Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Memasuki milenium ke-3 infeksi malaria masih merupakan masalah klinis bagi negara
tropik/subtropik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju. Malaria merupakan
penyebab kematian utama penyakit tropik, diperkirakan satu juta penduduk meninggal tiap
tahunnya dan terjadi kasusu malaria baru 200-300 juta/tahun. Malaria berasala dari bahasa italia
(mala+aria) yang berarti “udara yang jelek/salah”baru sekitar tahun1880 charles louis alphone
lavera dapat membuktikan bahwa malaria dapat disebabkan oleh danya parasit didalam sel darah
merah, dan kemudian ronald ross membuktikan siklus hidup plamodium dan trasmisi
penularanya pada nyamuk.eleh karena penemuanya laveran dan ross mendapatkan hadiah nobel.

Laporan kasus malaria yaitu demam dengan speonomegali telah ditulis dalam literatur
kunodari cina yaitu nei ching conon of medice pada tahun 1700 SM. Dan dari mesir dalam ebers
popyrus pada tahun 1570 SM. Tahun 1948 ditemukan siklus ekssoeritroter pada p.cynomologi
oleh shortt dan gsrham; dan pada tahun 1980 krotoski dan gamham menemukan bentuk dari
jaringan yang disebut hipnozoit yang menyebabkan terjadinya replas. (Setiati, 2014, hal. 595)

B. Batasan masalah

Pada pembahasan ini hanya membatasi konsep, teori penyakit dan konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan malaria.

C. Rumusan masalah
1. Apa definisi malaria ?
2. Bagaimana etiologi penyakit malaria ?
3. Bagaimana tanda gejala malaria ?
4. Bagaimana patofisiologi malaria ?
5. Apa saja klasifikasi malaria ?
6. Apa komplikasi malaria ?
7. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan malaria ?
8. Apa saja diagnosa keperawatan malaria ?
9. Bagaimana intervensi keperawatan malaria ?

D. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penjelasan secara detail tentang penyakit malaria
2. Tujuan khusus
a. Untuk memahami apa yang dimaksud penyakit malaria
b. Untuk mengetahui apa etiologi malaria
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala malaria
d. Untuk mengetahui patofisiologi malaria
e. Untuk mengetahui klasifikasi malaria
f. Untuk mengetahui komplikasi dari malaria
g. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan malaria
h. Untuk mengetahui diagnose keperawatan malaria
i. Untuk mengetahui intervensi keperawtan malaria
BAB II

TINJAU PUSTAKA

I. Konsep penyakit
A. Definisi
Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
merupakan golongan plasmodium, dimana proses penularanya melalui gigitan nyamuk
anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali terdapat diwilayah tropik , misalnya
amerika, asia, dan afrika/ ada 4 jenis type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi
manusia, namun yang sering kali di temukam pada kasus penyakit malaria adalah
plasmodium falciparum dan plasmodium vivax. Lainnya adalah plasmodium overle dan
palsmodium malariae. (Nurarif & Kusuma, 2012, hal. 291).
Infeksi malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodiumdidalam darah atau jaringan
yang dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen malaria
dengan tes cepat, ditemukan DNA/RNA parasit pada pemeriksaan PCR. Infeksi malaria
dapat memberikan gejala mengigil, anemia, dan splemegali. Pada individu yang imun dapat
berlangsumg tampa gejala (asimtomatis). Penyakit malaria (asimtomatis) : ialah penyakit
yang disebabkan oleh infeksi parasit plasmodium didalam eritrosit dan biasanya disertai
dengan gejala demam. Dapat berlangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat
berlangsung tampa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang
menyebabkan babesiosis. (Setiati, 2014, hal. 595)
B. Etiologi
Menurut harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi
yaitu,

1. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria
tertiana/vivaks (demam pada tiap hari ke tiga )
2. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan
yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria
tropika/falsiparum (demam taiap 24-48 jam)
3. Plasmodium malariae, jarang di temukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae(demam tiap ahri ke empat).
4. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah afrika dan pasifik barat,di indonesia dijumpai
dinusa tenggara barat dan irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat
sembuh sepontan tampa pengobatan, menyebabkan malaria ovale(Nurarif & Kusuma,
2012, hal. 291)

