Geriatri
dr. Nurul Rumila Roem, Sp.KK, M.Kes
Penurunan fungsi kulit
Pergantian sel
Chemical clearance
Imunitas kutan
Persepsi sensoris
Produksi keringat dan sebum
Penyembuhan luka
Thermo regulator
Fotosintesis vit D
DNA repair
Karakteristik kulit menua
Kering, kasar dan
bersisik
Berkerut
Kendor
Gangguan pigmentasi
Perubahan rambut dan
kuku
Types of Skin Agig
Intrinsic aging (chronologic aging)
perubahan yang terjadi secara alamiah karena
penuaan. disebabkan berbagai faktor dari dalam
tubuh sendiri (e.g genetik, hormonal) terjadi pada
semua individu dan tidak dapat dihndari
Extrinsic aging
perubahan yang diinduksi oleh berbagai faktor
dari luar tubuh, seperti paparan sinar UV,
merokok, polutan dan lainnya.
Kelainan Kulit yang sering terjadi pada lansia
Dermatitis-eksema
Keratosis Seboroika
Xerosis Kutis
Infeksi Bakteri (Impetigo bulosa)
Infeksi Virus (Herpes Zoster)
Ulkus dekubitus
DERMATITIS
Dermatitis Numularis (4A)
Epidemiologi
Usia puncak 55 – 65 tahun pada laik-laki dan
perempuan.
Pada orang dewasa lebih sering pada pria
daripada wanita.
DERMATITIS
Dermatitis numuler
Lesi berbentuk uang
logam,rasa gatal,pada
ekstrimitas dan badan.
pengobatan:kortikoster
oid topikal,untuk
infeksi sekunder
diberikan antibiotik
sistemik
Komplikasi
Infeksi bakteri sekunder
Prognosis
Lesi dapat hilang timbul atau terus menerus, kekambuhan
timbul pada tempat semula.
Terapi
• Topikal : preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus
• Bila lesi eksudatif : dikompres dengan larutan permanganas
kalikus 1:10.000.
• Infeksi bakteri : antibiotik sistemik
• Kortikosteroid sistemik pada kasus berat dan refrakter pada
waktu jangka pendek.
• Pruritus : antihistamin H1 (hidroksisin HCl)
Dermatitis Kontak (DKA-3A, DKI-4A)
Epidemiologi
•Dapat terjadi pada semua usia, baik laki-laki maupun perempuan
•Jumlah penderita DKA<DKI
•DKI: Pada lansia tangan sering terkena (hand eczema)
Etiologi
• DKI : bahan iritan, disertai faktor yg berperan berupa lama kontak,
kekerapan, trauma fisik, suhu, kelembapan. Pada usia lanjut mudah
teriritasi.
• DKA : alergen, dengan faktor: potensi sensitisasi alaergen, dosis, lama
pajanan luas daerah yang terkena, vehikulum, pH.
Manifestasi Klinis
DKI akut (segera timbul) : kulit
pedih,panas, rasa terbakar, eritema,
edema, bula, nekrosis, pinggir
berbatas tegas, dan umumnya
asimetris.
DKI akut lambat : gejala mirip akut
tetapi baru muncul 8-24 jam.
DKI kumulatif : kulit kering, eritema,
skuama, hiperkeratosis, likenifikasi,
difus, dapat terbentuk fisur
Reaksi iritan
DKI traumatik
DKI noneritematosa
DKI subjektif
Manifestasi Klinis
DKA : gatal, dimulai bercak
eritematosa berbatas tegas,
edema, papulovesikel, vesikel,
bula, erosi, eksudasi basah..
Pada lansia erupsi kurang
meradang, gatal kurang tetapi
berlangsung lama.
Etiologi
hilangnya lumbrikasi epidermis
Terapi
Gambaran Klinis
kulit kering disertai
skuama yg lebar, agak
kemerahan, dengan
gambaran crazy paving.
INFEKSI
Patofisiologi
Penururnan fungsi sistem imun pada pasien lansia
Adanya underlying disease
Etiologi
Bakteri : impetigo bulosa non bulosa
Parasit : skabies
Jamur : kandidiosis, tinea kruris, tinea pedis
Infeksi Bakteri
Epidemiologi
• Banyak terjadi pada lansia terkait kerentanan lansia.
