Anda di halaman 1dari 100

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


STUNTING PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA
POSKESRI TELUK KASAI PUSKESMAS PASAR KUOK
KABUPATEN PESISIR SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma IV


Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Oleh:

LIZA HETRIA YUNI


NIM : 204330791

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita


di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan”

Oleh :

LIZA HETRIA YUNI


NIM : 204330791

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program Studi
DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang dan telah siap
untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Padang, Juni 2021


Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Hj. Erwani, SKM, M.Kes Iin Prima Fitriah, S.SiT, M.Keb


NIP. 198503162012122002 NIP. 198503162012122002

Mengetahui,
Ketua Prodi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Elda Yusefni, S.ST,


M.Keb NIP.
196904091995022001

ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

Skripsi, Juni 2021


LIZA HETRIA YUNI

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Anak


Balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan

xi + 60 halaman + 7 tabel + 2 gambar + 11lampiran

ABSTRAK

Berdasarkan Studi Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019 menunjukkan


penurunan prevalensi stunting dari 30,8% tahun 2018 menjadi 27,67% tahun 2019
atau turun 3,13%. Masalah stunting dapat di sebabkan karena faktor seperti
pengetahuan ibu balita, asupan gizi balita sebagai faktor langsung dan status
ekonomi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor – Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain penelitian
cross sectional. Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Poskesri Teluk
Kasai Puskesmas Pasar Kuok pada bulan April – Mei 2021. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh balita berumur 12-59 bulan yang berada Wilayah
Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok dengan jumlah 85 orang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik dengan teknik pengambilan
sampel Total Sampling kemudian data analisis secaraa univariat dan bivariat
menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian univariat didapatkan Terdapat sebagian besar yaitu 45 orang
(52,9%) responden yang mengalami stunting (normal), 36 orang (42,4%)
responden yang tingkat pengetahuan nya cukup, 62 orang (72,9%) responden
yang asupan gizinya cukup dan 65 orang (76,5%) responden dengan status
ekonomi rendah. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan
antara asupan gizi balita (p value = 0,011) dan status ekonomi (p value = 0,016),
sedangkan tidak ada hubungan pengetahuan (p value = 0,238 dengan kejadian
stunting.
Disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat memberikan gambaran
faktor resiko dalam kejadian stunting dan upaya pencegahannya dengan cara
memberikan penyuluhan kepada ibu tentang menu seimbang.

Kata Kunci: Pengetahuan, asupan gizi balita, status ekonomi dan Stunting
Referensi : 38 (2007 – 2019)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas nikmat-

Nya yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Kerja Poskesri

Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan”.

Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan suatu rangkaian dari

proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D IV Jurusan Kebidanan

di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai syarat dalam

menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Kebidanan pada masa akhir pendidikan.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih atas segala

bimbingan dan pengarahan dari Ibu Hj. Erwani, SKM, M.Kes sebagai

Pembimbing I dan Ketua Jurusan Kebidanan dan Ibu Iin Prima Fitriah, S.SiT,

M.Keb selaku Pembimbing II yang dengan segenap kesabaran dan penuh

semangat memberikan arahan, bimbingan dan nasehat sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini juga peneliti tujukan kepada:

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si sebagai Direktur Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.

2. Ibu Elda Yusefni, S.ST, M.Keb sebagai Ketua Program Studi DIV

Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

3. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Prodi DIV Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan

selama penulis dalam pendidikan.

iv
4. Orang tua dan keluarga yang telah mendo’akan, memberi bantuan, dan

dukungan baik moril maupun materil untuk penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Serta sahabat dan teman-teman yang telah memberikan bantuan dan

dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari penulisan skripsi ini akan ada keterbatasan

kemampuan, sehingga peneliti merasa masih ada yang belum sempurna baik

dalam isi maupun dalam penyajiannya. Maka dari itu peneliti memohon kritik dan

saran yang membangun guna melengkapi dan menyempurnakan skripsi ini.

Padang, Juni 2021

Peneliti

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................9
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting....................................................................................................11
B. Tingkat Pengetahuan................................................................................14
C. Asupan Gizi Balita...................................................................................18
D. Status Ekonomi........................................................................................30
E. Kerangka Teori.........................................................................................32
F. Kerangka Konsep.....................................................................................32
G. Hipotesa...................................................................................................33
H. Definisi Operasional................................................................................34
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian......................................................................36
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................36
C. Populasi dan Sampel................................................................................36
D. Alur Penelitian.........................................................................................38
E. Jenis Data.................................................................................................39
F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................39
vi
G. Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................................40
H. Teknik Pengolahan Data..........................................................................41
I. Analisa Data..............................................................................................42
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian........................................................................................43
B. Pembahasan..............................................................................................47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................................56
B. Saran.........................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Tabel 2.1 Pengelompokan Status Gizi Berdasarkan Kelompok Umur...........13

Tabel 2.2 Daftar Kebutuhan Karbohidrat (Perhari)........................................24

Tabel 2.3 Daftar Kebutuhan Protein (Perhari)................................................24

Tabel 2.4 Daftar Kebutuhan Vitamin (Perhari)..............................................24

Tabel 2.5 Takaran Konsumsi Makanan Sehari pada Anak.............................27

Tabel 2.6 Definisi Operasional.......................................................................35

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Anak Balita di


Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021..........................................43

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita di Wilayah Kerja


Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2021........................................................................44

Tabel 4.3 Distribusi Asupan Gizi Balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk
Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun
2021................................................................................................44

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Ekonomi di Wilayah Kerja Poskesri


Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2021.....................................................................................45

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Stunting pada Anak


Balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar
Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021................................46

Tabel 4.6 Hubungan Asupan Gizi Balita dengan Kejadian Stunting pada
Anak Balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas
Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.......................47

viii
Tabel 4.7 Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Stunting pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar
Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021................................48

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Stunting pada Anak Balita ...32

Gambar 2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada

Anak Balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas


Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021....................33

Gambar 3.1 Alur Penelitian............................................................................38

x
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
Lampiran A. Gantt Chart Rencana Penelitian................................................54
Lampiran B. Informed Consent.......................................................................55
Lampiran C. Kuesioner...................................................................................57
Lampiran D. Analisa Univariat.......................................................................66
Lampiran E. Analisa Bivariat..........................................................................67
Lampiran F. Lembar Konsultasi.....................................................................70

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan stunting masih menjadi masalah yang cukup serius yang

sering terjadi pada anak balita. Stunting adalah hal yang sangat penting

karena akan mempengaruhi sumber daya manusia di masa depan. Stunting

terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak

berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka

kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan

memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Dalam mencegah dan

menurunkan angka kejadian stunting tidak hanya dilakukan oleh sektor

kesehatan saya tetapi harus mengikutsertakan lintas sector. Masalah gizi

seperti stunting pada usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualitas

tingkat pendidikan, tingginya angka basensi dan tingginya angka putus

sekolah.1

Data prevalensi balita stunting yang dilaporkan oleh World Health

Organization (WHO) pada tahun 2019, Indonesia termasuk kedalam negara

ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di regional Asia Tenggara yaitu

setelah Timur Leste 48,6%, India 34,21% dan Indonesia 27,67%.2

Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting

cukup tinggi dibandingkan negara-negara berpendapatan menengah lainnya.

Hasil integrasi Susenas Maret 2019 dan Studi Status Gizi Balita Indonesia

(SSGBI) Tahun 2019 menunjukkan penurunan prevalensi stunting dari 30,8%

tahun 2018 menjadi 27,67% tahun 2019 atau turun sekitar 3,13%. Angka
2

stunting pada balita di Indonesia masih jauh dari standar yang ditetapkan

WHO yaitu 20%. Prevalensi stunting pada balita di Indonesia juga hanya

sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata kawasan Asia Tenggara yang

sebesar 31,9% (World Health Statistics data visualization dashboard,

diperbarui pada bulan April tahun 2019).3,4

Provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi pada tahun 2019 adalah

Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 43,82%. Sementara itu, provinsi

dengan prevalensi stunting terendah pada tahun 2019 adalah Provinsi Bali

yaitu sebesar 14,42%. Terdapat 17 provinsi dengan prevalensi stunting berada

di bawah prevalensi stunting nasional. Hanya 4 provinsi dengan prevalensi

stunting di bawah standar yang ditetapkan WHO sebesar 20% yaitu Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Bali.3

Prevalensi stunting di Provinsi Sumatera Barat terjadi penurunan dari

30,6% pada tahun 2018 menjadi 27,47% pada tahun 2019. Prevalensi

stunting tertinggi di Provinsi Sumatera Barat tahun 2019 terjadi di Kabupaten

Mentawai 43,30%, Kabupaten Pasaman 35,67%, Kabupaten Solok 35,45%,

Kabupaten Solok Selatan 34,99%, Kabupaten Pasaman Barat 31,66%,

Kabupaten Sawahlunto Sijunjung 30,62% dan Kabupaten Pesisir Selatan

30,56%.3

Prevalensi kejadian stunting di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun

2020 yaitu berjumlah 4118 orang balita dengan presentasi 11,8%.

Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Pasar Kuok pada tahun 2020

jumlah sasaran balita yang berusia 0 – 60 bulan berjumlah 1889 orang dengan

jumlah kejadian stunting 197 balita dengan presentase 10,4%. Sedangkan


3

jumlah kejadian stunting di Poskesri Teluk Kasai yaitu 29 orang dari 85 orang

balita.5

Kekurangan gizi pada masa golden periode akan menyebabkan sel

otak anak tidak tumbuh sempurna. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah

sel otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun.

Apabila gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan

skor tes intelligence Quotient (IQ) sebesar 10-13 point. Penur unan

perkembangan IQ tersebut akan mengakibatkan terjadinya loss generation,

artinya anak-anak tersebut akan menjadi beban bagi keluarga, masyarakat,

dan pemerintah.6

Banyak faktor yang menyebabkan tingginya kejadian stunting pada

balita. Faktor langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu asupan

makanan salah satunya yaitu status kesehatan balita itu sendiri. Selain itu

faktor langsung yang dapat memicu terjadinya stunting yaitu adanya penyakit

penyerta pada balita itu sendiri seperti riwayat penyakit infeksi, tuberculosis,

cacingan dan lainnya. Faktor tidak langsung yang berhubungan dengan

stunting yaitu pola pengasuhan, pelayanan kesehatan, faktor maternal dan

lingkungan rumah tangga. Akar masalah yang menyebabkan kejadian

stunting yaitu status ekonomi keluarga yang rendah. Selain itu kejadian

stunting juga dapat disebabkan oleh berat badan lahir yang tidak normal, bayi

yang lahir dengan berat badan rendah lebih beresiko mengalami stunting

untuk masa yang akan datang.7

Faktor maternal yang dapat memicu kejadian stunting adalah nutrisi

yang buruk sebelum konsepsi. Nutrisi ibu yang buruk sebelum konsepsi akan
4

menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. berat badan lahir

rendah merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan kejadian

stunting.8

Kejadian stunting pada balita dapat berdampak buruk pada

perkembangan dan pertumbuhan balita tersebut. Hadwart (2017) menyatakan

bahwa balita yang mengalami stunting akan mengalami keterlambatan

perkembangan organ tubuh salah satunya yaitu perkembangan otak sehingga

fungsi kognitif otak anak tidak dapat bekerja secara maksimal. Kejadian

stunting 67,1% dapat berdampak buruk pada perkembangan fungsi kognitif

otak anak, sehingga jika anak mengalami gangguan fungsi kognitif dampak

nyata yang dapat terjadi yaitu anak tidak dapat merespon dengan baik ketika

berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, pada anak usia sekolah,

maka anak akan mengalami keterlambatan berfikir dibandingkan dengan anak

normal lainnya.9 Kejadian stunting pada balita juga dapat berdampak pada

organ tubuh lainnya seperti organ pencernaan. Taylor (2018) menyatakan

bahwa 50,9% anak balita yang mengalami stunting mengalami masalah pada

sistem pencernaan mereka yang ditandai dengan mudahnya terinfeksi

penyakit salah satunya mengalami diare.10

Selain berdampak pada perkembangan organ tubuh, stunting juga

berdampak pada pertumbuhan balita. Dimana balita yang mengalami stunting

tidak dapat tumbuh dengan normal seperti anak yang tidak mengalami

stunting lainnya yang ditandai dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan

usia balita. Mayoritas yaitu 90% balita yang mengalami stunting memiliki
5

pertumbuhan tinggi badan abnormal yaitu dengan nilai Z Score kurang dari –

2 SD.11

Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya stunting pada balita

tersebut. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian stunting yaitu

pengetahuan orang tua. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat

memicu terjadinya stunting pada balita, terutama pengetahuan orang tua

tentang gizi. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setselah

orang mengadakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan

sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan.

Pengetahuan orang tua yang kurang tentang stunting seperti pengetahuan apa

itu stunting dan bagaimana upaya mencegah terjadinya stunting, maka ibu

dengan pengetahuan yang kurang akan hal ini akan lebih beresiko memiliki

anak stunting.12

Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Maya Antasari (2019) tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian

stunting pada balita usia 12 – 59 tahun di Desa Suka Permai Manado

menyatakan mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan yang rendah

memiliki balita stunting yang berjumlah 68,1%. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p value 0,027 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 12 – 59

bulan.9

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Charles Edwarh tahun 2018

yang menyatakan bahwa salah satu pemicu terjadinya stunting pada anak
6

yaitu rendahnya pengetahuan orang tua. Hasil penelitian menyatakan bahwa

67,1% responden dengan tingkat pengetahuan yang rendah memiliki balita

stunting. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,002 maka dapat

disimpulkan ada hubungan pengetahuan orang tua dengan kejadian stunting

pada balita.13

Selain pengetahuan, faktor langsung yang berkaitan dengan kejadian

stunting yaitu asupan gizi anak. Asupan gizi merupakan salah satu penyebab

langsung yang dapat memicun terjadinya stunting pada balita. Pada masa

balita tubuh memerlukan asupan gizi yang baik dengan prinsip menu

seimbang untuk membantu pertumbuhan serta perkembangan balita agar

dapat maksimal. Namun jika terjadi malnutrisi pada masa ini, maka akan

beresiko mengalami masalah gizi yang salah satunya dapat menyebabkan

stunting. Kurangnya asupan gizi balita akan memicu organ tubuh tidak dapat

menjalankan fungsinya secara maksimal. Asupan gizi yang berkontribusi

dengan kejadian stunting seperti zat gizi karbohidrat, protein, energi, kalori

serta vitamin lainnya. Jika didapat tubuh asupan zat gizi tersebut tidak dapat

terpenuhi dengan baik maka balita akan beresiko mengalami stunting.14

Penyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Mayang

Sari (2019) tentang faktor resiko terjadinya stunting pada balita menyatakan

bahwa 76,34% balita dengan asupan gizi yang kurang baik atau tidak

memenuhi angka kecukupan gizi mengalami stunting. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p value 0,003. Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang

signifikan antara asupan gizi dengan kejadian stunting pada balita.15


7

Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu status

ekonomi orang tua. Hal ini dipicu karena kurang mampu nya orang tua

membeli bahan makanan sehingga dapat memicu terjadi stunting karena

asupan makanan tidak tercukupi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang

dilakukan oleh Jingga Fitri (2019) yang menyatakan ada hubungan yang

signifikan antara status ekonomi dengan kejadian stunting pada balita.12

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan kepada 8 orang ibu

balita yang stunting yang berumur 12 – 59 bulan, mayoritas diantara mereka

asupan gizinya tidak baik, hal ini terlihat dari cara orang tua dalam pemberian

makanan kepada balita yaitu tidak memperhatikan gizi atau zat makanan yang

dikonsumsi anak mereka karena mereka hanya berprinsip asalkan anak

kenyang saja. Pemberian makanan yang sepertinya dapat dipicu karena

pengetahuan ibu tersebut kurang bahwa persepsi mereka dalam pemberian

makanan dengan prinsip asalkan anak kenyang tanpa memperhatikan zat gizi

tersebut adalah salah. Berdasarkan hasil survey awal balita yang mengalami

stunting memiliki status ekonomi yang rendah sehingga mereka tidak mampu

memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tetertarik meneliti tentang

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak

Balita di Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok

Kabupaten Pesisir Selatan 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas diatas, maka rumusan masalah

penelitian ini ”faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian


8

stunting pada anak balita di Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas

Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui “Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di

Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten

Pesisir Selatan 2021”.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian stunting pada anak balita di

Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten

Pesisir Selatan 2021.

b. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang stunting di Poskesri

Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir

Selatan 2021.

c. Diketahui distribusi frekuensi asupan gizi balita Poskesri Teluk Kasai

Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021.

d. Diketahui distribusi frekuensi status ekonomi di Poskesri Teluk Kasai

Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021.

e. Diketahui hubungan pengetahuan ibu tentang stunting dengan kejadian

stunting pada anak balita di Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021.


9

f. Diketahui hubungan asupan gizi balita dengan kejadian stunting pada anak

balita di Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok

Kabupaten Pesisir Selatan 2021.

g. Diketahui hubungan status ekonomi dengan kejadian stunting pada anak

balita di Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok

Kabupaten Pesisir Selatan 2021.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti

tentang faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian stunting yang

salah satunya adalah perilaku hidup bersih dan sehat, status ekonomi serta

pengetahuan ibu.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi

mengenai gambaran faktor risiko dalam kejadian stunting pada anak

balita.

3. Bagi Instansi dan Tenaga Kesehatan

Memberikan gambaran faktor resiko dalam kejadian stunting dan

upaya pencegahannya.

4. Bagi Bidang Penelitian

Sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

mengenai faktor risiko dalam kejadian stunting dan diharapkan ada

peneliti selanjutnya yang meneliti faktor lain yang berhubungan dengan

kejadian stunting pada anak balita.


10

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Faktor – Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021. Penelitian ini

melihat hubungan antara pengetahuan, asupan gizi balita, dan status ekonomi

(variabel independen). Sedangkan kejadian stunting pada anak balita

termasuk variabel dependen. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik

dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini telah dilakukan di

Wilayah Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir

Selatan pada bulan April - Mei tahun 2021. Populasi adalah seluruh ibu yang

memiliki anak balita yang berada di Wilayah Poskesri Teluk Kasai

Puskesmas Pasar Kuok. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

memiliki balita berumur 12-59 bulan yang berada di Wilayah Poskesri Teluk

Kasai Puskesmas Pasar Kuok dengan jumlah 85 responden yang diambil

secara total sampling. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner kemudian analisis data dengan Univariat dan Bivariat

menggunakan uji Chi-Square.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stunting

1. Pengertian Stunting

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan

yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam

kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi

pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan

penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat

dewasa.13

Stunting merupakan hal yang dianggap orangtua sebagai sesuatu yang

biasa. Orangtua menganggap bahwa anak mereka masih bisa mengalami

pertumbuhan sebab usianya masih balita padahal bila stunting tidak terdeteksi

secara dini, minimal sebelum berusia 2 tahun, maka perbaikan untuk gizinya

akan mengalami keterlambatan untuk tahun berikutnya.13

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan

gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam

kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada

usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan

penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat

dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang, sehingga

mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.13


12

Stunting adalah suatu keadaan sebagai akibat interaksi makanan dan

kesehatan yang diukur secara antropometri dengan menggunakan indikator

panjang badan menurut pada ambang batas < -2 SD jika dibandingkan dengan

standar WHO–NCHS. Seorang anak dikatakan berstatus gizi pendek (stunting)

apabila pada indeks antropometri berdasarkan indikator TB/U berada pada

ambang batas <-2 SD baku rujukan WHO. Anak yang gizi kurang (stunting)

berat mempunyai rata-rata IQ 11 poin lebih rendah bila dibandingkan dengan

rata-rata anak yang tidak mengalamai gangguan gizi (stunting).14

2. Indikator Stunting

Negara-negara berkembang dan salah satunya Indonesia memiliki

beberapa masalah gizi pada balita, di antaranya wasting, anemia, berat badan

lahir rendah, dan stunting. Stunting merupakan kondisi kronis yang

menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka

panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standard didasarkan pada

indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur

(TB/U) dengan batas (z-score) <-2 SD.14

Indikator TB/U menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis,

artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti

kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, seringmenderita penyakit

secara berulang karena higyene dan sanitasi yang kurang baik.14

3. Klasifikasi Stunting

Menilai status gizi anak dapat menggunakan tinggi badan dan umur

yang dikonversikan ke dalam Z-Score. Berdasarkan nilai Z-Score masing-

masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita sebagai berikut:15


13

Tabel 2.1. Pengelompokan Status Gizi Berdasarkan Umur

Indeks Status Gizi Z Score


Sangat < - 3,0
TB/U Pendek >=-3,0 s/d <-2,0
Pendek >=-2,0
Normal
Sumber : (WHO, 2018)

4. Dampak Stunting

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada

kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat

berpengaruh pada anak balita pada jangka panjang yaitu mengganggu

kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya di kemudian hari. Anak balita

stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun psikomotorik.16

Gangguan perkembangan adalah kondisi anak tidak mampu mencapai

tugas perkembangan pada waktu diperkirakan. Gangguan dapat terjadi pada

banyak area perkembangan, misalnya pada motorik, bahasa, sosial, atau

berpikir. Grantham Mc Gregor menyimpulkan bahwa perkembangan motorik

dan kognitif berhubungan erat dengan status gizi yang dinilai berdasarkan

Tinggi Badan/Umur.17

Stunting menyebabkan terhambatnya perkembangan motorik kasar

maupun halus, karena pada anak stunting terjadi keterlambatan kematangan

sel-sel saraf terutama di bagian cerebellum yang merupakan pusat koordinasi

gerak motorik. Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko

meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan

motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang.17


14

B. Tingkat Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan

sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.18

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat

yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya.18
15

b. Memahami (comprehension)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus

dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.18

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagi kemampuan apabila seseorang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang

lain.18

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat

diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.18

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan kepada suatu kemampuan

seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang

logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.18


16

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri.18

3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai materi

tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut

mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut

dinamakan pengetahuan. Pengukuran bobot pengetahuan seseorang

ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut :

a. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.

b. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis.

c. Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis, dan

evaluasi.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden.

Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat

pertanyaan maupun tahapan pengetahuan. 18

Menurut Riyanto (2013) Tingkat pengetahuan seseorang menjadi

tiga tingkatan yang di dasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%

b. Tingkat penetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%

c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%.20


17

4. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Stunting

Salah satu faktor yang berkontribusi memicu terjadi stunting pada

balita yaitu pengetahuan orang tua, terutama pengetahuan tentang upaya

pencegahan stunting seperti pengetahuan gizi. Jika dalam pemberian

makanan pada balita ibu tidak mengetahui penerapan gizi seimbang maka

asupan gizi pada balita tidak terpenuhi sehingga dapat memicu terjadinya

stunting.21

Keadaan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi

akan lebih berorientasi pada tindakan preventif, tahu lebih banyak tentang

masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Menurut

teori dijelaskan bahwa tingkat pendidikan turut menetukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi dan kesehatan. Hal ini

berkaitan erat dengan wawasan pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis

makanan yang baik untuk konsumsi keluarga. Kondisi demikian ini

menyebabkan orang tua kurang optimal dalam memenuhi kebuhtuhan gizi

anak, sehingga menyebabkan anak mengalami stunting.22

Tingkat pendidikan orang tua juga berkaitan dengan kesadaran untuk

memanfaatkan fasilitas kesehatan. Menurut penelitian dijelaskan bahwa

wanita yang berpendidikan cenderung lebih baik dalam pemanfaatan fasilitas

pelayanan kesehatan, lebih banyak dapat berinteraksi secara efektif dengan

memberi pelayanan kesehatan serta lebih mudah mematuhi saran yang

diberikan kepadanya.22
18

C. Asupan Gizi Balita

Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi oleh

berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah

pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah,

atau masyarakat bahkan keluarga anak tidak tampak sakit. Kurang gizi pada

anak balita sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hiddenhunger.

