
didapat di rumah sakit, selanjutnya disebut sebagai infeksi rumah sakit ( Hospital infection )
Page 16 of 123
b. Infeksi
c. Penyakit Infeksi
e. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen karena infeksi, trauma,
pembedahan atau luka bakar yang ditandai dengan adanya sakit/ nyeri (dolor),
panas (calor), kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor) dan gangguan fungsi.
2. Rantai Penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai
penularan.Apabila satu rantai dihilangkan atau di rusak, maka infeksi dapat di cegah atau
di hentikan.Komponen yang di perlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah :
Page 17 of 123
a. Agen infeksi ( infectious agent)adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi.Pada manusia agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur
dan parasit.Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya
infeksi yaitu : patogenitas,virulensi, dan jumlah (dosis, atau ”load”).
b. Reservoir atau tempat agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap di tularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah
manusia,binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik
lainnya.Pada orang sehat permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas,usus
dan vagina merupakan reservoir yang umum.
c. Pintu keluar ( portal of exit ) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernafasan, pencernaan, saluran kemih
dan kelamin, kulit dan membran mukosa,transplasenta dan darah serta cairan
tubuh lain.
d. Transmisi ( cara penularan ) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi
dari reservoir ke penderita yang suseptibel. Ada beberapa cara yaitu : (1) Kontak
langsung dan tidak langsung, (2) Droplet, (3 ) airbone, (4) melalui vehikulum
( makanan , air / minuman , darah ) dan ( 5 ) melalui vector biasanya serangga
dan binatang pengerat .
e. Pintu masuk ( portal of entri ) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu yang suseptibel . Pintu masuk bisa melalui saluran pernafasan ,
pencernaan , saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak
utuh ( luka ).
Page 18 of 123
f. Pejamu ( host ) yang susptibel adalah orang yang tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi
atau penyakit. Faktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur, status gizi,
status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan,
pengobatan dengan imunosupresan.Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah
jenis kelamin , ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hiduo, pekerjaan dan
herediter.
Agen
reservoi
Host/ r
pejamu
rentan
Tempat Tempat
masuk keluar
Metode
penular
an
Page 19 of 123
Kanula vena dan arteri : menimbulkan infeksi luka infus (ILI), ”
Blood Stream Infection ”(BSI).
Luka bakar dan Trauma
d. Implantasi benda asing :
Indwelling catheter”
”Surgical suture material”
”Cerebrospinal fluid shunts”
”Valvular/ vascular prostheses”
e. Perubahan mikroflora normal : pemakaian antibiotik yang tidak bijaksana
menyebabkan timbulnya kuman yang resisten terhadap berbagai antimikroba.
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Proses terjadinya infeksi tergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen
infeksi (patogenitas, virulensi dan dosis ) serta cara penularan, identifikasi faktor risiko
pada pejamu dan pengendalian infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya
HAIs, baik pada pasien ataupun pada petugas.
Page 20 of 123
d. Tindakan pencegahan paska pajanan ( ”Post exposure prophilaxis”/PEP)
terhadap petugas kesehatan. Pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum
bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian
adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV
1. INFLUENZA
a. Pengertian
b. Penyebab
c. Epidemiologi
d. Cara Penularan
Melalui udara atau kontak langsung dengan bahan yang terkontraminasi. Masa
inkubasi biasanya 1-3 hari.
Page 21 of 123
e. Gejala Klinis
Gejala Influenza yang umum adalah demam, nyeri otot dan malaise. Biasanya
influenza akan sembuh sendiri dalam beberapa hari.
f. Masa Penularan
mungkin dapat berlangsung selama 3-5 hari sejak timbulnya gejala kliniks, pada
anak muda sampai 7 hari
h. Cara Pencegahan
Page 22 of 123
Isolasi umumnya tidak dilakukan karena tidak praktis. Pada saat epidemi
isolasi dilakukan terhadap pasien dengan cara menempatkan mereka secara
kohort.
a. Pengertian
b.Penyebab
Flu burung ( Avian influenza ) disebabkan virus influenza subtipe H5N1,
flu burung dapat terjadi secara alami pada semua burung. Burung
membawa virus kemudian menyebarkan melalui saliva, sekresi patuk, dan
feses. Burung yang kontak dengan burung pembawa virus, dapat tertular
dan menimbulkan sakit, sekretnya akan tetap infeksius selama sepuluh
hari. Faeses burung yang terinfeksi dapat mengeluarkan virus dalam
jumlah besar.
c. Epidemiologi
Flu burung pada manusia sampaisaat ini telah dilaporkan di banyak negara
terutama di Asia. Di daerah dimana terdapat interaksi tinggi antara
populasi hewan khususnya unggas dan manusia ( animal- human
interface ) risiko terjadi penularan pada manusia. Saat ini flu burung
dianggap sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pandemi influenza.
Sebagian besar kasus infeksi flu burung pada manusia yang dilaporkan,
terjadi akibat dekat dan kontak erat dengan unggas terinfeksi atau benda
terkontaminasi. Angka kematian tinggi, antara 50-80 %. Meskipun
terdapat potensi penularan virus H5N1 dari manusia ke manusia,model
penularan semacam ini belum terbukti.
Page 23 of 123
Virus H5N1 menyerang dan membunuh kelompok usia muda. Sebagian besar
kasus terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang sebelumnya sehat.
e. Mengapa virus H5N1 perlu mendapat perhatian khusus dari 15 subtipe virus flu
burung, virus H5N1 menjadi perhatian khusus, dengan alasan sebagai berikut :
Sejak tahun 2003, H5N1 menyebar luas di Asia pada populasi unggas dan
bergerak ke Eropa pada tahun 2005. Selain itu terjadi perluasan host (pejamu)
dari burung ke mamalia.
Risiko manusia dan terinfeksi H5N1 tinggi, dipedesaan Asia unggas di
ternakkan dekat wilayah pemukiman dan dibiarkan berkeliaran secara bebas.
Virus ini telah menyebabkan penyakit yang parah pada manusia dengan
kematian tinggi ( dilaporkan mencapai sekitar 50%, meskipun data surveilans
mungkin tidak lengkap )
Fakta terpenting bahwa H5N1 dapat bermutasi secara cepat dan
berkemampuan memperoleh gen dari virus yang menginfeksi spesies hewan
lain.
kontak langsung dengan unggas terinfeksi atau benda yang terkontaminasi, oleh
feses burung saat ini sebagai jalur utama penularan terhadap manusia.
g. Masa Inkubasi
Masa inkubasi virus influenza pada manusia sangat singkat yaitu 2 sampai 3 hari,
berkisar 1 sampai 7 hari. Pada influenza A (H5N1) masa inkubasi 3 hari berkisar
2 sampai 8 hari.
Page 24 of 123
Nyeri Kepala
Gangguan pernapasan atau sesak napas
Bila menemukan kasus demam ( suhu tubuh≥38o C ) ditambah 1 atau lebih gejala dan
tanda diatas patut dicurigai sebagai kasus flu burung ; terutama bila dalam anamnesa
diperoleh keterangan salah satu atau lebih dibawah ini :
Dalam 7 hari sebelum timbul gejala, pernah kontak dengan penderita influenza
A/ H5N1 yang tealah di konfirmasi
Dalam 7 hari sebelum timbul gejala, pernah kontak dengan unggas, termasuk
ayam mati karena penyakit
Dalam 7 hari sebelum timbul gejala, pernah bekerja memproses sample dari
orang atau hewan yang diduga mengalami infeksi virus flu burung patogen
tinggi ( High Patogenic Avian Influenza / HPAI).
Tinggal diwilayah / dekat dengan kasus HPAI yang dicurigai atau telah
dikonfirmasi.
i. Pencegahan
Khusus dalam kasus wabah flu burung perlu;
Page 25 of 123
4. Sebelum makan
Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus, sehingga dapat mengurangi gejala
dan komplikasi orang yang terinfeksi. Obat anti virus influenza tersebut yaitu :
Amantadine
Rimantadine
Oseltamivir ( Tamiflu)
Zanamivir ( Relenza )
k. Penularan di Rumah Sakit
Virus mungkin masuk ke rumah sakit melalui cairan tubuh ( terutama dari
pernapasan ) pasien yang sudah didiagnosis menderita flu burung atau masih
suspek maupun probable.
Semua tenaga kesehatan, laboratorium, radiologi, petugas kebersihan, atau
pasien lain dan pengunjung rumah sakit beresiko terpajan flu burung.
Penularan lewat udara, droplet dan kontak.
1. Penatalaksanaan
b. Identifikasi dan isolasi pasien
Semua pasien yang datang kerumah sakit dengan demam, dan gejala infeksi
pernapasan harus ditangani sesuai dengan tindakan hygiene saluran pernapasan
seperti yang dibahas dalam buku ini. Pasien dengan riwayat perjalanan kedaerah
yang terjangkit flu burung dalam waktu 10 hari terakhir, dirawat inap dengan
infeksi saluran pernapasan berat atau berada dalam pengamatan untuk flu burung,
harus ditangani dengan menggunakan kewaspadaan standar dan kewaspadaan
penularan lewat kontak, droplet dan udara seperti pada pasien SARS. Kewaspadaan
ini harus dilakukan selama 7 hari setelah turun demam pada orang dewasa, 21 hari
sejak onset penyakit pada anak-anak dibawah 12 tahun, sampai diagnosis alternatif
ditegakkan atau hasil uji diagnostik menunjukkan bahwa pasien tidak terinfeksi
oleh virus influenza A.
