Anda di halaman 1dari 13

“ ASUHAN KEPERAWATAN SELULITIS’’

DOSEN PENGAMPU : AGUSTINA LESTARI, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun oleh :

NURUL HUSNA (18.20.2924)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

Tahun Ajaran 2020


LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Selulitis berasal dari kata ”cellule” yaitu susunan tingkat sel, dan kata “itis”
yaitu peradangan, yang berarti adanya peradangan yang ternyata pada suatu tingkatan
sel. Pengertian lain dari selulitis adalah suatu kelainan kulit berupa infiltrat yang difus
di daerah subkutan dengan tanda – tanda radang akut. Selulitis merupakan inflamasi
jaringan subkutan dimana proses inflamasi yang umumnya dianggap sebagai
penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus (Muttaqin,2011). Selulitis
adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan
Suddarth, 2000).
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada
kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya
terjadi pada ekstremitas bawah (Tucker, 2008).

B. ETIOLOGI
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus
aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada
anak adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup
A, dan Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah
penyebab yang jarang pada selulitis.6 Selulitis pada orang dewasa imunokompeten
banyak disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus
sedangkan pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh
organisme campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun
anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada
imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais
lebih sering melalui aliran darah (buku kuning). Onset timbulnya penyakit ini pada
semua usia
C. PATOFISIOLOGI
Bakteri patogen yang menembus lapisan epidermis kulit menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Selulitis biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada luka, luka bakar, atau infeksi kulit lainnya, terutama oleh
Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus, tetapi dapat pula timbul pada
pejamu (host) dengan tanggap imun yang lemah (immunodeficiency) atau menyertai
erisipelas. Penyakit ini cenderung menyebar ke rongga jaringan dan dataran cekung
karena pelepasan sejumlah besar hialuronidase yang memecahkan zat dasar
polisakarida. Selain itu juga terjadi fibrinolitik yang mencernakan barier fibrin dan
lesitinase yang menghancurkan membran sel oleh bakteri.
Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua
dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat. Selulitis
yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau Stafilokokus aureus.

D. PATHWAY
Meningkatnya Usia Immunodeficiency Diabetes Mellitus Cacar, ruam kulit Pembengkakan kronis

Sirkulasi darah Infeksi jamur kulit Peningkatan kadar Luka Terbuka Lymphedema
menurun gula darah
Kulit terluka
Membuka celah kulit
Abrasi kulit Sirkulasi darah pada
ekstremitas menurun

Risiko terluka

POE bakteri patogen

Infeksi Streptococus grup A, Staphilococcus aureus

Defisiensi Kurangnya paparan Selulitis Interitas jaringan tidak Kerusakan Interitas


pengetahuan informasi utuh jaringan
Mekanisme radang

Kalor Dolor Rubor Tumor Fungsiolesa

Proses fagositosis Akselerasi/ Hipotermi Hiperplasia jaringan Intoleransi jaringan/


Deakselerasi saraf ikat organ distal
Hipertermi jaringan sekitar luka Eritema lokal
Odem jaringan ikat Intoleransi aktivitas

Gangguan rasa Nyeri akut Gangguan Citra Tubuh


Penekanan jaringan Gangguan rasa
nyaman
nyaman
E. MENIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai
dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan
kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu.
Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa
pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise.
Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor
(nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi
tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel,
bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan
limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal berupa:
malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan
gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan
patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri
tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering
residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa
paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di
ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi jarang
ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik
streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat
menyebabkan selulitis rekurens.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan harus
diperhatikan.
b. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
a) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
b) Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota besr
perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak dipakai lagi
karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan semakin sering terjadi
syok anafilaktik.
c) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-100
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
d) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan.
Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam
plasma lebih tinggi.
e) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis.
c. Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-
60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau
sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk
pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang
disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan.
Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena potensi
antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak
terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam lambung.
d. Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering memberi rasa tak
enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-
4 dosis.
e. Sefalosporin
Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk kuman
positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari generasi I
dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral),
sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis. Obat
topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak
terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan
mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram. Neomisin, yang di
negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan
kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat
tersebut digunakan sebagai salap atau krim.
Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000,
larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih
efektif, hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai
kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta memiliki
gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi pengangkatan pada jaringan
yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse, pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam
jumlah yang banyak, dan dalam beberapa kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi.

7.4 Penatalaksanaan Keperawatan


a. Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk elevasi / meninggikan dan
mengistirahatkan ekstremitas yang mengalami keluhan.
b. Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan pemberian antibiotik
intravena pada kasus yang berat, pada bayi, pasien usia lanjut, dan pasien dengan
imunokompromis.
c. Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi, perlu
dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase secara bedah.
d. Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi mengenai perawatan
kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya mandi teratur, minimal 2 kali sehari, jika
terdapat luka hindari kontaminasi dengan kotoran.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/30209706/LP_Selulitis_docx&ved=2a
hUKEwjDnbfCpNfsAhXI8XMBHUCBDW0QFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw0_kEfXYsKow
4IYgMhMhTuX
ASUHAN KEPERAWATAN SELULITIS

A. KELUHAN UTAMA
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan
malaise.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah
TD                   : 90/70 mmHg
Nadi                : 88x/menit
Suhu               : 37c
RR                  : 20x/menit
a. Kepala     : kulit kepala bersih tidak adanya edema
b. Mata        : Tidak anemis
c. Hidung    : Tidak ada pernafasan cuping
d. Mulut       : bersih, tidak pucat
e. Telinga     : Tidak ada serumen
f. Leher       : Tidak ada pembesaran kelenjar
g. Jantung    : Denyut jantung lemah
h. Ekstremitas : kulit bersih, tidak ada lesi , tidak ada lesi
i. Integumen  :
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil
di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit
jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan
lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa
pecah.
C. DIAGNOSA
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
c. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit

D. INTERVENSI

1) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan.


Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :pasien menampakkan ketenangan, ekspresi muka rileks ketidaknyamanan
dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi:
a. Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
b. Pertahankan ekstrimitas yang dipengaruhidalam posisi yang ditemukan
c. Jelaskan kebutuhan akan imobilisasi 49 – 72 jam
d. Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan
e. Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah
penekanan dan kelelahan.
f. Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi,
relaksasi dan lainnya.
g. Tingkatkan aktivitas distraksi.

2) Kerusakan ingritas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi


Tujuan : menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil : Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit bersih, kering
dan area sekitar bebas dari edema, suhu normal.
Intervensi:
a. Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan
b. Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan mobilitasasi.
c. Pertahankan teknik aseptic
d. Gunakan kompres dan balutan
e. Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan.

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


Tujuan : pasien mengerti tentang perawatan dirumah
Kriteria hasil : melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan tindakan
kewaspadaan aseptic yang tepat. Mengekspresikan pemahaman perkembangan yang
diharapkan tanpa infeksi dan jadwal obat.
Intervensi:
a. Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya
teknik aseptic.
b. Diskusikan tentang mempertahankan peninggian dan imobilisasi ekstrimitas
yang ditentukan
c. Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong.
d. Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
e. Diskusikan jadwal pengobatan
f. Tekankan pentingnya diet nutrisi.

Anda mungkin juga menyukai