Anda di halaman 1dari 10

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu

meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan
infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan

Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:


a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat
diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang
mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam
septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia.

e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam
untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang
sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para
pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting
seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial.

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang memberikan morbiditas yang cukup tinggi
di dunia, dan merupakan infeksi yang ke-3 teratas dalam jumlah kematian. Walaupun di beberapa negara
yang sudah maju tidak dijumpai lagi infeksi malaria, tetapi lebih dari 106 negara didunia masih
menangani infeksi malaria, khususnya di daerah tropik maupun negara-negara yang sedang berkembang
yaitu di Afrika, sebagian besar Asia, sebagian besar benua Amerika (Amerika Latin). WHO melaporkan
dalam tahun 2009 masih terdapat 225 juta penderita malaria dengan angka kematian 781.000. ' Di
Indonesia sendiri malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian utama kementerian
kesehatan untuk dilakukan eliminasi disamping infeksi tuberkulosis dan infeksi HIV/AIDS. Dalam 10
tahun terakhir ini sudah terjadi perubahan peta endemisitas infeksi malaria di Indonesia, sebagian daerah
dengan endemisitas tinggi di Papua dan Kalimantan sudah menurun, walaupun demikian kehati-hatian
terhadap infeksi malaria dapat ditemukan di semua daerah/ kota di Indonesia harus tetap dilakukan. Hal
ini disebabkan mobilisasi penduduk yang cukup tinggi dan transportasi yang semakin cepat
memungkinkan terjadinya kasus-kasus impor di semua daerah yang sudah ter-eliminasi malaria

MALARIA(PAPDI IPD JILID 1 ED 6) (Julia Fitriany, Ahmad Sabiq, Jurnal Averrous Vol.4 No.2 2018)

DEFINISI
Infeksi malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium didalam darah atau jaringan yang dibuktikan
dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen malaria dengan tes cepat, ditemukan
DNA/ RNA parasit pada pemeriksaan PCR. Infeksi malaria dapat memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan splenomegali. Pada individu yang imun dapat berlangsung tanpa gejala
(asimtomatis) Penyakit Malaria (malaria disease) : ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit
plasmodium didalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala demam. Dåpat berlangsung akut
ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi
sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi
babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

ETIOLOGI

Penyebab Infeksi malaria ialah plasmodium. Termasuk genus plasmodium dari famili plasmodidae, ordo
Eucocdidiorida, klas Sporozoasida, dan phyllum Apicomplexa. Plasmodium ini pada manusia
menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di
eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih
dari 100 plasmodium yang menginfeksi binatang (82, pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang
primata). Sementara itu terdapat lima plasmodium yang dapat menginfeksi manusia, yang sering dijumpai
ialah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana dan plasmodium falciparum yang
menyebabkan malaria tropika. Plasmodium malaria pernah juga dijumpai pada kasus di Indonesia tetapi
sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor dan pulau Owi
(utara Irian Jaya). Sejak tahun 2004 telah dilaporkan munculnya malaria baru dikenal sebagai malaria ke-
5 (the fifth malaria) yang disebabkan oleh Plasmodium knowwlesi yang sebelumnya hanya menginfeksi
monyet berekor panjang. namun sekarang dapat pula menginfeksi manusia.

Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria (yang disebut
Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk
kelangsungan hidupnya parasit tersebut membutuhkan tempatnya menumpang hidup baik pada manusia
maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat
menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu

1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), disebabkan oleh Plasmodium
falciparum. Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu, merupakan jenis penyakit
malaria yang terberat dan satu-satunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit
mikrovaskular., karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria
(malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam berulang
dengan interval bebas demam 2 hari. Tanpa pengobatan akan berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps
50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan. Pola demam
seperti pada malaria vivaks. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.

GEJALA KLINIS

Manifestasi klinis malaria tergantung pada imunitas penderita, dan tingginya transmissi infeksi malaria.
Berat/ ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium (P. Falciparum sering memberikan
komplikasi), daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering
lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan nutrisi, kemoprofilaksis dan
pengobatan sebelumnya

Manifestasi Umum Malaria

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan splenomegali. Masa inkubasi
bervaríasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam
berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit punggung, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan
tulang, demam ringan, anoreksia, sakit perut, diare ringan dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal
sering terjadi pada P. vivax dan ovale, sedang pada P falciparum dan malariae keluhan prodromal tidak
jelas bahkan gejala dapat mendadak. Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan:
periode dingin (15-60 'menit), mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar berkeringat: kemudian periode
berkeringat : penderita berkeringat benyak dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat. Trilas
malaria lebih sering terjadi pada infeksi P vivax pada falciparum menggigil dapat berlangsung berat
ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada P falciparum, 36 jam pada P vivax dan
ovale, 60 jam pada P malarioe. Timbulnya gejala trias malaria inl juga dipengaruhi tingginya kadar TNF-
alfa. Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa mekanisme
terjadinya anemia ialah pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan sementara eritropoiesis, hemolisis
oleh karena kompleks imun yang diperantarai komplemen, eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran
retikulosit, dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa (splenomegali) sering dijumpai pada penderita
malaria, limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan
hiperemis. Limpa merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria.

Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria ialah: Serangan primer : yaitu keadaan mulai
dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil panas
dan berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari jumlah parasit dan
keadaan immunitas penderita. Periode latent yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
tenadınya infeksi malaria. Biasanya terjadi dantara dua keadaan paroksismal. Rekrudesensi berulangnya
gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Rekrudesensi
dapat terjadi berupa berulangnya dan gigi-geligi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur;
diikuti dengan periode panas : penderita muka merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap tinggi beberapa
jam.

Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis

A. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi) Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya
gejala yang dirasakan penderitanya cukup menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang
utama yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri
otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh
penderita dan gejala spesifik dari mana parasit berasal.
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala utama
yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya
merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin
atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah
hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari
malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali. Manifestasi umum malaria adalah
sebagai berikut:
- Masa inkubasi Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang
mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang
mengandung stadium aseksual).
- Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa malaise, lesu,
sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak,
diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung.

Gejala-gejala umum

- Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara berurutan
yang disebut trias malaria, yaitu : 1. Stadium dingin (cold stage) Stadium ini berlangsung +
15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi
gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit
kering dan terkadang disertai muntah.
- Stadium demam (hot stage) Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa
kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat
kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada
anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
- Stadium berkeringat (sweating stage) Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita
berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah
normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur
penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan
kegiatan sehari-hari. Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya
dialami oleh penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum
mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru pertama kali
menderita malaria.Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan
(imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak selalu ada, dan
seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di daerah yang
mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali penderita tidak
mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini
disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik.
- Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan pada
malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada. Diantara
2 periode demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung selama 12 jam pada
malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae.
B. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit
malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT)
dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini: Gangguan kesadaran
dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan kesadaran lebih ringan dengan
manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah) Keadaan
umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri). Kejang-kejang. Panas sangat tinggi. Mata
atau tubuh kuning. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang,
bibir kering, produksi air seni berkurang). Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan.
Nafas cepat atau sesak nafas. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum. Warna air
seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni.
Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%) Penderita malaria berat
harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan semestinya.

Pemeriksaan fisik

Demam (>37,5 ºC aksila). Konjungtiva atau telapak tangan pucat. Pembesaran limpa (splenomegali).
Pembesaran hati (hepatomegali). Manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam
tinggi, konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin berwarna coklat kehitaman
(Black Water Fever ), kejang dan sangat lemah (prostration).

a. Malaria Ringan Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C), Konjungtiva atau telapak
tangan pucat, Pembesaran limpa (splenomegali), dan Pembesaran hati (hepatomegali).
b. Malaria Berat Mortalitas: Hampir 100% tanpa pengobatan, Tatalaksana adekuat: 20%, Infeksi
oleh P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan yaitu Malaria serebral,
Gangguan status mental, Kejang multipel, Koma, Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL, Distress
pernafasan, Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen, Hipotensi, Oliguria atau
anuria, Anemia dengan nilai hematokrit 1,5 mg/dL, Parasitemia > 5%, Bentuk Lanjut (tropozoit
lanjut atau schizont) P. falciparum pada apusan darah tepi, Hemoglobinuria, Perdarahan spontan,
dan Kuning.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Tetes Darah utuk Malaria Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan
adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif dapat
menyingkirkan kemungkinan malaria. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang
berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas
dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit. Pemeriksaan dengan stimulasi adrenalin 1:1000
tidak jelas manfaatnya dan sering membahayakan terutama penderita dengan hipertensi.

Pemeriksaan parasit malaria melalui aspirasi sumsum tulang hanya untuk tujuan penel tian dan
tidak sebagai cara diagnosis yang rutin. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui : Tetesan
preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah
cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di
lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan
parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat
dinyatakan negatip bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran kuat (700-1000) kali
tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah
parasit per 200 leukosit Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumiah parasit dikalikan 50
merupakan jumlah parasit per mikro-liter daran.

Hapusan darah Tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah
tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat
dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah
parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan
prognosis penderita malaria, walaupun komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasit yang
minimal. Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa, atau Leishman's, atau Fleld's dan juga Romanowsky.
Pengecatan Glemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang
mudah dengan hasil yang cukup baik.

Tes Antigen : Ada 2 jenis antigen yaitu' Histidine Rich Protein II mendeteksi antigen dari
P.Falciparum dan antigen terhadap LDH (Laktate Dehydrogenase) yang ter-dapat pada plasmodium
lainnya. Deteksi sangat cepat hanya 3 - 5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik,
tidak memerlukan alat khusus. Ada 86 tes RDT dari 28 perusahaan. Beberapa tes mendeteksi antigen
spesifik terhdap P. Falciparum sedang yang lain deteksi pan-spesifik antigen (aldolase atau pan-malaria
pLDH). Sensitivitas sampai 95% dan hasil positif palsu lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini
sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid Test). Karena sensitivitas dan spesivitasnya tinggi tes ini sangat
bermanfaat untuk tes penyaring dan dapat dipakai sebagai tes deteksi parasite untuk pemberian obat
malaria ACT. Tes ini tidak dapat dipakai untuk monitoring maupun mendeteksi adanya hiperparasitemia.

Tes Serologi Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik immuno
fluorescent antibody (IFA). Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat sedikit jumlahnya. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik
sebab antibodi baru terjadi setelah 2 minggu terjadinya infeksi dan menetap 3-6 bulan. Tes ini sangat
spesifik dan sensitif, manfaat tes serologi terutama untuk digunakan pada penelitian epidemiologi atau
alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan test > 1:20 dinyatakan positif
terinfeksi. Metode tes serologi lain adalah indirect haemagglutination test, immuno-precipitation
techniques, ELISA test, radio- immunoassay.

Tes Diagnosis Molekular Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi
DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini
walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai
sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin. Termasuk dalam tes ini PCR (Polymerase Chain
Reaction), LAMP (Loop-mediated Isothermali Amplification), Microarray. Mass Spectrometry (MS)
flow cytometric

Demam dengue/DF
Demam dengue adalah infeksi akut yang dibawa nyamuk yang disebabkan oleh virus dengue. Ini
ditemukan di wilayah tropis dan sub tropis di seluruh dunia. Singkatnya, demam dengue adalah [penyakit
endemis di banyak negara di Asia Tenggara. Virus dengue memiliki empat jenis serotipe, yang setiap
jenis itu dapat menyebabkan demam dengue dan dengue berat (lebih dikenal sebagai demam
haemorrhagic dengue).

Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam berdarah
terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies
utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di
seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika
Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi
terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus dengan DEN-
1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak.
Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).
Gejala Klinis

Demam dengue digambarkan dengan karakter demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di
belakang mata, nyeri otot dan sendi, gangguan pernafasan, muntah, nodus limpa membengkak. Beberapa
orang yang terinfeksi mungkin tidak menimbulkan gejala seperti ini, dan mungkin beberapa orang hanya
menampakkan gejala ringan seperti demam, dan anak kecil barangkali menampakkan penyakit demam
tidak spesifik tapi ringan dengan ruam.

Gejala dari infeksi pertama biasanya ringan. Setelah sembuh, kekebalan tubuh akan terbentuk
selamanya dalam menghadapi serotipe virus dengue. Meski demikian, kekebalan silang dengan tiga jenis
serotipe yang lain setelah masa penyembuhan hanya lah bersifat sementara dan sebagian saja. Infeksi
berikutnya yang terjadi dengan serotipe lain dari virus dengue akan cenderung menyebabkan terjadinya
dengue parah.

Dengue parah adalah demam parah yang berpotensi menyebabkan komplikasi. Awalnya, ini
menunjukkan gejala demam yang tinggi, biasanya berlangsung 2 – 7 haru dan bisa mencapai suhu 40 – 41
°C, muka memerah, dan gejala tidak sepesifik lain dari dengue parah. Kemudian , mungkin terjadi tanda
peringantan seperti sakit perut, terus terusan muntah, nafas kencang, kelelahan, gelisah, dan adanya efek
akibat dari perdarahan seperti kulit memar, hidung berdarah, dan mungkin terjadi perdarahan internal. Di
dalam kasus dengue parah, ini bisa mengakibatkan kegagalan sirkulasi darah, shok dan meninggal.

Leptospirosis (PAPDI IPD JILID 1 ED 6)


Definisi
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh patogen spirochaeta, genus
Leptospira. Spirochaeta ini pertama kali diisolasi di Jepang oleh Inada setelah sebelumnya digambarkan
oleh Adolf Weil tahun 1886. Weil menemukan bahwa penyakit ini menyerang manusia dengan gejala
demam, ikterus, pembesaran hati dan limpa, serta kerusakan ginjal.

