Anda di halaman 1dari 31

Fakultas Kedokteran

LAPORAN KASUS
Universitas Pattimura
AGUSTUS 2017

SELULITIS

Oleh
Eva Suryani Damamain
Pembimbing
dr. Novriyani Masuku, Sp.KK, M.Kes

Dalam Rangka Kepaniteraan Klinik


Pada Laboratorium Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin
Ambon
2017
PenyebabS. aureus atau
Seluliitis Infeksi berat yang
Streptococci β-hemolytic
menyebar pada dermis dan
[primarily group A Steptococcus
lemak subkutan
(GAS)]

Pendahuluan

Faktor resiko dapat dibagi


menjadi 2 kelompok yakni faktor Insiden pada laki – laki lebih
predisposisi yang menyebabkan banyak dibandingkan
perkembangan selulitis, dan perempuan, 49,6% pada tungkai
kondisi yang mempengaruhi bawah, usia > 65th
keparahan selulitis yang terjadi.
PENDAHULUAN
PATOGENESIS

Stapilokokus Inaktivasi Katarakidin


aureus LL-37
Streptokokus

Sistem kekebalan
tubuh

Reaksi toksin
Eksotoksin
sistemik

Merusak Leukosit
Pendahuluan

Gambaran klinis selulitis kulit tampak eritema, nyeri, kulit


tampak tegang dan lunak, dan kadang membengkak. Eritema
dapat dengan cepat muncul dan menyebar, batasnya tidak jelas.

Tiga terapi utama  antibiotik intravena, cairan intravena, dan


manajemen nyeri sangat direkomendasikan
KASUS

Seorang laki-laki berusia 28 tahun, suku


Ambon, bangsa Indonesia, alamat
kudamati. Masuk rumah sakit umum RSUD
Dr. M Haulussy Ambon pada tanggal 24
juli 2017 (No.RM 11 83 05) dengan
keluhan nyeri pada tungkai kanan.
Autoanamnesis

Pasien mengatakan tungkai bawah


kanannya kemerahan dan terasa nyeri sejak
1 minggu yang lalu. Pasien mengaku
keluhan diawali dengan timbul lepuhan
berisi cairan jernih yang kemudian pecah
dan menjadi luka serta tidak mengering.
Keluhan disertai dengan rasa panas pada
tungkai bawah kanan. Pasien juga merasa
kakinya terasa tegang. Gatal tidak ada,
demam tidak ada, pasien tidak merasa
pusing, mual ataupun muntah. Nafsu makan
baik dan pasien masih dapat berjalan keluar
kamarnya ataupun mandi.
Riwayat penyakit dahulu: pasien mengaku baru pernah
mengalami keluhan seperti ini. Pasien mengaku pasien
sering bisulan. Hipertensi, diabetes mellitus dan
kolesterol disangkal.

Riwayat pengobatan : pasien tidak mengkonsumsi


obat-obatan unttuk menghilangkan gejala.

Riwayat keluarga: tidak ada yang mempunyai keluhan


seperti pasien
Riwayat atopi/alergi: pasien mengaku alergi
terhadap obat ketorolac

Riwayat Higiene : Pasien mandi dua kali


sehari, gunakan sabun lifebuoy, menggunakan
handuk sendiri.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum :
Kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang, gizi
cukup.TD:120/70 nadi : 84 x/menit RR : 20x/menit, Suhu :
36.7oC
Kepala :
Bentuk normosefal, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Mulut :
Sianosis (-), tonsil (T1/T1) hiperemis (-)
:
Leher dan aksila Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Toraks :
Jantung BJ I,II, regular, murmur (-), gallop (-)
paru  dalam batas normal
Abdomen :
Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas :
Akral hangat, edema(+) pada tungkai bawah kanan, kemerahan
(+), nyeri (+)
KASUS
Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologi

Lokasi : Regio cruris dextra


Efloresensi : Makula hiperpigmentasi, eritema, ulkus, erosi,
krusta, edema
Ukuran : Lentikuler , nummular
KASUS

Selulitis
DIAGNOSIS BANDING

Erisipelas

DIAGNOSIS
Selulitis
SEMENTARA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin

HASIL NILAI RUJUKAN

RBC 5,14 x 106 3,80-6,50

HGB 15,1 g/dL 11,5-17,0

MCV 85 µm3 80-100

MCH 29,5 27,0-32,0

PLT 422 x 103 150-500

WBC 8,4 x 103 4,0-10,0

Glukosa Puasa 63 mg/dL 80-100


TATALAKSANA
 Terapi sistemik :
 Pasang venflon
 Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/IV