Page 26 of 123
c. Langkah penting pencegahan dan pengendalian infeksi
Pencegahan dan pengendalian penyebaran flu burung di Rumah Sakit Stella Maris :
2. HIV – AIDS
a. Pengertian
AIDS ( Acquaired Immuno Deficiency Syndrome ) merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh akibat terserang virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV)
b. Penyebab
Human Immunodeficiency Virus (HIV), termasuk retrovirus yang terdiri atas 2 tipe : tipe 1 (HIV-
1) dan tipe 2 (HIV-2)
c.Cara Penularan
Penularan HIV dri orang ke orang melalui kontak seksual yang tidak dilindungi, baik homo
maupun heteroseksual, pemakaian jarum suntik yang terkontraminasi, kontak kulit yang lecet
dengan bahan infeksius, transfusi darah atau komponenjnya yang terinfeksi, transplantasi organ
dan jaringan. Sekitar 15-35% bayi yang lahir dari ibu yang HIV (+) terinfeksi, transplantasi organ
dan jaringan. Sekitar 15-35% bayi yang lahir dari ibu yang HIV (+) terinfeksi melalui placenta dan
hampir 20% bayi yang disusui oleh ibu HIV (+) dapat tertular. Penularan dapat juga terjadi pada
petugas kesehatan yang tertusuk jarum suntik yang mengandung darah yang terinfeksi.
d. Masa Inkubasi
Bervariasi tergantung usia dan pengobatan antivirus. Waktu antara terinfeksidan terdeteksinya
antibody sekitar 1-3 bulan namun untuk terjadinya AIDS sekitar<1tahun hingga >15 tahun. Tanpa
pengobatan efektif, 50% orang dewasayang terinfeksi akan menjadi AIDS dalam waktu 10 tahun.
e. Gejala Klinis
Page 27 of 123
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5
sampai 10 tahun. Setelah terjadi penurunan sel CD4 secara bermakna baru AIDS mulai
berkembang dan menunjukkan gejala-gejala seperti :
Pemberian anti virus (Highly Active Anti Retroviral Therapy, HAART ) dengan 3 obat atau lebih
dapat meningkatkan prognosis dan harapan hidup pasien HIV. Angka kematian di negara maju
menurun 80% sejak digunakannya kombinasi obat antivirus.
g. Masa Penularan
Tidak diketahui pasti, diperkirakan mulai sejak terinfeksi dan berlangsung seumur hidup.
Diduga semua orang rentan. Terutama pada PMS ( Penyakit Menular Seksual ) dan pria yang
tidak dikhitan kerentanan meningkat.
i. Cara Pencegahan
Menghindari perilaku risiko tinggi seperti seks bebas tanpa perlindungan, menghindari
penggunaan alat suntik bergantian, melakukan praktek transfusi dan donor organ yang aman serta
praktek medis dan prosedur laboratorium yang memenuhi standar.
Diberikan obat ARV untuk mengurangi risiko penularan HIV terhadap petugas kesehatan
setelah terpajan. Studi kasus kelola menyatakan bahwa pemberian ARV segera setelah
pejanan perkutan menurunkan resiko infeksi HIV sebesar 80% ( Cardo dkk. N.Engl J Med
1997). Efektifitas ARV apabila diberikan dalam 1 jam setelah pejanan selama 28 hari.
Pemeriksaan sample darah HIV
Pemeriksaan antibodi pada bulan ke3 dan ke 6
Page 28 of 123
Petugas yang terpajan dimonito oleh dokter penyakit dalam atau anak dan perlu dukungan
psikologis.
3. ANTRAKS
a. Pengertian
Antraks adalah penyakit bakteri akut yang biasanya mengenai kulit, saluran pernapasan atau
saluran pencernaan.
b. Epidemiologi
Penyakit antraks pada manusia terdapat diseluruh dunia. Umumnya didaerah pertanian dan
industri. Mereka yang berisiko terkena antraks adalah :
b. Cara Penularan
Penularan melalui kontak dengan jaringan, bulu binatang yang sakit dan mati atau tanah
yang terkontraminasi (antraks kulit). Infeksi juga dapat melalui inhalasi spora (antraks
paru) atau memakan daging tercemar yang tidak dimasak dengan baik (antraks saluran
pencernaan). Jarang terjadi penularan dari orang ke orang.
c. Masa Inkubasi
Antara 1-7 hari, bisa sampai 60 hari
d. Gejala klinis
Gejala klinis antraks sangat tergantung patogenesis dan organ yang terkena (kulit, paru,
saluran pencernaan, meningitis). Di Indonesia terbanyak ditemukan antraks kulit.
Gejala antraks kulit : 3-5 hari setelah endospora masuk kedalam kulit timbul
makula kecil warna merah yang berkembang menjadi papel gatal dan tidak nyeri.
Page 29 of 123
Dalam 1-2 terjadi vesikel, ulkus dan ulcerasi yang dapat sembuh spontan dalam 2-3
minggu. Dengan antibiotika mortalitas antraks kulit kurang dari 1%.
Gejala antraks saluran pencernaan : mual, demam, nafsu makan menurun, abdomen
akut, hematemesis, melena. Bila tidak segera diobati dapat mengakibatkan
kematian.
Gejala antraks saluran pernapasan meliputi :
o Antraks pada daerah orofaring akan menimbulkan demam, sukar menelan,
limfadenopati regional.
o Antraks pada paru ada 2 tahap. Tahap pertama ringan berlangsung 3 hari
pertama muncul gejala flu, nyeri tenggorok, demam ringan, batuk non
produktif, nyeri otot, mual, muntah, tidak terdapat coryza. Tahap kedua
ditandai gagal napas, stridor, penurunan kesadaran dan sepsis sampai syok
sering berakhir dengan kematian. Meningitis antraks terjadi pada 50% kasus
antraks paru.
e. Masa Penularan
Tanah dan bahan yang tercemar spora dapat infeksius sampai puluhan tahun
Kekebalan setelah terinfeksi tidak jelas. Infeksi kedua kemungkinan terjadi tetapi tidak ada
gejala.
g. Cara Pencegahan
Page 30 of 123
5. Kewaspadaan standar terutama terhadap penyebaran melalui inhalasi dengan :
a. Peralatan bedah harus segera di sterilkan setelah digunakan
b. Petugas kesehatan menggunakan APD, dan segera mandi menggunakan
sabun dan air mengalir yang cukup banyak
c. Petugas tidak perlu diberikan vaksinasi dan profilaksis antibiotika
d. APD bekas pakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibuang
kesampah medis untuk dimasukkan ke incinerator/ dibakar
4. TUBERKULOSIS
a. Penyebab
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh kuman atau basil tahan asam (BTA) yakni
mycobacterium tuberculosis. Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jenis mycobacterium dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan menyerang semua organ tubuh bakteri ini
seperti kulit, kelenjar, otak, ginjal, tulang, dan yang paling sering paru.
b. Epidemiologi
Faktor risikonya yaitu penderita HIV/AIDS, Diabetes, gizi kurang dan kebiasaan
merokok.
c. Cara Penularan
Penularan penyakit TB paru melalui percikan dahak ( droplet) dari orang keorang,
sekali batuk terdapat 3000 percikan dahak (droplets) yang mengandung kuman TB dan
dapat menulari orang sekitarnya.
Page 31 of 123
d. Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman hingga timbul gejala adanya lesi primer atau reaksi test
tuberkolosis positif memerlukan waktu 2-10 minggu. Risiko menjadi TB paru
(breakdown) dan TB ekstrapulmoner progresif setelah infeksi primer umumnya terjadi
pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten bisa berlangsung seumur hidup. Pada
pasien dengan imun defisiensi seperti HIV, masa inkubasi bisa lebih pendek.
e. Masa Penularan
f. Gejala Klinis
Gejala klinis penyakit TB paru yang utama adalah batuk terus menerus disertai
dahak selama 3 minggu atau lebih, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, badan lemah,
sering demam, nafsu makan menurun dan penurunan berat badan.
g. Pengobatan
h. Cara Pencegahan
Page 32 of 123
a) Penemuan dan pengobatan pasien merupakan salah satu cara pencegahan dengan
menghilangkan sember penularan.
b) Imunisasi BCG sedini mungkin
c) Perbaikan lingkungan, status gizi dan kondisi sosial ekonomi
d) Setiap pasien TB paru BTA positif ditempatkan dalam ruangan bertekanan negatif..
setiap orang yang kontak diharuskan memakai pelindung pernapasan yang dapat
menyaring partikel yang berukuran submikron.
e) Jenazah pasien antraks dibungkus dengan kantong plastik, dimasukkan kedalam
peti mati yang ditutup rapat dan disegel. Bila memungkinkan dibakar.
f) Tempat tidur dan alat yang terkontraminasi harus dibersihkan dan disterilkan
dengan autoklaf 120 o c selama 30 menit
g) Limbah padat, cair dan limbah laboratorium diolah dengan semestinya.
A. Dewasa :
a. Keluhan saluran kemih
b. Nyeri pinggang
c. Menggigil
d. Disuria
e. Nyeri Suprasimpisis
f. Urine keruh
B. Anak
1. Neonatus
Page 33 of 123
c. Muntah dan diare
2. Anak
a. Berat badan tidak naik
b. Nyeri perut
c. Demam
d. Polisuria
f. Enuresis
2. Batas Laboratorik
- Bila yang diambil urine porsi tengah (midstream) pada biakan tumbuh
koloni kuman sebanyak 100.000 atau lebih.