Etiologi
Leptospira yang termasuk dalam ordo Spirochaeta, dapat menyebabkan penyakit infeksius yang
disebut leptospirosis. Leptospira merupakan organisme fleksibel, tipis, berlilit padat, dengan panjang 5-15
μm, disertai spiral halus yang lebarnya 0,1-0,2 μm. Salah satu ujung bakteri ini seringkali bengkok dan
membentuk kait.

Leptospira memiliki ciri umum yang membedakannya dengan bakteri lainnya. Sel bakteri ini
dibungkus oleh membran luar yang terdiri dari 3-5 lapis. Di bawah membran luar, terdapat lapisan
peptidoglikan yang fleksibel dan helikal, serta membran sitoplasma. Ciri khas Spirochaeta ini adalah
lokasi flagelnya, yang terletak diantara membran luar dan lapisan peptidoglikan. Flagela ini disebut
flagela periplasmik. Leptospira memiliki dua flagel periplasmik, masing-masing berpangkal pada setiap
ujung sel. Kuman ini bergerak aktif, paling baik dilihat dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap.

Leptospira merupakan Spirochaeta yang paling mudah dibiakkan, tumbuh paling baik pada
keadaan aerob pada suhu 28-30ºC dan pada pH 7,4. Media yang bisa digunakan adalah media semisolid
yang kaya protein, misalnya media Fletch atau Stuart. Lingkungan yang sesuai untuk hidup leptospira
adalah lingkungan lembab seperti kondisi pada daerah tropis

Berdasarkan spesifisitas biokimia dan serologi, Leptospira sp. dibagi menjadi Leptospira
interrogans yang merupakan spesies yang patogen dan Leptospira biflexa yang bersifat tidak patogen
(saprofit). Sampai saat ini telah diidentifikasi lebih dari 200 serotipe pada L.interrogans. Serotipe yang
paling besar prevalensinya adalah canicola, grippotyphosa, hardjo, icterohaemorrhagiae, dan pomona
Leptospira menyukai tinggal dipermukaan air dalam waktu lama dan siap menginfeksi calon
korbanya apabila kontak dengannya. Maka dari itu Leptospirosis sering pula disebut sebagai penyakit
yang timbul dari air (water born diseases).

Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama leptospirosis karena bertindak sebagia
inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain yang juga merupakan sumber
penularan leptospira memiliki potensi penularan ke manusia tidak sebesar tikus. Menurut Rusmini (2011)
ketahanan hidup bakteri Leptospira sp. di luar hospes dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Makanan

b. Kompetisi dengan mikroba lainnya

c. pH

d. Temperatur

e. Kelembaban tanah dan infeksi campuran pada hewan carrier.


Gambaran Klinik
Gambaran klinik pada leptospirosis berkaitan dengan penyakit febril umum dan tidak cukup khas untuk
menegakkan diagnosis. Secara khas penyakit ini bersifat bifasik, yaitu fase leptospiremi/ septikemia dan
fase imun.

1. Fase leptospiremi atau septikemia


Masa inkubasi dari leptospira virulen adalah 7-12 hari, rata-rata 10 hari. Untuk beberapa kasus, dapat
menjadi lebih singkat yaitu 2 hari atau bahkan bisa memanjang sampai 30 hari.10 Fase ini ditandai
adanya demam yang timbul dengan onset tiba-tiba, menggigil, sakit kepala, mialgia, ruam kulit, mual,
muntah, conjunctival suffusion, dan tampak lemah.

Demam tinggi dan bersifat remiten bisa mencapai 40ºC sebelum mengalami penurunan suhu tubuh.
Conjunctival suffusion merupakan tanda khas yang biasanya timbul pada hari ke-3 atau ke-4 sakit.

Selama fase ini, leptospira dapat dikultur dari darah atau cairan serebrospinal penderita. Tes serologi
menunjukkan hasil yang negatif sampai setidaknya 5 hari setelah onset gejala.

Pada fase ini mungkin dijumpai adanya hepatomegali, akan tetapi splenomegali kurang umum dijumpai.
Pada hitung jumlah platelet, ditemukan adanya penurunan jumlah platelet dan trombositopeni purpura.
Pada urinalisis ditemukan adanya proteinuri, tetapi kliren
kreatinin biasanya masih dalam batas normal sampai terjadi nekrosis tubular atau glomerulonefritis.