 Terapi topikal :
 Kompres NaCl 0,9%
 Rawat luka dengan Cutimed sorbact
PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam


Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Kosmetikan :dubia ad bonam
KASUS

Diagnosis : Selulitis
Follow Up
Hari/Tanggal S.O.A.P

Selasa, S: Nyeri dan kemerahan pada tungkai berkurang


O: Status Dermatovenerologi
25/7/2017
Lokasi  Regio cruris dextra
Ukuran  Lentikuler , numular
Efloresensi Makula hiperpigmentasi, eritema, ulkus, erosi, krusta
A: Selulitis
P:
1. Terapi sistemik :
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/IV
2. Terapi topikal :
- Kompres NaCl 0,9%
- Rawat luka dengan Cutimed Sorbact
Follow Up
Hari/Tanggal S.O.A.P
Rabu, S: Nyeri dan kemerahan pada tungkai berkurang
O: Status Dermatovenerologi
26/7/2017
Lokasi  Regio cruris dextra
Ukuran  Lentikuler , numular
Efloresensi Makula hiperpigmentasi, eritema, ulkus, erosi, krusta
A: Selulitis
P:
Terapi sistemik :
Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/IV
Terapi topikal :
Kompres NaCl 0,9%
Rawat luka dengan Citimed Sorbach
Follow Up
Hari/Tanggal S.O.A.P

Kamis, S: Kemerahan pada tungkai kanan berkurang, nyeri (-)


O: Status Dermatovenerologi
27/7/2017
Lokasi  Regio cruris dextra
Ukuran  Lentikuler , numular
Efloresensi Makula hiperpigmentasi, eritema, ulkus, erosi,
krusta
A: Selulitis
P:
- Pasien boleh pulang
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam/IV
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

• ANAMNESIS • Laki – laki > Perempuan


 Seorang laki – laki • Kelompok umur 45 – 65 tahun
 Berusia 28 tahun • Keluhan : eritema, nyeri,
 keluhan lepuhan bengkak, vesikel, bula, erosi,
 Kemerahan abses atau nekrosis.
 Bengkak • Gejala sistemik seperti demam,
 Nyeri menggigil, anoreksia dan
 Dialami sejak 1 minggu yang malaise yang terjadi sebelum
lalu pada kaki kanan selulitis terlihat secara klinis.
• Tempat predileksi paling umum
pada ekstremitas bawah.
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

• Etiologi pada penderita ini • Streptokokus β-hemolitik Grup


belum jelas A dan Stapilokokus aureus
• Faktor predisposisi • Faktor predisposisi :
tersedianya port of entry  Paparan terhadap organisme
akibat luka akibat lesi awal patogen
yang muncul mendahului  Infeksi lokal
terbentuknya selulitis yang  Dermatosis yang mendasari
kemudian mengakibatkan  Penyakit Immunocompromise
erosi superfisial.  Obesitas
 Alkohol
 Merokok
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

• Eritema atau warna kulit ungu (H.


influenzae)
• PEMERIKSAAN FISIK
• Plakat
 Eritema
• Edema
 Edema
• Vesikel, bula, abses, ulkus baru
 Erosi
paling sering terjadi, nekrosis
 Hiperpigmentasi
• Teraba hangat, batas tidak jelas,
 Ulkus
mungkin ada pembatasan gerakan
 Jaringan nekrotik dan
pada sendi dan
 Teraba hangat.
• Dapat muncul limfadenopati
secara regional
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

• PEMERIKSAAN • Pemeriksaan histopatologi


HISTOPATOLOGI ditemukan peradangan kulit
 Tidak dilakukan pada kasus ini dengan adanya infiltrasi limfosit
dan neutrophil akan tetapi hal ini
tidak terlalu membantu untuk
kasus yang rutin
• Kultur jaringan  Biopsi
• Kultur darah
Diagnosis Banding

Erisipelas Selulitis

• Selulitis merupakan peradangan


• Erisipelas merupakan infeksi
supuratif yang melibatkan
pada kulit yang disebabkan oleh
jaringan dermal dan subkutan
streptokokus β-haemolitik grup
akut
A pada dermis superfisial
• Paling umum disebabkan oleh
• Awitannya sering didahului oleh
Streptokokus β-hemolitik Grup A
gejala malaise selama beberapa
dan Stapilokokus aureus
jam, yang mungkin disertai
• Gejala sistemik : demam,
reaksi konstitusional dengan
menggigil dan malaise yang
demam, sakit kepala, mual,
terjadi sebelum selulitis terlihat
muntah dan nyeri sendi
secara klinis
Diagnosis Banding