- Bila urine diambil dengan cara fungsi supra pubik pada bahan ditemukan
kuman (tanpa syarat jumlah kotor kuman)
- Kateterisasi buli-buli
- dll.
Page 34 of 123
Catatan :
A. Bakteriemia asimtomatik
Ditemukan bakteriemia, tanpa adanya keluhan dan gejala lain dari saluran kemih.
B. Pada penderita yang masuk rumah sakit dengan infeksi saluran kemih, maka baru
dianggap infeksi Nosokomial, bila ditemukan penyebab yang berbeda dengan kuman
penyebab pada waktu penderita masuk rumah sakit.
Infeksi ini ditandai dengan atau tanpa nanah (pus) pada daerah, bekas tusukan
jarum infus dalam waktu 3x24 jam atau kurang dari waktu tersebut bila infus masih
terpasang.
Lokalisasi infeksi khas yaitu disekitar bekas tusukan jarum infus, termasuk
vena seksi dan infus pada kepala bayi dengan menggunakan Wing Needle atau
Vena Catheter
Perkecualian :
Infeksi kulit karena sebab-sebab lain. Pada infeksi ini tidak didahului oleh
pemberian infus atau suntikan lain.
Banyaknya kejadian infeksi kulit karena jarum infus per bulan x 100%
Page 35 of 123
Angka ini menunjukkan secara khusus tinggi rendahnya mutu pelayanan
keperawatan.
Luka Dekubitus : Luka pada kulit dan atau jaringan dibawahnya yang terjadi di
rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah
baring. Luka dekubitus akan terjadi pada daerah sekitar
bokong, punggung, siku atau kadang-kadang terdapat pada
mata kaki/ tumit.
Tirah baring : Penderita yang berbaring total (tidak dapat bergerak dan
bukan karena instruksi pengobatan.
Luka dekubitus mencakup ulkus dangkal dan dalam, pasien mengalami minimal 2
gejala atau tanda tanpa sebab yang jelas, kemerahan, nyeri, pembengkakan tepi
dekubitus dan minimal salah satu dari :
Perkecualian :
Luka lecet yang bukan disebabkan oleh tekanan berat badan penderita, lokasi luka lecet
ini juga tidak / jarang terletak pada daerah-daerah bawah/ samping tubuh penderita
yang terkena tekanan.
Page 36 of 123
Pemeriksaan penunjang : tidak ada
Infeksi ditandai oleh satu atau lebih tanda berikut : jaringan tampak bertambah
merah, edema jaringan sekitar terasa panas dan bau, serta terdapat pus dan nyeri
pada tempat infeksi.
Kuman yang paling sering ditemukan pada luka adalah Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.
Tanda infeksi kedua kuman adalah pus berwarna hijau atau abu-abu yang
berbau dengan jaringan nekrotik. Perlu dibedakan luka terinfeksi atau luka yang
hanya mengalami kolonisasi adalah adanya mikroorganisme tanpa infeksi.
Kolonisasi luka dapat terjadi tanpa infeksi dan tidak menghalangi penyembuhan
luka. Luka yang terkolonisasi akan tampak pucat, dengan cairan serosa ( jernih),
putih pucat atau ke kuning-kuningan, tetapi umumnya tidak berbau setelah
dibersihkan.
Definisi Operasional
Page 37 of 123
Adanya infeksi nosokomial pada katagori luka sayatan operasi bersih yang
dilaksanakan di rumah sakit dan ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan
(color), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x
24 jam.
Operasi bersih :
Semua jenis operasi yang tidak mengenai daerah yang dapat menyebabkan
terjadinya infeksi, misalnya daerah pencernaan makanan, daerah ginjal dan saluran
kencing, daerah mulut dan tenggorok serta daerah saluran kelamin perempuan.
Operasi bersih yang dimaksud disini adalah operasi yang dipersiapkan terlebih
dahulu ( bedah elektif ).
Perkecualian :
Infeksi nosokomial yang terjadi bukan pada tempat luka, operasi, atau terjadinya
peradangan ditempat lain.
Pemeriksaan Penunjang :
Adanya kelainan ringan pada LED dan jumlah lekosit dalam pemeriksaan darah
rutin. Bila memungkinkan dilakukan biakan (kultur) jaringan yang terinfeksi.
Untuk menentukan adanya infeksi luka operasi, diperlukan keterangan pra bedah
dan keadaan selama operasi
Pra bedah :
Page 38 of 123
- Misalnya operasi tumor jinak payudara
- Traktus respiratorius
- Traktus urogenitalis
Misalnya :
- Luka sudah lebih dari 6 jam dengan atau tanpa benda asing.
3. Infeksi : bila dari luka operasi keluar cairan serous dengan hasil
biakan kuman yang positif, atau keluar pus dari luka operasi dengan atau tanpa
pembuktian oleh hasil pemeriksaan mikrobiologik.
Page 39 of 123
Infeksi pada luka operasi belum tentu merupakan infeksi yang didapat dirumah
sakit.
Infeksi pada luka operasi, baru digolongkan pada infeksi Nosokomial bila
keadaan pra bedah atau setelah pembedahan bersih atau terkontaminasi dan
kemudian pasca bedah terjadi infeksi pada luka operasi.
Catatan :
a. Abses jahitan yaitu: bila setelah operasi pada jahitan terjadi abses dan bila jahitan
dilepas dalam 3 x 24 jam luka sembuh, bila luka tidak sembuh, maka luka dikategori
infeksi Nosokomial.
Page 40 of 123
melaksanakan tugas IPCN dibantu oleh IPCLN ( Infection Prevention and Control Link
Nurse ) dan IPCLS ( Infection Prevention and Control Link Staf) sebagai pelaksanaan
harian / penghubung di unit masing – masing.
2. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien meliputi:
a. Kebersihan Tangan / Handhygiene
b. Penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri )
c. Pengelolahan limbah & benda tajam
d. Pengendalian lingkungan
e. Penyuntikan yang aman
f. Kebersiahan pernafasan / Etika batuk
g. Praktek untuk Lumbal Punksi
h. Peralatan Perawatan Pasien
i. Penatalaksanaan linen
j. Kesehatan karyawan
k. Penempatan Pasien
a. Kebersihan Tangan ( handhygiene )
a) Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di
seluruh lingkungan RS Gunung Maria Tomohon.
b) Indikasi kebersihan tangan secara umum :
Segera : setelah tiba di tempat kerja
Sebelum :
Kontak langsung dengan pasien
Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan invasive
Menyediakan / mempersiapkan obat- obatan
Mempersiapkan makanan
Memberi makan pasien
Meninggalkan rumah sakit
Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan
terkontaminai untuk menghindari kontaminasi silang
Page 41 of 123
Setelah :
Kontak dengan pasien
Melepas sarung tangan
Melepas alat pelindung diri
Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak, muntahan, urine,
keringat dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh, pispot, urinal baik menggunakan atau tidak
menggunakan sarung tangan
Menggunakan toilet, menyentuh / melap hidung dengan tangan ( batuk /
bersin )
Menyentuh lingkungan disekitar pasien
Page 42 of 123
Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
Gosok dengan memutar ujung jari-jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
Bilas kedua tangan degan air mengalir
Keringkan degan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar kering
Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran
f. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan/ bagian (klinis& non klinis) di RS Gunung
Maria Tomohon:
Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun ( social )
Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptic chlorhexidine 2%
(aseptic)
Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptic chlorheidine 4%
(surgical)
g. Kebersihan tangan efektif :
Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien
Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi),
semuaperhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus
dilepaskanselama bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan
Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku palsu dan
cat kuku
Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan handuk sekali
pakai
Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan terlihat
kotor
Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila tangan
tidak terlihat kotor diantara tindakan
Keringkan tangan menggunakan handuk sekali pakai
Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung tangan
Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya.
Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
Page 43 of 123
h. Sediakan di setiap ruangan / bagian :
Area klinis (area perawatan / pelayanan langsung terhadap pasien) :
Wastafel dengan air yang mengalir.
Larutan chlorhexidine 2 % (indikasi kebersihan tangan momen 2 dan3) : poli
rawat jalan, ICU, kamar bayi, hemodialisa, UGD (area non tindakan), ruang
keperawatan, unit penunjang medik (radiologi,
laboratorium klinik, rehabilitasi medik)
Larutan chlorhexidine 4 % : UGD (area tindakan), kamar bedah, VK
Sabun biasa (handsoap) : kamar pasien, pos perawat (indikasi
kebersihan tangan momen 1,4,5), toilet, dapur.
Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : setiap tempat tidur pasiendi area
kritis (UGD, kamar bayi, ruang observasi VK, ICU, kamar bedah), setiap pintu
masuk kamar pasien,meja trolly tindakan.
Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
Wastafel dengan air yang mengalir.
Sabun biasa (handsoap) : toilet, dapur, perkantoran, kantin, aula.
Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3):
sanitasi, kamar cuci, kamar jenazah, CSSD.
Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : pintu keluar-masuk petugas /
pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar jenazah, area dimana
fasilitas kebersihan tangan dengan sabun dan airmengalir tidak tersedia / jauh
letaknya.
i. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan cara :
Mengukur / mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan :
Petugas klinis setiap 2 minggu sekali (ruang keperawatan, UGD, ICU,
OK,rawat jalan, kamar bayi, VK, rehabilitasi medik,
Gisi) .
Dengan memperhatikan 4,5,6 kebersihan tangan.
sebelum kontak dengan pasien (Momen 1 menurut WHO).
