Anda di halaman 1dari 96

PENGARUH METODE STORYTELLING TERHADAP MOTIVASI

MELAKUKAN PERSONAL HYGIENE MENCUCI TANGAN PADA ANAK


SEKOLAH DI SD SWASTA PAB 34 KELURAHAN PATUMBAK II
KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH :

YUMNA AQILAH
NPM : 18.11.176

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2022
PENGARUH METODE STORYTELLING TERHADAP MOTIVASI
MELAKUKAN PERSONAL HYGIENEMENCUCI TANGAN
PADA ANAK SEKOLAH DI SD SWASTA PAB 34
KELURAHAN PATUMBAK II KECAMATAN
PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2022

Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada


Program Ilmu Keperawatan Program Sarjana
Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan
Deli Husada Deli Tua

OLEH :

YUMNA AQILAH
NPM : 18.11.176

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATANINSTITUT KESEHATAN
DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING UNTUK SIDANG PROPOSAL

Nama : Yumna Aqilah

NPM : 18.11.176

Fakultas : Keperawatan

Program Studi : lmu Keperawatan Program Sarjana

Judul Proposal : Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi Melakukan

Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak Sekolah Di SD

Swasta PAB 34 Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022

Dosen Pembimbing

Ns. Zuliawati, M.Kep.


NPP.19870102.201907.2.001

Mengetahui

Dekan,
Ketua Jurusan,

Ns. Megawati Sinambela,S.Kep, M.Kes Ns. Herri Novita Br. Tarigan, M.Kep
NPP. 19621116.199304.2.001 NPP. 19801019.200609.2.2002

Tanggal Seminar Proposal : ..............................


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING UNTUK SIDANG HASIL

PENGARUH METODE STORYTELLING TERHADAP MOTIVASI


MELAKUKAN PERSONAL HYGIENEMENCUCI TANGAN
PADA ANAK SEKOLAH DI SD SWASTA PAB 34
KELURAHAN PATUMBAK II KECAMATAN
PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2022

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh:

YUMNA AQILAH
NPM.18.11.176

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan tim penguji Skripsi.


Tim Penguji :

Penguji I

Ns. Zuliawati, M.Kep.


NPP.19870102.201907.2.001

Penguji II Penguji III

Ns.Metta Rosaulina. M.Kep Ns. Hariati, M.KepNPP.


NPP :19880426.201411.2.002 19921030.202010.2.001

Mengesahkan :

Ketua Jurusan Fakultas Keperawatan Dekan Fakultas Keperawatan

Ns.Metta Rosaulina. M.Kep Ns.Megawati Sinambela.S.Kep,M.Kes


NPP :19880426.201411.2.002 NPP:19621116.199304.2.002
ABSTRAK

Yumna Aqilah,, Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi Melakukan


Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak Sekolah Di SD Swasta PAB 34
Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak KabupatenDeli Serdang Tahun
2022Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Institut
Kesehatan Deli Husada, Deli Tua.

Motivasi melakukan personal hygiene pada anak sekolah merupakan dorongan


untuk melakukan perawatan diri untuk menjaga kesehatan fisik dan
psikisnya.Pada masa sekolah, anak lebih terfokus pada dunia bermain yang
menyebabkan keengganan dalam melakukan personal hygiene.Perilaku kesehatan
anak ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuannya.Mendongeng menjadi salah satu
solusi efektif untuk memberikan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah
karena perkembangan kognitif anak bersifat imajinatif dan penuh
fantasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mendongeng terhadap
motivasi melakukan personal hygiene mencuci tangan pada anak sekolah di SD
Swasta PAB 34 Patumbak.Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental
(one-group pre-post-test design without control group).Sampel terdiri dari 54 anak
sekolah yang diperoleh menggunakan rumus Slovin.Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang telah dirancang dan diuji validitas dan
reliabilitasnya.Seluruh responden telah diberikan storytelling bertema personal
hygiene mencuci tangan dengan media berupa vidio animasi mencuci tangan
selama 2 sesi berturut-turut dengan durasi 15 menit.Tingkat motivasi responden
diukur dengan menggunakan angket pre-test dan post-test yang diisi oleh
responden sendiri.Hasil yang diperoleh adalah 20 anak (54,1%) dengan tingkat
motivasi tinggi, 16 anak (43,2%) dengan tingkat motivasi sedang, dan 1 anak
(2,7%) dengan tingkat motivasi rendah untuk melakukan personal hygiene
sebelum diberikan storytelling. Setelah diberikan storytelling, seluruh 37 anak
(100%) mengalami peningkatan motivasi hingga tingkat motivasi tinggi.
Berdasarkan Wilcoxon Signed Rank Test, perbedaan ini signifikan secara statistik,
dengan nilai asymp sig (2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti ada pengaruh
mendongeng terhadap motivasi melakukan personal hygiene mencuci tangan pada
anak sekolah di PAB 34 Patumbak.

Kata kunci: Anak Usia sekolah, Mendongeng, Motivasi, Personal Hygiene.

i
ABSTRACT

The motivation to do personal hygiene in school children is an encouragement to


take care of themselves to maintain their physical and psychological health. At
school, children are more focused on the world of play which causes a reluctance
to perform personal hygiene. This child's health behavior can be influenced by his
knowledge. Storytelling is one of the effective solutions to provide health
education to preschool children because children's cognitive development is
imaginative and full of fantasy. This study aims to determine the effect of
storytelling on the motivation to do personal hygiene to wash hands in school
children at PAB 34 Private Elementary School Patumbak. This research is a pre-
experimental study (one-group pre-post-test design without control group). The
sample consists of 54 school children obtained using the Slovin formula. Data was
collected using a questionnaire that had been designed and tested for validity and
reliability. All respondents have been given storytelling with the theme of
personal hygiene washing hands with media in the form of animated videos of
hand washing for 2 consecutive sessions with a duration of 15 minutes. The level
of motivation of the respondents was measured using pre-test and post-test
questionnaires which were filled out by the respondents themselves. The results
obtained were 20 children (54.1%) with a high level of motivation, 16 children
(43.2%) with a moderate level of motivation, and 1 child (2.7%) with a low level
of motivation to perform personal hygiene before being given storytelling. . After
being given storytelling, all 37 children (100%) experienced an increase in
motivation to a high level of motivation. Based on the Wilcoxon Signed Rank
Test, this difference is statistically significant, with an asymp sig (2-tailed) value
of 0.000, which means that there is an effect of storytelling on the motivation to
do personal hygiene to wash hands in school children at PAB 34 Patumbak.

Keywords: School age children, Storytelling, Motivation, Personal Hygiene.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi

Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak Di SD Swasta PAB 34

Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun

2022” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai langkah awal untuk memenuhi

salah satu persyaratan dalam mencapai gelar sarjana keperawatan di Program

Studi Ilmu Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan atas bimbingan dan bantuan dari beberapa

pihak, dengan rasa syukur penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Terulin S. Meliala, AM.Keb, SKM, M.Kes. selaku Ketua yayasan Rumah

Sakit Sembiring Deli Tua

2. Drs. Johanes Sembiring, M.Pd, M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan

Deli Husada Deli Tua.

3. Ns. Megawati Sinambela, S.Kep, M.Kes. selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

4. Ns. Herri Novita Br, Tarigan, M.Kep. selaku Ketua Jurusan Program Studi

Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan Institut

Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

5. Ns. Reisy Tane, M.Kep. Sp.Kep. An selaku Wali Tingkat Program Studi

Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan yang telah

banyak membimbing dan mengajari saya dalam menyelesaikan Skripsi

iii
ini.

6. Ns. Zuliawati, M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

7. s. Meta Rosaulina, M.Kep dan Ns. Hariati, M.Kep. selaku penguji utama

dan penguji kedua yang telah membimbing serta memberi saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

8. Kedua Orang Tua Saya Bapak Arsul, A.Ma dan Ibu Hanifah, kakak

danadik saya, serta sepupu saya yang telah banyak memberikan dukungan

secara moril maupun materi tanpa pernah lelah.

9. Seluruh teman-teman PSIK Program Sarjana yang telah mendukung saya.

Dan semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat membawa

bermanfaat.

Medan, 15 April 2022

Penulis

YUMNA AQILAH
NPM : 18.11.17

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Yumna Aqilah

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 25 Agustus 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak Ke : 2 Dari 3 Bersaudara

Nama Ayah : Arsul

Nama Ibu : Hanifah

Alamat : Jalan Pertahanan Patumbak II Desa Si


Gara-Gara

II. PENDIDIKAN

2006-2012 : SD Swasta PAB 34 Patumbak

2012-2015 : MTs 1 Medan

2016-2018 : MAN 3 Medan

2018-2022 : Mengikuti Pendidikan Keperawatan Di

Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

v
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL PADA SAMPUL DEPAN
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10
2.1. Landasan Teoritis… .................................................................................. … 10
2.2. Storytelling ............................................................................................. …. 16
2.3. Personal hygiene Mencuci Tangan……........................................... ……... 19
2.4. Kerangka Teori penelitian……. ....................................................... ……... 26
2.5. Kerangka Teori penelitian……. ....................................................... ……... 27
2.6. Hipotesa Penelitian……. .................................................................. ……... 28

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29


3.1. Landasan Teoritis… ................................................................................... … 29
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian…................................................................... … 30
3.3. Populasi dan Sampel… .............................................................................. … 30
3.4. Variabel Dan Definisi Oprasional… ............................................................ … 31
3.5. Instrumen Penelitian…............................................................................... … 32
3.6. Uji Validitas dan reabilitas… ...................................................................... … 32

vi
3.7. Metode Pengumpulan Data… ..................................................................... … 33
3.8. Prosedur Penelitian dan Kerangka Oprasinal Penelitian … ............................ … 34
3.9. Kode Etik Penelitian… .............................................................................. … 37
3.10. Analisis Data… ......................................................................................... … 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 40


4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian… .................................................................... … 40
4.2. Visi SD Swasta PAB 34 Patumbak… .......................................................... … 40
4.3. Misi SD Swasta PAB 34 Patumbak… ......................................................... … 40
4.4. Hail Penelitian… ....................................................................................... … 40

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 47


5.1. Pembahasan Karateristik Responden… ....................................................... … 47
5.2. Analisa Bivariat… ..................................................................................... … 48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 52


6.1. Kesimpulan… ........................................................................................... … 52
6.2. Saran..… ................................................................................................... … 52

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54

vii
DAFTAR TABEL

TABEL 3.4.2 Definisi Operasional Variable Penelitian ......................................... 32


TABEL 4.2.3.1 Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak di SD Swasta PAB 34
Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tahun 2022.. 41
TABEL 4.2.3.2 Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di SD Swasta
PAB 34 Kelurahan Patumbak II Kabupaten Deli Serdang tahun 2022..................... 41
TABEL 4.2.3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Untuk Melakukan Personal
Hygienese belum PendidikanKesehatan Metode Storytelling ................................. 42
TABEL 4.2.3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Untuk Melakukan Personal
Hygiene Sesudah Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling ................................ 42
TABEL 4.1 Uji Wilxocon Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling Terhadap
Motivasi Untuk Melakukan Personal HygieneMencuci Tangan Pada Anak di SD Swasta
PAB 34 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tahun 2022 ....................... 43

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 .................................................................................................... 56
LAMPIRAN 2 .................................................................................................... 57
LAMPIRAN 3 .................................................................................................... 58
LAMPIRAN 4 .................................................................................................... 59
LAMPIRAN 5 .................................................................................................... 60
LAMPIRAN 6 .................................................................................................... 62
LAMPIRAN 7 .................................................................................................... 64
LAMPIRAN 8 .................................................................................................... 69
LAMPIRAN 9 .................................................................................................... 74
LAMPIRAN 10 .................................................................................................. 76
LAMPIRAN 11 .................................................................................................. 79
LAMPIRAN 12 .................................................................................................. 80
LAMPIRAN 13 .................................................................................................. 82

ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Personal hygiene merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar

seseorang dapat menjaga kebersihan pribadinya supaya terhindar dari penyakit.

(Rani Kawati Damani&Linda, 2018). Menurut Damanik dan Linda (2018), bahwa

pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan,

dan kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang sehat

maupun pada orang sakit. Menurut Listuayu dkk. (2018), betapa pentingnya

seseorang untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasarnya yaitu personal hygiene,

yang nantinya dapat meminimalkan masuknya berbagai macam mikroorganisme

yang ada dan pada akhirnya mencegah individu terserang penyakit.