Erisipelas Selulitis

• Lesi pada kulit dapat bervariasi • Eritema atau warna kulit ungu (H.
tahap awal merah terang, influenzae)
bengkak, teraba hangat, batas • Plakat
tegas • Edema
• untuk peradangan yang lebih • Vesikel, bula, abses, ulkus baru
berat dapat ditemukan vesikula paling sering terjadi, nekrosis
atau bula. • Teraba hangat, batas tidak jelas,
• Dalam beberapa kasus, vesikula mungkin ada pembatasan gerakan
atau bula yang mengandung pada sendi dan
cairan seropurulen dapat • Dapat muncul limfadenopati
menyebabkan gangren lokal. secara regional
TATALAKSANA

TERAPI ANTIBIOTIK PREDOMINAN Staphylococcus


 Semisynthetic peniciillinas-resistant penicillins ( nafcillin
2 gr/4 jam/IV)
 Golongan sefalosporin (cefazolin 1 gr/8jam/IV), atau
vancomycin (1gr/12 jam/IV)bila pasien
kemungkinan MRSA (methicillin resistant
staphylococcus aureus)
TATALAKSANA

TERAPI ANTIBIOTIK PREDOMINAN Streptococcus


 Dicloxacillin atau cephalexin (keduanya 4x500
mg/hari)
 Makrolid dan clindamycin dapat diberikan pada
pasien dengan alergi penicillin.
 kasus berat dan terdapat komplikasi akibat komorbid
seperti diabetes, penicillin G high dose harus diberikan
(1-2jutaIU/4-6 jam/IV) jarang diberikan
TATALAKSANA

 Biasanya dipilih penicilinase-resistant penicilins,


amoxicillin dengan clavulanic acid, atau sefalosporin
generasi ketiga seperti cefotaxim
 Konsul bedah insisi atau drainase
 Terapi tambahan yang dapat dilakukan yaitu pasien
diistirahatkan ditempat tidur dengan tungkai yang
terkena di elevasi, selanjutnya dapat di kompres
dengan larutan salin yang steril
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

• Penatalaksanaan selulitis dapat


• PENATALAKSANAAN
diberikan antibiotik 
 Ceftriaxone 1 g/12 jam (IV)
sefalosporin generasi ke tiga
 Kompres luka dengan NaCl
(Cefotaxime, ceftriaxone)
 Rawat luka menggunakan
• Dosis lazimnya ialah 1-2 gr/hari
cutimed sorbact
per IM atau IV
 Elevesi tungkai
• Terapi tambahan : tungkai di
elevasi, kompres dengan larutan
salin yang steril
PEMBAHASAN

KASUS TEORI

• PROGNOSIS • Prognosis untuk selulitis baik jika


 Quo ad vitam : dubia ad bonam terdeteksi lebih awal dan
 Quo ad sanasionam : dubia ad langsung dimulai pengobatan.
malam • Pada pasien dengan edema
 Quo ad fungsionam : dubia ad kronis, prosesnya bisa menyebar
bonam dengan sangat cepat dan
 Quo ad kosmetikam : dubia ad pemulihan mungkin lambat,
bonam meski drainase dan sterilisasi lesi
oleh antibiotik.
Ringkasan
 Telah didapatkan sebuah kasus selulitis, pada seorang laki-laki berusia 28
tahun, dengan keluhan tungkai bawah kanannya kemerahan dan terasa
nyeri sejak 1 minggu yang lalu yang diawali dengan timbul lepuhan berisi
cairan jernih yang kemudian pecah dan menjadi luka serta tidak
mengering. Keluhan disertai dengan rasa panas pada tungkai bawah kanan.
Pasien juga merasa kakinya terasa tegang. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan makula hiperpigmentasi, eritema, ulkus, erosi, krusta, edema.
Pasien diberikan terapi sistemik yakni antibiotik golongan sefalosporin
generasi III (ceftriaxon 1gr/12 jam/IV), serta terapi topikal berupa
kompres NaCl 0,9%.
 Prognosis pasien quo ad vitam: dubia ad bonam, ad sanationam: dubia, ad
functionam: dubia ad bonam, ad kosmetikan: dubia ad bonam.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai