Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang atau
agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulvesikel, biasanya mudah
pecah sehingga basah. Etiologi dari dermatitis numularis belum diketahui, diduga
adalah Staphylococcus sp. dan Micrococcus sp. selain itu juga didahului trauma fisis
dan kimiawi, stress, minuman yang mengandung alkohol, lingkungan dengan
kelembapan rendah.

Dermatitis numularis memiliki gambaran klinis yaitu rasa yang sangat gatal,
Lesi akut berupa papulavesikel dan vesikel (0,3-1cm) yang membesar dengan cara
berkonfluens(meluas kesamping) dan membentuk lesi karakteristik seperti uang
logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Ukuran garis tengah dapat
mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga
terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama.1

Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis dengan timbulnya


lesi yang berbentuk papulovesikel yang bergabung membentuk satu bulatan seperti
mata uang (coin), dan terasa gatal yang timbul pada daerah predileksi. Gambaran
histopatologi juga bisa membantu dalam menegakkan diagnosa.1,3,7 Untuk terapi
sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi.

Prognosis dari dermatitis nurmularis ini dilihat dari suatu pengamatan sejumlah
penderita yang diikuti selama berbagai interval sampai dua tahun, didapati bahwa
22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak
pernah bebas dari lesi kecuali masih dalam pengobatan.1,7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai


respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, yang
menimbulkan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal yang cenderung residif dan
menjadi kronis.2

Dermatitis numularis sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu kata “nummus”
yang berarti “coin”, dan kata dermatitis yang berarti suatu ekzem, kata-kata yang
umum untuk menggambarkan suatu peradangan pada kulit.1

B. Epidemiologi

Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria
daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55 dan 65
tahun, pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25 tahun.
Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada timbulnya jarang
pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.1

C. Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui. Banyak faktor yang ikut berperan. Diduga


stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan, mengingat jumlah koloninya
meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tidak tampak, mungkin juga
lewat mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila koloni bakteri
meningkat di atas 10 juta kuman/cm2.3
Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus
dermatitis numularis, misalnya alergi terhadap nikel, krom, kobal, demikian pula
iritasi dengan wol dan sabun.4

Trauma fisis dan kimiawi mungkin juga berperan, terutama bila terjadi di
tangan, dapat pula pada bekas cedera lama atau jaringan parut. Pada sejumlah
kasus, stress emosional dan minuman yang mengandung alkohol dapat
menyebabkan eksaserbasi. Lingkungan dengan kelembaban rendah dapat pula
memicu kekambuhan.1,3

D. Patogenesis

Patofisiologi tentang dermatitis numularis ini belum diketahui dengan pasti,


tetapi pada kulit penderita dermatitis numularis cenderung kering, hidrasi stratum
korneum,rendah.5 Peneliti mengemukakan hipotesa bahwa pelepasan histamine
dan mediator inflamasi lainnya dari sel mast yang kemudian berinteraksi dengan
serat- saraf-C yang dapat menimbulkan gatal.

Pada penderita dermatitis numularis, substansi P dan kalsitosin serat peptide


meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi. Neuropeptida ini dapat
menstimulasi pelepasan sitokin lainnya sehingga memicu timbulnya inflamasi.
Hal ini menunjukkan bahwa neuropeptide berpotensi pada mekanisme proses
degranulasi sel mast.6 Peneliti lain telah menunjukkan bahwa adanya sel mast
pada dermis dari pasien dermatitis numularis menunjukkan aktivitas enzim
chymase, mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptide
dan protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim
untuk menekan proses inflamasi.1,6

Dermatitis pada orang dewasa tidak berhubungan dengan gangguan atopi.


Pada anak, lesi numularis terjadi pada dermatitis atopik.1,2
E. Gambaran Klinis
Keluhan penderita dermatitis numularis dapat berupa gatal yang kadang
sangat hebat, sehingga dapat mengganggu. Lesi akut berupa vesikel dan
papulovesikel (0,3 - 1,0 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi
atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam
(coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas.1,3,4 Lambat laun
vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.
Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat hanya
satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran
bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.7
Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada pula yang terus
menerus, kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan umumnya
timbul pada tempat semula. Lesi dapat pula terjadi pada tempat yang mengalami
trauma (fenomena Kobner).1

F. Predileksi
Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan termasuk
punggung tangan.7

G. Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Gambaran Histopatologi Pada lesi akut ditemukan spongiosis, vesikel
intraepidermal, sebukan sel radang limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh
darah. Lesi kronis ditemukan akantosis teratur, hipergranulosis dan
hiperkeratosis, mungkin juga spongiosis ringan. Dermis bagian atas fibrosis,
sebukan limfosit dan makrofag di sekitar pembuluh darah.1,7