• Penyakit tersering : impetigo bulosa (2) maupun
nonbulosa (2)
Etiologi
Penyebab terbanyak pada lansia: stafilokokus dan
streptokokus
Keadaan mendukung : perubahan struktur kulit akibat
trauma, malnutrisi.
Manifestasi klinis
Predileksi: ketiak, dada,
punggung
Vesikel progresif menjadi bullae
Bullae dapat muncul pada kulit
yg terlihat normal.
Bullae berisi cairan jernih
kekuningan dan dapat menjadi
kuning kehitaman.
Bullae dapat pecah membentuk
krusta.
Terapi
Antibiotik :Dicloxacin atau eritromisin 250-500
mg PO 4x perhari
Pada lansia terjadi resistensi obat yg
mempengaruhi morbiditas, mortalitas.
Pengobatan infeksi kulit lansia
mempertimbangkan : tipe infeksi, parameter
farmakokinetik pasien, suseptibilitas organisme
dan resiko resistensi.
Skabies (4A)
Epidemiologi
• Dapat menyerang semua usia
• Pada lansia biasa terjadi pada panti (hidup
bersama)
Etiologi
Sarcoptes scabiei
Manifestasi
Klinis
Pruritus nokturna
Menyerang dalam kelompok
Terdapat kunikulus/
terowongan, pada ujungnya
dapat ditemukan papul atau
vesikel
Menemukan tungau
Pada lansia terdapat penurunan
imunitas manifestasi klinis
atipikal tanda inflamasi dan
gatal tidak menonjol
Pemeriksaan Terapi
penunjang
Pemeriksaan Pemberian obat topikal :
mikroskopis belerang endap, Emulsi
menemukan tungau benzil-benzoas, gama benzena
heksa klorida, krotamiton
10%, permetrin 5%,
Jamur (4A)
Epidemiologi
penyakit jamur kulit yang paling sering dijumpai:
kandidiosis, tinea kruris, tinea pedis, jamur kuku.
Predisposisi
1. Endogen: perubahan fisiologik, umur, imunologik
2. Eksogen : iklim (panas dan kelembaban), higienitas,
kebiasaan, kontak dengan penderita
Kandidiosis
Epidemiologi :
banyak dijumpai pada lansia yang mengalami
kelemahan, selalu tiduran, penderita diabetes.
Etiologi
terseing Candida albicans
Predileksi : daerah lipatan, seperti inguinal, aksila,
anogenital, bawah payudara kandidiasis
intertriginosa
Kandidiosis intertriginosa
lesi : bercak berbatas
tegas, bersisik, basah,
eritematosa. Lesi
dikelilingi oleh satelit
berupa vesikel-vesikel
dan pustul-pustul kecil
atau bula yang bila
pecah meninggalkan
daerah erosif, dengan
pinggir yang kasar, dan
berkembang, seperti
lesi primer
Kandidiosis Intertriginosa
Pembantu Diagnosis
1. Pemeriksaan langsung : kerokan kulit atau usapan
mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10%, atau
Gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu
2. Pemeriksaan biakan : tanam di agar saboraud
Pengobatan :
1. Hidari atau hilangkan faktor predisposisi
2. Topikal : group azol mikonazol 2%, klotrimazol
1%, tiokonazol, bufonazol, isokonazol
Tinea Kruris
Bentuk tinea yang sering ditemukan di Indonesia
Dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan
sekitar anus
Dapat bersifat akut atau menahun bahkan dapat
berlangsung seumur hidup
Lesi dapat terbatas pada genito-krural saja, atau
meluas ke daerah sekitar anus, gluteus, perut bagian
bawah atau daerah tubuh lain
Lesi di tepi lebih nyata dari pada daerah tengahnya
Tinea Kruris
Bila penyakit menahun dapat berupa bercak hitam
disertai adanya sedikit sisik
Pengobatan
Pada umumnya diberi griseofulvin bersifat
fungistatik
dosis : o,5-1 g untuk dewasa, 0,25-0,5 g untuk anak
atau 10-25 mg per kg BB
Efek samping jarang ditemui, jika ada : sefalgia,
gangguan GI tract
Herpes Zoster (4A)
Etiologi
varicella-zoster virus (VZV), berkaitan dengan
turunnya imunitas pada lansia, sehingga terjadi
reaktivasi virus.
