Anda di halaman 1dari 141

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP

REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS BEBAS DI


SMK BHAKTI KENCANA SUBANG
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes YPIB Majalengka

DADAN PRIYATNA YUDIANSAH


NIM 18142012024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
MAJALENGKA
2020
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP
REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS BEBAS DI
SMK BHAKTI KENCANA SUBANG
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKes YPIB Majalengka

DADAN PRIYATNA YUDIANSAH


NIM 18142012024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
MAJALENGKA
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS
BEBAS DI SMK BHAKTI KENCANA
SUBANG TAHUN 2020
PENYUSUN : DADAN PRIYATNA YUDIANSAH
NIM : 18142012024

Majalengka, 27 Mei 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Wardah Fauziah, S.Kep., Ners., M.Kep Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep

ii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU
SEKS BEBAS DI SMK BHAKTI KENCANA
SUBANG TAHUN 2020
PENYUSUN : DADAN PRIYATNA YUDIANSAH
NIM : 18142012024

Majalengka, 21 Agustus 2020

Mengesahkan

Penguji I Penguji II Penguji II

Idris Handriana, S.Kep., Ners., M.Kep Wardah Fauziah, S.Kep., Ners., M.Kep Ujang Permana, S.Sos., M.Si

Mengetahui,
Ketua Prodi S 1 Keperawatan

Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep


iii
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA
2020

DADAN PRIYATNA YUDIANSAH


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP REMAJA TENTANG
PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK BHAKTI KENCANA SUBANG TAHUN
2020
xiii + 82 hal + 12 Tabel + 2 Diagram + 6 Lampiran

ABSTRAK

Promosi kesehatan reproduksi pada remaja sering dikonotasikan sebagai


pendidikan seks, di mana sebagian besar masyarakat Indonesia masih mentabukan
hal ini, ada lembaga formal setingkat sekolah yang masih ragu untuk
melaksanakan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi peserta didiknya. Studi
pendahuluan penulis lakukan terhadap 20 orang peserta didik, tercatat (25%)
dengan sikap negatif, (75%) dengan sikap positif. Sedangkan pengetahuan peserta
didik tercatat (20%) dengan pengetahuan kurang (80%) dengan pengetahuan baik.
Pengaruh lingkungan tercatat (15%) dengan pengaruh lingkungan negatif, dan
(85%) dengan pengaruh lingkungan positif. Perhatian orang tua tercatat (20%)
dengan perhatian orang tua yang kurang, dan (80%) dengan perhatian orang tua
yang cukup.
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap remaja tentang perilaku seks bebas di SMK Bhakti Kencana Subang tahun
2020.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 responden, pengambilan data dengan
teknik random sampling. Pengumpulan data berupa data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan sikap remaja kategori sikap negatif sebesar
(51,2%), tingkat pengetahuan kategori baik sebesar (58,1%), perhatian orang tua
kategori cukup dan kurang sebesar (50%), serta pengaruh lingkungan sosial
budaya negatif sebesar (52,3%) tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan
Bhakti Kencana Subang tahun 2020.
Kesimpulan penelitian yang penulis lakukan adalah terdapat hubungan yang
bermakna antara sikap remaja dengan pengetahuan p value = 0,000 (< = 0,05),
pengaruh lingkungan sosial budaya p value = 0,005 (< = 0,05) dan perhatian
orang tua p value = 0,000 (< = 0,05) tentang perilaku seks bebas di SMK
Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020.

Kata Kunci : Sikap Remaja, Perilaku Seks Bebas, dan Faktor yang
mempengaruhinya.
Daftar Pustaka : 19 Buku (2010-2020), 1 Situs, 8 Skripsi

iv
NURSING STUDY PROGRAM
HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE YPIB MAJALENGKA
2020

DADAN PRIYATNA YUDIANSAH


FACTORS THAT INFLUENCE ADOLESCENT ATTITUDES ABOUT FREE
SEX BEHAVIOR IN VOCATIONAL SCHOOL OF BHAKTI KENCANA
SUBANG, 2020
xiii + 82 pages + 12 Table + 2 Diagram + 6 attachment

ABSTRACT

The promotion of reproductive health in adolescents is often connoted as sex


education, where most Indonesians are still taboo on this, there are formal school-
level institutions that are still hesitant to carry out reproductive health education
for their students. The author's preliminary study conducted on 20 students,
recorded (25%) with a negative attitude, (75%) with a positive attitude.
Meanwhile, the knowledge of students is recorded (20%) with less knowledge
(80%) with good knowledge. Environmental effects were recorded (15%) with
negative environmental influences, and (85%) with positive environmental
influences. Parental attention was noted (20%) with insufficient parental attention,
and (80%) with sufficient parental attention.
The purpose of this study is to determine the factors that influence
adolescent attitudes about free sex behavior at SMK Bhakti Kencana Subang in
2020.
The method used in this research is correlational research. The sample in
this study were 86 respondents, data collection was using random sampling
technique. Collecting data in the form of secondary data.
The results showed that adolescent attitudes in the negative attitude category
(51.2%), the level of knowledge in the good category (58.1%), the attention of
parents in the category of adequate and insufficient (50%), and the influence of
the negative socio-cultural environment (52,3%) about free sex behavior at
Vocational High School Bhakti Kencana Subang in 2020.
The conclusion of the research that the authors do is that there is a
significant relationship between adolescent attitudes with knowledge p value =
0,000 (< = 0,05), the influence of the socio-cultural environment p value = 0,005
(< = 0,05) and parental attention on free sex behavior p value = 0,000 (< = 0,05)
at Vocational High School Bhakti Kencana Subang 2020.

Keywords : Adolescent Attitudes, Free Sex Behavior, and Factors that


Influence.
Bibliography : 19 Books (2010-2020), 1 Site, 8 Thesis

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi. Penulisan Skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana dalam
bidang Keperawatan. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Skripsi ini. Oleh
karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Wawan Kurniawan, M.Kes, selaku Ketua STIKes YPIB Majalengka;
2. Hera Hijriani, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Ka. Prodi S 1 Keperawatan
STIKes YPIB Majalengka dan selaku dosen pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Skripsi ini;
3. Wardah Fauziah, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku dosen pembimbing I yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Skripsi ini;
4. Yogi Sugiyana, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Bhakti Kencana
Subang yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang
saya perlukan serta memberikan ijin penelitian;
5. Istriku tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi sehingga
Skripsi ini dapat diselesaikan;
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
7. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Skripsi
ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan membalas segala
kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan

Majalengka, 15 Juni 2020


Penulis
vi
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL....................................................................................... x
DAFTAR DIAGRAM................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1. Tujuan Umum ...................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ..................................................................... 6
C. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis ................................................................... 7
2. Manfaat Praktis .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Remaja ...................................................................................... 9
1. Pengertian ............................................................................. 9
2. Pembagian Masa Remaja ..................................................... 10
3. Karakteristik Remaja............................................................. 11
B..Sikap ......................................................................................... 14
1. Pengertian ............................................................................. 14
vii
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ........................... 15
3. Komponen Pokok Sikap ....................................................... 18
4. Tingkatan Sikap ................................................................... 18
5. Skala Pengukuran Sikap ....................................................... 19
6. Struktur Sikap ...................................................................... 22
C. Seks Bebas ................................................................................ 23
1. Perilaku Seks Remaja ........................................................... 23
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja Tentang
Perilaku Seks Bebas .................................................................. 30
1. Pengetahuan ......................................................................... 30
2. Perhatian Orang Tua ............................................................ 39
3. Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya .................................. 43
E. Hasil Penelitian Orang Lain ...................................................... 44
F. Kerangka Teori ......................................................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep ...................................................................... 48
B..Definisi Operasional ................................................................. 49
C..Hipotesis Penelitian .................................................................. 50
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 50
1. Jenis Penelitian ..................................................................... 50
2. Populasi dan Sampel ............................................................ 51
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 53
4. Instrument Penelitian ........................................................... 53
5. Teknik pengumpulan Data ................................................... 56
6. Pengolahan Data .................................................................. 57
7. Analisis Data ........................................................................ 57
8. Etika Penelitian .................................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ......................................................................... 63
viii
B..Pembahasan .............................................................................. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 79
B..Saran ......................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tahapan Perkembangan Remaja ................................................. 27


Tabel 3.1. Definisi Operasional ................................................................... 49
Tabel 3.2. Jumlah Sampel Penelitian ……………………………………... 52
Tabel 3.3. Tabel Analisis Univariat ……………………………………… 59
Tabel 3.4. Tabel Analisis Bivariat …..…………………………………… 61
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks

Bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020 63


Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks

Bebas Berdasarkan Pengetahuan di SMK Kesehatan Bhakti

Kencana Subang Tahun 2020 ………………………………….. 64


Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks

Bebas Berdasarkan Perhatian Orang Tua di SMK Kesehatan

Bhakti Kencana Subang Tahun 2020 ………………………….. 64


Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks

Bebas Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya di

SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020 ………... 65


Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Sikap

Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Kesehatan

Bhakti Kencana Subang Tahun 2020 ………………………….. 65


Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hubungan Perhatian Orang Tua dengan

Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK

Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020 ……………… 66


Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial

Budaya dengan Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas

di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020 …….. 67

x
DAFTAR DIAGRAM

Halaman
Diagram 2.1. Kerangka Teori .......................................................................... 47

Diagram 3.1. Kerangka Konsep ....................................................................... 49

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian


xii
Lampiran 4 Hasil Penelitian

Lampiran 5 Kartu Bimbingan

Lampiran 6 Surat Ijin Studi Pendahuluan / Pengambilan Data

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Promosi kesehatan reproduksi pada remaja sering dikonotasikan sebagai

pendidikan seks, di mana sebagian besar masyarakat Indonesia masih

mentabukan hal ini, ada lembaga formal setingkat sekolah yang masih ragu

untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi peserta didiknya.

Sementara itu, masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat

individu mencapai usia 10-19 tahun (Aryani, 2010). Berdasarkan data Badan

Pusat Statistik (BPS) tercatat penduduk Indonesia tahun 2020 diproyeksikan

sebanyak 269,6 juta jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 135,34

juta jiwa, lebih banyak dibanding perempuan yang hanya 134, 27 juta jiwa.

Sementara sebanyak 16,43% atau 44.308.300 juta jiwa adalah remaja (BPS,

2019).

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang

dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Pada masa ini

para remaja memiliki tugas-tugas perkembangan (development tasks) yakni

tugas-tugas/kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu itu sendiri. Dari

sejak di kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai dewasa akhir,

setiap individu harus melakukan tugas itu. Keberhasilan individu dalam

menunaikan tugas perkembangan ini, akan menentukan perkembangan

1
2

kepribadiannya. Seorang individu yang mampu menjalani dengan baik, maka

timbul perasaan mampu, percaya diri, berharga, dan optimis menghadapi masa

depannya. Sebaliknya mereka yang gagal akan merasakan bahwa dirinya

adalah orang yang tidak mampu, gagal, kecewa, putus asa, ragu-ragu, rendah

diri, dan pesimis menghadapi masa depannya, termasuk terhadap perilaku

seksual yang dilakukan oleh para remaja (Soetjiningsih, 2013).

Seks bebas masih menjadi masalah remaja di Indonesia. Sebuah studi

terbaru bahkan menemukan masih ada anak muda yang melakukan hubungan

seks penetrasi tanpa menggunakan kondom. Penelitian yang dilakukan oleh

Reckitt Benckiser Indonesia terhadap 500 remaja di lima kota besar di

Indonesia menemukan, 33 persen remaja pernah melakukan hubungan

seks penetrasi. Dari hasil tersebut, 58 persennya melakukan penetrasi di usia 18

sampai 20 tahun. Selain itu, para peserta survei ini adalah mereka yang belum

menikah (Prasasti, 2019).

Hasil penelitian terbaru dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan

(PSKK) Universitas Gadjah Mada dengan Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan sebanyak 58 persen remaja putri

yang hamil di luar nikah berupaya menggugurkan kandungannya alias memilih

melakukan aborsi, hal yang harus diperhatikan pertama yaitu pada skala

nasional terdapat penurunan angka fertilitas remaja, yakni 51 dalam 1.000

kelahiran (SDKI 2007) menjadi 48 dalam 1000 kelahiran (SDKI 2012), dan

mengalami kenaikan lagi menjadi 61 dalam 1000 kelahiran (SDKI 2017),

kedua tindakan remaja saat hamil secara tidak diinginkan, hasil analisisnya
3

cukup mengkhawatirkan yaitu 6,4 persen di antara mereka mencoba aborsi

namun gagal, sementara yang meneruskan kehamilannya ada 33 persen

(Agung, 2016).

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan : Kesehatan Reproduksi Remaja

(SDKI Remaja) 2017, menyebutkan umur pertama kali pacaran tercatat

sebagian besar wanita (80%) dan pria (84%) telah berpacaran, 45% wanita dan

44 % pria mulai berpacaran pada umur 15-17 tahun. Perilaku pacaran yang

dilakukan wanita dan pria mengaku saat berpacaran melakukan aktivitas

berpegangan tangan (64% wanita dan 75% pria), berpelukan (17% wanita dan

33% pria), cium bibir (30% wanita dan 50% pria) dan meraba/diraba (5%

wanita dan 22% pria). 99,9% wanita dan 98% pria berpendapat keperawanan

perlu dipertahankan. 8% pria dan 2% wanita melaporkan telah melakukan

hubungan seksual, dengan alasan 47% saling mencintai, 30% penasaran/ingin

tahu, 16% terjadi begitu saja, masing-masing 3% karena dipaksa dan

terpengaruh teman. Umur pertama kali berhubungan seksual sebelum pra nikah

tercatat 59 % wanita dan 74% pria melaporkan mulai berhubungan seksual

pertama kali pada umur 15-19 tahun. Persentase paling tinggi terjadi pada umur

17 tahun (19%), baik pria maupun wanita. Penggunaan kondom pada hubungan

seksual terakhir lebih banyak dilakukan oleh wanita (49%) dibanding pria

(27%) (BKKBN, 2018).

Remaja yang telah melakukan hubungan seksual ternyata memang tahu

benar tentang pengetahuan seksual (14,4%) dan cukup tahu (8,9%). Umumnya

paparan pornografi diperoleh dari buku dan film. Untuk itu perlu upaya
4

meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi remaja.

Kesehatan reproduksi remaja adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan

sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi

dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta

proses-prosesnya (Aryani, 2010).

Langkah-langkah awal yang dilakukan pemerintah dalam sosialisasi

tentang perilaku seksual bebas pada remaja antara lain meningkatkan promosi

kesehatan dan sokongan (advokasi) kesehatan reproduksi remaja, KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kesehatan reproduksi remaja,

meningkatkan aktivitas konseling remaja melalui KIE, Sejak tahun 2007

BKKBN telah menginisiasi pembentukan Pusat Informasi dan Konseling

Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Pembinaan Ketahanan Remaja

yang diusung BKKBN merupakan program yang dikembangkan dalam rangka

penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja agar mampu melangsungkan (1)

jenjang pendidikan secara terencana, (2) berkarir dalam pekerjaan secara

terencana, dan (3) menikah dengan penuh perencanaan sesuai fase reproduksi

sehat (BKKBN, 2020).

Perilaku seks remaja diatas sesuai dengan pendapat Azwar (2010) bahwa

terdapat enam faktor yang mempengaruhi sikap seseorang yaitu pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,

media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta pengaruh faktor

emosional, sedangkan menurut menurut Soetjiningsih (2013) perilaku seks

remaja dipengaruhi oleh adat istiadat, budaya, agama kurangnya informasi dari
5

sumber yang benar, pengetahuan, kurangnya kontrol dari orang tua, kondisi

keluarga, status ekonomi dan pengalaman pribadi, perilaku seks seperti

masturbasi, percumbuan, seks oral dan seks anal dan hubungan seksual adalah

perilaku seks yang sering ditemukan dikalangan remaja saat ini. Salah satu

Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Subang merupakan salah satu

sekolah dibawah naungan Yayasan Adhi Guna Kencana, sejak berdiri pada

tahun 2008 dengan tiga kompetensi keahlian. Perkembangan yang luar biasa

terlihat pada setiap tahunnya jumlah peserta didik yang cukup besar, sebagai

perbandingan angkatan pertama hanya berjumlah 19 orang peserta didik, dalam

perkembangannya angkatan ke-12 total jumlah peserta didik sebanyak 902

orang. Pencapaian dari segi kuantitas merupakan tantangan tersendiri bagi

pengelola, tercatat 3 orang peserta didik perempuan tidak melanjutkan studinya

dengan alasan melangsungkan pernikahan pada usia dini. Walaupun dari segi

persentase masih relatif kecil (0,33%), penyalahgunaan medsos pun menjadi

fenomena tersendiri dimana 3 orang peserta didik (0,33%) dengan sengaja

mengunggah kegiatan seksualnya dan dapat dilihat bebas orang lain, seiring

dengan perkembangan informasi dan teknologi kejadian seperti diatas dari

tahun ketahun semakin banyak dan peserta didik tanpa ada beban saat

mengunggah konten yang bersifat pribadi tersebut, sekecil apapun angka

kejadian drop out sekolah disebabkan pernikahan dini merupakan suatu

fenomena atau bahkan realita kehidupan remaja saat ini.

