Anda di halaman 1dari 93

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

SCABIES PADA ANAK USIA SEKOLAH DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS RIJALI KECAMATAN
SIRIMAU KOTA AMBON

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

NILA ANGRIYANTI UMASUGI

NPM.1420117164

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

KAIRATU

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN


SCABIES PADA ANAK USIA SEKOLAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RIJALI DESA BATUMERAH KECAMATAN
SIRIMAU KOTA AMBON

SKRIPSI

Disusun Oleh:
Oleh :

NILA ANGRIYANTI UMASUGI


NPM. 1420117164

Skripsi ini Telah Disetujui


Tanggal, September 2021

Pembimbing I, Pembimbing II,

(NS. Syariefah H Waliulu, S.Kep., M.Kep) (NS. Jahra Warda Sopaliu,S.Kep)

Mengetahui
Ketua Program Studi
Keperawatan

(Ira Sandy Tunny, S.Si., M.Kes.)


NIDN. 1209088501

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nila Angriyanti Umasugi

Npm : 1420117164

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Scabies Pada

Anak Usia Sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa

Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain

saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,

maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kairatu, 9 oktober 2021

Yang Membuat Pernyataan

Nila Angriyanti Umasugi

NPM. 1420117164

iii
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES
PADA ANAK USIA SEKOLAH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RIJALI DESA BATUMERAH
KECAMATAN SIRIMAU
KOTA AMBON
2021

Nila Angriyanti Umasugi1 , Syariefah H Waliulu2 , Jahra Warda Sopaliu3


Email : nilangriyanti@gmail.com
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawtan STIKes Maluku Husada
2
Dosen STIKes Maluku Husada
3
Dosen STIKes Maluku Husada

Abstrak
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei varian hominis dan telurnya. Salah satu factor penyebab scabies adalah personal hygiene. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian scabies pada anak usia
sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Metode
penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan case control.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik total sampling yaitu sampling jenuh
dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden dengan pembagian 20 responden kelompok kasus dan 20
responden kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji spearman rank. Hasil penelitian
berdasarkan uji korelasi spearman rank menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
praktik kebersihan kulit dengan kejadian scabies diperoleh nilai p (0,005) α < (0,05) dan (r) =0,440,
praktik kebersihan pakaian dengan kejadian scabies diperoleh nilai p (0,002) α < (0,05) dan (r) =0,475,
praktik kebersihan handuk dengan kejadian scabies diperoleh p (0,00) α < (0,05) dan (r) =0,543, praktik
kebersihan tempat tidur dan seprey dengan kejadian scabies diperoleh nilai p (0,001) α < (0,05) dan (r)
=0,518. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ada hubungan personal hygiene dengan kejadian scabies
pada anak. Oleh sebab itu memberikan informasi tentang pencegahan terhadap kejadian scabies untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat sangat diperlukan. Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan
kesadaran diri tentang personal hygiene agar terhindar dari penyakit kulit khususnya penyakit kulit
scabies.

Kata Kunci : Personal Hygiene, scabies,anak

iv
RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL HYGIENE AND THE INCIDENCE
OF SCABIES IN SCHOOL-AGE CHILDREN IN THE WORKING
AREA OF THE RIJALI HEALTH CENTER BATUMERAH
VILLAGE SIRIMAU DISTRICT
AMBON CITY
2021

Nila Angriyanti Umasugi1 , Syariefah H Waliulu2 , Jahra Warda Sopaliu3


Email : nilangriyanti@gmail.com
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawtan STIKes Maluku Husada
2
Dosen STIKes Maluku Husada
3
Dosen STIKes Maluku Husada

Abstract
Scabies is a skin disease caused by infestation and sensitization to Sarcoptes scabiei variant hominis
and its eggs. One of the factors that cause scabies is personal hygiene. The purpose of this study was to
determine the relationship between personal hygiene and the incidence of scabies in school-age children
in the working area of the Rijali Health Center, Batumerah Village, Sirimau District, Ambon City. The
research method used is an analytical survey using aapproach case control. Sampling in this study used
a total sampling technique, namely saturated sampling with a total sample of 40 respondents with the
division of 20 respondents in the case group and 20 respondents in the control group. Data analysis
using spearman rank test. The results of the study based on the correlation test Spearman rank showed
that there was a significant relationship between skin hygiene practices and the incidence of scabies,
obtainedvalue p (0.005) < (0.05) and (r) = 0.440, clothing hygiene practices with scabies incidence
obtained value p (0.002) < (0.05) and (r) = 0.475, the practice of cleaning towels with the incidence of
scabies obtained p (0.00) < (0.05) and (r) = 0.543, the practice of cleanliness of beds and sheets with
The incidence of scabies obtainedvalue p (0.001) < (0.05) and (r) = 0.518. The conclusion that can be
drawn is that there is a relationship between personal hygiene and the incidence of scabies in children.
Therefore, providing information about the prevention of scabies events to increase public knowledge is
very necessary. The public is encouraged to increase self-awareness about personal hygiene in order to
avoid skin diseases, especially scabies skin disease.

Keywords : Personal Hygiene, scabies, children

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Berkat, hikmah dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Hubungan Personal hygiene dengan kejadian scabies pada anak

usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau

Kota Ambon dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

Dengan terselesaikannya skripsi ini perkenankanlah penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada yang terhormat :

1. Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada yang telah
menyediakan fasilitas-fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.
2. Dr. Sahrir Sillehu, S.KM.,M.Kes. selaku Ketua STIKes Maluku Husada
3. Ira Sandy Tunny, S.Si., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.
4. Ns. Syariefah H Waliulu, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, Pengarahan, dan masukan
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ns. Jahra Warda Sopaliu, S.Kep. selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, Pengarahan, dan masukan
dalam penyusunan skripsil ini.
6. Direktur Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon,
beseta staf yang telah membantu dalam penelitian ini.
7. Seluruh Staf dan Dosen Pengajar di STIKes Maluku Husada terima kasih atas
banyak ilmu yang diberikan pada penulis.

vi
8. Kepada kedua orang tua saya dan suami saya tercinta yang dimana telah
memberikan dukungan dalam proses saya selama ini hingga dapat berjalanan
dengan lancar.
9. Adikku tersayang (adi) yang selalu memberi dukungannya serta Sahabat-sahabatku
(Damura, Lia, Safira, dan Jihan)
10. Teman seperjuangan skripsiku, Mhala dan Dily yang selama proses konsultasi dan
proses lain dalam perjalanan skripsi selalu bersama-sama.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam

penulisan ini, oleh karena itu diharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat dapat bermanfaat bagi

yang lain.

Kairatu, Oktober 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...................................... iii
Abstrak ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum .......................................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 7
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 7
BAB II ..................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 9
2.1. Tinjauan Tentang Personal Hygiene ............................................................ 9
2.1.1. Pengertian personal hygiene ..................................................................... 9
2.1.2. Tujuan perawatan personal hygiene........................................................ 11
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene .............................. 11
2.1.4. Kebersihan Diri ...................................................................................... 12
2.1.5. Dampak personal hygiene ...................................................................... 13
2.2. Tinjauan Tentang Scabies .......................................................................... 14

viii
2.2.1. Definisi Scabies ..................................................................................... 14
2.2.2. Epidemiologi .......................................................................................... 15
2.2.3. Etiologi dan Patogenesis......................................................................... 15
2.2.4. Gambaran Klinik .................................................................................... 16
2.2.5. Cara Penularan ....................................................................................... 17
2.2.6. Diagnosis Banding ................................................................................. 18
2.2.7. Cara pencegahan penyakit scabies .......................................................... 18
2.3. Keaslian Penelitian ..................................................................................... 20
BAB III .................................................................................................................. 22
KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................................. 22
3.1. Kerangka Konseptual ................................................................................. 22
3.2. Hipotesis ...................................................................................................... 23
BAB IV .................................................................................................................. 24
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 24
4.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 24
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 24
4.2.1. Tempat Penelitian .................................................................................. 24
4.2.2. Waktu Penelitian .................................................................................... 24
4.3. Populasi, Sampel, dan Sampling ................................................................ 25
4.3.1. Populasi ................................................................................................. 25
4.3.2. Sampel ................................................................................................... 25
4.3.3. Teknik Sampling .................................................................................... 26
4.4. Sumber Data ............................................................................................... 27
4.5. Variabel Penelitian ..................................................................................... 27
4.5.1. Variabel Bebas (Independen)................................................................. 27
4.5.2. Variabel terikat (Dependen) ................................................................. 28
4.6. Defenisi Operasional ................................................................................... 29
4.7. Instrumen Penelitian .................................................................................. 30
4.8. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 31
4.8.1. Pengumpulan data .................................................................................. 31

ix
4.8.2 Pengolahan Data ..................................................................................... 33
4.9. Analisa Data ................................................................................................ 34
4.9.1 Analisa Univariat .................................................................................... 34
4.9.2. Analisa Bivariat ..................................................................................... 34
4.10. Etika Penelitian ......................................................................................... 34
BAB V.................................................................................................................... 36
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 36
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 36
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 36
5.1.2. Karakteristik Responden ........................................................................ 38
5.1.3 Analisis Univariat ................................................................................... 39
5.1.4. Analisis Bivariat ..................................................................................... 47
5.2 Pembahasan ................................................................................................. 50
5.1.1 Hubungan kebersihan kulit dengan kejadian scabies pada anak ............... 50
5.1.2 Hubungan kebersihan pakaian dengan kejadian scabies pada anak .......... 51
5.1.3 Hubungan kebersihan handuk dengan kejadian scabies pada anak ........... 52
5.1.4 Hubungan kebersihan tempat tidur dan seprey dengan kejadian scabies pada
anak ................................................................................................................. 54
BAB VI .................................................................................................................. 55
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 55
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 55
6.2 Saran ............................................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 57
LAMPIRAN .......................................................................................................... 59

x
DAFTAR TABEL

Judul Halaman
Tabel 2.3 Keaslian Penelitian 20
Tabel 4.6 Defenisi Operasional 29
Tabel 5.2 Daftar Tenaga di Puskesmas Rijali Ambon 2021 37
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan 38
Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa
Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon Tahun 2021
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kebersihan kulit anak usia 39
sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah
Kecamatan Sirimau Kota Ambon.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kebersihan pakaian anak usia 41
sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah
Kecamatan Sirimau Kota Ambon
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kebersihan handuk anak usia 43
sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah
Kecamatan Sirimau Kota Ambon
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kebersihan tempat tidur dan 44
seprey anak usia sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali
Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon
Tabel 5.9 Gambaran distribusi frekuensi personal hygiene anak 46
usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah
Kecamatan Sirimau Kota Ambon 2021
Tabel 5.10 Hubungan Personal hygiene anak usia sekolah 48
dengan kejadian scabies

xi
DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Personal Hygiene 22


Dengan Kejadian Scabies Pada Anak Usia Sekolah Di Wilayah
Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau
Kota Ambon

Gambar 5.1 Profil Puseksmas Rijali 36

Gambar 5.3 Struktur Organisasi Puskesmas Rijali 37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Sebagai Responden
Lampiran 3 Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Master Penelitian
Lampiran 6 Hasil Analisis Univariat Dan Bivariat
Lampiran 7 Surat Pengembalian
Lampiran 8 SAP Scabies
Lampiran 9 Leaflet Scabies
Lampiran 10 Foto Dokumentasi Penelitian

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan telurnya. Sinonim atau nama lain

scabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo (Tan et. al, 2017).

