Anda di halaman 1dari 112

PENGARUH GAME EDUKASI TERHADAP

KETERAMPILAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN


DIARE DIRUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
GRESIA INDAH FITRI
185140045

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2022

i
PENGARUH GAME EDUKASI TERHADAP
KETERAMPILAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN
DIARE DIRUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Diajukan Oleh :
GRESIA INDAH FITRI
185140045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2022

ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


NAMA : Gresia Indah Fitri
NPM : 185140045

Fakultas : Kesehatan

Program Studi : Keperawatan


Institusi : Universitas Mitra Indonesia

Menyatakan bahwa proposal skripsi ini telah ditulis sendiri dengan sungguh-
sungguh dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan benar.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, maka saya
akan sanggup menerima sanksi berupa pembatalan skripsi dan segala
konsekuensinya.

Bandar Lampung, Juni 2022

Materai 10000

NAM : Gresia Indah Fitri


NPM : 185140045

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH GAME EDUKASI TERHADAP


KETERAMPILAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN
DIARE DIRUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Gresia Indah Fitri


185140045

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Proposal Skripsi


Pada tanggal Juni, 2022

Dosen Pembimbing,

Ns. Yuli Lestari, M.Kep


NPP.2222233

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Budi Antoro, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NPP 2222178

iv
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH GAME EDUKASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU


DALAM PENATALAKSANAAN DIARE DIRUMAH DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Gresia Indah Fitri


185140045

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada


tanggal..........................

Tim Penguji
Penguji I Tanda Tangan
Resa Livia, S.Kep., Ns., M.Kes

Ns. Yuli Lestari, M.Kep ____________________

Penguji II Tanda Tangan

____________________

Skripsi ini telah diterima sebagai saah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Tangal …………………..

Mengetahui,
Fakultas Kesehatan
Dekan,

Achmad Djamil, SKM., MM., M. Kes


NPP. 2222022

v
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
Skripsi, Agustus, 2022

Gresia Indah Fitri


185140045

PENGARUH GAME EDUKASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU


DALAM PENATALAKSANAAN DIARE DIRUMAH DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN
2022
xiv+VBAB+77 Halaman+ 5Tabel+2 Gambar+8 Lampiran
ABSTRAK
Berdasarkan data kejadian diare di Kota Bandar Lampung dengan
membandingkan data kejadian tertinggi berada pada Puskesmas Panjang sebanyak 2190
balita, Puskesmas Sukaraja sebanyak 1673, dan Puskesmas Satelit sebanyak 1550
(Dinkes Kota Bandar Lampung, 2020). Data kejadian diare di Puskesmas Panjang tahun
2021 sebanyak 1097 balita (Puskesmas Panjang, 2021). Wilayah Kerja Puskesmas
Panjang terhadap 10 ibu dengan menanyakan terkait keterampilan ibu dalam menangani
anak yang mengalami diare, 7 orang (70%) diantaranya mengatakan jika hanya
memberikan cairan oralit yang dibuat sendiri, dan 3 orang (30%) lainnya memberikan
oralit yang dibeli di apotik dan memberikan lactobe pada anak. Tujuan penelitian ini
diketahui pengaruh game edukasi terhadap keterampilan ibu dalam penatalaksanaan
diare dirumah di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung.
Jenis penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif, desain
penelitian metode Pra Eksperimental dengan pendekatan One group pretest – posttest
design. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni-juli 2022. Sampel dalam penelitian ini
diambil sampel minimal sebanyak 25responden untuk mewakili populasi. Tehnik
sampling pada penelitian ini adalah purposive sampling. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan variabel dependen pada penelitian ini adalah
penaganan kegawatdaruratan diare. Analisa data menggunakan univariat dan bivariat
menggunakan uji t-tes dependen.
Skor rata-rata keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah sebelum
diberi game edukasi dengan mean 67,40 standar deviasi 6,801, dan standar eror 1,242.
Skor rata-rata keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah sesudah diberi
game edukasi dengan mean 90,53 standar deviasi 3,980, dan standar eror 0,727. Hasil
uji statistik didapat ada perbedaan keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare antara
sesudah dan sebelum diberikannya game edukasi di Puskesmas Panjang Kota Bandar
Lampung dengan nilai p-value 0,000 < α0,05. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
diaplikasikan kepada masyarakat yaitu dengan mengajarkan manajemen diare pada
orang tua atau keluarga dengan anak diare dengan memperhatikan waktu dan cara yang
tepat guna meningkatkan kemampuan orang tua untuk mencegah terjadinya diare
berulang.

Kata Kunci : Game Edukasi, Keterampilan, Penatalaksanaan Diare


Dirumah

Kepustakaan : 28 (2011-2022)

vi
NURSING STUDY PROGRAM
HEALTH FACULTY
INDONESIAN PARTNER UNIVERSITY
Thesis, August, 2022

Gresia Indah Fitri


185140045

THE EFFECT OF EDUCATIONAL GAMES ON MOTHER'S SKILLS IN


MANAGING DIARRHEA AT HOME IN THE WORK AREA OF THE
PONG HEALTH CENTER, BANDAR LAMPUNG, IN 2022
xiv+VBAB+77 Pages+ 5Tables+2 Images+8 Attachments
ABSTRACT
Based on data on the incidence of diarrhea in Bandar Lampung City, by
comparing the data on the highest incidence, there were 2190 Puskesmas Panjang, 1673
Puskesmas Sukaraja, and 1550 Satellite Health Centers (Bandar Lampung City Health
Office, 2020). Data on the incidence of diarrhea at the Panjang Health Center in 2021
was 1097 children under five (Puskesmas Panjang, 2021). The Working Area of the
Panjang Health Center to 10 mothers by asking about the mother's skills in handling
children with diarrhea, 7 people (70%) of them said that they only gave ORS which
they made themselves, and 3 people (30%) gave ORS purchased at the pharmacy. and
give lactobe to children. The purpose of this study was to determine the effect of
educational games on mother's skills in managing diarrhea at home in the Panjang City
Health Center in Bandar Lampung.
This type of research is a type of quantitative research, the research design is pre-
experimental method with the approach of One group pretest - posttest design. This
research was conducted in June-July 2022. The sample in this study was taken a
minimum sample of 25 respondents to represent the population. The sampling technique
in this research is purposive sampling. The independent variable in this study is
knowledge and the dependent variable in this study is the emergency management of
diarrhea. Data analysis using univariate and bivariate using dependent t-test.
The average score of the mother's skills in managing diarrhea at home before
being given educational games with a mean of 67.40, standard deviation of 6.801, and
standard error of 1.242. The average score of mother's skills in diarrhea management at
home after being given educational games with a mean of 90.53, standard deviation of
3.980, and standard error of 0.727. The results of statistical tests showed that there was
a difference in maternal skills in diarrhea management between after and before giving
educational games at the Panjang City Health Center in Bandar Lampung with a p-value
of 0.000 < 0.05. It is hoped that the results of this study can be applied to the
community, namely by teaching diarrhea management to parents or families with
children with diarrhea by paying attention to the right time and way to increase the
ability of parents to prevent recurrent diarrhea.

Keywords : Educational Games, Skills, Diarrhea Management at Home

Literature : 28 (2011-2022)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gresia Indah Fitri


TTL : Merpang 8 januari 2000
Alamat : Jl.Malabar Perumnas Way Halim Bandar Lampung
Agama : Islam

Riwayat Pendidikan
SD : SDN Merpang Lulus Tahun 2012
SMP : SMPN 1 Runjung Agung Lulus Tahun 2015
SMA : SMA AL-Azhar 3 Bandar Lampung Lulus Tahun 2018
S1 : Keperawatan Universitas Mitra Indonesia (2018-Sekarang)

viii
MOTTO

Belajarlah berdiri dengan kedua kakimu sendiri


Semua orang punya masalahnya masing-masing,
Maka kamu tidak bisa mengharapkan orang lain
Untuk menyelesaikan masalahmu...

God Bless You

HALAMAN PERSEMBAHAN

ix
Alhamdulillah Puji dan syukur saya panjatkan terhadap Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatnya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir
saya ini dengan baik

Terimakasih saya ucapkan kepada :

Kedua orangtua tercinta bapak SAHRIA dan ibu MEGARIA terimkasih saya
ucapkan atas doa, materi, pengorbanan yang telah diberikan dengan ikhlas
selama ini

Suami Tercinta WAHYUDIN terimakasih saya ucapkan karena selalu


membantu, menemani, menyemangati saya dalam mengerjakan skripsi ini dari
awal hingga akhir

Anak mama tercinta GIBRAN KANEZKA PRABASWARA mama ucapkan


terimakasih karena selalu ikut menemani mama ke kampus dan puskesmas
tempat penelitian

Adek saya tercinta FREN SAMUDRA saya ucapkan terimakasih karena selalu
membantu dan mendoakan saya untuk menyelesaikan skripsi ini

Dosen Pembimbing Yuli Lestari, S.Kep, M.Kep saya ucapkan terimakasih atas
bimbingan dan ilmunya serta masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi
ini

Teman Seperjuangan Program studi keperawatan Universitas Mitra Indonesia


terimkasih atas dukungan dan kebersamaan selama ini

KATA PENGANTAR

x
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucap puji dan syukur kepada
ALLAH SWT karena atas karunia, rahmat, izin, hidayah dan kesempatan yang
telah diberikankan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul dengan judul “Pengaruh Game Edukasi Terhadap Keterampilan
Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare Dirumah Di Wilayah Kerja Puskesmas
Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022”.Guna melengkapi persyaratan
untuk mendapat Gelar Sarjana Keperawatan Universitas Mitra Indonesia Bandar
Lampung.
Proposal skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak,
maka dengan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Andi Surya, MMselaku KetuaYayasan.
2. Dr. Ir. Hj. Armalia Reny. W.A., MM selaku Rektor Universitas Mitra
Indonesia.
3. Achmad Djamil, SKM.,MM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Mitra Indonesia.
4. Ns. Budi Antoro, M. Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas Mitra Indonesia Bandar Lampung.
5. Ns. Yuli Lestari, M.Kep selaku pembimbing yang telah banyak membantu
penyusunan skripsi ini.
Atas segala bantuan dan partisipasi penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya untuk pihak-pihak yang telah membantu tersusunnya skripsi ini.

Bandar Lampung, Juni, 2022

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

xi
HALAMAN JUDUL DALAM.......................................................................ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.............................................................iii
HALAMAN PESETUJUAN..........................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................v
ABSTAK..........................................................................................................vi
ABSTRACT....................................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................viii
MOTTO...........................................................................................................ix
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................x
KATA PENGANTAR....................................................................................xi
DAFTAR ISI...................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xv
LAMPIRAN....................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................7
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................8
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Diare...........................................................................................................12
2.2 Keterampilan...............................................................................................23
2.3 Konsep Pendidikan Kesehatan ..................................................................28
2.4 Penelitian Terkait........................................................................................40
2.5 Kerangka Teori...........................................................................................42
2.6 Kerangka Konsep........................................................................................43
2.7 Hipotesis.....................................................................................................43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian.................................................................44
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian....................................................................45
3.3 Responden Dalam Penelitian......................................................................45
3.4 Variabel Penelitian......................................................................................47
3.5 Definisi Operasional...................................................................................47
3.6 Etika Penelitian...........................................................................................48
3.7 Alat Ukur (Instrumen)................................................................................50
3.8 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................51
3.9 Pengolahan Data.........................................................................................53
3Analisa Data....................................................................................................53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian.........................................................66

xii
4.2 Hasil Penelitian...........................................................................................67
4.3 Pembahasan................................................................................................69
4.4 Keterbatasan Penelitian..............................................................................75

BAB V KESIMPULAN DAN DARAN


5.1 Kesimpulan................................................................................................. 76
5.2 Saran........................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

xiii
Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori...........................................................................42
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.......................................................................43

DAFTAR TABEL

xiv
Judul Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................47
Tabel 3.2 Uji Normalitas................................................................................63
Tabel 4.1 Skor Rata-Rata Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare
Dirumah Sebelum Diberi Game Edukasi Di Puskesmas Panjang
Kota Bandar Lampung Tahun 2022...............................................67
Tabel 4.2 Skor Rata-Rata Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare
Dirumah Sesudah Diberi Game Edukasi Di Puskesmas Panjang
Kota Bandar Lampung Tahun 2022.............................................68
Tabel 4.3 Perbedaan Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare Antara
Sesudah Dan Sebelum Diberikannya Game Edukasi Di Puskesmas
Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022................................6

DAFTAR LAMPIRAN

xv
Lampiran 1. Surat Pengajuan Judul

Lampiran 2. Lembar Kuisioner

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya

hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Kandungan air dalam tinja lebih banyak

dari biasanya (normal 100-200 ml per jam) atau frekuensi buang air besar

lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Fida., Maya, 2012).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia World Healt Organization

(WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia

(Sumbung, 2020). Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua

setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara itu, UNICEF

(Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan

bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena Diare. Di

Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena Diare (Nurlila, 2020)

Di Indonesia menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

(2020), diare merupakan penyakit endemis dan berpotensi Kejadian Luar

Biasa (KLB) disertai dengan kematian. Pada tahun 2019 terjadi 10 kali KLB

yang terseibar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota. Jumlah penderita 756 orang

dan kematian 36 orang (CFR 4,76%). Angka kematian (CFR) diharapkan

1%), dan pada tahun 2019 CFR Diare mengalami peningkatan dibanding

tahun 2018 yaitu menjadi 4,76% (Kemenkes RI, 2021).

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis yang berpotensi

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan masih menjadi penyumbang

1
angka kematian di Indonesia terutama pada balita. Pada tahun 2020 cakupan

pelayanan penderita diare pada semua umur sebesar 44,4% dan pada balita

sebesar 28,9% dari sasaran yang ditetapkan. Disparitas antar provinsi untuk

cakupan pelayanan penderita diare semua umur adalah antara 4,9% (Sulawesi

Utara) dan Nusa Tenggara Barat (78,3%). Sedangkan disparitas antar provinsi

untuk cakupan pelayanan penderita diare balita adalah antara 4,0% (Sulawesi

Utara) dan Nusa Tenggara Barat (61,4%), sedangkan Provinsi Lampung

dengan persentase 17,5% (Kemenkes RI, 2021).

Berdasarkan data kejadian diare di Kota Bandar Lampung dengan

membandingkan data kejadian tertinggi berada pada Puskesmas Panjang

sebanyak 2190 balita, Puskesmas Sukaraja sebanyak 1673, dan Puskesmas

Satelit sebanyak 1550 (Dinkes Kota Bandar Lampung, 2020). Data kejadian

diare di Puskesmas Panjang tahun 2021 sebanyak 1097 balita (Puskesmas

Panjang, 2021)

Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare) menganjurkan bahwa

semua penderita diare harus mendapatkan oralit maka target penggunaan

oralit adalah 100% dari semua kasus diare yang mendapatkan pelayanan di

puskesmas dan kader. Tahun 2019 secara nasional penggunaan oralit semua

umur belum mencapai target yaitu sebesar 89,3%. Pemberian oralit pada

balita relatif lebih tinggi yaitu sebesar 94,5%. Tidak tercapainya target

tersebut karena pemberi layanan di Puskesmas dan kader belum memberikan

oralit sesuai dengan standar tata laksana yaitu sebanyak 6 bungkus/penderita

diare. Selain itu, masyarakat masih belum mengetahui tentang manfaat oralit

sebagai cairan yang harus diberikan pada setiap penderita diare untuk

2
mencegah terjadinya dehidrasi. Selain oralit, balita juga diberikan zink yang

merupakan mikronutrien yang berfungsi untuk mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume

tinja serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada tiga bulan

berikutnya. Penggunaan zink selama 10 hari berturut-turut pada saat balita

diare merupakan terapi diare balita. Pada tahun 2019 cakupan pemberian zink

pada balita diare sebesar 94,7% (Fatmawati, 2021).

Pada pemeriksaan feses anak dengan diare akut di rumah sakit

ditemukan bahwa pada 75% anak terdapat organisme patogen enterik. Saat ini

rotavirus dan E. coli merupakan organisme penyebab tersering diare akut di

negara berkembang, walaupun di Eropa dan Amerika infeksi rotavirus sudah

mulai digeser oleh norovirus karena adanya vaksin rotavirus. Organisme

patogen enterik lain yang cukup sering menyebabkan diare adalah Salmonella

spp (nontifoid), Shigella spp, Vibrio cholerae, Campylobacter ss, dan

Cryptosporidium spp. Selain infeksi, diare akut bisa disebabkan oleh alergi,

intoleransi, malabsobrsi, dan intoksikasi. Artikel ini berfokus pada diare akut

yang disebabkan oleh infeksi karena menjadi penyebab tersering diare akut

pada anak terutama di Indonesia yang merupakan negara berkembang.

(Sumadi., Widodo, 2021).

Ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak dan mempunyai

peran penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan anak. Kemampuan

ibu sangat menentukan keselamatan nak yang mengalami diare mulai dari

mengenali apa itu diare, tanda gejala diare, penyebab, dampak/komplikasi

yang muncul akibat diare, serta upaya melakukan pertolongan pertama untuk

3
mencegah terjadinya dehidrasi serta perawatan sebelum mendapat pengobatan

lanjutan. Kepatuhan ibu dalam pemberian tablet zinc diperoleh dari petugas

kesehatan yaitu cara pemberian oralit, zinc, ASI/makanan dan tandatanda

untuk segera membawa anaknya kepetugas kesehatan (Depkes RI, 2011).

Pengetahuan ibu dalam pengelolaan diare awal di rumah jelas dapat

mempengaruhi tingkat mortalitas dan morbiditas balita yang mengalami diare

(Hutasoid, 2019).

Pendidikan yang tinggi akan memperbaiki pengetahuan seseorang,

maka apabila semakin tinggi pendidikannya akan baik pula tingkat

pengetahuannya begitupun sebaliknya. Pengetahuan ibu tentang diare

biasanya dipengaruhi oleh kepercayaan budaya/adat istiadat. Beberapa

kepercayaan bahwa anak yang mengalami diare akan tumbuh gigi atau anak

mulai merangkak, berjalan dan duduk (Sartika, 2021).

Status pekerjaan ibu memiliki hubungan terhadap penyakit diare pada

anak-anak. Kesibukan ibu saat menjalankan aktifitas sehari-hari baik berupa

pekejaan maupun kegiatan sosialiasi akan membuat anak tidak tertangani

dengan baik. Anakanak yang tidak mengalami penanganan baik selama diare

akan mengalami beberapa keadaan antara lain dehidrasi, lemas, apatis bahkan

bisa mengalami syok, ganguan gizi hingga menyebabkan penuruna berat

badan dalam jangka waktu singkat, hipoksia, penurunan kesadaran, hingga

yang terburuk dapat menyebabkan kematian (Sartika, 2021).

Berdasarkan tingkat keparahan diare biasanya terjadi pada hari ke tiga

dengan gejala balita terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi),

hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan sirkulasi, komplikasi, kejang terjadi

4
pada dehidrasi hipertonik, dan malnutrisi energi protein (akibat muntah dan

diare jika lama atau kronik dan balita akan mengalami lemas, serta tidak

berdaya. Dari beberapa responden yang dilakukan prasurvey mengatakan jika

ibu membawa balita tersebut pada hari ke tiga ke pelayanan puskesmas,

karena diare tidak kunjung membaik.

Pengendalian penyakit diare dapat dilakukan dengan pemeliharaan

sanitasi lingkungan dan promosi kesehatan. Salah satu usaha untuk

mengendalikan penyakit diare adalah dengan melakukan promosi kesehatan

yaitu segala usaha yang dilakukan yang dapat berpengaruh terhadap

peningkatankesehatan. Kegiatan promosi kesehatan dapat berupa pendidikan,

perubahanlingkungan yang mendukung peningkatan kesehatan, legislasi,

ataupun perubahan pada normanorma social (Hutagalung, 2016).

Pendidikan kesehatan, yang dewasa ini lebih dikenal dengan promosi

kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan dan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Mengingat tujuan akhir dari pendidikan kesehatan bukan sekedar masyarakat

mau hidup sehat, tetapi juga mampu untuk hidup sehat. Pendidikan kesehatan

adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan,

pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang

mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang

didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik (Notoatmodjo, 2014)

5
Permainan edukatif banyak digunakan sebagai media pembelajaran

dalam penyuluhan dan pendidikan Kesehatan. Salah satu metode promosi

kesehatan yang dapat digunakan untuk ibu balita adalah dengan

menggunakan puzzle, permainan kartu, dan monopoli dimana pesan pesan

kesehatan dapat dituangkan kedalam permainan tersebut sehingga anak lebih

tertarik dalam mendapatkan promosi kesehatan. Permainan ini ringan,

sederhana, mendidik, menghibur dan “sangat berinteraktif jika dimainkan

bersama-sama” (Hutagalung, 2016).

Game Edukatif merupakan suatu permainan yang mengintegrasikan dan

mengkombinasikan materi pelajaran kedalam komponen-komponen

permainan tersebut. Menurut Cahyo (2021) suatu permainan (Game)

dikatakan edukatif jika permainan itu dapat mengasah kemampuan fungsi

otak kiri sebagai mana mestinya. dari pendapat diatas, dapat disimpulkan

keunggulan game edukasi adalah salah satu bentuk game yang dapat berguna

untuk menunjang proses belajar mengajar secara lebih menyenangkan dan

lebih kreatif, dan digunakan untuk memberikan pengajaran atau untuk

menambah pengetahuan penggunanya melalui suatu media yang menarik.

Depkes RI (2008; Hutagalung, 2016) menyatakan bahwa untuk

mempromosikan kesehatan disekolah sebaiknya menggunakan pendekatan

yang sesuai dengan kemampuan ibu serta kemudahan ibu dalam menerima

informasi. Salah satu metode promosi kesehatan yang dapat digunakan adalah

dengan menggunakan booklet, flip chart, ataupun papan tempel, dimana

pesanpesan kesehatan dapat dituangkan kedalam permainan tersebut sehingga

ibu lebih tertarik dalam mendapatkan promosi kesehatan.

6
Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan “sangat

berinteraktif jika dimainkan bersama-sama”. Kata interaktif sendiri

mempunyai arti “terhubung” antara satu dengan yang lain ataupun “input”

dari sang pemakai dengan media yang dipakai. Permainan yang mudah,

bermanfaat dan menyenangkan merupakan kunci terpenting dalam mendesain

permainan anak. Konsep ini merujuk pada konsep “Bermain Sambil Belajar”

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Panjang pada tanggal 09 Mei 2022, terhadap 15 ibu yang

memiliki anak usia balita, dengan menggunakan kuisisoner pengetahuan dan

penanganan diare, diketahui 9 ibu (60%) memiliki pengetahuan yang kurang

baik, dan 6 ibu (40%) memiliki pengetahuan yang baik. Untuk kuisioner

penanganan 10 ibu (66,7%) memiliki penanganan yang kurang baik,dan 5 ibu

(33,3%) dengan penanganan baik. Hasil prasurvey yang dilakukan di Wilayah

Kerja Puskesmas Panjang terhadap 10 ibu dengan menanyakan terkait

keterampilan ibu dalam menangani anak yang mengalami diare, 7 orang

(70%) diantaranya mengatakan jika hanya memberikan cairan oralit yang

dibuat sendiri, dan 3 orang (30%) lainnya memberikan oralit yang dibeli di

apotik dan memberikan lactobe pada anak. Untuk di Wilayah Kerja

Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung sendiri belum pernah memberikan

edukasi berupa permainan Game edukasi dengan media cut and paste,

edukasi selama ini hanya sebatas memberikan leaflet.

Dari pemaparan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “pengaruh game edukasi terhadap keterampilan ibu dalam

7
penatalaksanaan diare dirumah di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota

Bandar Lampung Tahun 2022”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan

konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari

biasanya hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Kandungan air dalam tinja

lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam) atau frekuensi

buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Fida.,

Maya, 2012).

2. Disparitas antar provinsi untuk cakupan pelayanan penderita diare balita

adalah antara 4,0% (Sulawesi Utara) dan Nusa Tenggara Barat (61,4%),

sedangkan Provinsi Lampung dengan persentase 17,5% (Kemenkes RI,

2021).

3. Berdasarkan data kejadian diare di Kota Bandar Lampung dengan

membandingkan data kejadian tertinggi berada pada Puskesmas Panjang

sebanyak 2190 balita, Puskesmas Sukaraja sebanyak 1673, dan Puskesmas

Satelit sebanyak 1550 (Dinkes Kota Bandar Lampung, 2020). Data

kejadian diare di Puskesmas Panjang tahun 2021 sebanyak 1097 balita

(Puskesmas Panjang, 2021)

1.3 Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh game

edukasi terhadap keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah di

Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022?

8
1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh game edukasi

terhadap keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah di Wilayah

Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui skor rata-rata keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare

dirumah sebelum diberi game edukasi di Puskesmas Panjang Kota Bandar

Lampung Tahun 2022.

2. Diketahui skor rata-rata keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare

dirumah sesudah diberi game edukasi di Puskesmas Panjang Kota Bandar

Lampung Tahun 2022.

3. Diketahui perbedaan keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare antara

sesudah dan sebelum diberikannya game edukasi di Puskesmas Panjang

Kota Bandar Lampung Tahun 2022.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi baru,

wawasan dan pengetahuan yang dapat memperkaya keilmuan, khususnya

dalam meningkatkan keterampilan dengan metode demonstrasi terhadap

keterampilan ibu dalam penanganan diare pada anak usia balita.

9
2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi responden

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam penanganan diare pada

anak dan sebagai kajian bagi pihak terkait untuk mengembangkan

tingkat keterampilan.

b. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagi sumber data dan

acuan bagi peneliti berikutnya dalam melaksanakan penelitian

penanganan dan keterampilan diare

c. Manfaat bagi tenaga medis

Sebagai bahan tambahan untuk melakukan promosi kesehatan

mengenai penanganan diare pada anak.

d. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menerapkan pola hidup sehat yang

baik dan benar terkhusus pada keterampilan penanganan diare

dirumah

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif,

desain penelitian metode Pra Eksperimental dengan pendekatan One group

pretest – posttest design. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja

Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022. Penelitian

dilaksanakan setelah proposal disetujui. Populasi dalam penelitian ini adalah

balita usia 1-5 tahun Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar

Lampung sebanyak 425 anak. Sampel dalam penelitian ini diambil sampel

10
minimal sebanyak 25responden untuk mewakili populasi. Tehnik sampling

pada penelitian ini adalah purposive sampling. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pengetahuan dan variabel dependen pada penelitian ini

adalah penaganan kegawatdaruratan diare. Analisa data menggunakan

univariat dan bivariat menggunakan uji t-tes dependen.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian Diare

Diare adalah suatu kondisi yang ditandai buang air besar (BAB)

dengan konsistensi lebih lunak atau cair yang terjadi dengan

frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Apabila kondisi ini berlangsung

dalam waktu kurang dari 14 hari, maka disebut diare akut. Apabila kondisi

ini berlangsung selama 14 hari atau lebih, maka disebut diare kronis

(Wulandari, 2016).

Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan

tibatiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius

dalam traktus GI. Diare akut berlangsung tidak baik dari 15 hari. Diare

kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Dikatakan diare

infektif apabila penyebabnya adalah infeksi. Bila ditemukan penyebab

anatomik, bakteriologik, hormonal atau toksikologik, maka disebut diare

organik (Wulandari, 2016).

Diare akut adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya lebih

dari 200gram atau 200 ml dalam 24 jam. Definisi lain diare memakai

frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air

besar tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah. Penularan diare

karena infeksi melalui transmisi fekal-oral langsung dari penderita diare

atau melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri patogen

12
yang berasal dari tinja manusia, hewan, bahan muntahan penderita dan

juga dapat melalui udara atau melalui aktifitas seksual kontak oral-genital

atau oral-anal (Amin & Hardi, 2016).

2.1.2 Etiologi Diare

Menurut (Amin & Hardi, 2016) Etiologi pada diare meliputi :

a. Diare akut

1) Virus Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus

2) Parasit, Protozoa Giardia Lambdia, Entamoeba hystolitica,

trikomonas hominis, Isospora sp

3) Cacing A lumbricoides, A duodenale, N americanus, T trichiura, O

vermicularis, S strecolaris, T saginata, T sollium

4) Bakteri yang memproduksi enterotoksi (S. Aureus, C. Perfringens,

E. Coli, V cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi

pada mukosa usus (Salmonella spp, Yersinia)

b. Diare Kronik

Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori

patogesis terjadinya yaitu :

1) Diare osmotik

2) Diare sekretorik

3) Diare karena gangguan motilitas

4) Diare inflamatorik

5) Malabsrobsi

6) Infeksi kronik

13
Menurut Christatnto (2017), proses terjadinya diare disebabkan oleh

berbagai faktor diantaranya:

1) Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk

ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus

dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah

permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang

akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan

dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan

menyebabkan transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa

mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan

meningkat.

2) Faktor malabsorpsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibat

kan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus

sehingga terjadilah diare.

3) Faktor makanan

Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap

dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang

mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang

kemudian menyebabkan diare.

14
4) Faktor psikologis

Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus

yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat

menyebabkan diare.

2.1.3 Klasifikasi

Menurut (Amin & Hardi, 2016) Diare dapat di klasifikasikan berdasarkan:

a. Lama waktu diare:

1) Akut: berlangsung selama kurang dari 2 minggu

2) Kronik: berlangsung selama lebih dari 2 minggu

b. Mekanisme patologis: osmotik atau sekrotik

c. Berat ringan diare: kecil atau besar

d. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non infeksi

e. Penyebab organik atau tidak: organik atau fungsional

Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare

persisten dan diare kronik (Kemenkes RI, 2015) Klasifikasi diare

berdasarkan lama waktu dapat dikelompokkan menjadi:

1) Diare Akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan

konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak

datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare

akut berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti

lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari

tubuh penderita, gradasi penyakit diare dapat dibedakan dala empat

kategori, yaitu:

15
a) Diare tanpa dehidrasi

b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 2-5% dari

berat badan

c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar

5-8% dari berat badan d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila

cairan yang hilang lebih dari 8-10% dari berat badan.

2) Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan

kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.

3) Diare Kronik

Diare kronis adalah diare hilang-timbull, atau berlangsung lama

dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap

gluten atau gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik

lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare yang bersifat menahun

atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih (Kemenkes RI, 2015).

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut (Amin & Hardi, 2016) yaitu:

a. Diare Akut

1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset

2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam

perut, rasa tidak enak dan nyeri perut

3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada

perut

4) Demam

16
b. Diare Kronik

1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang

2) Penurunan berat badan dan nafsu makan

3) Demam indikasi terjadi infeksi

4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia dan denyut nadi

lemah

2.1.5 Patofisiologi

Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan

dan minuman. Virus atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel

usus halus dan akan menyebabkan infeksi, sehingga dapat merusak selsel

epitel tersebut. Sel–sel epitel yang rusak akan digantikan oleh sel-sel epitel

yang belum matang sehingga fungsi sel–sel ini masih belum optimal.

Selanjutnya vili–vili usus halus mengalami atrofi yang mengakibatkan

tidak terserapnya cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan

yang tidak terserap akan terkumpul di usus halus dan tekanan osmotik usus

akan meningkat. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam

lumen usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan terdorong

keluar melalui anus dan terjadilah diare (Utami et al.,2016)

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

1) Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

meyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga

usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

17
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Mukosa usus halus adalah

epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk

mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan

ekstraseluler. Diare terjadi jika terdapat bahan yang secara osmotik dan

sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertronik.

Larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat

tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi

berupa larutan hipertonik, air dan elektronik akan pindah dari cairan

ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama

dengan cairan ekstraseluler dan darah sehingga terjadi diare.

2) Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Akibat rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin yang

menyebabkan villi gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi

klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini

menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

3) Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila

18
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

19
2.1.6 Pathway
Makanan
Infeksi Malabsorbsi

Kuman masuk Toksin tidak dapat


Tekanan osmotic
dan berkembang meningkat diabsorbsi
dalam usus

Pergeseran air dan hiperperistaltik


Toksin dalam elektrolit ke rongga
dinding usus halus usus
Kemampuan
absorbs menurun
Hipersekresi air dan Isi rongga usus
elektrolit meningkat
usus meningkat

Gastroenteritis Diare
BAB sering Inflamasi
dengan
konsistensi encer saluran
pencernaan
Kemerahan dan Cairan keluar Agen pirogenic Mual dan
gatal banyak muntah

Suhu tubuh
dehidrasi meningkat
Anoreksia
Kulit disekitar anus
lecet dan iritasi
hipertermia

Gangguan Resiko Defisit nutrisi


integritas ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
kulit

Gambar 2.1 Pathway Diare (Nurarif & Kusuma, 2016).

20
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) Pemeriksaan penunjang pada diare

adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan tinja

b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan

keseimbangan asam basa (pernapasan Kusmaul)

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) Ph dan kadar gula dalam tinja

3) Biakan dan resistensi feses (colok dubur)

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin.

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat

2.1.8 Pencegahan Penyakit Diare

Menurut Kemenkes RI (2011) Pencegahan penyakit diare dapat

dilakukan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan

tersier.

1) Pencegahan Primer Menurut Kemenkes RI (2011), pencegahan

penyakit diare dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Pemberian air susu ibu (ASI)

b) Berikan air susu ibu selama 4-6 bulan pertama kemudian berikan

ASI bersama makanan lain sampai paling kurang anak berusia satu

tahun.

2) Untuk menyusu dengan nyaman dan aman, ibu harus (Kemenkes RI,

2011):

21
a. Jangan beri cairan tambahan seperti air, air gula atau susu bubuk,

terutama dalam hari-hari awal kehidupan anak;

b. Memulai pemberian ASI segera setelah bayi lahir;

c. Menyusukan sesuai keperluan (peningkatan pengisapan

meningkatkan penyediaan susu)

d. Keluarkan susu secara manual untuk mencegah pembendungan

payudara selama masa pemisahan dari bayi.

e. Jika ibu bekerja di luar rumah dan tidak mungkin membawa

bayinya, maka ibu harus mempersiapkan ASI untuk bayinya

sebelum ibu meninggalkan rumah.

f. Ibu seharusnya terus memberikan air susu ibu sewaktu bayinya

sakit dan setelah sakit.

3) Perbaikan cara menyapih (Kemenkes RI, 2011)

a. Pada usia 6 bulan bayi harus diperkenalkan dengan makanan

penyapih yang bergizi dan bersih. Pada tahap awal sebaiknya

makanan saring lunak.

b. Kemudian diet anak seharusnya menjadi semakin bervariasi dan

mencakup makanan pokok di masyarakat (biasanya serelia atau

umbi); kacang atau kacang polong; sejumlah makanan dari hewan,

sebagai contoh produk susu, telur dan daging; serta sayuran hijau

atau sayuran jingga.

c. Anak juga harus diberikan buah-buahan atau sari buah dan minyak

atau lemak yang ditambahkan ke dalam makanan penyapih.

22
d. Anggota keluarga seharusnya mencuci tangan sebelum menyiapkan

makanan penyapih dan sebelum memberi makan bayi.

e. Makanan harus dipersiapkan di tempat bersih, menggunakan wadah

dan peralatan yang bersih.

f. Makanan yang tidak dimasak harus dicuci dengan air bersih

sebelum dimakan.

g. Makanan yang dimasak harus dimakan sewaktu masih hangat atau

panaskan dahulu sebelum dimakan.

h. Makanan yang disimpan harus ditutup dan jika mungkin masukkan

ke dalam lemari es.

4) Gunakan banyak air bersih (Kemenkes RI, 2011)

a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

b. Sumber air harus dilindungi dengan: menjauhkannya dari hewan;

melokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10meter dari sumber air;

serta lebih rendah; dan menggali parit aliran di atas sumber untuk

menjauhkan air hujan dari sumber.

c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih dan

gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

d. Air untuk masak dan minum bagi anak anda harus dididihkan.

5) Cuci tangan pakai sabun (CTPS) (Kemenkes RI, 2011)

a. Semua anggota keluarga seharusnya mencuci tangan dengan baik:

b. Setelah membersihkan anak yang telah buang air besar dan setelah

membuang tinja anak.

c. Setelah buang air besar.

23
d. Sebelum menyiapkan makanan.

e. Sebelum makan.

f. Sebelum memberi makan anak.

g. Orang tua atau kakak seharusnya mencuci tangan anak yang lebih

kecil.

6) Menggunakan kakus atau jamban (Kemenkes RI, 2011)

a. Semua anggota keluarga seharusnya mempunyai kakus bersih yang

masih berfungsi. Kakus harus digunakan oleh semua anggota

keluarga yang cukup besar.

b. Kakus atau jamban harus dijaga bersih dengan mencuci permukaan

yang kotor secara teratur.

c. Jika tidak ada kakus atau anggota keluarga harus:

- Buang air besar jauh dari rumah, jalan atau daerah anak

bermain dan paling kurang 10 meter dari sumber air.

- Jangan buang air besar tanpa alas kaki.

- Tidak mengizinkan anak mengunjungi daerah buang air besar

sendiri.

7) Membuang tinja anak kecil pada tempat yang tepat (Kemenkes RI,

2011)

a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan

daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus atau

jamban.

b. Bantu anak untuk membuang air besar ke dalam wadah yang bersih

dan mudah dibersihkan, kemudian buang ke dalam kakus dan bilas

24
wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan

seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci

tangannya.

8) Imunisasi terhadap campak, anak harus diimunisasi terhadap campak

secepat mungkin setelah usia 9 bulan (Kemenkes RI, 2011).

9) Pencegahan Sekunder (Kemenkes RI, 2011)

Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosa dan pengobatan yang

tepat. Pada pencegahan tingkat kedua, sasarannya adalah mereka yang

baru terkena penyakit diare.

10) Pencegahan Tersier

Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare

dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi

komplikasi. Bahaya yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang

gizi dan kematian. Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi,

yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari tubuh. Diare dapat

mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah

ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita

susah makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi

berkurang atau tidak ada sama sekali. Pada tingkat ini perlu dilakukan

usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari

penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus

mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.

25
2.1.9 Penanganan Diare

1. Rencana Pemberian Terapi A Penanganan Diare di Rumah:

A. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

- Beri ASI lebih sering dan lebih lama padasetiap kali pemberian

- Jika anak memproleh ASI Eksklusif berikan oralit atau air

matang sebagai tambahan

- Jika anak tidak memproleh ASI Eksklusif berikan 1 atau lebih

cairan berikut: oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin)

atau air matang

B. Ajari Ibu cara mencampur dan membuat cairan oralit

- Cuci tangan sebelum menyiapkan

- Siapkan satu gelas (200cc) air matang

- Gunting ujung pembungkus oralit

- Masukkan seluruh isi oralit ke dalam gelas yang berisi air

tersebut

- Aduk hingga bubuk oralit larut

- Oralit siap di minum, tunjukan kepada ibu berapa banyak harus

memberikan oralit/cairan setiap kali anak buang air besar

yaitu:

a. Umur 1 tahun: 50 -100 ml setiap kali buang air besar.

b. Umur 1 sampai 5 tahun: 100-200 ml setiap kali buang air

besar. Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering

dan jika muntah tunggu 10 menit kemudian diberikan lebih

lambat dan lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai

26
diare berhenti. Memberi makanan Saat diare anak tetap

harus diberi makanan yang memadai, jangan pernah

mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak,

termasuk ASI dan susu. Hindari makanan yang dapat

merangsang pencernaan anak seperti makanan yang asam,

pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar.

Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan

kehilangan cairan atau dehidrasi.

2. Rencana Pemberian Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/

Sedang dengan Oralit

Berikan oralit di klinik sesuai yang dianjurkan selama periode

3 jam.

UMUR 4 bulan 4-12 bulan 1-2 tahun 2-5 tahun


BERAT BADAN 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
JUMLAH (ml) 200-400 400-700 700-900 900-1400

a. Tentukan Jumlah Oralit untuk 3 Jam pertama:

Jumlah oralit yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml.

Digunakan umur hanya bila berat badan anak tidak diketahui.

- Jika anak menginginkan, boleh diberikan lebih banyak dari pedoman

diatas

- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,

berikan juga 100-200 ml air matang selama periode ini.

- Tunjukkan Cara Memberikan Larutan Oralit

- Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas

27
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih

lambat

- Lanjutkan ASI selama anak mau

- Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan

air masak atau ASI.

b. Berikan Tablet Zinc Selama 10 Hari, Kecuali Bayi Muda Setelah 3

Jam:

- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya

- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan

- Mulailah memberi makan anak.

c. Jika Ibu Memaksa Pulang Sebelum Pengobatan Selesai :

- Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit d irumah

- Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan d irumah untuk

menyelesaikan 3 jam pengobatan

- Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6

bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana diterapi A

- Jelaskan 4 aturan perawatan diare di rumah:

1. Beri cairan tambahan

2. Beri tablet Zinc selama 10 hari

3. Lanjutkan pemberian makan

4. Kapan harus Kembali

3. Rencana Terapi C: Penanganan Dehidrasi Berat Dengan Cepat Ikuti

Tanda Panah, Jika Jawaban "Ya", Lanjutkan Ke Kanan. Jika "Tidak",

Lanjutkan Ke Bawah.

28
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit

melalui mulut sementara infus dipersiapkan. Beri 100 ml/kg cairan

Ringer Laktat (atau jika tak tersedia, gunakan cairan NACl) yang

dibagi sebagai berikut :

UMUR Pemberian Pemberian


pertama 30 ml/kg selanjutnya
selama : 70 ml/kg
selama :
Bayi (di bawah umur 12 bulan) 1 Jam * 5 Jam
Anak (12 bulan sampai 5 tahun) 30 Menit * 2 ½ Jam

- Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum

teraba, beri tetesan lebih cepat.

- Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau

minum. Biasanya sesudah 3-4 jam (pada bayi) atau sesudah 1-2

jam (pada anak) dan beri juga tablet Zinc.

- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.

Klasifikasikan Dehidrasi dan pilih Rencana Terapi yang sesuai

untuk melanjutkan pengobatan.

- RUJUK SEGERA untuk pengobatan intravena.

- Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan

cara meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama

dalam perjalanan.

- Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa

orogastrik atau mulut. Beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total

120 ml/Kg)

29
- Periksa kembali anak setiap 1-2 jam : - Jika anak muntah terus

atau perut makin kembung, beri cairan lebih lambat. - Jika

setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk

pengobatan intravena.

- Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi.

Kemudian tentukan Rencana Terapi yang sesuai (A, B, atau C)

2.2. Keterampilan

2.2.1 Pengertian Keterampilan

Pengertian Keterampilan Menurut Bambang Wahyudi keterampilan

adalah kecakapan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan yang

hanya diperoleh dalam praktek. Keterampilan kerja ini dikelompokan

menjadi tiga kategori yaitu:

1) Keterampilan mental seperti analisa, membuat keputusan, menghitung

dan menghafal.

2) Keterampilan fisik seperti keterampilan yang berhubungan dengan

anggota tubuh dan pekerjaan.

3) Keterampilan sosial seperti dapat mempengaruhi orang lain,

berpidato, menawarkan barang dan lain-lain.

Menurut Soemarjadi keterampilan merupakan perilaku yang diperoleh

melalui tahap-tahap belajar, keterampilan berasal dari gerakan-gerakan

yang kasar atau tidak terkoordinasi melalui pelatihan bertahap gerakan

tidak teratur itu berangsur-angsur berubah menjadi gerakan-gerakan yang

lebih halus, melalui proses koordinasi diskriminasi (perbedaan) dan

30
integrasi (perpaduan) sehingga diperoleh suatu keterampilan yang

diperlukan untuk tujuan tertentu.

2.2.2 Dasar-Dasar Keterampilan

Menurut Robbins pada dasarnya keterampilan dapat dikategorikan

menjadi empat yaitu sebagai berikut:

1) Keterampilan Dasar (Basic Literacy Skill)

Keterampilan dasar nerupakan keahlian seseorang yang pasti dan

wajib dimiliki oleh kebanyakan orang seperti membaca, menulis,

mendengar dan lain-lain.

2) Keahlian Teknik (Technical Skill)

Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam

pengembangan teknik yang dimiliki seperti menghitung secara cepat,

mengoperasikan komputer dan lain-lain.

3) Keahlian Interpersonal (Interpersonal Skill)

Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara

efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan

kerja seperti menjadi pendengar yang baik, menyampaikan pendapat

secara jelas dan bekerja sama dalam suatu tim.

4) Menyelesaikan Masalah (Problem Solving)

Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menjalankan

logika, beragumentasi dalam penyelesaian masalah serta kemampuan

untuk mengetahui penyebab, mengembangkan alternatif dan

menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.