Stunting merupakan reterdasi pertumbuhan linier dengan deficit dalam

panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan

pertumbuhan World Health Organization / National Center for Health

Statistics (WHO/NCHS). Stunting menurut (Supariasa, 2002) disebabkan oleh

kumulasi episode stress yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan

asupan makanan yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up

growth (kejar tumbuh).17

Asupan menjadi aktor penting yang harus dipenuhi kebutuhannya demi

keberlansungan hidup. Asupan terdiri dari asupan zat gizi makro yaitu

karbohidrat, protein dan lemak dan asupan zat gizi mikro yang meliputi serat,

vitamin dan mineral. Asupan makanan adalah semua jenis makanan dan

minuman yang dikonsumsi setiap hari sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan

tubuh. Konsumsi makanan memberi dampak positif maupun negatif terhadap

proses tumbuh kembang anak.18

Asupan yang tidak adekuat dalam jangka waktu yang lama merupakan

penyebab langsung terjadinya kurang gizi. Asupan merupakan faktor utama

yang menjadi fokus kebijakan dalam menanggapi masalah stunting. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa, asupan zat gizi yang tidak adekuat pada dua
19

tahun pertama kehidupan dapat mengurangi kemampuan kognitif pada anak

karena kekurangan zat gizi dapat menghambat pertumbuhan sel otak,

sehingga anak terancam menderita stunting yang mengakibatkan

pertumbuhan mental dan fisiknya terganggu. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kecukupan energi menurut (Sulastri, 2018) adalah berat

badan, tinggi badan, pertumbuhan dan perkembangan (usia), jenis kelamin,

energi cadangan bagi anak dan remaja, serta thermic effect of food (TEF).18

Pada masa bayi dan anak–anak, yang sedang dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat membutuhkan asupan protein

yang lebih banyak per kilogram berat badan dibanding dengan orang dewasa.

Kualitas protein ditentukan oleh jumlah asam amino esensial yang

dikandungnya. Dibanding protein nabati, protein hewani lebih dianjurkan

karena mengandung asam amino lebih lengkap. Terpenuhinya kebutuhan zat

gizi mikro juga dipengaruhi oleh asupan protein. Konsumsi pangan hewani

juga meningkatkan pertumbuhan linear dan perkembangan kogniti pada masa

balita. Sementara pemenuhan kebutuhan lemak juga sangat berpengaruh

pada pertumbuhan dan perkembangan. Asam lemak berdasarkan kejenuhan

dibagi menjadi dua jenis, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.

Asam lemak jenuh rantai panjang berungsi sebagai anti–inflamasi, anti-

clotting sehingga penting bagi kelancaran aliran darah dan fungsi sendi.18

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh, kebutuhan

dan kecukupan asupan karbohidrat dipengaruhi oleh ukuran tubuh (berat

badan), usia atau tahap pertumbuhan dan perkembangan, dan aktifitas fisik.

Menurut angka kecukupan energi tahun 2012, anak usia 1–3 tahun
20

membutuhkan pemenuhan energi sebesar 1125 kkal energi, 10 % protein , 35

% lemak dan 45 % karbohidrat.19

Rendahnya asupan zat gizi pada balita dipengaruhi oleh faktor tidak

langsung seperti pengetahuan, pendidikan ibu, keadaan ekonomi dan

ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga. Gizi merupakan penyebab

utama kematian atau cacat pada anak. Diantara banyak penyebab stunting

lainnya, defisiensi zat gizi mikro adalah penyebab paling menonjol dilihat

dari akibat yang ditimbulkan apabila asupan zat gizi mikro tidak terpenuhi.19

Kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi pada usia 0–2 tahun

biasanya tidak dapat dikejar agar kembali pada status gizi normal. Hal ini

akan berdampak pada kualitas hidup jangka pendek dan jangka panjang.

Salah satunya adalah stunting, dimana stunting akan mempengaruhi

perkembangan otak yang berdampak pada kemampuan kognitif dan prestasi

belajar. Selain itu, pertumbuhan linear akan mempengaruhi daya tahan tubuh

serta kapasitas kerja di masa mendatang.20

Penelitian yang dilakukan di Bangladesh, menunjukkan asupan zat gizi

mikro yang rendah pada anak–anak terutama zat gizi yang diperlukan dalam

jumlah yang cukup tinggi pada proses tumbuh kembang seperti besi, seng,

vitamin A, dan asam folat, kekurangan makanan mikronutrien penting

lainnya, seperti kalsium, riboflavin, dan vitamin B12. Hal ini disebabkan oleh

rendahnya kualitas makanan yang diasup juga jenis makanan yang tidak

beragam.21

Pemberian makan adalah tata cara atau penatalaksanaan makanan yang

akan diasup untuk mencukupi kebutuhan gizi perorangan setiap hari.


21

Pemberian makan pada balita dapat berupa asupan oral dari makanan

keluarga maupun ASI bagi balita yang masih diberi ASI. Balita pada periode

emas membutuhkan asupan gizi seimbang yang didasarkan pada kombinasi

makanan dari kelima kelompok makanan bersama suplemen vitamin A dan

D.22

Asupan makanan pada balita dianjurkan 3 kali makan utama dan 2

sampai 3 kali makanan selingan. Balita pada masa emas ini membutuhkan

asupan zat gizi lebih tinggi disbanding ukuran tubuhnya, karena pada masa

ini mereka menjalin pertumbuhan dan perkembangan yang cukup tinggi dan

golongan usia ini juga sangat aktif secara fisik. Pola pemberian makan pada

anak dilihat dari kebiasaan makan, status sosial ekonomi, pengertian dan

kesadaran tentang gizi, dan ketersediaan pangan rumah tangga.24

Tidak adekuatnya asupan pada balita yang berlangsung dalam kurun

waktu yang cukup lama menyebabkan balita mengalami kekurangan gizi dan

menimbulkan berbagai masalah gizi lainnya. Salah satunya adalah stunting,

dimana kekurangan asupan gizi pada periode ini dapat menghambat

petumbuhan balita dan apabila tidak segera dipenuhi akan sulit untuk

mengejar pertumbuhan balita pada masa selanjutnya.23

Selain asupan makanan, ASI juga memegang peranan penting dalam

pertumbuhan dan perkembangan balita. Menurut sebuah penelitian

menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab stunting adalah pemberian

ASI ekslusif. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa, balita yang tidak diberi

ASI ekslusif beresiko 1,74 kali menderita stunting.23


22

a. Asupan Makanan Pada Balita

Pertama adalah asupan makanan yang tidak memenuhi jumlah dan

komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi

seimbang, dan aman. Asupan makanan harus memadai secara kuantitas

dan kualitas, dan nutrisi harus dikonsumsi sesuai kombinasi tubuh

manusia untuk bisa menyerapnya. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh

dari bahan-bahan makanan yang dikonsumsi dan memiliki nilai yang

sangat penting pada anak untuk memelihara proses tubuh dalam

pertumbuhan dan perkembangan.31

Selama masa pertumbuhannya, balita membutuhkan asupan

makanan yang adekuat diantaranya adalah asupan energi dan proteinnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Wahyono, anak

yang kurang asupan energi dan proteinnya akan memiliki resiko yang

lebih tinggi terjadi stunting dibandingkan dengan anak yang asupan

energi dan proteinnya cukup.

Salah satu asupan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan

program isi piring ku. Isi piringku merupakan sajian makanan yang ada

di dalam piring untuk porsi sekali makan. Menurut dia, isi piringku

menggambarkan tentang SEHAT, berawal dari 4 sehat 5 sempurna yang

tidak bisa cukup sehingga dilengkapi atau ditransformasikan dengan

pedoman gizi seimbang dengan 10 pokok. Pedoman gizi seimbang saat

ini difokuskan pada empat hal yang dikelompokkan yaitu pada makanan

itu sendiri, minum air putih minimal 8 gelas sehari, aktivitas fisik juga
23

menimbang tinggi dan berat badan, serta dilengkapi dengan Cuci Tangan

Pakai Sabun (CTPS).31

Isi piringku mengacu pada one plat terbagi menjadi dua, 50 persen

piring buah dan sayur, 50 persen lainnya terdiri dari 1/3 lauk dan 2/ 3

suplemen dan karbohidrat.Untuk melengkapi isi piringku tentunya

dilengkapi dengan aktivitas fisik, CTPS dan minum air putih minimal 8

gelas sehari. Isi Piringku disesuaikan dengan kebiasaan dan karakter dari

daerah masing-masing yang tentunya memenuhi gizi seimbang Program

Piring Makanku yang diusung oleh Kementerian Kesehatan, langkah ini

diharapkan dapat menjadi acuan dalam menentukan pola makan sehat

dan mencukupi kebutuhan nutrisi harian.31

Konsep Isi Piringku sebenarnya mendorong masyarakat untuk

makan dengan gizi seimbang, tetapi konsep gizi seimbang sulit

dimengerti sepenuhnya oleh masyarakat. Karena itu disederhanakan

menjadi Isi Piringku. Dengan digambar secara visual agar mudah

dikenali anak-anak maupun orang dewasa. Porsi dan jenis makanan yang

ada dalam Isi Piringku juga disesuaikan dengan usia dan aktivitasnya.