Manifestasi Klinis
• gejala prodormal sistemik dan lokal
• setelah itu timbul eritemavesikel
berkelompok dasar kulit eritematosa
dan edema pustul krusta.
• bisa terjadi herpes zoster hemoragik.
Terapi
• Berikan 72 jam
pertama Komplikasi
• Asiklovir 5x 800 Neuralgia pasca HZ
berlangsung lama, sakit
mg selama 5-7
atau nyeri terus
hari atau
menerus, kadang
valasiklovir 3x
disertai rasa terbakar
1000 mg 5-7 hari.
atau tertusuk.
Dekubitus (3B)
PENDAHULUAN
Perubahan kulit pada lansia:
-berkurangnya jaringan lemak subkutan
-berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
-menurunnya efisiensi kolateral
periferkulit lebih tipis dan rapuh
Masalah khusus
Ulkus dekubitus pada Lansia
imobilitas
Ulkus Dekubitus
Adalah ulkus yang terjadi akibat tekanan yang lama yang
menyebabkan terjadinya iskemi
Banyak terjadi pada lansia, biasanya >70 tahun, khususnya dg
resiko tinggi :
Teraplegi,
Penderita kanker stadium akhir,
Diabetes,
Penderita ginjal tahap akhir,
Fraktur femor,
Status mental menurun,
Mobilitas yang kurang, dll
Faktor intrinsik
Regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat
Kandungan kolagen pada kulit yang berubah
Sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus
yang kurang kompeten
Sejumlah penyakit yang menimbulkan insufisiensi
kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler
Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
Anemia
Hipoalbuminemia
Penyakit-penyakit neurologik
Keadaan hidrasi/cairan tubuh
Faktor ekstrinsik
Kebersihan tempat tidur
alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik
yang menyebabkan penderita terfiksasi
Duduk yang buruk
Posisi yang tidak tepat
Perubahan posisi yang kurang
Stadium Ulkus Dekubitus
I. Kemerahan yang menetap pada kulit yang masih
utuh
II. Nekrosis superfisialis atau separuh ketebalan
epidermis-dermis
III. Nekrosis yang lebih dalam, hilangnya seluruh
kedalaman kulit dan meluas sampai dalam, namun
belum melalui fasia
IV. Nekrosis yang meluas masuk melewati fasia, bisa
sampai otot, tulang dan struktur jaringan penopang
lain
Stadium Ulkus Dekubitus
Pengobatan
Hindarkan tekanan yang terus-menerus mobilisasi
penderita
Jaringan nekrotik nekrotomi
Kompres, salep antibiotika yang sesuai dengan
keadaan ulkus pasien
Dapat dilakukan kultur untuk penentuan Ab yang pas
Komplikasi Prognosis
• Tergantung penyebab.
• 50-70% dapat sembuh
dengan terapi non-surgical.
• Pada pasien dengan
penyakit beragam,
prognosis lebih buruk,
dapat terjadi komplikasi,
hingga kematian
Pencegahan
Edukasi
Posisi Pasien :
Ubah posisi berbaring tiap 1-2 jam, untuk pasien yang duduk di kursi roda,
bisa melakukan push-up sembari duduk di atas kursi roda
Memindahkan pasien dengan mengangkat, jangan digeser
Kebersihan Kulit :
Kulit pertahankan selalu bersih dan kering
Perhatikan kondisi kulit setiap hari, waspada bila ada perubahan pada kulit
Lakukan massage kulit untuk atasi gangguan turgor dan menlancarkan aliran
darah
Alas tidur bersih dan bebas lipatan
Nutrisi baik cukup protein dan seimbang, yaitu TKTP, Tinggi
Kalori Tinggi Protein
Tumor Jinak
Keratosis Seboroik (2)
Jenis tumor jinak paling sering ditemui
Asal : epidermis
Etiologi :
Genetik
Paparan sinar matahari
Infeksi
Manifestasi Klinis
Lesi dimulai berbatas tegas,
brown-patches, datar dan
kusam.
Kemudian berkembang
menjadi papul, lunak, stuck-
on appearance.
Tempat predileksi : tempat
berminyak, wajah ,tubuh
bagian atas.
Terapi
Destruksi dengan cryotherapy, electro-desiccation
diikuti kuret atau laser ablation.