31
2.2.3 Faktor Pengaruh Perilaku Terampil

Green mengkategorikan akar-akar perilaku ke dalam 3 kelompok

faktor, yaitu faktor-faktor predisposisi (yang merupakan prasyarat

terjadinya perilaku secara sukarela), pemungkin (enabling, yang

memungkinkan faktor predisposisi yang sudah kondusif menjelma menjadi

perilaku), dan faktor penguat (reinforcing, yang akan memperkuat perilaku

atau mengurangi hambatan psikologis dalam berperilaku yang diinginkan).

Menurut bagan teori Green, diketahui bahwa factor perilaku kesehatan

ditentukan oleh 3 faktor, yaitu (Notoatmodjo, 2014):

Pertama, faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara

lain: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb.

Kedua, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang

memungkinkan atau yang menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain:

prasarana, sarana, ketersediaan sdm. Contoh konkritnya, ketersediaan

puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya tempat olah raga, dsb.

Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap

petugas kesehatan, sikap tokoh masyarakat, dukungan suami, dukungan

keluarga, tokoh adat, dsb. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari promosi

kesehatan yaitu tercapainya derajat kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat yang tinggi, dengan dijalankannya perilaku yang

menguntungkan kesehatan. Untuk itu upaya-upaya promosi kesehatan

32
adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat berperilaku

sehat dan membuat perilaku sehat sebagai pilihan yang mudah dijalankan.

1. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensor khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (over behaviour) (Notoatmodjo, 2018).

Pengukuran pengetahuan menurut Budiman & Riyanto (2013).

b) Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus

atau obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga

manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap

secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap

stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2018).

c) Nilai-nilai

Nilai-nilai atau norma yang berlaku akan membentuk perilaku

yang sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang lebih melekat pada diri

seseorang.

d) Kepercayaan

Seseorang yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan

tertentu akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu

penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya.

33
e) Persepsi

Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu

terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima

oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti

dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri individu, oleh

karena itu dalam penginderaan akan menghubungkan dengan stimulus,

sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan objek.

2. Faktor Pemungkin (Enabling factor)

Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa

sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu

perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik. Faktor

pemungkin juga merupakan faktor yang memungkinkan untuk

terjadinya perilaku tertentu, yang termasuk dalam kelompok faktor

pemungkin meliputi ketersediaan pelayanan kesehatan, serta

ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun segi

biaya dan sosial. Faktor pemungkin mencakup berbagai ketrampilan

dan sumber daya yang ada untuk melakukan perilaku kesehatan. Faktor

pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana serta fasilitas. Sarana dan fasilitas ini hakekatnya mendukung

atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku, sehingga disebut

sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin (Notoatmodjo, 2014).

34
3. Faktor Penguat (Reinforching factor)

Faktor penguat merupakan faktor-faktor yang memperkuat atau

justru memperlunak untuk terjadinya perilaku tertentu. Sumber penguat

bergantung dari jenis program. Penguat bisa positif maupun negatif

bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan dan

sebagian diantaranya lebih kuat dari pada yang lain dalam

mempengaruhi perilaku. Dalam hal ini yang termasuk dalam faktor

penguat meliputi pendapat, dukungan, kritik baik dari keluarga, teman,

lingkungan bahkan dari petugas kesehatan itu sendiri. Faktor-faktor

pendorong merupakan penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk

melakukan sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan

penilaian yang baik akan memberikan memotivasi, sebaliknya hukuman

dan pandangan negatif sesorang akan menjadi hambatan proses

terbentuknya perilaku (Notoatmodjo. 2014)

2.3 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.3.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah pendidikan kesehatan kepada

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan – tindakan untuk

memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatan

(Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang

ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu kelompok,

keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama

halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki

35
tujuan yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi

banyak factor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan,

proses pendidikan dan perubahan prilaku yang diharapkan (Notoatmodjo,

2012).

2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Salmah dkk (Notoatmodjo, 2014), tujuan penyuluhan kesehatan

adalah terjadinya perubahan perilaku seseorang, tentang hal – hal yang

berkaitan dengan terjadinya banjir, ataupun peristiwa alam lainnya.

2.3.3 Strategi Pendidikan Kesehatan

Strategi penyuluhan kesehatan menurut Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1. Strategi dengan pendekatan individual

2. Strategi dengan pendekatan secara kelompok

2.3.4 Proses Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2014) Prinsip pokok edukasi Kesehatan adalah

proses belajar. Didalam kegiatan belajar terdapat tiga pokok persoalan

yakni persoalan masukan (input), proses dan persoalan keluaran (output).

a. Sasaran Edukasi Kesehatan (Notoatmodjo, 2014)

1. Penyuluhan kesehatan individual dengan sasaran individu.

2. Pendidikan individual dengan sasaran kelompok.

b. Macam-macam Alat Bantu Edukasi Kesehatan

1. Alat bantu lihat (Visual Aids).

2. Alat bantu dengar.

3. Alat bantu lihat dengar.

4. Alat bantu berdasarkan pembuatannya (Notoatmodjo, 2014)

36
c. Media Edukasi Kesehatan

Berdasarkan fungsinya media ini dibagi menjadi 3, yaitu :

a) Media cetak.

b) Media elektronik.

c) Media papan (Bill Board).

2.3.5 Metode Dalam Pemberian Pendidikan Kesehatan

a) Metode Individual/ Perorangan

Sebuah metode yang bersifat individual ini cocok digunakan untuk

membina perilaku baru atau ditunjukan kepada seseorang yang mulai

tertarik terhadap suatu perubahan perilaku.

1. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

Metode ini memungkinkan masyarakat atau klien dan petugas

kesehatan menjadi lebih inisiatif. Ketika klien mengalami suatu

masalah yang berkaitan dengan kesehatan, petugas lebih mudah

membantunya.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara sebenernya adalah bagian dari penmyuluhan dan

bimbungan. Wawancara dapat digunakan oleh petugas

kesehatan terhadap klien untuk mendapatkan informasi yang

mendalam tentang peluang penerimaan perilaku sehat melihat

ketertarikan mereka terhadap perubahan.

b) Metode Kelompok

Besaran kelompok dan tingkat pendidikan dari sasaran promosi

kesehatan harus diperhatikan ketika memilih metode kelompok.

37
1) Kelompok Besar

Kelompok besar ini adalah penyuluhan yang pesertanya

berjumlah lebih dari 15 orang. Ada dua metode yang cocok

untuk kelompok besar yaitu ceramah dan seminar.

2) Kelompok Kecil

Kategori kelompok kecil adalah jika peserta berjumlah kurang

dari 15 orang. Ada enam metode yang dinilai cocok untuk

penerapan kelompok kecil ini, diantaranya: Diskusi kelompok,

curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling),

kelompk-kelompok kecil (buzz group), bermain peran (role

mode).

c) Metode Masa

Pendektan atau metode massa cenderung cocok untuk

penyampaian pesan-pesan tentang kesehatan kepada masyarakat.

Karena dalam metode masa usia, jenis kelamin, status ekonomi dan

sosial, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan lainnya biasanya tidak

diperhatikan. Metode yang digunakan dan diaggap cocok adalah:

ceramah umum (public speaking), bincang-bincang (talkshow),

media masa cetak dan portal-portal online, billboard (Induniasih,

2019).

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara

di depan sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakikatnya adalah

proses transfer informasi dari pengajar kepada sasaran belajar.

Dalam proses tranfer informasi ada tiga elemen penting, yaitu

38
pengajar, materi dan sasaran belajar. Metode ceramah efektif

digunakan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang

(Notoatmodjo, 2012).

Kelebihan metode ceramah Adapun kelebihan menggunakan

metode ceramah antara lain:

a. Dapat digunakan pada orang dewasa

b. Penggunaan waktu yang efisien

c. Dapat dipakai pada kelompok yang besar

d. Tidak terlalu banyak menggunakan alat bantu pengajaran

e. Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran atau

suatu kegiatan.

d) Metode Media

Media pembelajaran merupakan salah satu cara atau alat bantu

yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan untuk

merangsang pola pembelajaran agar dapat menunjang keberhasilan dari

proses belajar mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat efektif

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kini telah banyak ditemukan

media pembelajaran yang efektif untuk mencapai keberhasilan dalam

proses belajar mengajar.

1) Media Visual

Media visual ini memfokuskan indra penglihatan saat proses belajar

mengajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan berbagai

macam teknologi, salah satunya menggunakan alat proyeksi atau

proyektor.

39
Keunggulan dari media pembelajaran menggunakan alat bantu visual

ini ialah dapat menarik perhatian, memperjelas sajian, ide serta

menggambarkan ide pokok yang mudah diingat. Selain itu, proses

belajar mengajar menggunakan media visual ini juga dapat dicerna

dengan baik oleh siswa siswi. Sehingga hal ini menjadi salah satu jenis

media pembelajaran yang menyenangkan

2) Media Audio Visual

Audio visual dapat menampilkan suara dan gambar. Sehingga bisa

menjadi metode pembelajaran yang menarik untuk para siswa.

Adapun media audio visual dibedakan menjadi dua jenis, yaitu media

audio visual diam dan gerak. Salah satu contoh dari media audio visual

diam ialah TV diam, buku bersuara, dan halaman bersuara. Sementara

untuk contoh media audio visual gerak ialah film TV, gambar

bersuara, dan lain sebagainya.

3) Media Leaflet

Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi

tidak dijahit. Agar tampak lebih menarik biasanya leaflet didesain

secara cermat dilengkapi ilustrasi dan menggunakan bahasa yang

sederhana, singkat, dan mudah dipahami (Murni, 2010). Di bawah ini

adalah kelebihan leaflet dibandingkan dengan alat pemasaran lainnya.

- Dapat disimpan lama.

- Materi dicetak unik.

- Sebagai referensi

40
- Dapat disebarluaskan dan dibaca atau dilihat oleh khalayak ramai,

target yang lebih luas.

- Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi.

- Biaya produksi leaflet lebih murah dibandingkat alat promosi

lainnya.

- Mudah dibawa.

2.3.6 Promosi Kesehatan Di Puskesmas

Pada puskesmas yang telah maju dan terakreditasi akan dilengkapi

dengan dua piranti manajerial yang lain, yakni micro plaining untuk

perencanaan program kegiatan puskesmas, dan lokakarya mini atau lokmin

untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim.

Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi,

dengan berkembangnya program pelayanan paket terpadu kesehatan dan

keluarga berencana, yang disebut Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU).

Program pelayanan Posyandu ini terdiri dari :

1. Kesehatan ibu dan anak

2. Keluarga berencana

3. Gizi

4. Penanggulangan diare

5. Imunisasi

2.3.7 Metode Promosi Kesehatan Di Puskesmas

Menurut Notoatmodjo (2010) metode pendidikan kesehatan dibagi

menjadi:

1) Metode pendidikan individu.

41
Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina perilaku atau

membina seseorang yang mulai tertarik untuk melakukan sesuatu

perubahan perilaku. Bentuk pendekatan ini antara lain:

a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan councellin)

Dengan cara ini kontak antara keluarga dengan petugas lebih

intensif. Klien dengan kesadaran dan penuh pengertian menerima

perilaku tersebut.

b) Wawancara (interview)

Wawancara petugas dengan klien untuk menggali informasi,

berminat atau tidak terhadap perubahan untuk mengetahui apakah

perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian atau dasar yang kuat.

2) Metode pendidikan kelompok Metode tergantung dari besar sasaran

kelompok serta pendidikan formal dari sasaran.

a) Kelompok besar Kelompok besar di sini adalah apabila peserta

penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok

besar adalah

(1) Ceramah, yaitu metode yang baik untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi atau rendah.

(2) Seminar yaitu metode yang baik untuk sasaran dengan

pendidikan menengah keatas berupa presentasi dari satu atau

beberapa ahli tentang topik yang menarik dan aktual.

b) Kelompok kecil Jumlah sasaran kurang dari 15 orang, metode yang

cocok untuk kelompok ini adalah:

42
(1) Diskusi kelompok, kelompok bisa bebas berpartisipasi dalam

diskusi sehingga formasi duduk peserta diatur saling

berhadapan.

(2) Curah pendapat (brain storming) merupakan modifikasi

metode diskusi kelompok. Usulan atau komentar yang

diberikan peserta terhadap tanggapan-tanggapannya, tidak

dapat diberikan sebelum pendapat semuanya terkumpul.

(3) Bola salju (snow balling) kelompok dibagi dalam pasangan

kemudian dilontarkan masalah atau pertanyaan untuk diskusi

mencari kesimpulan.

(4) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

(buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang

sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing

kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil

dari setiap kelompk didiskusikan kembali dan dicari

kesimpulannya.

(5) Role Play (Memainkan peran) yaitu metode dengan anggota

kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk

memainkan peranan. Misalnya sebagai dokter Puskesmas,

sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota

yang lainnya sebagai pasien ataupun anggota masyarakat.

(6) Permainan simulasi (Simulation game), dalam metode ini

merupakan gabungan antara role play dengan diskusi

43
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa

bentuk permainan seperti permainan monopoli.

3) Metode pendidikan massa

Metode ini menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk

masyarakat umum (tidak membedakan umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status sosial ekonomi dan sebagainya). Pada umumnya pendekatan ini

tidak langsung, biasanya menggunakan media massa, beberapa contoh

metode ini antara lain:

a) Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun rendah.

b) Pidato atau diskusi melalui media elektronik.

c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter/petugas kesehatan

tentang suatu penyakit.

d) Artikel/tulisan yang terdapat dalam majalah atau Koran tentang

kesehatan.

e) Bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan

sebagainya

2.3.8 Edukasi Game

Menurut Arief S. Sadiman (2010) “game adalah kompetisi antara para

pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan aturan-

aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula”. Dalam sebuah

permainan harus ada kompetisi agar pemain terangsang untuk terus

bermain, kompetisi tersebut dapat berwujud menang dan kalah. Pemain

harus bisa menemukan strategi atau cara untuk memecahkan masalah

44
sehingga dapat memenangkan game tersebut. Menurut Anggra (Zulfadli

Fahrul Rozi 2010) “game atau permainan adalah sesuatu yang dapat

dimainkan dengan aturan tertentu sehingga ada yang menang dan ada yang

kalah, biasanya dalam konteks tidak serius dengan tujuan refreshing”.

Game adalah sebuah aktifitas dalam konteks permaian yang biasa

dimainkan perorangan atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu sehingga

membuat pemain ada yang menang dan ada yang kalah. Jika dilihat dari

grafis yang digunakan dalam aplikasi permainan, maka aplikasi permainan

dapat digolongkan menjadi dua jenis aplikasi, yaitu : aplikasi permainan

2D dan 3D. Jika dilihat dari cara memainkannya, game memiliki genre

atau aliran yang diantaranya adalah : Arcade (ketangkasan), Role play

games (memerankan tokoh), Advanture (pertualangan), First Person

Shooter (permainan aksi), Simulasi (simulation) dan lain sebagainya.

2.3.9 Jenis-Jenis Edukasi Game

Menurut Muztam (2018) jenis-jenis edukasi game dapat dibagi sebagai

berikut :

1. Strategi

Genre strategi menitik beratkan pada kemampuan pada kemampuan

berpikir dan organisasi. Game strategi dibedakan menjadi dua, yaitu

Turn Based Strategy dan Real Time Strategy. Jika real time strategi

mengharuskan pemain membuat keputusan dan secara bersamaan

pihak lawan juga beraksi hingga menimbulkan serangkaian kejadian

dalam waktu yang sebenarnya, sedangkan turn based strategi pemain

45
bergantian menjalankan taktiknya. Saat pemain mengambil langkah,

pihak lawan menunggu. Demikian juga sebaliknya.

2. Aksi

Genre ini merupakan macam game yang paling popular. Game jenis

ini membutuhkan kemampuan refleks pemain. Salah satu subgenre

action yang popular adalah First Person Shooter (FPS). Pada game

FPS diperlukan kecepatan berpikir.

3. Aksi petualang

Genre ini memadukan game play aksi dan petualangan. Contohnya

pemain diajak untuk menelusuri gua bawah tanah sambil mengalahkan

musuh, dan mencari artefak kuno, atau menyeberangi sungai.

4. Simulasi, Konstruksi, dan Manajemen

Pemain dalam game ini diberi keleluasaan untuk membangun dan

suatu proyek tertentu dengan bahan baku yang terbatas.

5. Role Playing Game (RPG)

Dalam RPG pemain dapat memilih satu karakter untuk dimainkan.

Seiring dengan naiknya level game, karakter tersebut dapat berubah,

bertambah kemampuannya, bertambah senjatanya, atau bertambah

hewan peliharaannya.

6. Balapan

Pemain dapat memilih kendaraan, lalu melaju di arena balap.

Tujuannya yaitu mencapai garis finish tercepat.

46
7. Olahraga

Genre ini membawa olahraga ke dalam sebuah komputer atau konsol.

Biasanya game play dibuat semirip mungkin dengan kondisi olahraga

yang sebenarnya.

8. Puzzle

Genre puzzle menyajikan teka-teki, menyamakan warna bola,

perhitungan matematika, menyusun balok, atau mengenal huruf dan

gambar.

9. Permainan Kata Word game sering dirancang untuk menguji

kemampuan dengan bahasa atau untuk mengeksplorasi sifat-sifatnya.

Word Game umumnya digunakan sebagai sumber hiburan, tetapi telah

dibuktikan untuk melayani suatu tujuan pendidikan juga.

2.3.10 Kelebihan dan Kekurangan Game Edukasi

Suatu produk tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya

masingmasing, adapun kelebihan dan kekurangan game edukasi antara lain

(Sumar, 2010):

1) Kelebihan

a. Mempermudah Proses Pembelajaran

Terkadang saat belajar seseorang akan dihadapkan dengan kondisi

dimana kita sulit memahami suatu mata pelajaran, maka dengan

adanya game edukasi diharapkan dapat membantu penggunanya

memahami suatu mata pelajaran dengan cara yang menyenangkan

sekaligus dapat membantu pemahaman mata pelajaran tersebut.

47
b. Mengajak anak untuk belajar lebih dini

Sebelum seorang anak masuk ke sebuah lembaga pendidikan tentu

ia belum dapat mempelajari hal-hal yang diajarkan di sekolah

namun dengan adanya game edukasi anak tersebut dapat terlebih

dahulu belajar sambil bermain sebelum nantinya belajar di sekolah.

c. Menjadi sarana belajar yang menyenangkan bagi anak-anak

Pada dasarnya anak-anak lebih senang bermain dibanding belajar,

maka dari itu game edukasi ini merupakan solusi yang pas untuk

mengatasi persoalan tersebut. Dengan game edukasi, anak-anak

akan diajak bermain sekaligus dapat menjadi sarana belajar yang

menyenangkan bagi mereka.

2) Kekurangan

a. Minat yang minim

Saat ini minat masyarakat terhadap game edukasi masih sangat

minim. Pasalnya apabila orang mendengar kata game edukasi

mereka akan langsung berpikiran bahwa game tersebut

membosankan dan tidak menarik, Dan hal ini telah menjadi

mindset masyarakat sejak game edukasi itu pertama kali muncul.

b. Gameplay yang monoton

Gameplay yang cenderung itu-itu saja menambah kesan

membosankannya game edukasi. Dengan game play yang monoton

tentu orang akan menjadi malas memainkan game ini, dan alhasil

perkembangan game edukasi pun menjadi terhambat.

48
c. Sedikitnya jumlah provider game edukasi

Karena lesunya minat masyarakat akan game-game bertema

edukasi membuat provider-provider game yang ada saat ini

menjadi malas untuk memproduksi game-game edukasi dan lebih

senang dengan gamegame non edukasi yang saat ini masih merajai

dunia game. Maka hasilnya provider-provider dari game inipun

tidak semakin berkembang dan bertambah banyak. Bila hal seperti

ini terus terjadi maka tidak heran bila game-game edukasi menjadi

akan sangat sulit untuk berkembang.

d. Pasar yang rendah

Minat yang minim ditambah sedikitnya jumlah provider game yang

ada membuat pasaran game edukasi ini menjadi sangat rendah dan

kurang diminati, termasuk oleh para investor. Sehingga mereka pun

enggan untuk menginvestasikan dananya dalam pembuatan game-

game edukasi ini.

2.4 Penelitian Terkait

1. Kholidah, S. (2020). Studi Literatur Kemampuan Ibu Dalam Penanganan

Kegawatdaruratan Diare Pada Balita. Dari 5 literatur adalah pengetahuan

sangatlah penting dalam mencegah dan penanganan awal terjadinya

diare, pengetahuan ibu tentang diare dapat mempengaruhi cara

menangani diare, semakin baik pengetahuan semakin baik pula cara

dalam menangani diare.

2. Baroroh (2017)Pengembangan Game Edukasi Pirmida Question Pada

Materi Zat Gizi Untuk Pelajaran Ilmu Gizi Di Kelas X Boga Smk Negeri

49
1 Sewon Bantul. Game Edukasi Piramida Question memperoleh

penilaian kelayakan dari ahli media sebesar 97,6% dengan kategori

sangat layak selanjutnya penilaian dari ahli materi sebesar 83,3% dengan

kategori sangat layak, Game Edukasi Piramida Question dilakukan

pengujian ke siswa dengan hasil 83,16% termasuk kategori penilaian

sangat layak.

3. Erminawati (2020) Pengaruh Metode Permainan Edukatif Pendekar

Pencegah Diare (Papeda) Terhadap Pengetahuan Pencegahan Diare Pada

Anak Usia Sekolah Dasar. Hasil penelitian didapatkan skor rata-rata

pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan sebesar 57, sedangkan

setelah diberikan penyuluhan menjadi 77. Terjadi peningkatan skor rata-

rata pengetahuan pencegahan diare sebesar 20 poin. Uji wilcoxon

didapatkan nilai p = 0,000 (nilai p < 0,05). Dari hasil penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan menggunakan

metode permainan edukatif PAPEDA efektif meningkatkan pengetahuan

pencegahan diare pada anak usia sekolah dasar.

50
2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan gambaran atau Batasan teori tentang teori teori yang digunakan sebagai landasan atau dsar penelitian
(Hidayat, 2015).
Gambar 2.1
Kerangka Teori

- Pengetahuan
- Pengertian diare
- Pencegahan diare
Game Edukasi - Penyembuhan diare

Diare stabil
Sikap Positif

Tindakan
- Penanganan diare :

1. Terapi A
2. Terapi B
3. Terapi C

Sumber : Notoatmodjo, 2010.,Kemenkes RI, 2015., Buku MTBS

51
2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Keterampilan Ibu Dalam
Game Edukasi Penatalaksanaan Diare
Dirumah

2.7 Hipotesis

Ha : Ada pengaruh game edukasi terhadap keterampilan ibu dalam

penatalaksanaan diare dirumah di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang

Kota Bandar Lampung Tahun 2022.

52
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif, penelitian

ini merupakan jenis penelitian untuk mendapatkan gambaran yang akurat

dari sebuah karakteristik masalah yang mengklasifikasikan suatu data dan

pengambilan data yang berhubungan dengan angka-angka baik yang

diperoleh dari hasil pengukuran maupun nilai suatu data yang diperoleh

(Notoatmodjo, 2018).

3.1.2 Rancangan Penelitian

Desain penelitian metode Pra Eksperimental dengan pendekatan

One group pretest – posttest design. Ciri dari desain penelitian One group

pretest – posttest design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan cara melibatkan suatu kelompok subjek. Kelompok subjek

diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali

setelah intervensi (Notoatmodjo, 2018).

Desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut :


One group pretest – posttest design
Gambar 3.1
Pretest Perlakuan Posttest
Y1 X Y2

Keterangan :

X : Perlakuan (Game Edukasi).

53
Y1 : Keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah sebelum edukasi.

Y2 : Keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah sesudah edukasi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang

Kota Bandar Lampung Tahun 2022.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli tahun 2022 dengan judul

“Pengaruh game edukasi terhadap keterampilan ibu dalam

penatalaksanaan diare dirumah di wilayah kerja Puskesmas Panjang Kota

Bandar Lampung Tahun 2022”

3.3 Responden Dalam Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Pemilihan populasi dan

sampel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berhasil atau

tidaknya suatu penelitian (Notoadmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian

ini adalah orangtua balita usia 1-5 tahun Wilayah Kerja Puskesmas

Panjang Kota Bandar Lampung yang memiliki riwayat diare sebanyak 105

anak.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili

populasi (Notoatmodjo, 2018). Secara umum, untuk penelitian eksperimen

jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok (Suryani.,

Hendriyadi, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah orangtua balita usia

54
1-5 tahun Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung yang

memiliki riwayat diare sebanyak 30 responden.

3.3.3 Teknik Sampling

Tehnik sampling pada penelitian ini adalah purposive sampling yang

berarti pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan

tertentu seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2018).

Kriteria Inklusi:

1) Responden bersedia mengikuti penelitian hingga selesai dengan

menandatangani lembar persetujuan

2) Responden dapat membaca dan menulis

3) Memiliki anak usia balita (1-5 Tahun)

4) Tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung

yang pernah memiliki riwayat diare

Kriteria Inklusi

1) Ibu tidak dapat menulis dan membaca

2) Ibu tidak hadir saat penelitian dilakukan

3.4 Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain (Notoatmodjo, 2018). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah game edukasi dan variabel dependen pada penelitian

ini adalah keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah.

55
3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan pada variabel yang diamati atau

diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamanatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat

ukur (Notoatmodjo, 2018)

Tabel 3.2
Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara Hasil ukur Skala
ukur ukur

1 Game Edukasi Serangkaian upaya Game Melakukan Diberikan -


pemberian informasi yang edukasi game Intervensi game
ditujukan untuk edukasi edukasi
mempengaruhi
keterampilan penanganan
diare, diberikan dengan
metode edukasi
permainan papan tempel.

2 Keterampilan ibu Ketepatan ibu dalam Lembar Mengisi Skor Nilai 28- Rasio
dalam penanganan anak yang kuisioner kuisioner 112
penatalaksanaan mengalami diare yang
diare dirumah sesuai dengan tatalaksana
penanganan diare
dirumah yang dilihat
berdasarkan jawaban ibu
yaitu :
- Cara pemberian ASI
- Pembrian oralit
- Cara membuat oralit
- Takaran pembuatan
oralit
- Cara pemberian minum
- Pemberian tablet zink
- Pemberian makan
- Melakukan kunjungan
dokter/ konsul dokter
-

56
3.6 Etika Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, yang melibatkan klien sebagai

responden harus memperhatikan prinsip etik penelitian yaitu prinsip hak asasi

manusia yang merujuk pada 5 (lima) aspek sesuai panduan American

Nurse Association [ANA] (2001) dalam Wood & Haber (2010), yaitu:

1. Right to self-determination (Hak untuk menentukan pilihan)

Responden sebagai subjek penelitian memiliki hak asasi dan

kebebasan untuk menentukan pilihan ikut atau menolak terlibat

dalam penelitian. Tidak boleh ada pemaksaan atau tekanan bagi

responden untuk bersedia ikut dalam penelitian. Setelah mendapatkan

penjelasan dan melalui pertimbangan yang baik maka responden

menentukan apakah menolak atau bersedia ikut penelitian dengan

menuangkannya melalui formulir Informed Consent yang ditanda

tangani oleh responden.

2. Right to privacy and dignity (Hak privasi dan martabat)

Responden dalam penelitian ini memiliki hak untuk mendapatkan privasi

dalam hal menentukan waktu, tempat dan kondisi lingkungan yang

menjamin privasi responden. Peneliti tetap menjamin privasi

responden pada saat responden memberikan informasi yang bersifat

pribadi dan menjaga kerahasiaan informasi pribadi dari responden

terkait sikap, tingkah laku, dan pendapat responden.

3. Right to anonymity and confidentiality (Hak kerahasiaan identitas)

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa responden memiliki hak untuk

tidak diketahui identitas pribadinya serta dijaga kerahasiaan

57
pribadinya dari data yang telah diberikan oleh responden. Peneliti

tidak mencantumkan nama responden dalam kuesioner penelitian tetapi

hanya berupa kode responden untuk tujuan identifikasi. Selain itu

peneliti menjamin kerahasiaan dari keseluruhan informasi yang

diberikan responden dalam kuesioner dan tidak akan dipublikasikan.

4. Right to fair treatment (Hak atas perlakuan adil)

Peneliti dalam memilih responden harus memperhatikan prinsip keadilan

yang berarti peneliti tidak melakukan diskriminasi saat memilih

responden penelitian. Pemilihan responden dilakukan secara adil

berdasarkan tujuan penelitian, bukan karena alasan-alasan tertentu.

Semua responden yang telah ditentukan sesuai kriteria inklusi

diperlakukan sama selama penelitian berlangsung.

5. Right to protection from discomfort and harm (Hak untuk mendapat

perlakuan baik

Prinsip ini mengandung makna bahwa sebuah penelitian yang dilakukan

hendaknya tidak menimbulkan ketidaknyamanan dan kerugian bagi

responden. Pada saat penelitian dilaksanakan peneliti tetap

memperhatikan kondisi fisik klien.

3.7 Alat Ukur (Instrumen)

- Laptop

- Kuisioner Penelitian

- Pena

- Game papan tempel

- Bagan MTBS

58
3.7.1 Kuisioner Penanganan Diare Dirumah

Kuisioner penanganan diare diadobsi oleh penelitian Fatmawati

(2015) Persepsi Ibu Dalam Penanganan Diare Pada Balita Di Puskesmas

Banguntapan 1 Bantul Yogyakarta. Untuk pernyataan oral yaitu item

1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9

Bagian pemberian tablet zinc dibuat oleh peneliti sendiri berjumlah 9

item pernyataan yaitu item 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 untuk

pernyataan 10 pemenuhan dukungan nutrisi yaitu item 19, 20, 21, 22, 23,

24, 25, 26, 27 ,28. Kuesioner ini terdiri dari empat bagian, bagian pertama

berisi lembar permohonan menjadi responden, bagian kedua berisi lembar

persetujuan, bagian ketiga berisi identitas dan karakteristik responden,

bagian keempat berisi kuesioner persepsi ibu dalam penanganan diare pada

balita. Kuesioner ini diberikan kepada ibu dengan balita pernah mengalami

diare yang ada di PuskesmasBanguntapan 1 Kabupaten Bantul

Yogyakarta. Kuesioner ini menggunakan pengukuran skalaLikertyang

berjumlah 28 pernyataan.