C. Manisfestasi klinis
1. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi).
Pada malaria tertiana (p. Vivax p. ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (p. Malariae)
pematang tiap 72 jam dan periodisitas demam tiap 4 hari.tiap serangan ditadai dengan
beberapa serangan periodik. Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “trias
malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
2. Periode dingin
Mulai mengigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan pada saat mingigil sering seluruh badan bergetar dan
gigi-gigi saling teratuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Preode ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur
3. Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi samapai
40oc atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah,
dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang
(anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.
4. Preode berkeringat
Penderita berkeringat malai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, samapi basah,
temperatur turun, penderita capai dan sering tertidur, bila penderita bangun akan merasa
sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
5. Spenomegali
Spenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria
kronik, limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan
pigman eritrosit dan jaringan ikat bertambah. Pembesarn limpa terjadi pada beberapa
infeksi ketika membesr sebesar 3 kali lipat, lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri,
lekukan pada batas anterior. Pada batas anterior merupakan gambaran pada palpasi yang
membedakan jika lien membesar lebuh lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan,
mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
6. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah
anemia karena falciparum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit normal
tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Ganguan pembentukan eritrositkarena
depresi eritropoesisdalam sumsum tulang.
7. Ikterus
Adalah disklorasi kuning pada kulit dan sklera mata akibat kelebihan bilirium
dalam darah. Bilirium adalah produk penguraian sel darah merah terhadap tiga jenis
ikterus antara lain :
8. Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus
ini dapat terjadi pada diktruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat
mengkonjukasikan semua bilirubin yang di hasilkan
9. Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi
hepatosit dan disebut dengan hipatoseluler
10. Ikterus obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris
disebut dengan ikterus obstuktif. (Nurarif & Kusuma, 2012, hal. 292)
D. Patofisiologi
Nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria yang mengigit anak.
Apabila kekebelan (daya tahan) tubuh anak baik, maka parasit yang dibawa oleh nyamuk
tersebut akan lemah dan hilang dari tubuh. Apabila daya tahan tubuh anak kurang baik maka
parasit tersebut akan menginfeksi darah. Jenis plasmodium akan mempengaruhi berat ringanya
malaria. Plasmodium valciparung akan menyebabkan malaria yang berat. Parasit yang masuk ke
pembuluh darah akan memasukan seporozoit. Parasit akan tumbuh dan mengalami pembelahan.
Setelah 6-9kali, skizone menjadi dewasa dan pecah serta melepaskan beribu-ribu merozoit.
Sebagian merozoit akan memasuki sel-sel darah merah dan berkembang disini (CDC,2009).
Demam timbul bersamaan dengan pecahnya sekizone darah yang mengeluarkan anti gen.
Kemudian, antigen akan merangsang mikrofak, monosit atau limposit yang mengeluarkan sitokin
dan tumor nectrosits faktor (TNF) yang dibawah kehipotalamus yang merupakan puisat
pengaturan suhu tubuh. Kemudian terjadinya demam. Pembesaran limpa terjadi karena
plasmodium dihancurkan oleh monosit yang menyebabkan bertambahnya sel radang dan terjadi
peningkatan jumlah eritrosit yang berinfeksi parasit. Penyebaran eritrosit ke pembuluh kapiler
menyebabkan oftruksi dalam pembulu dkapiler sehingga terjadi inskemia jaringan (prossete),
yaitu berkumpulnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah merah lainya
(depkesri,2008). Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis oleh sistem
retikuloendotelian. Hemolisis dipengaruhi oleh jenis fasmodium dan status imunitas pejamu.
Selain itu, anemia juga disebakan oleh komolisis atau imun dan sekuestrasi oleh limpa pada
eritrosit yang terinfeksi maupun yant normal, serta gangguan eritopoiesits. (Marnia, 2016, hal.
122)