Studi pendahuluan penulis lakukan terhadap 20 orang peserta didik di

SMK Bhakti Kencana Subang, tercatat 5 orang (25%) mempunyai sikap


6

negatif terhadap perilaku seks bebas, 15 orang (75%) mempunyai sikap positif

terhadap perilaku seks bebas. Sedangkan pengetahuan peserta didik tentang

perilaku seks bebas tercatat 4 orang (20%) mempunyai pengetahuan kurang

tentang perilaku seks bebas, dan 16 orang (80%) mempunyai pengetahuan baik

tentang perilaku seks bebas. Begitu pula tentang pengaruh lingkungan tercatat

3 orang (15%) dengan pengaruh lingkungan negatif, dan 17 orang (85%)

dengan pengaruh lingkungan positif. Sedangkan perhatian orang tua tercatat 4

orang (20%) dengan perhatian orang tua yang kurang, dan 16 orang (80%)

dengan perhatian orang tua yang cukup. Masih adanya sikap negatif,

pengetahuan yang kurang, pengaruh lingkungan yang negatif, serta kurangnya

perhatian dari orang tua membuat remaja mampu melakukan perilaku seks

bebas tanpa beban dimasa ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja tentang

perilaku seks bebas di SMK Bhakti Kencana Subang tahun 2020.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja

tentang perilaku seks bebas di SMK Bhakti Kencana Subang tahun 2020.
7

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran sikap remaja tentang perilaku seks bebas di SMK

Bhakti Kencana Subang tahun 2020.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas di

SMK Bhakti Kencana Subang tahun 2020.

c. Mengetahui gambaran perhatian orang tua remaja tentang perilaku seks

bebas di SMK Bhakti Kencana Subang tahun 2020.

d. Mengetahui gambaran pengaruh lingkungan sosial remaja tentang

perilaku seks bebas di SMK Bhakti Kencana Subang tahun 2020.

e. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang

perilaku seks bebas di SMK tahun 2020.

f. Mengetahui hubungan antara perhatian orangtua dengan sikap remaja

tentang perilaku seks bebas di SMK tahun 2020.

g. Mengetahui hubungan antara pengaruh lingkungan sosial budaya dengan

sikap remaja tentang perilaku seks bebas di SMK tahun 2020.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dalam bidang keilmuan diharapkan penelitian ini bisa dijadikan

tambahan bahan referensi mengenai pendidikan, terutama mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap remaja tentang perilaku seks, bebas

sehingga kelak peneliti dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap

remaja tentang perilaku seks bebas.


8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap remaja tentang perilaku seks, bebas

sehingga kelak peneliti dapat memberikan pendidikan kesehatan

terhadap remaja tentang perilaku seks bebas.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap remaja tentang perilaku seks bebas.

c. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dan menjadi bahan masukan untuk segenap pendidik dalam memberikan

penyuluhan kesehatan khususnya tentang perilaku seks bebas pada

remaja.

d. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan, serta dapat menjadi bahan masukan khususnya bagi

profesi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

remaja.

e. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya tentang

perilaku seks bebas pada remaja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari

masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yaitu antara usia 12-13 tahun

hingga usia 20-an, perubahan yang terjadi termasuk drastis pada semua

aspek perkembangannya yaitu meliputi perkembangan fisik, kognitif,

kepribadian, dan sosial (Gunarsa, 2016).

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksualitas sampai saat ini

mencapai kematangan seksualitasnya, individu mengalami perkembangan

psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan

terjadi peralihan dari ketergantungan sosial yang penuh, kepada keadaan

yang relatife lebih mandiri (Sarwono, 2016).

Sedangkan menurut Permenkes RI No. 25 Tahun 2014 remaja adalah

kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun (Kemenkes RI, 2014).

Selanjutnya remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang

berkesinambungan atau masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda

(Pradana, 2015).

9
10

Berdasarkan pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa

remaja adalah seseorang yang telah melewati atau sedang pada masa

pubertas, berusia antara 12-21 tahun serta dinyatakan belum menikah.

2. Pembagian Masa Remaja

Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global

berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-14 tahun

adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan dan

19-21 tahun adalah masa remaja akhir (Monks, et al 2014). Menurut tahap

perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

a. Remaja awal (12-14 tahun), dengan ciri khas antara lain :

1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Merasa ingin bebas

3) Mulai tertarik dengan lawan jenis

4) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir

abstrak

b. Remaja Pertengahan (15-18 tahun) :

1) Mencari identitas diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Mulai berkhayal tentang aktivitas seks

c. Remaja akhir (19-21 tahun) :

1) Pengungkapan identitas diri


11

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Mempunyai citra jasmani dirinya

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

5) Mampu berfikir abstrak

3. Karakteristik Remaja

Karakteristik perkembangan yang normal terjadi pada remaja dalam

menjalankan tugas perkembangannya mencapai identitas diri, antara lain :

menilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan

kemampuannya. Dengan demikian pada masa ini, seorang remaja akan :

a. Menilai rasa identitas pribadi.

b. Meningkatkan minat pada lawan jenis

c. Menggabungkan perubahan seks sekunder kedalam citra tubuh

d. Memuai perumusan tujuan okupasional

e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga ( Aryani, 2010).

Menurut Makmun (2013) karakteristik perilaku dan pribadi

pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja

awal (11-13 dan14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun)

meliputi aspek :

a. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi

ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya

ciri-ciri sekunder.

b. Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan

serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.


12

c. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai

tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang

bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.

d. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi

bersifat temporer, serta adanya ketergantungan yang kuat kepada

kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.

e. Perilaku kognitif

1) Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika

formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat

abstrak, meskipun relatif terbatas,

2) Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang

terpesat,

3) Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-

kecenderungan yang lebih jelas.

f. Moralitas

1) Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh

orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.

2) Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-

kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku

sehari-hari oleh para pendukungnya.

3) Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat

dengan tipe idolanya.


13

g. Perilaku Keagamaan

1) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai

dipertanyakan secara kritis dan skeptis.

2) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

3) Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas

pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar

dirinya.

h. Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian

1) Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga

diri, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.

2) Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum

terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya

masih dapat berubah-ubah dan silih berganti.

3) Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya

yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan

membentuk kepribadiannnya.

4) Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak

(teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih

dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.


14

B. Sikap

1. Pengertian

a. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable) pada objek tersebut (Berkowitz,1972 dalam Azwar 2010).

b. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2014).

c. Azwar (2010) menjelaskan tentang sikap sebagai berikut :

1) Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung

atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau

tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu.

2) Sikap merupakan kecenderungan potensi untuk bereaksi

dengan cara tertentu apabila individu diharapkan pada stimulus yang

menghendaki adanya respon.

3) Sikap merupakan komponen-komponen kognitif, afektif dan

konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan

berperilaku terhadap objek.

4) Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal berperasaan

(kognisi), predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu

objek di lingkungan sekitarnya.

5) Sikap yang sering diperoleh melalui pengalaman pribadi,

budaya, orang lain yang dianggap penting, media masa, instuisi atau

lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu.


15

Selanjutnya dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa

sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2010) mengemukakan bahwa ada 6 (enam) faktor

yang dapat mempengaruhi sikap seseorang, yaitu :

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

Namun, dinamika ini tidaklah sederhana dikarenakan suatu

pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi dasar pembentukan

sikap. Individu sebagai orang yang menerima pengalaman, orang yanag

akan melakukan tanggapan atau penghayatan, biasanya tidak melepaskan

pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain

terdahulu, yang relevan. Bagaimana individu bereaksi terhadap

penalaman saat ini jarang lepas dari penghayatannya terhadap

pengalaman-pengalaman di masa lalu.


16

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Pada umumnya, individu

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan

sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain

dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Kecendrungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap

penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Kita memiliki pola

sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat reinforcement

(penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut,

bukan untuk sikap dan perilaku lain.

Burrhus Frederic Skinner mengemukakan pengaruh lingkungan

sangat berperan dalam pembentukan sikap individu (termasuk

kebudayaan). Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang

konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami

(Hergenhahn, 1982 dalam Azwar 2010). Individu memiliki pola sikap


17

dan perilaku tertentu dikarenakan individu mendapat reinforcement

(penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut,

bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.

d. Media massa

Pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi

individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan

perubahan sikap.

Dalam pemberitaan di surat kabar maupun di radio atau media

komunikasi lainnya, berita-berita faktual yang seharusnya disampaikan

secara objektif seringkali dimasuki unsur subjektivitas penulis berita,

baik secara sengaja maupun tidak. Hal ini seringkali berpengaruh

terhadap sikap pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya

menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur subjektif itu,

terbentuklah sikap tertentu.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan

maka tidak mengherankan jika konsep tersebut berperan dalam

menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada

umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi


18

sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap

memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari

lembaga pendidikan atau dari agama seringkali menjadi determinan

tunggal yang menentukan sikap.

f. Pengaruh faktor emosional

Merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif

yang didasari oleh kelainan keripadian pada orang-orang yang sangat

frustasi. Suatu bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah

prasangka (prejudice). Prasangka didefinisikan sebagai sikap yang tidak

toleran, tidak ‘fair’, atau tidak favorabel terhadap sekelompok orang

(Harding, Prosbansky, Kutner, & Chein, 1969; Wrightman & Deaux,

1981 dalam Azwar 2010).

3. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2014) menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.


19

4. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2014) mengemukakan bahwa ada 4 (empat)

tingkatan sikap, yaitu :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau

salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

5. Skala Pengukuran Sikap oleh Likert (Gable, 1986)

Azwar (2010) mengemukakan cara pengukuran sikap seseorang ada 2

(dua) macam, yaitu :


20

a. Metode Self Report

Misalnya ketika menyatakan kesukaan terhadap objek saat ditanya

dalam interview atau menuliskan evaluasi-evaluasi dari suatu kuesioner

dalam metode ini, jawaban yang diberikan dapat dijadikan indikator

sikap seseorang metode ini mempunyai kelemahan yaitu jika individu

tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat diketahui

pendapat atau sikapnya.

Public Opinion Polling :

1) Digunakan untuk mengumpulkan data dari masyarakat yang berkaitan

dengan opini.

2) Digunakan untuk meramalkan sesuatu atau menyediakan informasi,

misalnya :

a) Pro dan kontra aborsi

b) Pembelian suatu produk (representatif)

3) Empat langkah polling :

a) Seleksi terhadap sampel dari responden

b) Menyusun item-item sikap

c) Mengambil data terhadap sampel

d) Tabulasi data

4) Dalam pengukuran Public Opini Polling, item skala terdiri dari:

a) Pertanyaan-pertanyaan tentang objek

b) Format jawaban: tertutup (setuju-tidak setuju) dan terbuka


21

Untuk melakukan skala/kategori dengan metode ini, pernyataan

sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan akan

didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Responden

akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya

terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu

:sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat

menentukan” atau “entahlah” (E), “setuju” (S), dan “sangat setuju”

(SS).

Alat ukur sikap menggunakan skala likert STS, TS, S, SS

dengan kategori positif dan negatif. Kategori positif STS (1), TS (2),

S (3), SS (4), sedangkan kategori negatif STS (4), TS (3), S (2), SS

(1). Hasil ukur variabel sikap terdiri dari dua kategori yaitu positif

(T>mean/median) dan negatif (T≤mean/median), sesuai dengan

standar kriteria objektif (Azwar, 2010).

b) Skala Sikap

Yaitu : kumpulan pertanyaan mengenai objek sikap, yang

berfungsi :

(1)Mencoba memperoleh pengukuran yang tepat tentang sikap

seseorang

(2)Akurasi pengukuran dilakukan dengan penggunaan beberapa

item yang berkaitan dengan isu yang sama

(3)Skala sikap melibatkan: belief dan opini terhadap suatu objek


22

(4)Pertanyaan-pertanyaan atau item yang membentuk skala sikap

dikenal dengan statement (pernyataan yang menyangkut objek

psikologis).

b. Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran Terselubung)

Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat

dilakukan oleh responden Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran

sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan

pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa

disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat

menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice

tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan

beberapa aspek fisiologis lainnya.

6. Struktur Sikap

Struktur sikap menurut skema triadik terdiri atas tiga komponen yang

saling menunjang (Azwar, 2010), yaitu :

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau yang benar bagi objek sikap kepercayaan datang dari

apa yang kita lihat atau apa yang kita ketahui. Berdasarkan dari apa yang

kita lihat itu suatu objek. Kita melihat misalnya bahwa ayam bertelur,

bebek bertelur, elang bertelur, dan karena itu kita percaya pelikan

(sebangsa burung yang langka) dapat bertelur (Azwar, 2010).


23

b. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini

disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu (Azwar,

2010).

c. Komponen Konatif

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan bagaimana

perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini berkaitan

dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasarkan oleh asumsi

bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

Misalnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan

terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana

perasaan dan kepercayaan terhadap stimulus itu (Notoatmodjo, 2014).

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi

sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang emosional

terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Notoatmodjo (2014)

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum


24

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2014).

C. Seks Bebas

1. Perilaku Seks Remaja

Pemahaman tentang perkembangan seks merupakan salah satu

pemahaman yang penting diketahui sebab masa remaja merupakan masa

peralihan dari perilaku seks anak-anak menjadi perilaku seks dewasa.

a. Perkembangan Seks Pada Remaja

Perkembangan organ seksual pada masa pubertas amat nyata bila

dibandingkan dengan masa anak-anak. Pematangan secara fisik pada

masa pubertas hanya merupakan salah satu proses pada remaja sebab

variasi pematangan pada remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan

psikososial. Perkembangan psikososial ini antara lain sebagai berikut:

1) Mereka ingin bersikap tidak

tergantung pada orang tua

2) Mereka ingin

mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan kelompoknya.

3) Mereka sudah mulai

mempelajari prinsip-prinsip etika.


25

4) Mereka ingin menunjukkan

kemampuan intelektualnya.

5) Mereka mempunyai tanggung

jawab prilaku dan sosial.

Secara garis besar seksualitas remaja merupakan suatu proses

pematangan biologis saat pubertas dan pematangan psikoseksual.

Pubertas adalah suatu peroide perubahan dari tidak matang menjadi

matang. Pada saat pubertas terjadi perkembangan tanda-tanda seks

sekunder. Salah satu tanda adanya pematangan fisik ini ialah anak

perempuan mulai haid dan anak laki-laki mulai mimpi malam atau

ejakulasi pada saat ini mereka telah mempunyai kemampuan fertilitas.

Perubahan kadar hormon reproduksi yang akan diikuti dengan

perubahan perilaku seksual akan nampak pada masa ini. Pada masa ini

terjadi perubahan FSH (follicle stimulating hormon) dan LH (luteinizing

hormon) selama tidur dan merangsanng produksi testosteron dan

spermatozoa pada laki-laki, sedangkan pada anak perempuan hormon ini

akan meranngsang pengeluaran estrogen dan pematangan sel telur.

Selama pubertas produksi testoteron mencapai sepuluh sampai

duapuluh kali lipat pada anak laki-laki, sedangkan pada anak perempuan

tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Tetapi estrogen pada anak

perempuan menjadi meningkat delapan sampai sepuluh kali lipat.

Pengeluaran hormon dari kelenjar adrenal akan menyebabkan

pertumbuhan rambut pubis dan aksila serta peningkatan kelenjar lemak


26

pada kulit sehingga seringkali menimbulkan jerawat (Soetjiningsih,

2013).

b. Perkembangan Organ Seksual

Perkembangan organ seksual remaja terdiri dari lima fase baik pada

laki-laki maupun perempuan. Selama proses perkembangan tersebut,

organ seksual mengalami perubahan ukuran, bentuk dan kematangan

fungsinya.

c. Fase Perkembangan Perilaku Seks Remaja

Perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan

hormon reproduksi atau hormon seks baik pada anak laki-laki maupun

pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku seksual

remaja secara keseluruhan. Perkembangan seksual tersebut sesuai dengan

beberapa fase, yaitu :

1) Pra Remaja

Masa pra remaja adalah suatu tahap memasuki tahap remaja

yang sesungguhnya. Pada masa ini ada beberapa indikator untuk

menentukan identitas gender laki-laki atau perempuan, yaitu indikator

biologis yang berdasarkan jenis kromosom, bentuk gonad dan kadar

hormon. Perkembangan fisik masih tidak banyak berubah. Pada masa

ini mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks

dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau sumber lainnya.
27

2) Remaja Awal

Merupakan tahap awal/permulaan, remaja sudah mulai tampak

ada perubahan fisik, yaitu fisik sudah matang dan berkembang. Pada

masa ini mereka seringkali mengalami fantasi baik aktifitas fisik

seperti onani ataupun aktifitas non fisik untuk menyalurkan perasaan

cinta terhadap lawan jenis yaitu dalam bentuk surat cinta, hubungan

telepon (Soetjiningsih, 2013).

3) Remaja Menengah

Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami

pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami

mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid. Pada

masa ini gairah seksual remaja sudah mencapai puncak sehingga

mereka kecenderungan melakukan sentuhan fisik.

4) Remaja Akhir

Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami

perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa.

Mereka telah mempunyai perilaku seksual sudah jelas dan mereka

mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran.

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Remaja

Tahapan Umur (tahun) Umur (tahun)


Remaja laki-laki perempuan
Remaja awal 11-14 9-13
Remaja menengah 14-17 13-16
Remaja akhir >17 >16
(Soetjiningsih, 2013)

d. Pola Perilaku Seks Remaja


28

Identitas diri dan perasaan ketidaktergantungan pada orang tua

sudah mulai menonjol pada remaja dan mereka lebih suka mengadakan

pergaulan dengan kelompok sebayanya dan ikatan di dalam kelompok

sebaya amat kuat.

Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain perkembangan fisik, psikis, proses belajar dan sosiokultural.

Beberapa faktor tersebut maka aktifitas seksual remaja amat erat

kaitannya dengan faktor-faktor itu. Beberapa aktifitas seksual yang sering

dijumpai pada remaja yaitu sentuhan seksual, membangkitkan gairah

seksual, seks oral, seks anal, masturbasi dan hubungan heteroseksual.

1) Masturbasi

Masturbasi merupakan salah satu aktifitas yang sering dilakukan

oleh para remaja. Dari laporan penelitian yang dilaporkan oleh

SIECUS (sex Information and Education Council of the United States)

menunjukan bahwa remaja laki-laki pada umur 16 tahun yang

melakukan masturbasi ada 88% dan remaja perempuan 62%.