2. Fase imun
Fase kedua ini ditandai dengan leptospiuria dan berhubungan dengan timbulnya antibodi IgM dalam
serum penderita. Pada kasus yang ringan (mild case) fase kedua ini berhubungan dengan tanda dan gejala
yang minimal, sementara pada kasus yang berat (severe case) ditemukan manifestasi terhadap gangguan
meningeal dan hepatorenal yang dominan.

Pada manifestasi meningeal akan timbul gejala meningitis yang ditandai dengan sakit kepala, fotofobia,
dan kaku kuduk. Keterlibatan sistem saraf pusat pada leptospirosis sebagian besar timbul sebagai
meningitis aseptik. Pada fase ini dapat terjadi berbagai komplikasi, antara lain neuritis optikus, uveitis,
iridosiklitis, dan neuropati perifer.

Pada kasus yang berat, perubahan fase pertama ke fase kedua mungkin tidak terlihat, akan tetapi timbul
demam tinggi segera disertai jaundice dan perdarahan pada kulit, membrana mukosa, bahkan paru. Selain
itu ini sering juga dijumpai adanya hepatomegali, purpura, dan ekimosis. Gagal ginjal, oliguria, syok, dan
miokarditis juga bisa terjadi dan berhubungan dengan mortalitas penderita.

Menurut berat ringannya, leptospirosis dibagi menjadi ringan (non-ikterik) dan berat (ikterik). Ikterik
merupakan indikator utama dari leptospirosis berat.

1. Leptospirosis ringan (non-ikterik)


Sebagian besar manifestasi klinik leptospirosis adalah anikterik, dan ini diperkirakan mencapai 90% dari
seluruh kasus leptospirosis di masyarakat. Gejala leptospirosis timbul mendadak ditandai dengan viral-
like illness, yaitu demam, nyeri kepala, dan mialgia. Nyeri kepala bisa berat, mirip yang terjadi pada
infeksi dengue, disertai nyeri retro orbital dan fotofobia. Nyeri otot diduga terjadi karena adanya
kerusakan otot sehingga kreatinin fosfokinase (CPK) pada sebagian besar kasus meningkat, dan
pemeriksaan CPK ini dapat membantu penegakan diagnosis klinik leptospirosis

Dapat juga ditemukan nyeri perut, diare, anoreksia, limfadenopati, splenomegali, rash makulopapular,
kelainan mata (uveitis, iridosiklitis), meningitis aseptik dan conjunctival suffusion

Pemeriksaan fisik yang khas adalah conjunctival suffusion dan nyeri tekan di daerah betis. Gambaran
klinik terpenting leptospirosis non-nikterik adalah meningitis aseptik yang tidak spesifik sehingga sering
terlewatkan diagnosisnya.17 Sebanyak 80-90% penderita leptospirosis anikterik akan mengalami
pleositosis pada cairan serebrospinal selama minggu ke-2 penyakit dan 50% diantaranya akan
menunjukkan tanda klinis meningitis. Karena penderita memperlihatkan penyakit yang bersifat bifasik
atau memberikan riwayat paparan dengan hewan, meningitis tersebut kadang salah didiagnosis sebagai
kelainan akibat virus.

Pasien dengan leptospirosis non-ikterik pada umumnya tidak berobat karena keluhan bisa sangat
ringan.21 Pada sebagian pasien, penyakit ini bisa sembuh sendiri (self-limited) dan biasanya gejala
kliniknya menghilang dalam waktu 2 sampai 3 minggu. Karena gambaran kliniknya mirip dengan
penyakit demam akut yang lain, maka pada setiap kasus dengan keluhan demam akut, leptospirosis
anikterik harus dipikirkan sebagai salah satu diagnosis banding, terutama di daerah endemik leptospirosis
seperti Indonesia

2. Leptospirosis berat (ikterik)


Bentuk leptospirosis yang berat ini pada mulanya dikatakan sebagai Leptospira ichterohaemorrhagiae,
tetapi ternyata dapat terlihat pada setiap serotipe leptospira yang lain Manifestasi leptospirosis yang berat
memiliki angka mortalitas sebesar 5-15%.

Leptospirosis ikterik disebut juga dengan nama Sindrom Weil. Tanda khas dari sindrom Weil yaitu
jaundice atau ikterik, azotemia, gagal ginjal, serta perdarahan yang timbul dalam waktu 4-6 hari setelah
onset gejala dan dapat mengalami perburukan dalam minggu ke-2. Ikterus umumnya dianggap sebagai
indikator utama leptospirosis berat Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten sehingga fase imun
menjadi tidak jelas atau nampak overlapping dengan fase leptospiremia.

Anda mungkin juga menyukai