E. Klasifikasi
1. Malaria tropika penyebabnya adalah plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 9-14
hari
2. Malaria quartana penyebabnya plasmodium dengan masa inkubasi 18-40 hari
3. Malaria tertianan penyebab plasmodium vivex dengan masa inkubasi 12-17 hari
4. Malaria ovale yang disebabkan plasmodium dengan masa inkubasi. (Marnia, 2016, hal. 122)

F. Komplikasi
Menurut Iskandar Zulkarnain, 2014 : 613, komplikasi malaria umumnya disebabkan karena
P.falciparum dan sering disebut pernicious manifestations. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-
gjala sebelumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang
pendatang dan kehamilan. Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai
malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau
lebih komplikasi sebagai berikut:
1. Malaria selebral : coma yang tidak bisa dibangunkan dengan total GCS adalah kurang dari
sebelas yang terjadi 30 menit setelah kejang ; yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia berat, dengan Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15% pada keadaan hitung parasit >
10000.
3. Gagal ginjal akut, dengan urin < 400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau < 12 ml/kg BB
pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diseratai kreatinin > 3 mg %
4. Hipoglikemia : gula darah < 40 mg %. Hal ini disebabkan kebutuhan metabolik dari parasit
telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati.
5. Syok ; tekanan sistolik < 70 mmHg (anak 1-5 < 50 mmHg) yang disertai kringat dingin
dengan perbedaan temperatur kulit-mukosa > 1 derajat C.
6. Oedema paru/ARDS, dimana tekanan vena sentral normal dan pulmonary wedge pressure
menurun. Ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat yakni > 35 kali/ menit. (Wijaya,
2013, hal. 189)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Identitas
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria, terutama pada anak dengan gizi buruk.
Infeksi akan berlangsung lebih hebat pada usia muda atau sangat muda karena belum
matangnya sistem imun sedangkan pada usia tua disebabkan ole penururnan daya tahan
tubuh. Selain itu semua, malaria juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pekerjaan,
pendidikan dan migrasi penduduk. Hal ini di sebabkan mobilisasi penduduk yang cukuo
tinggi dan trasportasi yang semakin cepat memungkinkan terjadinya kasus-kasus impor di
semua daerah yang sudah tereliminasi malaria. (Setiati, 2014, hal. 595)
B. Status kesehatan saat ini
1. Keluhan utama
Biasanya klien dengan penyakit malaria datang kerumah sakit dengan keluhan
demam, tidak mau makan, kepala tersa pusing, perut bagian kanan terasa sakit, terasa
mual dan ingin muntah. (Wijaya, 2013, hal. 190)
2. Alasan masuk rumah sakit
Pasien yang dibawa kerumah sakit biasanya diawali dengan gejala badan terasa
lemah, nyeri kepala, tidak nafsu makan dan mual muntah. (Marnia, 2016, hal. 121)
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klein yang menderita penyakit malaria pada saat dilakukan pengkajian
keluhan yang dirasakan oleh pasien dalah masih terasa demam, lemas, mual, tidak mau
makan. (Wijaya, 2013, p. 190)
C. Riwayat kesehatan terdahulu
1. Riwayat penyakit sebelumnya
Biasanya pasien yang mengalami penyakit malaria mempunyai riwayat pernah
mengalami penyakit malaria sebelumnya dan pernah dirawat dirumah sakitatau berobat
dengan gejala atau penyakit yang sama. (Wijaya, 2013, p. 190)
2. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya pasien yang menderita penyakit malria ini di dalam keluarganya juga
ada yang menderita penyakit malaria. (Wijaya, 2013, p. 190)
3. Riwayat pengobatan
Tannyakan riwayat minum obat malaria sebelunya dan apakah pernah
mendapatkan trasfusi darah sebelunya. (Marnia, 2016, hal. 126)
D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaaan umum
a. Kesadaran
Gelisah,ketakutan,kacau mental,disorientas,deliriu atau koma (Kunoli, 2012, hal.
195).
1) Tanda-tanda vital
2) Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
3) Denyut perifer kuat dan cepat.
4) RR: takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan
5) Demam 400 pada malaria berat (Kunoli, 2012, hal. 194)
b. Body system
1) Sistem pernafasan
Ispeksi : Takipnia dengan penurunan kedalam pernafasan,nafas pendek
pada istirahat dan aktivitas. (Kunoli, 2012)pada malaria berat frekuensi nafas
pada balita >40 kali/menit sedangkan frekuensi nafas pada anak berusia
dibawah satu tahun >50 kali/menit. (Marnia, 2016, hal. 122)
2) Sistem kardiovaskuler
a) Palpasi: denyut perifer kuat dan cepat
b) Auskultasi: tekanan darah normal atau sedikit menurun. (Kunoli, 2012,
hal. 194)
3) Sistem persarafan
Kesadaran: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas, delirium atau
koma. (Kunoli, 2012, hal. 195)
4) Sistem perkemihan
Inspeksi: penurunan haluaran urin dan kosentrasi urin. (Kunoli, 2012, hal.
195)
5) Sistem pencernaan
a) Inspeksi: anoreksia, mual dan muntah, diare atau kontipasi.
b) Palpasi: distensi abdomen (Kunoli, 2012, hal. 195)
6) Sistem integument
a) Inspeksi: pendarahan (hematoma, petekie dan purpura), pucat.
b) Palpasi: kulit hangat (Kunoli, 2012, hal. 195)
7) Sistem muskulokeletal
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan (Kunoli, 2012, hal. 194)
8) Sistem endokrin
Pada sistem kardiovaskular dan endokrin dan Metabolisme tidak
“tertulari” parasit sehingga penyakit parasit pada organ-organ tubuh ini tidak
dibahas. (Natadisatra, 2010, hal. 66)
9) Sistem reproduksi
Malaria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester 1 dan 2
dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. (Setiati, 2014, hal. 605)
10) Sistem pengindraan
Konjungtiva anemis, sklera ikterik (Zainuddin, 2014, hal. 27)
11) Sistem imunitas
Respon imunitas selluler dan humoral normal terhadap antigen. (Setiati,
2014, hal. 606)
E. Pemeriksaan penunjang
Periksa yang perlu dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit malaria yaitu
pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk mengidentifikasi tebal tipisnya, serta positif atau
negatif; dan pemeriksaan atau tes dianotik cepat (rapid diagnotic test) yang digunakan untuk
mendeteksi antigen parasit malaria. Uji deteksi ini berkangsung cepat, tetapi dapat
melewatkan parasitemia rendah serta tidak dapat menghitung jumlah parasitemia (Marnia,
2016, hal. 124)
Pemeriksaan hemoglobin menunjukan penurunan Hb yang cepat pada malaria akut,
sedangkan pemeriksaan hemotokrit, leukosit, dan trombosit menunjukan trobisipenia
Tes fungsi hati menunjukkan peningkatan SGOT dan SGOT; kadar glukosa dan alkalin
fosfatase menurun, albunin menurun, dan globulin meningkat. Selain itu, dapat juga
dilakukan pemeriksan kadar kreatilin ureum, natrium, kalium, dan analisis gas
darah (Marnia, 2016, hal. 124)