3.7.2 Uji Validitas & Reliabilitas

1. Validitas Dan Reliabilitas Kuisioner Penanganan Diare

Uji validitas ini menggunakan responden sebanyak 20 orang ibu yang

mempunyai anak balita di Puskesmas Banguntapan II Kabupaten

Bantul, yang memiliki karakteristik sama dengan lokasi penelitian di

Puskesmas Banguntapan 1 Bantul. Hasil uji coba kuesioner untuk uji

validitas terhadap 20 responden dari 35 item pernyataan menunjukan

bahwa 28 peryataan dikatakan valid dan 7 pernyataan dikatakan tidak

59
valid. Pernyataan dikatakan valid jika “r” hitung lebih besar dari “r”

tabel (0,444). Item yang tidak valid yaitu pernyataan nomor 6 dengan

r hitung 0,239, 7 dengan r hitung 0,271, 9 dengan r hitung 0,005, 17

dengan r hitung -0,065, 19 dengan r hitung 0,387, 25 dengan r hitung

0,126, dan 30 dengan r hitung 0,439. Uji reliabilitas menggunakan

pernyataan yang valid saja sejumlah 28 pernyataan. Adapun batasan

butir instrumen dinyatakan reliabel apabila koefisien korelasi “r”

hitung lebih besar dari koefisien “r” tabel pada taraf signifikan 0,05

yaitu 0,6. Semua item penyataan yang valid diuji reliabilitas instrumen

sehingga didapatkan hasil nilai “r” hitung sebesar 0,954.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Metode lapangan untuk mencari data dan informasi yang berasal atau

bersumber langsung dari tempat penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan

sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

- Mempersiapkan rencana penelitian dan alat yang diperlukan dalam

penelitian dengan mengajukan proposal penelitian.

- Mengkonsultasikan perbaikan proposal dan alat ukur penelitian.

- Mengisi laik etik di Universitas Mitra Indonesia

- Menentukan waktu dan tempat untuk pelaksanaan penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian
- Melakukkan prosedur administrasi, peneliti mengajukan

permohonan izin penelitian dari pihak institusi pada pihak terkait di

Puskesmas Panjang.

60
- Setelah mendapatkan izin penelitian dari pihak terkait maka

selanjutnya dari surat tersebut akan diketahui waktu peneliti

diizinkan untuk melaksanakan penelitian

- Peneliti menentukan kriteria responden sesuai dengan kriteria

penelitian.

- Peneliti melakukan identifikasi pasien mengenai nama, tanggal

lahir, dan rekam medik serta melihat gelang pasien untuk

memvalidasi identitas pasien.

- Peneliti menjelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang

informed concent yang berisi tujuan, manfaat, dan prosedur

penelitian.

- Meminta kesediaan responden untuk ikut dalam penelitian dan

menandatangani informed concent. Pengukuran penanganan diare

dengan membagikan kuesioner.

3. Pretest

Pada tahap ini peneliti melakukan pengisian kuesioner terkait penanganan

diare dirumah yang dilakukan oleh ibu dengan mengisi lembar soal yang

telah diberikan.

4. Pelaksanaan intervensi

- Dalam pemberian intervensi game edukasi dilakukan selama 30 menit

dengan menggunakan papan tempel yang berisikan materi tentang

penanganan diare yang meliputi cara :

a. pemberian ASI

b. Pembrian oralit

61
c. Cara membuat oralit

d. Takaran pembuatan oralit

e. Cara pemberian minum

f. Pemberian tablet zink

g. Pemberian makan

h. Melakukan kunjungan dokter/ konsul dokter

- Pada tahap intervensi peneliti memberikan edukasi melalui game

tempel papan tulis dengan cara meletakan jawaban pada gambar-

gambar yang berisikan pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti.

- Game dilakukan secara perkelompok dan dijawab secara mandiri/

perorangan, apabila responden memahami maka responden

mendapatkan hadiah setelah menjawab pertanyan-pertanyaan oleh

peneliti selama edukasi game tersebut.

6. Posttest

Pada tahap ini peneliti melakukan pengisian kuesioner terkait penanganan

diare dirumah yang dilakukan oleh ibu dengan mengisi lembar soal yang

telah diberikan setelah 15 menit dilakukan pemberian game edukasi, dan

melakukan skoring pada jawaban responden dan selanjutnya melakukan

uji analisa data untuk melihat adakah perbedaan antara sebelum dan

sesudah diberi edukasi game.

3.9 Prosedur Pengolahan Data

Menurut (Notoatmodjo, 2018) pengolahan data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

62
1) Editing

Peneliti melakukan editing dengan mengoreksi hasil kuesuiner

responden yang telah diisi kemudian menginput dalam program eksel.

2) Koding

Pengkodingan dilakukan untuk mengkategorikan usia ibu 0=beresiko,

1=tidak beresiko. Pendidikan ibu 0=SD, 1=SMP, 2=SMA, 3=DIII,

4=S1, 5=S2. Pekerjaan ibu 0=Ibu rumah tangga, 1=PNS,

2=Wiraswasta, 3=Petani, 4=Buruh, 5=Pedagang. Sedangkan pada jenis

kelamin anak 0=Laki=laki, 1=Perempuan. Usia anak 0=1 tahun, 1=2

tahun, 2=3 tahun, 3=4 tahun, 4=5 tahun.

3) Tabulating

Peneliti memasukkan karakteristik responden pada tabulasi eksel dan

disesuaikan dengan koding, selanjutnya peneliti memasukkan skor/ soal

responden dan melakukan penjumlahan per responden pada lembar

tabulasi eksel.

4) Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang entri kedalam komputer agar

tidak terdapat kesalahan. Setelah tidak terdapat kesalahan maka

selanjutnya dilakukan analisa data menggunakan aplikasi spss.

3.10 Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa. Analisa data

dilakukan menggunakan distribusi frekuensi prosentase univariat dan bivariat.

63
1. Analisa Univariat

Analisis univariate merupakan analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang

diteliti. Analisis univarite pada penelitian ini memuat tabel distribusi

frekuensi dan presentase variable serta nilai rata-rata atau mean.

Analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap-tiap

variabel yang kemudian disajikan dengan mendiskripsikan semua

variabel sebagai bahan informasi dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi (Supardi, 2013).

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai prasyarat

untuk melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum data

diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji

normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu

variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan

layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data

distribusi normal.

Tabel 3.2
Uji Normalitas
Keterampilan Penanganan Diare N P-Value
Pretes 30 0,071
Postes 30 0,670

Uji normalitas adalah uji prasyarat sebelum dilakukannya uji

perbedaan atau pengaruh (compare means). Pada penelitian ini peneliti

menggunakan uji normalitas shapirowilk tes dengan ketentuan: Jika

nilaip-value > 0,05 maka distribusi normal Jika nilaip-value < 0,05 maka

64
distribusi tidak normal, p-value pada keterampilan penanganan diare

pretes dan postes dengan nilai p-value 0,071-0,670 <0,05 maka data

berdistribusi normal dan selanjutnya uji eksperimen menggunakan uji t-

tes dependen.

3. Analisa Bivariat

Analisis bivariate adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Uji statistik yang

dipilih tergantung dari skala variabel independen dan dependen yang

digunakan (Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariate akan dilakukan

setelah dilakukannya analisis univariate. Analisis ini dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisa bivariat

dilakukan untuk melihat perbedaan anatara sebelum dan sesudah

mendapatkan perlakuan, analisa bivariat dilakukan dengan cara: Uji t-

dependen. Uji dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel

bebas dan variabel terkait. Untuk mengetahui pengaruh game edukasi

terhadap keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah di

Wilayah Kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022.

Uji stastistik menggunakan uji t-dependen dengan tingkat kebenaran

95% (α 0,05).

Rumus yang digunakan, sebagai berikut:

Keterangan:

δ = rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah)

65
SDδ = Standar deviasi dari δ (selisih sampel sebelum dan sampel

sesudah)

n = banyaknya sampel

DF = n-1

Analisis bivariate diuji dengan uji t-dependen test dengan syarat

data berdtribusi normal dan menggunakan bantuan program komputer

SPSS, Jika dari hasil uji normalitas data di peroleh sig <0,005, maka

teknik stastistik parametris yang digunakan untuk menguji komparatif

sampel yang kedua data nya berbentuk ratio atau interval adalah t-test

dengan interpretasi data:

a. Jika probabilitas p-value ≤ 0,05 maka bermakna/signifikan, berarti

ada perbedaan yang bermakna antara variabel independen dengan

variabel dependen atau hipotesis (Ho) ditolak.

b. Jika probabilitas p-value ≥ 0,05 maka tidak bermakna / signifikan,

berarti tidak ada perbedaaan yang bermakna antara variabel

independent dengan variabel dependen, atau hipotesis (Ho)

diterima (Arikunto,2010).

66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Panjang adalah sebuah kecamatan di Kota Bandar Lampung, Lampung,

Indonesia. Kecamatan ini dilalui oleh Jalan Raya Lampung-Bakauheni yang

merupakan bagian dari AH25 (Jaringan Jalan Asia). Sehingga bagi

pengunjung yang datang dari pulau Jawa dapat menuju ke Lampung atau kota

lainnya melalui kecamatan ini.Kecamatan Panjang terdiri atas 8 kelurahan,

yaitu Srengsem, Karang Maritim, Panjang Utara, Panjang Selatan, Pidada,

Way Lunik, Ketapang dan Ketapang Kuala Di Panjang terdapat Puskesmas

Rawat Inap yang memiliki luas wilayah 992 Ha yang melingkupi seluruh

Kecamatan Panjang. Puskesmas ini berada di Kelurahan Panjang Selatan,

Bandar Lampung, Lampung. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas

Rawat Inap Panjang adalah :

1. Sebelah Utara : Kelurahan Pidada

2. Sebelah Selatan : Lampung Selatan

3. Sebelah Timur : Kecamatan Ketibung

4. Sebelah Barat : Teluk Lampung

Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

Rawat Inap Panjang sesuai dengan visi pembangunan Kota Bandar Lampung

yaitu terwujudnya masyarakat Kota Bandar Lampung yang aman, nyaman,

sejahtera, maju dan modern. Misi yang dilakukan adalah :

a. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan rujukan

67
c. Meningkatkan survailens epidemiologi dan penanggulangan KLB (Kasus

Luar Biasa) 5

Upaya Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Panjang Upaya kesehatan yang

diselenggarakan di Puskesmas Rawat Inap Panjang meliputi Upaya Kesehatan

Wajib, yaitu :

a. Promosi Kesehatan (Promkes)

b. Kesehatan Lingkungan (Kesling)

c. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

d. Gizi

e. Pencegahan Penyakit Menular

f. Pengobatan dan Upaya Kesehatan Pengembangan, seperti Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS), Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dan

Upaya Kesehatan Mata

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

1) Keterampilan ibu sebelum edukasi


Tabel 4.1
Skor Rata-Rata Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan
Diare Dirumah Sebelum Diberi Game Edukasi Di
Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022
Keteampilan N Mean SD SE Mi-Max CI 95%
Pretes 30 67,40 6,801 1,242 54-76 64,86-69,94

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan skor rata-rata

keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah sebelum diberi

game edukasi di Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022

dengan mean 67,40 standar deviasi 6,801, standar eror 1,242, skor minimal

54 dan skor maksimal 76.

68
2) Keterampilan ibu sesudah diberi edukasi

Tabel 4.2
Skor Rata-Rata Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare
Dirumah Sesudah Diberi Game Edukasi Di Puskesmas Panjang Kota
Bandar Lampung Tahun 2022
Keteampilan N Mean SD SE Min-Max CI 95%
Postes 30 90,53 3,980 0,727 80-97 89,05-92,02

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dijelaskan skor rata-rata

keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah sesudah diberi

game edukasi di Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022

dengan mean 90,53 standar deviasi 3,980 standar eror 0,727 skor minimal

80 dan skor maksimal 97.

4.2.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.3
Perbedaan Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare Antara
Sesudah Dan Sebelum Diberikannya Game Edukasi Di Puskesmas
Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022
Variabel Mean SD Beda Mean P-value*
Ketrampilan Sebelum 67,40+6,801 -23,133 0,000
Sesudah 90,53+3,980

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dijelaskan skor rata-rata

keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah sebelum diberi

game edukasi di Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022

dengan mean 67,40 setealah diberi intervensi game edukasi mengalami

kenaikan skor sebasar mean 90,53 dengan uji beda mean -23,133 hal ini

karena nilai pretes lebih kecil dari postes maka hasil mean berupa minus.

Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes dependen didapat

nilai p-value 0,000 < α0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

69
perbedaan keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare antara sesudah

dan sebelum diberikannya game edukasi di Puskesmas Panjang Kota

Bandar Lampung Tahun 2022.

4.3 Pembahasan

4.2.1 Analisa Univariat

1. Skor Rata-Rata Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare


Dirumah Sebelum Diberi Game Edukasi Di Puskesmas Panjang Kota
Bandar Lampung Tahun 2022

Hasil penelitian ini didapat skor rata-rata keterampilan ibu dalam

penatalaksanaan diare dirumah sebelum diberi game edukasi di Puskesmas

Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022 dengan mean 67,40 standar

deviasi 6,801, standar eror 1,242, skor minimal 54 dan skor maksimal 76.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Safitri

(2018) Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Perilaku Ibu

Terhadap Penanganan Diare Pada Anak Di Desa Jatisobo Kecamatan

Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukkan terdapat

hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan perilaku ibu

terhadap penanganan diare pada anak dengan p= 0,002

Sejalan dengan teori yang dikemukankan oleh Notoatmodjo (2018)

keterampilan merupakan perilaku yang diperoleh melalui tahap-tahap

belajar, keterampilan berasal dari gerakan-gerakan yang kasar atau tidak

terkoordinasi melalui pelatihan bertahap gerakan tidak teratur itu

berangsur-angsur berubah menjadi gerakan-gerakan yang lebih halus,

melalui proses koordinasi diskriminasi (perbedaan) dan integrasi

70
(perpaduan) sehingga diperoleh suatu keterampilan yang diperlukan untuk

tujuan tertentu.

Menurut peneliti keterampilan merupakan suatu tindakan yang

disertai kesedian kecenderungan didapat dari pengetahuan, sikap seorang

ibu dalam menghadapi anak diare akan sangat mempengaruhi apakah diare

akan baik atau malah menjadi parah. Ibu yang mengetahui demam dan

memiliki sikap baik dalam memberikan perawatan dapat mencegah

dampak negatif diare yang tidak diatasi dengan benar.