H. Diagnosis
Diagnosis dermatitis numularis didasarkan atas gambaran klinis dengan
timbulnya lesi yang berbentuk papulovesikel yang bergabung membentuk satu
bulatan seperti mata uang (coin), dan terasa gatal yang timbul pada daerah
predileksi. Gambaran histopatologi juga bisa membantu dalam menegakkan
diagnosa.1,3,7
I. Diagnosis Banding
Sebagai diagnosis banding dari dermatitis numularis antara lain ialah
dermatitis kontak alergi, neurodermatitis sirkumskripta, psoriasis,
dermatomikosis.1,6,7
1. Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
Dermatitis kontak alergikamerupakan inflamasi pada kulit melalui mekanisme
imonologikdisebabkan kulit terpapar bahan alergen eksogen. Predileksi yaitu
kepala, leher, anggota tubuh bagian atas, lengan, tangan, perut, pangkal paha, dan
ekstremitas bawah. Gejala klinis berupa rasa gatal. Lesi akut berupamakula yang
eritematus, batas tidak jelas dan diatasnya terdapat papul,vesikel, bula yang bila
pecah menjadi lesi eksudatif. Bentuk lesi kronis berupa makula hiperpigmentasi
disertai likenifikasi dan ekskoriasi.3
Gambar 2. Dermatitis Kontak Alergika

2. Neuro Dermatitis Sirkumskripta

Neurodermatitis Sirkumskripta atau juga dikenal sebagai Liken Simpleks


Kronikus adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai
dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon
kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup
lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki
karakteristik berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak
berupa penebalan kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah
yang terkena sehingga tampak serperti kulit batang kayu. 1,2,3

Gambar 3. Gambaran Neurodermatitis Sirkumskripta


3. Dermatomikosis

Merupakan penyakit jamur yang menyerang kulit, yakni pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan
kuku yang disebabkan oleh dermatofita.

Pada dermatosis dapat terlihat dengan pinggir aktif, pada bagian tengah agak
tenang. Pada dermatitis numularis bagian tepilebih vesikuler dengan batas relatif
kurang tegas dibandingkan tinea. Pada tinea, dapat dicari hifa dari sediaan
langsung untuk menegakkan diagnosis.

J. Terapi
Sedapat-dapatnya mencari penyebab atau faktor yang memprovokasi. Bila
kulit kering, diberi pelembab atau emolien. Secara topikal lesi dapat diobati
dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya
dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000. Kalau ditemukan infeksi bakterial,
diberikan antibiotik secara sistemik. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan
pada kasus yang berat dan refrakter, dalam jangka pendek. Pruritus dapat diobati
dengan antihistamin golongan H1, misalnya hidroksisilin HCl.1,2,6,7
K. Prognosis
Dari suatu pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai
interval sampai dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh
untuk beberapa minggu sampai tahun, 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali
masih dalam pengobatan.1,7
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 56 tahun
Tanggal Lahir : 31-12-1965
Agama : Hindu
Pekerjaan : PNS
Alamat : Paran Bukit
Status Perkawinan : menikah
Status Jaminan Sosial : BPJS
Tanggal Pemeriksaan : 05-07-2022
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Bintik-bintik pada tangan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSU Bangli dengan
keluhan ada bintik-bintik di lengan bawah kiri sejak kurang lebih 5
tahun yang lalu. Keluhan pasien dirasakan terus-menerus dan
memberat 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien
mengatakan bahwa pasien sempat dipatok ayam, kemudian 1 hari
setelahnya itulah baru muncul bintik-bintik pada lengan
bawahpasien. sebelumnya pasien mengatakan pernah berobat
dengan membeli obat online, tetapi keluhan tidak menghilang.
Keluhan lain seperti gatal juga dirasakan oleh pasien. Selain itu,
keluhan lain sepertinyeri, demam, gangguan BAB dan BAK
disangkal oleh pasien.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Keluhan yang Sama (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Infeksi Menular Seksual (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Keluhan yang Sama (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Infeksi Menular Seksual (-)
5. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku ada mengkonsumsi obat yang dibelinya melalui
toko online
6. Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
Pekerjaan sebagai PNS dengan penghasilan yang yang cukup.
Pasien memiliki kebiasaan merokok dan kebiasaan minum alcohol
sejak lama.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.5oC
Saturasi : 98 %
2. Status Generalis
Dalam batas normal
3. Status Dermatologis
Regio lengan bawah kiri : Tampak adanya lesi makula eritema berbatas
tegas, berbentuk bulat(Numular) terdistribusi lokalisata.

