PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
JAKARTA
2017
1
DAFTAR ISI
obat
MoU
OAT
ODHA PAS
PKMRS
PMDT PPM
PR
PRM PS Puskesmas RR
RS
SMF SKRT TB UPF WHO XDR
I. DISKRIPSI SINGKAT
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis.
Penanggulangan Tuberkulosis yang selanjutnya disebut Penanggulangan
TB adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif
dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang
ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka
kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,
Materi Program Penanggulangan TB menguraikan tentang gambaran umum
TB; situasi TB di Dunia dan Indonesia, Menjelaskan program
penanggulangan TB di Indonesia, strategi dan kebijakan penanggulangan
TB; dan pengorganisasian penanggulangan TB.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan.
Pelaksanakan Program Indonesia Sehat diselenggarakan melalui
pendekatan keluarga, yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan
(UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan,
dengan target keluarga, berdasarkan data dan informasi dari Profil
Kesehatan Keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara
Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung
dengan pendekatan keluarga dalam upaya menyelesaikan permasalahan
kesehatan di wilayah kerjanya.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta mampu memahami
gambaran umum Program Nasional Penanggulangan TB dan
Kebijakan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.
V. METODE PEMBELAJARAN
1. CTJ
2. Curah Pendapat
3. Penugasan (Latihan soal)
b. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah infeksi. Lesi
umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam lesi tersebut
(dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung dari daya tahun tubuh
manusia. Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi.
c. Sakit TB
Faktor Risiko menjadi sakit TB
• Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup
• Lamanya waktu sejak terinfeksi
• Usia seseorang yang terinfeksi
• Tingkat daya tahan tubuh seseorang.
10
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi (gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya TB aktif (sakit TB).
d. Meninggal dunia
Faktor resiko kematian karena TB:
• Akibat dari keterlambatan diagnosis.
• Pengobatan tidak adekuat.
• Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit penyerta.
• Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% diantaranya akan meninggal dan
risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif. Begitu pula pada ODHA,
25% kematian disebabkan oleh TB.
Tahapan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Perjalanan alamiah TB
a. Paparan
Peluang peningkatan ➢ Jumlah kasus menular di masyarakat
paparan terkait ➢ Peluang kontak dengan kasus menular
➢ Tingkat daya tular dahak sumber penularan
dengan:
➢ Intensitas batuk sumber penularan
➢ Kedekatan kontak dengan sumber penularan
➢ Lamanya waktu kontak dengan sumber
penularan
➢ Faktor lingkungan: konsentrasi kuman diudara
(ventilasi, sinar ultra violet, penyaringan adalah
faktor yang dapat menurunkan konsentrasi
kuman)
Catatan: Paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk
terinfeksi. Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan
seseorang akan terinfeksi saja, menjadi sakit dan kemungkinan meninggal
dunia karena TB.
b. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6 – 14 minggu setelah infeksi
➢ Reaksi immunologi
Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh makrofag dan kemudian
terjadi komplek antigen – antibody.
➢ Reaksi immunologi (umum)
Delayed hypersensitivity (hasil Tuberkulin tes menjadi positif)
➢ Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam
lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali.
➢ Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi
c. Sakit TB
Faktor risiko untuk ➢ Konsentrasi / jumlah kuman yang terhirup
menjadi sakit TB adalah ➢ Lamanya waktu sejak terinfeksi
➢ Usia seseorang yang terinfeksi
tergantung dari :
➢ Tingkat daya tahan tubuh seseorang.
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang
rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS dan
Faktor risiko kematian karena TB:
d. Meninggal dunia
12
malnutrisi (gizi buruk) akan ➢ Akibat dari keterlambatan diagnosis dan
memudahkan atau kesalahan diagnosis
berkembangnya TB aktif ➢ Pengobatan tidak adekuat
(sakit TB). ➢ Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk
atau penyakit penyerta
Faktor risiko kejadian TB, secara ringkas digambarkan pada gambar berikut:
13
transmisi
Jumlah kasus TB BTA+ Risiko menjadi TB bila
Faktor lingkungan : dengan HIV:
▪Ventilasi • 5-10% setiap tahun
▪Kepadatan • >30% lifetime
▪Dalam ruangan SEMBUH
Faktor Perilaku
HIV(+)
KRONIS/ TB
RESISTEN
TB
OBAT
TERPAJAN INFEKSI
10%
MATI
Konsentrasi Kuman ▪ Keterlambatan diagnosis
Lama kontak ▪ Malnutrisi dan pengobatan
▪ Penyakit DM, ▪ Tatalaksana tak memadai
immunosupresan ▪ Kondisi kesehatan
D. TB Resistan OAT
M. tuberculosis dikatakan resistan terhadap OAT, jika M. tuberculosis kebal terhadap
OAT.