Penatalaksanaan dini atau sejak awal di rumah oleh ibu atau keluarga

dapat mengurangi komplikasi diare seperti dehidrasi dan malnutrisi. Aspek

penting yang mendasari tatalaksana diare dirumah adalah kebutuhan untuk

menggantikan kehilangan cairan dan menjaga masukan nutrisi yang

adekuat, sedangkan aspek yang tidak kalah penting adalah bagaimana

penggunaan obat-obat diare dirumah, perawatan kulit selama diare,

pencegahan penyebaran infeksi, kapan orang tua harus membawa anaknya

ke layanan kesehatan (James & Ashwill, 2017).

2. Skor Rata-Rata Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare


Dirumah Sesudah Diberi Game Edukasi Di Puskesmas Panjang Kota
Bandar Lampung Tahun 2022

Hasil penelitian ini didapat skor rata-rata keterampilan ibu dalam

penatalaksanaan diare dirumah sesudah diberi game edukasi di Puskesmas

Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022 dengan mean 90,53 standar

deviasi 3,980 standar eror 0,727 skor minimal 80 dan skor maksimal 97.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Solihat., Purnama. (2018) Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Diare

71
Dengan Perilaku Penanganan Diare Pada Balita Di Puskesmas. Penelitian

ini menggunakan uji Sperman Rankdengan hasil dari 90 responden dapat

diinterpretasikan bahwa sebagian besar pengetahuan keluarga tentang

diare adalah cukup (57,03%) dan sebagian besar berperilaku kurang

(72,7%).

Sejalan dengan teori yang dikemukankan oleh Notoatmojo (2018)

Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa sekaligus

menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku

dan perubahan lingkungan yang baik. Faktor pemungkin juga merupakan

faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu, yang

termasuk dalam kelompok faktor pemungkin meliputi ketersediaan

pelayanan kesehatan, serta ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi

jarak maupun segi biaya dan sosial. Faktor pemungkin mencakup berbagai

ketrampilan dan sumber daya yang ada untuk melakukan perilaku

kesehatan.

Menurut asumsi peneliti perubahan keterampilan responden sebelum

dilakukannya pemberian edukasi kurang baik karena diakibatkan oleh

orangtua itu sendiri yang kurang mendapatkan informasi bagaimana cara

menghadapi anak yang mengalami diare yang baik. Pada penelitian ini

rata-rata keterampilan ibu dalam menangani anak diare meningkat hal ini

dikarenakan peningkatan pengetahuan responden melalui adanya kemauan

dalam dirinya untuk mengetahui informasi penyakit diare, selain itu

metode pembelajaran yang digunakan memberikan motivasi dan pengaruh

psikologis untuk responden.

72
Menurut asumsi peneliti pendidikan kesehatan adalah suatu upaya

untuk mewujudkan perilaku hidup sehat dengan cara mempengaruhi orang

lain, sasarannya adalah individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.

Harapannya setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, pengetahuan

seseorang bertambah, sehingga dapat mengalami perubahan sikap yang

lebih baik.

4.2.2 Analisa Bivariat

Perbedaan Keterampilan Ibu Dalam Penatalaksanaan Diare Antara


Sesudah Dan Sebelum Diberikannya Game Edukasi Di Puskesmas
Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022

Hasil analisa data bivariat menggunakan uji t-tes dependen didapat

nilai p-value 0,000 < α0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare antara sesudah

dan sebelum diberikannya game edukasi di Puskesmas Panjang Kota

Bandar Lampung Tahun 2022.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Solihat., Purnama. (2018) Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Diare

Dengan Perilaku Penanganan Diare Pada Balita Di Puskesmas. Penelitian

ini menggunakan uji Sperman Rankdengan hasil dari 90 responden dapat

diinterpretasikan bahwa sebagian besar pengetahuan keluarga tentang

diare adalah cukup (57,03%) dan sebagian besar berperilaku kurang

(72,7%). Ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang diare dengan

perilaku penanganan diare pada balita di Puskesmas Cikaro dengan nilai

p value= 0.003 (<0,1).

73
Sejalan dengan teori Suliha dkk (2001 ; Nurmala dkk. 2018)

Perubahan sikap bisa dilakukan dengan berbagai macam strategi, yang

didahului oleh perubahan pengetahuan dan sikap. Perubahan pengetahuan

ini dilakukan salah satunya dengan metode penyuluhan kesehatan.

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan menggunakan

prinsip belajar sehingga masyarakat mendapatkan perubahan pengetahuan

dan kemauan, baik untuk mencapai kondisi hidup yang diinginkan ataupun

untuk mendapatkan cara mencapai kondisi tersebut, secara individu

maupun bersama-sama.

Perilaku terampil merupakan relasi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Keterampilan

merupakan tindakan tepat, keyakinan seseorang mengenai objek atau

situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan

memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau

berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian Skor rata-rata keterampilan ibu dalam

penatalaksanaan diare dirumah sebelum diberi game edukasi di Puskesmas

Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022 dengan mean 67,40 setealah

diberi intervensi game edukasi mengalami kenaikan skor sebasar mean

90,53 dengan uji beda mean -23,133 hal ini karena nilai pretes lebih kecil

dari postes maka hasil mean berupa minus. Hal ini dimungkinkan karena

ketepatan pemilihan metode penyuluhan yang digunakan pada kelompok

eksperimen sehingga sesuai dengan karakteristik responden, yaitu anak

sekolah dasar. Penggunaan metode permainan yang menarik dan suasana

74
belajar yang menyenangkan sehingga dapat membuat responden lebih

mudah menerima informasi yang di berikan.

Menurut asumsi peneliti pendidikan kesehatan yang dilakukan

kepada responden sangat mempengaruhi keterampilan orangtua dalam

penanganan diare pada anak. Hal ini terlihat pada saat peneliti melakukan

pendidikan kesehatan secara langsung di lapangan terlihat bahwa semua

responden antusias dalam pengikuti pendidikan kesehatan yang dilakukan

oleh peneliti. Sehingga tidak heran apabila keterampilan responden tentang

kejang diare bertambah cukup signifikan. Responden dalam penelitian ini

mampu untuk bersikap tepat dalam menerima pendidikan mengenai kejang

demam. keterampilan itu merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, banyak responden yang

menganggap bahwa menangani anak dengan diare adalah bukan

tanggungjawab petugas medis saja tetapi tanggung jawab orang tua juga.

Sehingga ketika anggota keluarganya tertimpa diare harus dilakukan

perawatan pertama di rumah sebelum membawanya ke Rumah Sakit.

Pendidikan kesehatan melalui edukasi game adalah suatu upaya

untuk mewujudkan perilaku hidup sehat dengan cara mempengaruhi orang

lain, sasarannya adalah individu, kelompok, keluarga dan masyarakat.

Harapannya setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, pengetahuan

mengalami perubahan sikap yang lebih baik (Nurmala, 2018)

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2019)

menyatakan bahwa, pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode

permainan simulasi ular tangga dapat meningkatkan nilai aplikasi tindakan

75
gosok gigi pada responden kelompok perlakuan. Hasil penelitian ini

menguatkan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan dengan

adanya penyuluhan kesehatan menggunakan metode permainan edukatif

dapat memperbaiki dan meningkatkan tindakan responden tentang

pencegahan penyakit diare, namun diperlukan pemberian penyuluhan

kesehatan secara rutin sehingga responden dapat selalu berperilaku

mencegah penyakit diare.

Memberikan cairan pengganti yang sesuai dan memberikan cairan

yang keluar sejak awal terjadinya diare dapat mencegah dehidrasi serta

dapat mempertahankan kondisi anak, sehingga kematian akibat diare dapat

dihindari dan dengan perawatan yang seksama dirumah penderita tidak

perlu di rawat di RS (Sitorus, 2018). Rehidrasi dapat dilakukan oleh

ibu/keluarga dengan larutan rehidrasi oral yaitu oralit atau larutan gula

garam dan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga

yang dianjurkan. Larutan Rehidrasi Oral ini masih merupakan bagian

terpenting dalam pengelolaan diare dan menjadi cara terbaik untuk

mencegah dan mengelola dehidrasi. Penatalaksanaan menggunakan larutan

rehidrasi oral merupakan penatalaksanaan yang sederhana, dapat dilakukan

sejak dirumah dan mudah dibuat (USAID, 2015).

4.4 Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian berlangsung, peneliti menemukan beberapa

keterbatasan penelitian seperti waktu penelitian yang berkaitan saat pandemi

covid-19, proses penginputan data menggunakan aplikasi eksel dan uji

analisa menggunaka SPSS. Selanjutnya peneliti membatasi pemberian

76
edukasi hanya 30 menit dan melakukan pengisian kuesioner 15 menit

kemudian setelah diberikan edukasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “perbedaan keterampilan ibu

dalam penatalaksanaan diare antara sesudah dan sebelum diberikannya game

edukasi di Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2022” dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Skor rata-rata keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah

sebelum diberi game edukasi dengan mean 67,40 standar deviasi 6,801,

dan standar eror 1,242.

2. Skor rata-rata keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare dirumah

sesudah diberi game edukasi dengan mean 90,53 standar deviasi 3,980,

dan standar eror 0,727.

3. Ada perbedaan keterampilan ibu dalam penatalaksanaan diare antara

sesudah dan sebelum diberikannya game edukasi di Puskesmas Panjang

Kota Bandar Lampung dengan nilai p-value 0,000 < α0,05

5.2 Saran

1. Bagi Puskesmas Panjang

Diharapkan kepada masyarakat dan pemerintah setempat agar

dapat bekerjasama dengan pihak puskesmas setempat untuk mengadakan

penyuluhan terkait tanda gejala, penyebab diare dan dehidrasi akibat

daire yang dapat dicegah sejak dini.

77
2. Disarankan Orangtua/ Keluarga

Diharapkan hasil penelitian ini dapat diaplikasikan kepada

masyarakat yaitu dengan mengajarkan manajemen diare pada orang tua

atau keluarga dengan anak diare dengan memperhatikan waktu dan cara

yang tepat guna meningkatkan kemampuan orang tua untuk mencegah

terjadinya diare berulang.

3. Kepada peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini variabel pengganggunya ada yang belum

dikendalikan, untuk itu bagi peneliti selanjutnya yang berminat meneliti

hal yang terkait dengan penelitian ini diharapkan dapat mengendalikan

variabel pengganggunya, serta faktor – faktor yang belum pernah diteliti.

78
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, A., & Fatmawati, T. Y. (2021). Edukasi Pencegahan Diare Pada Anak
di Kelompok Dasawisma Kelurahan Kenali Asam Bawah. Jurnal Salam
Sehat Masyarakat (JSSM), 2(2), 13-18.

Amin & Hardi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus Jilid 1. Yogyakarta:
MediAction.

Budiman & Riyanto A. (2013). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap.


Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Fatmawati, W. (2015). Persepsi Ibu Dalam Penanganan Diare Pada Balita Di


Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Yogyakarta (Doctoral dissertation,
STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta).

Fitri, S. M. (2017). Gambaran tingkat pengetahuna ibu tentang diare pada balita


di wilayah kerja puskesmas pamulang kota tangerang selatan (Bachelor's
thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, 2017).

Hidayat, Aziz. (2015). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis. Data.


Jakarta: Salemba Medika. 

IDAI. (2015). Menangani Diare Pada Anak.


https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bagaimana-
menangani-diare-pada-anak
IDAI. (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2
cetakan pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
Kemenkes, R. I. (2011). Situasi DIARE di Indonesia: Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan triwulan II. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Republik Indonesia, 1-37.
Kemenkes, R. I. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Kemenkes RI. (2019). Data Kejadian Diare. Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

79
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. (2018). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medik.

Nurarif dan Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan. Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA. Yogyakarta : Mediaction.

Qomariah, S. N., & Setiawan, B. (2015). Perilaku Ibu Dalam Penatalaksanaan


Diare Mencegah Dehidrasi Anak (Mother Behavior on Handling
Diarrhea Prevent Dehydration Occurance Grade of Children). Journals
of Ners Community, 6(1), 71-81.
Safitri, A. R., Kep, I. S., & Ns, M. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Diare Dengan Perilaku Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Anak Di
Desa Jatisobo Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Solihat, S., & Purnama, W. (2018). Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang


Diare Dengan Perilaku Penanganan Diare Pada Balita Di
Puskesmas. Healthy Journal| Jurnal Ilmiah Kesehatan Ilmu
Keperawatan, 6(1), 1-11.

Sukut, S. S., Arif, Y., & Qur’aniati, N. (2015). Faktor kejadian diare pada balita
dengan pendekatan teori Nola J. Pender di IGD RSUD Ruteng. Jurnal
Pediomaternal, 3(2), 230-249.

Wulandari., Erawati .(2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.Yogyakarta : Pustaka


pelajar

80
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MITRA INDONESIA BANDAR LAMPUNG
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh Sarjana
Keperawatan, saya Gresia Indah Fitri mahasiswi keperawatan Universitas Mitra
Indonesia Bandar Lampung, mengadakan penelitian yang berjudul
“PENGARUH GAME EDUKASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU
DALAM PENATALAKSANAAN DIARE DIRUMAH DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PANJANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN
2022” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat pemberian
pemberian pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan ibu.
Surat Persetujuan,
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Setelah mendapat penjelasan yang secukupnya serta menyadari manfaat pada
penelitian yang berjudul dibawah ini :
“HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN PENANGANAN
KEGAWADARURATAN PADA ANAK BALITA YANG MENGALAMI
DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANJANG KOTA BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2022”
Dengan sukarela bersedia mengikuti penelitian tersebut dengan catatan jika
dikemudian hari merakanan ketidakmanfaatan atau mendapat kerugian, maka
berhak untuk mengundurkan diri/ tidak mengikuti kelangsungan penelitian.
Peneliti Bandar Lampung, 2022

(Gresia Indah Fitri) (Peserta)

81
KUESIONER PENELITIAN

Karakteristik Responden dan Balita


Nama (Inisial) : ........................................

Usia : ........................................

Pendidikan : .......................................

Pekerjaan : .......................................

Alamat : ......................................

Nama Balita (Inisial) : .......................................

Usia : .......................................

Jenis Kelamin : .......................................