Scabies pada manusia disebabkan oleh tungau betina yang menyebabkan gatal,

yang hidup selama 30 hari siklus kehidupan di dalam epidermis (Paramita dan

Sawitri, 2015).

Secara global, diperkirakan scabies mempengaruhi lebih dari 200 juta orang

setiap saat. Estimasi prevalensi dalam literatur terkait scabies baru-baru ini berkisar

dari 0,2% hingga 71% (Miftahurrizqiyah et. al, 2020). Pada tahun 2017 World

Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa scabies termasuk Neglected

Tropical Disease (NTD) atau Penyakit Tropis yang Terabaikan (Chandler & Fuller,

2019). Meskipun prevalensi scabies di Indonesia secara keseluruhan cenderung

menurun yaitu berkisar 3,9- 6% di tahun 2019, terendah di Sulawesi Selatan dan

tertinggi di Jawa Barat. Prevalensi scabies di puskesmas seluruh Indonesia pada

tahun 2019 adalah 5,6%-12,95% dan scabies masih menjadi salah satu penyakit

menular di Indonesia yang menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering

(Miftahurrizqiyah, et. al 2020)

1
2

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Ambon melaporkan penyakit

infeksi kulit masuk dalam data 10 besar penyakit. Pada tahun 2019 penyakit infeksi

kulit di Kota Ambon menduduki urutan ke-7 dengan pravalensi 3,87%.

Dan berdasarkan data dari RISKESDAS tahun 2018 yang melaporkan

pravalensi penyakit scabies menurut kota/provinsi Maluku mencapai 2,57% kasus

wilayah Ambon dari keseluruhan penyakit infeksi kulit (RISKESDAS,2018)

Ciri khas gejala scabies adalah gatal-gatal hebat, yang biasanya memburuk

pada malam hari. Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal paling sering

ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari tangan, pada pergelangan tangan, sikut,

ketiak, di sekitar puting payudara wanita, alat kelamin pria (penis dan kantung

zakar), di sepanjang garis ikat pinggang dan bokong bagian bawah. Infeksi jarang

mengenai wajah, kecuali pada anak-anak dimana lesinya muncul sebagai lepuhan

berisi air. Untuk penularan scabies dapat melalui kontak langsung atau tidak

langsung melalui alas tempat tidur maupun sarung dan pakaian yang tidak terjaga

kebersihannya. Infestasi tungau ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui

kontak fisik dan sering menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah (Mading

dan Sopi, 2015).

Beberapa faktor yang berkontribusi dalam kejadian scabies yaitu, kontak

dengan penderita scabies, rendahnya tingkat personal hygiene dan kondisi

lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya scabies seperti kepadatan

hunian, sanitasi yang tidak baik, dan akses air bersih yang sulit (Yunita M. S et. al,

2018). Scabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga

prioritas penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis
3

dan berat serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Lesi pada scabies

menimbulkan rasa tidak nyaman karena sangat gatal sehingga penderita seringkali

menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Grup A

Streptococcus dan Staphylococcus aureus (Mutiara H & Syailindra F, 2016). Gatal

yang dirasakan terutama saat malam hari mengganggu aktivitas dan produktivitas

pasien yang berakibat menurunkan kualitas hidup dan prestasi akademik penderita

(Tri Handari & Yamin, 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tarigan, Subchan, dan Widodo

(2018) terdapat hubungan antara personal hygiene dengan kejadian scabies yang

meliputi praktik mandi, praktik cuci tangan, praktik kebersihan pakaian, praktik

kebersihan handuk, praktik tukar menukar handuk dan pakaian, dan praktik

kebersihan tempat tidur. Ditambah juga dengan penelitian lainnya seperti yang

dilakukan oleh Afriani (2017) yang mengatakan terdapat hubungan yang signifikan

antara personal hygiene dengan kejadian scabies. Hal ini berlawanan dengan

peneletian yang dilakukan oleh Nelly, Sitti, Agnes (2017) yang menyatakan tidak

ada korelasi antara hubungan personal hygiene terhadap kejadian scabies

Hygiene atau biasanya disebut juga dengan kebersihan adalah upaya untuk

memelihara hidup sehat yang meliputi personal hygiene, kehidupan bermasyarakat

dan kebersihan bekerja. Kebersihan merupakan suatu perilaku yang diajarkan

dalam kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

lingkungan serta membuat kondisi lingkungan agar terjaga kesehatannya. Personal

hygiene atau kebersihan pribadi merupakan perawatan diri sendri yang dilakukan

untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.


4

Personal Hygiene dipengaruhi beberapa faktor diantaranya nilai sosial

individu dan budaya, terutama pengetahuan dan persepsi mengenai kebersihan diri

(Desmawati, 2015) dalam Marga (2020). Penelitian Luthfiatun (2017)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara personal hygiene dengan kejadian

scabies. Personal hygiene yang buruk dapat meningkatkan kejadian scabies.

Pemeliharaan personal hygiene tentu sangat berpengaruh terhadap status

kesehatan, hal ini dikarenakan akan membuat individu memiliki rasa sadar dan

inisiatif pribadi untuk menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit.

Upaya kebersihan diri ini mencakup tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi,

mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian (Marga, 2020). Dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan anak tentu harus ada upaya untuk

meningkatkan pengetahuan anak tentang kesehatan secara umum, khususnya

tentang penyakit menular sehingga dapat diharapkan ada perubahan sikap serta

diikuti dengan perubahan perilaku kebersihan perorangan dengan hasil akhir

menurunnya angka kesakitan penyakit menular (Nugraheni, 2018).

Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 1 Juli 2021

Berdasarkan data rekam medis dari puskesmas Rijali terdapat 20 kejadian scabies

pada anak umur 6-12 tahun untuk Periode Januari – Juni 2021. Hal ini dikarenakan

pengetahuan masyarakat yang kurang akan faktor apa saja yang menunjang

perkembangan penyakit ini. Mereka menganggap penyakit scabies hanyalah

penyakit alergi yang tidak dapat menular dan bisa sembuh jika tidak diobati. Begitu

juga wawancara singkat dengan 5 orang anak usia sekolah yang menderita scabies,

3 dari anak yang menderita saat diwawancarai menyatakan bahwa mereka tidak
5

mengetahui scabies dan memiliki kebiasaan memakai sabun secara bersama,

kurang menjaga kebersihan kulit, kadangkala mereka tidak mengganti pakaian,

kebiasaan memakai handuk secara bersama, Hal ini didukung oleh observasi yang

dilakukan disebagian rumah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon didapatkan kamar anak tampak tidak teratur dan

berbau dimana pakaian anak-anak ada yang teratur dan ada yang tidak serta alat

tidur mereka ditumpuk menjadi satu. Ditambah lagi dengan kondisi kamar mandi

yang kotor dan berbau.

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan personal hygiene dengan

kejadian scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa

Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon bertujuan untuk mengetahui

hubungan personal hygiene dengan scabies

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: Adakah hubungan personal hygiene dengan kejadian

scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batu Merah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon?


6

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian scabies pada

anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batu Merah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kebersihan kulit dengan kejadian scabies pada anak

usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon

2. Mengidentifikasi kebersihan pakaian dengan kejadian scabies pada anak

usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon

3. Mengidentifikasi kebersihan handuk dengan kejadian scabies pada anak

usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon

4. Mengidentifikasi kebersihan tempat tidur dan seprey dengan kejadian

scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa

Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

5. Mengidentifikasi personal hygiene dengan kejadian scabies pada anak

usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon


7

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


1.4.1.1 Bagi Peneliti:

Menambah wawasan dan ilmu serta dapat memperoleh

pengalaman dalam penelitian kejadian scabies pada anak.

1.4.1.2 Bagi Masyarakat:

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

masyarakat dan dijadikan sumber pengembangan ilmu

pengetahuan tentang personal hygiene dengan kejadian scabies

pada anak

1.4.1.3 Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

tentang hubungan personal hygiene dengan kejadian scabies.

1.4.1.4 Bagi Institusi

Penelitian ini dapat memberikan manfaat serta menambah

wawasan bagi pembaca yaitu mahasiswa serta sebagai masukan

khusus dalam meningkatkan mutu pendidikan di bidang kesehatan

khususnya pada pokok bahasan personal hygiene dengan kejadian

scabies pada anak.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman belajar nyata personal hygiene

dengan kejadian scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja


8

Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota

Ambon

1.4.2.2 Bagi Masyarakat

Sebagai informasi dan masukan bagi masyarakat tentang

hubungan personal hygiene dengan kejadian scabies pada anak

usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon

1.4.2.3 Bagi Institusi

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan data hasil

penelitian sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut

dan mempertimbangkan variable serta intervensi lainnya untuk

tatalaksana kejadian scabies

1.4.2.4 Bagi Instansi Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan

dalam rangka menentukan kebijakan mengenai pencegahan

penyakit scabies
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Personal Hygiene

2.1.1. Pengertian personal hygiene


Personal Hygiene adalah tindakan pencegahan yang menyangkut tanggung

jawab individu untuk meningkatkan kesehatan serta membatasi menyebarnya

penyakit menular, terutama yang ditularkan melalui kontak langsung.

Seseorang dikatakan personal hygiene nya baik bila yang bersangkutan dapat

menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, kuku, rambut,

mulut dan gigi, pakaian, mata, hidung, telinga, alat kelamin, dan handuk, serta

alas tidur (Badri, 2008). Individu dengan personal hygiene yang buruk memiliki

resiko yang lebih besar tertular scabies dibanding dengan individu dengan

personal hygiene baik. Personal Hygiene yang mempengaruhi kejadian scabies

meliputi :

1. Kebersihan kulit

Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan

berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering

dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas

kulit. Kulit yang pertama kali menerima rangsangan, seperti rangsangan

sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi

untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh, dan

mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi

9
10

vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Mengingat

pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh di dalamnya, maka

kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh

jamur, virus, dan parasit hewan. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan

oleh parasit adalah scabies

2. Kebersihan pakaian

perilaku kebersihan perorangan yang buruk sangat mempengaruhi

seseorang menderita scabies, sebaliknya pada orang yang perilaku

kebersihan dirinya baik maka tungau lebih sulit menginfestasi individu

karena tungau dapat dihilangkan dengan mandi dan menggunakan sabun,

pakaian dicuci dan kebersihan alas tidur

3. Kebersihan Handuk

Menurut Handayani (2005) sebaiknya tidak boleh memakai handuk seacara

bersama-sama karena mudah menularkan kuman scabies dari penderita ke

orang lain. Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik

matahari ataupun tidak dicuci dalam jangka waktu yang lama maka

kemungkinan jumlah kuman scabies yang ada pada handuk banyak sekali

dan sangat beresiko untuk menularkan pada orang lain

4. Kebersihan Tempat tidur dan Seprey

Kasur merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas tidur. Jika

lebih dari 2 minggu tidak mengganti sprei akan banyak debu yang

menempel pada seprei. Didalam debu terdapat tungau yang bisa menembus
11

pori-pori sprei. Kotoran tungau inilah penyebab alergi, sesak napas, kulit

kemerahan dan gatal-gatal.

2.1.2. Tujuan perawatan personal hygiene


1. Meningkatkan derajat Kesehatan seseorang

2. Memelihara kebersihan diri seseorang

3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

4. Pencegahan penyakit

5. Meningkatkan percaya diri seseorang

6. Menciptakan keindahan (Tarwoto, 2004)

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene


Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), ada beberapa faktor yang

memengaruhi personal hygiene seperti:

1. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sendiri yang memhubungani

kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu

tidak peduli lagi dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik sosial

Pada anak-anak yang dimanja dalam kebersihan diri oleh orang tuanya,

maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene pada

anak tersebut.
12

3. Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, dan

sikat gigi, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya akan menambah beban bagi keluarga yang kurang status

ekonominya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada

pasien diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Pada budaya sebagian masyarakat, jika individu sakit tertentu tidak boleh

mandi.

6. Kebiasaan seseorang

Kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawata

diri seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu atau sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang

dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.4. Kebersihan Diri


Kebersihan diri merupakan factor penting dalam usaha pemeliharaan

kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat. Menjaga kebersihan diri

berarti juga menjaga kesehatan umum. Cara menjaga kebersihan diri dapat

dilakukan sebagai berikut :


13

1. Mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan

menggunakan sabun, muka harus bersih, telinga juga harus dibersihkan

serta bagian genitalia.

2. Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman,

sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.

3. Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau menjadi

sumber infeksi.

4. Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci

bersih dengan sabun/detergen, dijemur dibawah sinar matahari dan

disetrika (Tarwoto, 2004)

2.1.5. Dampak personal hygiene


Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut

(Tarwoto & Wartonah, 2010) :

1. Dampak fisik

Gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan kesehatan yang

diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan

dengan baik, gangguan yang sering terjadi adalah gangguan kulit, mukosa

mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan lain lain.

2. Dampak psikososial

Masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial
14

2.2. Tinjauan Tentang Scabies

2.2.1. Definisi Scabies


Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)

Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini

berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat

mikroskopis. Penyakit scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga

mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan

sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui

sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui

baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan

penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya.

Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela jari,

siku, selangkangan.

Scabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren, penyebabnya

adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang

gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari

secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu

komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus

dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan

lingkungan pada komunitas yang terserang scabies, karena apabila dilakukan

pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit

scabies.
15

2.2.2. Epidemiologi
Scabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi.

Di beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi scabies sekitar 6 %

- 27 % populasi umum dan 9 cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.

Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi scabies di Puskesmas seluruh

Indonesia pada tahun 2017 adalah 4,6%-12,9%, dan scabies menduduki

urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di Bagian Kulit dan Kelamin

FKUI/RSCM pada tahun 2017, dijumpai 734 kasus scabies yang merupakan

5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 2018 dan 2019 prevalensi scabies

adalah 6% dan 3,9%. Prevalensi scabies sangat tinggi pada lingkungan

dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang

memadai

2.2.3. Etiologi dan Patogenesis


Penyebabnya penyakit scabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu

sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada

manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei

termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, super famili

Sarcoptes.

Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna

putih kotor, transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan

perut, tidak berwarna, yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan

yang jantan berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa mempunyai 4

pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki
16

belakang. Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu

bulan. Sarcoptes scabiei betina terdapat cambuk pada pasangan kaki ke-3

dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan bulu cambuk tersebut hanya dijumpai

pada pasangan kaki ke-3 saja.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies,

tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi

disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang

memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu

kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,

urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta

dan infeksi sekunder

2.2.4. Gambaran Klinik


Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah

ini:

1. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang

lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok misalnya dalam

keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam sebuah

perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang

berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan

hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.


17

3. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan

padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul

polimorf (gelembung lekosit).

4. Menemukan tungau merupakan diagnosis pasti dapat ditemukan satu

atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat terutama pada

malam sebelum tidur. Adanya tanda: papula (bintil), pustula (bintil

bernanah), dan ekskoriasi (bekas garukan). Gejala yang ditunjukkan

adalah warna merah, iritasi, dan rasa gatal pada kulit yang umumnya

timbul di sela-sela jari, selangkangan, dan lipat paha, dan terjadi

gelembung berair pada kulit

2.2.5. Cara Penularan

Penularan penyakit scabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak

langsung, adapun cara penularannya adalah:

1. Kontak langsung (kulit dengan kulit) Penularan scabies terutama

melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan

hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan

hal tersering, sedangkan pada anak penularan dari orang tua atau

teman.

2. Kontak tidak langsung (melalui benda) Penularan melalui kontak tidak

langsung, seperti melalui perlengkapan tidur, pakaian, atau handuk


18

dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun

demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut

memegang peranan penting dalam penularan scabies dan dinyatakan

bahwa sumber penularan utama adalah selimut

2.2.6. Diagnosis Banding

1. Urtikaria akut, berupa erupsi pada papul-papul yang gatal, dan selalu

sistemik.

2. Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian

ekstensor ekstremitas.

3. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan,

efloresensinya urtikaria papuler.

4. Folikulitis berupa pustul miliar dikelilingi daerah eritem.

2.2.7. Cara pencegahan penyakit scabies


Idealnya, pakaian, sprei, handuk dan sebagainya dicuci dengan baik,

yaitu digodok supaya kutu-kutu itu benar-benar mati. Disamping itu, jangan

berkontak secara langsung dengan penderita dan jangan saling pinjam-

meminjam pakaian atau perlengkapan lain. Bagi keluarga yang sudah

menderita scabies, seharusnya suatu keluarga atau satu rumah, tidak boleh

ada satupun penderita, ini akan menjadi sumber penularan kembali (Tabri,

2010).

Depkes RI (2007) mengatakan bahwa cara pencegahan penyakit scabies

adalah dengan:
19

1. Mandi secara teratur

2. Mencuci pakaian, sprei, bantal, selimut dan lainnya secara teratur

minimal 2 kali seminggu.

3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.

4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.

5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang

dicurigai terinfeksi tungau scabies.

6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.

7. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit.

Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan

penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun penyakit

ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa,

namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila

pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari

infeksi ulang, langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di

cairan antiseptik.

2. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan

setrika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.

3. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.

4. Hindari pemakaian bersama sisir, mukena atau jilbab (Djuanda, 2010)


20

2.3. Keaslian Penelitian

Tabel 2.3 Keaslian Penelitian

No Judul Desain Sampel Variabel Instrumen Analisis Hasil


penelitian
/pengarang
1 Pengaruh Observasi 46 Variabel Kuesioner Uji 38 santri (82,6%) memiliki
hygiene Analitik responden Independen dan chisquare kebiasaan praktik higiene
perorangan dengan : wawancara dan perorangan yang buruk dan
terhadap rancangan Higiene analisis 8 santri (17,4%) memiliki
prevalensi penelitian perorangan multivariat kebiasaan praktik higiene
terjadinya “cross perorangan yang baik. Dari
penyakit sectional” Variabel 46 santri ditemukan 39
scabies di Dependen : santri (84,8%) yang
pondok prevalensi menderita scabies. Dengan
pesantren terjadinya uji chi-square didapatkan
matholiul scabies nilai p sebesar 0,020 (p <
huda al 0,05) maka secara statistik
kautsar terdapat pengaruh yang
kabupaten signifikan antara praktik
pati higiene perorangan dengan
kejadian scabies. Hasil
Tarighan, perhitungan Prevalence
Widodo, Ratio (PR) diperoleh nilai
Subchan 1,6 (Confidence Interval
(2018) (CI) 95% = 0,9-2,9).

2 Hubungan Survei analitik 51 Variabel Wawancara Analisa Hasil penelitian


personal menggunakan responden Independen: langsung univariat menunjukan ada hubungan
hygiene dan pendekatan Personal dan lembar dan yang signifikan antara
status sosial cross sectional hygiene dan observasi Analisa praktik mandi dengan
ekonomi status social bivariat kejadian Scabies diperoleh
Dengan ekonomi nilai p value 0,010 (< 0,05).
kejadian Praktik menjaga kebersihan
scabies di pakaian dan handuk dengan
pondok kejadian Scabies diperoleh
pesantren nilai p value 0,012 (< 0,05).
Praktik tukar menukar
Afriani handuk dan pakaian dengan
(2017) kejadian Scabies diperoleh
nilai p value 0,004 (< 0,05).
Praktik menjaga kebersihan
tempat tidur dengan
kejadian Scabies diperoleh
nilai p value 0,039 (< 0,05).
Dan hubungan Status sosial
ekonomi dengan kejadian
Scabies diperoleh nilai
kejadian Scabies diperoleh
nilai
p value 0,021 (< 0,05).
21

3 Faktor resiko observasional 52 orang Variabel Wawancara Analisi Hasil penelitian


scabies pada analitik, Independen: langsung univariat, menunjukkan, dari 4
siswa pondok dengan Factor dan lembar bivariat, variabel yang diteliti yang
pesantren pendekatan resiko observasi dan mempunyai hubungan yang
case control multivariat bermakna secara statistik
Nelly Al Variabel adalah kepadatan hunian
Audhah, Sitti Dependen: (OR = 3,6, CI 95 % =
Rahmah scabies 1,7<OR<7,7) dan ada
Ummiyanti, kontak dengan penderita
Agnes Sri (OR = 48,7, CI 95 % =
Siswati. 11,5<OR<207,3),
(2017) sedangkan perilaku
kebersihan diri dan cara
pengobatan tidak bermakna

4 Hubungan Survei analitik 40 Variable Kuesioner Analisa Hasil penelitian


personal dengan responden Independen: univariat berdasarkan uji korelasi
hygiene pendekatan Personal dan spearman rank
dengan case control hygiene Analisa menunjukkan bahwa ada
kejadian bivariat hubungan yang signifikan
scabies pada Variable dan uji antara praktik kebersihan
anak usia Dependen: spearman kulit dengan kejadian
sekolah di Kejadian rank scabies diperoleh nilai p
wilayah kerja scabies (0,005) α < (0,05) dan (r)
puskesmas =0,440, praktik kebersihan
rijali pakaian dengan kejadian
Desa scabies diperoleh nilai p
batumerah (0,002) α < (0,05) dan (r)
kecamatan =0,475, praktik kebersihan
sirimau kota handuk dengan kejadian
ambon scabies diperoleh p (0,00) α
< (0,05) dan (r) =0,543,
Nila praktik kebersihan tempat
angriyanti tidur dan seprey dengan
umasugi kejadian scabies diperoleh
(2021) nilai p (0,001) α < (0,05)
dan (r) =0,518.
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual

Mengacu pada tinjauan teori yang telah dipaparkan diatas maka kerangka

konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Personal Hygiene Kejadian Scabies


1. Kebersihan Kulit
2. Kebersihan Pakaian
3. Kebersihan Handuk
4. Kebersihan Tempat
Tidur Dan Seprey.

Gambar 3.1 kerangka konsep hubungan personal hygiene dengan kejadian scabies pada

anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan

Sirimau Kota Ambon

Keterangan: : Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Garis Hubung

22
23

3.2. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mengandung pertanyaan-pertanyaan

ilmiah, tetapi masih memerlukan pengujian. Hipotesis dalam penelitian sebagai

berikut:

1. Ada hubungan kebersihan kulit dengan kejadian scabies pada anak usia

sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan

Sirimau Kota Ambon

2. Ada hubungan kebersihan pakaian dengan kejadian scabies pada anak usia

sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan

Sirimau Kota Ambon

3. Ada hubungan kebersihan handuk dengan kejadian scabies pada anak usia

sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan

Sirimau Kota Ambon

4. Ada hubungan kebersihan tempat tidur dan seprey dengan kejadian scabies

pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon

5. Ada hubungan personal hygiene dengan kejadian scabies pada anak usia

sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan

Sirimau Kota Ambon


BAB IV

METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analatik adalah survei

atau penelitian yang coba menggali bagaimana dan mengapa fonumena kesehatan

itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika kolerasi antara fonumena baik

faktor resiko, maupun faktor efek dengan desain penelitian case control study

untuk menilai berapa besarkah peran factor risiko dalam kejadian penyakit. Pada

studi case control penelitian dimulai dengan indentifikasi pasien dengan efek

(case) dan kelompok tanpa efek (control); kemudian secara retrospektif ditelusur

factor risiko yang dapat menerangkan mengapa kasus terkena efek sedangkan

control tidak (sastroasmoro,2011). Yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

personal hygiene dengan kejadian scabies pada anak usia sekolah di Wilayah Kerja

Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1. Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa

Batu Merah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

4.2.2. Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2021

24
25

4.3. Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau subjek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2007). Untuk populasi kasus dan

control dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Populasi Kasus (Objek)

Anak usia sekolah 6-12 tahun yang menderita scabies periode januari –

juni berdasarkan data rekam medis di Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon sebanyak 20 anak yang menderita

scabies

2. Populasi Kontrol (Subjek)

Anak usia sekolah 6-12 tahun

4.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Notoatmodjo, 2007).

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh anak yang menderita scabies

periode januari – juni yang terdata di Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

4.3.2.1 Besar Sampel Penelitian

Total sampel adalah 20 anak yang menderita scabies. Karena ada

kontrol maka ditambah sampel kontrol yaitu besar sampel

penelitian pada kelompok kasus (objek) dan kelompok kontrol

(subjek) diambil perbandingan 1:1. Maka, untuk kelompok kasus


26

adalah jumlah semua sampel pasien anak yang menderita scabies

sebanyak 20 anak yang menderita scabies (responden) dan

kelompok kontrol sama dengan jumlah kelompok kasus yaitu 20

anak yang tidak menderita gatal-gatal. Jumlah keseluruhan adalah

40 orang untuk sampel penelitian. Dengan kriteria sampel, yaitu:

1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah anak 6-12 tahun yang

menderita scabies menurut catatan rekam medis Puskesmas

Rijali pada kelompok (case), anak usia sekolah 6-12 tahun tidak

menderita gatal-gatal (control).

2. Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah anak 6-12 tahun yang

tidak di diagnosis scabies di puskesmas rijali (case), anak yang

menderita gatal-gatal (control),

4.3.3. Teknik Sampling


Pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik probability

sampling, dengan metode total sampling yaitu sampling jenuh yang

merupakan cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota

populasi untuk menjadi sampel. Sehingga, sampel yang diteliti adalah

seluruh anak 6-12 tahun yang menderita scabies periode januari – juni 2021

di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota

Ambon.
27

4.4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data berupa personal hygiene anak usia sekolah 6-12

tahun dari peninjauan langsung pada obyek penelitian yaitu ke lokasi

wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau dan

memberikan lembar kuesioner kepada responden

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapat dari hasil penelusuran dokumen dan

laporan data rekam medis di Puskesmas Rijali terkait dengan kejadian

scabies

4.5. Variabel Penelitian

Variabel adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

bersifat kuantitatif dan kualitatif, sebagai contoh variabel kuantitatif adalah berat

badan, umur, tinggi badan. Sedangkan variabel kualitatif diantaranya persepsi,

respon, sikap, dan lain-lain (Hidayat, 2014).

4.5.1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sujarweni,

2014). Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah Personal

Hygiene yang dilihat dari kebersihan kulit, kebersihan pakaian,

kebersihan handuk, kebersihan tempat tidur.


28

4.5.2. Variabel terikat (Dependen)


Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya

variabel bebas (Sujarweni, 2014). Variabel terikat (dependen) dalam

penelitian ini adalah Kejadian Scabies


29

4.6. Defenisi Operasional

Table 4.6 Defenisi Operasional

Variable Defenisi Parameter Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Independen: Suatu tindakan Kebersihan
untuk tentang
Personal memelihara kebersihan
Hygiene kebersihan dan perorangan yang
kesehatan meliputi :
Meliputi: seseorang untuk 1. Kebersihan
kesejahteraan kulit
fisik dan psikis 2. Kebersihan
Usaha individu pakaian
3. Kebersihan
handuk
4. Kebersihan
tempat tidur
dan seprey

Kebersihan Untuk menjaga


kulit kebersihan kulit Kuesioner Terdiri dari 5 pertanyaan. Ordinal
dengan cara Skor untuk jawaban
menggunakan “Ya” diberi nilai “1” dan
sabun agar yang di jawab “Tidak”
terhindar dari diberi nilai “0”.
penyakit kulit Kriteria Penilaian
Baik : Skor 4-5
Kurang baik : Skor ≤ 3
Pakaian yang Kuesioner Terdiri dari 6 pertanyaan. Ordinal
setelah Skor untuk jawaban
digunakan dicuci “Ya” diberi nilai “1” dan
secara teratur, yang di jawab “Tidak”
dijemur diberi nilai “0”.
Kebersihan langsung Kriteria Penilaian
pakaian dibawah sinar Baik : Skor 4-5
matahari, dan Kurang baik : Skor ≤ 3
tidak gunakan
secara
bergantian

Keadaan handuk Kuesioner Terdiri dari 5 pertanyaan. Ordinal


yang bersih dan Skor untuk jawaban
Kebersihan tidak lembab, “Ya” diberi nilai “1” dan
handuk setelah yang di jawab “Tidak”
digunakan diberi nilai “0”.
sebaiknya Kriteria Penilaian
handuk langsung Baik : Skor 4-5
dijemur Kurang baik : Skor ≤ 3
30

Keadaan tempat Kuesioner Terdiri dari 5 pertanyaan. Ordinal


Kebersihan tidur yang Skor untuk jawaban
tempat tidur dan meliputi sprei, “Ya” diberi nilai “1” dan
seprey kasur dan yang di jawab “Tidak”
selimut dalam diberi nilai “0”.
kondisi bersih Kriteria Penilaian
dan tidak berbau Baik : Skor 4-5
Kurang baik : Skor ≤ 3
Dependen: penyakit kulit Rekam medis Kuesioner 1 : Kasus (Scabies) : jika Ordinal
infeksi atau yang responden menderita
Kejadian dikenal juga scabies berdasarkan
sebagai diagnosa/rekam medis
Scabies gudik/kudis 2 : Kontrol (Tidak
yang dialami scabies) : jika responden
oleh anak tidak mengalami gejala
scabies

4.7. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik

(cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga mudah diolah (Saryono dan Mekar

Dwi, 2013:185). Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Pada penelitian ini kuesioner personal hygiene meliputi kebersihan

kulit, kebersihan pakaian, kebersihan handuk, dan kebersihan tempat tidur dan

seprey masing-masing memiliki 5 item dengan total jumlah semua kuesioner yakni

20 item
31

4.8. Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1. Pengumpulan data


Pengumpulan data adalah salah satu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian

menurut Nursalam (2014). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan kuesioner data diperoleh langsung oleh peneliti

dengan cara penelitian langsung mendatangi responden. Pengumpulan data

akan dilakukan pada bulan juli sampai agustus 2021 di wilayah kerja

Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon.

Adapun tahapan penelitian adalah:

1. Peneliti membuat surat izin pengambilan data awal dari LPPM kampus

2. Mengajukan surat izin pengambilan data awal di Kantor Walikota

3. Mengajukan surat pengambilan data awal dari kantor Walikota ke

Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

4. Melakukan studi pendahuluan

5. Peneliti menentukan sampel yang memenuhi kriteria inklusi

6. Peneliti membuat surat izin penelitian dari LPPM kampus

7. Mengajukan surat izin penelitian di Kantor Walikota

8. Mengajukan surat izin penelitian dari Kantor Walikota ke Puskesmas

Rijali kota ambon

9. Meminta kesediaan sampel menjadi calon responden

10. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda

tangani oleh calon responden


32

11. Peneliti menjelaskan cara pengisian kepada responden

12. Peneliti membagikan kuesioner penelitian kepada responden untuk

mengetahui personal hygine anak usia sekolah 6-12 tahun di wilayah

kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota

Ambon

13. Peneliti mengumpulkan data dan di analisa menggunakan analisa

univariat dan bivariat serta datanya diuji menggunakan uji spearman

rank

14. Peneliti membuat penyajian data

15. Peneliti membuat kesimpulan dan hasil penelitian


33

4.8.2 Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali data

maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian kuesioner dan setelah

data terkumpul (Notoatmodjo, 2012).

2. Coding

Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau mengkode data bertujuan

untuk membedakan berdasarkan karakter (Notoatmodjo, 2012). Coding

pada penelitian ini adalah 1 = Ya dan 0 = Tidak

3. Entry

Mengisi masing-masing jawaban dari responden dalam bentuk “kode”

(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software”

computer (Notoatmodjo, 2012)

4. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui editing dan

coding ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya,

sesuai dengan tujuan penelitian.


34

4.9. Analisa Data

4.9.1 Analisa Univariat


Analisa data dengan mendistribusikan variable personal hygiene anak dan

kejadian scabies serta karakteristik responden.

4.9.2. Analisa Bivariat


Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variable

yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan yang signifikan dari kedua variable,

yaitu variable independent dan dependen yang dianalisis dengan uji

spearman rank sehingga diketahui hubungan antar variable penelitian

4.10. Etika Penelitian

Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap tempat dan peneliti itu

sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti memperoleh rekomendasi dari

pembimbing dan mendapat izin dari tempat penelitian. Selanjutnya peneliti

melakukan penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut (Hidayat, 2014):

1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan kepada responden, terlebih dahulu

peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Calon

responden yang bersedia untuk diteliti diberi lembar persetujuan dan harus

ditandatangani, sedangkan calon responden yang tidak bersedia atau menolak

diteliti, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.


35

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan informasi dari responden, maka peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup

memberikan kode yaitu pemberian angka pada masing-masing lembar

tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti,

bahwa informasi tersebut hanya boleh diketahui oleh peneliti dan pembimbing

serta hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

sebagai hasil penelitian. Selanjutnya lembar pengumpulan data dimusnahkan

oleh peneliti dengan cara dibakar setelah jangka waktu dua tahun.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1) Profil

Puskesmas Rijali dibangun pada tahun 1972 dan di rehabilitasi

kembali pada tahun 2010 dengan luas lahan bangunan 96m2. Secara

geografis puskesmas Rijali terletak di desa Batu Merah Kecamatan

Sirimau, Kota Ambon dengan luas wilayah 96,75 ha/m2 yang

berbatasan dengan:

a) Sebelah selatan dengan desa Hative Kecil

b) Sebelah utara dengan Kelurahan Amantelu

c) Sebelah barat dengan Teluk Ambon

d) Sebelah timur dengan desa Halong.

Gambar 5.1 Profil Puseksmas Rijali

A B

Sumber: Data Primer Tahun 2021

36
37

Keterangan

a. Tampak dari depan

b. Tampak dari dalam

2) Data Jumlah Pegawai

Tabel 5.2 Daftar Tenaga di Puskesmas Rijali Ambon 2021

No Jenis Tenaga Jumlah Keterangan


1 Tenaga Medis 4
3 Tenaga 28
Kesehatan
12 Umum 6
Jumlah 38
Sumber:Data Puskesmas Rijali Tahun 2021

3) Struktur Organisasi

Gambar 5.3 Struktur Organisasi Puskesmas Rijali

Sumber: Data Puskesmas Rijali Tahun 2021


38

5.1.2. Karakteristik Responden

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di


Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah
Kecamatan Sirimau Kota Ambon
Tahun 2021

Karakteristik Scabies Tidak scabies


(case) (control)
N % n %
Jenis kelamin
Laki-laki 11 55 10 50
Perempuan 9 45 10 50
Jumlah 20 100 20 100
Umur
7 1 5 1 5
8 2 10 3 15
9 3 15 2 10
10 4 20 5 25
11 4 20 4 20
12 6 30 5 25
Jumlah 20 100 20 100
kelas
1 1 5 1 5
2 2 10 3 15
3 2 10 2 10
4 4 20 5 25
5 4 20 4 20
6 7 35 5 25
Jumlah 20 100 20 100
Sumber: Data Primer dan Sekunder

Berdasarkan tabel 5.4 di atas pada kelompok kasus dan control

menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah

laki-laki sebanyak 21 anak atau 52,5 persen dan responden terbesar

terdapat pada kelompok umur 12 tahun sebanyak 11 anak atau 27,5 persen
39

serta sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah kelas 6 SD

sebanyak 12 anak atau 30 % dari kelompok case dan control

5.1.3 Analisis Univariat

Analisis dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis univariat dan analisis

bivariat. Analisis univariat untuk mengetahui frekuensi masing-masing

variable, baik variable dependen ataupun variable independent. Setelah itu

dilanjutkan dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variable

dependen yaitu kejadian scabies dengan variable independent meliputi

personal hygiene.

Personal hygiene pada anak usia sekolah. Pada penelitian ini personal

hygiene pada anak usia sekolah meliputi kebersihan kulit, kebersihan

pakaian, kebersihan handuk, kebersihan tempat tidur dan seprei.

Kebersihan kulit. Gambaran kebersihan kulit dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kebersihan kulit anak usia sekolah di


Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota
Ambon.

Kebersihan Kulit Kasus Kontrol


n % n %
Mandi Dua Kali Sehari
Ya 13 65 17 85
Tidak 7 35 3 15
Mandi Menggunakan Sabun Batang
Ya 15 75 12 60
Tidak 5 25 8 40
Menggosok Badan Saat Mandi
Ya 16 80 20 100
Tidak 4 20 0 0
40

Kebersihan Kulit Kasus Kontrol


n % n %
Mandi Menggunakan Sabun Sendiri
Ya 11 55 14 70
Tidak 9 45 6 30
Mandi Setelah Melakukan Kegiatan Seperti Olahraga
Ya 10 50 16 80
Tidak 10 50 4 20
Kebersihan Kulit
Baik 9 45 16 80
Buruk 11 55 4 20

Tabel 5.5 Menunjukkan bahwa pada kelompok kasus responden yang

selalu mandi 2 kali sehari sebanyak 13 orang (65%) dan pada kelompok

kontrol responden yang selalu mandi 2 kali sehari sebanyak 17 orang (85%).

Responden pada kelompok kasus yang mandi menggunakan sabun

batang sebanyak 15 orang (75%) dan pada kelompok kontrol responden yang

mandi menggunakan sabun batang sebanyak 12 orang (60%).

Responden pada kelompok kasus yang selalu menggosok badan saat

mandi sebanyak 16 orang (80%) dan pada kelompok kontrol responden yang

selalu menggosok badan saat mandi sebanyak 20 orang (100%)

Responden pada kelompok kasus yang mandi menggunakan sabun

sendiri sebanyak 11 orang (55%) dan pada kelompok kontrol responden

yang mandi menggunakan sabun sendiri sebanyak 14 orang (70%)

Responden pada kelompok kasus yang selalu mandi setelah melakukan

kegiatan olahraga sebanyak 10 orang (50%) dan pada kelompok kontrol


41

responden yang selalu mandi setelah melakukan kegiatan olahraga sebanyak

16 orang (80%).

Kebersihan pakaian. Gambaran kebersihan pakaian responden dapat

dilihat dibawah ini:

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Kebersihan pakaian anak usia sekolah di Wilayah


Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

Kebersihan Pakaian Kasus Kontrol


n % n %
Mengganti Pakaian 2x Sehari
Ya 13 65 18 90
Tidak 7 45 2 10
Mencuci Pakaian Anda Menggunakan Detergen
Ya 14 70 16 80
Tidak 6 30 4 20
Mengganti Baju Setelah Berkeringat
Ya 11 55 15 75
Tidak 9 45 5 25
Mengganti Baju Yang Telah Dipakai Seharian Sebelum Tidur
Ya 14 70 18 90
Tidak 6 30 2 10
Menjemur Pakaian Yang Dicuci Dibawah Terik Matahari
Ya 15 75 17 85
Tidak 5 25 3 15
Kebersihan Pakaian
Baik 9 45 15 75
Buruk 11 55 5 25

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus responden yang

selalu mengganti pakain 2 kali sehari sebanyak 13 orang (65%) dan pada

kelompok kontrol responden yang selalu mengganti baju 2 kali sehari


42

sebanyak 18 orang (90%). Pada kelompok kasus responden yang mencuci

pakaian menggunakan detergen sebanyak 14 orang (70%) dan pada

kelompok kontrol responden yang mencuci pakaian menggunakan detergen

sebanyak 16 orang (80%).

Responden pada kelompok kasus yang selalu mengganti baju setelah

berkeringat sebanyak 11 orang (55%) dan pada kelompok kontrol responden

yang selalu mengganti baju setelah berkeringat sebanyak 15 orang (75%).

Pada kelompok kasus responden yang mengganti baju yang telah dipakai

seharian sebelum tidur sebanyak 14 orang (70%) dan pada kelompok kontrol

responden yang mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur

sebanyak 18 orang (90%).

Responden pada kelompok kasus yang menjemur pakaian yang dicuci

dibawah terik matahari sebanyak 15 orang (75%) dan pada kelompok kontrol

responden yang menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari

sebanyak 17 orang (85%).


43

Kebersihan handuk. Gambaran kebersihan handuk responden dapat

dilihat dibawah ini:

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Kebersihan handuk anak usia sekolah di Wilayah


Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

Kebersihan Handuk Kasus Kontrol


n % n %
Mandi Menggunakan Handuk Sendiri
Ya 9 45 15 75
Tidak 11 55 5 25
Menjemur Handuk Setelah Mandi
Ya 15 75 18 90
Tidak 5 25 2 10
Menggunakan Handuk Bergantian Dengan Saudara Anda
Ya 11 55 6 30
Tidak 9 45 14 70
Menggunakan Handuk Dalam Keadaaan Kering Setiap Hari
Ya 13 65 15 75
Tidak 7 35 5 25
Menjemur Handuk Dibawah Terik Sinar Matahari
Ya 14 70 17 85
Tidak 6 30 3 25
Kebersihan Handuk
Baik 8 40 15 75
Buruk 12 60 5 25

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus responden yang

selalu mandi menggunakan handuk sendiri sebanyak 9 orang (45%) dan pada

kelompok kontrol responden yang selalu mandi menggunakan handuk

sendiri sebanyak 15 orang (75%). Pada kelompok kasus responden yang

menjemur handuk setelah mandi sebanyak 15 orang (75%) dan pada


44

kelompok kontrol responden yang menjemur handuk setelah mandi

sebanyak 18 orang (90%).

Responden pada kelompok kasus yang menggunakan handuk

bergantian dengan saudara sebanyak 11 orang (55%) dan pada kelompok

kontrol responden yang selalu menggunakan handuk bergantian dengan

saudara sebanyak 6 orang (30%). Pada kelompok kasus responden yang

menggunakan handuk dalam keadaaan kering setiap hari sebanyak 13 orang

(65%) dan pada kelompok kontrol responden yang menggunakan handuk

dalam keadaaan kering setiap hari sebanyak 75 orang (90%).

Responden pada kelompok kasus yang menjemur handuk dibawah terik

sinar matahari sebanyak 14 orang (70%) dan pada kelompok kontrol

responden yang menjemur handuk dibawah terik sinar matahari sebanyak 17

orang (85%).

Kebersihan tempat tidur dan seprey. Gambaran kebersihan pakaian

responden dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Kebersihan tempat tidur dan seprey anak usia


sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan
Sirimau Kota Ambon

Kebersihan Tempat Tidur dan Seprey Kasus Kontrol


n % n %
Sprei Tempat Tidur Anda Dijemur Seminggu Sekali
Ya 11 55 16 80
Tidak 9 45 4 20
Seprei Tempat Tidur Anda Diganti Setiap Dua Minggu Sekali
Ya 10 50 14 70
Tidak 10 50 6 30
45

Kebersihan Tempat Tidur dan Seprey Kasus Kontrol


n % n %
Membersihkan Tempat Tidur Sebelum Tidur
Ya 16 80 20 100
Tidak 4 20 0 0
Tidur Di Tempat Tidur Anda Sendiri
Ya 12 60 16 80
Tidak 8 40 4 20
Menjemur Bantal Tidur Anda 2 Minggu Sekali
Ya 12 60 14 70
Tidak 8 40 6 30
Kebersihan Tempat Tidur Dan Seprey
Baik 9 45 17 85
Buruk 11 55 3 15

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus responden yang

selalu menjemur sprei tempat tidur seminggu sekali sebanyak 11 orang

(55%) dan pada kelompok kontrol responden yang yang selalu menjemur

sprei tempat tidur seminggu sekali sebanyak 16 orang (80%). Responden

pada kelompok kasus yang selalu mengganti sprei tempat tidur 2 minggu

sekali sebanyak 10 orang (50%) dan pada kelompok kontrol responden yang

selalu mengganti sprei tempat tidur 2 minggu sekali sebanyak 14 orang

(70%).

Responden pada kelompok kasus yang selalu membersihkan tempat

tidur sebelum tidur sebanyak 16 orang (80%) dan pada kelompok kontrol

responden yang selalu membersihkan tempat tidur sebelum tidur sebanyak

20 orang (100%). Pada kelompok kasus responden yang tidur di tempat

tidurnya sendiri sebanyak 12 orang (60%) dan pada kelompok kontrol

responden yang tidur di tempat tidurnya sendiri sebanyak 16 orang (80%).


46

Responden pada kelompok kasus yang menjemur bantal tidur 2 minggu

sekali sebanyak 12 orang (60%) dan pada kelompok kontrol responden yang

menjemur bantal tidur 2 minggu sekali sebanyak 14 orang (70%).

Personal hygiene anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas

Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon 2021.

Gambaran distribusi frekuensi personal hygiene anak usia sekolah di

wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota

Ambon 2021 dapat dilihat pada tabel 5.9 dibawah ini

Personal Hygiene Kasus Kontrol Total


N % N %
Kebersihan Kulit
Baik 9 45 16 80 25
Buruk 11 55 4 20 15
Kebersihan Pakaian
Baik 9 45 15 75 24
Buruk 11 55 5 25 16
Kebersihan Handuk
Baik 8 40 15 75 23
Buruk 12 60 5 25 17
Kebersihan Tempat tidur
Dan Seprey
Baik 9 45 17 85 26
Buruk 11 55 3 15 14

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa kebersihan kulit pada kelompok kasus

baik sebanyak 9 orang (45%) dan pada kelompok kontrol baik sebanyak 16

orang (80%). Dilihat dari variable kebersihan kulit dapat diketahui bahwa

kelompok kontrol mempunyai kebersihan kulit lebih baik daripada

kelompok kasus.
47

Kebersihan pakaian pada kelompok kasus baik sebanyak 9 orang (45%)

dan pada kelompok kontrol baik sebanyak 15 orang (75%). Dilihat dari

variable kebersihan pakaian dapat diketahui bahwa kelompok kontrol

mempunyai kebersihan pakaian lebih baik daripada kelompok kasus.

Kebersihan handuk pada kelompok kasus baik sebanyak 8 orang (40%)

dan pada kelompok kontrol baik sebanyak 15 orang (75%). Dilihat dari

variable kebersihan pakaian dapat diketahui bahwa kelompok kontrol

mempunyai kebersihan handuk lebih baik daripada kelompok kasus.

Kebersihan tempat tidur dan seprey pada kelompok kasus baik sebanyak

9 orang (45%) dan pada kelompok kontrol baik sebanyak 17 orang (85%).

Dilihat dari variable kebersihan pakaian dapat diketahui bahwa kelompok

kontrol mempunyai kebersihan tempat tidur dan seprey lebih baik daripada

kelompok kasus.

5.1.4. Analisis Bivariat

Adapun uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan personal

hygiene dengan kejadian scabies adalah analisis uji spearman rank.

Hubungan Personal hygiene dengan kejadian scabies pada anak

usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Hubungan Personal hygiene dengan

kejadian anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa

Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :
48

Tabel 5.10

Hubungan Personal hygiene anak usia sekolah dengan kejadian scabies

Personal Hygiene Kasus Kontrol Total R p-


N % N % value
Kebersihan Kulit
Baik 9 45 16 80 25 0,440 0,005
Buruk 11 55 4 20 15
Kebersihan Pakaian
Baik 9 45 15 75 24 0,475 0,002
Buruk 11 55 5 25 16
Kebersihan Handuk
Baik 8 40 15 75 23 0,543 0,00
Buruk 12 60 5 25 17
Kebersihan Tempat tidur
Dan Seprey
Baik 9 45 17 85 26 0,518 0,001
Buruk 11 55 3 15 14

Tabel 5.10 Menunjukkan bahwa sebanyak 15 anak dengan praktik

kebersihan kulit yang buruk 11 orang (55%) diantaranya menderita scabies

sedangkan dari 25 anak dengan kebersihan kulit yang baik 9 anak (45%)

diantaranya menderita scabies. Hasil uji korelasi spearman rho didapatkan

bahwa nilai p-value (0,005) < α (0,05). Artinya terdapat hubungan yang

signifikan antara variabel kebersihan kulit dengan kejadian scabies pada

anak usia sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah

Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Nilai koefesien korelasi (r) adalah 0,440

artinya kekuatan hubungan variabel kebersihan kulit dengan kejadian

scabies adalah sedang dan arahnya positif

Berdasarkan variable kebersihan pakaian sebanyak 16 anak dengan

kebersihan pakaian yang buruk, 11 anak (55%) diantaranya menderita

scabies dan 5 anak (25%) tidak menderita scabies sedangkan dari 24 anak
49

dengan praktik kebersihan pakaian baik 9 anak (45%) diantaranya menderita

scabies. Hasil uji korelasi spearman rho didapatkan bahwa nilai (0,002) < α

(0,05). Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variable kebersihan

pakaian dengan kejadian scabies pada anak usia sekolah di Wilayah Kerja

Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Nilai

koefesien korelasi (r) adalah 0,475 artinya kekuatan hubungan variabel

kebersihan pakaian dengan kejadian scabies adalah sedang dan arahnya

positif

Berdasarkan variable kebersihan handuk sebanyak 17 anak dengan

kebersihan handuk yang buruk, 12 anak (60%) diantaranya menderita

scabies dan 5 anak (25%) tidak menderita scabies sedangkan dari 24 anak

dengan praktik kebersihan handuk baik 8 anak (40%) diantaranya menderita

scabies. Hasil uji korelasi spearman rho didapatkan bahwa nilai (0,00) < α

(0,05). Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara variable kebersihan

handuk dengan kejadian scabies pada anak usia sekolah di Wilayah Kerja

Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Nilai

koefesien korelasi (r) adalah 0,543 artinya kekuatan hubungan variabel

kebersihan handuk dengan kejadian scabies adalah sedang dan arahnya

positif

Berdasarkan variable kebersihan tempat tidur dan seprey sebanyak 14

anak dengan kebersihan tempat tidur dan seprey, 11 anak (55%) diantaranya

menderita scabies dan 3 anak (15%) tidak menderita scabies sedangkan dari

26 anak dengan praktik kebersihan tempat tidur dan seprey baik 9 anak

(45%) diantaranya menderita scabies. Hasil uji korelasi spearman rho

didapatkan bahwa nilai (0,001) < α (0,05). Artinya terdapat hubungan yang
50

signifikan antara variable kebersihan tempat tidur dan seprey dengan

kejadian scabies pada anak usia sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali

Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Nilai koefesien korelasi

(r) adalah 0,518 artinya kekuatan hubungan variabel kebersihan tempat tidur

dan seprey dengan kejadian scabies adalah sedang dan arahnya positif

5.2 Pembahasan

5.1.1 Hubungan kebersihan kulit dengan kejadian scabies pada anak

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa secara

kesuluruhan anak usia sekolah di wilayah kerja puskesmas rijali 37,5% anak

memiliki praktik kebersihan kulit yang buruk 11 orang diantaranya

menderita scabies dan 62,5% anak memiliki praktik kebersihan kulit yang

baik 9 orang diantaranya menderita scabies

Dengan menggunakan uji spearman rank diketahui hubungan antara

kebersihan kulit dengan kejadian scabies diperoleh nilai p-value sebesar

0,005 α < (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kebersihan kulit dengan kejadian scabies.

Hasil penelitian menunjukkan kurangnya responden dalam menjaga

kebersihan kulitnya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ade (2013)

terdapat hubungan kebersihan kulit dengan keluhan kulit pada responden

dengan p-value = 0,006.

Menurut Nurfachanti, dkk (2018) seseorang dikatakan memeiliki

kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan

tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit dilihat berdasarkan praktik mandi


51

yang mencakup frekuensi mandi, pemakaian sabun dan apakah sabun

tersebut digunakan sendiri atau digunakan bergantian dengan teman.

Kebersihan diri termasuk kebersihan kulit sangat penting dalam usaha

pemeliharaan kesehatan seperti mandi 2 kali sehari menggunakan sabun agar

terhindar dari penyakit menular.

Menurut asumsi peneliti adanya hubungan yang signifikan antara

kebersihan kulit dengan kejadian scabies dikarenakan mandi setelah

beraktivitas seperti olahraga jarang dilakukan oleh anak yang menderita

scabies. Mandi yang jarang dapat memudahkan tungau scabies untuk

berkembangbiak di kulit, karena tungau menyukai tempat yang lembab dan

bau akibat keringat. Penggunaan sabun secara bersamaan dengan penderita

scabies, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penularan scabies kepada

orang yang belum menderita. Untuk itu diharapkan agar anak menjaga

kebersihan kulit dengan mandi minimal 2 kali sehari dan setelah berolahraga

serta tidak menggunakan sabun bersamaan untuk mencegah

perkembangbiakan tungau dan mencegah penularan scabies.

5.1.2 Hubungan kebersihan pakaian dengan kejadian scabies pada anak

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa secara

kesuluruhan anak usia sekolah di wilayah kerja puskesmas rijali 40% anak

memiliki praktik kebersihan pakaian buruk yang buruk 11 orang diantaranya

menderita scabies dan 60% anak memiliki praktik kebersihan pakaian yang

baik 15 orang diantaranya tidak menderita scabies


52

Dengan menggunakan uji spearman rank diketahui hubungan antara

kebersihan pakaian dengan kejadian scabies diperoleh nilai p-value sebesar

0,002 α < (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kebersihan kulit dengan kejadian scabies.

Hasil penelitian menunjukkan kurangnya responden dalam menjaga

kebersihan pakaiannya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Afriniza (2011) hubungan antara praktik menjaga kebersihan

pakaian dengan kejadian skabies didapat nilai-p sebesar 0,000 (p < 0,05)

maka secara statistik ada hubungan yang signifikan antara praktik

kebersihan menjaga pakaian dengan kejadian skabies. Maka sangat

disarankan agar responden selalu tetap menjaga kebersihan pakaiannya

terutama anak yang menderita skabies.

Menurut asumsi peneliti adanya hubungan yang signifikan antara

kebersihan pakaian dengan kejadian scabies dikarenakan responden yang

menderita scabies jarang mengganti baju setelah berkeringat dan terkadang

tidak mengganti baju 2 kali sehari sehingga meningkatkan resiko penyakit

scabies

5.1.3 Hubungan kebersihan handuk dengan kejadian scabies pada anak

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa secara

kesuluruhan anak usia sekolah di wilayah kerja puskesmas rijali 42,5 % anak

memiliki praktik kebersihan handuk buruk yang buruk 12 orang diantaranya


53

menderita scabies dan 57,5 % anak memiliki praktik kebersihan handuk

yang baik 15 orang diantaranya tidak menderita scabies

Dengan menggunakan uji spearman rank diketahui hubungan antara

kebersihan handuk dengan kejadian scabies diperoleh nilai p-value sebesar

0,00 α < (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kebersihan handuk dengan kejadian scabies

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Irhamdi 2017 bahwa

kebersihan handuk memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian

scabies. Didapat nilai p value = 0,000 dan nilai OR = 4,316 dengan 95%CI

2,045-9,108 yang menunjukkan bahwa responden yang memiliki

kebersihan handuk buruk berisiko 4,3 kali lebih besar menderita scabies

dibandingkan dengan santri yang kebersihan handuknya baik.

Menurut asumsi peneliti adanya hubungan yang signifikan antara

kebersihan handuk dengan kejadian scabies dikarenakan responden

penderita scabies memiliki kebiasaan menjemur handuk dikamar dan

jarang menjemur handuk dibawah sinar matahari, hal ini dapat

mengakibatkan handuk menjadi lembab dan juga responden sering

memakai handuk bergantian dengan saudaranya dirumah. Responden

tidak mengetahui bahwa handuk yang basah dan lembab dapat menjadi

tempat hidup tungau sarcoptes scabiei dan dapat menularkan penyakit

scabies.
54

5.1.4 Hubungan kebersihan tempat tidur dan seprey dengan kejadian scabies pada

anak

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa secara

kesuluruhan anak usia sekolah di wilayah kerja puskesmas rijali 35 % anak

memiliki praktik kebersihan tempat tidur dan seprey buruk yang buruk 11

orang diantaranya menderita scabies dan 65% anak memiliki praktik

kebersihan tempat tidur dan seprey yang baik 17 orang diantaranya tidak

menderita scabies

Dengan menggunakan uji spearman rank diketahui hubungan antara

kebersihan tempat tidur dan seprey dengan kejadian scabies diperoleh nilai

p-value sebesar 0,001 α < (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dengan kejadian scabies.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Frenki 2011 menunjukkan bahwa

ada hubungan antara kebersihan tempat tidur dengan kejadian scabies

didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05)

Menurut asumsi peneliti adanya hubungan yang signifikan antara

kebersihan tempat tidur dan seprey dengan kejadian scabies dikarenakan

responden sering tidur bersama-sama dan tidak tidur di tempat tidur sendiri

dan juga tidak mengganti sprei tempat tidur serta menjemur bantal tidur 2

minggu sekali hal ini tanpa disadari kasur menjadi lembab seringnya

berbaring dan suhu kamar yang berubah-ubah sehingga dapat menjadi

tempat hidup tungau sarcoptes scabiei


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang signifikan antara Kebersihan Kulit dengan

kejadian scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas

Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon dengan (p=

0,005)

2. Ada hubungan yang signifikan antara Kebersihan Pakaian dengan

kejadian scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas

Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon dengan (p=

0,002)

3. Ada hubungan yang signifikan antara Kebersihan Handuk dengan

kejadian scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas

Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon dengan (p=

0,00)

4. Ada hubungan yang signifikan antara Kebersihan Tempat Tidur dan

Seprey dengan kejadian scabies pada anak usia sekolah di wilayah

kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota

Ambon dengan (p= 0,001)

5. Ada hubungan yang signifikan antara Personal Hygiene dengan

kejadain scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas

Rijali Desa Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

55
56

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti dapat mengajukan saran antara

lain sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya masih perlu diadakan penelitian lebih

lanjut karena masih terdapat factor-faktor selain Personal Hygiene yang

mempengaruhi kejadian scabies

2. Bagi Masyarakat

Perlu meningkatkan kebersihan diri seperti tidak memperbiasakan

menggunakan pakaian yang sudah digunakan serta mengganti pakaian

setelah berkeringat dan sebaiknya menggunakan handuk pribadi agar

terhindar dari penyakit kulit khususnya penyakit kulit scabies.

3. Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

informasi atau tambahan materi pembelajaran terkait pentingnya

personal hygiene untuk mencegah timbulnya penyakit kulit

4. Bagi Puskesmas Rijali

Diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang

penyakit scabies melalui penyuluhan maupun media lainnya untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kebersihan diri

perorangan
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, B. (2017). Hubungan Personal Hygiene dan Status Sosial Ekonomi dengan
Kejadian Skabies di Pondok Pesantren. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan,
2(1), 1–10. https://doi.org/10.30604/jika.v2i1.25

Audhah, Nelly, Sitti Rahmah Umniyat, and Agnes Sri Siswati, ‘Scabies Risk Factor on
Students of Islamic Boarding School (Study at Darul Hijrah Islamic Boarding
School, Cindai Alus Village, Martapura Subdistrict, Banjar District, South
Kalimantan)’, Jurnal BUSKI Jurnal Epidemiologi Dan Penyakit Bersumber
Binatang, 4.1 (2017), 14–22

Badri, M. (2007). Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
Ponorogo. Media Litbang Kesehatan, XVII(2), 20–27. Retrieved from
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/810

Chandler, David J., and Lucinda C. Fuller, ‘A Review of Scabies: An Infestation More
than Skin Deep’, Dermatology, 235.2 (2019), 79–80
<https://doi.org/10.1159/000495290>

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hygiene Tenaga Penjamah. Jakarta:


Departemen Kesehatn Republik Indonesia; 2007

Dinas Kesehatan Kota Ambon.Jumlah Kasus Terbanyak di Kota Ambon,2019:


https://ambonkota.bps.go.id/statictable/2020/05/18/157/-jumlah-kasus-10-
penyakit-terbanyak-di-kota-ambon-2019.html

Djuanda, adhi, 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Keenam, Jakarta : Badan
Penerbit FK UI

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Laporan Riskesdas Provinsi Maluku


Tahun 2018, 2019

Lili Sarfiah Harahap, Indra Chahaya dan Wirsal Hasan, ‘Gambaran Kondisi
Lingkungan Kamar Hunian Dan Personal Hygiene Di Asrama Akademi
Kebidanan Barunan Husada Sibuhuan Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten
Padang Lawas Tahun 2013’, 41.3 (2013), 470–82

M, Sari Yunita, Rina Gustia, and Eliza Anas, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Skabies Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang Tahun 2015’, Jurnal Kesehatan Andalas, 7.1 (2018), 51
<https://doi.org/10.25077/jka.v7i1.779>
Mading, Majematang, and Ira Indriaty P.B Sopi, ‘Kajian Aspek Epidemiologi Skabies
Pada Manusia’, Kajian Aspek Epidemiologi Skabies Pada Manusia, 2.2 (2015),
9–17

Mutiara, Hanna, Firza Syailindra, Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, and


Universitas Lampung, ‘Infeksi Pada Skabies Melalui Jalur Kulit’, STIKes
Yogyakarta ABSTRAK, 5.April (2016), 37–42

Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Jakarta: Rineka Cipta; 2007.

Notoatmojo S. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;


2012.

Paramita, Kartika, and Sawitri, ‘Profil Skabies Pada Anak’, Jurnal Kesehatan, 27 No.
1 (2015), 41–47
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=423760&val=7405&title=P
rofile of Scabies in Children

Prasasty, Gita Dwi, ‘Kejadian Skabies Berdasarkan Pemeriksaan Dermoskop,


Mikroskop Dan Skoring Di Pondok Pesantren Al Ittifaqiah’, Syifa’ MEDIKA:
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 10.2 (2020)
https://doi.org/10.32502/sm.v10i2.1972

Tan, Sukmawati Tansil, Jessica Angelia, and Krisnataligian, ‘Scabies: Terapi


Berdasarkan Siklus Hidup’, Cermin Dunia Kedokteran, 44.7 (2017), 507
http://www.kalbemed.com/Portals/6/19_254CME-Scabies-Terapi Berdasarkan
Siklus Hidup.pdf

Tarigan, Subchan Dan Widodo, ‘Terjadinya Penyakit Scabies Di Pondok Pesantren


Matholiul Huda Al Kautsar Kabupaten Pati’, Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7.1
(2018), 113–26

Tarwoto, W. (2004). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Occupational Medicine. https://doi.org/10.1017/thg.2012.11

Tarwoto, Wartonah (2010). Kebetuhan Dasar Dalam Personal Hygiene Edisi ke 3.


Jakarta Salemba Medika, pp: 24-26.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA
ANAK USIA SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIJALI
DESA BATUMERAH KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON

Identitas Responden :

No. Responden :

Nama :

Umur :

Alamat :

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Petunjuk

Berikut terdapat beberapa pertanyaan saya mohon kesediaan adik -adik untuk
menjawab semua nomor Bila pertanyaan tersebut sesuai dengan keadaan adik-adik saya
mohon berikan tanda silang (X) pada kolom “Ya” bila adik-adik merasa pertanyaan sesuai
dengan keadaan adik-adik berikan tanda silang (X) pada kolom “Tidak”

Kejadian Scabies

Kelompok kasus

1. Selama 3 bulan terakhir ini apakah anda pernah menderita penyakit scabies ?
A. Ya
B. Tidak

(Diagnosis scabies berdasarkan data rekam medis di puskesmas rijali)

Kelompok control
1. Selama 3 bulan terakhir ini apakah anda pernah menderita gatal-gatal ?
A. Ya
B. Tidak
(Jika tidak lanjutkan mengisi kuesioner berikutnya)
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
A. Kebersihan Kulit
1 Apakah anda mandi dua kali sehari ?
2 Apakah anda mandi menggunakan sabun batang ?
3 Apakah anda menggosok badan saat mandi ?
4 Apakah anda mandi menggunakan sabun sendiri ?
5 Apakah anda mandi setelah melakukan kegiatan seperti olahraga?
B. Kebersihan Pakaian
1 Apakah anda mengganti pakaian 2x sehari ?
2 Apakah anda mencuci pakaian anda menggunakan detergen ?
3 Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat ?
4 Apakah anda mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum
tidur ?
5 Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari ?
C. Kebersihan Handuk
1 Apakah anda mandi menggunakan handuk sendiri ?
2 Apakah anda menjemur handuk setelah mandi ?
3 Apakah anda menggunakan handuk bergantian dengan saudara anda ?
4 Apakah anda menggunakan handuk dalam keadaaan kering setiap hari
?
5 Apakah anda menjemur handuk dibawah terik sinar matahari ?
D. Kebersihan Tempat Tidur dan Seprey
1 Apakah sprei tempat tidur anda dijemur seminggu sekali ?
2 Apakah seprei tempat tidur anda diganti setiap dua minggu sekali ?
3 Apakah anda membersihkan tempat tidur sebelum tidur ?
4 Apakah anda tidur di tempat tidur anda sendiri ?
5 Apakah anda menjemur bantal tidur anda 2 minggu sekali ?
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Sebagai Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

NOMOR RESPONDEN :

Setelah mendapat penjelasan tentang kegiatan penelitian ini, yang bertanda tangan
dibawah ini :

Nama (inisial) :

Alamat :

Judul Penelitian hubungan personal hygiene dengan kejadian scabies pada


anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa
Batumerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon

Peneliti Nila Angriyanti Umasugi


NPM. 1420117164
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Maluku Husada

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya memberikan
persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Saya mengetahui bahwa
tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian
scabies pada anak usia sekolah di wilayah kerja Puskesmas Rijali Desa Batumerah
Kecamatan Sirimau Kota Ambon
Saya mengetahui bahwa tidak ada resiko yang akan saya alami dan saya telah
diberitahukan tentang adanya jaminan kerahasiaan informasi yang diberikan dan
saya juga memahami manfaat penelitian ini bagi pelayanan keperawatan.
Demikian persetujuan ini dibuat dengan kesadaran tanpa adanya paksaan dari
siapapun.