Petugas non-klinis setiap sebulan sekali (kamar cuci, farmasi,
dapur,IPSRS, sanitasi, kamar jenazah) : sesuai indikasi kebersihantangan
secara umum.
Page 44 of 123
Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun
nonklinisdengan sasaran 30 % dari jumlah masing-masing profesi
(Dokter,Perawat,Fisioterapi dan Gizi).
j. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga dan
pengunjung yang merupakansalah satu bagian dari proses penerimaan pasien baru.
k. Setiap petugas di RS Gunung Maria Tomohon wajib mengikuti pelatihan kebersihan
tangan yang diadakan oleh rumah sakit secara berkesinambungan mengenai prosedur
kebersihan tangan melalui orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
l. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas
(dokter,perawat,fisioterapi,gizi) setiap 2 minggu sekali pada hari selasa pada setiap
minggu ke 2.
m. Setiap minggu ke 2 hari selasa seluruh karyawan bebas assesoris tangan.
Page 45 of 123
e) Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
f) Pembersihan ruang kohort dilakukan setelah pembersihan ruang perawatan umum
dengan menggunakan bahan desinfektan.
h) Setiap pengunjung atau pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi penggunaan
APD, kebersihan tangan, etika batuk.
Page 46 of 123
d) Pasien rawat inap MDR TB ditempatkan di ruang isolasi airbone dengan
ventilasitekanan negatif dan petugas medis menggunakan masker N-95 dalam
melakukanpelayanan kesehatan terhadap pasien tersebut.
e) Penampungan sputum oleh pasien harus dilakukan dalam ruangan dengan konsepAII
(Airbone Infection Isolation) atau box khusus dengan pengaturan sistemventilasi (Well
Ventilated Sputum Induction Booth).
f) Pasien disarankan untuk membersihkan tangan setelah menampung sputum
dengan air mengalir dan sabun atau dengan larutan handrubs.
g) Saat memproses spesimen, petugas laboratorium tetap mengacu pada
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui udara (airbone)
dan transmisi melalui kontak.
h) Semua petugas kesehatan yang menangani pasien TB akan dilakukan
pemeriksaankesehatan rutin secara berkala bekerjasama dengan Sub Sumber Daya
ManusiadanK3 RS.
i) Apabila pasien akan ditransportasikan keluar dari ruang isolasi, pasien harus
mengenakan masker bedah untuk melindungi lingkungan sekitar.
j) Rumah sakit menjamin dilaksanakannya upaya perlindungan diri yang adekuatbagi
petugas kesehatan dan mereka yang bertugas di tempat pelayanan.
Page 47 of 123
Dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN (Infection Prevention Control Nurse
perawat pengendali infeksi purna waktu) dan IPCLN (link nurse – perawat
penghubungpengendali infeksi) untuk menggambarkan tingkat kejadian berbagai penyakit
infeksi target sesuai Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit, Kemenkes dan penyakit
endemisdi rumah sakit.Target surveilans yaitu : Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait
kateterisasi, Infeksi DaerahOperasi (IDO), Infeksi Luka Infus (ILI) pada pasien berisiko,
Pneumonia terkait ventilator (VAP)
a) Melakukan surveilens PPIRS
b) Melakukan Analisis, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data infeksi dilakukan
Komite PPIRS di bawah koordinator. Dokter Penanggung jawab PPI (IPCO) untuk
tujuan pengendalian, manajemen risiko dan kewaspadaan terhadap kejadian luar biasa
(KLB)
c) Pengendalian angka IRS menggunakan target sasaran seuai program PPI. Sasaran angka
IRS dievaluasi setiap 3 tahun.
d) Kejadian luar biasa IRS ditetapkan oleh direktur RS berdasarkan pertimbangan Komite
PPI RS pada hasil evaluasi epidemiologik kecenderungan angka IRS melalui surveilans.
Kecenderungan kejadian IRS yang terus menerus meningkat signifikan selama 3 bulan
berturut-turut atau peningkatan signifikan angka kejadian pada suatu waktu pengamatan
tertentu diwaspadai sebagai KLB. Pencegahan danpengendalian risiko penyebaran
kejadian yang berpotensi menjadi KLB dilakukan segera secara sinergi melalui
kerjasama lintas unit/satuan kerja oleh Komite PPIRS.
e) Laporan Infeksi RS disampaikan Komite PPI RS kepada Direktur Medik dan
Keperawatan setiap bulan.
f) Pemantauan penerapan bundles Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (ILI,
ISK,VAP/HAP, IDO) adalah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan surveilansinfeksi
RS. Kultur mikrobiologi dilakukan pada setiap kasus yang diduga infeksi rumah
sakit(HAIs).
Page 48 of 123
Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan;
Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektivitas yang baik
Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek sampingi minimal;
Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian;
Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya.
c) Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek
yangditimbulkan
Page 49 of 123
a) Alat tersebut dapat diproses secara benar/tepat (rasional) dan hasil sterilisasi
masih efektif dan efisien baik secara fisik /fungsi, kualitas serta aman digunakan
bagi pasien.
b) Alat tersebut sangat dibutuhkan penggunaannya, tetapi sulit diperoleh atau sangat
mahal harganya
c) Pemrosesan Alat yang dibutuhkan disterilkan dan digunakan kembali harus
melalui proses pencatatan dan pengawasan mutu di bagian Sterilisasi
d) Daftar Alat pemakaian ulang akan kembali ditentukan oleh RS.
e) Adanya form daftar peralatan alat single use yang di re-use.
f) Adanya form daftar monitoring alar single use yang dire-use.
9. PENGENDALIAN LINGKUNGAN RS
Page 50 of 123
d) Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan
dilakukan 2 kali. Apabila harus menggunakan lift harus dengan lift tersendiri/RAM.
e) Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak
ketiga
f) Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung tangan
khusus, masker ,sepatu boot ,apron ,pelindung mata ,dan bila perlu helm
g) Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan
desinfektan ,cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan telaah
panitia PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi.
Page 51 of 123
c) Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses
penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene
pribadi berupa monitoring kultur mikrobiologi swab rektal, dikoordinasikan dan
di bawah tanggung jawab Komite K3 RS.
d) Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan berkala
selama 6 (enam) bulan sekali
a) Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien baru
masuk, meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban membuang sampah.
Page 52 of 123
b) Setiap konstruksi maupun renovasi bangunan yang dilakukan di RS harus
mengutamakan keselamatan pasien, pengunjung dan petugas berdasarkan
prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi .
c) Pengkajian risiko infeksi dibuat berdasarkan dari panduan Infection Control
RiskAssesment (ICRA).
d) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (KPPI RS)
melakukan pengkajian risiko infeksi dan tindak lanjut berkolaborasi dengan
bagian pemeliharaan dan K3 RS.
Page 53 of 123
Untuk area yang jarang disentuh (Non High touch area) menggunakan sabun
PH netral
d) Penggunaan disinfektan di area banyak tumpahan darah/cairan tubuh:
menggunakan disinfektan Chlorine 0.5%
lainnya.
penggunaan di kamar
bersalin
Page 54 of 123
untuk wabah (mis ;C
difficile)
a) Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
b) Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat digunakan dengan cara
yangdapat menjaga syarat aseptik.
c) Multi dose vial digunakan
Hanya digunakan untuk satu orang pasien
Setiap mengakses via multi dose harus menggunakan jarum dan spuit
yangsteril
Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang tindakan kecuali
vial tersebut hanya diperuntukkan untuk satu orang pasien tertentu.
Setelah digunakan untuk pertama kali, harus dicantumkan tanggal pertama
kali vial dibuka dan tanggal beyond use date pada etiket obat.
Page 55 of 123
d) Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) tidak dapat digunakan bersama sama
untuk beberapa pasien.
e) Insulin flexpen hanya dapat digunakan untuk satu orang pasien dan tidak
dapatdigunakan untuk bersama-sama untuk beberapa pasien.
f) Setiap kali penyuntikan insulin dengan menggunakan flexpen harus
menggunakanjarum baru.
Page 56 of 123
j) Pasien, keluarga dan pengunjung berperan penting di dalam pencegahan
danpengendalian infeksi di rumah sakit. Setiap ruangan / unit harus
menyediakanfasilitas wastafel,tempat sampah non infeksius (kantong
hitam),sabun biasa (handsoap), masker bagi pasien, keluarga dan pengunjung.
Page 57 of 123
Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans
Infeksi Rumah Sakit.
Berkoordinasi dengan IPCLN dan Kepala ruangan serta dokter yang
bertanggung jawab menangani pasien, untuk melakukan verifikasi
diagnosis infeksi rumah sakit, penegakan diagnosis IRS dan
mengkonfirmasi sebagai kasus KLB. Selain itu juga dilakukan investigasi
terhadap kemungkinan sumber penularan, cara penularan dan
kemungkinan penyebarannya, serta aspek lain yang diperlukan untuk
penanggulangan atau memutuskan rantai penularan.
Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan:
o Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.
o Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi
untuk dibiakkan dan antibiogram.
o Pemasangan label di tempat penampungan bahan pemeriksaan
laboratorium pasien penyakit menular. Label bertuliskan ”Awas
Bahan Menular”
Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk
memberikan klarifikasi-klarifikasi perihal yang terkait dengan KLB,
misalnya pelaksanaan Prosedur Tetap secara benar.
h) Apabila hasil investigasi menyimpulkan telah terjadi KLB, maka Komite
PPIRS menetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan kepada
pimpinan RS.
i) Untuk menanggulangi KLB Komite PPIRS berkoordinasi dengan Direktorat
Pelayanan Medik, Panitia K3 RS, Laboratorium, Farmasi, Sanitasi, CSSD,
Gizi,Kamar Cuci dan Bagian terkait lainnya sesuai kebutuhan.
j) Apabila diperlukan pasien kasus KLB dirujuk ke rumah sakit rujukan infeksi
yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
k) Agar KLB IRS tidak meluas, Komite PPI bersama IPCLN dan perawat
ruangan melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan dengan
cara:
Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan yang
benar dan tepat.
Page 58 of 123
Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD lain
sesuai indikasi.
Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar
Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan pasien
yang sama-sama terinfeksi/kohorting dan menentukan staf yang akan
memberikan penanganan (dipisahkan dengan staf lainnya)
Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur Utama untuk
mengisolasi ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang dianggap
tercemar oleh infeksi.
Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
l) Komite PPIRS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan yang telah
diambil terhadap data atau informasi KLB.
m) Komite PPIRS terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB berhasil
diatasi.
n) Status KLB wajib dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.
o) Komite PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang tidak
ditemukan kasus baru.
Page 59 of 123
Aspek budaya dan agama harus diperhatikan. Keluarga pasien yang
inginmelihat jenazah setelah dipindahkan dari ruang perawatan juga harus
menerapkan Kewaspadaan Standar.
Penanganan semua jenazah petugas harus menggunakan APD yang sesuai.
Page 60 of 123
22. PERSIAPAN PEMAKAIAN RUANGAN BARU PASKA KONSTRUKSI /
RENOVASI RS
a) Ruangan / Lingkungan
Lantai dipel dua kali sehari dengan menggunakan cairan sabun netral
Ruangan di bongkar satu kali dalam seminggu
AC dibersihkan setiap satu bulan sekali
Pemeriksaan air bersih dilakukan setiap 3 bulan sekali
Ruang bayi sehat harus terpisah dengan ruangan bayi sakit
Suhu dan kelembaban kamar bayi sehat : 21 – 24 °C & 45 -60%, sedangkan
untuk kamar bayi sakit : 22 – 24 °C & 35 – 60 %
Kulkas obat di check temperaturnya
b) Peralatan
Tempat tidur, gantungan, timbangan, peralatan photo terapi, dibersihkan setiap
hari dengan kain lembab memakai detergen dan air bersih
Bak mandi : dibersihkan dengan detergen dan air bersih setiap hari
Page 61 of 123
Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan / memberi
susubayi, dari toilet, dll
Perawat kamar bayi harus mengikuti program vaccinasi hepatitis &
Varicella.
Tidak boleh memelihara kuku atau memakai perhiasan saat bekerja.
Perawat yang merawat bayi sehat tidak boleh merawat bayi sakit.
Rambut harus diikat / dipotong pendek sehingga tidak mengenai muka bayi
saat memberi susu bayi.
Mengganti popok harus mengunakan sarung tangan.
Ibu yang menyusui di kamar bayi
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi.
Membersihkan puting susu sebelum menyusui bayi
Petugas yang menerima ASI yang dipompa dari ibu / keluarga, maka pada
botol harus ditutup, beri label, tanggal dan waktu pengambilan ASI.
Bayi
Bayi yang sehat harus dipisahkan dari bayi yang sakit.
Pemberian vaccin Hepatitis B diberikan 24 jam setelah lahir sedangkan bayi
dengan riwayat ibu dengan Hepatitis diberikan immunisasi pasif.
Bayi dengan berat badan normal dimandikan 1x sehari sebelum putus tali
pusat.
Perawatan tali pusat dengan menggunakan air bersih, dikeringkan dan tidak
ditutup dengan kassa.
Bayi yang dirawat dengan blue light, matanya harus ditutup dan dibuka saat
diberi susu.
Setiap bayi mempunyai perlengkapan masing-masing dan disimpan
ditempatyang sudah disediakan.
24. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI KAMAR
BERSALIN
a) Pencegahan standar
Baju / gaun panjang dan sarung tangan harus digunakan pada semua
proseduryang bersentuhan dengan darah atau cairan tubuh pasien, termasuk
jugakebersihan peralatan dan lingkungan, pemeriksaan plasenta.
Pelindung mata (goggles) dipakai pada setiap prosedur persalinan.
Page 62 of 123
Semua benda tajam yang terkontaminasi oleh darah harus langsung dibuang
kedalam sharp container yang telah tersedia.
Semua linen yang terkena noda darah dimasukkan kedalam kantong berwarna
kuning.
Staff yang mempunyai lesi/luka terbuka atau goresan pada tangan mereka harus
menutup luka tersebut dengan plester kedap air dan selalu menggunakan
sarungtangan saat menangani persalinan.
Staff yang bekerja dikamar bersalin harus ikut dalam program vaccinasi
HepatitisB.
Semua tissue dan sampah yang terkontaminasi dengan darah harus dibuang
kedalam kantong plastik kuning.
Pasien
Pasien ganti baju sebelum ditolong persalinan
Keluarga yang masuk ke kamar bersalin dibatasi.
Pasien dengan infeksi harus ditempatkan diruang tersendiri (isolasi)
Bayi
Perawat/bidan yang menerima bayi baru lahir harus menggunakan APD lengkap.
Penghisap lendir bayi harus menggunakan yang sekali pakai.
Bayi lahir, tali pusat diikat dengan klem tali pusat steril dan diberi
alkohol70%/povidine iodine7.5% pada ujung tali pusat.
Bayi baru lahir dibersihkan, kemudian bayi dimandikan dengan air hangat.
c) Lingkungan
Ruang Bersalin
Pembersihan ruang bersalin dilakukan 2x sehari dan setiap selesai tindakan.
Page 63 of 123
Pembersihan umum dilakukan seminggu sekali pada hari tidak ada
tindakan/persalinan.
Semua tumpahan darah dan cairan tubuh harus dibersihkan dengan
menggunakandesinfektan chlorine.
Tempat tidur, meja pasien, lemari harus dibersihkan dengan menggunakandeterjen
netral setiap selesai digunakan.
d) Penanganan terhadap ibu yang positif terpapar virus yang ditularkan melalui darah–
Hepatitis B, C dan HIV.
Untuk meminimalkan resiko kelahiran bayidengan kelainan darah karena ibunya positif
terkena virus yang ditularkan melalui darah, beberapa langkah yang harusdilakukan:
Pertahankan selaput ketuban tetap utuh selama mungkin.
Tali pusat diklem/ditutup sesegera mungkin untuk menghindari tranfusi janin
maupun ibu yang tidak perlu.
Suntikan dan contoh darah bayi ditunda sampai darah yang berasal dari ibu
dibersihkan.
Page 64 of 123
Dalam keadaan ibu positif menderita Hepatitis B, maka dorongan
untukimnunisasi terhadap bayi sebaiknya aktif dilakukan.
Pada saat bayi dimandikan, harus dilakukan secara hari-hari sehingga semuadarah
menempel bisa dibersihkan, semua peralatan yang digunakan dibuangdiplastik
warna kuning atau dibersihkan sehingga semua yang mengandung protein
terangkat. Segera setelah prosedur ini selesai dilakukan, bayi bisa ditangani
dengan normal, tidak perlu diambil tindakan pengisolasian.
Lakukan imunisasi bayi baru lahir dengan ibu yang positif hepatitis B.
Page 65 of 123
Masker bedah dipakai selama tindakan operasi dan diganti denganmasker baru
pada saat akan operasi berikutnya.
Kenakan apron sebelum akan memakai gaun steril
Kenakan Gaun steril untuk tindakan operasi
Kenakan Gaun bersih tidak steril untuk melindungni kulit dari
kontaminasi dan mencegah baju menjadi kotor, selama tindakan /merawat pasien
yang memungkinkan terjadinya percikan cairan tubuhpasien.
Tutup kepala digunakan mulai pintu masuk kamar bedah, dan digantisetiap kali
selesai operasi.
Gunakan alas kaki yang tertutup bagian depan, dan tidak bolong bolong.
c) Penanganan peralatan perawatan pasien
Pembersihan dan desinfeksi dilakukan segera setelah alat-alat dipergunakandan
dilakukan oleh petugas terlatih.
Peralatan untuk ventilasi dan pernapasan yang digunakan pada penderita TB yang
dioperasi digunakan alat yang sekali pakai.
d) Pembersihan lingkungan
Menggunakan cairan desinfektan untuk RS sesuai dengan pedoman RS
Tempat tidur/ kursi, meja, permukaan meja operasi, permukaan meja
instrument dibersihkan setiap selesai dipakai pasien dengan
menggunakan clorin 0,05 % atau desinfektan yang lain sesuai kebijakan Rumah Sakit
Penanganan limbah, sampah medis (infeksius) dalam kantong kuning
kemudian dibakar di incenerator, benda tajam masuk ke dalam box safety,sampah
umum/rumah tangga (non infeksi) dibuang di TPA.
Penanganan tumpahan darah atau bahan infeksi harus dibersihkan sesuaiSPO.
e) Pasien
Pasien berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi.
Mandi pasien dengan antiseptik malam dan pagi hari sebelum operasi.
Cukur rambut, dilakukan bila benar-benar diperlukan segera sebelum operasidengan
menggunakan clipper bukan razor.
Post operasi, meliputi pencegahan dan rawatan pasien sebelum, selamapasien dan
sesudah pasien operasi.