Salah satu indikator personal hygiene adalah tangan, tangan selalu

digunakan dalam aktivitas sehari-sehari, sehingga tak lepas dari adanya bakteri

yang menempel di tangan (Ali dkk., 2017). Salah satu cara agar kita terlindungi

dari bakteri dan mikroorganisme berbahaya adalah dengan mencuci tangan.

Manfaat mencuci tangan menurut WHO, yaitu untuk melindungi diri dari

berbagai macam infeksi dan penyakit berbahaya dan mencegah penyebaran

bakteri dan virus ke orang lain melalui tangan. Mencuci tangan dengan sabun

merupakan salah satu upaya preventif yang dilakukan untuk pencegahan penyakit

Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman

dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan

kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (Abiyoga dkk., 2017).

1
2

Menurut Putra (2018), dalam Damanik dan Linda (2018), fenomena yang

banyak terjadi saat ini adalah masih banyak anak usia sekolah yang mengalami

personal hygiene yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena kebiasaan mencuci

tangan yang buruk yang mengakibatkan menurunnya derajat kesehatan, prestasi

belajar, dan peningkatan rasa percaya diri anak (Ali dkk., 2017). Beberapa

penyakit yang sering terjadi pada anak-anak saat ini adalah diare, ISPA (Infeksi

Saluran Pernapasan Akut), cacingan, serta penyakit kulit .

Menurut data WHO pada tahun 2018 diperoleh bahwa hampir 1,7 miliar

terdapat kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yang terjadi pada anak

menunjukkan setiap tahun rata-rata 31.200 anak di Indonesia meninggal dunia

karena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan diare dengan prevalensi

nasional 525.000 kasus setiap tahun serta cacingan, dan penyakit kulit. Hal ini

sejalan dengan penelitian Black (2017), dan Biran (2017), yang menemukan

bahwa penyebab terbesar kematian pada anak-anak adalah diare dan ISPA (Infeksi

Saluran Pernapasan Akut). Disebabkan karena kurangnya hyiegenisnya makanan

atau minuman yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan menurut Public-Private

Partnershipfor Handwashing with Soap dalam UNICEF (2018) menunjukkan

bahwa hanya 30% orang yang mencuci tangan dengan menggunakan sabun ketika

makan ataupun ketika selesai buang air kecil dan besar (UNICEF, 2018).

Penyakit-penyakit infeksi diatas sering disebabkan oleh adanya bakteri

sering menyerang anak-anak terutama mereka yang status gizi dan personal

hygiene yang rendah. Dan hal ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan

di berbagai negara berkembang.

Menurut WHO (2017), di beberapa negara berkembang prevalensi


3

mencuci tangan dengan sabun dilaporkan 30%-52% populasi umum, sedangkan

pada tahun 2018 di Indonesia telah terdaftar sebesar 10.60% - 35.5%.

Prevalensi nasional di Indonesia pada tahun 2018 angka insiden mencapai

60-80% dan kematian sebesar 36% menyerang terutama 9-12 tahun. Sedangkan

setiap tahun rata-rata 100 anak meninggal dunia dunia karena diakibatkan oleh

personal hygiene yang buruk akibat tidak mencuci tangan (Ali dkk., 2017).

Hasil Riskesdes (2013), dalam Abiyoga dkk. (2017), bahwa indikator

kebersihan personal hygiene di Provinsi Sumatera Utara mendapat persentase

49,5% untuk kebersihan kaki, tangan dan kuku mendapat persentase 21,7 %. Oleh

karena itu, pemberian health education tentang personal hygiene harus selalu

diberikan (Abiyoga dkk., 2017).

Menurut data prevalensi personal Hygiene mencuci tangan di Sekolah

Dasar Kota medan pada tahun 2016 sebesar 28,4% dan pada tahun 2017

meningkat sebanyak 20% sedangkan pada tahun 2018 hanya sebesar 48,6% (Ali

dkk., 2017).

Rendahnya angka personal Hygiene pada anak bisa terjadi karna beberapa

faktor, salah satunya kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang tua, hal ini bisa

terjadi dikarenakan rendahnya pendidikan orang tua dan kurangnya penyuluhan

kesehatan mengenai pentingnya personal hygiene mencuci tangan di daerah

tersebut. Akibatnya dapat membentuk persepsi anak menjadi kurang

memperhatikan kebersihan dirinya. Oleh karena itu pemberian health education

pada anak harus dilakukan sejak dini, untuk mencegah terjadinya penyakit masuk

ke tubuh dan membudidayakan perilaku cuci tangan yang baik dan benar pada

anak. Namun biasanya pada masa Anak-Anak mereka sering tidak memperhatikan
4

dan mendengarkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode storytelling,

karna metode ini dianggap metode yang paling efektif dalam menyampaikan healt

education pada anak.

Penyampaian health education pada anak usia sekolah tergantung pada

metode yang dipilih, pemilihan alat bantu yang tepat, kebutuhan anak untuk

belajar, sertakemampuan klien untuk belajar. (Damanik &Linda, 2018). Menurut

John Pieget (2019), bahwa dalam perkembangan kognitif anak usiasekolah sudah

mampu berfikir secara rasional.Anak mengembangkan pemahaman mengenai

hubungan antara sesuatu hal dan ide. Anak kaya akan fantasi, sifat ini

memberikan implikasi terhadap pembelajaran bahwa bercerita atau mendongeng

dapat dipakai sebagai salah satu metode belajar (Wong, 2009, dalam

Abiyogadkk.,2017).

Menurut Wong (2017) dalam Wardiah & Dessy (2018), bahwa Storytelling

(bercerita atau mendongeng) dapat dipakai sebagai salah satu metode belajar yang

efektif bagi anak sekolah. Storytelling sendiri merupakan kegiatan memberikan

cerita langsung agar pendengar mendapat gambaran langsung sehingga dapat

berupaya secara langsung atau tidak langsung terhadap perilaku. Manfaat dari

storytelling sangat kuat dalam meningkatkan pemahaman diri anak dan orang lain

yang berada disekitarnya. Pada saat cerita sedang dibacakan, ada saatnya kata-

kata yang diucapkan tidak hanya diingat oleh anak akan tetapi juga seperti

dilukiskan kembali secara spontan (Mauliyah, 2015, dalam Damanik & Linda,

2018).

Metode storytelling juga sangat bermanfaat dalam memudahkan

pendengar untuk menangkap informasi langsung karena pemberian dilakukan


5

secara bercerita, sehingga penyampaian pendidikan/informasi lebih

menyenangkan. Metode dalam pemberian informasi mengenai personal hygiene

sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku

anak-anak dalam melakukan personal hygiene (Bachtiar, 2017, dalam Triasmari

& Kusuma, 2018).

Menurut hasil penelitian Sangkanparan (2017), bahwa metode storytelling

mampu menjadi katalis yang menjembatani penyampaian informasi kesehatan

kepada anak. Melalui storytelling indra pengelihatan dan pendengaran anak akan

menerima stimulus berupa rangsangan audio, yaitu dialog-dialog tokoh dalam

cerita yang mengandunginformasi mengenai personal hygiene. Rangsangan

audiovisual tersebut diteruskan menuju otak anak dan memicu produksi dopamin

pada akson dopaminergik di otak tengah. Dopamin kemudian dilepaskan dari

vesikel untuk membawa pesan ke sel saraf lainnya. Terstimulasinya otak tengah

yang memiliki sifat mudah mencerna informasi yang disajikan dalam bentuk

cerita beralur dengan emosi yang menyentuh akan memudahkan kinerja otak anak

dalam menyerap, memahami, mengingat, dan mengaplikasikan informasi

kesehatanyang disampaikan.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Lismayani (2015), dalam

Damanik dan Linda, (2018), bahwa terdapat pengaruh storytelling terhadap

motivasi melakukan personal hygien mencuci tangan pada anak usia sekolah di

SD NEGRI 00124 Denpasar Bali, di dapatkan data bahwa p value 0,000 (kurang

dari nilai α 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

pemberian storytelling terhadap motivasi untuk melakukan personal hygiene

mencuci tangan pada anak sekolah. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
6

oleh Widyawati dkk. (2019), bahwa hasil analisis statistik menggunakan wilcoxon

signed rank test didapatkan p value <0,001 yang berarti terdapat pengaruh metode

storytelling terhadap peningkatan perilaku personal hygiene cuci tangan pada

siswa/i di SDN Junrejo 01 Batu, Bandung. (Widyawati dkk., 2019)

Menurut Triasmari dan Kusuma (2018), Sebelum diberikan storytelling,

seluruh anak usia sekolah di Di Kalanganyar Kelurahan Kalanganyar Kota

Serang.memiliki tingkat pengetahuan cukup yang rendah untuk melakukan

personal hygiene mencuci tangan dengan persentase 30,1% atau 22 dari 51

responden (Triasmari&Kusuma, 2018). Menurut Widyawati dkk. (2019), bahwa

sebelum dilakukannya storytelling terhadap perilaku personal hygiene, anak

dengan dalam kategori baik berjumlah 44,7% dan setelah dilakukan storytelling

meningkat menjadi 70,5%.

Berdasarkan hasil survey awal penelitian tanggal 25 Febuari 2022 di SD

Swasta PAB 34 Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang yang

peneliti lakukan pada 12 siswa, diketahui bahwa masih banyak anak-anak yang

belum mencuci tangan secara optimal, dimana hasil survei awal pada usia 9–12

tahun didapatkan data seluruh anak memiliki kesehatan personal hygiene yang

buruk. Pada saat anak diwawancara oleh peneliti, 9 anak menjawab tidak

mengetahui akan pentingnya menjaga kebersihan personal hygiene, mereka juga

tidak pernah mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar ataupun

saat makan. Hasil survei awal juga diketahui bahwa 7 dari 12 anak mengalami

masalah penyakit diare dan ISPA serta penyakit kulit akibat kurangnya

pengetahuan mengenai cuci tangan yang baik dan benar.

Hasil wawancara yang juga dilakukan dengan 5 orang tua oleh peneliti di
7

SD Swasta PAB 34 Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang,

didapatkan hasil bahwa mereka masih kurang mengetahui akan pentingnya

menjaga kebersihan personal hygiene yaitu mencuci tangan, mereka juga

mengatakan bahwa anak-anak mereka sering terkena penyakit diare dan kulit, dan

biasanya hanya diobati sendiri dengan membeli obat-obatan dari warung.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “PengaruhMetode Storytelling Terhadap Motivasi

Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak Di SD Swasta

PAB 34 Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu Apakah terdapat pengaruh dari pemberian pendidikan

kesehatan menggunakan metode storytelling terhadap motivasi melakukan

personal hygiene mencuci tangan pada anak sekolah di SD Swasta PAB 34

Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun

2022 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 TujuanUmum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan

kesehatan menggunakan metode storytelling terhadap motivasi melakukan

personal hygiene mencuci tangan pada anak di SD Swasta PAB 34 Kelurahan

Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2 Tujuan Khusus


8

1. Untuk mengetahui motivasi melakukan personal hygiene mencuci

tangan sebelum dilakukan metode storytelling pada anak sekolah di

SD Swasta PAB 34 Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui motivasi melakukan personal hygiene mencuci

tangan sesudah dilakukan metode storytelling pada anak sekolah di

SD Swasta PAB 34 Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan

menggunakan metode storytelling terhadap motivasi melakukan

personal hygiene mencuci tangan pada anak di SD Swasta PAB 34

Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli

Serdang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian serta

memperluas wawasan pengetahuan teori dan praktik keperawatankhususnya

mengenai pendidikan kesehatan menggunakan metode storytelling (bercerita)

untuk meningkatkan pengetahuan Personal Hygiene mencuci tangan pada anak.

1.4.2 Manfaat bagi siswa

Menambah wawasan mereka mengenai pendidikan kesehatan dengan

menggunakan metode storytelling (bercerita) untuk meningkatkan perilaku

personal hygiene mencuci tangan pada anak khususnya pada anak sekolah.

1.4.3 Manfaat bagi orang tua siswa


9

Menjadi masukan bagi orang tua siswa, dalam mengoptimalisasikan

derajat kesehatan yang dapat disampaikan melalui metode storytelling (bercerita)

terutama kebersihan personal hygiene mencuci tangan yang baik dan benar pada

anak di sekolah.

1.4.4 Manfaat bagi pihak sekolah

Menjadi masukan dan landasan bagi pihak sekolah dalam mempromosikan

pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kebersihan personal hygiene dalam hal

ini mencuci tangan dengan baik dan benar pada anak di sekolah.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1 Istilah dan Batasan Anak Sekolah Dasar

Anak usia sekolah merupakan individu yang berusia antara 5-12 tahun dan

merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa remaja,

sedangkan anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-13 tahun yang

masih duduk di bangku sekolah dasar (Stanhope & Lancaster, 2017). Pada masa

usia sekolah dasar ini terjadi pertumbuhan yang sedikit lambat dibandingkan

dengan masa remaja serta lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pertumbuhan dan perkembangannya.

2.1.2 Proses Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Proses tumbuh kembang anak usia sekolah dimulai dari usia 6tahun

sampai 12 tahun, pada masa ini anak akan mengalami beberapa perubahan baik

dari aspek fisik maupun emosional (Hockenberry & Wilson, 2017). Pada periode

ini anak mengalami beberapa perkembangan yaitu: perkembangan biologi,

kognitif, psikologis, moral, spiritual, bahasa dansosial.

1) Perkembangan Biologi

Pertumbuhan terjadi selama masa anak lebih lambat namun pasti

bila dibandingkan dengan masa sebelum atau setelahnya. Pada

umur 6 sampai 12 tahun terjadi penambahan tinggi badan rata-rata

5cm per tahun dan bisa lebilh 30 cm sampai 60 cm serta

penambahan berat badan sekitar 2 sampai 3 kg pertahun.

Rata-rata anak usia 6 tahun mempunyai standar tinggi badan 150


11

cm dan berat badan kira-kira 40 kg. Selama periode usia ini laki-

laki lebih terlihat besar baik terhadap berat badan maupun tinggi

badan dibandingkan wanita, (Hockenberry & Wilson, 2017).

2) Perkembangan Kognitif

Tahap operasional konkrit berlangsung selama masa usia sekolah,

pada masa ini anak sudah mengembangkan sebuah pengertian yang

dikaitkan antara benda dan ide-idenya kemudian membuat persepsi

dasar terhadap apa yang dilihatdan membuat pendapat sebagai

suatu alasan serta mampu meningkatkan kemampuan pemahaman

terhadap simbul- simbul, menyimpan ingatan terhadap pengalaman

yang pernah terjadi dan mampu menceritakan kembali dengan

baik (Piaget, dalam Hockenberry & Wilson, 2017).

Menurut Hockenberry & Wilson (2017) perkembangan

kemampuan kognitif terjadi pada masa anak usia sekolah, pada

masa ini anak sudah mampu membuat perceptual thinking dan

conceptual thinking terhadap hasil pengamatan, mengingat, serta

mampu menceritakan kembali apa yang pernah diketahuinya.

Anak juga telah mampu mengembangkan sense of industry sebagai

wujud aktualisasi diri. Lebih lanjut mereka mengemukakan selain

perkembangan kognitif, masa anak usia sekolah juga diikuti oleh

perubahan terhadap perkembangan psikososial.

3) Perkembangan Psikososial

Masa petengahan anak disebut sebagai periode perkembangan

psikoseksual oleh Sigmeund Freud menyatakan sebagai periode


12

laten, sebuah masa ketenangan antara periode odipus yaitu pada

pertengahan umur masa kanak- kanak dan periode erotis pada masa

remaja. Menurut Hockenberry & Wilson, (2017) untuk mencapai

derajat kesehatan seseorang secara optimal dapat dicapai melalui

tiga tahap perkembangan psikososial, yaitu: mencintai lingkungan

termasuk stabilitas keluarga untuk memberikan kesempatan anak

usia sekolah untuk bersosialisasi dengan teman sebaya, berespon

terhadap budaya, dan mengembangkan keahlian yang bermanfaat

serta turut berkontribusi dalam komunitas sosial.

4) Perkembangan Moral

Anak usia sekolah akan mengalami perubahan perilaku, dari

egosentris akan berubah menjadi pemikiran yang lebih logis, pada

masa ini mereka juga mengalami perkembangan pertimbangan

terhadap sesuatu yang salah dan benar sesuai standar moral.

Menurut Kohlberg (dalam Hockenberry & Wilson, 2017) anak

usia 6-7 tahun mengetahui apa yang menjadi aturan yang harus

mereka lakukan, namun mereka belum mengetahui alasan dibalik

itu. Biasanya mereka menentukan suatu kegiatan dengan

konsekuensi, jika berbuat salah akan mendapat hukuman, dan jika

benar akan mandapat penghargaan. Mereka memiliki persepsi

tentang apa yang mereka lakukan akan salah dan akan mendapat

hukuman, dibandingkan dengan orang dewasa yang selalu benar

dan mereka akan mendapat penghargaan atau hadiah.

Konsekuensinya anak usia 6-7 tahun lebih suka memperlihatkan


13

kejadian dan ketidak beruntungannya sebagai suatu hukuman

terhadap kesalahan.

2.1.3 Konsep Prilaku Anak Usia Sekolah

2.1.3.1 Definisi Perilaku

Menurut Skinner dalam Notoadmojo (2017), perilaku merupakan respons

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Selanjutnya teori

Skinner menjelaskan adanya dua jenis respon yaitu :

a. spondent respond atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang yang disebut

elicitingstimuli, karena menimbulkan respon yang relatif tepat.

Misalnya: makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan,

cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup

dansebagainya.

b. Operant respon atau instrumental respons, yakni respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau

rangsangan lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing

stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respon.

Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya

dengan baik adalah sebagai respon terhadap gaji yang cukup,

kemudian karena kerja baik tersebut menjadi stimulus untuk

memperoleh promosikesehatan.

2.1.3.2 Jenis perilaku

Berdasarkan teori “Stimulus-Organisme-Respon” dalam Notoadmojo

(2017), menjelaskan bahwa perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus


14

terhadap organisme, kemudian organisme tersebut memberikan respon terhadap

stimulus yang diperoleh. Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan

respon terhadap stimulus-stimulus yang mungkin muncul, yaitu:

a. Perilaku Tertutup (Covertbehaviour)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.

Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan.

b. Perilaku Terbuka (Overtbehaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain

dari luar atau observable behavior.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Green dalam Notoatmodjo (2017), menyebutkan bahwa perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan

faktor penguat. Hal ini dapat dijelaskan sebagaiberikut:

a. Faktor predisposisi (predisposition factor)

Faktor predisposisi merupakan faktor yang menjadi dasar

melakukan suatu tindakan. Faktor predisposisi pada seseorang

diantaranya sikap, keyakinan, nilai-nilai, persepsi, usia, status

sosial ekonomi, jenis kelamin, yang menjadi pemicu seseorang

melakukan tindakan.

b. Faktor pemungkin (enabling factor)


15

Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan motivasi

atau keinginan untuk dapat terlaksana. Contoh faktor pemungkin

adalah kemampuan, sumber daya, ketersediaan informasi, dan

ketersediaan fasilitas.

c. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor penguat merupakan faktor yang muncul setelah tindakan itu

dilakukan. Faktor ini dapat bersifat negatif atau positif. Hal ini

yang mempengaruhi seseorang dari stimulus yang diterimanya.

Contoh faktor penguat adalah adanya manfaat atau ganjaran yang

diterima oleh seseorang.

2.1.4 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah diberikan

termasuk sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comperhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secarabenar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.


16

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu samalain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek

2.2 Storytelling

2.2.1 Pengertian Storytelling

Menurut The Oxford English Dictionary istilah storytelling mempunyai

arti “the action of telling stories” yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan

menjadi mendongeng atau bercerita, berasal dari dua kata yaitu story dan telling.

Story artinya cerita dan telling artinya memberitahukan. Metode storytelling

merupakan metode bercerita atau mendongeng dalam menyampaikan perasaan,

buah pikiran atau sebuah cerita kepada anak-anak secara lisan.

Dalam bahasa Indonesia storytelling sering disebut mendongeng atau

bercerita. Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu

generasi ke generasi berikutnya (Gordon & Browne, 2018). Bercerita juga dapat

menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.

Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang
17

menarik dan hidup. Keterlibatan anak terhadap dongeng yang diceritakan akan

memberikan suasana yang segar, menarik dan menjadi pengalaman yang unik

bagianak.

2.2.2 Manfaat StoryTelling

Menurut Asfandiar (2017) Manfaat metode storytelling diantaranya

memberi kesenangan, kegembiraan, kenikmatan mengembangkan imajinasi anak,

memberi pengalaman baru dan mengembangkan wawasan anak, dapat

pemahaman yang baik tentang diri sendiri dan orang lain di sekitar mereka, dapat

memberikan pengalaman baru termasuk didalamnya masalah kehidupan yang ada

di lingkungan anak, serta anak belajar berbicara dalam gaya yang menyenangkan

serta menambah perbendaharaan kata danbahasanya.

Manfaat lain dari storytelling adalah menghadirkan atmosfer relaksasi di

kelas, bermanfaat sebagai media penyelenggara yang kreatif. Disamping itu,

mendongeng merupakan cara termudah, tercepat untuk membina hubungan antara

guru-murid dan salah satu cara paling efektif untuk membentuk tingkah laku di

kemudian hari (Asfandiar, 2017).

2.2.3 Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling

Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan mempunyai perubahan

yaitu perilaku individu atau kelompok untuk peningkatan derajat kesehatan di

mana promosi kesehatan berusaha melakukan perubahan pada lingkungan dengan

harapan terjadinya perubahan perilaku yang lebih baik (Stanhope & Lancaster,

2017).

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam


18

keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi

keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok,

maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan

pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik

(Notoatmodjo, 2017).

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu

menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang

dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,dengan sumber daya yang ada pada

mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan

yang tepat guna meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat

(Notoatmodjo, 2017). Dalam hal ini peneliti akan memberikan pendidikan

kesehatan kedalam kelompok kecil yaitu pada anak-anak khususnya anak sekolah

yang kebanyakan dari mereka belum mampu meningkatkan kemampuan dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan. Inilah alasan peneliti melakukan

promosi kesehatan di SD PAB 34 Patumbak agar terjadi perubahan pada perilaku

yang lebih baik lagi.

Memberikan pendidikan kesehatan pada anak dengan metode storytelling

sangat kuat dalam meningkatkan pemahaman diri anak dan orang lain yang berada

disekitarnya. Pada saat cerita sedang dibacakan, ada saatnya kata-kata yang

diucapkan tidak hanya diingat oleh anak akan tetapi juga seperti dilukiskan

kembali secara spontan (Damanik & Linda, 2018). Storytelling adalah salah satu

metode pendidikan kesehatan yang sering diberikan kepada anak-anak.

Storytelling merupakan metode yang sesuai dengan perkembangan kognitif dan

afektif anak usia prasekolah. Saat storytelling berlangsung merupakan proses yang
19

penting, terjadi penyerapan pengetahuan yang disampiakan storyteller kepada

audience. Proses inilah yang menjadi pengalaman seorang anak dan menjadi tugas

storyteller untuk menampilkan kesan menyenangkan pada saat bercerita. Setelah

itu, memilih mana yang dapat dijadikan panutan sehingga membentuknya menjadi

moralitas yang dipegang sampai dewasa anak akan mengadopsi cerita yang

disampaikan oleh storyteller yang berisi tentang pesan-pesan baik. Storytelling

merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan

aspek konatif anak (Mukminatun, 2017).

Kelebihan storytelling mampu mengajari anak untuk mendengar,

membantu, membangun keterampilan komunikasi oral dan tulisan, dan

mengembangkan kelancaran, menambah berbendaharaan kata dan membantu

meningkatkan kata. Selain itu,melalui storytelling anak menjadi tertarik untuk

bertanya ketika mereka tidak memahami isi cerita (Mukminatun, 2017).

Penyajian storytelling yang menarik untuk anak merupakan salah satu

tantangan karena bukanlah mudah dilakukan. Masa anak usia sekolah lebih

cenderung merasa bosan, sehingga, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

oleh anak, topik yang menarik, cerita, durasi, cerita yang tepat sesuai jamannya

dan usia anak hendaknya diperhatikan ketika dalam penyampaian storytelling

(Damanik & Linda, 2018).

2.3 Personal hygiene Mencuci Tangan

Dalam bukunya Bagiastra menjelaskan kata”hygiene” berasal dari bahasa

Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan menjaga kesehatan. Dalam

sejarah Yunani, Hygiene berasal dari nama seseorang Dewi yaitu Hygea (Dewi

pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene ada beberapa,yang intinya sama yaitu
20

ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan jasmani,

rohani dan sosial untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, suatu

pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan

atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Personal hygiene

adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk mencegah

timbulnya penyakit pada diri sendiri dan orang lain, baik secara fisik maupun

psikologis. Personal hygiene mencakup perawatan kebersihan kulit kepala dan

rambut, mata, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan, kulit, dan area genital.

Manfaat dari personal hygiene adalah dapat mempertahankan perawatan

diri, baik secara mandiri maupun dengan bantuan, dapat melatih hidup bersih dan

sehat dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kebersihandan

kesehatan, menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan.

Selain itu, dapat membuat rasa nyaman dan relaksasi untuk menghilangkan

kelelahan, mencegah gangguan sirkulasi darah dan mempertahankan integritas

jaringan. Masa sekolah tidak lepas dari masa bermain sehingga menyebabkan

persoalan personal hygiene menjadi terabaikan, namun sekaligus merupakan

persoalan yang paling penting untuk diperhatikan (Asfandiar, 2017).

Konsep personal hygiene dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal

yang sangat penting dan harus diperhatikan karena konsep personal hygiene akan

mempengaruhi kesehatan seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi

oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangatberpengaruh itu diantaranya

kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan.

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling

berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Pemecahan masalah
21

kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi

harus di lihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah ‘sehat

sakit’ atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Salah satunya

adalah perilaku hidup sehat (Gordon & Browne, 2018).

Penanaman perilaku hidup sehat dapat mulai ditanamkan dikalangan anak-

anak, hal ini disebabkan karena anak-anak adalah pendidikan yang sangat

mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak dikemudian hari,

bahkan ada yang berpendapat bahwa usia dini adalah usia emas (golden age) yang

hanya terjadi sekali dalam kehidupan manusia. Apabila usia dini dimanfaatkan

dengan menerapkan pendidikan dan penerapan sikap yang baik tentunya kelak

ketika dewasa sikap dan moral yang berkembang adalah baik, demikian

sebaliknya bila pendidikan dan penanaman sikap tidak baik akan berkembang

sikap yang kurang baik tentunya. Oleh karena itu anak-anak adalah investasi yang

sangat mahal harganya bagi keluarga dan juga bagi bangsa (Gordon & Browne,

2018).

Masih banyak orang yang tidak memperhatikan personal hygiene karena

hal-hal yang tergantung dari kebiasaan seseorang. Personal hygiene anak yang

baik dapat menekan pintu masuk mikroorganisme sehingga mencegah seseorang

untuk terkena penyakit, sedangkan personal hygiene yang buruk akan

mempermudah seseorang terkena penyakit yang berhubungan dengan personal

hygiene, seperti diare, ISPA, penyakit infektsi, penyakit mulut dan gigi, kulit

(skabies), dan penyakit saluran cerna (Asfandiar, 2017).

Pada anak usia sekolah, anak usia sekolah masih memerlukan perhatian
22

mengenai pembentukan kebiasaan personal hygiene. Waktu yang dihabiskan

selama di sekolah mengharuskan mereka melakukan aktivitas fisik yang tidak

jarang menyebabkan masuknya kebiasaan-kebiasaan dari teman sebaya. Dalam

menerapkan personal hygiene yang baik dan benar, mereka masih memerlukan

dukungan dan motivasi dari keluarga sebagai tempat acuan mereka untuk

berperilaku. Karakteristik keluarga berperan besar dalam pembentukan kebiasaan

penerapan personal hygiene pada anak usia sekolah. Karakteristik keluarga terdiri

dari usia orang tua, agama, suku, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan

pendapatan keluarga (Mukminatun, 2017).

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada satu tindakan personal

hygiene yaitu mencuci tangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

menurunkan angka kejadian diare adalah perilaku cuci tangan pakai sabun karena

menurut Afany (2017) bahwa perilaku cuci tangan dengan sabun khususnya

setelah berkontak dengan feses dapat menurunkan insiden diare hingga 42-47%.

Menurut Permana (2017) kebersihan tangan penting untuk mencegah penyakit

infeksi karena mikroba mengkontaminasi tangan dalam waktu yang singkat dalam

aktivitas sehari-hari. Rata-rata hanya 12% masyarakat Indonesia yang mencuci

tangan pakai sabun. Metode cuci tangan tujuh langkah adalah metode cuci tangan

paling lengkap dalam menghilangkan kotoran dan kuman yang ada di tangan.

Mencuci tangan pakai sabun sebagai upaya preventif dalam melindungi

diri dari berbagai penyakit menular. Cuci tangan menggunakan sabun dapat kita

lakukan pada waktu-waktu berikut: sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan

sesudah makan, setelah BAK dan BAB, setelah membuang ingus, setelah

membuang dan menangani sampah, kemudia setelah bermain/memberi


23

makan/memegang hewan, serta setelah batuk atau bersin pada tangan kita. Cuci

tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar merupakan cara

termudah dan efektif untuk mencah berjangkitnya penyakit. Mencuci tangan

dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara

mekanis dari permukaan kulit dan secara bermakna mengurangi mikroorganisme

penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasite lainnya pada kedua tangan

(Mukminatun, 2017).

Menggunakan sabun saat mencuci tangan diketahui sebagai salah satu

upaya pencegahan penyakit dan penularan penyakit. Hal ini dilakukan karena

tangan merupakan agen yang membawa kuman dan menyebabkan pathogen

berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak tidak langsung

maupun langsung. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku cuci tangan

menggunakan sabun merupakan suatu upaya yang memiliki dampak besar bagi

pencegahan penyakit-penyakit menular, namun mencuci tangan masih belum

menjadi kebiasaan masyarakat. Tentunya hal ini masih dipengaruhi oleh banyak

hal di antaranya karena rendahnya pengetahuan, pendidikan dan kesadaran

terhadap perilaku cuci tangan pakai sabun (Kemenkes RI, 2018).

Kebiasaan cuci tangan menggunakan air saja tidak dapat melindungi diri

dari bakteri dan virus di tangan. Terlebih jika mencuci tangan tidak di bawah

airmengalir. Apalagi kebiasaan menggunakan dan berbagi wadah cuci tangan

halitu sama saja saling berbagi kuman dan tetap membiarkan kuman menempel

padatangan. Kebiasaan itu harus ditinggalkan dan dirubah dengan standar

prosedurmelakukan cuci tangan menggunakan sabun.

Cara cuci tangan pakai sabun yang benar adalah menggosok talapak
24

tangan secara bersamaan, menggosok punggung kedua tangan, jalinkan kedua

telapak tangan lalu digosok-gosokkan, tautkan jari-jari antara kedua telapak

tangan secara berlawanan, gosok ibu jarisecara memutar dilanjutkan dengan

daerah antara jari telunjuk dan ibu jari secara bergantian, letakkan ujung jari ke

telapak tangan dan gosok perlahan, bilas dengan air dan keringkan (Kemenkes RI,

2018). Adapun beberapa prinsip yang perlu diperhatikan (World Health

Organization, 2018):

1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan

cairanantiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun

antiseptic(handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua ini di

sekitarruangan pelayanan pasien secara merata.

2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60

detik.

3. 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash.

Selanjutnya untuk 6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu

(World Health Organization, 2018):

1. Tuangkan cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap

dangosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah

memutar.
25

Gambar 2.3.1 Langkah Mencuci Tangan (Langkah pertama)

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

Gambar 2.3.2 Langkah Mencuci Tangan (Langkah kedua)

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

Gambar 2.3.3 Langkah Mencuci Tangan (Langkah ketiga)

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan


26

Gambar 2.3.4 Langkah Mencuci Tangan (Langkah keempat)

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

Gambar 2.3.5 Langkah Mencuci Tangan (Langkah kelima)

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

Gambar 2.3.6 Langkah Mencuci Tangan (Langkah keenam)

Sumber: WHO (2018)

2.4 Kerangka Teori penelitian

Berdasarkan tinjauan teori dan apa yang telah diuraikan maka digunakan

kerangka teori dalam bentuk bagan sebagai berikut ini


27

Faktor-faktor presdiposisi:
1. pengetahuan
2. sikap dan Keyakinan
3. umur dan jenis kelamin

Pesonal
hygiene Peningkatan prilaku
mencuci Pesonal hygiene
tangan buruk Faktor penguat: mencuci tangan
pada anak Kebiasaan menggunakan
metode storytelling

Faktor pemungkin:
1. Lingkungan Personal hygiene
(orangtua) mencuci tangan baik
2. Kemampuan pada anak
3. ketersediaan
informasi dan
ketersediaan

Bagan 2.4 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: Soekidjo Notoatmodjo(2017) danSilalahi (2017)

2.5 Kerangka Konsep penelitian

Kerangka konsep penelitian ini berfungsi untuk mengetahui Pengaruh

Metode Storytelling Terhadap MotivasiMelakukan Personal Hygiene Mencuci

Tangan Pada Anak Di SD Swasta PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022. Adapun yang menjadi kerangka

penelitian ini dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:


28

Variabel Independen Variabel Dependen

Metode Storytelling Motivasi Melakukan


Personal Hygiene Mencuci
Tangan

Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesa Penelitian

Hipotesis Penelitian ini adalah hipotesis alternatif, yaitu:

Ha: ada Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi Untuk

Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak Di SD Swasta PAB 34

Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun

2022.

Ho: Tidak ada Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi Untuk

Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak Di SD Swasta PAB 34

Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun

2022.
29

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan salah satu aspek penting dalam

kelangsungan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini karena pendekatan

penelitian berpengaruh terhadap cara peneliti menjawab permasalahan dari suatu

yang diteliti. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif yaitu metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kuantitatif dipilih karena

pemecahan masalah harus sesuai dengan rumusan masalah yang memerlukan

perhitungan serta pengukuran terhadap variabel dan pengujian terhadap hipotesis

yang telah ditetapkan.

Jenis penelitian ini menggunakan Quasi-eksperiment dengan desain One

Group Pre and Post Test Design, untuk melihat perilaku personal hygiene

mencuci tangan dan pengaruh storytelling terhadap motivasi untuk melakukan

personal hygiene mencuci tangan pada anak usia sekolah di SD Swasta PAB 34

Patumbak.Menurut Arikunto (2018), Pretest dan posttest one group design adalah

penelitian yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pretest)

dan Setelah eksperimen (posttest) pada satu kelompok yang sama.

Data dikumpulkan sebelum dan sesudah intervensi dilakukan. Rancangan

penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

O X O
1 A 2

Bagan3.1 Bentuk Desain Penelitian One Group Pretest


30

Keterangan :

O1 : Pretest (perilaku benar) dengan Storytelling

O2 : Postest (perilaku benar) dengan Storytelling

XA : Metode Storytelling

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode

storytelling terhadap motivasi untuk melakukan personal hygiene mencuci tangan

sebelum dan sesudah pada anak sekolah di SD Swasta PAB 34 Kelurahan

Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tahun 2022.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di SD Swasta PAB 34 Kelurahan Patumbak II

Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah siswa siswi SD Swasta PAB 34 kelas V

Kelurahan Patumbak II Kecamatan yang berjumlah 30 orang.

3.3.2 Sampel

Menurut Notoadmodjo (2018), sampel merupakan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Menurut Arikunto (2019), Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Jadi besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30

responden.
31

3.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempah dalam pengambilan

sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian (Nursalam, 2017).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan Teknik

Total Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (sugiono, 2017). Alasan mengambil total sampling karena jumlah

populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

semuannya,

3.4 Variabel Dan Definisi Oprasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti adalah Metode Storytelling (variabel independen)

dengan prilaku personal hygiene mencuci tangan pada anak sekolah (variabel

dependen).

3.4.2 Definisi Oprasional

CARA & ALAT


NO VARIABEL DEFINISI OPRASIONAL UKUR HASIL UKUR SKALA
1 Metode Upaya memberikan pendidikan SOP Storytelling Sebelum (Pre Test) Nominal
Storytelling kesehatan kepada responden
(variabel Sesudah (Post Test)
Sumber:
dalam hal ini anak usia sekolah
independen). Gordon & Browne,
dengan menggunakan metode (2018)
berupa cerita dongeng yang
berisi tentang cara melakukan
cuci tangan yang baik dan benar,
32

2 Motivasi Upaya yang dilakukan Diukur menggunakan Motivasi rendah Ordinal


personal responden mengenai cara lembar Kuesioner (1-10)
hygiene menjaga kebersihan diri lewat berupa check list Motivasi tinggi
mencuci tangan mencuci tangan 6 langkah menggunakan skala (11-20)
(variabel dengan menggunakan sabun Likert yang sudah
dependen) sesuai SOP terstandar
sebelumnya

Sumber:
Notoatmodjo
(2017) dan Silalahi
(2017)

Tabel 3.4.2 Definisi Operasional Variable Penelitian

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner, power point dan video

animasi mencuci tangan. Kosioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan

kepada orang lain yang bersedian memberikan respon (merespon) sesuai dengan

pengguna (Ridwan, 2017).

Dalam hal ini Kuesioner yang peneliti gunakan berupa check list

menggunakan skala Likert dengan menggunakan panduan SOP personal hygiene

mencuci tangan yang sudah terstandar sebelumnya.

3.6 Uji Validitas dan reabilitas

3.6.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrument. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
33

mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti tepat. Tinggi rendahnya validitas

instrument menunjukkan menunnjukkan sejauh mana data terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk menguji

tingkat validitas instrument, peneliti mencoba instrument tersebut pada sasaran

dalam penelitian.

Pada penelitian ini hasil uji Validitas motivasi melakukan personal

higienemencuci tangan didapatkan nilai r hitung minimal 0,538 dan maksimal

0,883 atau lebih dari r tabel (0,444), sehingga disimpulkan semua pertanyaan

valid untuk motivasi personal hygiene mencuci tangan (Arikunto, 2017).

3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Sebelum melakukan pengumpulkan data, terlebih dahulu peneliti

melakukan uji reliabilitas pada instrument penelitian Reabilitas adalah indeks

yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat di

andalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama.

Nilai uji reliabilitas didapatkan nilai alpha croanbach’s 0,944 (> 0,06)

berarti nilai Motivasi melakukan personal higiene mencuci tangan dengan nilai uji

reliabilitas didapatkan nilai alpha croanbach’s 0,964 (> 0,06) berarti koesioner

yang dipakai reliabel (Windria. 2017).

3.7 Metode Pengumpulan Data

Menurut Hidayat (2018), teknik pengumpilan data adalah cara peneliti

mengumpulkan data yang dilakukan dalam penelitian teknik pengumpulan data


34

dari data primer dan data sekunder, yaitu :

3.7.1 Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau data objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2018). Dalam

penelitian ini data primer didapatkan dari koesioner tentang personal hygiene

mencuci tangan.

Pengumpulan data primer dilakukan menggunakan kuesioner motivasi

untuk melakukan personal hygiene mencuci tangan pada anak usia sekolah yang

dirancang peneliti sesuai indikator secara terstruktur dan telah diuji validitas serta

reliabilitasnya. Kuesioner berupa check list menggunakan skala Likert dan terdiri

dari 10 pertanyaan dengan menggunakan panduan SOP mencuci tangan.

3.7.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek

penelitian (riwidikdo, 2018).

Data sekunder penelitian didapatkan dari Guru Dan Kepala sekolah di Sd

Swasta PAB 34 Patumbak serta buku dan internet sebagai sumber penulisan

Skripsi.

3.8 Prosedur Penelitian dan Kerangka Oprasinal Penelitian

Melakukan survey awal di SD Swasta PAB 34 di


Patumbak

Setelah itu mendatangi sekolah dasar kembali untuk


meminta izin mengadakan penelitian di sekolah tersebut

Mempersiapkan instrument penelitian yang akan


digunakan (Lembar kuesioner dan Informed consent)
35

Pada pertemuan pertama peneliti mengumpulkan seluruh


responden sebanyak 54 orang kelas V yang akan dijadikan
sampel

Responden mengisi Lembar kuesioner (Informed consent)


atau data demografi

Setelah itu peneliti memberikan pendidikan kesehatan


dengan metode storytelling tentang personal hygiene
mencuci tangan kepada responden, dengan menggunakan
power point dan video animasi mencuci tangan. Setelah itu
peneliti akan menjelaskan konsep mencuci tangan dengan
storytelling (mendongeng).

Setelah itu responden mengikuti pre-test setelah pemberian


dengan mengisi koesioner selama 15 menit

Pada pertemuan kedua peneliti kembali memberikan


penjelasan konsep (meriview) kembali tentang personal
hygiene mencuci tangan kepada responden

Setelah itu responden akan mengikuti post-test setelah


diberikan penjelasan konsep (meriview) kembali tentang
personal hygiene mencuci tangan dengan mengisi mengisi
koesioner selama 15 menit

Setelah itu peneliti melakukan implementasi tindakan yang


telah diberikan sebanyak 2 kali pertemuan selama 1 minggu
36

Analisa data dan penyusunan laporan

Bagan 3.8 Prosedur penelitian dan Kerangka Oprasinal Penelitian

Proses pengumpulan data ini dimulai dengan melakukan survey awal di

tempat yang sudah direncanakan/ditargetkan untuk dijadikan tempat penelitian.

Setelah mendapatkan data survey awal dari responden dan orang tua

responden, peneliti menyiapkan beberapa instrument penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini.

Selanjutnya peneliti meminta persetujuan dengan informed consent terlebih

dahulu kepada pihak kepala sekolah dan guru-guru disana. Setelah itu peneliti

datang dengan persiapan matang untuk memberikan pendidikan kesehatan dengan

metode storytelling tentang personal hygiene mencuci tangan, lalu peneliti

mengatur ruangan kelas yang akan digunakan untuk pemberian pendidikan

kesehatan.

Pada pertemuan pertama seluruh sampel yang berjumlah 30 responden

dikumpulkan di dalam ruang kelas yang sama dan peniliti langsung memberikan

lembar informed consent (surat persetujuan menjadi reponden).

Setelah itu peniliti akan memberikan pendidikan kesehatan metode

storytelling yang bertemakan personal hygiene mencuci tangan dengan

menggunakan power point dan vidio animasi mencuci tangan selama 15 menit.

Kemudian seluruh responden akan dibagian lembar kuesioner pre-test, lalu

peneliti akan memberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner.

Pada pertemuan kedua peneliti akan mengulang kembali pendidikan


37

kesehatan yang telah diberikan peneliti pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu

peneliti kembali memberikan pendidikan kesehatan dengan metode yang sama di

pertemuan sebelumnya selama 15 menit, lalu peneliti memberikan kuesioner post-

test kepada responden.

Kemudian peneliti akan mengumpulkan data pre-test dan post-test yang telah

dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan selama 1 minggu dengan durasi 15 menit.

Setelah data terkumpul maka peneliti akan melakukan skoring tingkat

motivasi, dengan ketentuan pilihan: SL (selalu) dengan skor 2, dan TP (tidak

pernah) dengan skor 1. skoring kuesioner berdasarkan skor, yaitu: motivasi rendah

(01-21), dan motivasi tinggi (43-63).

3.9 Kode Etik Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian harus memperhatikan beberapa etika

penelitian yang ada. Dalam penelitian ini etika penelitian yang dilakukan yaitu

pertama, setelah mendapat responden peneliti mulai menjelaskan maksud dari

penelitian yang akan dilakukan kepada para responden dan meminta persetujuan

(Informed Consent) di mana peneliti memberikan Informed Consent kepada

orangtua dari para responden oleh karena agak susah menjelaskan kepada anak-

anak tentang pernyataan yang cukup Panjang dan diperlukan tanda tangan.

Selanjutnya dalam menuliskan indentitas, selanjutnya lembar observasi yang

diisi oleh peneliti pada proses pengolahan data nama-nama dari responden diganti

dengan menggunakan inisial dari nama responden tersebut (anonymity).

Selanjutnya dalam penelitian memperhatikan etika beneficence peneliti sudah

mmempertimbangkan bahwa manfaat dari penelitian ini merupakan suatu yang

bisa dijadikan pelajaran hidup yang bisa diaktualisasikan setiap hari oleh para
38

responden. Kemudian yang terakhir yaitu Confidentiality, merupakan masalah

etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. peneliti juga memberikan kesempatan yang sama

untuk belajar tentangpersonal hygiene mencuci tangan kepada asemua responden

yang memnuhi syarat dalam penelitian yang diberikan pre-test dan post-test tanpa

terkecuali.

3.10 Analisis Data

3.10.1 Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskrisipsikan

karakteristik setiap varialel penelitian yang meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi

dari setiap variabel.

Dalam penelitian ini analisa univariat berfungsi untuk melihat karakteristik

responden yaitu umur dan jenis kelamin responden.

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan atau mengetahui apakah ada

pengaruh yang signifikan antara variabel independen (pendidikan kesehatan

menggunakan metode storytelling) dengan variabel dependen (personal hygiene

mencuci tangan).

Dalam penelitian ini uji statistik yang akan digunakan adalah uji McNemar

yang digunakan untuk menguji sebelum dan sesudah perlakuan (pre-test dan post-

test), dan digunalan untuk menguji kefektifan suatu perlakuan tertentu terhadap

suatu kondisi sampel. Yang dalam hal ini penulis ingin menguji kefektifan dari
39

pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode storytelling

terhadap motivasi personal hygiene mencuci tangan pada anak.


40

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SD Swasta PAB 34 Patumbak merupakan sekolah dasar yang berada di Jl.

Pertahanan Patumbak II, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang,

Sumatera Utara 20361.

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Medan Amplas

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Marindal 2 dan Kecamatan Tanjung Morawa

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Marindal 1

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sigara-gara

4.2 Visi SD Swasta PAB 34 Patumbak

Membina Akhlaq, meraih Prestasi, berwawasan Global yang dilandasi

nilai – nilai budaya luhur sesuai dengan ajaran agama “.

4.3 Misi SD Swasta PAB 34 Patumbak

1. Menetapkan Keyakinan / Aqidah melalui pengalaman ajaran agama.

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan

3. Mengembangkan Pengetahuan dibidang Iptek, Bahasa, Olahraga, dan Seni

budaya sesuai dengan bakat, minat, dan potensi siswa.

4. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan.

4.4 Hail Penelitian

Dari hasil penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling

Terhadap Motivasi Untuk Melakukan Personal HygieneMencuci Tangan Pada

Anak di SD Swasta PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang tahun 2022 diperoleh responden sebanyak 30

Responden, hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini
41

4.2.1 Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

distribusi frekuensi masing – masing variabel independen yaitu umur, jenis

kelamin, preMotivasi Untuk Melakukan Personal Hygiene, post Motivasi Untuk

Melakukan Personal Hygiene.

4.2.2 Demogratif Responden

4.2.3 Frequensi Data Responden

Tabel 4.2.3.1
Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak di SD Swasta PAB 34
Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak Kabupaten
Deli Serdang tahun 2022
UMUR Frequency Percent

10 TAHUN 24 80.0
11 TAHUN 6 20.0
Total 30 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2.3.1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

sebagian besar responden berumur 10 tahun sebanyak 24 responden (80.0%)

sedangkan yang berumur 11 tahun sebanyak 6 responden (20.0%). Dapat di

simpulkan bahwa mayoritas berumur 10 tahun lebih tinggi motivasi personal

hygiene sebanyak 26 responden (80.0%).

Tabel 4.2.3.2
Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di SD Swasta PAB
34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak Kabupaten
Deli Serdang tahun 2022
JENIS_KELAMIN Frequency Percent

LAKI-LAKI 21 70.0
PEREMPUAN 9 30.0
Total 30 100.0
42

Berdasarkan Tabel 4.2.3.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

sebagian besar responden bejenis kelamin laki- laki sebanyak 21 responden

(70.0%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 responden

(30.0%). Dapat di simpulkan bahwa mayoritas berjenis kelamin laki-lakilebih

tinggi motivasi personal hygiene sebanyak 21 responden (70.0%).

Tabel 4.2.3.3
Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Untuk Melakukan Personal
Hygienesebelum PendidikanKesehatan Metode Storytelling

PRE Frequency Percent

TINGGI 3 10.0
RENDAH 27 90.0
Total 30 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2.3.3 dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

sebagian besar responden yang motivasi untuk melakukan personal hygiene

sebelum diberikan pendidikan yang motivasi tinggi sebanyak 3 responden

(10.0%) sedangkan motivasi untuk melakukan personal hygiene sebelum

diberikan pendidikan yang motivasi rendah sebanyak 27 responden (90.0%).

Tabel 4.2.3.4
Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Untuk Melakukan Personal
HygieneSesudahPendidikanKesehatan Metode Storytelling

POST Frequency Percent

TINGGI 29 96.7
RENDAH 1 3.3
Total 30 100.0

Berdasarkan Tabel 4.2.3.4 dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

sebagian besar responden yang motivasi untuk melakukan personal hygiene

sesudah diberikan pendidikan yang motivasi tinggi sebanyak 29 responden


43

(96.7%) sedangkan motivasi untuk melakukan personal hygiene sesudah

diberikan pendidikan kesehatan yang motivasi rendah sebanyak 1 responden

(3.3%).dapat di simpukan ada perbedaan sebelum dan sesudah di lakukan

pedidikan kesehatan metode storytelling.

i. Hasil Uji Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling Terhadap Motivasi Untuk Melakukan

Personal HygieneMencuci Tangan Pada Anak di SD Swasta PAB 34 Kelurahan

PatumbakII Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tahun 2022 diperoleh

sebagai berikut:

Tabel 4.1
Uji Wilxocon Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling Terhadap
Motivasi Untuk Melakukan Personal HygieneMencuci Tangan Pada Anak di
SD Swasta PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang tahun 2022

Personal hygiene N Mean Z P


Pre 30 14.50 -4.914 0,00
Post 30 0
Berdasarkan uji Wilxocon signed rank diperoleh nilai Z -4.914 dengan

nilai signifikansi p value 0,00 atau lebih kecil dari = 0,005 sebagai taraf yang telah

ditetapkan dan terjadi peningkatan rata-rata motivasi untukPersonal hygiene pada

sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan metode storytellingsebesar

14.50 Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya hasil

penelitian ini terdapat adanya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode

Storytelling Terhadap Motivasi Untuk Melakukan Personal HygieneMencuci

Tangan Pada Anak di SD Swasta PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022.


44

Hasil penelitian menunjukan menunjukkan kepatuhan cuci tangan pakai

sabun pada anak usia 6-7 tahun sebelum diberikan storytelling dalam pendidikan

personal hygiene tidak ada siswa yang patuh dalam melakukan cuci tangan.

Menurut Kushartanti (2017) yang mengatakan kepatuhan cuci tangan pakai sabun

pada anak usia 6-7 tahun dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki meliputi

penggunaan air mengalir, penggunaan sabun serta langkahlangkah mencuci

tangan. Anak kurang mampu menerapkan langkah-langkah mencuci tangan dapat

disebabkan karena pengetahuan. Hal ini dapat disebabkan karena anak belum

terpapar informasi tentang cara mencuci tangan baik dari orang tua, guru serta

belum tersediasnya media informasi seperti poster ataupun gambar-gambar yang

mengajarkan cara mencuci tangan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Muninjaya (2017) dimana sumber

informasi seperti media cetak informasi dari teman, guru, keluarga, maupun

tenaga kesehatan dapat mempengaruhi tindakan mencuci tangan pada anak.

Menurut Saputra (2018) kepatuhan anak mencuci tangan dipengaruhi oleh

kurangnya stimulus dari luar antara lain orang tua dan guru.

Hal ini sesuai hasil penelitian yang menunjukkan orang tua sebagian besar

jarang menganjurkan cuci tangan.Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka

diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah

mau dan mampu melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru

dari orang tuanya. Guru merupakan individu yang sering dijumpai anak dalam

lingkungan sekolah. Tugas guru sebagai pengajar dan pendidik yang salah satu

diantaranya adalah mengajarkan praktek cuci tangan pakai sabun pada anak

sekolah.
45

Pendapat Saputra (2018) sejalan dengan pendapat Afrida (2018) yang

mengatakan kebiasaan cuci tangan pada umumnya sudah diperkenalkan kepada

anak-anak sejak kecil, tidak hanya oleh orang tua di rumah bahkan menjadi salah

satu kegiatan rutin yang diajarkan para guru di Taman KanakKanak sampai

dengan Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Ilmi (2017) tentang pengaruh pendidikan

kesehatan dengan metode bernyanyi terhadap kepatuhan mencuci tangan anak pra

sekolah di TK RA Perwanida Krangkongan Tegalwangi Umbulsari Jember.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan mencuci tangan anak pra sekolah

sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode bernyanyi sebagian besar

dalam kategori kurang patuh sebanyak 80%. Penelitian Vianny (2017) tentang

pengaruh storytelling dalam pendidikan personal hygiene terhadap cuci tangan

yang baik dan benar pada anak usia prasekolah di TK Tunas IGTKI-PGRI

Pontianak.

Hasil penelitian didapatkan perilaku mencuci tangan sebelum diberikan

storytelling dalam pendidikan personal hygiene sebagian besar dalam kategori

nilai kurang sebanyak 65,5%. Kepatuhan cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada

anak usia 6-7 tahun di Sekolah Dasar Negeri 13 Sesetan termasuk kategori kurang

patuh . Hal ini terjadi karena sesuai dengan keterangan dari kepala sekolah bahwa

selama ini sudah memberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan pada

anak dengan metode demonstrasi akan tetapi belum dilakukan secara teratur serta

saat pendidikan kesehatan dilakukan anak mudah bosan serta tertarik untuk

mengikuti. Menurut peneliti cuci tangan yang dilatih melalui praktik akan menjadi

kebiasaan apa bila dilakukan secara berulang-ulang. Saat dilakukan observasi


46

menunjukkan semua anak tidak melakukan tindakan menggosok dan memutar

ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.Mayoritas

responden tidak melakukan tindakan menggosok kedua telapak tangan dan sela-

sela jari tangan, tindakan jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan

menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan dilakukan

sebaliknya.
47

BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Karateristik Responden

Berdasarkan Tabel 4.2.3.1 dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

sebagian besar responden berumur 10 tahun sebanyak 24 responden (80.0%)

sedangkan yang berumur 11 tahun sebanyak 6 responden (20.0%). Dapat di

simpulkan bahwa mayoritas berumur 10 tahun lebih tinggi motivasi personal

hygiene sebanyak 26 responden (80.0%).

Dari penelitian sebelumna Karakteristik berdasarkan umur menunjukkan

sebagian besar berumur 7 tahun yaitu sebanyak 20 orang (62,5%). Berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan sebagian besar perempuan yaitu sebanyak 21 orang

(65,6%). Berdasarkan kelas menunjukkan sebagian besar kelas 1 yaitu sebanyak

17 orang (53,1%). Hasil karakteristik responden berdasarkan sering cuci tangan

menunjukkan sebagian besar ya yaitu sebanyak 17 orang (53,1%). Berdasarkan

waktu cuci tangan menunjukkan sebagian besar setelah makan yaitu sebanyak 17

orang (53,1%). Berdasarkan orang tua menganjurkan cuci tangan menunjukkan

sebagian besar jarang yaitu sebanyak 20 orang (62,5%).

Berdasarkan Tabel 4.2.3.2 dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

sebagian besar responden bejenis kelamin laki- laki sebanyak 21 responden

(70.0%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 responden

(30.0%). Dapat di simpulkan bahwa mayoritas berjenis kelamin laki-lakilebih

tinggi motivasi personal hygiene sebanyak 21 responden (70.0%).

Pada penelitian sebelumnya di dapatkan hasil bahwa karakteristik

responden menurut jenis kelamin dan usia, responden dengan jenis kelamin laki-
48

laki berjumlah 10 orang sedangkan untuk yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 9 orang. Jadi total anak yang menjadi responden dalam penelitian ini

berjumlah 19 orang.

Berdasarkan Tabel 4.2.3.3 dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

sebagian besar responden yang motivasi untuk melakukan personal hygiene

sebelum diberikan pendidikan yang motivasi tinggi sebanyak 3 responden

(10.0%) sedangkan motivasi untuk melakukan personal hygiene sebelum

diberikan pendidikan yang motivasi rendah sebanyak 27 responden (90.0%).

Berdasarkan Tabel 4.2.3.4 dapat diketahui bahwa dari 30 responden,

sebagian besar responden yang motivasi untuk melakukan personal hygiene

sesudah diberikan pendidikan yang motivasi tinggi sebanyak 29 responden

(96.7%) sedangkan motivasi untuk melakukan personal hygiene sesudah

diberikan pendidikan kesehatan yang motivasi rendah sebanyak 1 responden

(3.3%).dapat di simpukan ada perbedaan sebelum dan sesudah di lakukan

pedidikan kesehatan metode storytelling.

Pada penelitian sebelumnya dapat dilihat dimana kemampuan anak cuci

tangan pakai sabun sebelum dan sesudah intervensi didapatkan bahwa nilai

median sebelum intervensi adalah 3 sedangkan nilai median setelah intervensi

adalah 8.Untuk nilai minimum dan maksimum sebelum intervensi adalah 2 dan 4

sedangkan untuk nilai minimum dan maksimum setelah intervensi adalah 6 dan 9.

Untuk persentasi skor kemampuan anak

5.2 Analisa Bivariat

5.2.1 TEST Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling Terhadap Motivasi


Untuk Melakukan Personal HygieneMencuci Tangan Pada Anak di
49

SD Swasta PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak


Kabupaten Deli Serdang Tahun2022.

Berdasarkan uji Wilxocon signed rank diperoleh nilai Z -4.914 dengan

nilai signifikansi p value 0,00 atau lebih kecil dari = 0,005 sebagai taraf yang telah

ditetapkan dan terjadi peningkatan rata-rata motivasi untukPersonal hygiene pada

sebelum dan sesudah di berikan pendidikan kesehatan metode storytellingsebesar

14.50 Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya hasil

penelitian ini terdapat adanya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode

Storytelling Terhadap Motivasi Untuk Melakukan Personal HygieneMencuci

Tangan Pada Anak di SD Swasta PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan

Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2022.

Hasil penelitian menunjukan menunjukkan kepatuhan cuci tangan pakai

sabun pada anak usia 6-7 tahun sebelum diberikan storytelling dalam pendidikan

personal hygiene tidak ada siswa yang patuh dalam melakukan cuci tangan.

Menurut Kushartanti (2017) yang mengatakan kepatuhan cuci tangan pakai sabun

pada anak usia 6-7 tahun dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki meliputi

penggunaan air mengalir, penggunaan sabun serta langkahlangkah mencuci

tangan. Anak kurang mampu menerapkan langkah-langkah mencuci tangan dapat

disebabkan karena pengetahuan. Hal ini dapat disebabkan karena anak belum

terpapar informasi tentang cara mencuci tangan baik dari orang tua, guru serta

belum tersediasnya media informasi seperti poster ataupun gambar-gambar yang

mengajarkan cara mencuci tangan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Muninjaya (2017) dimana sumber

informasi seperti media cetak informasi dari teman, guru, keluarga, maupun
50

tenaga kesehatan dapat mempengaruhi tindakan mencuci tangan pada anak.

Menurut Saputra (2017) kepatuhan anak mencuci tangan dipengaruhi oleh

kurangnya stimulus dari luar antara lain orang tua dan guru.

Hal ini sesuai hasil penelitian yang menunjukkan orang tua sebagian besar

jarang menganjurkan cuci tangan.Orang tua adalah tokoh panutan anak, maka

diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang bebas bersekolahpun sudah

mau dan mampu melakukan cuci tangan dengan benar melalui model yang ditiru

dari orang tuanya. Guru merupakan individu yang sering dijumpai anak dalam

lingkungan sekolah. Tugas guru sebagai pengajar dan pendidik yang salah satu

diantaranya adalah mengajarkan praktek cuci tangan pakai sabun pada anak

sekolah.

Pendapat Saputra (2018) sejalan dengan pendapat Afrida (2017) yang

mengatakan kebiasaan cuci tangan pada umumnya sudah diperkenalkan kepada

anak-anak sejak kecil, tidak hanya oleh orang tua di rumah bahkan menjadi salah

satu kegiatan rutin yang diajarkan para guru di Taman KanakKanak sampai

dengan Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Ilmi (2017) tentang pengaruh pendidikan

kesehatan dengan metode bernyanyi terhadap kepatuhan mencuci tangan anak pra

sekolah di TK RA Perwanida Krangkongan Tegalwangi Umbulsari Jember.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan mencuci tangan anak pra sekolah

sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan metode bernyanyi sebagian besar

dalam kategori kurang patuh sebanyak 80%. Penelitian Vianny (2017) tentang

pengaruh storytelling dalam pendidikan personal hygiene terhadap cuci tangan

yang baik dan benar pada anak usia prasekolah di TK Tunas IGTKI-PGRI
51

Pontianak.

Hasil penelitian didapatkan perilaku mencuci tangan sebelum diberikan

storytelling dalam pendidikan personal hygiene sebagian besar dalam kategori

nilai kurang sebanyak 65,5%. Kepatuhan cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada

anak usia 6-7 tahun di Sekolah Dasar Negeri 13 Sesetan termasuk kategori kurang

patuh . Hal ini terjadi karena sesuai dengan keterangan dari kepala sekolah bahwa

selama ini sudah memberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan pada

anak dengan metode demonstrasi akan tetapi belum dilakukan secara teratur serta

saat pendidikan kesehatan dilakukan anak mudah bosan serta tertarik untuk

mengikuti. Menurut peneliti cuci tangan yang dilatih melalui praktik akan menjadi

kebiasaan apa bila dilakukan secara berulang-ulang. Saat dilakukan observasi

menunjukkan semua anak tidak melakukan tindakan menggosok dan memutar

ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.Mayoritas

responden tidak melakukan tindakan menggosok kedua telapak tangan dan sela-

sela jari tangan, tindakan jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan

menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan dilakukan

sebaliknya
52

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Rata-rata motivasi personal hygiene sebelum di berikan pendidikan

kesehatan dengan menggunakan metode storytelling adalah 14.50 dengan

rata-rata motivasi personal hygiene sesudah di berikan pendidikan

kesehatan dengan menggunakan metode storytelling adalah 0,0 adanya

perubahan dari sebelum dan sesudah diberiakn latihan keseimbangan

tubuh Terhadap Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling Terhadap

Motivasi Untuk Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak

di SD Swasta PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022.

2. Adanya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Storytelling Terhadap

Motivasi Untuk Melakukan Personal HygieneMencuci Tangan Pada Anak

di SD Swasta PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang Tahun2022di mana p value 0,000< 0,05 maka

tolak H0dan terima Ha.

6.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan hasil penelitian yang telah di lakukan di SD Swasta

PAB 34 Kelurahan PatumbakII Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

Tahun2022maka peneliti menyarankan kepada beberapa pihak yang terkait sebagai

berikut:

1. Manfaat bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian serta

memperluas wawasan pengetahuan teori dan praktik


53

keperawatankhususnya mengenai pendidikan kesehatan menggunakan

metode storytelling (bercerita) untuk meningkatkan pengetahuan Personal

Hygiene mencuci tangan pada anak.

2. Manfaat bagi siswa

Menambah wawasan mereka mengenai pendidikan kesehatan dengan

menggunakan metode storytelling (bercerita) untuk meningkatkan perilaku

personal hygiene mencuci tangan pada anak khususnya pada anak sekolah.

3. Manfaat bagi orang tua siswa

Menjadi masukan bagi orang tua siswa, dalam mengoptimalisasikan

derajat kesehatan yang dapat disampaikan melalui metode storytelling

(bercerita) terutama kebersihan personal hygiene mencuci tangan yang

baik dan benar pada anak di sekolah.

4. Manfaat bagi pihak sekolah

Menjadi masukan dan landasan bagi pihak sekolah dalam mempromosikan

pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kebersihan personal hygiene dalam

hal ini mencuci tangan dengan baik dan benar pada anak disekolah
54

DAFTAR PUSTAKA

Abiyoga dkk.(2017).Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode


Storytelling (Bercerita) Dalam PersonaL Hygiene Terhadap Hygienitas
Kuku Pada Anak Usia Sekolah.Jurnal Darul Azhar,4(1),71 – 80

Ali Rahardi, dkk.(2017).Hubungan Personal Hygiene Dengan Angka Kejadian


Diare Di kecamatan Medan Helvetia, Medan, Sumatra Utara.Dinamika
Lingkungan Indonesia,ISSN 2356-2226

Asfandiar.(2017). Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan Pada Masyarakat Di


Tanah Kakukedinding.JurnalHealth Care,4(1),70-78

Daud, N. Windria.(2017).Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Perilaku Hygienitas


Pada anak Usia Sekolah.Jurnal Ilmiah Keperawatan,3(3),34-36

Damanik, R. Kawati & Linda.(2018).Pengaruh Storytelling Terhadap Personal


Hygiene Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Tk. Baburrahman Kecamatan
Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara Tahun 2018.Jurnal Kesehatan
Masyarakat dan Lingkungan Hidup,ISSN: 2528-4002

Gordon&Browne.(2018).PerillakuCuciTanganSebelumMakandanKecacinganpa
daMurid SD di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat.Jurnal
Promkes,ISSN : 3429-4429
Hockenberry & Wilson.(2017).Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan
Metode Storytelling Terhadap Kepatuhan menjaga kesehatan diri Pada
Anak Usia Sekola.Jurnal Care,5(3),22-24
Listuayu, Juniari Luh Pt. dkk.(2018).Pengaruh Storytelling Terhadap Motivasi
Untuk Melakukan Personal Hygiene Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk.
Mandala Kumara Denpasar.Storytelling-Personal Hygiene,ISSN 1026-
2226

Maharani,Riri& Andriyani,Weni.(2018).Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Dan Pengetahuan Personal Hygiene Pada Santriwati Di Mts
Pondok Pesantren El Hikmah Kota Pekanbaru.Jurnal Kesmas,ISSN : 2599-
3399

Mukminatun.(2017).Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran.Jurnal


keperawatan.ISSN :1199-2499

Notoadmojo, Soekidjo.(2017).Promosi Kesehatan Penyuluhan Dan


Pemberdayaan Masyarakat di Pondok Pesantren Wilayah Kabupaten
Brebes dengan prilaku Kebersihan DiriSantri. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia,11(2).117-120
55

Silalahi,Verarica&Putri,R.(2017).Personal Hygiene Pada Anak Sd Negeri


Merjosari 3.Jurnal Akses Pengabdian Indonesia,2(2), 5 4 - 6 8

Siswanto dkk.(2017). Keterkaitan Karakteristik Keluarga Dengan Personal


Hygiene Anak Sekolah Dasar.Jurnal Care,5(3),26-30
Stanhope & Lancaster.(2017). Tingkat Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar
Sebelum Dan Sesudah Penerapan Pendidikan kesehatan Dengan
Menggunakan Metode Mendongeng.Jurnal Promkes,4(1), 70-78

Triasmari, Utami &Kusuma.(2019).Determinan Personal Hygiene Pada Anak


Usia 9–12 Tahun.Faletehan Health Journal,6(1),37-44

Widyawati, L. Eri dkk.(2019).Peningkatan Perilaku Personal Hygiene Genital


Dengan Metode Storytelling.Artikel Penelitian,1(1),23-32

Wardiah, desi & Dessy.(2018).Peran Storytelling Dalam Meningkatkan


Kemampuan Dan Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Dasar.Wahana
Didaktika,15(2),42-56
56

LAMPIRAN 1

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADADELI TUA


Terakreditasi BAN-PT No : 143/SK/BAN-PT/Ak-PPJ/PT/IV/2020, Peringkat “B”
Nomor : 165/DKN.FKEP.IKDH-DT/KM/2022
perlu.Status Gizi dengan FAKULTAS KEPERAWATAN
Program Studi :
1)Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana, Akreditasi LAM-PTKes “Baik sekali ”
2)Program Studi Pendidikan Profesi Ners Program Profesi, Akreditasi LAM-PTKes “Baik sekali ”
3)Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga, Akreditasi LAM-PTKes “B”
Jl. Besar No. 77 Deli Tua Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara 20355
Telp. (061) 7030082 – 7030083 Faximilie : (061) 7030083
Email :keperawatandelihusada@gmail.com, Website : www.delihusada.ac.id

Deli Tua, 25 Februari 2022


Nomor : 296/DKN.FKEP.IKDH-DT/KM/III/2022
Lamp :-
Hal : Permohonan Izin Survey Awal

Yth. Kepada Kepala Sekolah SD Swasta PAB 34 Patumbak

Dengan hormat,

1. Bersama ini datang menghadap Bapak / Ibu, Mahasiswa Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua Program
Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Yang bersangkutan a.n Yumna Aqilah, NPM.18.11.176 akan
mengadakan peninjauan / riset / on the job training di SD Swasta PAB 34 Patumbak dalam rangka
memenuhi kewajiban / tugas – tugas dalam melakukan / menyelesaikan studi pada Institut Kesehatan Deli
Husada Deli Tua.

2. Sehubungan dengan ini kami sangat mengharapkan bantuan Bapak / Ibu agar dapat memberikan
keterangan – keterangan, brosur – brosur, buku – buku, dan penjelasan – penjelasan lainnya yang akan
digunakan dalam rangka menyusun skripsi dengan judul: ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap
Motivasi Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak Sekolah Di SD Swasta PAB 34
Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022”

3. Segala bahan dan keterangan yang diperoleh akan digunakan semata – mata demi perkembangan ilmu
pengetahuan dan tidak akan diumumkan atau diberitahukan pada pihak lain. Selanjutnya setelah
Mahasiswa yang bersangkutan menyelesaikan peninjauan / riset / on the job training di tempat ini, kami
akan menyerahkan kepada Bapak / Ibu 1 (satu) eksemplar laporan / skripsi yang dibuat Mahasiswa kami.
Apabila hasil penelitian ini akan diterbitkan, maka kami terlebih dahulu meminta persetujuan Bapak / Ibu.

4. Demikian surat permohonan ini kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasama yang baik dari Bapak / Ibu
kami ucapkan terima kasih.

D e k an

Ns. Megawati Sinambela, S.Kep, M.Kes


NPP 19621116 199304 2 001

Tembusan:
1. Dosen Pembimbing
57

LAMPIRAN 2
58

LAMPIRAN 3

perlu.Status Gizi denganINSTITUT KESEHATAN DELI HUSADADELI TUA


Terakreditasi BAN-PT No : 143/SK/BAN-PT/Ak-PPJ/PT/IV/2020, Peringkat “B”

FAKULTAS KEPERAWATAN
Program Studi :
4)Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana, Akreditasi LAM-PTKes “Baik sekali ”
5)Program Studi Pendidikan Profesi Ners Program Profesi, Akreditasi LAM-PTKes “Baik sekali ”
6)Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga, Akreditasi LAM-PTKes “B”
Jl. Besar No. 77 Deli Tua Kab. Deli Serdang – Sumatera Utara 20355
Telp. (061) 7030082 – 7030083 Faximilie : (061) 7030083
Email :keperawatandelihusada@gmail.com, Website : www.delihusada.ac.id

Deli Tua, 12 April 2022


Nomor : 296/DKN.FKEP.IKDH-DT/KM/III/2022
Lamp :-
Hal : Permohonan Izin Survey Awal

Yth. Kepada Kepala Sekolah SD Swasta PAB 34 Patumbak

Dengan hormat,

5. Bersama ini datang menghadap Bapak / Ibu, Mahasiswa Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua Program
Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Yang bersangkutan a.n Yumna Aqilah, NPM.18.11.176 akan
mengadakan peninjauan / riset / on the job training di SD Swasta PAB 34 Patumbak dalam rangka
memenuhi kewajiban / tugas – tugas dalam melakukan / menyelesaikan studi pada Institut Kesehatan Deli
Husada Deli Tua.

6. Sehubungan dengan ini kami sangat mengharapkan bantuan Bapak / Ibu agar dapat memberikan keterangan
– keterangan, brosur – brosur, buku – buku, dan penjelasan – penjelasan lainnya yang akan digunakan dalam
rangka menyusun skripsi dengan judul: ”Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi Melakukan
Personal Hygiene Mencuci Tangan Pada Anak Sekolah Di SD Swasta PAB 34 Kelurahan Patumbak II
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022”

7. Segala bahan dan keterangan yang diperoleh akan digunakan semata – mata demi perkembangan ilmu
pengetahuan dan tidak akan diumumkan atau diberitahukan pada pihak lain. Selanjutnya setelah Mahasiswa
yang bersangkutan menyelesaikan peninjauan / riset / on the job training di tempat ini, kami akan
menyerahkan kepada Bapak / Ibu 1 (satu) eksemplar laporan / skripsi yang dibuat Mahasiswa kami. Apabila
hasil penelitian ini akan diterbitkan, maka kami terlebih dahulu meminta persetujuan Bapak / Ibu.

8. Demikian surat permohonan ini kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasama yang baik dari Bapak / Ibu
kami ucapkan terima kasih.

D e k an

Ns. Megawati Sinambela, S.Kep, M.Kes


NPP 19621116 199304 2 001

Tembusan:
2. Dosen Pembimbing
59

LAMPIRAN 4
63
60

LAMPIRAN 5 INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENGARUH


METODE STORYTELLINGTERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN
PERSONAL HYGIENE CUCI TANGAN PADA ANAK SEKOLAH DI SD
SWASTA PAB 34 KELURAHAN PATUMBAK II KECAMATAN
PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2022

Yang bertandatangan di bawahini :

Nama (inisial) :

Usia :

Menyatakan bahwa secara sukarela bersedia untuk menjadi

responden dalam penelitian dan memberikan data serta pendapat dari

pertanyaan-pernyataan yang ada pada lembar kuesioner, sesuai dengan

keperluan penelitian dari mahasiswa Fakultas Keperawatan Institut

Kesehatan Deli Husada Deli Tua atasnamaYumna Aqilah.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk menjadi responden dalam

penelitian secara sukarela.

Medan, 18 April 2022

Responden

( )
63
62

LAMPiRAN 6 KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH METODE STORYTELLING TERHADAP MOTIVASI
UNTUK MELAKUKAN PERSONAL HYGIENE MENCUCI TANGAN
PADA ANAK SEKOLAH DI SD SWASTA PAB 34 KELURAHAN
PATUMBAK II KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI
SERDANG TAHUN 2022

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini denganbenar.

2. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda ceklis (√)


pada jawaban yang dianggapbenar dan tanda (X) pada
jawaban yang dianggapsalah.

3. Jawaban akan dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan


untuk penelitian

• Data Umum

1. Nama Anak :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :

• Lembar Kuesioner Personal Hygiene Mencuci Tangan


PadaSiswa

No Pertanyaan Pernyataan

Melakukan Tidak
Melakukan
1 Mencucitangandenganmenggunakanairmengalir dan
sabun
2 Melepaskan semua aksesoris dan menyingsing baju
hinnga lengan
3 Membasahi tangan dan memberi sabun
4 Menggosok kedua telapak tangan secara
lembutdengan arah memutar
63

5 Mengusap dan gosok juga kedua punggung


tangansecara bergantian
6 Menggosok sela-sela jari tangan hingga bersih
7 Membersihkanujung jarisecarabergantiandengan
posisi saling mengunci
8 Menggosok dan putar kedua ibu jari
secaraBergantian
9 Letakkan ujung jari ke telapak tangan
kemudiangosok perlahan
10 Mengeringkan dengan sapu tangan bersih
dan/atauTisu
64
65

LAMPIRAN 7 SOP STORYTELLING DAN MENCUCI TANGAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

STORYTELLING

Definisi Storytelling merupakan usaha yang dilakukan oleh pendongeng

dalam menyampaikan isi perasaan, buah pikiran atau sebuah cerita

kepada anak-anak secara lisan

Tujuan Teknik Storytelling memiliki manfaat salah satunya untuk

Mengembangkan kemampuan bicara anak, Mengembangkan fantasi,

empati dan berbagai jenis perasaan lain, Menumbuhkan minat baca

dan melakukan sesuatu.

Tahap 1. Mengkonfirmasi identitas klien.

Preinteraksi 2. Menentukan kebutuhan untuk melakukan Storytelling

Hal Yang 1. Penampilan harus ramah

Harus 2. Tempat yang nyaman

Disiapkan 3. Waktu yang cukup (15 menit)

4. Siapkan bahan cerita atau dongeng yang menarik

Tahap 1. Memulai komunikasi dengan memperkenalkan diri dengan klien

Interaksi dan melakukan klarifikasi terhadap kebutuhan dan masalah yang

bersifat segera.

2. Mengklarifikasi pengetahuan klien dan memberikan edukasi

sesuai kebutuhan.

3. Menjelaskan tindakan di setiap tahapan prosedur.

4. Mendapatkan persetujuan dari klien

5. Menginformasikan pada klien bahwa storytelling dapat


65

menimgkatkan minat pada anak

Tahap Kerja 1. Berikan bahan cerita atau dongeng yang menarik

2. Jalin keakraban dengan klien

3. Ceritakan pengalaman imajinasi kepada klien

4. Bercerita hal yang simple ke hal yang komplek sesuai alur cerita

yang disiapkan

5. Lakukan Storytelling selama 15 menit, tidak lebih dan juga tidak

kurang.

Tahap 1. Evaluasi perasaan klien

Terminasi 2. Simpulkan hasil kegiatan

3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

Dokumentasi Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
MENCUCI TANGAN

Definisi Tindakan Antisepsis dengan cara membunuh atau menghambat


pertumbuhan mikroorganisme pada
kulit/tangansaatmelakukantindakan/pemeriksaan
Tujuan • Perlindungan bagi diri semdiri
• Pencegahan Inpeksi dalam penyebaran/penularan Penyakit
PersiapanAlat 1. Sabun
danBahan 2. Air Mengalir
3. Handuk Kecil
Prosedur • LangkahCucitangan :
• Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan.
• Singsingkanbajuhinggadiatassiku
• Tuangkancairanhandrubpadatelapaktangankemudianusapdang
osokkeduatelapaktangansecaralembutdenganarahmemutar.Den
gandurasiwaktu30-45 detik

• Gosok kedua punggungtangan secarabergantian

• Janganlupajari-jaritangan, gosoksela-selajarihinggabersih
• Bersihkanujungjarisecarabergantiandenganmengatupkan(gerak
anmengunci) padakeduatangan

• Gosokdanputarkeduaibujarisecarabergantiankearahkeluartanga
n

• Laluletakkanujungjariketelapaktangankemudiangosokperlahan
• Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.
• Setelah itu kering tangan dengan cara di angin-anginkan atau
keringkan dengan kertas (tissue) atau handuk pribadi yang
bersih dan kering
69

LAMPIRAN 8 BERITA ACARA UJIAN SEMINAR PROPOSAL

BERITA ACARA PERBAIKAN UJIAN SEMINAR HASIL PROPOSAL

Nama Mahasiswa : Yumna Aqilah

Npm : 18.11.176

Judul : Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi

Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan

Pada Anak Sekolah Di SD Swasta PAB 34

Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022

Hari/Tanggal Ujian : Jum’at, 13 Mei 2022

Waktu : 11: 00 WIB s.d Selesai

Metode : Zoom (Daring)

Dosen Penguji I : Ns. Zuliawati, M.Kep

N Item Perbaikan Halaman Halaman

o Pertanyaan Sebelum Sesudah

Perbaikan Perbaikan

1. Perbaikan sesuai dengan arahan

dan saran dari dosen penguji

Deli Tua, 06 Mei 2022

Penguji I

Ns. Zuliawati, M.Kep


19880426.201411.2.001
70

BERITA ACARA PERBAIKAN UJIAN SEMINAR HASIL PROPOSAL

Nama Mahasiswa : Yumna Aqilah

Npm : 18.11.176

Judul : Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi

Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan

Pada Anak Sekolah Di SD Swasta PAB 34

Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022

Hari/Tanggal Ujian : Jum’at, 13 Mei 2022

Waktu : 11: 00 WIB s.d Selesai

Metode : Zoom (Daring)

Dosen Penguji II : Ns. Meta Rosalina, M.Kep

N Item Perbaikan Halaman Halaman

o Pertanyaan Sebelum Sesudah

Perbaikan Perbaikan

1. Di bagian Sampel masih salah 31 31

dan harus diganti

2. Pada bagian Teknik Sampling 32 32

di ubah menjadi Teknik Simple

Random Sampling

3. Definisi Operasional harus 33 33

menggunakan tabel terbuka


71

4. Penambahan Ho pada Hipotesa 29 29


Penelitian

Deli Tua, 06 Mei 2022

Penguji II

Ns. Meta Rosalina, M.Kep


19880426.201411.2.001
72

BERITA ACARA PERBAIKAN UJIAN SEMINAR HASIL PROPOSAL

Nama Mahasiswa : Yumna Aqilah

Npm : 18.11.176

Judul : Pengaruh Metode Storytelling Terhadap Motivasi

Melakukan Personal Hygiene Mencuci Tangan

Pada Anak Sekolah Di SD Swasta PAB 34

Kelurahan Patumbak II Kecamatan Patumbak

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2022

Hari/Tanggal Ujian : Jum’at, 13 Mei 2022

Waktu : 11:00 WIB s.d Selesai

Metode : Zoom (Daring)

Dosen Penguji III : Ns. Hariati, M.Kep

N Item Perbaikan Halaman Halaman

o Pertanyaan Sebelum Sesudah

Perbaikan Perbaikan

1. Pada bagian Sampel diganti 32 32

menjadi menggunakan rumus

Slovin untuk mempekecil

Sampel

2. Pada bagian Definisi 33 33

Operasional di Variabel

Dependen skala ukur diganti

menjadi Interval
73

3. Menambahkan SOP - -

Storytelling di lampiran skripsi

4. Pada bagian Analisa Bivariat 41 41


masih salah dan harus diganti
menjadi uji McNemar

Deli Tua, 06 Mei 2022

Penguji III

Ns. Hariati, M.Kep


19921030.202010.2.001
74

LAMPIRAN 9 ANIMASI MEDIA STORYTELLING


75
76

LAMPIRAN 10 LEMBAR KONSUL SKRIPSI


77
78
79

LAMPIRAN 11 MASTER DATA PENELITIAN

Master Data Penelitian

JENIS
UMUR KODE KODE PRE KODE POST KODE
KELAMIN
11 TAHUN 2 LAKI-LAKI 1 TINGGI 1 TINGGI 1
11 TAHUN 2 LAKI-LAKI 1 TINGGI 1 RENDAH 2
11 TAHUN 2 LAKI-LAKI 1 TINGGI 1 TINGGI 1
11 TAHUN 2 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
11 TAHUN 2 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
11 TAHUN 2 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 LAKI-LAKI 1 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
10 TAHUN 1 PEREMPUAN 2 RENDAH 2 TINGGI 1
80

LAMPIRAN 12 DATA OUTPUT PENELITIAN

Frequencies

Statistics

UMUR JENIS_KELAMI PRE_PERSON POST_PERSO


N AL_HIGIENE NAL_HYGIENE

Valid 30 30 30 30
N
Missing 0 0 0 0
Std. Error of Mean .074 .085 .056 .033
Std. Deviation .407 .466 .305 .183
Variance .166 .217 .093 .033
Range 1 1 1 1
Minimum 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 2

Frequency Table

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

10 TAHUN 24 80.0 80.0 80.0

Valid 11 TAHUN 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

JENIS_KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

LAKI-LAKI 21 70.0 70.0 70.0

Valid PEREMPUAN 9 30.0 30.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

PRE_PERSONAL_HIGIENE

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

TINGGI 3 10.0 10.0 10.0

Valid RENDAH 27 90.0 90.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


81

POST_PERSONAL_HYGIENE

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

TINGGI 29 96.7 96.7 96.7

Valid RENDAH 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 27a 14.50 391.50


POST_PERSONAL_HYGIE
Positive Ranks 1b 000 14.50
NE -
Ties 2c
PRE_PERSONAL_HIGIENE
Total 30

a. POST_PERSONAL_HYGIENE < PRE_PERSONAL_HIGIENE


b. POST_PERSONAL_HYGIENE > PRE_PERSONAL_HIGIENE
c. POST_PERSONAL_HYGIENE = PRE_PERSONAL_HIGIENE

Test Statisticsa

POST_PERSONAL_HYGIENE - PRE_PERSONAL_HIGIENE
Z -4.914b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
82

LAMPIIRAN 13 DOKUMENTASI

➢ Sebelum diberikan pendidikan kesehatan personal hygiene mencuci tangan (pre-test)


83

➢ Sesudah diberikan pendidikan kesehatan personal hygiene mencuci tangan (post-test)


84

Anda mungkin juga menyukai