Frekuensinya makin meningkat sampai pada sesudah pubertas.

Mereka mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenis yang

sebaya sejenis kelamin, tetapi sebagian dari mereka juga melakukan

masturbasi secara mutual dengan pacarnya (Soetjiningsih, 2013).

2) Percumbuan, Seks Oral dan Seks Anal

Pola perilaku seksual ini tidak hanya dilakukan oleh pasangan

suami istri, tetapi juga telah dilakukan oleh sebagian dari remaja.
29

Menurut survey Komite Perlindungan Anak Idonesia (KPAI)

separuh remaja wanita pernah bercumbu ataupun melakukan oral seks.

32% remaja usia 14-18 tahun di kota besar seperti Jakarta, Bandung,

Jogjakarta pernah berhubungan seks bebas.

Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia,

sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan

hubungan seks. Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak

bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12

provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :

a) 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan

oral seks.

b) S62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.

c) 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.

d) Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta

adalah remaja perempuan.

Perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke

jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara

umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang

semakin serius.

Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks

bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-

an, menjadi duapuluh persen pada tahun 2000.


30

Penelitian yang dilakukan pada tahun 1995 terhadap remaja

yang berumur 15-19 tahun di Amerika Serikat menunjukan hasil

sebagai berikut :

a) 55 % remaja telah melakukan hubungan seksual

b) 53% remaja telah mengalami masturbasi yang dilakukan oleh

perempuan baik remaja maupun perempuan dewasa

c) 49% remaja mengalami seks oral

d) 39% remaja melakukan seks oral

e) 11% sering mengalami seks anal

Penelitian ini melaporkan bahwa remaja melakukan aktifitas

seksual tersebut 75% di rumah orang tuanya.

Hubungan seksual di kalangan remaja makin lama makin

meningkat sesuai dengan peningkatan umur yaitu 16% pada umur

antara 7-8 tahun dan 60% pada umur 11 - 12 tahun.

3) Hubungan Seksual

Pada masa remaja ternyata tidak sedikit para remaja yang

melakukan hubungan seksual. Di Amerika Serikat hubungan seksual

yang dilakukan oleh para remaja ternyata mengalami peningkatan

sekitar 1% per tahunnya. Empat puluh persen dari remaja perempuan

hamil sebelum tamat sekolah menengah, 50% di antaranya melakukan

abortus dan sisanya melahirkan bayinya. Dampak lain yang perlu

diwaspadai adalah bahaya penularan penyakit kelamin terutama

HIV/AIDS yang sudah menyebar kemana-mana (Soetjiningsih, 2013).


31

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks

Bebas

Berdasarkan teori dan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seks bebas pada remaja diantaranya :

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2014). Pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, mencakup respons

seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,

pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2014), pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1) Tahu (Know)
32

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menjelaskan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-

kata kerja menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)
33

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014), terdapat dua cara dalam memperoleh

pengetahuan yaitu dengan cara tradisional dan cara modern.

1) Cara Tradisional

a) Cara coba-salah (trial and error)

Cara ini merupakan cara yang paling tradisional yang pernah

digunakan dengan cara coba-coba. Cara ini telah dipakai orang

sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya

peradaban. Pada waktu ini seseorang apabila menghadapi persoalan

atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan cara coba-

coba saja. Coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam pemecahan masalah dan apabila ada

kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua gagal maka


34

dicoba kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan ini dapat diperoleh berdasarkan atas otoritas

atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pimpinan

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Dengan kata lain sumber

pengetahuan tersebut berupa pemimpin-pemimpin masyarakat, baik

formal maupun non formal, pemegang pemerintah dan lain

sebagainya. Prinsip ini adalah orang menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji

atau membuktikan kebenarannya terlebih dahulu.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab

itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.


35

d) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

melalui induksi maupun deduksi.

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara

melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-

pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya

sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan

kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang

umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan

kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

2) Cara modern

Cara modern ini disebut sebagai penelitian ilmiah, atau lebih

populer disebut metodelogi penelitian (research methodology). Cara

ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), mula-

mula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan hasil pengamatan yang dikumpulkan dan

diklasifikasikan, diambil kesimpulan umum kemudian metode ini

dilanjutkan oleh Deobold Van Dallen, ia mengatakan bahwa dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi


36

langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua objek

yang diamati.

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran tentang kesehatan menurut Notoatmodjo, (2014), dapat

diukur berdasarkan jenis penelitiannya, kuantitatif atau kualitatif :

1) Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif pada umum akan mencari jawab atas

fenomena, yang menyangkut berapa banyak, berapa sering, berapa

lama, dan sebagainya, maka biasanya menggunakan metode

wawancara dan angket (self administered).

a) Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan

menggunakan instrument (alat pengukur/pengumpul data)

kuesioner. Wawancara tertutup adalah suatu wawancara dimana

jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan telah tersedia

dalam opsi jawaban, responden tinggal memilih jawaban mana

yang mereka anggap paling benar atau paling tepat. Sedangkan

wawancara terbuka, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

bersifat terbuka, sedangkan responden boleh menjawab apa saja

sesuai dengan pendapat atau pengetahuan responden sendiri.

b) Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya wawancara, angket

juga dalam bentuk tertutup dan terbuka. Instrumen atau alat

ukurnya seperti wawancara, hanya jawaban responden disampaikan


37

lewat tulisan. Metoda pengukuran melalui angket ini sering disebut

“self administered” atau metode mengisi sendiri.

2) Penelitian Kualitatif

Pada umumnya penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab

bagaimana suatu fenomena itu terjadi, atau mengapa terjadi. Misalnya

penelitian kesehatan tentang pengetahuan remaja tentang perilaku

seksual. Penelitian kuantitatif mencari jawab seberapa besar tingkat

pengetahuan remaja tentang perilaku seksual.

Metode-metode pengukuran pengetahuan dalam metode

kualitatif ini antara lain :

a) Wawancara mendalam

Mengukur variabel pengetahuan dengan menggunakan

metode wawancara mendalam, adalah peneliti mengajukan suatu

pertanyaan sebagai pembuka, yang akhirnya memancing jawaban

yang sebanyaknya dari responden. Jawaban responden akan diikuti

pertanyaan yang lain, terus-menerus, sehingga diperoleh informasi

atau jawaban responden akan diikuti pertanyaan yang lain, terus-

menerus, sehingga diperoleh informasi atau jawaban responden

sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya.

b) Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)

Diskusi kelompok terfokus “Focus group discussion” dalam

menggali informasi dari beberapa orang responden sekaligus dalam

kelompok. Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang akan


38

memperoleh jawaban yang berbeda-beda dari semua responden

dalam kelompok tersebut. Jumlah kelompok dalam diskusi

kelompok terfokus seyogyanya tidak terlalu banyak, tetapi juga

tidak terlalu sedikit, antara 6-10 orang.

Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang

yang bersangkutan mengunkapkan hal-hal yang diketahuinya dalam

bentuk jawaban baik lisan maupun tulisan.

Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokan menjadi dua jenis,

yaitu :

1) Pertanyaan Subyektif

Pertanyaan essai, disebut pertanyaan subyektif karena

penialaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari

penilaian sehingga cara menilainya akan berbeda-beda.

2) Pertanyaan Obyektif

Pertanyaan pilihan ganda, menjodohkan, benar salah disebut

pertanyaan objektif karena pertanyaan ini dapat dinilai secara pasti

oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas (Notoatmodjo,

2010).

Instrument penelitian berupa kuesioner disebarkan kepada

responden, hasil jawaban responden dengan jawaban benar diberi

nilai 1 dan jawaban responden salah diberi nilai 0, jawaban

responden dijumlahkan. Hasil ukur variabel pengetahuan terdiri


39

dari dua kategori yaitu baik (T>mean/median) dan kurang

(T≤mean/median), sesuai dengan standar kriteria objektif

(Riduwan, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Linda Surya Wulandari tahun

2017 dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

seksual murid SMU negeri di Kota Padang menyebutkan remaja

dengan pengetahuan relatif mempunyai peluang 11,90 kali

berperilaku seksual berisiko berat dibandingkan pengetahuan relatif

tinggi (95% CI = 4,56-28,61). Pengetahuan remaja tentang

kesehatan seksual masih rendah, umumnya yang menjawab benar

dibawah 50%, hanya mengenai PMS, HIV-AIDS diatas 50%. Hal

ini sejalan dengan penelitian Kitting dan Tanjung dan serta hasil

Survai Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2002-

2003.

Rendahnya pengetahuan pada remaja disebabkan kurangnya

informasi yang diterima remaja. Remaja lebih 600,92 kali

berperilaku seksual berisiko berat dibandingkan banyak menerima

informasi dari media elektronik seperti televisi. Di televisi

informasi sebagian besar informasi hanya sebatas mengenai

PMS dan HIV-AIDS sedangkan informasi kesehatan reproduksi

dan seksual masih jarang. Adanya anggapan bahwa membicarakan

tentang kesehatan seksual adalah hal yang memalukan dan tabu

bagi keluarga dan masyarakat membuat remaja yang haus


40

informasi berusaha sendiri mencari informasi. Terkadang

informasi yang di dapat malah menyesatkan dan setengah-

setengah. Menurut Surono (1997) pengetahuan yang

setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu

sekali, tetapi ketidaktahuan juga membahayakan. Pengetahuan

seksual yang hanya setengah-setengah tidak hanya mendorong

remaja untuk mencoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan salah

persepsi.

2. Perhatian Orang Tua

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi

perkembangan anak. Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh,

apabila proses pola asuh tidak berjalan lancar maka dapat timbul masalah

pada remaja.

Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga,

diantaranya sebagai berikut :

a. Sikap orang tua otoriter (mau menang sendiri, selalu mengatur, semua

perintah harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan anak)

akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian remaja.

Remaja akan berkembang menjadi penakut, tidak memiliki rasa percaya

diri, merasa tidak berharga, sehingga proses sosialisasi menjadi

terganggu.

b. Sikap orang tua permisif (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu

menuruti kehendak anak, selalu memanjakan) akan menumbuhkan sikap


41

ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di

luar keluarga.

c. Sikap orang yang selalu membandingkan anaknya, akan menumbuhkan

persaingan tidak sehat dan saling curiga antar saudara.

d. Sikap orang tua yang berambisi dan terlalu menuntut anak-anaknya akan

mengakibatkan anak cenderung mengalami frustasi, takut gagal dan

terasa tidak berharga.

e. Orang tua yang demokratis akan mengikuti keberadaan anak sebagai

individu dan makhluk social, serta mau mendengar dan menghargai

pendapat anak. Kondisi akan menimbulkan keseimbangan antara

perkembangan individu dan sosial, sehingga anak akan memperoleh

suatu kondisi mental yang sehat (Notoatmodjo, 2014).

Kondisi keluarga dengan hubungan orang tua yang harmonis akan

menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan

kepribadian anal. Sebaliknya, orang tua yang sering bertengkar akan

menghambat komunikasi dalam keluarga dan akan “melarikan diri” dari

keluarga. Keluarga yang tidak lengkap. Misalnya karena perceraian dan

kematian, atau keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat

memengaruhi perkembangan jiwa remaja.

Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan nilai-

nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak di rumah. Pengertian budi pekerti

mengandung nilai-nilai sebagai berikut :

a. Keagamaan
42

Pendidikan agama diharapkan dapat menumbuhkan sikap anak

yang mampu menjauhi hal-hal yang dilarang dan melaksanakan perintah

yang dianjurkan. Menanamkan norma agama dianggap sanagat besar

perannya terutama dalam menghadapi situasi globalisasi yang berakibat

pada bergesernya nilai kehidupan. Remaja yang taat norma agama akan

terhindar atau mampu bertahan terhadap pengaruh buruk di

lingkungannya.

b. Kesusilaan

Meliputi nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, misalnya

sopan santun, kerjasama, tenggang rasa, saling menghayati, saling

menghormati, menghargai orang lain dan sebagainya.

c. Kepribadian

Memiliki nilai-nilai dalam kaitan pengembangan diri, misalnya

keberanian, rasa malu, kejujuran, kemandirian dan sebagainya.

Penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam keluarga dapat dilakukan

melalui keteladanan orang tua atau orang dewasa lainnya, bacaan yang

sehat, pemberian tugas dan komunikasi efektif antar anggota keluarga.

Sebaliknya, apabila keluarga tidak peduli terhadap hal ini; misalnya

membiarkan anak tanpa komunikasi dan memperoleh nilai di luar moral

agama dan social, membaca buku dan menonton VCD porno, bergaul

bebas, minuman keras dan merokok; maka akan berakibat buruk terhadap

perkembangan jiwa remaja (Aryani, 2010).

Peran Orang tua dalam penanaman pola asuh :


43

a. Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita.

b. Membekali anak dengan dasar moral dan agama.

c. Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua-anak.

d. Menjalin kerjasama yang baik dengan guru.

e. Menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal

menjaga lingkungan yang sehat.

f. Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak (informasitips.com>info)

Alat ukur perhatian orang tua menggunakan skala likert Tidak Pernah,

Jarang, Sering, Selalu dengan kategori positif dan negatif. Kategori positif

Tidak Pernah (1), Jarang (2), Sering (3), Selalu (4), sedangkan kategori

negatif Tidak Pernah (4), Jarang (3), Sering (2), Selalu (1). Hasil ukur

variabel perhatian orang tua terdiri dari dua kategori yaitu cukup perhatian

(T>mean/median) dan kurang perhatian (T≤mean/median), sesuai dengan

standar kriteria objektif (Riduwan, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Dien G.A Nursal tahun 2007 dengan

judul faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual murid SMU

negeri di Kota Padang, umumnya responden diasuh oleh orang tuanya

dalam 3 tahun terakhir (94,6%). Sekitar 92,6% orang tua tahu kapan

anaknya pulang dan 84,3% tahu apa yang dikerjakan anaknya di

rumah. Sebagian besar responden langsung pulang ke rumah seusai

sekolah (67,4%). Responden yang tidak langsung pulang ke rumah

biasanya karena pergi les (42,2%), pergi ke rumah teman (31%), jalan- jalan

ke pasar/pusat perbelanjaan (20%) dan pergi dengan pacarnya (6%).


44

Pada penelitian ini pola asuh demokratis diletakkan sebagai pola asuh

di antara pola asuh permisif dan pola asuh otoriter. Untuk interpretasinya

dilihat kecendrungan dari responden pada salah satu pola asuh orang tuanya.

Responden dengan pola asuh permisif mempunyai peluang 600,92 kali

berperilaku seksual berisiko berat dibandingkan demokratis&otoriter (95%

CI = 131,9 - 2736,8). Berdasarkan analisis multivariat pola asuh merupakan

faktor yang paling berhubungan dengan perilaku seksual setelah

dikontrol oleh variabel lain.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prastana tahun

2005 dan analisa WHO pada berbagai literatur kesehatan

reproduksi dari seluruh dunia yang menyatakan bahwa pola asuh

adalah merupakan faktor risiko perilaku seksual risiko berat. Berbagai

interaksi antara remaja dengan orang tua menunda bahkan mengurangi

perilaku hubungan seksual pada remaja. Tidak adanya pengawasan dari

orang tua akan mempercepat remaja melakukan hubungan seksual.

Menurut Mesche (1998) remaja yang diawasi oleh orang tuanya, remaja

dengan pola asuh otoriter, remaja yang berasal dari keluarga yang

konservatif dan memegang kuat tradisi dan remaja mempunyai

hubungan akrab dengan orang tuanya akan menunda umur pertama

melakukan hubungan seksual.

3. Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita


45

hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan

heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung

terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita

hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan

berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif

terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan

perorangan.

Menurut penelitian Fadhila 2010 dengan judul hubungan antara

pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja Sikap seksual

pranikah pada remaja SMAN 3 Surakarta yaitu 62,5 % remaja

menunjukkan sikap negatif. Sikap negatif terdapat kecenderungan

untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Sikap negatif pada penelitian ini dipengaruhi oleh faktor antara lain

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,

media massa, institusi atau lembaga pendidikan/ agama dan faktor

emosi dalam diri individu (Azwar 2010). Faktor lain yang mempengaruhi

pembentukan sikap, menurut Walgito(2003) adalah faktor pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2014), sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

objek.

Alat ukur pengaruh lingkungan sosial budaya menggunakan skala

likert STS, TS, S, SS dengan kategori positif dan negatif. Kategori positif

STS (1), TS (2), S (3), SS (4), sedangkan kategori negatif STS (4), TS (3), S
46

(2), SS (1). Hasil ukur variabel pengaruh lingkungan sosial budaya terdiri

dari dua kategori yaitu positif (T>mean/median) dan negatif

(T≤mean/median), sesuai dengan standar kriteria objektif (Riduwan, 2016).

E. Hasil Penelitian Orang Lain

1. Penelitian Junita, Sri (2018), tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seks Pra Nikah Pada

Siswa yang Mengikuti Kegiatan PIK-R di SMA Kab. Bantul Tahun 2017.

Hasil penelitian : Tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada siswa yang

mengikuti kegiatan PIK-R (p-value=0.40). Selanjutnya ada hubungan antara

sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada

siswa yang mengikuti kegiatan PIK-R (p-value 0.04)

2. Penelitian Untari, Anggar Dwi (2017), tentang Analisis Faktor yang

Berhubungan dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja yang Tinggal di

Wilayah Eks Lokalisasi Berdasarkan Teori Transcultural Nursing. Hasil

penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

pada pengetahuan (p=0,458), ekonomi (p=0,395), nilai budaya dan gaya

hidup (p=0,263), teknologi (p=0,384), dukungan keluarga dan sosial

(p=0,914), peraturan dan kebijakan (p=0,982). Namun religiusitas terdapat

hubungan dengan perilaku seks pranikah remaja (p=0,004).