F. Penatalaksanaan
Ada tiga cara penatalaksanaan malaria, yaitu pengobatan presumtif, subpresif, dan
radikal. Pengobatan presentif merupakan pengobatan dengan cara menemukan pasien
malaria secara intensif, dari rumah ke rumah atau pada unit-unit pelayanan kesehatan.
Tujuan dari pengobatan ini yaitu untuk meringankan gejala malaria dan mencengah
terjadinya penularan selama pasien menunggu hasil laboraturium
Pengobatan subpretif merupakan pengobatan pada semua pasien demam didaerah
endemis malaria yang berobat di unit-unit pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya gejala klinis. Pengobatan radikala diberikan untuk malaria yang
menimbulkan relaps jangka panjang, dan pengobatan masa ditunjukan untuk setiap
penduduk didaerah endemis malaria yang dilakukan secara teratur pada saat wabah.
Pengobatan malaria pada pasien anak dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap.
Jika rawat inap, klorokuin basa diberikan dengan dosis total 25mg/kgBB selama 3hari,
dengan perinciaan sebagai berikut :
1. Hari pertama 10mg/kgBB (maksimal 600mg basa )
2. 6 jam kemudian dilanjutkan 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan 5 mg/kgBB pada
24 jam (maksimal 300 mg basa) + primakuin 1 hari.