Lesi yg berukuran besar dengan derm-abrasion atau
fluorourasil topical.
Komplikasi dari tindakan destruksi tersebut: scaring,
perubahan pigmentasi, incomplete removal, atau
rekuren.
Prognosis : bonam, terutama dengan
penatalaksanaan yang tepat
Tumor Ganas
Squamos Cell Carcinoma
Basal Cell Carcinoma
Malignant Melanoma
Squamos Cell Carcinoma (2)
Lebih sering pada laki-laki, umur 40-50 th
Predileksi : tersering pada tungkai bawah
Berasal dari sel epidermis, memiliki tingkat
kematangan: intraepidermal, invasif dan metastasis
jauh
Etiologi : sinar matahari, ras/herediter (putih>hitam),
genetik, arsen inorganik, radiasi, faktor hidrokarbon,
sikatriks, keloid, ulkus kronik, fistula
Patofisiologi : UV induced DNA damaged
Squamous Cell Carcinoma
Prognosis : bergantung
pada diagnosis dini,
cara pengobatan dan
kerjasama antara
dokter dan pasien
Prognosis lebih buruk
tumor tumbuh di atas
kulit normal (de novo),
ekstremitas bawah.
Lebih baik pada tumor
yg ditemukan di kepala
dan leher
Basal Cell Carcinoma (2)
Asal : sel epidermal pluripotensial, atau dari
epidermis/adneksanya
Predisposisi : faktor lingkungan dan genetik. Faktor
lingkungan : radiasi, bahan kimia (mis arsen),
pekerjaan yang banyak terkena sinar matahari.
Patofisiologi: penurunan kemampuan repair DNA
Basal Cell Carcinoma
Gejala klinis : umumnya ditemukan di daerah berambut, invasif, jarang
metastasis. Dapat merusak daerah sekitarnya (sampai tulang),
cenderung residif terlebih jika pengobatan tidak adekuat
Bentuk klinis : bentuk nodulus (tersering), bentuk kistik, bentuk
superfisial, bentuk morfea
Prognosis : cukup baik, bila pengobatan adekuat
Malignant Melanoma (1)
Jarang ditemukan, 1-3% dari seluruh keganasan, Lk=Pr, frekuensi
tertinggi usia 30-60 tahun, jarang pada anak
Etiologi : belum diketahui. Predisposisi : faktor keganasan, iritasi
tahi lalat berulang.
Patofisiologi : cumulative age-associated DNA damage
Klasifikasi berdasar tingkat penyebaran secara histologik :
I. Intraepidermal (M.M. in situ)
II. Infiltrasi sampai papila dermis akan tetapi serta-serat retikulum
dermis masih utuh
III. Infiltrasi sampai ke dalam jar. ikat kolagen dermis
IV. Infiltrasi sampai ke dalam jaringan ikat kolagen dermis
V. Infiltrasi sampai ke jar. lemak subutan
Malignant Melanoma
Gejala klinis: bentuk dini sangat sulit dinilai. Menurut
CLARK dan MIHM gambaran klinis dan histogenesis
sbb:
1. Bentuk superfisial (paling sering ditemukan)
2. Bentuk nodular
3. Lentigo maligna melanoma
Prognosis : buruk. Dipengaruhi oleh : tumor primer,
stadium, organ yang telah di infiltrasi, laki-laki,
adanya melanogen di urin, kondisi hospes
Melanoma
Maligna
Perawatan
Kulit pada Lansia
Kebersihan
Mengurangi kekeringan dan gatal
Mandi
Menjaga lingkungan
Pengobatan : pelembab, antihistamin, kortikosteroid
topikal, preparat hormon, memilih bentuk kosmetika,
pelindung terhadap sinar matahari, gizi cukup,
istirahat& olahraga teratur.
Perawatan kuku dan rambut.
Daftar Pustaka
Darmojo, Boedhi dan Hadi Martono.Buku Ajar
Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut).Edisi ke-4.Jakarta:Balai Penerbit
FKUI.2009.p.279-290
Darmojo, Boedhi dan Hadi Martono.Buku Ajar
Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut).Edisi ke-4.Jakarta:Balai Penerbit
FKUI.2009.p.547-566
Fitzpatric’s.Color Atlas & Synopsis Of Clinical
Dermatology.Ed 7th .New York:Mc Graw Hill.