3. Penelitian Wulandari, Linda Surya (2017), tentang Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pada Remaja SMA Terhadap Wanita


47

Pekerja Seks (WPS) di Purwodadi. Hasil penelitian : Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (2,3%) memiliki perilaku

seksual beresiko dan 302 responden (97,7%) tidak memiliki perilaku

seksual beresiko. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dengan CI =

95%, ɑ = 0,05 (Ho ditolak jika p < ɑ). Faktor religiusitas (p=0,002), paparan

media pornografi (p=0,039), dan pola asuh orang tua (p=0,000) memiliki

hubungan dengan perilaku seksual remaja dengan wanita pekerja seks

(WPS) (p<0,05).

F. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teoritis diatas maka kerangka teori penelitian ini

adalah :

Remaja adalah seorang anak yang telah mencapai umur 10-18 tahun

untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki (Soetjiningsih,

2013).

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)

pada objek tersebut (Berkowitz,1972 dalam Azwar 2010).

Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain perkembangan fisik, psikis, proses belajar dan sosiokultural. Beberapa

faktor tersebut maka aktifitas seksual remaja amat erat kaitannya dengan

faktor-faktor itu. Beberapa aktifitas seksual yang sering dijumpai pada remaja
48

yaitu sentuhan seksual, membangkitkan gairah seksual, seks oral, seks anal,

masturbasi dan hubungan heteroseksual.

Menurut Notoatmodjo, (2015). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja tentang seks bebas :

1. Pengetahuan

2. Pengalaman pribadi

3. Informasi

4. Sumber Informasi

5. Perhatian orang tua

6. Pengaruh lingkungan sosial budaya

7. Nilai moral

Pengetahuan
Pengalaman pribadi
Informasi
Sumber Informasi Sikap remaja tentang
Perhatian orang tua perilaku seks bebas
Pengaruh lingkungan
sosial budaya
Nilai moral

Diagram 2.1 Kerangka Teori (Sumber : Soetjiningsih (2013), Azwar,


(2010), Notoatmodjo, (2015).
49
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan konsep

yang dikemukakan oleh Azwar (2010) bahwa terdapat enam faktor yang

mempengaruhi sikap seseorang yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain

yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga

pendidikan dan lembaga agama serta pengaruh faktor emosional, menurut

Soetjiningsih (2013) perilaku seks remaja dipengaruhi oleh adat istiadat,

budaya, agama kurangnya informasi dari sumber yang benar, pengetahuan,

kurangnya kontrol dari orang tua, kondisi keluarga, status ekonomi dan

pengalaman pribadi.

Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan

disesuaikan dengan adanya keterbatasan kemampuan dan waktu, maka penulis

melakukan modifikasi dua teori tersebut diatas menjadi variabel dependen dan

independen. Variabel independen yang akan diteliti meliputi ; pengetahuan,

perhatian orang tua, pengaruh lingkungan sosial budaya. Sedangkan variabel

dependennya ialah sikap remaja tentang perilaku seksual bebas, maka kerangka

konsep penelitian yang penulis rancang adalah seperti diagram berikut ini :

49
50

Variabel Independen Variabel Dependen


Pengetahuan
Perhatian orang tua Sikap remaja tentang
Pengaruh lingkungan perilaku seks bebas
sosial budaya

Diagram 3.1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Kriteria dan Skala


Variabel
Operasional Ukur Ukur Hasil ukur Ukur
Variabel Dependen
Sikap remaja Respon secara Wawancara Kuesioner 1. Positif, bila (skor ≥ Nominal
tentang perilaku kognitif, apektif mean = 29,86)
seks bebas dan konatif
responden tentang 2. Negatif, bila (skor
perilaku seks < mean = 29,86)
bebas
Variabel Independen
Pengetahuan Segala sesuatu Wawancara Kuesioner 1. Baik, bila (skor ≥ Nominal
yang diketahui mean = 13,62)
oleh responden
tentang perilaku 2. Kurang, (skor <
seks bebas mean = 13,62)
Perhatian Pernyataan Observasi Kuesioner 1. Cukup perhatian, Nominal
Orangtua responden tentang bila (skor ≥ mean =
pengawasan dan 40,20)
arahan orang tua
dalam 2. Kurang perhatian,
menjelaskan bila (skor < mean =
tentang perilaku 40,20)
seks bebas

Pengaruh Pernyataan Observasi Kuesioner 1. Positif, bila (skor ≥ Nominal


lingkungan responden tentang mean = 16,10)
sosial budaya pengaruh
lingkungan 2. Negatif, bila (skor
terhadap perilaku < mean = 16,10)
seks bebas
51

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada

suatu penelitian (Arikunto, 2013).

Hipotesis dalam penelitian ini :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang perilaku

seks bebas.

2. Ada hubungan antara perhatian orang tua dengan sikap remaja tentang

perilaku seks bebas.

3. Ada hubungan antara pengaruh sosial budaya dengan sikap remaja tentang

perilaku seks bebas.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

korelasional, dalam hal ini peneliti berupaya mencari hubungan antar

variabel dan menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2016). Pada

penelitian jenis ini dilakukan analisis terhadap data yang telah terkumpul,

membuat hipotesis dan pengujian hipotesis (Sastroasmoro, 2010). Desain

yang digunakan adalah cross sectional, yaitu jenis penelitian yang

menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat (Arikunto, 2010).
52

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sampel penelitian atau obyek yang

akan diteliti (Notoatmodjo, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah

peserta didik kelas X dan XI sebanyak 596 orang.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2015).

Teknik pengambilan sampel secara random sampling yaitu adalah

teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik

secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama

untuk dipilih sebagai anggota sampel (Notoatmodjo, 2015).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

random sampling yaitu langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan jumlah sampel keseluruhan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Keterangan :

N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan/Ketepatan yang diinginkan (0,10)
53

Jika dalam penelitian ini ditentukan :

N = 596 dan d = 0,10 maka n adalah :

85,63

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 86

orang.

b. Setelah besar sampel diketahui, kemudian menetapkan jumlah sampel

dari masing-masing kelas berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :

n1 : Besar sampel dari masing-masing kelas


N1 : Besar populasi dari masing-masing kelas
N : Besar populasi keseluruhan
n : Besar sampel keseluruhan

Berdasarkan perhitungan, diperoleh besar sampel dari masing-

masing kelas seperti pada tabel 3.1. sebagai berikut :

Tabel 3.2. Jumlah Sampel Penelitian

Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel


X 1 Keperawatan 36 5
X 2 Keperawatan 35 5
X3 Keperawatan 35 5
X 4 Keperawatan 36 5
XI 1 Keperawatan 34 5
XI 2 Keperawatan 35 5
XI 3 Keperawatan 35 5
XI 4 Keperawatan 34 5
XI 5 Keperawatan 34 5
54

Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel


X 1 Farmasi 31 4
X 2 Farmasi 36 5
X 3 Farmasi 34 5
XI 1 Farmasi 36 5
XI 2 Farmasi 35 5
XI 3 Farmasi 36 5
X 1 TLM 32 5
XI 1 TLM 42 6
Jumlah 596 86

c. Sampel dipilih secara random dengan cara undian terhadap siswa SMK
Bhakti Kencana Subang. Misalnya sebanyak 36 siswa dari kelas X 1
Keperawatan ditulis dalam secarik kertas kemudian kertas digulung dan
dimasukan ke dalam sebuah kotak. Setelah dikocok, sejumlah gulungan
kertas diambil sesuai dengan jumlah sampel yang direncanakan dan
menjadi sampel terpilih (Arikunto, 2010).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi

Penelitian dilakukan di SMK Kes. Bhakti Kencana Subang.

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari tanggal 03 sd 07 Agustus 2020.

4. Instrument Penelitian

a. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, yaitu data yang

langsung diambil dari responden (Riduwan, 2010). Sumber data diambil

dari daftar hadir peserta didik SMK Ta. 2019-2020.

b. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap

apa yang ditanyakan atau apa yang ingin diukur dalam penelitian
55

(Arikunto, 2010). Uji validitas ini dilakukan terhadap setiap item

pertanyaan yang diajukan. Rumus yang digunakan yaitu rumus koefisien

korelasi yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai

berikut :

N ( xy )  ( X )( Y )
r
N  X 2  ( X 2 )( N  Y 2  ( Y 2 )

Keterangan :

r : Koefisien korelasi

X : Skor setiap item

Y : Skor total

N : Ukuran sampel

Hasil uji validitas variabel sikap dalam penelitian Junita (2017)

tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan

Reproduksi dengan Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa yang Mengikuti

Kegiatan PIK-R di SMA Kab. Bantul tahun 2017, berdasarkan hasil uji

validitas pada 30 responden didapatkan hasil dari 22 soal tercatat point 1,

10, 11, 14, dan 18 tidak valid, soal dibuang dan tersisa 17 soal sikap

dengan hasil semuanya valid karena nilai r hitung ≥ 0,361, dengan

ketentuan r tabel sebesar 0,361 dapat dilihat dalam daftar tabel r dengan

nilai kemaknaan 0,05. Hasil uji validitas variabel pengetahuan, perhatian

orang tua dan pengaruh lingkungan sosial budaya dalam penelitian Untari

(2017) tentang Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks

Pranikah Pada Remaja yang Tinggal di Wilayah Eks Lokalisasi


56

Berdasarkan Teori Transcultural Nursing semuanya valid karena nilai r

hitung ≥ 0,361, dengan ketentuan r tabel sebesar 0,361 dapat dilihat

dalam daftar tabel r dengan nilai kemaknaan 0,05.

Berdasarkan data tersebut kuesioner yang akan penulis gunakan

tidak dilakukan uji validitas dan tinggal langsung dipakai dalam proses

penelitian.

c. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas dilakukan agar suatu instrumen cukup dipercaya

untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Untuk pengujian data pengetahuan

yang berupa skor dikotomi digunakan rumus koefisien realibilitas Alpha

Cronbach sebagai berikut:

 k   b 
2
r11    1   2 
 k  1  t 

Keterangan :

r11 : Reliabilitas Instrumen


k : Banyaknya butir pertanyaan
Σσb2 : Proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item i
σt2 :Varians total
qi
: 1- pi
St 2 : Varians total
Hasil uji reliabilitas variabel sikap dalam penelitian Junita (2017)

tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan

Reproduksi dengan Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa yang Mengikuti

Kegiatan PIK-R di SMA Kab. Bantul tahun 2017, semuanya reliabel


57

dengan nilai alpha (0,894). Hasil uji reliabilitas variabel pengetahuan,

perhatian orang tua dan pengaruh lingkungan sosial budaya dalam

penelitian Untari (2017) tentang Analisis Faktor yang Berhubungan

dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja yang Tinggal di Wilayah

Eks Lokalisasi Berdasarkan Teori Transcultural Nursing semuanya

reliabel dengan nilai alpha (0,960) lebih besar dari r tabel = 0,683.

Berdasarkan data tersebut kuesioner yang akan penulis gunakan

tidak dilakukan uji reliabilitas dan tinggal langsung dipakai dalam proses

penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data direncanakan dilakukan dengan membagikan

kuesioner penelitian sejumlah dengan sampel yang ditetapkan. Kuesioner

yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang kegiatan yang

dialami (Notoatmodjo, 2015). Pengumpulan data diawali dengan

menyebarkan kuesioner dengan bantuan Wali Kelas X, dan XI. Kuesioner

disebarkan di grup WA Kelas X dan XI link kuesioner tersedia di

https://docs.google.com/forms/d/1ZBXFHKQauivrijTVG0KqK47PuwFppL

UBjIWyG8ZPgFQ/edit. Sebelum dilaksanakan pengumpulan data,

responden diberi penjelasan tentang pelaksanaan penelitian dengan tujuan

untuk mengetahui kesediaan responden link informed consent tersedia d

drive.google.com/drive/u/0/folders/1EDPRMEpMFmHgmzdPmH_p1ByzQl

bNXFj. Selanjutnya responden membuat kesepakatan dengan


58

menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Responden

kemudian diberi kuesioner untuk diisi. Pada saat pengisian kuesioner,

responden akan diarahkan mengunjungi link drive yang dicantumkan oleh

peneliti sehubungan dengan pandemik Covid -19. Didalam link tersebut

tercantum informed consent dan kuesioner penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti. Bila ada pertanyaan responden bisa bertanya langsung secara

daring baik menggunakan whats app atau email peneliti di

nayndzakyanaku@gmail.com. Peneliti akan menjelaskan tentang hal-hal

yang ditanyakan responden berkenaan dengan kuesioner tersebut.

6. Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data dilakukan pengolahan data secara manual

dan menggunakan piranti lunak komputer, yaitu dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Proses Editing

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengecekan

kelengkapan-kelengkapan pada data. Bila terdapat kesalahan dan

kekurangan dalam pengumpulan data tersebut, maka perlu diperbaiki.

b. Proses Coding

Setelah data diedit dan telah memenuhi kriteria untuk dapat diolah

lebih lanjut, lalu data tersebut diberi kode-kode untuk setiap item, yaitu

mengubah karakter jawaban kedalam bentuk angka dengan tujuan

mempermudah pengolahan data.

Variabel Sikap :
59

Alat ukur sikap menggunakan skala likert STS, TS, S, SS dengan

kategori positif dan negatif. Kategori positif STS (1), TS (2), S (3), SS

(4), sedangkan kategori negatif STS (4), TS (3), S (2), SS (1). Hasil ukur

variabel sikap terdiri dari dua kategori yaitu positif (T>mean : 29,86) dan

negatif (T≤mean : 29,86), sesuai dengan standar kriteria objektif (Azwar,

2010).

Variabel Pengetahuan :

Instrument penelitian berupa kuesioner disebarkan kepada

responden, hasil jawaban responden dengan jawaban benar diberi nilai 1

dan jawaban responden salah diberi nilai 0, jawaban responden

dijumlahkan. Hasil ukur variabel pengetahuan terdiri dari dua kategori

yaitu baik (T>mean : 13,62) dan kurang (T≤mean : 13,62), sesuai dengan

standar kriteria objektif (Riduwan, 2016).

Variabel Perhatian Orang Tua :

Alat ukur perhatian orang tua menggunakan skala likert Tidak

Pernah, Jarang, Sering, Selalu dengan kategori positif dan negatif.

Kategori positif Tidak Pernah (1), Jarang (2), Sering (3), Selalu (4),

sedangkan kategori negatif Tidak Pernah (4), Jarang (3), Sering (2),

Selalu (1). Hasil ukur variabel perhatian orang tua terdiri dari dua

kategori yaitu cukup perhatian (T>mean : 40,20) dan kurang perhatian

(T≤mean : 40,20), sesuai dengan standar kriteria objektif (Riduwan,

2016).

Variabel Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya :


60

Alat ukur pengaruh lingkungan sosial budaya menggunakan skala

likert STS, TS, S, SS dengan kategori positif dan negatif. Kategori

positif STS (1), TS (2), S (3), SS (4), sedangkan kategori negatif STS (4),

TS (3), S (2), SS (1). Hasil ukur variabel pengaruh lingkungan sosial

budaya terdiri dari dua kategori yaitu positif (T>mean : 16,10) dan

negatif (T≤mean : 16,10), sesuai dengan standar kriteria objektif

(Riduwan, 2016).

c. Proses Entrying

Dilakukan dengan cara memasukan data hasil tabulasi kedalam

komputer.

d. Proses Cleaning Data

Cleaning data adalah kegiatan membersihkan data dengan cara

membuang data yang variabelnya tidak lengkap.

7. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

komputer melalui dua jenis analisis statistik, yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat presentase/proporsi tiap

variabel dari hasil penelitian. Analisis presentase ini bertujuan

menghitung jumlah kategori dari jawaban responden dan menghasilkan

distribusi frekuensi dari persentase dari tiap variabel. Variabel-variabel

yang ada dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis kuantitatif yaitu menggunakan angka-angka dari data yang


61

terkumpul kemudian diambil kesimpulan secara umum (Notoatmodjo,

2015).

Tabel tabulasi analisis univariat dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 3.3. Tabulasi Analisis Univariat

No Sikap Remaja Jumlah Persentase


1 Positif xx xx
2 Negatif xx xx
Total 89 100

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan tabulasi silang

antara variabel bebas dan variabel terikat serta mencari hubungan antara

keduanya. Kriteria pengujian adalah ; bila ρ value ≤ α (0,05) maka ada

hubungan yang signifikan, tetapi bila ρ value > α (0,05) maka tida ada

hubungan yang signifikan.

Analisis ini digunakan untuk melihat adanya hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Dalam analisa ini uji

statistik yang digunakan Chi-Square. Uji Chi-Square adalah uji yang

digunakan untuk menguji variabel sikap, pengetahuan, perhatian orang

tua, dan pengaruh sosial budaya digunakan rumus berikut :

X2 = ∑ (fo – fe)2
fe

Keterangan :

X2 = Nilai chi-kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)


62

fe = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) (Arikunto, 2010).

Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi

yang terjadi (observasi) dengan frekuansi harapan (ekspetasi). Bila nilai

frekuensi harapan sama atau lebih besar maka dikatakan tidak ada

perbedaan yang bermakna dan sebaliknya bila nilai frekuensi observasi

dan nilai frekuensi harapan lebih kecil maka dikatakan tidak ada

perbedaan bermakna (Arikunto, 2010).

Tabel 3.4. Tabulasi Analisis Bivariat

Sikap Remaja
Pengetahuan Positif Negatif Total % P Value
n % n %
Baik 100

Kurang 100
Total 89 100

8. Etika Penelitian

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan

yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia,

adalah : peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed

consent).

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for


63

privacy and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya

informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga

peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

c. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti

mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk

mendapatkan perlakuan yang sama dalam penelitian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur

penelitian guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal

mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat

populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subyek (non maleficence) (Nursalam, 2016).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian pada 86 responden dan selanjutnya

dilakukan pengolahan data sehingga hasil penelitian akan disajikan ke dalam

bentuk tabulasi distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yaitu faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap remaja tentang perilaku seks bebas di SMK

Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020.