Page 66 of 123
Penderita TB sewaktu dibawa masuk kamar operasi segera langsung masuk kamar
operasi tidak diperbolehkan menunggu di lingkungan kamar operasi.Masker bedah
harus dipakai pasien selama pasien dipindah ke kamar operasi
Pasien TB harus dipulihkan kesadarannya diruang kamar operasi / ruanganastesi,
tidak boleh diruangan pemulihan.
f) Petugas
Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kamar bedah
Memberikan motivasi kepada petugas.
Petugas tidak memakai jam tangan, gelang, cincin.
Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
Petugas yang sakit menular dilarang untuk bekerja di kamar bedah.
Page 67 of 123
terhadap prosedur sterilisasi dan desinfeksi terhadap peralatanyang digunakan di
ICU , juga terhadap penanganan bila terjadi luka tertusukjarum.
b) Prosedur Invasive
Jika prosedur invasive digunakan sebagai pilihan untuk menyelamatkan jiwa pasien
dan sangat bermanfaat dalam penanganan pasien, maka prosedurpengendalian infeksi
sebagaimana dijelaskan di atas dapat diabaikan.
Prosedur invasive harus dilakukan dengan menerapkan teknik aseptik. Teknik aseptik
harus diterapkan untuk semua prosedur invasive dan penggantian balutan perlu
memakai sarung tangan steril. Dalam situasi emergency dimana prosedur yang
dilakukan tidak cukup baik dalam teknik aseptik, maka seperti penggantian kateter
urine, iv kateter yang mungkin dapat terkontaminasimaka sebaiknya diganti setelah
kondisi pasien stabil.
Page 68 of 123
Tingkat sterilitas yang benar, desinfektan dan dekontaminasi harus dilakukan padasemua
perlatan yang akan digunakan. Setiap pasien harus mempunyai peralatansendiri-sendiri
dan bisa dipakai ulang atau menggunakan alat yang sekali pakai.
Item sekali pakai
Item yang sekali pakai seperti peralatan airway yang kontak langsung dengan saluran
pernafasan seperti ETT dan airway, canule suction dimana dari manufakturnya telah
diberi label sekali pakai, maka tidak boleh dipakai ulang atau didaur ulang.
Item yang dapat dipakai ulang
Item yang dapat dipakai ulang harus dilakukan dekontaminasi dan disinfeksiyang
benar sebelum digunakan kembali dan apabila prosedur yang akandilakukan
melibatkan bagian tubuh yang steril, maka peralatan tersebut harusdalam keadaan
steril.
Circuit Ventilator
Untuk setiap pasien, breathing circuit, humidifier harus diganti setiap 5-7 hariatau
dapat diganti jika kotor, circuit dapat dilindungi dengan posisi filter yangbenar,
sedangkan bacterial filter dipakai satu pasien satu bacterial filter.
d) Suplai
Area penyimpanan
Item yang bersih dan steril tidak boleh disimpan dalam area yang sama.Lokasi atau
ruangan terpisah harus digunakan untuk area bersih dan kotor.
Item steril
Semua item yang telah steril harus disimpan di area yang bersih dan kering.Jika
bungkusan steril mengalami kerusakan atau bocor, maka kemasantersebut dinyatakan
tidak steril lagi dan item didalamnya tidak boleh digunakan. Pengecekan item steril
pada stok steril harus dilakukan secarareguler. Semua item steril harus dicek keutuhan
kemasannya sebelum digunakan (dibuka).
e) Pengelolaan Linen
Linen kotor adalah merupakan sumber kontaminasi mikroorganisme yangsignifikan
linen kotor saat penggantian linen (oleh karena itu penggantian linen tidakboleh
dilakukan dengan mengibaskan linen ke udara).
Page 69 of 123
Linen disimpan di tempat yang bersih, kering dan tertutup untuk mencegah
kontaminasi kuman dari udara. Jika linen bersih tidak jadi digunakan, maka tidak
boleh disimpan di area penyimpanan stok linen ruangan, tetapi harus dikembalikan ke
laundry untuk dicuci ulang.
Tidak boleh meletakkan linen kotor di lantai, di kursi atau di meja. Linenkotor
dimasukkan ke dalam kantong plastik trolly linen kotor yang telah tersedia. Trolly
linen yang digunakan untuk mengangkut linen kotor tidak boleh digunakan untuk
membawa linen bersih.
f) Obat-obatan
Obat-obatan harus disiapkan dengan menggunakan teknik tanpa sentuhan,obat-obat
parenteral harus disiapkan secara aseptik menggunakan spuit danjarum steril. Cairan
intravena dan cairan irigasi steril harus diberi label tanggal, waktu dibuka dan dibuang
setelah 24 jam (jika setelah dibuka dantidak digunakan lagi).
Antibiotika
Pemberian antibiotika pada pasien ICU yang tidak memperhatikan pola
sensitivitas kuman akan memberikan andil terjadinya KLB infeksi serius
dengan konsekuensi yang fatal. Adanya kebijakan penggunaan antibiotika dirumah
sakit akan lebih rasional dalam pemberiannya dan merupakan keputusan yang dapat
diterima secara hukum dibandingkan mereka yang tidak mempunyai kebijakan
tentang pemberiaan antibiotika yang benar.
Pemberian multidose
Karena adanya potensi terjadi infeksi silang, maka penggunaan vial untuk multidose
dan ampul untuk pasien lebih dari satu sangat tidak dianjurkan diterapkan di RS
Gunung Maria Tomohon, oleh karena itu isi vial atau ampul hanya digunakan oleh
satu pasien saja dengan alternatif lainnya yaitu dengan memisahkan isi vial ke dalam
beberapa spuit steril, beri tanggal dan jam buka vial pada spuit dan disimpan dalam
lemari pendingin obat untuk selama 24jam.
g) Faktor Pasien dan Petugas
Isolasi
Setiap pasien yang dicurigai atau dinyatakan mempunyai penyakit menular, maka
harus ditempatkan terpisah dari pasien lain (kamar isolasi).
Hygiene
Page 70 of 123
Pasien yang dirawat di ICU secara rutin harus dilakukan personal hygiene dengan
baik. Dengan melakukan personal hygiene yang baik akan mencegah terjadinya
infeksi silang dan memberikan kesegaran dan mengurangi stres bagi pasien.
Petugas
Semua staff yang bertugas di ICU harus memakai seragam yang bersih. StafICU
tidak diperbolehkan memakai perhiasan termasuk cincin kawin saat mereka
tugas, hal ini karena potensial menyebarkan kuman atau mengakibatkan kolonisasi
kuman.Staf yang diketahui mengidap penyakit menular baik melalui pembuluh
darah maupun melalui udara harus berobat dan melaporkan ke supervisor.
h) Pengendalian lalu lintas di ICU
Dalam kasus tertentu pengunjung harus dibatasi sesuai dengan keperluannya,hal ini
untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien. Jika pasien dirawat di
kamar isolasi ICU, maka pengunjung harus diberi penjelasan untuk menerapkan
kewaspadaan standar termasuk pengunaan APD, dan anak-anak di bawah umur tidak
boleh masuk ke dalam ICU, khusus untuk bayi pengunjung yangdiperbolehkan
hanya orang tua.
Pengunjung wajib melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah
mengunjungi pasien ICU.
Pengunjung tidak perlu memakai baju ganti pada saat mengunjungi pasien diICU.
i) Pengendalian Lingkungan
Penanganan sampah
Semua pembuangan sampah harus mengikuti tatacara penanganan
danpembuangan sampah harus sesuai dengan kategori sampah (klinis dannon
klinis)
Jarum bekas dan benda tajam lainnya harus dibuang ke dalam tempatyang telah
disediakan (sharp container).
Bekas balutan yang terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh harusdibuang ke
dalam kantong sampah warna kuning.
Suhu dan kelembapan udara
Pengecekan suhu dan kelembapan udara harus dilakukan setiap hari.
House Keeping
Pembersihan harian : lantai harus dibersihkan setiap hari dengan
menggunakan kain pel dan desinfektan, dilakukan 2x sehari atau
Page 71 of 123
sewaktu-waktu.
Pembongkaran : dilakukan 1 bulan sekali atau melihat jumlah pasien
a) Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui :
Kontak langsung dengan luka infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi
Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi
Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang terluka
maupun utuh atau mukosa
Aerosol atau penyebaran mikroorganisme melalui udara.
b) Semua pasien yang datang harus dianggap carrier dari mikroorganisme patogen.
Evaluasi pasien : mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap
Perlindungan diri :
Hindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien,
hindari kontak dengan mata, hidung, mulut dan rambut serta hindari
memegang luka atau abrasi.
Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester kedap air.
Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah merawat pasien
dengan chlorhexidine 2 %.
Dokter gigi memakai baju praktek yang bersih dan berlengan pendek.
Dokter gigi dan perawat gigi harus menggunakan :
Sarung tangan : sarung tangan lateks bersih digunakan pada saat memeriksa
pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan, sarung tangan steril
digunakan pada saat melakukan tindakan bedah, sarung tangan rumah tangga
digunkan pada saat membersihkan alat/permukaan kerja atau bila
menggunakan bahan kimia.
Kacamata pelindung : melindungi mata dari splatter dan debris
yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang
gigi.
Masker : mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi
saluran pernafasan atas maupun bawah.