Selain itu juga dapat diberikan :

1. Hari pertama dan kedua masing-masing 10 mg/kgBB


2. Hari ketiga 5 mg/kgBB + primakuin 1 hari.

Pengobatan dengan klorokuin dapat secara efektif menyembuhkan malaria, tetapi


tidak semua orang sensitif terhadap klorokuin, sehingga diperlukan obat yang dapat
menyembuhkan malaria. Obat lain yang dapat digunakan untuk anak yang menderita
penyakit malaria yaitu quinin + klindamisin/ doksisiklin, atau atovaquone-proguanil, atau
mefloquin. (Marnia, 2016, hal. 125)

II. Diagnosa keperawatan


A. Hipertermia
1. Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal.
2. Penyebab
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
d) Ketidak sesuaian pakaian dengan suhu tubuh
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktifitas berlebihan
h) Penggunaan incubator
3. Gejala dan tanda mayor
a) Sujektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Suhu tubuh diatas nilai normal
4. Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
1) Kondisi klinis terkait
2) Proses infeksi
3) Hipertiroid
4) Stoke
5) Dehidrasi
6) Trauma
7) Prematuritas (PPNI, 2017, hal. 284)

B. Devisit nutrisi
1. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism
2. Penyebab
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrient
d) Peningkatan kebutuhan metabolism
e) Factor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
f) Factor psikologis (mis, stress, keenganan untuk makan)
3. Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(tidak tersedia)
b) Objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
4. Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
1) Cepat kenyang saat makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
b) Objektif
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare
5. Kondisi klinis terkait
a) Stroke
b) Parkinson
c) Mobius syndrome
d) Cerebral palsy
e) Cleft lip
f) Cleft palate
g) Amyotropic lateral sclerosis
h) Kerusakan neuromuscular
i) Luka bakar
j) Kangker
k) Infeksi
l) AIDS
m) Penyakit crohns
n) Enterokolistik
o) Fibrosis kistik(PPNI, 2017, hal. 56)

C. Perfusi perifer tidak efektif


1. Definisi : penurunan sirkulasi darah pada lefel kapiler yang dapat menggangu
metabolisme tubuh.
2. Penyebab
a. Hiperglikemia
b. Penurunan konsentrasi hemoglobin
c. Peningkatan tekanan darah
d. Kekurangan volume cairan
e. Penurunan aliran ateri dan/atau vena
f. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. Merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
g. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. Diabetes melitus,
hiperlipidemia)
h. Kurang aktifitas fisik
3. Gejala dan tanda mayor
a. Objektif
1) Pengisian kapiler >3 detik
2) Nadi perifer menurun atau tidak teraba
3) Akral teraba dingin
4) Warna kulit pucat
5) Turgor kulit menurun
b. Subjektif
(tidak tersedia)
4. Gejala dan tanda minor
a. Objektif
1) Edema
2) Penyembuhan luka lambat
3) Indek ankle-brachial >0,90
4) Bruit femoral
b. Subjektif
1) Parastesia
2) Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)
5. Kondisi klinis terkait
a. Tromboflebitis
b. Diabetes mellitus
c. Anemia
d. Gagal jantung kongestif
e. Kelainan jantung kongenital
f. Trombosis arteri
g. Varies
h. Trombosis vena dalam
i. Sindom kompartemen. (PPNI, 2017, hal. 37)