Berikut dibawah ini hasil penelitian yang telah dilakukan, disajikan

dalam bentuk tabulasi :

1. Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks


Bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun
2020.

Sikap Remaja Jumlah Persentase


Positif 42 48,8
Negatif 44 51,2
Total 86 100

Berdasarkan tabel diatas remaja yang memiliki sikap negatif tentang

perilaku seks bebas lebih tinggi yaitu 44 responden (51,2%) dibandingkan

remaja dengan sikap positif yaitu 42 responden (48,8%).

2. Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas

64
65

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku


Seks Bebas Berdasarkan Pengetahuan di SMK Kesehatan
Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.

Pengetahuan Remaja Jumlah Persentase


Baik 50 58,1
Kurang 36 41,9
Total 86 100

Berdasarkan tabel diatas remaja yang memiliki pengetahuan baik

tentang perilaku seks bebas lebih tinggi yaitu 50 responden (58,1%)

dibandingkan remaja dengan pengetahuan kurang yaitu 36 responden

(41,9%).

3. Perhatian Orang Tua

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks


Bebas Berdasarkan Perhatian Orang Tua di SMK
Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.

Perhatian Orang Jumlah Persentase


Tua
Cukup Perhatian 43 50
Kurang Perhatian 43 50
Total 86 100

Berdasarkan tabel diatas remaja yang cukup perhatian orang tua

berbanding seimbang dengan remaja yang kurang perhatian yaitu masing-

masing 43 responden (50%).

4. Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks


Bebas Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya
di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.
66

Pengaruh
Lingkungan Sosial Jumlah Persentase
Budaya

Positif 41 47,7
Negatif 45 52,3
Total 86 100

Berdasarkan tabel diatas remaja dengan pengaruh lingkungan sosial

budaya negatif lebih banyak yaitu 45 responden (52,3%) dibandingkan

remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya positif yaitu 41

responden (47,7%).

5. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan


Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK
Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.

Sikap Remaja OR
P
Pengetahuan Negatif Positif Total % (95% CI)
Value
n % n %
12,857
Kurang 30 83,3 6 16,7 36 100
0,000
Baik 14 28,0 36 72,0 50 100 (95%CI:4,401-37,562)
Total 44 51,2 42 48,8 86 100

Berdasarkan tabel diatas, dari hasil penelitian diketahui bahwa ada

sebanyak 36 responden (72,0%) memiliki pengetahuan baik dengan sikap

positif tentang perilaku seks bebas, sedangkan diantara remaja dengan

pengetahuan kurang yaitu sebanyak 6 responden (16,7%) memiliki

pengetahuan kurang dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas. Hasil

uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value > 0,05) sehingga
67

dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan sikap remaja tentang perilaku seks bebas. Kemudian dari hasil

analisis diperoleh OR = 12,857 artinya remaja dengan pengetahuan baik

mempunyai risiko 12,8 kali memiliki sikap yang positif dibandingkan

dengan remaja dengan pengetahuan kurang.

6. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Sikap Remaja

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hubungan Perhatian Orang Tua


dengan Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di
SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang Tahun 2020.

Sikap Remaja OR
Perhatian
Negatif Positif Total % (95% CI) P Value
Orang Tua
n % n %
Kurang Perhatian 32 74,4 11 25,6 43 100 7,515

Cukup Perhatian 12 27,9 31 72,1 43 100 (95%CI: 0,000


2,890-
Total 44 51,2 42 48,8 86 100
19,543)

Berdasarkan tabel diatas, dari hasil penelitian diketahui bahwa ada

sebanyak 11 responden (25,6%) memiliki perhatian orang tua kurang

perhatian dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas, sedangkan

diantara remaja dengan perhatian orang tua cukup perhatian yaitu sebanyak

31 responden (72,1%) memiliki perhatian orang tua cukup perhatian dengan

sikap positif tentang perilaku seks bebas. Hasil uji statistik Chi Square

diketahui p.Value = 0,000 (p.Value > 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara perhatian orang tua dengan sikap remaja

tentang perilaku seks bebas. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR =

7,515 artinya remaja dengan perhatian orang tua cukup mempunyai risiko
68

7,5 kali memiliki sikap yang positif dibandingkan dengan remaja dengan

perhatian orang tua kurang.

7. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya dengan Sikap Remaja

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hubungan Pengaruh Lingkungan


Sosial Budaya dengan Sikap Remaja Tentang Perilaku
Seks Bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang
Tahun 2020.

Pengaruh Sikap Remaja OR


Lingkungan Negatif Positif Total % (95% CI) P Value
Sosial Budaya n % n %
0,256
Negatif 16 35,6 29 64,4 45 100
(95%CI: 0,005
Positif 28 68,3 13 31,7 41 100 0,104-
Total 44 51,2 42 48,8 86 100 0,628)

Berdasarkan tabel diatas, dari hasil penelitian diketahui bahwa ada

sebanyak 29 responden (64,4%) memiliki pengaruh lingkungan sosial

budaya negatif dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas, sedangkan

diantara remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya positif yaitu

sebanyak 13 responden (31,7%) memiliki pengaruh lingkungan sosial

budaya positif dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas. Hasil uji

statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,005 (p.Value > 0,05) sehingga dapat

dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengaruh lingkungan

sosial budaya dengan sikap remaja tentang perilaku seks bebas. Kemudian

dari hasil analisis diperoleh OR = 0,256 artinya remaja dengan pengaruh

lingkungan sosial budaya positif mempunyai risiko 0,2 kali memiliki sikap

yang positif dibandingkan dengan remaja dengan pengaruh lingkungan

sosial budaya negatif.


69

B. Pembahasan

1. Gambaran Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sikap remaja tentang perilaku

seks bebas, menunjukan remaja dengan sikap negatif (51,2%) lebih tinggi

dibandingkan remaja dengan sikap positif (48,8%).

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable) pada objek tersebut (Berkowitz,1972 dalam Azwar 2010).

Sikap remaja tentang perilaku seks bebas berada dalam sikap negatif,

hal ini dikarenakan faktor kebiasaan atau rutinitas dimana remaja terbiasa

dengan pola sebelumnya sehingga sikap remaja yang negatif masih ada,

ditunjang pula dengan kemudahan mengakses sesuatu dengan mudah di

dunia maya melalui alat komunikasi para remaja. Masih adanya sikap

remaja yang negatif terhadap perilaku seks bebas dikarenakan masih adanya

remaja yang beranggapan bahwa perilaku seks bebas masih tabu untuk

dibicarakan umum dan kurangnya informasi terbaru mengenai perilaku seks

bebas pada remaja. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Azwar

(2010) bahwa informasi mengenai suatu hal akan memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Karena kognitif

berisi pengetahuan, informasi, kepercayaan dan fakta-fakta yang dimiliki

seseorang mengenai apa yang dapat mempengaruhi sikap seseorang.


70

Terbentuknya sikap positif dari remaja dapat dipengaruhi oleh

interaksi antar sesama remaja, karena sikap terbentuk dengan interaksi

sehingga terjadi saling tukar informasi mengenai hal yang berhubungan

dengan perilaku seks bebas. Kondisi tersebut perlu disikapi dengan baik

oleh semua pihak dan perlu adanya monitoring sehingga perilaku seks bebas

bagi remaja tidak menjurus kearah yang dapat merugikan remaja itu sendiri.

2. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengetahuan remaja tentang

perilaku seks bebas, menunjukan remaja dengan pengetahuan baik (58,1%)

lebih tinggi dibandingkan remaja dengan pengetahuan kurang (41,9%). Hal

ini menunjukkan bahwa telah didapatkannya informasi yang baik tentang

seks bebas, oleh karena bagi tenaga pendidik secara berlanjut memberikan

mata pelajaran reproduksi secara komprehensif, sehingga di masa

mendatang pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas lebih baik lagi.

Menurut Notoatmodjo (2015) bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, mencakup respons

seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,

pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2015).


71

3. Gambaran Perhatian Orang Tua Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sikap remaja tentang perilaku

seks bebas, menunjukan remaja dengan perhatian orang tua cukup serta

kurang perhatian berbanding seimbang yaitu masing masing (50%).

Perhatian orang tua yang didapatkan oleh para remaja dengan

persentase yang seimbang ini didapatkan dengan adanya peran keluarga

yang harmonis, yang secara langsung akan membentuk sikap remaja dalam

menjalani hidupnya, serta sebagai bimbingan dalam pencarian jati diri

remaja yang akan didapatkan dalam keluarga (Notoatmodjo, 2014).

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi

perkembangan anak. Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh,

apabila proses pola asuh tidak berjalan lancar maka dapat timbul masalah

pada remaja.

Kondisi keluarga dengan hubungan orang tua yang harmonis akan

menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan

kepribadian anal. Sebaliknya, orang tua yang sering bertengkar akan

menghambat komunikasi dalam keluarga dan akan “melarikan diri” dari

keluarga. Keluarga yang tidak lengkap. Misalnya karena perceraian dan

kematian, atau keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat

memengaruhi perkembangan jiwa remaja (Aryani, 2010).

4. Gambaran Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya Remaja Tentang

Perilaku Seks Bebas


72

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sikap remaja tentang perilaku

seks bebas, menunjukan remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya

negatif (52,3%) lebih tinggi dibandingkan remaja dengan pengaruh

lingkungan sosial budaya positif (47,7%).

Remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya negatif cenderung

lebih tinggi, hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan merupakan faktor

yang paling kuat selain keluarga dalan pembentukkan karakter individu.

Oleh karena itu diperlukan edukasi secara terus menerus agar dampak

negatif dari pengaruh lingkungan sosial budaya yang negatif dapat

diminimalisis sehingga remaja mampu menjalani kehidupannya dengan

baik.

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita

hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan

heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung

terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita

hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan

berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif

terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan

perorangan.

5. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja

Hasil penelitian diketahui bahwa ada sebanyak 36 responden (72,0%)

memiliki pengetahuan baik dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas,
73

sedangkan diantara remaja dengan pengetahuan kurang yaitu sebanyak 6

responden (16,7%) memiliki pengetahuan kurang dengan sikap positif

tentang perilaku seks bebas.

Hasil uji statistik Chi Square diketahui p. Value = 0,000 (p.Value > 0,05)

sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan sikap remaja tentang perilaku seks bebas. Kemudian

dari hasil analisis diperoleh OR = 12,857 artinya remaja dengan

pengetahuan baik mempunyai risiko 12,8 kali memiliki sikap yang positif

dibandingkan dengan remaja dengan pengetahuan kurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Lawrence Green (1980), yang mengatakan bahwa pengetahuan dan sikap

seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang

mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika remaja tidak pernah

mendapatkan informasi atau penyuluhan dapat berpengaruh dalam perilaku

seks bebas pada remaja di kemudian hari.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Untari, Anggar Dwi (2017), tentang Analisis Faktor yang Berhubungan

dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja yang Tinggal di Wilayah Eks

Lokalisasi Berdasarkan Teori Transcultural Nursing. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan pada pengetahuan (p=0,458).

Menurut Notoatmodjo (2014) bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni


74

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, mencakup respons

seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,

pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

6. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Sikap Remaja

Hasil penelitian diketahui bahwa ada sebanyak 11 responden (25,6%)

memiliki perhatian orang tua kurang perhatian dengan sikap positif tentang

perilaku seks bebas, sedangkan diantara remaja dengan perhatian orang tua

cukup perhatian yaitu sebanyak 31 responden (72,1%) memiliki perhatian

orang tua cukup perhatian dengan sikap positif tentang perilaku seks bebas.

Hasil uji statistik Chi Square diketahui p. Value = 0,000 (p.Value > 0,05)

sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

perhatian orang tua dengan sikap remaja tentang perilaku seks bebas.

Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = 7,515 artinya remaja dengan

perhatian orang tua cukup mempunyai risiko 7,5 kali memiliki sikap yang

positif dibandingkan dengan remaja dengan perhatian orang tua kurang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulandari, Linda Surya

(2017), tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual

Pada Remaja SMA Terhadap Wanita Pekerja Seks (WPS) di Purwodadi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil dari analisis bivariat

menggunakan uji chi-square dengan CI = 95%, ɑ = 0,05 (Ho ditolak jika p


75

< ɑ) pola asuh orang tua (p=0,000) memiliki hubungan dengan perilaku

seksual remaja dengan wanita pekerja seks (WPS) (p<0,05).

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi

perkembangan anak. Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh,

apabila proses pola asuh tidak berjalan lancar maka dapat timbul masalah

pada remaja.

Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga,

diantaranya sikap orang tua otoriter (mau menang sendiri, selalu mengatur,

semua perintah harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat dan kemauan

anak) akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian remaja.

Remaja akan berkembang menjadi penakut, tidak memiliki rasa percaya

diri, merasa tidak berharga, sehingga proses sosialisasi menjadi terganggu.

Sikap orang tua permisif (serba boleh, tidak pernah melarang, selalu

menuruti kehendak anak, selalu memanjakan) akan menumbuhkan sikap

ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di luar

keluarga, sikap orang yang selalu membandingkan anaknya, akan

menumbuhkan persaingan tidak sehat dan saling curiga antar saudara. Sikap

orang tua yang berambisi dan terlalu menuntut anak-anaknya akan

mengakibatkan anak cenderung mengalami frustasi, takut gagal dan terasa

tidak berharga. Orang tua yang demokratis akan mengikuti keberadaan anak

sebagai individu dan makhluk social, serta mau mendengar dan menghargai

pendapat anak. Kondisi akan menimbulkan keseimbangan antara


76

perkembangan individu dan social, sehingga anak akan memperoleh suatu

kondisi mental yang sehat.

Kondisi keluarga dengan hubungan orang tua yang harmonis akan

menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan

kepribadian anal. Sebaliknya, orang tua yang sering bertengkar akan

menghambat komunikasi dalam keluarga dan akan “melarikan diri” dari

keluarga. Keluarga yang tidak lengkap. Misalnya karena perceraian dan

kematian, atau keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat

memengaruhi perkembangan jiwa remaja.

Berdasarkan hasil penelitian Dien G.A Nursal tahun 2007 dengan

judul faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual murid SMU

negeri di Kota Padang, umumnya responden diasuh oleh orang tuanya

dalam 3 tahun terakhir (94,6%). Sekitar 92,6% orang tua tahu kapan

anaknya pulang dan 84,3% tahu apa yang dikerjakan anaknya di

rumah. Sebagian besar responden langsung pulang ke rumah seusai

sekolah (67,4%). Responden yang tidak langsung pulang ke rumah

biasanya karena pergi les (42,2%), pergi ke rumah teman (31%), jalan- jalan

ke pasar/pusat perbelanjaan (20%) dan pergi dengan pacarnya (6%).

Pada penelitian ini pola asuh demokratis diletakkan sebagai pola asuh

di antara pola asuh permisif dan pola asuh otoriter. Untuk interpretasinya

dilihat kecendrungan dari responden pada salah satu pola asuh orang tuanya.

Responden dengan pola asuh permisif mempunyai peluang 600,92 kali

berperilaku seksual berisiko berat dibandingkan demokratis&otoriter (95%


77

CI = 131,9 - 2736,8). Berdasarkan analisis multivariat pola asuh merupakan

faktor yang paling berhubungan dengan perilaku seksual setelah

dikontrol oleh variabel lain.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prastana

tahun 2005 dan analisis WHO pada berbagai literatur kesehatan

reproduksi dari seluruh dunia yang menyatakan bahwa pola asuh

adalah merupakan faktor risiko perilaku seksual risiko berat. Berbagai

interaksi antara remaja dengan orang tua menunda bahkan mengurangi

perilaku hubungan seksual pada remaja. Tidak adanya pengawasan dari

orang tua akan mempercepat remaja melakukan hubungan seksual.

Menurut Mesche (1998) remaja yang diawasi oleh orang tuanya, remaja

dengan pola asuh otoriter, remaja yang berasal dari keluarga yang

konservatif dan memegang kuat tradisi dan remaja mempunyai

hubungan akrab dengan orang tuanya akan menunda umur pertama

melakukan hubungan seksual.

7. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya dengan Sikap Remaja

Hasil penelitian diketahui bahwa ada sebanyak 29 responden (64,4%)

memiliki pengaruh lingkungan sosial budaya negatif dengan sikap positif

tentang perilaku seks bebas, sedangkan diantara remaja dengan pengaruh

lingkungan sosial budaya positif yaitu sebanyak 13 responden (31,7%)

memiliki pengaruh lingkungan sosial budaya positif dengan sikap positif

tentang perilaku seks bebas.


78

Hasil uji statistik Chi Square diketahui p. Value = 0,005 (p.Value > 0,05)

sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pengaruh lingkungan sosial budaya dengan sikap remaja tentang perilaku

seks bebas. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = 0,256 artinya

remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya positif mempunyai risiko

0,2 kali memiliki sikap yang positif dibandingkan dengan remaja dengan

pengaruh lingkungan sosial budaya negatif.

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita

hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan

heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung

terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita

hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan

berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif

terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan

perorangan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Untari, Anggar Dwi

(2017), tentang Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seks

Pranikah Pada Remaja yang Tinggal di Wilayah Eks Lokalisasi Berdasarkan

Teori Transcultural Nursing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan pada nilai budaya dan gaya hidup (p=0,263), dukungan

keluarga dan sosial (p=0,914).


79
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 86 responden tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi sikap remaja tentang perilaku seks bebas di SMK

Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Sikap remaja tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti

Kencana Subang tahun 2020 yaitu remaja yang memiliki sikap negatif

tentang perilaku seks bebas lebih tinggi yaitu 44 responden (51,2%)

dibandingkan remaja dengan sikap positif yaitu 42 responden (48,8%).