Berdasarkan hasil uji kepekaan OAT, terdapat 5 kelompok TB resistan OAT yaitu:
- Monoresistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
saja.
- Polyresistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
- Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan.
- Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin).
- Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain.
258 jt
TB
TB/HIV
MDR-TB
A. Tujuan
Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TB agar tidak terjadi kesakitan,
kematian dan kecacatan.
B. Target
Target Program Nasional Penaggulangan TB sesuai dengan target eliminasi global
adalah Eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB tahun 2050. Eliminasi
TB adalah tercapainya cakupan kasus TB 1 per 1 juta penduduk.
Tahapan pencapaian target dampak:
Target dampak pada 2020
▪ Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 30% dibandingkan angka
kesakitan pada tahun 2014 dan
▪ Penurunan angka kematian karena TB sebesar 40% dibandingkan angka
kematian pada tahun 2014.
Target dampak pada tahun 2025
▪ Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 50% dibandingkan angka
kesakitan pada tahun 2014 dan
• Penurunan angka kematian karena TB sebesar 70% dibandingkan angka
kematian pada tahun 2014
Target dampak pada 2030
▪ Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 80% dibandingkan angka
kesakitan pada tahun 2014 dan
▪ Penurunan angka kematian karena TB sebesar 90% dibandingkan angka
kematian pada tahun 2014.
Target dampak pada 2035
▪ Penurunan angka kesakitan karena TB sebesar 90% dibandingkan angka
kesakitan pada tahun 2014 dan
▪ Penurunan angka kematian karena TB sebesar 95% dibandingkan angka
kematian pada tahun 2014.
B. Kebijakan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat bertanggung jawab
menyelenggarakan Penanggulangan TB.
Penyelenggaraan Penanggulangan TB dilaksanakan melalui upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorang.
Penanggulangan TB harus dilakukan secara terintegrasi dengan penanggulangan
program kesehatan yang berkaitan.
Program kesehatan yang meliputi program HIV dan AIDS, Diabetes Melitus, serta
program kesehatan lain.
Penanggulangan TB secara terintegrasi dilakukan melalui kegiatan kolaborasi antara
program yang bersangkutan.
Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam
kerangka otonomi daerah dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen
program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan Pedoman Standar
Nasional sebagai kerangka dasar dan memperhatikan kebijakan global untuk
PenanggulanganTB.
Penemuan dan pengobatan untuk penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang meliputi Puskesmas, Klinik, dan
Dokter Praktik Mandiri (DPM) serta Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
(FKRTL) yang meliputi: Rumah Sakit Pemerintah, non pemerintah dan Swasta,
Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (B/BKPM).
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB disediakan oleh pemerintah
dan diberikan secara cuma-cuma.
Keberpihakan kepada masyarakat dan pasien TB. Pasien TB tidak dipisahkan dari
keluarga, masyarakat dan pekerjaannya. Pasien memiliki hak dan kewajiban
sebagaimana individu yang menjadi subyek dalam penanggulangan TB.
Penanggulangan TB dilaksanakan melalui penggalangan kerjasama dan kemitraan
diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat melalui Forum
Koordinasi TB.
Penguatan manajemen program penanggulangan TB ditujukan memberikan
kontribusi terhadap penguatan sistem kesehatan nasional.
Pelaksanaan program menerapkan prinsip dan nilai inklusif, proaktif, efektif,
responsif, profesional dan akuntabel.
Penguatan Kepemimpinan Program ditujukan untuk meningkatkan komitmen
pemerintah daerah dan pusat terhadap keberlangsungan program dan pencapaian
target strategi global penanggulangan TB yaitu eliminasi TB tahun 2035.
Pelibatan peran masyarakat dalam promosi, penemuan kasus, dan dukungan
pengobatan TB.
Pemberdayan masyarakat melalui integrasi TB di upaya kesehatan berbasis
keluarga dan masyarakat.
Penguatan manajemen program (health system strenghtening)
▪ SDM
▪ Logistik
▪ Regulasi dan pembiayaan
▪ Sistem Informasi, termasuk mandatory notification
▪ Penelitian dan pengembangan inovasi program
VIII. REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan TB No.67 tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis
Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2015-2019
Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis tahun 2015-2019
IX. LAMPIRAN
A. LAMPIRAN 1.
Standar Internasional untuk Pelayanan Tuberkulosis
(International Standards for TB Care/ISTC) edisi ke 3
International for Tuberculosis Care (ISTC) merupakan standar yang melengkapi
guideline Program Pengendalian TB yang konsisten dengan rekomendasi WHO.