D. Pemeriksaan Penunjang

- Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

E. Diagnosis

Diagnosis Kerja : Dermatitis numularis

Diagnosis Banding :

• Dermatitis kontak alergi

• Neurodermatitis sirkumskripta

• Dermatomikosis
F. Rencana penatalaksanaan

• Non-medikamentosa

o Tidak menggaruk lesi

o Menyingkirkan penyebab.

o Menggunakan pelembab kulit (emolien)

• Medikamentosa

- Methylprednisolon 2 x 8 mg
- Citirizin 1 x 10 mg
- Inerson + chloramfenicol 2%
- Kompres Nacl 0,9%

G. PROGNOSIS

1. Ad vitam : dubia ad bonam

2. Ad fungtionam : dubia ad bonam

3. Ad sanationam: dubia ad bonam

4. Ad kosmetikam : dubia ad bonam


BAB IV

PEMBAHASAN

Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang atau
agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulvesikel, biasanya mudah
pecah sehingga basah. Etiologi dari dermatitis numularis belum diketahui, diduga
adalah Staphylococcus sp. dan Micrococcus sp. selain itu juga didahului trauma fisis
dan kimiawi, stress, minuman yang mengandung alkohol, lingkungan dengan
kelembapan rendah.

Dermatitis numularis memiliki gambaran klinis yaitu rasa yang sangat gatal,
Lesi akut berupa papulavesikel dan vesikel (0,3-1cm) yang membesar dengan cara
berkonfluens(meluas kesamping) dan membentuk lesi karakteristik seperti uang
logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Ukuran garis tengah dapat
mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga
terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama.

Diagnosis dermatitis numularis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan lesi kulit pada lengan bawah kiri sejak
kurang lebih 5 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan terus-menerus dan memberat 1
minggu, timbul setelah dipatok ayam. Dari sini kita melihat adanya faktor fisis atau
kimiawi yang merupakan faktor berperan pada dermatitis numularis. Lesi awalnya
berbentuk bulat berukuran lentikular, yang kemudian semakin membesar. Lesi kulit
ini juga basah. Lesi berbentuk bulat menggambarkan dermatitis numularis. Ini sesuai
dengan perjalanan dermatitis numularis.

Pada pemeriksaan fisik pada status generalis semua dalam batas normal. Pada
status dermatologikus didapatkan lengan kiri bawah distribusi lokalisata. Lesi
makula eritema berbatas tegas, berbentuk bulat. Gambaran pada pemeriksaan sesuai
dengan dermatitis numularis serta terdapatnya karateristik dermatitis numularis yaitu
lesi berbentuk bulat dengan batas tegas.
Tatalaksana yang diberikan dibagi menjadi 2 yaitu sistemik dan topikal. Pada
pengobatan sistemik diberikan kortikosteroid yang bertujuan menekan proses
inflamasi. Pada pasien ini diberikan adalah Metylprednisolone. Untuk pengobatan
topikal di bagi menjadi dua, yaitu untuk lesi yang basah dan yang kering. Lesi yang
basah pada tungkai kiri bawah diberikan kompres terbuka dengan tujuang
mengeringkan lesi serta mengankat debris-debris serta krusta. Kompres terbuka
menggunakan NaCl 0,9% dan kasa steril sebanyak 2 kali pengulangan yaitu, siang
hari dan malam hari untuk hari ini saja. Besok pagi sudah tidak dikompres lagi. Satu
kompres dilakukan sebanyak 10 kali, dengan durasi 10 menit setiap kalinya. Kasa
steril dibasahi dengan larutan NaCl 0,9%steril, kemudian diperas, sehingga kasa tidak
terlalu basah, kemudian kasa 3 lapis di taruh menutupi luka di tungkai kiri bawah
pasien. Sedangkan untuk lesi yang kering diberikan campuran kortikosteroid dan
antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Dermatitis Numularis. Dalam : Ilmu Penyakit Kuit dan Kelamin.


Edisi Keenam. Jakarta : FKUI. 2011. H. 148-150

2. Holden AC,Berth-jones J. in : Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,


Editors.Rooks textbook of dermatology ; Eczema, prurigo, lichenification, and
erithroderma.7th.Italy : Blackwell scienc:2004.P. 1741-1743

3. Gudjonsson JE, Elder JT. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7th


ed. United States of America : The McGaw-Hill Medical Companies. 2008; 169-193.

4. Berman K, Zieve D: Psoriasis, Plaque psoriasis. A.D.A.M. Medical


Encyclopedia: [Online]. 2011. [cited on 27 June 2015]. Available from: URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001470/figure/A000434.B2751/?
report=objectonly

5. Eczema and dermatitis. Accessed at December 27th, 2014. Available from:


http://dermnetnz.org/dermatitis/dermatitis/html

6. Susan B, Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al: Numular Eczema.


Fitzpatricks’s Dermatology in general medicine. 7th ed. Volumes 1&2. 2008. p.158-
162

7. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
2004 .h.

120

Anda mungkin juga menyukai