2. Pengetahuan remaja tentang perilaku seks bebas di SMK Kesehatan

Bhakti Kencana Subang tahun 2020 remaja yang memiliki pengetahuan baik

tentang perilaku seks bebas lebih tinggi yaitu 50 responden (58,1%)

dibandingkan remaja dengan pengetahuan kurang yaitu 36 responden

(41,9%).

3. Perhatian orang tua remaja di SMK Kesehatan Bhakti Kencana

Subang tahun 2020 yaitu remaja yang cukup perhatian orang tua

berbanding seimbang dengan remaja yang kurang perhatian yaitu masing-

masing 43 responden (50%).

4. Pengaruh lingkungan sosial budaya remaja di SMK Kesehatan

Bhakti Kencana Subang tahun 2020 yaitu remaja dengan pengaruh

80
81

lingkungan sosial budaya negatif lebih banyak yaitu 45 responden (52,3%)

dibandingkan remaja dengan pengaruh lingkungan sosial budaya positif

yaitu 41 responden (47,7%).

5. Terdapat hubungan antara sikap remaja dengan pengetahuan tentang

perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020,

Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value > 0,05).

6. Terdapat hubungan antara sikap remaja dengan pengetahuan tentang

perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020,

Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value > 0,05).

7. Terdapat hubungan antara sikap remaja dengan pengetahuan tentang

perilaku seks bebas di SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang tahun 2020,

Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,005 (p.Value > 0,05).

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan menjadi

tambahan referensi serta menambah pengetahuan bagi mahasiswa.

2. Bagi SMK Kesehatan Bhakti Kencana Subang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengambilan

keputusan dan tindakan preventif terhadap perilaku seks bebas remaja dan

perlu untuk menambah wawasan pengetahuan dalam setiap proses

pembelajaran tentang perilaku seks bebas dan dampak yang akan didapat

bila siswa melakukan hal tersebut baik dari segi medis maupun pandangan
82

agama, bagi siswa yang sudah terlanjur melakukan perilaku seks bebas

diharapkan melakukan koordinasi dengan Wakasek Kesiswaan, BP/BK dan

guru pendidikan agama dan PKn untuk tindak lanjut secara intensif agar

siswa tersebut mampu menuntaskaan pendidikannya terbebas dari akibat

buruk melakukan perilaku seks bebas.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Mampu memberikan wacana baru tentang pemahaman perilaku seks

bebas pada remaja, bukan saja melihat hasil dilapangan yang sebenarnya

tetapi mampu memberikan solusi yang nyata agar perilaku seks bebas pada

remaja tidak membawa dampak bagi remaja itu sendiri khususnya kesehatan

reproduksi.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian mampu dijadikan bahan atau acuan penelitian

selanjutnya dengan variabel yang lebih komplek agar menghasilkan

penelitian yang lebih lengkap sehingga mampu memberikan sumbangsih

secara ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Aryani. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba


Medika.

Agung, DH. (2016). 58% Remaja Putri yang Hamil di Luar Nikah Berniat Aborsi.
Tersedia di https://tirto.id. Diperoleh 26 April 2020.

Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi Ke 2.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistika. (2019). Statistik Indonesia. Statistical Yearbook of


Indonesia. Jakarta : BPS

BKKBN. (2020). Siaran Pers No.Rilis/28/B4/BKKBN/II/2020 : Remaja Jauhilah


Perilaku yang Mendekati Seks Pranikah. Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional. Jakarta.

(2018).Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 : Buku


Remaja. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Badan
Pusat Statistik, Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Dien. GA Nursal. (2007). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku


Seksual Murid SMU Negeri Di Kota Padang. KTI. Tersedia di
www.jurnalkesmas.com. Diperoleh November 2019.

Fadhila. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Seksual Pranikah


Remaja. Sikap Seksual Pranikah Pada Remaja SMAN 3
Surakarta. KTI. Tersedia di eprints.uns.ac.id. Diperoleh November 2019.

Junita, Sri. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan


Reproduksi dengan Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa yang Mengikuti
Kegiatan PIK-R di SMA Kab. Bantul tahun 2017. Skripsi. Tersedia di
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id. Diperoleh Mei 2020.

Kemenkes RI. (2014). Permenkes No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak. Kemenkes RI. Jakarta.

Makmun. (2013). Psikologi Kependidikan. Perangkat Sistem Pengajaran Modul.


Jakarta : Remaja Rosdakarya.

Monk, FJ. Haditono, Siti Rahayu. (2014). Psikologi Perkembangan. Pengantar


Dalam Berbagai Bagiannya. Jogjakarta : UGM Press.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pendekatan Praktis
Ed 4. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2013). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasasti, Giovani Dio. (2019). Riset : 33 Persen Remaja Indonesia Lakukan


Hubungan Seks Penetrasi Sebelum Nikah. Tersedia di
https://www.liputan6.com. Diperoleh 26 April 2020.

Pradana, I. H. (2015). Analisis Faktor yang Menpengaruhi Remaja Melakukan


Cyberbulling Berdasarkan Pendekatan Teori Ekologi di SMAN 2 Kediri.
Prodi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga,
Surabaya.

Ririn. (2009). Faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja
sma di Surakarta. KTI. Tersedia di etd.eprints.ums.ac.id. Diperoleh
November 2019.

Riduwan. (2016). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sarwono, Sarlito W. (2016). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada

Sastroasmoro, S. (2010). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-3.


Jakarta: Sagung Seto.

Soetjiningsih. (2013). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan


Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Syafrudin. (2018). Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Untari, Anggar Dwi. (2017). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Seks Pranikah Pada Remaja yang Tinggal di Wilayah Eks Lokalisasi
Berdasarkan Teori Transcultural Nursing. Skripsi. Tersedia di
http://repository.unair.ac.id. Diperoleh 15 Mei 2020.

Gunarsa, Singgih D. (2016). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta :


Gunung Mulia.
Wulandari, Linda Surya. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Seksual pada Remaja SMA terhadap Wanita Pekerja Seks
(WPS) di Purwodadi. Skripsi. Tersedia http://eprints.undip.ac.id.
Diperoleh 12 Mei 2020.

RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Dadan Priyatna Yudiansah, A.Md.Kep., S.Pd
Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 10 Maret 1979
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku / Kebangsaan : Sunda / Indonesia
Alamat : Jl. Darmakusumah No. 192 RT 20/04 Kel.
Cigadung Kec. Subang Kode Pos 41213
Email : ciluk_naynay@yahoo.com
nayndzakyanaku@gmail.com
No. HP : 081322298093
Akun Facebook : dadan yudiansah
Alamat Kantor : Jln. Ki Hajar Dewantara No. 15 A Kel.
Dangdeur Kecamatan Subang 41212
Bidang Keahlian : Keperawatan
Pendidikan

1. SDN Pasirhalang II : Tahun 1985-1990


2. SMPN 1 Cisarua : Tahun 1990-1994
3. SPK RS. Dustira Cimahi : Tahun 1994-1997
4. FKIP Universitas Pasundan Fakultas
Keguruan Ekonomi Akuntansi : Tahun 2000-2005
5. D III Keperawatan Stikes A. Yani
Cimahi : Tahun 2007-2009
6. STIKes YPIB Majalengka S 1 : Tahun 2019 sd sekarang
Keperawatan

Pekerjaan :
1. Pelaksana perawatan di RS. Dustira Cimahi tahun 1997-2013
2. Staf Pengajar di SMKS Kes. Bhakti Kencana Subang dari tahun 2010
sampai dengan sekarang
3. Wk. Kurikulum SMKS Kes Bhakti Kencana Subang 2014-2019
4. Ka. Laboratorium Keperawatan SMKS Kes Bhakti Kencana Subang 2019
sampai dengan sekarang
5. Ketua MGMP Keperawatan Kabupaten Subang.
6. Ketua MGMP Keperawatan Provinsi Jawa Barat.

Pelatihan :
1. TOT Instruktur Nasional/Guru Pendamping Kurikulum 2013. Hotel
Suminar Garut TMT 26 s.d 30 September 2015. Kemendikbud Ditpsmk
2. Instruktur Nasional Guru Pembelajar. Hotel Utami Sidoardjo Surabaya
TMT 01 s.d 10 Agustus 2016. Kemendikbud p4tk.
3. Instruktur Kabupaten/Kota Kurikulum 2013. Hotel Grand Prioritas Cisarua
Bogor TMT 24 s.d 28 Mei 2016. Kemendikbud LPMP.
4. TOT Asesor. SMKS Kes. Bhakti Kencana Soreang Bandung TMT 15 s.d
16 Desember 2016. DPD Persemki Jawa Barat.
5. Pelatihan Asesor Kompetensi Hotel D’Wangsa Hap Surakarta Jawa
Tengah TMT 31 Januari s.d 03 Februari 2017. LSP Asnakes Indonesia.
6. Seminar dan Workshop Internasional World Sight Day. Gedung Pos
Bandung Jl. Banda. Pelaksanaan tanggal 23 Oktober 2016. STIKES
Darma Husada Bandung.
7. Pelatihan Clical Instruktur. Lantai II Farmasi RSUD Kelas B Kabupaten
Subang TMT 25 s.d 31 Mei 2015. RSUD Kelas B Kabupaten Subang.
8. Pelatihan Manajemen Keperawatan Dasar. Gedung Komdik RSUD Kelas
B Kabupaten Subang TMT 28 s.d 29 Oktober 2015. RSUD Kelas B
Kabupaten Subang.
9. SEA-TVET Workshop on Hospitality, Healt Care (Nursing), and Creative
Industry. Hotel Horison Bekasi. TMT 11 s.d 13 Oktober 2016. SEAMEO,
SEAMOLEK, Ditpsmk
10. Pelatihan Pencampuran Obat Suntik Bagi Tenaga Kesehatan, Subang 20
Mei 2017.
11. Bimtek penyusunan Materi Uji Kompetensi (MUK) LSP P 1 SMK di Jawa
Barat. Hotel Sanggabuwana Cianjur TMT 26 sd 29 Juli 2018.
12. Diklat Pembina PMR Se Kabupaten Subang. Markas PMI Kabupaten
Subang 08 sd 11 Oktober 2018. Peluang bagi Perawat. Gedung Graha
Sindang Kasih Majalengka, 10-11 November 2019.
13. Seminar dan Workshop “Perawatan Luka Modern: Management, Trend
Pemasaran, Keuntungan dan
14. Seminar Keperawatan “Peningkatan Kompetensi Perawat pada Layanan
Rumah Sakit dan Puskesmas Sesuai Standar Akreditasi”. Gedung Graha
Sindang Kasih Majalengka, 16 Maret 2019
15. Seminar dan Workshop Kesehatan “Bersinergis Mencegah dan Mengatasi
Sunting”. Gedung Graha Sindang Kasih Majalengka, Sabtu dan Minggu 6-
7 Juli 2019.
16. Up Grading dan Recognition Current Competency (RCC) Asesor
Kompetensi. BNSP dengan LSP SMK Bhakti Kencana Subang. Hotel
Lotus 7-8 September 2019.
17. Seminar nasional Keperawatan “ Pra and Intra Hospital Emergency
Management Based On National Hospital Acreditation Standart (SNARS
edisi 1)”. Aula Hotel Grandbydiel Sabtu, 02 November 2019.
18. Penyusunan Materi Uji Kompetensi, Hotel Allium Tanggerang, Rabu sd
Jum’at 2019 (06 sd 08 2019).

KARYA TULIS ILMIAH :


NO JUDUL KARYA KARYA ILMIAH TAHUN KET
1 ANALISIS TINGKAT LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS 2005
(Studi Kasus tentang Laporan Keuangan Tahun 1999-2003 pada
Primer Koperasi Angkatan Darat RS. Dustira Cimahi)
2 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PRIMKOPAD 2004
TK II 03.05.01 DUSTIRA CIMAHI
3 LAPORAN HASIL PRAKTIK PELAYANAN DAN ASUHAN 2009
KEPERAWATAN KOMUNITAS III DI RW 01 DESA GAJAH
MEKAR KECAMATAN KUTAWARINGIN KABUPATEN
BANDUNG
4 HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT PELAKSANA 2009
DENGAN PENANGANAN PASIEN KRITIS DI RUANG
PERAWATAN INTENSIF CARE UNIT RUMAH SAKIT
DUSTIRA CIMAHI

RIWAYAT KELUARGA :
NO NAMA TTL STATUS JABATAN NIK KET
1 WIWIT 31-03-1979 ISTRI PNS NIP 3213037103790003
WIDYAPUTRI 197903312005012007
2 NAYLA SITI 02-01-07 ANAK 3213034201070002
NURHABIBAH KANDUNG
3 DZAKY 08-05-13 ANAK 3213030805130004
MUHAMMAD KANDUNG
SHIDIQ

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir) : Tidak ada

Buku yang Pernah Ditelaah, direviu, dibuat ilustrasi, dan/dinilai (10 tahun terakhir) : Tidak
ada
INFORMED CONSENT
(PENJELASAN PENELITIAN)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Dadan Priyatna Yudiansah
NPM : 18142012024
Alamat: Jalan Darmakusumah No. 192 RT 20 RW 04 Blok Malandang Kel.
Cigadung Kec. Subang 41213 No. HP 081322298093

Adalah mahasiswa STIKes YPIB Majalengka Jurusan Strata 1 Keperawatan akan


melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja
Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana Subang Tahun 2020”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Sikap Remaja Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana Subang
Tahun 2020.
Penelitian ini menggunakan menggunakan kuesioner yang tersedia di link drive
https://docs.google.com/forms/d/1ZBXFHKQauivrijTVG0KqK47PuwFppLUBjI
WyG8ZPgFQ/edit.
A. Kesukarelaan untuk Ikut Penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini dan bebas
mengundurkan diri sewaktu-waktu jika tidak berkenan menjadi responden
penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Anda akan diberikan informasi mengenai manfaat dan tujuan dari penelitian
ini, apabila Anda bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya
Saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Kemudian Anda mengisi data diri, penjelasan tentang cara mengisi
kuesioner tersedia di link drive :
drive.google.com/drive/u/0/folders/1EDPRMEpMFmHgmzdPmH--
p1ByzQlbNXFj, setelah itu Anda dapat mengisi kuesioner yang tersedia.
C. Kewajiban Subjek Penelitian
Sebagai responden penelitian, Saya mohon Anda berkenan untuk
menandatangani lembar persetujuan, mengikuti kegiatan penelitian dan
mengisi lembar kuesioner secara lengkap dengan informasi yang sebenar-
benarnya.
D. Risiko, Efek Samping, dan Penanganannya
Tidak ada risiko atau efek samping yang ditimbulkan. Tidak perlu khawatir
indentitas Anda sebagai responden akan dijaga. Penelitian akan dilakukan
selama ± 30 menit.
E. Manfaat
Keuntungan yang didapatkan adalah anda dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap serta faktor yang mempengaruhi perilaku remaja tentang seks bebas.
F. Kompensasi
Sebagai ucapan rasa terimakasih atas kesediaan menjadi responden, Anda akan
mendapat nilai Sikap dalam mata pelajaran KDTK.
G. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung peneliti.
H. Informasi Tambahan
Bila ada hal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Anda dapat
menghubungi :
Nama : Dadan Priyatna Yudiansah
NPM : 18142012024
Alamat : Jalan Darmakusumah No. 192 RT 20 RW 04 Blok Malandang
Kel. Cigadung Kec. Subang 41213 No. HP 081322298093

Terima Kasih

Dadan Priyatna Yudiansah

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapat keterangan secara rinci dan jelas mengenai:


1. Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja
Tentang Perilaku Seks Bebas di SMK Bhakti Kencana Subang Tahun 2020”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek
3. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Dan subjek penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh
karena itu saya bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subjek
penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.
Subang, .....................2020
Peneliti, Responden,

(Dadan Priyatna Yudiansah) (.........................................)

KUESIONER SIKAP REMAJA


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP
REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK
BHAKTI KENCANA SUBANG TAHUN 2020
No Responden : ……………………….
Umur : ………………… tahun
Jenis Kelamin : ………………………..

Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (√ ) pada
jawaban yang tersedia sesuai dengan jawaban Anda.
2. Jawaban hendaknya diisi sesuai keadaan yang sebenarnya yang Anda
rasakan atau ketahui.
3. Pernyataam sikap Anda terjaga kerahasiaannya
4. Jawaban sebaiknya segera diberikan sesaat setelah Anda membaca
pertanyaan.
a. Sangat Tidak Setuju (STS)
b. Tidak Setuju (TS)
c. Setuju (S)
d. Sangat Setuju (SS)

A. Sikap Remaja
No Pernyataan STS TS S SS
1 Tindakan remaja puteri dan putera melakukan
menonton, jalan bersama, berpegangan tangan, dan
berciuman pipi, diperbolehkan
2 Seorang remaja tidak boleh melakukan hubungan
seksual (intercourse) sebelum menikah
3 Informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi tidak
penting bagi remaja karena menjelaskan perubahan-
perubahan baik secara fisik maupun anatomi
4 Hubungan seksual merupakan suatu cara untuk
mengungkapkan rasa cinta kepada sang pacar
5 Menurut saya seksual pranikah seperti berciuman
bibir, saling bersentuhan dibagian-bagian tertentu, dan
melakukan hubungan intim bisa dilakukan asalkan ada
persetujuan antara keduanya, laki-laki dan perempuan
6 Menurut saya jika tanda ungkapan cinta harus
dibuktikan dengan berciuman dan melakukan hubungan
seksual
7 Menurut saya aborsi atau pengguguran kandungan bisa
dilakukan yang penting persetujuan dari pihak yang
terlibat dan secara diam-diam

8 Menurut saya, batasan pacaran adalah sampai


berpegangan tangan dan berciuman pipi saja
9 Berpacaran tidak boleh melakukan hubungan seksual
(intercourse)
10 Seorang yang terkena PMS (HIV/AIDS) tidak boleh
dikucilkan/ dijauhkan dari masyarakat
No Pernyataan STS TS S SS
11 Selama pacaran saya dan pacar saya berkomitmen untuk
tidak melakukan seks pranikah apapun bentuknya
12 Seorang pria dan wanita harus melakukan hubungan
seksual terlebih dahulu sebelum menikah, untuk
menunjukkan kasih sayang mereka
13 Banyak teman saya yang setuju “cinta satu malam”
adalah hal yang wajar
14 Saya setuju untuk melakukan hubungan seksual, asalkan
menggunakan alat kontrasepsi
15 Pendidikan dan konseling tentang kesehatan reproduksi
dibutuhkan di sekolah
16 Saya tidak setuju jika seorang wanita melakukan
hubungan seksual sebelum menikah
17 Seorang laki-laki tidak menganggap penting
keperawanan seorang wanita
(Junita, 2018)

B. Pengetahuan Remaja
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban sesuai pendapat anda
dengan jawaban yang sejujurnya.