Ambon, Juli 2021

Peneliti, Responden,
Lampiran 3. Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 6. Hasil analisis Univariat dan Bivariat

Analisis Univariat

jk * kejadian_scabies Crosstabulation
Count
kejadian_scabies
Scabies Tidak scabies Total
jk laki-laki 11 10 21
Perempuan 9 10 19

Total 20 20 40

usia * kejadian_scabies Crosstabulation


Count
kejadian_scabies
Scabies Tidak scabies Total
usia 7 1 1 2
8 2 3 5

9 3 2 5

10 4 5 9
11 4 4 8

12 6 5 11

Total 20 20 40

kelas * kejadian_scabies Crosstabulation


Count
kejadian_scabies
Scabies Tidak scabies Total
kelas 1 1 1 2
2 2 3 5
3 2 2 4
4 4 5 9
5 4 4 8
6 7 5 12
Total 20 20 40

kebersihan_kulit * kejadian_scabies Crosstabulation


Count
kejadian_scabies
Scabies Tidak scabies Total
kebersihan_kulit tidak baik 4 0 4
tidak baik 7 4 11
baik 9 13 22
baik 0 3 3
Total 20 20 40

kebersihan_pakaian * kejadian_scabies Crosstabulation


Count
kejadian_scabies
Scabies Tidak scabies Total
kebersihan_pakaian tidak baik 0 1 1
tidak baik 2 3 5
tidak baik 9 1 10
baik 9 15 24
Total 20 20 40

kebersihan_handuk * kejadian_scabies Crosstabulation


Count
kejadian_scabies
Scabies Tidak scabies Total
kebersihan_handuk tidak baik 6 4 10
tidak baik 6 1 7
baik 8 15 23
Total 20 20 40
kebersihan_tempat_tidur_dan_seprey * kejadian_scabies
Crosstabulation
Count
kejadian_scabies
Scabies Tidak scabies Total
kebersihan_tempat_tidur_da tidak baik 7 0 7
n_seprey tidak baik 4 3 7
baik 9 13 22
baik 0 4 4
Total 20 20 40

Analisis Bivariat

Correlations
kejadian_sc
kebersihan_kulit abies
Spearman's rho kebersihan_kulit Correlation Coefficient 1.000 .440**
Sig. (2-tailed) . .005
N 40 40
**
kejadian_scabies Correlation Coefficient .440 1.000
Sig. (2-tailed) .005 .
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
kebersihan_pak kejadian_s
aian cabies
Spearman's rho kebersihan_pakaian Correlation Coefficient 1.000 .475**
Sig. (2-tailed) . .002
N 40 40
**
kejadian_scabies Correlation Coefficient .475 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
kebersihan_han kejadian_sc
duk abies
Spearman's rho kebersihan_handuk Correlation Coefficient 1.000 .543**
Sig. (2-tailed) . .000
N 40 40
**
kejadian_scabies Correlation Coefficient .543 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
kebersihan_tem
pat_tidur_dan_s kejadian_s
eprey cabies
Spearman's rho kebersihan_tempat_tidur_da Correlation Coefficient 1.000 .518**
n_seprey Sig. (2-tailed) . .001
N 40 40
**
kejadian_scabies Correlation Coefficient .518 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 5. Master Tabel Penelitian

Master Tabel Responden Kasus

keb.Kulit keb.Pakaian Keb.Handuk Keb.Tmpt_tdr_dan_spry


NO.Resp JK Ktg Umur Kelas Jmlh Ktg Jmlh Ktg Jmlh Ktg Jmlh Ktg Kjdsc Ktg
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 L 1 7 1 1 1 1 0 1 4 Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik Scabies 1
2 P 2 8 2 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik Scabies 1
3 P 2 8 2 1 1 1 0 0 3 Tidak Baik 1 0 1 1 1 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Scabies 1
4 P 2 9 3 0 1 0 1 0 2 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik Scabies 1
5 P 2 9 3 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Scabies 1
6 P 2 9 4 1 1 0 0 1 3 Tidak Baik 1 0 1 0 1 3 Tidak Baik 0 0 1 0 1 2 Tidak Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Scabies 1
7 P 2 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 0 4 Baik 1 0 0 0 1 2 Tidak Baik 1 0 0 0 1 2 Tidak baik Scabies 1
8 L 1 10 5 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 1 0 3 Tidak baik Scabies 1
9 L 1 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 0 1 1 0 3 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 0 1 1 0 2 Tidak baik Scabies 1
10 P 2 10 5 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 0 0 1 2 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 0 1 0 1 2 Tidak baik Scabies 1
11 L 1 11 4 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 1 0 0 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak baik Scabies 1
12 P 2 11 5 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 0 1 0 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Scabies 1
13 L 1 11 6 0 0 1 1 0 2 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 1 0 1 0 0 2 Tidak baik Scabies 1
14 L 1 11 5 1 1 1 0 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Scabies 1
15 L 1 12 6 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak Baik 0 0 1 0 1 2 Tidak baik Scabies 1
16 L 1 12 6 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 1 0 1 0 1 3 Tidak baik Scabies 1
17 L 1 12 6 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 0 0 1 1 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak baik Scabies 1
18 L 1 12 6 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak baik Scabies 1
19 P 2 12 6 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik Scabies 1
20 L 1 12 6 1 0 1 0 1 3 Tidak Baik 1 0 0 1 0 2 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 0 0 1 1 0 2 Tidak baik Scabies 1

Jenis kelamin P = Perempuan (1) kategori jumlah skor 1-3 = Tidak Baik Kejadian scabies scabies = 1 Skor Ya = 1

L = laki-laki (2) 4-5 = Baik tidak scabies = 2 Tidak = 2


Master Tabel Responden Kontrol

keb.Kulit keb.Pakaian Keb.Handuk Keb.Tmpt_tdr_dan_spry


NO.Resp JK Ktg Umur Kelas Jmlh Ktg Jmlh Ktg Jmlh Ktg Jmlh Ktg Kjdsc Ktg
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
21 P 2 7 1 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik Tidak scabies 2
22 P 2 8 2 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
23 L 1 8 2 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 0 0 0 1 2 Tidak Baik 1 1 1 1 1 5 Baik Tidak scabies 2
24 P 2 8 2 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik Tidak scabies 2
25 L 1 9 3 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
26 L 1 9 3 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
27 P 2 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 0 3 Tidak baik Tidak scabies 2
28 L 1 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 0 1 3 Tidak baik Tidak scabies 2
29 L 1 10 4 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 0 1 0 1 1 3 Tidak Baik 1 1 0 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
30 P 2 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 0 1 3 Tidak Baik 1 1 1 1 1 5 Baik Tidak scabies 2
31 P 2 10 4 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
32 L 1 11 5 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak baik Tidak scabies 2
33 L 1 11 5 1 1 1 0 1 4 Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
34 L 1 11 5 1 1 1 0 0 3 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Tidak scabies 2
35 P 2 11 5 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik Tidak scabies 2
36 P 2 12 6 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 0 0 1 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
37 P 2 12 6 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
38 P 2 12 6 1 1 1 0 1 4 Baik 1 0 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Tidak scabies 2
39 L 1 12 6 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 0 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik Tidak scabies 2
40 L 1 12 6 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Tidak scabies 2
Master Tabel Responden Kasus dan Kontrol

keb.Kulit keb.Pakaian Keb.Handuk Keb.Tmpt_tdr_dan_spry


Nm.Resp NO.Resp JK Ktg Umur Kelas Jmlh Ktg Jmlh Ktg Jmlh Ktg Jmlh Ktg Kjdsc Ktg
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
An.Hariyono 1 L 1 7 1 1 1 1 0 1 4 Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik Scabies 1
An.khania 2 P 2 8 2 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik Scabies 1
An.nunu 3 P 2 8 2 1 1 1 0 0 3 Tidak Baik 1 0 1 1 1 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Scabies 1
An.siti 4 P 2 9 3 0 1 0 1 0 2 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik Scabies 1
An.tina 5 P 2 9 3 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Scabies 1
An.wati 6 P 2 9 4 1 1 0 0 1 3 Tidak Baik 1 0 1 0 1 3 Tidak Baik 0 0 1 0 1 2 Tidak Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Scabies 1
An.maya 7 P 2 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 0 4 Baik 1 0 0 0 1 2 Tidak Baik 1 0 0 0 1 2 Tidak baik Scabies 1
An.alya 8 L 1 10 5 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 1 0 3 Tidak baik Scabies 1
An.mustafa 9 L 1 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 0 1 1 0 3 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 0 1 1 0 2 Tidak baik Scabies 1
An.jihan 10 P 2 10 5 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 0 0 1 2 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 0 1 0 1 2 Tidak baik Scabies 1
An.aziz 11 L 1 11 4 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 1 0 0 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak baik Scabies 1
An.nur 12 P 2 11 5 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 0 1 0 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Scabies 1
An.aldi 13 L 1 11 6 0 0 1 1 0 2 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 1 0 1 0 0 2 Tidak baik Scabies 1
An.putra 14 L 1 11 5 1 1 1 0 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Scabies 1
An.isra 15 L 1 12 6 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak Baik 0 0 1 0 1 2 Tidak baik Scabies 1
An.adrian 16 L 1 12 6 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 1 0 1 0 1 3 Tidak baik Scabies 1
An.ahmad 17 L 1 12 6 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 0 0 1 1 1 3 Tidak Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak baik Scabies 1
An.rahian 18 L 1 12 6 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 0 0 2 Tidak baik Scabies 1
An.rani 19 P 2 12 6 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik Scabies 1
An.syahdan 20 L 1 12 6 1 0 1 0 1 3 Tidak Baik 1 0 0 1 0 2 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 0 0 1 1 0 2 Tidak baik Scabies 1
An.Tissa 21 P 2 7 1 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik Tidak scabies 2
An.Ayu 22 P 2 8 2 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Gibran 23 L 1 8 2 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 0 0 0 1 2 Tidak Baik 1 1 1 1 1 5 Baik Tidak scabies 2
An.Sarah 24 P 2 8 2 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik Tidak scabies 2
An.Hardi 25 L 1 9 3 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Ardiansyah 26 L 1 9 3 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Rahma 27 P 2 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 0 3 Tidak baikTidak scabies 2
An.Isra 28 L 1 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 0 1 3 Tidak baikTidak scabies 2
An.Andika 29 L 1 10 4 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 0 1 0 1 1 3 Tidak Baik 1 1 0 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Nadila 30 P 2 10 4 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 0 1 3 Tidak Baik 1 1 1 1 1 5 Baik Tidak scabies 2
An.Vita 31 P 2 10 4 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Husein 32 L 1 11 5 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak baikTidak scabies 2
An.Fikri 33 L 1 11 5 1 1 1 0 1 4 Baik 1 0 0 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Putra 34 L 1 11 5 1 1 1 0 0 3 Tidak Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 0 1 0 3 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Tidak scabies 2
An.Rina 35 P 2 11 5 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Mira 36 P 2 12 6 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 0 0 1 1 1 3 Tidak Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Ratih 37 P 2 12 6 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 1 5 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 1 0 1 1 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Jahra 38 P 2 12 6 1 1 1 0 1 4 Baik 1 0 1 0 0 2 Tidak Baik 0 1 1 1 0 3 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Tidak scabies 2
An.Zainal 39 L 1 12 6 1 0 1 1 1 4 Baik 1 1 1 1 0 4 Baik 0 1 1 1 1 4 Baik 1 1 1 0 1 4 Baik Tidak scabies 2
An.Andi 40 L 1 12 6 1 1 1 1 0 4 Baik 1 1 0 1 1 4 Baik 0 1 1 0 1 3 Tidak Baik 1 1 1 1 0 4 Baik Tidak scabies 2
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Pemberian data pasien scabies Pengisian Kuesioner


Oleh staff puskesmas rijali

Scabies pada lengan scabies pada punggung tangan


Scabies Pada Kaki Pengisian Kuesioner

Scabies Pada Tangan


Lampiran 8 SAP Scabies
Lampiran 9 Leaflet Scabies

Anda mungkin juga menyukai