Page 72 of 123
c) Sterilisasi instrumen :
Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari
debris organik, darah dan saliva
Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk sterilisasi
Proses sterilisasi dilakukan di CSSD
Instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai, pembungkus instrumen hanya
boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu 1 bulan tidak
digunakan harus disterilkan ulang.
d) Menutupi pegangan lampu, tombol-tombol pada unit gigi, baki instrumen, ujungalat
three way syringe, saliva ejector, ujung alat tambalan sinar, sandaran kepaladengan
plastik, alumunium foil sekali pakai untuk tiap pasien.
e) Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker,
penutuppermukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh ke dalam tempat
sampahinfeksius sedangkan benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel dimasukkan
kedalam tempat sampah benda tajam.
f) Berkumur antiseptic sebelum tindakan kedokterangigi, efektif mereduksi jumlahoral
mikroorganisme rongga mulut
a) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan secara internal (antar unit) maupun eksternal
(dengan Rumah Sakit lain yang sejenis atau dengan praktik terbaik /bukti ilmiah yang
diakui).
b) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan oleh tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
setiap bulan (benchmarking internal) dan setahun sekali (benchmarking eksternal).
c) Rumah sakit yang menjadi mitra dalam benchmarking eksternal adalah rumah sakitlokal /
nasional yang setara maupun organisasi kesehatan internasional yang terbukti memiliki
praktik terbaik secara ilmiah.
d) Hasil perbandingan dianalisa, ditindak lanjuti dan dilaporkan kepada Direksi secara
tertulis dalam bentuk laporan bulanan PPI (benchmarking internal) dan laporan surveilans
tahunan (benchmarking eksternal).
e) Hasil perbandingan data dasar infeksi internal maupun eksternal dikoordinasikandalam
rapat tim pokja PPI setiap 3 bulan sekali.
Page 73 of 123
29. Risk Management PPI
a) Setiap gugus tugas melakukan pengkajian risk PPI di masing-masing ruangan.
b) Pengkajian didasarkan pada management risk.
c) Dilakukan analisis risk management PPI oleh IPCN bersama komite PPI.
d) Komite PPI menetapkan hasil analis untuk dijadikan program kerja PPIRS Stella Maris
Makassar.
e) Risk PPI juga terkait kejadian KLB
BAB V. LOGISTIK
Page 74 of 123
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN
Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3 (tiga )
elemen yaitu input, proses dan outpout sampai outcome dengan bermacam – macam konsep
dasar, program regulasi yang berwewenang misalnya antara lain penerapan Standar
Pelayanan Rumah Sakit, Penerapan Quality Assurance, Total Quality Management,
Countinous Quality Improvement, Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medis,
Indikator Klinis, Clinical Govermance, ISO dan lain sebagainya. Harus di akui program –
program tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada aspek inpout,
proses maupun outpout dan outcome. Namun harus di akui, pada pelayanan yang telah
berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum.
Oleh sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena KTD
sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat di cegah
melalui rencana pelayanan komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan haknya.
Program tersebut yang kemudian di kenal dengan istilah keselamatan pasien ( pasien safety ).
Dengan meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit di harapkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan rumah sakit kita kearena blaming, menimbulkan konflik antara dokter /
petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan proses hukum,
tuduhan malpraktek, blow – up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini negative
terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu rumah sakit dan dokter bersusah payah
Page 75 of 123
melindungi dirinya dengan asuransi, pengacara dsb. Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak
yang menang, bahkan menurunkan kepervayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.
Kewaspadaan Standar di rancang untuk mengurangi resiko terinfeksi penyakit
menular pada pasien baik dari sumber infeksi yang kita ketahui maupun yang tidak kita
ketahui. Kewaspadaan yang terpenting, di rancang untuk di terapkan secara rutin dalam
perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik
terdiagnosis infeksi, di duga terinfeksi atau kolonisasi. Di ciptakan untuk mencegah transmisi
silang sebelum diagnosis di tegakkan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada.
Strategi utama PPI, menyatukan Universal Precaution dan Body Substance Isolation adalah
kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan harus di terapkan terhadap
semua pasien di semua fasilitas kesehatan.
Page 76 of 123
2.1.1 Komunikasi antar perawat
2.1.2 Komunikasi perawat dengan dokter
2.1.3 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di Rumah
Sakit Panti Rahayu.
2.2 Menggunakan komunikasi SBAR :
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping terapi/tindakan atau
pemburukan kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang merawat.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
3.1 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan tinggi pada
obat-obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
3.2 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
5.1 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
5.1.1 Infeksi luka infus
5.1.2 Infeksi saluran kencing
5.1.3 Infeksi luka operasi superfisial
5.1.4 VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
5.1.5 HAP (Hospital aquired pneumonia)
5.1.6 Kepatuhan kebersihan tangan.
5.2 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
5.3 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
5.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5.5 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .
Page 77 of 123
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) adalah salah satu upaya untuk
mencipyakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, Sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja, tetapi juga dapat
menggangu proses pelayanan secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya
akan berdampak pada masyarakat luas.
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat bekerja, juga dapat
mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan yang lain. Fasilitas
Kesehatan harus memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi bagi petugas
kesehatan. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus di periksa riwayat
kesehatan, harus periksa riwayat pernah infeksi apa saja, status imunisasinya.
Page 78 of 123
Imunisasi yang dianjurkan untuk petugas kesehatan adalah hepatitis B,dan bila
memungkinkan A, influenza, campak, tetanus, difteri, rubella. Mantoux test untuk melihat
adakah infeksi TB sebelumnya, sebagai awal data. Pada kasus khusus, dapat di berikan
varicella. Alur paska pajanan harus di buat dan pastikan untuk di patuhi. Perlu adanya
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( k3 ) di Rumah Sakit. Adapun tujuan dari
program K3RS :
1. Manajemen resiko terhadap bahaya kebakaran dan bencana alam serta mencegah
timbulnya wabah
2. Pelaporan insiden kecelakaan kerja atau kasus kecelakaan kerja serta
mempertahankan kesehatan petugas kesehatan
3. Mencegah tuntutan hukum
A. Pemeriksaan Kesehatan
- Periksa suhu tubuh 2 × / hari pada petugas kesehatan yang merawat pasien flu
burung
- Bila demam, sebaiknya petugas di peindahkan dari tugas perawatan, dan harus
menjalani uji diagnostic
- Jika tidak dapat di identifikasi penyebabnya sebaiknya petugas kesehatan diberi
pengobatan antiviral
B. Pemberian immunisasi / profilaksis
Page 79 of 123
- Pemberian immunisasi Hepatitis B
- Pemberian vaksin flu musiman yang di anjurkan WHO jika ada kontak dengan
pasien penyakit menular melalui udara
- Kadar antibody yang bersifat protektif di deteksi antara 2 dan 4 minggu setelah
vaksinasi
C. Pengadaan Sarana Kewaspadaan Standar
- Sarana Alat Pelindung Diri ( APD ) harus tersedia cukup di area perawtan pasien
- APD harus segera di lepaskan jika tidak perlukan lagi
D. Pencegahan penularan petugas kesehatan
- Taat melaksanakan Kewaspadaan Standar
- Menjaga kesehatan saluran pernafasan ( tidak merokok )
- Senantiasa menjaga kebersihan diri
- Tidak memanipulasi jarum bekas pakai
-
E. Penatalasanaan Penularan
- Petugas kesehatan yang sedang flu perlu di pertimbangkan untuk tidak merawat /
kontak dengan pasien immunokompromais
- Petugas kesehatan yang mengalami demam atau gangguan pernafasan dalam 10
hari setelah terpajan pasien penyakit menular melalui udara perlu di bebas tugaskan
dan harus di isolasi
Page 80 of 123
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tidakan
- Program surveilans
- Pendidikan & latihan berkesinambungan
- Gunakan APD sesuai jenis tindakan
- Baca etiket obat / cairan sebelum di gunakan
- Tidak menyarungkan kembali yang telah dipakai
- Buang jarum bekas pakai pada container yang telah di sediakan
- Jangan pernah memberikan jarum bekas pakai pada orang untuk dibuang
- Buang container jarum jika sudah ¾ penuh
- Jangan tinggalkan jarum sembarangan
- Buang sampah sesuai tempat dan jenisnya
- Jaga kebersihan lingkungan
- Jaga permukaan lantai tetap kering dan tidak licin
- Jangan panic
- Segera keluarkan darah dan cuci dengan air mengalir menggunakan sabun atau
antiseptic
- Laporkan ke Tim PPI dan K3
Buat laporan
Page 81 of 123
Treatment klinik staf
Sumber pajanan berupa darah, cairan berdarah, atau bahan lain yang
berpotensi menularkan infeksi ( OPIM ) atau alat kesehatan yg tercemar dari
salah satu bahan tersebut
OPIM ( Other
YA
Potensial Infection
Matreial ) Darah atau cairan Tak perlu
berdarah PPP
Kulit yg tak utuh atau selaput mukosa Kulit yang utuh Pajanan perkutaneus
Seberapa berat ?