Sumber protein untuk bayi dan anak balita yang sedang dalam masa

pertumbuhan harus lebih banyak. Konsep Isi Piringku akan

disosialisasikan ke posyandu-posyandu, sekolah-sekolah, juga ke

kementerian lain yang terkait.33


24

Tabel 2.2
Daftar Kebutuhan Karbohidrat (Perhari)

Kelompok Umur Energi (Kkal)

Bayi/Anak
0 – 6 bulan 58
7 – 11 bulan 82
1 – 3 tahun 155
4 – 6 tahun 220
7 – 9 tahun 254
Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2018

Tabel 2.3
Daftar Kebutuhan Energi (Perhari)

Kelompok Umur Energi (Kkal)

Bayi/Anak
0 – 6 bulan 45
7 – 11 bulan 72
1 – 3 tahun 150
4 – 6 tahun 220
7 – 9 tahun 278
Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2018

Tabel 2.4
Daftar Kebutuhan Protein (Perhari)

Kelompok Umur Protein (gram)

Bayi/Anak
0 – 6 bulan 12
7 – 11 bulan 18
1 – 3 tahun 26
4 – 6 tahun 35
7 – 9 tahun 49
Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2018
25

Tabel 2.5
Daftar Kebutuhan Vitamin (Perhari)
Kelompok Umur Vitamin C Vitamin B6 Vitamin B12
(mg) (mg) (mcg)

Bayi/Anak
0 – 6 bulan 40 0,1 0,4
7 – 11 bulan 50 0,3 0,5
1 – 3 tahun 40 0,5 0,9
4 – 6 tahun 45 0,6 1,2
7 – 9 tahun 45 1 1,2
Sumber : Angka Kecukupan Gizi, 2018
Hasil penelitian Soblia pada tahun 2019 menunjukkan bahwa tingkat

ketahanan pangan rumah tangga memiliki korelasi yang positif dan

signifikan dengan tingkat konsumsi energi dan protein balita. Pentingnya

ketahanan pangan diantaranya dikarenakan ketahanan pangan

memengaruhi status gizi masyarakat itu sendiri.

Selain itu juga didukung oleh hasil penelitian Jingga (2018) tentang

faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak

menyatakan bahwa kekurangan protein dapat memicu terjadinya stunting

pada anak. Asupan makanan juga memiliki konstribusi terhadap kejadian

stunting. Menurut Soekirman (2016), pola asuh gizi merupakan

perubahan sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi

makan, Keberagaman makanan yang baik seperti terpenuhinya makanan

seimbang pada anak akan memberikan kontribusi yang besar pada

pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga akan menurunkan angka

kejadian stunting.

a) Ketersediaan Bahan Pangan

Ukuran ketersediaan pangan dalam rumah tangga adalah jumlah

yang cukup tersedia untuk konsumsinya sesuai dengan jumlah

anggota
26

keluarganya. Bagi petani, ketersediaan ini harus mampu memberikan

suplai pangan yang diperlukan antara musim panen saat ini dengan

musim panen berikutnya. Bagi keluarga yang tidak bertumpu pada

pertanian, ketersediaan pangan harus ditopang dengan kemampuan

penghasilan rumah tangga yang mampu membeli pangan sepanjang

tahun sehingga dapat menimbulkan masalah pada anak.

b) Ketersediaan Bahan Pangan

Stabilitas ketersediaan pangan adalah kemampuan rumah tangga

untuk menyediakan makan 3 kali sehari sepanjang tahun sesuai

dengan kebiasaan makan penduduk di daerah tersebut.

c) Keterjangkauan Terhadap Pangan

Indikator aksesibilitas/ keterjangkauan dalam pengukuran

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan

rumah tangga memperoleh pangan, yang diukur dari pemilikan lahan

(misal sawah dan ladang) serta cara rumah tangga untuk memperoleh

pangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bunga L (2017) tentang

ketersediaan makanan dengan stunting pada anak menyatakan bahwa

ketersediaan dan keterjangkauan makanan dapat memicu terjadinya

masalah gizi pada anak salah satunya stunting.

Selain itu balita stunting juga disebabkan oleh defisit asupan

energi yang terjadi secara alamiah sehubungan dengan ketidaktahanan

pangan serta kelaparan. Hasil penelitian Soblia pada tahun 2019

menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga


27

memiliki korelasi yang positif dan signifikan dengan tingkat konsumsi

energi dan protein balita. Pentingnya ketahanan pangan diantaranya

dikarenakan ketahanan pangan memengaruhi status gizi masyarakat

itu sendiri.

b. Pola Pemberian Makan Sesuai Usia

Pola makan balita sangat berperan penting dalam proses

pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung

gizi. Gizi merupakan bagian penting dalam pertumbuhan. Gizi tersebut

memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan

dan kecerdasan. Apabila pola makan tidak tercapai dengan baik pada

balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek

bahkan terjadi gizi buruk pada balita.30

Tipe kontrol yang diidentifikasi dapat dilakukan oleh orang tua

terhadap anaknya-anaknya ada tiga, yaitu memaksa, membatasi dan

menggunakan makanan sebagai hadiah. Beberapa literatur

mengidentifikasi pola makan dan perilaku orang tua seperti memonitor

asupan nutrisi, membatasi jumlah makanan, respon terhadap pola makan

dan memperhatikan status gizi anak.31

Pola pemberian makan anak harus disesuaikan dengan usia anak

supaya tidak menimbulkan masalah kesehatan. Berdasarkan angka

kecukupan gizi (AKG), umur dikelompokkan menjadi 0-6 bulan, 7-12

bulan, 1-3 tahun, dan 4-6 tahun dengan tidak membedakan jenis kelamin.

Takaran konsumsi makanan sehari dapat dilihat pada tabel di bawah ini.33

Tabel 2.5 Takaran Konsumsi Makanan Sehari pada Anak


28

Kelompok Umur Jenis dan Jumlah Makanan Frekuensi Makan


0-6 bulan ASI Eksklusif Sesering mungkin
6-12 bulan Makanan lembek 2x sehari
2x selingan
1-3 tahun Makanan keluarga:
1-1 ½ piring nasi pengganti
2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati 3x sehari
½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1 gelas susu
4-6 tahun 1-3 piring nasi
pengganti 2-3 potong
lauk hewani 1-2 potong
3x sehari
lauk nabati
1-1½ mangkuk sayur
2-3 potong buah-buahan
1-2 gelas susu
Sumber: Buku Kader Posyandu: Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

Departemen Kesehatan RI 2000.

c. Upaya Ibu dalam Pemenuhan Nutrisi Balita

Menurut (Gibney, Margetts and Kearney, 2004), upaya yang

harus dilakukan oleh ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita

diantaranya adalah:34

1. Membuat makanan

Ibu dapat mengolah makanan dengan memperhatikan jenis makanan

yang sesuai dengan usia anak. Ibu juga harus menjaga kebersihan

dan cara menyimpan makanan.

2. Menyiapkan makanan

Ibu harus mengetahui cara menyiapkan yang baik dan benar sesuai

dengan usia anak.

3. Memberikan makanan
29

Ibu harus memberikan makanan kepada bayi sampai habis, biasanya

dengan porsi sedikit tapi sering atau sebisa mungkin porsi yang

diberikan harus dapat habis.

d. Karakteristik Keluarga Dalam memberikan Asupan Makanan

Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin,

akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus

diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu

keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya

setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah

gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut. Anak-anak yang

tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rawan terhadap kurang gizi

diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya

paling terpengaruh oleh kekurangan pangan yang salah satunya

menyebabkan stunting. Sebab seandainya besar keluarga bertambah

maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak

menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan

relatif lebih banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Dengan

demikian anak-anak yang muda mungkin tidak diberi cukup makan.

Selain anak-anak, wanita yang sedang hamil dan menyusui juga

merupakan kelompok yang rawan akan kekurangan gizi. Apabila mereka

hidup dalam keluarga dengan jumlah yang besar dan kesulitan dalam

persediaan pangan tentunya masalah gizi akan timbul.34


30

e. Hubungan Asupan Gizi dengan Kejadian Stunting

Asupan menjadi aktor penting yang harus dipenuhi kebutuhannya

demi keberlansungan hidup. Asupan terdiri dari asupan zat gizi makro

yaitu karbohidrat, protein dan lemak dan asupan zat gizi mikro yang

meliputi serat, vitamin dan mineral. Asupan makanan adalah semua

jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi setiap hari sebagai

bentuk pemenuhan kebutuhan tubuh. Konsumsi makanan memberi

dampak positif maupun negatif terhadap proses tumbuh kembang

anak.18

Asupan yang tidak adekuat dalam jangka waktu yang lama

merupakan penyebab langsung terjadinya kurang gizi. Asupan

merupakan faktor utama yang menjadi fokus kebijakan dalam

menanggapi masalah stunting. Beberapa penelitian membuktikan

bahwa, asupan zat gizi yang tidak adekuat pada dua tahun pertama

kehidupan dapat mengurangi kemampuan kognitif pada anak karena

kekurangan zat gizi dapat menghambat pertumbuhan sel otak, sehingga

anak terancam menderita stunting yang mengakibatkan pertumbuhan

mental dan fisiknya terganggu.