No Pertanyaan Benar Salah


1 Ciri-ciri seks pada remaja laki-laki adalah mimpi basah,
pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada,
tangan dan kaki
2 Ciri-ciri seks pada remaja perempuan adalah mengalami
menarche (menstruasi)
3 Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari
alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding
dalam rahim yang banyak mengandung darah
4 Perkembangan fisik organ seksual pada laki-laki maupun
pada perempuan menyebabkan perubahan perilaku seksual
remaja secara keseluruhan
5 Perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat
dalam minat remaja terhadap lawan jenis
6 Fungsi seksual remaja laki-laki lebih cepat matang dari
pada remaja perempuan
7 Remaja perempuan cenderung mempunyai perilaku seks
yang agresif, terbuka, gigih, terang-terangan, serta lebih
sulit menahan diri dibandingkan remaja laki-laki
8 Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan
lawan jenis maupun sesama jenis
9 Hubungan seksual boleh dilakukan remaja sebagai
ekspresi cinta yang tulus dari pasangannya
10 Berciuman atau berenang di kolam renang yang tercemar
“sperma” bisa mengakibatkan kehamilan
No Pertanyaan Benar Salah
11 Masturbasi (onani) bukan salah satu bentuk perilaku seks
pranikah
12 Perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, dengan
pacar bukan salah satu bentuk perilaku seks pranikah
13 Melakukan hubungan seks hanya sekali tidak akan
menyebabkan kehamilan
14 Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada
remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi,
rendah diri, bersalah dan berdosa
15 Kehamilan tidak diinginkan dan aborsi merupakan dampak
sosial perilaku seks pranikah
16 PMS dan HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit akibat
dari perilaku seks pranikah
17 Berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom
dapat tertular infeksi menular seksual dan HIV/AIDS
(Untari, 2017)

C. Perhatian Orang Tua


Berilah tanda checklist (√) pada jawaban terkait dengan
dukungan sosial dan keluarga anda dengan jawaban yang sejujurnya.
Tidak
No Pernyataan Jarang Sering Selalu
Pernah
Dukungan Emosional
1 Saya selalu berkomunikasi dengan
orang tua jika sedang menghadapi
masalah
2 Orang tua tidak memperhatikan apa
yang saya lakukan di luar rumah
3 Orangtua saya adalah teman yang
menyenangkan untuk tempat curhat
tentang seseorang yang saya sukai
4 Orang tua membiarkan bila ada teman
lawan jenis yang masuk ke dalam
kamar
Dukungan Penghargaan
5 Sikap menghormati dan menghargai
saya dapatkan di keluarga saya
6 Keluarga saya selalu memberikan
pujian jika saya melakukan hal-hal
yang positif
Dukungan Kognitif
7 Orangtua menyarankan agar saya
dapat menjaga diri dalam bergaul
dengan lawan jenis
Tidak
No Pernyataan Jarang Sering Selalu
Pernah
8 Orang tua saya memberi batasan
mengenai jam malam ketika saya pergi
bersama teman-teman
9 Orangtua menyarankan saya untuk
berteman dengan teman-teman yang
baik
10 Saya malu untuk berdiskusi tentang
perilaku seksual dengan orang tua
Dukungan Material
11 Kedua orang tua saya selalu
mempunyai waktu berkumpul bersama
saya
12 Keluarga mengantarkan dan
menyediakan biaya ke klinik atau
puskesmas untuk memantau kesehatan
saya
(Untari, 2018)

D. Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya


Ungkapkan pendapat anda dengan jawaban yang sejujurnya.
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban sesuai dengan nilai budaya
dilingkungan anda tinggal.

Jawaban
Sangat Kurang Tidak
No Pernyataan Setuju Setuju Setuju
Setuju
Kesopanan
1 Berpegangan, memeluk, berciuman
atau lebih dari itu dengan lawan
jenis yang belum ada ikatan
pernikahan, tidak melanggar nilai
kesopanan
Kehormatan Dalam Pergaulan
2 Aturan dalam keluarga melakukan
berpegangan, pelukan, ciuman
ataupun berhubungan intim sebelum
menikah merupakan aib

3 Dengan membatasi bergaul secara


bebas antara laki-laki dan
perempuan berarti anda telah
menjaga kehormatan diri anda
sendiri
Sanksi Masyarakat
Jawaban
Sangat Kurang Tidak
No Pernyataan Setuju Setuju Setuju
Setuju
4 Memberi sanksi kepada pasangan
yang melakukan seks diluar
pernikahan sebaiknya tetap
dipertahankan di
masyarakat
5 Penilaian dari masyarakat pada
remaja yang melakukan pelukan,
ciuman, hubungan intim sebelum
menikah adalah kehilangan budaya
malu
(Untari, 2018)

Frequencies
Statistics
jumlahvarsikap
N Valid 86
Missing 0
Mean 29,86
Median 29,00
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jumlahvarpo 86 100,0% 0 ,0% 86 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
jumlahvarpo Mean 40,20 ,474
95% Confidence Interval for Lower Bound 39,26
Mean
Upper Bound 41,14
5% Trimmed Mean 40,44
Median 40,50
Variance 19,290
Std. Deviation 4,392
Minimum 24
Maximum 47
Range 23
Interquartile Range 7
Skewness -,841 ,260
Kurtosis ,988 ,514

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlahvarpo ,134 86 ,001 ,937 86 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Frequencies
Statistics
jumlahvarpeng
N Valid 86
Missing 0
Mean 13,62
Median 14,00

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jumlahvarpeng 86 100,0% 0 ,0% 86 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
jumlahvarpeng Mean 13,62 ,278
95% Confidence Interval for Lower Bound 13,06
Mean
Upper Bound 14,17
5% Trimmed Mean 13,77
Median 14,00
Variance 6,639
Std. Deviation 2,577
Minimum 7
Maximum 17
Range 10
Interquartile Range 4
Skewness -,902 ,260
Kurtosis ,031 ,514

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlahvarpeng ,169 86 ,000 ,894 86 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Frequencies
Statistics
jumlahvarpo
N Valid 86
Missing 0
Mean 40,20
Median 40,50

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jumlahvarpo 86 100,0% 0 ,0% 86 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
jumlahvarpo Mean 40,20 ,474
95% Confidence Interval for Lower Bound 39,26
Mean
Upper Bound 41,14
5% Trimmed Mean 40,44
Median 40,50
Variance 19,290
Std. Deviation 4,392
Minimum 24
Maximum 47
Range 23
Interquartile Range 7
Skewness -,841 ,260
Kurtosis ,988 ,514

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlahvarpo ,134 86 ,001 ,937 86 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

Frequencies
Statistics
jumlahvarplsb
N Valid 86
Missing 0
Mean 16,10
Median 16,00

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jumlahvarplsb 86 100,0% 0 ,0% 86 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
jumlahvarplsb Mean 16,10 ,301
95% Confidence Interval for Lower Bound 15,51
Mean
Upper Bound 16,70
5% Trimmed Mean 16,26
Median 16,00
Variance 7,812
Std. Deviation 2,795
Minimum 8
Maximum 20
Range 12
Interquartile Range 4
Skewness -,620 ,260
Kurtosis ,056 ,514

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlahvarplsb ,102 86 ,026 ,947 86 ,001
a. Lilliefors Significance Correction
Frequency Table
Sikap Remaja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 44 51,2 51,2 51,2
Positif 42 48,8 48,8 100,0
Total 86 100,0 100,0

Pengetahuan Remaja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 36 41,9 41,9 41,9
Baik 50 58,1 58,1 100,0
Total 86 100,0 100,0

Perhatian Orang Tua


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Perhatian 43 50,0 50,0 50,0
Cukup Perhatian 43 50,0 50,0 100,0
Total 86 100,0 100,0

Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 45 52,3 52,3 52,3
Positif 41 47,7 47,7 100,0
Total 86 100,0 100,0
Crosstabs
Pengetahuan Remaja * Sikap Remaja
Crosstab
Sikap Remaja
Negatif Positif Total
Pengetahuan Kurang Count 30 6 36
Remaja Expected Count 18,4 17,6 36,0
% within Pengetahuan Remaja 83,3% 16,7% 100,0%
% within Sikap Remaja 68,2% 14,3% 41,9%
% of Total 34,9% 7,0% 41,9%
Baik Count 14 36 50
Expected Count 25,6 24,4 50,0
% within Pengetahuan Remaja 28,0% 72,0% 100,0%
% within Sikap Remaja 31,8% 85,7% 58,1%
% of Total 16,3% 41,9% 58,1%
Total Count 44 42 86
Expected Count 44,0 42,0 86,0
% within Pengetahuan Remaja 51,2% 48,8% 100,0%
% within Sikap Remaja 100,0% 100,0 100,0%
%
% of Total 51,2% 48,8% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 25,647a 1 ,000
Continuity Correctionb 23,481 1 ,000
Likelihood Ratio 27,439 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 25,349 1 ,000
N of Valid Cases 86
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
17,58.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan 12,857 4,401 37,562
Remaja (Kurang / Baik)
For cohort Sikap Remaja = 2,976 1,864 4,752
Negatif
For cohort Sikap Remaja = ,231 ,109 ,490
Positif
N of Valid Cases 86

Perhatian Orang Tua * Sikap Remaja


Crosstab
Sikap Remaja Total
Negatif Positif
Perhatian Kurang Count 32 11 43
Orang Tua Perhatian Expected Count 22,0 21,0 43,0
% within Perhatian Orang Tua 74,4% 25,6% 100,0%
% within Sikap Remaja 72,7% 26,2% 50,0%
% of Total 37,2% 12,8% 50,0%
Cukup Count 12 31 43
Perhatian Expected Count 22,0 21,0 43,0
% within Perhatian Orang Tua 27,9% 72,1% 100,0%
% within Sikap Remaja 27,3% 73,8% 50,0%
% of Total 14,0% 36,0% 50,0%
Total Count 44 42 86
Expected Count 44,0 42,0 86,0
% within Perhatian Orang Tua 51,2% 48,8% 100,0%
% within Sikap Remaja 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 51,2% 48,8% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 18,615 1 ,000
Continuity Correctionb 16,800 1 ,000
Likelihood Ratio 19,354 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 18,398 1 ,000
N of Valid Cases 86
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
21,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Perhatian Orang 7,515 2,890 19,543
Tua (Kurang Perhatian / Cukup
Perhatian)
For cohort Sikap Remaja = 2,667 1,599 4,447
Negatif
For cohort Sikap Remaja = ,355 ,206 ,611
Positif
N of Valid Cases 86

Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya * Sikap Remaja


Crosstab
Sikap Remaja Total
Negatif Positif
Pengaruh Negatif Count 16 29 45
Lingkungan Expected Count 23,0 22,0 45,0
Sosial % within Pengaruh Lingkungan 35,6% 64,4% 100,0%
Budaya Sosial Budaya
% within Sikap Remaja 36,4% 69,0% 52,3%
% of Total 18,6% 33,7% 52,3%
Positif Count 28 13 41
Expected Count 21,0 20,0 41,0
% within Pengaruh Lingkungan 68,3% 31,7% 100,0%
Sosial Budaya
% within Sikap Remaja 63,6% 31,0% 47,7%
% of Total 32,6% 15,1% 47,7%
Total Count 44 42 86
Expected Count 44,0 42,0 86,0
% within Pengaruh Lingkungan 51,2% 48,8% 100,0%
Sosial Budaya
% within Sikap Remaja 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 51,2% 48,8% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 9,202a 1 ,002
Continuity Correctionb 7,938 1 ,005
Likelihood Ratio 9,380 1 ,002
Fisher's Exact Test ,003 ,002
Linear-by-Linear Association 9,095 1 ,003
N of Valid Cases 86
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,02.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pengaruh ,256 ,104 ,628
Lingkungan Sosial Budaya
(Negatif / Positif)
For cohort Sikap Remaja = ,521 ,334 ,813
Negatif
For cohort Sikap Remaja = 2,032 1,234 3,347
Positif
N of Valid Cases 86

LEMBAR MONITORING KONSULTASI BIMBINGAN


NO HARI/TGL HAL YANG DIKONSULTASIKAN NAMA PEMBIMBING PARAF

1. Jum’at, 13 Maret  ACC judul Wardah Fauziah,


2020  Tema perkuat S.Kep., Ners., M.Kep
2. Senin, 13 April  Perbaiki data Wardah Fauziah,
2020  Tempat penelitian disamarkan S.Kep., Ners., M.Kep
 Pengertian remaja rubah susunan
paragrafnya, dan buatkan
kesimpulan
 Coba cek pembuatan tabel harus
bagaimana
 Sumber selalu ditulis
 Pertegas desain penelitian saudara
 Ganti waktu penelitian
 Perbaiki teknik sampling
3. Minggu, 26  Data BPS cari yang terbaru Wardah Fauziah,
April 2020  Pengkutipan tidak boleh dari dua S.Kep., Ners., M.Kep
yang sama berturut-turut
 Cari pengertian tentang remaja
yang lain
 Over all, kerapihan penulisan
masih belum sesuai harapan saya
pak, cek lagi penomoran yang
masih berantakan, posisi awal
paragraf masih berantakan
 Cek lagi pak cara ukur msg2
variabel apakah benar dengan
wawancara
 Tingkat keperacyaan dinaikan ke
10 persen pak
4. Minggu, 10 Mei  Istilah dalam bahasa inggris dibuat Wardah Fauziah,
2020 miring S.Kep., Ners., M.Kep
 Angka sdki ya coba di cek yang
update yang dijadikan
perbandingan..2000 ke 2012 itu
kelmaan pak,sudah ada yang
update
 Pak, sebelumnya kan saya sudah
bilang kalau referensi terakhir itu
10 taun terakhir, kemudian cari
sumber yang bebrbeda sepertinya
ko ini tidak dirubah sama seklai ya
 Cari sumber yang lain tentang
pengertian remaja
 Belum ada etika penelitiannya
5. Minggu, 17 Mei  Cek lagi jenis hurup Wardah Fauziah,
2020  Buat draf buat sidang proposal S.Kep., Ners., M.Kep
 Sesuaikan dengan draf penomoran
yang ibu kirim

6 Rabu, 27 Mei  Tambah satu lagi pengertian remaja Wardah Fauziah,


2020 menurut ahli S.Kep., Ners., M.Kep
 Penelitian orang lain jangan pake
tabel
 Susun draf final Sidang Proposal
dari awal sampai akhir
 Tetap semangat
7 Selasa, 09 Mei  Perbaikan Ujian Proposal ACC Wardah Fauziah,
2020  Lanjut Ke Penguji I S.Kep., Ners., M.Kep
8 Senin, 27 Juli  Rekomendasi Penguji I dan II Wardah Fauziah,
lanjut penelitian
2020 S.Kep., Ners., M.Kep
9 Minggu, 09  Lanjut dan daftar Ujian Sidang Wardah Fauziah,
Agustus 2020  Hubungi Penguji I dan II S.Kep., Ners., M.Kep
10 Rabu, 19  Perbaiki sesuai arahan Penguji I Wardah Fauziah,
Agustus 2020 dan II S.Kep., Ners., M.Kep

LEMBAR MONITORING KONSULTASI BIMBINGAN


NO HARI/TGL HAL YANG DIKONSULTASIKAN NAMA PEMBIMBING PARAF

1. Selasa, 05 Mei  Trus di bab 1 belum tercantum Hera Hijriani, S.Kep.,


2020 alasan kenapa memilih tempat Ners., M.Kep
penelitiannya di SMK tsb
 Harus didukung data nya juga
selain data studi pendahuluan, studi
pendahuluan tambah sampelnya
 Untuk kuesioner perlu dilakukan
uji validitas dan reliabilitas ga?
Kalau iya, di bab 3 di pembahasan
ttg uji validitas reliabilitas
dicantumkan akan dilakukan uji
validitas tempatmya dimana (harus
tertulis).
 Jika tidak dilakukan karena
kuesioner sudah baku misalnya itu
juga harus tercantum di bab3
 Trus hasil ukur yg tertulis di tabel
definisi operasional itu harus ada di
bab 2
2. Senin, 18 Mei  Untuk inform concent mohon Hera Hijriani, S.Kep.,
2020 diperbaiki. Ners., M.Kep
 Inform : berarti harus ada informasi
ttg penelitian kita, etika penelitian
harus ada di situ..ttg hak2
responden harus tercantum disitu,
spt tidak adanya paksaan dlm
penelitian, kerahasiaan identitas,
manfaat penelitian untuk responden
apa, prosedur penelitian spt apa,
sehingga dg membaca lembar
inform responden akan paham
tentang penelitian pa Dadan
 Kemudian concent : persetujuan
menjadi responden. Setelah
responden membaca informasi
penelitian, jika ia bersedia menjadi
responden maka ia akan
menandatangani lembar concent.
3. Rabu, 27 Mei  Susun draf final Sidang Proposal Hera Hijriani, S.Kep.,
2020 dari awal sampai akhir Ners., M.Kep