Usia anak saat diare.....................................Tahun

A. Kuisioner Penanganan Diare

A. Pemberian Rehidrasi Oral


No Pernyataan SS S TS STS
1. Menurut saya oralit dapat digunakan untuk
pengobatan diare pada anak
2. Menurut saya pemberian jumlah minum air
putih lebih sedikit dari biasanya selama
diare
3. Menurut saya ketika anak diare pemberian
oralit menyebabkan diare bertambah parah
4. Menurut saya pemberian oralit dapat
mencegah terjadinya kekurangan cairan
pada anak diare
5. Menurut saya obat warung lebih manjur
daripada oralit dalam penanganan diare
pada anak
6. Menurut saya ketika anak diare saya tidak
memberikan oralit tapi hanya air putih saja
7. Menurut saya ketika anak diare oralit
diberikan sampai diare berhenti

82
8. Menurut saya ketika anak diare oralit
diberikan setiap anak diare (BAB)
9. Menurut saya ketika anak diare pemberian
dosis oralit sesuai usia anak
B. Pemberian Tablet Zinc
No Pernyataan SS S TS STS
10. Menurut saya tablet zinc dapat digunakan
untuk pengobatan anak diare
11. Menurut saya dosis tablet zinc untuk usia
≥6 bulan yaitu 1 X 1 tablet (20mg)
12. Menurut saya dosis tablet zinc untuk usia
2-6 bulan yaitu 1 X ½ tablet (10 mg)
13. Menurut saya tablet zinc tidak berpengaruh
dalam menurunkan frekuensi diare pada
anak
14. Menurut saya tablet zinc hanya diberikan
sampai daire sembuh saja
15. Menurut saya ketika anak diare perlu
diberikan tablet zinc secara teratur
16. Menurut saya apabila anak muntah sekitar
setengah jam setelah pemberian tablet zinc
tidak harus diulangi
17. Menurut saya anak diare hanya cukup
18. Menurut saya tablet zinc tidak dapat
menurunkan volume BAB ketika anak
diare diberikan pengobatan tablet zinc saja
C. Pemberian Nutrisi Selama Diare
19. Menurut saya ketika anak diare tetap
diberikan makanan yang sama seperti anak
sehat
20. Menurut saya ketika anak diare boleh
diberikan susu kental manis
21. Menurut saya jika anak mengkonsumsi
susu selain ASI maka berhentikan
pemberian susu tersebut jika menambah
beratnya diare
22. Menurut saya ketika anak diare,
meneruskan pemberian makanan akan
mempercepat kembalinya fungsi usus
dalam menerima berbagai nutrisi
23. Menurut saya ketika anak diare diberikan
makanan ringan (snack) seperti ciki-cikian
24. Menurut saya anak yang sedang diare
diberikan ASI lebih sering dan lebih lama
25. Menurut saya ketika anak diare tidak boleh
diberikan makan lauk pauk seperti tempe
26. Menurut saya makanan yang aman untuk
anak yang sedang diare adalah makanan
yang tidak menggunakan zat pewarna yang

83
berlebihan
27. Menurut saya pembatasan makanan ketika
anak diare tidak akan mempengaruhi
penurunan berat badan
28. Menurut saya ketika anak diare makanan
yang mengandung pemanis buatan tidak
harus dihindari

Sumber : Fatmawati (2015) Persepsi Ibu Dalam Penanganan Diare Pada Balita
Di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Yogyakarta.

84
FREQUENCIES VARIABLES=Usia_Ibu Pendidikan_Ibu Pekerjaan_Ibu
Usia_Anak JenisKelamin_Anak
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
Statistics

Pendidikan_Ib Pekerjaan_Ib JenisKelamin


Usia_Ibu u u Usia_Anak _Anak

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table
Usia_Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Usia Beresiko 12 40,0 40,0 40,0

Usia Tidak Beresiko 18 60,0 60,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pendidikan_Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid D3 1 3,3 3,3 3,3

S1 4 13,3 13,3 16,7

SD 1 3,3 3,3 20,0


SMA 20 66,7 66,7 86,7

SMP 4 13,3 13,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pekerjaan_Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruh 4 13,3 13,3 13,3

Ibu Rumah Tangga 13 43,3 43,3 56,7

Petani 8 26,7 26,7 83,3

PNS 5 16,7 16,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

85
Usia_Anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1,00 5 16,7 16,7 16,7

2,00 5 16,7 16,7 33,3

3,00 9 30,0 30,0 63,3

4,00 8 26,7 26,7 90,0

5,00 3 10,0 10,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

JenisKelamin_Anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid L 12 40,0 40,0 40,0

P 18 60,0 60,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

EXAMINE VARIABLES=Keterampilan_Pretes Keterampilan_Postes


/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.

Explore
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Keterampilan_Pretes 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%


Keterampilan_Postes 30 100,0% 0 0,0% 30 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Keterampilan_Pretes Mean 67,40 1,242

95% Confidence Interval for Lower Bound 64,86


Mean Upper Bound 69,94

86
5% Trimmed Mean 67,26

Median 69,00

Variance 46,248

Std. Deviation 6,801

Minimum 54

Maximum 86

Range 32

Interquartile Range 9

Skewness ,120 ,427

Kurtosis ,794 ,833


Keterampilan_Postes Mean 90,53 ,727

95% Confidence Interval for Lower Bound 89,05


Mean Upper Bound 92,02

5% Trimmed Mean 90,65

Median 90,00

Variance 15,844

Std. Deviation 3,980

Minimum 80

Maximum 98

Range 18

Interquartile Range 6

Skewness -,449 ,427

Kurtosis ,436 ,833

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Keterampilan_Pretes ,226 30 ,000 ,936 30 ,071


Keterampilan_Postes ,113 30 ,200 *
,975 30 ,670

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

87
Keterampilan_Pretes

88
Keterampilan_Postes

89
90
T-TEST
/TESTVAL=0
/MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=Keterampilan_Pretes Keterampilan_Postes
/CRITERIA=CI(.95).

T-Test
One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Keterampilan_Pretes 30 67,40 6,801 1,242


Keterampilan_Postes 30 90,53 3,980 ,727

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of

Mean the Difference

t df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper

Keterampilan_Pretes 54,284 29 ,000 67,400 64,86 69,94


Keterampilan_Postes 124,578 29 ,000 90,533 89,05 92,02

T-TEST PAIRS=Keterampilan_Pretes WITH Keterampilan_Postes (PAIRED)


/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.

T-Test
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Keterampilan_Pretes 67,40 30 6,801 1,242

Keterampilan_Postes 90,53 30 3,980 ,727

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Keterampilan_Pretes &


30 ,095 ,617
Keterampilan_Postes

Paired Samples Test

91
Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)

95% Confidence Interval of


the Difference
Std. Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper

Pair Keterampilan_
1 Pretes -
-23,133 7,546 1,378 -25,951 -20,315 -16,790 29 ,000
Keterampilan_
Postes

92
DATA TABULASI KETERAMPILAN PRETES

Inisial Jenis
No Inisial Usia Pendidikan Pekerjaan Balita Usia Kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Postes
1 D 26 SMA IRT F 4 P 4 1 2 2 2 1 4 4 1 3 3 3 4 3 1 4 1 1 1 4 2 4 1 1 4 1 1 2 65
2 S 28 D3 PNS A 4 P 2 4 2 3 1 1 4 2 2 1 3 1 4 3 3 1 4 4 4 1 3 3 1 4 4 4 3 4 76
3 A 33 SMP IRT A 3 P 4 4 1 4 4 1 2 4 1 4 4 2 1 3 1 1 1 2 3 2 4 1 1 4 1 1 1 1 63
4 F 32 SMA Petani S 3 L 4 2 4 3 3 1 4 3 2 3 2 1 1 3 4 1 1 3 4 2 4 3 1 4 3 1 3 4 74
5 D 36 SMP IRT R 1 L 3 4 1 4 4 1 3 1 2 3 4 1 1 3 1 3 1 3 4 1 3 1 4 3 4 3 4 1 71
6 R 38 SMP Buruh R 1 L 2 4 2 1 4 3 3 1 4 3 2 3 4 3 1 3 4 4 1 3 1 1 4 3 1 3 1 1 70
7 T 34 SMA IRT B 1 P 1 3 4 3 3 1 3 4 1 3 4 3 2 3 1 3 4 1 1 1 1 4 4 1 1 4 3 2 69
8 U 23 SMA Petani T 2 P 3 4 1 4 2 1 4 2 4 3 1 3 1 4 4 4 1 3 1 3 3 4 4 1 2 3 4 1 75
9 I 33 S1 PNS N 3 P 2 1 2 3 1 2 3 1 3 2 1 3 4 4 1 3 1 4 4 1 1 1 1 1 2 2 2 4 60
10 P 30 S1 PNS B 3 P 3 2 1 3 2 1 4 2 1 2 3 4 1 4 3 1 3 4 2 4 2 4 1 3 3 2 1 4 70
11 H 27 SMA Buruh Y 3 L 3 3 2 4 3 1 4 3 1 4 3 1 3 1 3 4 4 1 3 1 2 1 3 1 3 2 3 2 69
12 J 27 SMA Buruh M 4 L 4 3 3 4 3 2 4 3 2 4 2 3 4 3 3 4 4 1 3 4 1 4 4 3 2 3 2 4 86
13 K 28 SMA IRT G 2 L 4 3 3 1 4 3 3 1 3 2 1 1 1 4 3 1 3 1 4 1 1 3 3 4 3 4 3 1 69
14 L 32 SMA IRT B 2 P 1 2 3 1 3 4 1 3 4 1 1 4 1 2 4 1 1 1 4 2 3 1 1 3 1 3 1 2 59
15 M 31 SMA Petani T 4 P 1 4 1 4 1 1 1 1 4 2 2 2 3 4 2 2 3 4 1 1 3 1 3 4 2 3 4 2 66
16 O 36 S1 PNS D 4 P 4 4 3 1 3 1 3 3 1 3 1 4 3 4 1 3 3 1 3 2 1 4 1 3 4 1 4 1 70
17 T 37 SMA Petani F 5 P 1 2 1 3 4 1 3 1 4 3 1 1 3 4 1 3 4 4 1 3 1 3 4 1 3 1 4 4 69
18 G 38 SMA IRT R 3 P 4 4 4 4 4 1 1 3 3 1 4 3 1 3 1 3 3 1 3 1 3 1 1 4 2 4 1 4 72
19 Y 39 SMA IRT B 3 P 3 1 1 1 1 1 1 1 3 4 1 3 4 1 3 1 2 3 1 3 1 4 3 1 4 1 1 2 56
20 E 32 S1 PNS D 4 L 4 4 4 3 3 4 1 4 4 1 4 1 1 4 1 3 1 4 4 1 1 4 1 1 4 1 1 1 70
21 T 36 SMA Petani C 5 L 4 1 4 1 3 1 4 1 3 1 3 1 3 1 4 1 3 2 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 57
22 A 22 SMA IRT J 5 L 1 4 1 1 4 3 4 1 2 3 1 2 3 1 4 1 3 1 1 4 1 3 3 3 1 2 1 2 61
23 C 24 SMA Buruh B 2 L 3 1 3 1 3 4 1 3 1 1 1 3 1 3 3 1 4 3 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 54
24 A 44 SD IRT I 2 P 4 4 3 4 1 1 1 4 1 3 1 4 1 4 1 3 1 4 1 3 4 1 4 2 1 3 4 1 69
25 V 45 SMA Petani K 3 P 4 2 4 2 3 1 3 4 2 4 1 1 3 2 3 3 2 3 1 3 2 2 4 1 1 2 4 2 69
26 B 42 SMA Petani D 3 L 1 3 1 4 1 4 3 1 3 4 1 3 1 3 1 3 1 2 1 3 4 2 1 2 1 4 3 1 62
27 E 33 SMA IRT S 1 L 1 2 4 1 1 2 2 1 4 2 1 1 2 1 3 1 3 1 4 4 3 1 3 1 1 1 4 4 59
28 W 39 SMA Petani Q 1 P 4 3 1 4 1 4 3 3 1 3 4 1 4 3 4 4 3 2 2 1 3 1 1 3 1 3 3 1 71

93
29 V 33 SMA IRT A 4 P 4 4 4 4 3 1 1 1 4 2 1 3 4 2 4 4 1 3 4 3 1 2 1 2 1 1 4 1 70
30 T 35 SMP IRT F 4 P 4 3 2 3 1 4 4 1 3 4 1 4 4 1 3 3 3 1 3 2 1 3 1 1 4 1 4 2 71

DATA TABULASI KETERAMPILAN POSTES

94
Inisial Jenis
No Inisial Usia Pendidikan Pekerjaan Balita Usia Kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Postes
1 D 26 SMA IRT F 4 P 4 4 2 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 1 4 2 4 4 4 94
2 S 28 D3 PNS A 4 P 3 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 1 3 4 4 1 2 2 4 4 1 2 4 3 3 85
3 A 33 SMP IRT A 3 P 4 4 1 4 4 4 3 2 2 1 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 2 2 4 3 4 4 90
4 F 32 SMA Petani S 3 L 4 3 3 2 2 2 4 4 1 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 3 2 2 4 4 4 4 89
5 D 36 SMP IRT R 1 L 3 4 4 2 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 98
6 R 38 SMP Buruh R 1 L 4 3 4 3 4 2 3 1 3 3 4 4 3 4 1 3 4 4 1 4 4 3 1 4 3 1 4 4 86
7 T 34 SMA IRT B 1 P 2 1 4 4 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 90
8 U 23 SMA Petani T 2 P 2 4 4 3 4 4 4 4 4 1 2 2 3 2 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 94
9 I 33 S1 PNS N 3 P 2 4 3 4 2 3 3 1 4 4 1 4 4 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 94
10 P 30 S1 PNS B 3 P 4 4 4 3 3 4 4 4 3 1 3 4 3 4 4 4 1 4 2 1 2 4 2 1 2 4 4 4 87
11 H 27 SMA Buruh Y 3 L 4 1 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 2 2 4 2 3 2 4 3 4 92
12 J 27 SMA Buruh M 4 L 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 4 95
13 K 28 SMA IRT G 2 L 4 3 4 4 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 2 2 2 4 4 91
14 L 32 SMA IRT B 2 P 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 2 2 2 3 4 3 3 4 4 3 3 95
15 M 31 SMA Petani T 4 P 3 1 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 4 3 4 4 92
16 O 36 S1 PNS D 4 P 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 2 2 2 4 4 4 4 4 3 2 3 2 1 4 4 3 88
17 T 37 SMA Petani F 5 P 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 2 4 4 3 4 3 3 2 2 2 4 3 3 4 92
18 G 38 SMA IRT R 3 P 3 3 4 3 4 4 4 3 4 1 4 4 4 2 1 2 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 92
19 Y 39 SMA IRT B 3 P 4 1 4 2 2 2 2 4 4 1 3 4 4 1 2 2 4 4 1 4 4 4 1 4 1 3 4 4 80
20 E 32 S1 PNS D 4 L 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 1 2 1 2 2 2 4 4 3 3 4 90
21 T 36 SMA Petani C 5 L 4 3 4 1 2 2 1 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 3 4 3 88
22 A 22 SMA IRT J 5 L 4 1 3 4 2 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 1 3 3 90
23 C 24 SMA Buruh B 2 L 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 2 4 4 3 97
24 A 44 SD IRT I 2 P 3 3 1 4 4 1 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 1 2 2 1 4 3 4 88
25 V 45 SMA Petani K 3 P 4 4 1 3 4 1 4 3 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3 94
26 B 42 SMA Petani D 3 L 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 1 4 3 1 4 3 4 1 4 94
27 E 33 SMA IRT S 1 L 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 84
28 W 39 SMA Petani Q 1 P 4 4 3 4 4 2 2 2 2 3 4 4 1 4 4 1 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90
29 V 33 SMA IRT A 4 P 4 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 2 2 4 1 4 90
30 T 35 SMP IRT F 4 P 4 1 4 1 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 2 4 3 4 2 2 2 4 4 4 87

95
96

Anda mungkin juga menyukai