D. Status Ekonomi

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas

makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen

hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli

makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh

karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh


31

sumber energi lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat

akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya

pengeluaran untuk pangan.37

Kejadian stunting muncul sebagai akibat dari keadaan yang

berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, dan

sering menderita penyakit secara berulang karena higiene maupun sanitasi

yang kurang baik. Stunting pada anak balita merupakan salah satu indicator

status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial

ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun awal

kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki.22

Salah satu penyebab tidak langsung dari masalah stunting adalah

status sosial ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

orang tua, karena jika pendidikan tinggi semakin besar peluangnya untuk

mendapatkan penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan untuk

hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat, sedangkan pekerjaan yang lebih

baik orang tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk

memperhatikan masalah yang dihadapi anak-anaknya, padahal sebenarnya

anak-anak tersebut benar-benar membutuhkan kasih sayang orang tua.22


32

E. Kerangka Teori

Stunting

Faktor Resiko

Ekonomi rendah Asupan Gizi

Memicu pengetahuan Tidak adekuat


yang kurang tentang gizi

Gizi kurang dan tidak Asupan zat gizi yang tidak


tercukupi
adekuat pada dua tahun
Terjadi masalah pada pertama kehidupan dapat
organ mengurangi kemampuan
kognitif pada anak karena
Malnutrisi terjadi karena
asupan makanan tidak kekurangan zat gizi dapat
baik menghambat pertumbuhan
sel otak, sehingga anak
Terjadi masalah gizi terancam menderita stunting

Kurang Gizi Stunting

Sumber : Modifikasi (Maria, 2018 dan Sulistyaningsih, 2018)

Gambar 2.1

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Stunting Pada Anak Balita

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti.18
33

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan

suatu pengertian, oleh karena itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara

langsung. Agar dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan

kedalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati dan diukur.18

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Asupan Gizi Balita


Kejadian Stunting

Status Ekonomi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Anak

Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

G. Hipotesa

Hipotesa pada penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting pada

anak balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupa-
34

ten Pesisir Selatan Tahun 2021.

2. Ha : Ada hubungan hubungan asupan gizi balita dengan kejadian stunting

pada anak balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

3. Ha : Ada hubungan hubungan status ekonomi dengan kejadian stunting pada

anak balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok

Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021.

H. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi untuk membatasi ruang lingkup

atau pengertian variable-variabel yang diamati atau diteliti yang bermanfaat

untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument. Variabel adalah

sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau

didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.18


35

Tabel 2.6
Definisi Operasional

N Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


o Operasional Ukur Ukur
1. Kejadian Kejadian Timbangan Mengukur 1. Sangat Pendek Ordinal
Stunting pada Stunting Pada dacin Berat < - 3,0
anak balita Balita yang langbord Badan 2. Pendek > =
dinilai dengan 3,0 s/d < - 2,0
menggunakan
3. Normal >=2,0
nilai Z score
TB/U

2 Pengetahuan Segala yang Kuesioner Wawancara 1. Kurang jika Ordinal


diketahui ibu skor ≤ 55 %
tentang stunting
2. Cukup jika
skor 56 – 75%

3. Baik jika skor


≥ 76%

3 Asupan Gizi Asupan Kuesioner Wawancara 1. Tidak baik Ordinal


Balita makanan balita jika skor <
yang meliputi AKG
zat gizi
karbohidrat, 2. Baik jika skor
protein, energi ≥ AKG
dan vitamin

4 Status Jumlah Kuesioner Wawancara 1. Rendah jika Ordinal


ekonomi pendapatan penghasilan <
keluarga Rp. 2.484.041
perbulan
2. Tinggi jika
penghasilan >
Rp. 2.484.041
36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan desain Cross

Sectional dimana variabel Independen dan variabel Dependen dikumpulkan

dalam waktu bersamaan dalam satu kuisioner yang sama serta mencari

hubungan antara variabel dependen dengan Independen. Penelitian analitik

adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena

kesahatan itu terjadi. Kemudian dilakukan analisis Dinamika korelasi antara

fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek. Faktor efek adalah

suatu akibat dari adanya faktor risiko, sendangkan faktor risiko adalah suatu

fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Desain Cross

Sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk

faktor risiko dan variable-variabel yang termasuk faktor efek diobservasi

sekaligus pada waktu yang sama.19,37

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelitian ini telah dilaksanakan di Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan pada bulan April – Mei

2021.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang berada di
37

Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2021 yang berjumlah 85 orang.

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Bila populasi besar dan

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Kesimpulannya akan diberlakukan

untuk populasi. Untuk semua sampel yang diambil dari populasi harus betul-

betul mewakili (representative).37

Teknik pengambilan sampel yaitu secara Total Sampling artinya

semua unit populasi akan dijadikan sampel. Maka jumlah sampel pada

penelitian ini yaitu 85 orang.

Kriteria subjek penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Kiteria inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Berada di Poskesri Teluk Kasai Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

Kuok Kabupaten Pesisir Selatan

3) Balita berusia 12 – 59 bulan pada saat penelitian berlangsung

4) Tidak memiliki penyakit bawaan

5) Jika ibu memiliki 2 balita maka hanya 1 balita yang akan diteliti

6) Balita yang diasuh langsung oleh ibunya

7) Bisa tulis baca


38

b. Kriteria eksklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Tidak berada di tempat jika sudah 3 kali kunjungan

3) Sudah pindah dari tempat penelitian

D. Alur Penelitian
Alur proses penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Penetapan Populasi

Populasi
Balita usia 12-59 bulan yang berada di Poskesri Teluk Kasai

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Izin Penelitian
Puskesmas Pasar Kuok dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan

Uji Instrument
Validitas dan Reliabilitas di Poskesri Anakan kepada 20 orang

Melakukan Penelitian
Wilayah Poskesri Teluk Kasai (mengikuti Posyandu)

Pengumpulan Data
Mengukur berat badan balita dengan timbangan dacin dan memberikan
kuesioner kepada ibu mencakup beberapa pertanyaan sesuai variabel

Pengolahan Data

Analisa Data

Penyajian Data
Gambar 3.1 Alur Penelitian
39

E. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menyebar kuesioner di posyandu kepada ibu

yang memiliki balita usia 12-59 bulan.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan,

Puskesmas Pasar Kuok dan Poskesri Teluk Kasai.

F. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data penelitian ini adalah:

a. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan.

b. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada pihak

Puskesmas Pasar Kuok dan meminta kerjasama untuk kelancaran

penelitian.

c. Menetapkan responden untuk dijadikan sampel penelitian sesuai kriteria

inklusi.

d. Menyebarkan kuesioner yang telah dirancang kepada responden di

Poskesri Teluk Kasai dengan datang ke Posyandu. Setelah data terkumpul

lalu dicek kelengkapannya, lalu data tersebut diberi kode. Setelah data

terkumpul lengkap dan benar peneliti melakukan pengolahan data untuk

selanjutnya peneliti melakukan analisis data.


40

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur.25 Uji validitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji person product moment dengan

menggunakan komputerisasi. Untuk mengetahui validitas suatu kuesioner,

dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor masing-masing

pertanyaan dengan skor total. Suatu variabel dikatakan valid apabila skor

variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.

Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment, dengan

kriteria sebagai berikut:

a. Bila r hitung (r pearson ) ≥ r tabel (0,444) , maka pertanyaan dikatakan

valid

b. Bila r hitung (r pearson ) < r (0,444), maka pertanyaan dikatakan tidak

valid

Uji validitas akan dilakukan pada Poskesri Anakan dengan 20 responden

pada variabel tingkat pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat.29,37

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.31 Pertanyaan dikatakan

reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji

reliabilitas dengan cara membandingkan r table dengan r hasil. Teknik uji


41

reliabilitas yang digunakan dengan koefisian reliabilitas Alpha Cronbach,

yaitu:35

Suatu instrument dikatakan reliabel jika:38

a. Bila nilai Cronbach’s Alpha ≥ konstanta (0,60), maka pertanyaan

reliabel.

b. Bila nilai Cronbach’s Alpha < konstanta (0,60), maka pertanyaan tidak

reliabel.

H. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan proses, data

di olah secara komputerisasi dengan tahapan pengolahan sebagai berikut :

a. Editing (Pemeriksaan data)

Lembar observasi terisi penuh dan diisi oleh peneliti tidak boleh terdapat

kesalahan dalam pengumpulan data, dan kuesioner sudah tidak terdapat

kesalahan.

b. Pengkodean Data (Coding)

Memberikan kode pada variabel yang telah terkumpul sehingga lebih

mudah dalam pengolahan data.

c. Entry (Memasukkan data)

Dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan master tabel yang

telah dibuat terdiri dari baris dan kolom.

d. Tabulating (Mentabulasi data)

Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pentabulasian data

dengan membuat tabel distribusi frekuensi masing-masing variabel.


42

e. Cleaning (Membersihkan data)

Setelah data dimasukkan kedalam master tabel, selanjutnya peneliti

memastikan kembali bahwa tidak ada data yang salah ketika data di entry

dengan kode yang telah ditetapkan.

I. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel

independen dan dependen.

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis hubungan

variabel dependen dengan variabel independent. metode statistik yang

digunakan untuk melihat kemaknaan dan besarnya hubungan antara

variabel tadi maka dilakukan uji chi square ( X2).

Nilai p alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05

dengan demikian bila hasil menunjukan p value < alpha maka di katakan

bahwa kedua variabel tersebut berhubungan.


43

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Hasil penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk

Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan” dengan jumlah

responden sebanyak 85 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer yaitu dengan membagikan angket keopada responden,

setelah data terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara komputerisasi

menggunakan uji statistik chi-squere dan disajikan dalam bentuk tabel.

a. Distribusi frekuensi kejadian stunting

Kejadian stunting terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah
Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

No Kejadian Stunting f Persentase (%)


1 Sangat pendek 8 9,4
2 Pendek 32 37,6
3 Normal 45 52,9
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 85 orang responden

terdapat lebih separoh yaitu 45 orang (54,8%) responden yang tidak

mengalami stunting (normal).


44

b. Distribusi frekuensi pengetahuan

Pengetahuan responden terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita di Wilayah
Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

No Pengetahuan f Persentase (%)


1 Kurang 23 27,1
2 Cukup 36 42,4
3 Baik 26 30,6
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 85 orang responden

terdapat lebih separoh yaitu 36 orang (42,4%) responden yang memiliki

tingkat pengetahuan cukup.

c. Distribusi frekuensi asupan gizi balita

Asupan gizi balita terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3
Distribusi Asupan Gizi Balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai
Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2021

No Asupan Gizi Balita f Persentase (%)


1 Tidak cukup 23 27,1
2 Cukup 62 72,9
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 85 orang responden

terdapat lebih separoh yaitu 62 orang (72,9%) responden yang asupan

gizinya cukup.
45

d. Distribusi frekuensi status ekonomi

Status ekonomi terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Status Ekonomi di Wilayah
Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

No Status ekonomi f Persentase (%)


1 Rendah 65 76,5
2 Tinggi 20 23,5
Jumlah 85 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 85 orang responden

terdapat lebih separoh yaitu 65 orang (76,5%) responden yang memiliki

status ekonomi rendah.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting pada anak balita


Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan

kejadian stunting pada anak balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021, dapat

dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :


46

Tabel 4.5
Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di
Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

Pengetahuan Kejadian Stunting Total


Sangat Pendek Normal
pendek N %
n % n % n %
Kurang 2 8,7 10 43,5 11 47,8 23 100
Cukup 3 8,3 17 47,2 16 44,4 36 100
Baik 3 11,5 5 19,2 18 69,2 26 100
Jumlah 8 9,4 32 37,6 45 52,9 85 100
P value = 0,238

Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis hubungan pengetahuan dengan

kejadian stunting di peroleh dari 23 orang responden yang memiliki

pengetahuan kurang, terdapat sebanyak 2 orang (8,7%) yang mengalami

stunting (sangat pendek), 10 (43,5%) yang pendek dan 11 orang (47,8%)

responden responden tidak mengalami stunting (normal).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,238 (p > 0,05) maka

dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan kejadian stunting.

b. Hubungan asupan gizi balita dengan kejadian stunting pada anak


balita
Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan gizi balita

dengan kejadian stunting pada anak balita di Wilayah Kerja Poskesri

Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

2021, dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut :


47

Tabel 4.6
Hubungan Asupan Gizi Balita dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita
di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

Asupan gizi balita Kejadian Stunting Total


Sangat Pendek Normal
pendek N %
n % n % n %
Tidak cukup 5 21,7 11 47,8 7 30,4 23 100
Cukup 3 4,8 21 33,9 38 61,3 62 100
Jumlah 8 9,4 32 37,6 45 52,9 85 100
P value = 0,011

Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis hubungan asupan gizi balita

dengan kejadian stunting di peroleh dari 23 orang responden yang asupan

gizinya tidak cukup, terdapat sebanyak 5 orang (21,7%) yang mengalami

stunting (sangat pendek), 11 orang (47,8%) yang pendek dan 7 orang

(30,4%) responden responden tidak mengalami stunting (normal).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,011 (p < 0,05) maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan gizi balita

dengan kejadian stunting.

c. Hubungan status ekonomi dengan kejadian stunting pada anak balita


Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status ekonomi

dengan kejadian stunting pada anak balita di Wilayah Kerja Poskesri

Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan Tahun

2021, dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :


48

Tabel 4.7
Hubungan Status Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di
Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar Kuok
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2021

Status ekonomi Kejadian Stunting Total


Sangat Pendek Normal
pendek N %
n % n % n %
Rendah 8 12,3 26 40,0 31 47,7 65 100
Tinggi 0 0 6 30,0 14 70,0 20 100
Jumlah 8 9,4 32 37,6 45 52,9 85 100
P value = 0,016

Berdasarkan tabel 4.7 hasil analisis hubungan status ekonomi

dengan kejadian stunting di peroleh dari 65 orang responden yang

memiliki status ekonomi rendah, terdapat sebanyak 8 orang (12,3%) yang

mengalami stunting (sangat pendek), 26 orang (40,0%) yang pendek dan

31 orang (47,7%) responden responden tidak mengalami stunting

(normal).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,016 (p < 0,05) maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi

dengan kejadian stunting.

B. Pembahasan

1. Univariat

a. Kejadian Stunting

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 85 orang

responden terdapat lebih separoh yaitu 45 orang (54,8%) responden

yang tidak mengalami stunting (normal).


49

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian

makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin

masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan

anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur

tubuh tidak maksimal saat dewasa.15

Stunting merupakan hal yang dianggap orangtua sebagai sesuatu

yang biasa. Orangtua menganggap bahwa anak mereka masih bisa

mengalami pertumbuhan sebab usianya masih balita padahal bila

stunting tidak terdeteksi secara dini, minimal sebelum berusia 2 tahun,

maka perbaikan untuk gizinya akan mengalami keterlambatan untuk

tahun berikutnya.15

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eko Setiawan

(2018) tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada

anak usia 24-59 bulan didapatkan bahwa 26,9% anak mengalami

stunting sedangkan 73,1% lainnya tidak mengalami stunting.

Peneliti berasumsi bahwa, beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya stunting dimasyarakat diantaranya dipengaruhi oleh

penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung diantaranya

asupan makanan, penyakit infeksi, berat lahir, ASI eksklusif dan

genetik. Sedangkan penyebab tidak langsung meliputi ketersediaan

pangan keluarga, pola asuh gizi, pendidikan ibu, pengetahuan ibu,

jumlah angka keluarga, pendapatan keluarga, sanitasi lingkungan dan


50

pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kualitas asupan zat gizi serta

paparan terhadap infeksi merupakan faktor utama penyebab gangguan

pertumbuhan pada balita.

b. Pengetahuan Ibu

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 85 orang

responden terdapat lebih separoh yaitu 36 orang (42,4%) responden

yang memiliki tingkat pengetahuan cukup.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya),

dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan

pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek, sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.18

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eko Setiawan

(2018) tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada

anak usia 24-59 bulan didapatkan bahwa 23,1% responden dengan

tingkat pengetahuan rendah anaknya mengalami stunting.