Volume Tak perlu PPP
TIDAK BERAT
LEBIH BERAT
SEDIKIT BANYAK
( mis ,jarum solid atau goresan
(mis: jarum besar
(mis, satu tts, dlm (mis, beberapa superficial ) Page 82 dalam,
of 123darah
bersaluran,tusukan
wtk singkat ) tts,percikan darah, byk
terlihat,jarum bekas pasien
darah/dlm wkt lama )
KP I KP 2 KP 2
KP 3
Pajanan dgn titer rendah mis: Pajanan dgn titer tinggi mis: AIDS KS HIV tidak tahu
Asimtomatik dan CD4 tinggi lanjut infeksi HIV primer, VL yang
meningkat atau tinggi atau CD4 rendah
Page 83 of 123
KS HIV -I
KS HIV - 2
Faktor yang meningkatkan resiko serokonversi : Pajanan darah atau cairan tubuh dalam jumlah
besar, di tandai dengan :
Monitoring PPP :
Page 84 of 123
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu PPP
PPP
Tusukan benda Berikan rejimen Berikan rejimen Berikan rejimen AZT 300 mg
tajam solid 2 obat 2 obat 3 obat 3TC 150mg
/12 jam × 28
Tusukan benda Berikan rejimen Berikan rejimen Berikan rejimen
hari
tajam berongga 2 obat 3 obat 3 obat
Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan kerja mengacu pada Pedoman yang di
keluarkan oleh Komite Keselamatan Kerja ( K3 )
Monitoring dan evaluasisecara berkala oleh Tim PPIRS , Panitia Mutu dan K3
Tim PPIRS, K3 dan Panitia Mutu RS Gunung Maria Tomohon melakukan evaluasi
kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya.
Page 85 of 123
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU
Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk petugas Rumah Sakit dan
sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang sangat berbahaya, dalam artian rawan
untuk terjadi infeksi. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit dan upaya
pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. HAIs
merupakan masalah penting di seluruh dunia dan terus meningkatkan setiap tahunnya ( Alvarado
2000 ).Tolak ukur mutu pelayanan Rumah Sakit di Indonesia salah satunya adalah Infeksi
Nosokomial.
Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta
Rujukan di Tomohon. Terjadinya HAIs merupakan hal yang paling sulit di hadapi khusus dalam
menangani penderita – penderita gawat. Kejadian HAIs menjangkau paling sedikit sekitar 9 %
(variasi 3 – 21 %) dari lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap rumah sakit di seluruh dunia. Di
negara maju, angka kejadian HAIs telah di jadikan salah salah satu tolak ukur mutu pelayanan
rumah sakit. Mengingat besarnya maslah infeksi nosokomial serta kerugian yang di
akibatkannya, di perlukan upaya pengendalian yang dapat menurunkan resiko infeksi
nosokomial.
Page 86 of 123
Pengendalian mutu di Rumah Sakit GunungnMaria Tomohon pada bagian PPI secara
paripurna dan berkesinambungan, melalui pelaksanaan pelayanan medik, keperawatan dan
tenaga penunjang yang efekfif dan efisien serta bermutu sesuai dengan standar yang di tetapkan.
Tujuan dari Pengendalian Mutu yang ada di Rumah Sakit Gunung Mria Tomohon adalah :
Rincian Kegiatan :
b. Penyempurnaan struktur organisasi dan tata kerja perbaikan standar pelayanan serta
prosedur tetap pelayanan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
f. Pertemuan Panitia dan Tim Pengendalian Infeksi RS untuk membahas kasus sulit dan
kasus kematian yang menarik bila ada kasus.
g. Pelatihan dan pendidikan mengenai edukasi yang perlu di ketahui oleh staf pelayanan
4. Perbaikan pelayanan dan pencegahan masalah dengan mengaktifkan gugus kendali mutu
kegiatan Peer Revie :
Page 87 of 123
- Pertemuan staf untuk membahas masalah kelompok, pelayanan medis dan keperawatan
tiap bulan.
- Pertemuan Tim PPI tiap 3 bulan sekali
- Pertemuan Panitia danTim Pengendalian Infeksi RS untuk membahas kasus sulit dan
kasus kematian yang menarik bila ada kasusnya
- Pelatihan dan pendidikan bagi staf pelayanan
- Penilaian kinerja staf Pelayanan Pengendalian Infeksi RS
- Orientasi pegawai baru
- Pengadaan dan peningkatan sarana dan prasarana yang lebih baik sesuai dengan
kebutuhan.
- Kotak saran di lingkungan Pelayanan Pengendalian Infeksi RS
- Mengumpulkan data, mengolah, analisis dan membuat rencana tindak lanjut
1. Setiap bulan Tim PPI melakukan rekap dari laporan kejadian infeksi unit ranap
2. Setiap 3 bulan Tim PPI membuat laporan pelaksanaan kegiatan ke Panitia PPIRS
3.Setiap akhir tahun Tim PPI membuat laporan Evaluasi kegiatan ke Direktur RS
melalui Panitia PPIRS
4. Setiap akhir tahun Panita PPIRS membuat laporan evaluasi kinerja staf
Page 88 of 123
BAB IX. PENUTUP
Page 89 of 123
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes 2007.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya, Depkes ,2007
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes 2009
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya, Depkes, 2009
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan, Dirjen Bina Pelayanan
Medic Depkes, 2006
Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas ,YBP-SP, Jakarta 2004
Page 90 of 123
Lampiran 1. Cara menghitung Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
Teknik Perhitungan :
Denominator
Contoh kasus :
Page 91 of 123
Laju IADP = 9/212 x 1000 = 42.5%
Teknik Perhitungan :
Angka Infeksi HAP adalah jumlah pasien HAP dibagi dengan jumlah hari rawat pasien
yang masuk pada periode tersebut.
Angka infeksi HAP =
∑pasien HAP per bulan x 1000
Data surveilans bulan Desember 2008 diruang penyakit dalam RS X : jumlah pasien yang
masuk 77 orang, jumlah hari rawat 833 hari, jumlah pasien tirah baring sebanyak :
Page 92 of 123
Jumlah pasien 5 orang
Terpasang ventilasi mekanik 3 orang
Jumlah hari pemasangan alat ventilator 30 hari
Terinfeksi VAP sebanyak 1 orang ditandai : demam, adanya ronchi, sesak napas,
sputum purulen, X-ray toraks infiltrat(+)
Berapa angka VAP?
Populasi yang beresiko terjadinya ISK RS yaitu semua pasien yang menggunakan alat
kateter urin menetap dalam waktu ≥2 x 24 jam.
Pengumpulan Data
Pemakaian alat
01-07-09 1 A 1 - Amx
Page 93 of 123
2 B 1 Urine Cip E.Coli
3 C 1 - Zef
02-07-09 1 A 1 - Cip
(+)
3 F 1 - Amx
Dst.....
31-07-09 1 M 1 - Cip
2 N 1 - Cip Dx ISKoleh dr
3 O 1 - Gmc
4 R 1 - Mer
Formulir Bulanan
1 3 2 2 3 3 1
2 3 2 2 1 2 1
Dst. 2
31 4 1 1 1 1 1
Page 94 of 123
Jumlah 196 212 5
- Numerator
Numerator adalah jumlah yang terinfeksi akibat penggunaan kateter urin menetap sesuai
kriteria dalam kurun waktu tertentu.
Denominator
Denominator adalah jumlah hari pemasangan kateter urin dalam kurun waktu yang sama
dengan numerator.
Tekhnik penghitungan
Denominator
Angka (Rate) ISK RS= 5/ 212 x 1000 = 23.5% hari pemasangan kateter.
Page 95 of 123
Lampiran 5. Cara menghitung infeksi Luka Operasi (ILO)
Kategori risiko :
1. Jenis Luka :
1. luka bersih : nontrauma, operasi luka tidak infeksi, tidak membuka respiratory dan
genitoeinare.
2. bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan genitorineri.
3. kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka.
4. kotor dan infeksi : trauma terbuka, kontaminasi fecal.
2. Lama Operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit setiap jenis operasi berbeda
lama operasi (lihat tabel )
lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan , skor : 0
bila lebih dari waktu yang ditentukan, skor : 1
Page 96 of 123
3. ASA Score
Lampiran 6. Tabel . Jenis-jenis Infeksi Rumah Sakit dan Klarifikasinya berdasarkan CDC
BONE ■LUNG
BRST ■ MED
CARD ■ MEN
DISC ■ ORAL
EAR ■ OREP
EMET ■ OUTI
ENDO ■ SA
EYE ■ SINU
Page 97 of 123
GIT ■ UR
IAB ■ VASC
IC ■ VCUF
JNT
PNEU Pneumonia
BONE Osteomyelitis
IC Intracranial infection
ENDO Endocarditis
Page 98 of 123
CARD Myocarditis or pericarditis
MED Mediastinitis
CONJ Conjunctivitis
SINU Sinusitis
epiglottitis
Laporan 6. jenis-jenis Infeksi Rumah Sakit dan Klasifikasinya berdasarkan CDC (lanjutan )
GE Gastroenteritis
HEP Hepatitis
Page 99 of 123
LUNG Other infections of the lower respiratory tract
EMET Endometritis
EPIS Episiotomy
SKIN Skin
ST Soft Tissue
BURN Burn
UMB Omphalitis
PUST Pustulosis
DI Disseminated infection
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
LATA BELAKANG
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
TUJUAN PEDOMAN
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
LANDASAN HUKUM
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
DISTRIBUSI KETENAGAAN
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.
PENGATURAN JAGA
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
DENAH RUANGAN
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
STANDAR FASILITAS
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.
Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau
Judul 1 adalah Body Text. Paragraf sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text. Paragraf
sesudah Heading atau Judul 1 adalah Body Text.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2 Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 2 adalah Body Text 2. heading 2
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul
3 adalah Body Text 3. Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 3 adalah Body Text 3.
Paragraf sesudah Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah
Heading atau Sub Judul 4 adalah Body Text 4. Paragraf sesudah Heading atau Sub
Judul 4 adalah Body Text 4.