III. Intervensi
A. Hipertermia
1. Tujuan
a. Pasien akan menunjukan termoregulasi, yang sibuktikan oleh indikator gangguan
sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem berat, sedang, ringan, atau tidak
gangguan)
b. Peningkatan suhu kulit
c. Hipertermia
d. Dehidrasi
e. Mengantuk
2. Kriteria hasil
a. Menunjukan metode yang tepat untuk mengukur suhu
b. Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalakan peningkatan suhu
tubuh
c. Melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia
3. Intervensi (NIC)
a. Aktifitas keperawatan
1) Pengkajian
a) Pantau aktivitas kejang
b) Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
c) Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan
d) Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu
lingkungan
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Ajarkan pasien/ keluarga dan mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia (mislnya, sengatan panas, dan keletihan akibat panas)
2) Regulasi (NIC): ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan, jika perlu.
c. Aktifitas kolaboratif
1) Regulasi suhu(NIC):
2) Berikan obat antipiretik, jika perlu
3) Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu
tubuh, jika perlu (Wilkinson, 2013)
B. Devisit nutrisi
1. Tujuan: memperlihatkan status gizi : asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: tidak adekuat, sedikitadekuat, cukup adekuat,
adekuat, sangat adekuat): makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi
pariental total
2. Kriteria hasil
a. Mempertahakan berat badan……kg atau bertambah…..kg
b. Pada….(sebutkan tanggal)
c. Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
d. Mengungkapkan tekat untuk mematuhi diet
e. Menoleransi diet yang dianjurkan
f. Mempertahankan masa tubuh berat badan dalam masa normal
3. Intervensi (NIC)
a. Aktifitas keperawatan
1) Pengkajian
a) Tetukan motifasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
b) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Ajakarkan metode untuk perencanaan makan
2) Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
c. Aktivitas kolaboratif
1) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidak adekuatan asupan protein atau kehilangan protein
2) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, maknan
pelengkap, pemberian makan melalui selang, atau nutrisi pariental total agar
asupan kalori yanga dekuat dapat dipertahankan
3) Rujuk pada dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
4) Rujuk program gizi di komunitas yang tepat, jiak pasien tidak dapat membeli
atau menyiapkan maknan yang adekuat (Wilkinson, 2013, hal. 391)

C. Perfusi perifer tidak efektif


1. Tujuan : menunjukkan keseimbangan cairan, yang dibuktikan oleh indikator berikut
(sebutkan 1-5 : gangguan exterm, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
a. Tekanan darah
b. Nadi perifer
c. Turgor kulit
2. Kriteria hasil :
a. Pasien akan mendeskripsikan rencana perawatan dirumah
b. Extremitas bebas dari lesi
3. Intervensi (NIC)
a. Aktifitas keperawatan
1) Pengkajian
a) Kaji ulkus statis dan gejala selulitis (yaitu, nyeri, kemerahan, dan
pembengkakan pada extremitas).
b) Perawatan sirkulasi (insufisiensi arteri vena) (NIC) :
 Lakukan pengkajian konprehensif terhadap sirkulasi perifer (misalnya,
kaji nadi perifer, odema, pengisian ulang kapiler, warna, dan suhu
(extremitas).
 Pantau tingkat ketidaknyamanan nyeri saat melakukan latihan fisik,
pada malam hari, atau saat istirahat (arterial).
 Pantau status cairan, termasuk asupan dan haluaran.
b. Manajemen sensasi perifer NIC :
1) Pantau perbedaan ketajaman/ketumpulan atau panas atau dingin (pada perifer).
c. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
1) Menghindari suhu yang extrem pada extremitas
2) Pentingnya mematuhi program diet dan program pengobatan
3) Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan pada dokter
4) Perawatan sirkulasi (insufisiensi arteri dan vena) (NIC) : ajarkan pasien untuk
melakukan perawatan kaki yang tepat.
5) Pentingnya pencegahan statis vena (mis., tidak menghilangkan
kaki/mengangkat kaki tanpa menekuk lutut, dan latihan fisik.
d. Aktifitas kolaboratif
1) Beri obat nyeri, beritahu dokter jika nyeri tidak kunjung reda
2) Perawatan sirkulasi (insufiensi arteri dan vena) (NIC) : berikan obat anti
trombosit atau antikoagulan, jika diperlukan.(Wilkinson, 2013, hal. 506)

Anda mungkin juga menyukai