4. Selasa, 09 Mei  Perbaikan Ujian Proposal ACC Hera Hijriani, S.Kep.,


2020  Lanjut Ke Penguji I Ners., M.Kep

5. Selasa, 11  Perbaikan kata pengantar, Hera Hijriani, S.Kep.,


Agustus 2020 sesuaikan dengan arahan Ners., M.Kep

6. Kamis, 13  ACC lanjutkan Ujian Sidang Hera Hijriani, S.Kep.,


Agustus 2020 Ners., M.Kep
7. Rabu, 19  Perbaiki sesuai arahan Penguji I Hera Hijriani, S.Kep.,
Agustus 2020 dan II Ners., M.Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
SK. Mendiknas Nomor : 06/D/O/2005
SK. Mendikbud RI Nomor : 51/E/O/2012
Terakreditasi “B” LAMPT-Kes
PRODI : S1 Keperawatan – Prodi D III Kebidanan – Profesi Ners – Prodi S1 Farmasi
Alamat : Jl. Gerakan Koperasi No. 003 Majalengka 45411 Telp/Fax. (0233) 284098
Website :http://stikesypib.ac.id email s1: keperawatans1ypib@gmail.com

Nomor : 755/STIKes-S1.Kep/06 Penelitian/VI/2020


Lampiran :-
Perihal : Permohanan Izin Studi Penelitian
Kepada Yth :
Kepala Sekolah SMK Bhakti
Kencana Kabupaten Subang
di
Tempat
Dengan Hormat,
Dalam rangka penyusunan skripsi bagi Mahasiswa/i Tingkat IV Semester
VIII Program Studi S1 Keperawatan STIKes YPIB Majalengka Tahun
Akademik 2019/2020, kami mohon bantuan kepada Bapak/Ibu kiranya
dapat berkenan memberikan izin penelitian yang diperlukan oleh
mahasiswa/I kami yaitu :

Nama : DADAN PRIYATNA YUDIANSAH


NIM : 18142012024
Tema/ Judul : FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SIKAP REMAJA
TENTANG PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK
Tempat Penelitian : BHAKTI KENCANA SUBANG TAHUN 2020
Waktu : SMK BHAKTI KENCANA SUBANG
23 Juni – 23 Juli 2020

Demikian surat permohonan ini, atas perhatian dan perkenannya kami


sampaikan terima kasih.
Majalengka, 10 Juni
2020 Ka. Prodi S1
Keperawatan

Hera Hijriani, S. Kep., Ners.,M.Kep

Tembusan disampaikan Kepada Yth :


1. Pertinggal
REKAPITULASI PENELITIAN

Pengetahuan Remaja
Jumlah Pengetahuan
SIKAP REMAJA PENGETAHUAN

Sikap Remaja
Jumlah Sikap
NO Umur JK

Pernyataan Pertanyaan

1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7
1 17 P 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 26 Negatif 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik

2 17 P 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 20 Negatif 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 8 Kurang

3 17 P 3 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 Negatif 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12 Kurang

4 17 P 3 4 1 2 2 2 2 2 4 2 1 2 2 2 3 2 2 38 Positif 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 Kurang

5 17 P 2 1 2 1 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 1 4 1 26 Negatif 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 10 Kurang

6 17 P 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Negatif 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Kurang

7 17 P 1 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 4 1 26 Negatif 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 12 Kurang

8 17 P 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 1 3 1 3 2 38 Positif 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik

9 17 P 2 1 2 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 3 25 Negatif 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 7 Kurang

10 18 P 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1 24 Negatif 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 10 Kurang

11 17 P 2 1 1 1 1 1 1 4 2 3 1 1 1 1 2 1 1 25 Negatif 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 13 Kurang

12 17 P 1 4 3 1 1 1 1 2 4 2 1 1 1 1 1 1 1 27 Negatif 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9 Kurang

13 17 P 2 1 1 2 2 1 1 3 1 3 4 2 2 2 2 3 2 34 Positif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik

14 17 P 1 4 4 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 26 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 13 Kurang

15 17 L 2 1 3 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 3 3 31 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16 Baik

16 18 P 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 3 2 38 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 Baik

17 17 P 2 3 2 2 2 1 1 3 4 2 1 1 1 1 2 4 2 34 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16 Baik

18 17 P 1 1 2 1 2 1 1 4 4 2 1 1 1 3 4 4 1 34 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 16 Baik

19 17 L 1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 3 2 34 Positif 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik

20 17 P 2 1 2 1 1 1 1 3 2 3 2 2 2 1 4 3 2 33 Positif 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 12 Kurang

21 17 P 2 1 2 1 2 1 1 3 4 2 4 1 1 2 2 3 2 34 Positif 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
22 18 P 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 27 Negatif 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 13 Kurang
23 17 P 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 3 1 1 1 3 25 Negatif 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 12 Kurang
24 17 P 2 3 3 2 1 1 1 4 4 4 2 1 1 1 2 4 1 37 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
25 17 P 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 4 1 24 Negatif 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 7 Kurang
26 17 P 2 1 2 1 2 1 1 3 1 2 2 1 1 2 2 3 2 29 Negatif 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 Kurang
27 17 L 2 1 2 1 2 1 1 2 4 3 1 1 2 2 1 3 1 30 Positif 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
28 18 P 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 34 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 Baik
29 17 P 2 1 2 1 1 1 1 4 2 2 2 1 1 1 2 2 1 27 Negatif 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 13 Kurang
30 17 P 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 24 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14 Baik
31 17 L 1 4 2 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 27 Negatif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 14 Baik
32 17 P 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 3 36 Positif 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
33 17 P 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 25 Negatif 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik
34 17 P 1 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 4 1 26 Negatif 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Kurang
35 17 P 1 1 1 1 1 1 2 3 4 2 2 1 1 1 2 2 1 27 Negatif 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 11 Kurang
36 17 P 2 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 3 24 Negatif 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 8 Kurang
37 17 P 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 2 1 4 1 25 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 13 Kurang
38 17 P 3 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 24 Negatif 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 11 Kurang
39 17 P 2 4 3 1 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 33 Positif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
40 17 P 1 1 2 1 3 1 2 4 2 2 2 2 2 1 2 4 2 34 Positif 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 Baik
41 17 P 3 1 2 3 2 3 3 2 1 2 3 4 3 3 3 1 4 43 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16 Baik
42 17 P 1 1 2 1 2 1 4 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 27 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik
43 17 P 3 1 2 1 3 2 4 2 1 1 2 1 1 1 2 4 4 35 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15 Baik
44 17 P 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 39 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 Baik
45 17 P 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 39 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 Baik
46 17 P 1 1 2 1 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1 4 25 Negatif 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 8 Kurang
47 17 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 4 1 23 Negatif 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 8 Kurang
48 17 P 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 1 1 2 1 2 1 4 26 Negatif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 15 Baik
49 17 P 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 37 Positif 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 Baik
50 17 P 3 1 2 1 2 1 1 2 4 2 1 1 2 2 1 1 3 30 Positif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
51 17 P 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 32 Positif 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 10 Kurang
52 17 P 2 1 3 1 2 1 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 2 27 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 Baik
53 17 P 1 1 1 2 2 1 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 30 Positif 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik
54 17 P 2 1 3 2 4 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 37 Positif 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
55 17 P 1 1 2 1 1 2 1 4 2 2 2 1 1 1 2 2 1 27 Negatif 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 11 Kurang
56 17 P 1 4 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 4 1 28 Negatif 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 13 Kurang
57 17 P 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 36 Positif 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 Baik
58 17 P 2 4 2 1 1 2 1 2 4 1 1 1 1 1 2 4 1 31 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 Baik
59 17 P 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 36 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 15 Baik
60 17 P 2 4 3 2 2 2 2 3 1 3 2 1 1 1 2 4 1 36 Positif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
61 17 P 2 1 3 1 2 2 2 3 1 2 1 1 2 1 2 2 2 30 Positif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik
62 17 P 1 1 3 1 1 1 2 3 4 2 2 3 3 3 2 4 3 39 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 16 Baik
63 17 P 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 22 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 14 Baik
64 16 P 3 1 2 1 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 24 Negatif 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 15 Baik
65 17 P 1 4 1 1 1 1 1 4 4 2 1 1 1 1 2 4 3 33 Positif 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 Baik
66 17 P 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 Negatif 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
67 17 P 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 4 4 4 4 1 41 Positif 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 13 Kurang
68 17 P 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 4 1 24 Negatif 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 Baik
69 16 P 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16 Baik
70 17 P 2 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1 1 22 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik
71 17 P 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 2 1 2 2 2 2 28 Negatif 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 14 Baik
72 17 P 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 39 Positif 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 13 Kurang
73 16 P 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2 1 1 1 1 4 3 30 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 16 Baik
74 17 P 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 4 1 2 4 1 1 1 26 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 13 Kurang
75 17 P 1 4 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 24 Negatif 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13 Kurang
76 16 P 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 4 1 24 Negatif 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 9 Kurang
77 17 P 1 4 1 1 1 1 1 4 4 2 1 1 1 1 2 1 1 28 Negatif 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 10 Kurang
78 17 P 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 4 2 2 3 2 2 31 Positif 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 Baik
79 16 P 1 2 3 2 1 1 1 4 2 2 1 1 2 1 2 2 1 29 Negatif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 12 Kurang
80 17 P 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 38 Positif 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 12 Kurang
81 17 P 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 1 4 32 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 Baik
82 17 P 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 35 Positif 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
83 17 P 2 1 2 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 23 Negatif 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 13 Kurang
84 17 P 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 35 Positif 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 Baik
85 17 P 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 4 1 25 Negatif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 15 Baik
86 17 P 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 36 Positif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 Baik
PENGARUH
PERHATIAN ORANG TUA LINGKUNGAN

Jumlah PLSB
Pengaruh

Jumlah PO
SOSIAL BUDAYA
Perhatian Lingkungan
NO

Orang Tua Sosial


Budaya
Pertanyaan Pertanyaan

1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5
0 1 2
Kurang
1 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 37 3 4 4 4 4 19 Positif
Perhatian
Kurang
2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 37 4 3 4 3 1 15 Negatif
Perhatian
Kurang
3 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 37 3 3 4 3 4 17 Positif
Perhatian
4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 44 Cukup Perhatian 2 4 4 4 3 17 Positif
Kurang
5 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 37 4 4 4 4 4 20 Positif
Perhatian
Kurang
6 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 3 4 4 4 19 Positif
37 Perhatian
Kurang
7 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 4 1 4 17 Positif
37 Perhatian
Kurang
8 4 4 3 4 3 4 4 4 4 2 2 1 4 4 4 3 3 18 Positif
39 Perhatian
Kurang
9 2 3 2 4 2 2 4 3 3 1 2 3 4 2 4 3 3 16 Negatif
31 Perhatian
Kurang
10 2 4 4 4 3 3 4 4 4 1 4 2 4 4 4 4 4 20 Positif
39 Perhatian
Kurang
11 3 3 1 4 3 4 4 4 4 1 4 3 4 3 4 3 4 18 Positif
38 Perhatian
12 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 46 Cukup Perhatian 4 3 3 3 4 17 Positif
13 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 43 Cukup Perhatian 3 3 3 3 2 14 Negatif
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 45 Cukup Perhatian 4 1 4 1 4 14 Negatif
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 45 Cukup Perhatian 4 3 4 3 3 17 Positif
16 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 41 Cukup Perhatian 4 3 3 3 3 16 Negatif
17 2 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 43 Cukup Perhatian 2 3 3 3 1 12 Negatif
18 3 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 41 Cukup Perhatian 4 4 4 3 4 19 Positif
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 45 Cukup Perhatian 4 3 2 2 1 12 Negatif
20 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 44 Cukup Perhatian 1 3 4 3 3 14 Negatif
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 4 3 3 2 3 15 Negatif
Kurang
22
2 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 4 38 Perhatian 4 4 4 3 4 19 Positif
23 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 Cukup Perhatian 4 4 4 4 3 19 Positif
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 3 1 1 1 2 8 Negatif
Kurang
25
3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 36 Perhatian 1 4 4 4 4 17 Positif
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 4 3 3 2 3 15 Negatif
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 1 2 3 2 2 10 Negatif
28 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 42 Cukup Perhatian 4 3 3 3 3 16 Negatif
Kurang
29
2 4 4 4 4 4 3 4 4 1 1 4 39 Perhatian 1 4 4 4 4 17 Positif
Kurang
30
2 4 4 4 4 4 3 4 4 1 1 4 39 Perhatian 4 2 3 4 3 16 Negatif
31 3 4 2 4 3 4 3 4 4 1 3 2 37 Kurang 2 4 4 1 4 15 Negatif
Perhatian
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 4 4 4 2 3 17 Positif
Kurang
33
3 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 2 40 Perhatian 4 3 4 4 4 19 Positif
Kurang
34
3 2 3 4 4 4 4 4 4 1 4 2 39 Perhatian 4 4 4 4 4 20 Positif
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 45 Cukup Perhatian 1 3 3 3 3 13 Negatif
36 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 3 43 Cukup Perhatian 4 4 4 3 4 19 Positif
Kurang
37
4 1 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 36 Perhatian 1 4 3 2 4 14 Negatif
38 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 3 43 Cukup Perhatian 1 4 3 4 4 16 Negatif
39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 4 3 4 4 3 18 Positif
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 4 1 1 3 1 10 Negatif
41 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 42 Cukup Perhatian 1 2 2 3 1 9 Negatif
42 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 41 Cukup Perhatian 2 3 4 3 3 15 Negatif
43 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 43 Cukup Perhatian 4 4 4 4 4 20 Positif
Kurang
44
2 4 4 3 4 4 4 4 3 1 2 2 37 Perhatian 3 1 3 3 3 13 Negatif
Kurang
45
2 4 2 3 4 4 4 4 3 1 2 2 35 Perhatian 3 1 3 3 3 13 Negatif
Kurang
46
2 3 2 1 4 4 4 1 4 4 2 1 32 Perhatian 4 3 4 4 4 19 Positif
47 4 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 44 Cukup Perhatian 4 4 4 4 4 20 Positif
Kurang
48
2 4 4 4 2 2 2 3 3 2 2 2 32 Perhatian 1 2 2 3 3 11 Negatif
49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 4 3 3 3 1 14 Negatif
50 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 3 41 Cukup Perhatian 4 4 4 4 4 20 Positif
51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 4 4 4 4 4 20 Positif
Kurang
52
2 2 1 4 2 1 4 4 4 2 3 3 32 Perhatian 4 4 3 2 1 14 Negatif
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 4 3 4 4 4 19 Positif
54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 45 Cukup Perhatian 3 4 4 3 4 18 Positif
Kurang
55
2 2 1 4 4 4 4 4 4 3 2 2 36 Perhatian 1 4 4 4 4 17 Positif
56 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 2 41 Cukup Perhatian 4 3 3 3 3 16 Negatif
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 Cukup Perhatian 4 3 3 3 3 16 Negatif
58 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 43 Cukup Perhatian 4 3 3 4 4 18 Positif
59 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 43 Cukup Perhatian 3 1 4 2 3 13 Negatif
60 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 43 Cukup Perhatian 4 1 3 3 3 14 Negatif
61 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 43 Cukup Perhatian 4 3 4 1 3 15 Negatif
62 4 3 3 4 4 1 4 4 4 4 4 4 43 Cukup Perhatian 4 3 4 3 4 18 Positif
Kurang
63
4 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 40 Perhatian 1 3 4 4 4 16 Negatif
Kurang
64
3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 40 Perhatian 4 4 4 2 4 18 Positif
65 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 Cukup Perhatian 4 1 4 3 4 16 Negatif
66 2 4 3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 41 Cukup Perhatian 4 4 4 2 4 18 Positif
Kurang
67
2 4 1 1 4 4 4 4 4 3 3 2 36 Perhatian 4 3 3 3 3 16 Negatif
Kurang
68
2 1 1 1 4 4 4 4 4 1 2 3 31 Perhatian 4 4 4 3 4 19 Positif
Kurang
69
2 3 1 1 4 4 4 4 3 1 4 2 33 Perhatian 3 3 3 3 4 16 Negatif
Kurang
70
4 4 3 3 3 3 4 4 4 1 4 2 39 Perhatian 4 4 2 4 4 18 Positif
71 2 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 42 Cukup Perhatian 3 3 3 3 3 15 Negatif
Kurang
72
2 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 38 Perhatian 4 3 3 1 3 14 Negatif
Kurang
73
3 3 4 4 4 4 3 4 4 1 4 2 40 Perhatian 3 3 3 3 3 15 Negatif
Kurang
74
3 1 3 3 4 4 4 4 4 1 4 4 39 Perhatian 4 3 3 2 3 15 Negatif
Kurang
75
1 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 39 Perhatian 4 4 4 4 3 19 Positif
Kurang
76
2 3 1 1 3 4 4 4 4 2 4 4 36 Perhatian 3 2 4 4 4 17 Positif
Kurang
77
4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 2 2 38 Perhatian 4 4 4 4 4 20 Positif
Kurang
78
2 3 2 2 2 2 1 3 3 2 1 1 24 Perhatian 2 3 2 3 1 11 Negatif
Kurang
79
1 3 1 1 4 2 4 4 4 4 2 4 34 Perhatian 3 4 4 4 4 19 Positif
80 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 Cukup Perhatian 2 3 3 3 3 14 Negatif
Kurang
81
3 2 4 4 4 4 4 4 4 1 4 2 40 Perhatian 3 3 3 3 3 15 Negatif
82 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 47 Cukup Perhatian 2 3 3 3 3 14 Negatif
Kurang
83
2 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 1 39 Perhatian 4 4 4 4 4 20 Positif
Kurang
84
3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 35 Perhatian 2 3 3 3 3 14 Negatif
Kurang
85
4 4 2 2 4 4 4 4 4 1 4 2 39 Perhatian 4 3 3 3 4 17 Positif
Kurang
86
4 4 2 2 4 4 4 4 4 1 4 2 39 Perhatian 3 3 3 1 3 13 Negatif

Anda mungkin juga menyukai