Peneliti berasumsi bahwa, pengetahuan merupakan hasil tahu.

Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki pengetahuan

cukup sebanyak 42,4%. Pengetahuan erat kaitannya dengan pangan

keluarga serta derajat kesehatan keluarga salah satunya berhubungan

dengan kesehatan balita. Semakin tinggi pengetahuan ibu maka derajat

kesehatan keluarga juga akan semakin meningkat.


51

c. Asupan Gizi Balita

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 85 orang

responden terdapat lebih separoh yaitu 62 orang (72,9%) responden

yang asupan gizinya cukup.

Menurut teori selama masa pertumbuhannya, balita membutuhkan

asupan makanan yang adekuat diantaranya adalah asupan energi dan

proteinnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan

Wahyono, anak yang kurang asupan energi dan proteinnya akan

memiliki resiko yang lebih tinggi terjadi wasting dibandingkan dengan

anak yang asupan energi dan proteinnya cukup.19

Salah satu asupan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan

program isi piring ku. Isi piringku merupakan sajian makanan yang ada

di dalam piring untuk porsi sekali makan. Menurut dia, isi piringku

menggambarkan tentang SEHAT, berawal dari 4 sehat 5 sempurna

yang tidak bisa cukup sehingga dilengkapi atau ditransformasikan

dengan pedoman gizi seimbang dengan 10 pokok. Pedoman gizi

seimbang saat ini difokuskan pada empat hal yang dikelompokkan

yaitu pada makanan itu sendiri, minum air putih minimal 8 gelas

sehari, aktivitas fisik juga menimbang tinggi dan berat badan, serta

dilengkapi dengan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).18

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Soblia, N (2019) tentang hubungan pola makan anak dengan kejadian

stunting yang menyatakan bahwa 59,1% anak yang mendapatkan

asupan makanan yang cukup. Hasil penelitian juga menunjukkan


52

bahwa menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga

memiliki korelasi yang positif dan signifikan dengan tingkat konsumsi

energi dan protein balita.Pentingnya ketahanan pangan diantaranya

dikarenakan ketahanan pangan memengaruhi status gizi masyarakat itu

sendiri.

Peneliti berasumsi bahwa, dalam penelitian ini terdapat 72,9%

responden yang mendapatkan asupan makanan yang cukup. Makanan

merupakan hal yang paling berkontribusi terhadap status gizi. Jika

asupan makanan tidak baik maka akan dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan anak, sebaliknya jika asupan

makanan baik maka pertumbuhan dan perkembangan juga akan baik.

Namun pada saat ini masih ada balita yang tidak mendapatkan asupan

makanan yang tidak cukup, hal ini berkaitan dengan pola asuh orang

tua yang tidak baik dalam memberikan makanan kepada anak. Seperti

yang terlihat pada penelitian ini bahwa masih ada 33,3% balita tidak

mendapatkan asupan makanan yang cukup.

Asupan makanan sebaiknya sangat perlu diperhatikan terutama

pada balita karena balita merupakan masa golden age yang

membutuhkan nutrisi yang adekuat. Namun pada kenyataan nya

seperti yang kita lihat saat ini masih banyak ibu yang tidak

memperhatikan pola makan anak mereka sehingga hal tersebut

berdampak buruk terhadap kesehatan anak.


53

d. Status Ekonomi

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 85 orang

responden terdapat lebih separoh yaitu 65 orang (76,5%) responden

yang memiliki status ekonomi rendah.

Menurut teori pendapatan merupakan faktor yang menentukan

kualitas dan kuantitas makanan. Pada rumah tangga berpendapatan

rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari pendapatan riilnya

dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-

80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya)

dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energi lainnya seperti

lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan

semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran

untuk pangan.37

Kejadian stunting muncul sebagai akibat dari keadaan yang

berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak

tepat, dan sering menderita penyakit secara berulang karena higiene

maupun sanitasi yang kurang baik. Stunting pada anak balita

merupakan salah satu indicator status gizi kronis yang dapat

memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara

keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun awal kehidupan anak

dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki.22

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2016)

tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita


54

didapatkan bahwa 76,3% responden memiliki status ekonomi yang

rendah.

Peneliti berasumsi bahwa, pada penelitian ini mayoritas

responden memiliki status ekonomi yang rendah. Status ekonomi

berkaitan dengan pangan keluarga, selain itu status ekonomi juga

berkaitan dengan derajat kesehatan keluarga. Semakin tinggi status

ekonomi keluarga, maka derajat kesehatan juga semakin baik.

2. Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting pada anak balita

Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis hubungan pengetahuan

dengan kejadian stunting di peroleh dari 23 orang responden yang

memiliki pengetahuan kurang, terdapat sebanyak 2 orang (8,7%) yang

mengalami stunting (sangat pendek), 10 (43,5%) yang pendek dan 11

orang (47,8%) responden responden tidak mengalami stunting (normal).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,238 (p > 0,05) maka

dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan kejadian stunting.

Salah satu faktor yang berkontribusi memicu terjadi stunting pada

balita yaitu pengetahuan orang tua, terutama pengetahuan tentang upaya

pencegahan stunting seperti pengetahuan gizi. Jika dalam pemberian

makanan pada balita ibu tidak mengetahui penerapan gizi seimbang

maka asupan gizi pada balita tidak terpenuhi sehingga dapat memicu

terjadinya stunting.21
55

Keadaan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan yang lebih

tinggi akan lebih berorientasi pada tindakan preventif, tahu lebih

banyak tentang masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang

lebih baik. Menurut teori dijelaskan bahwa tingkat pendidikan turut

menetukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan gizi dan kesehatan. Hal ini berkaitan erat dengan wawasan

pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang baik untuk

konsumsi keluarga. Kondisi demikian ini menyebabkan orang tua

kurang optimal dalam memenuhi kebuhtuhan gizi anak, sehingga

menyebabkan anak mengalami stunting.22

Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Maya Antasari (2019) tentang faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting pada balita usia 12 – 59 tahun di Desa Suka Permai

Manado menyatakan mayoritas responden dengan tingkat pengetahuan

yang rendah memiliki balita stunting yang berjumlah 68,1%. Hasil uji

statistik didapatkan nilai p value 0,027 maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian

stunting pada balita usia 12 – 59 bulan.9

Peneliti berasumsi bahwa, pengetahuan orang tua berhubungan

dengan kejadian stunting. Namun pada penelitian ini secara statistik

tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kejadian stunting. Hal ini terjadi karena, mayoritas responden di tempat

penelitian kurang mengetahui tentang stunting, sehingga kejadian


56

stunting pada penelitian ini di picu karena faktor lain seperti status

ekonomi dan status gizi sebagai pangan keluarga.

b. Hubungan asupan gizi balita dengan kejadian stunting pada anak

balita

Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis hubungan asupan gizi balita

dengan kejadian stunting di peroleh dari 23 orang responden yang

asupan gizinya tidak cukup, terdapat sebanyak 5 orang (21,7%) yang

mengalami stunting (sangat pendek), 11 orang (47,8%) yang pendek

dan 7 orang (30,4%) responden responden tidak mengalami stunting

(normal).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,011 (p < 0,05) maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan gizi

balita dengan kejadian stunting.

Faktor langsung yang berkaitan dengan kejadian stunting yaitu

asupan gizi anak. Asupan gizi merupakan salah satu penyebab langsung

yang dapat memicun terjadinya stunting pada balita. Pada masa balita

tubuh memerlukan asupan gizi yang baik dengan prinsip menu

seimbang untuk membantu pertumbuhan serta perkembangan balita

agar dapat maksimal. Namun jika terjadi malnutrisi pada masa ini,

maka akan beresiko mengalami masalah gizi yang salah satunya dapat

menyebabkan stunting. Kurangnya asupan gizi balita akan memicu

organ tubuh tidak dapat menjalankan fungsinya secara maksimal.

Asupan gizi yang berkontribusi dengan kejadian stunting seperti zat gizi

karbohidrat, protein, energi, kalori serta vitamin lainnya. Jika didapat


57

tubuh asupan zat gizi tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik maka

balita akan beresiko mengalami stunting.14

Penyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan

Mayang Sari (2019) tentang faktor resiko terjadinya stunting pada balita

menyatakan bahwa 76,34% balita dengan asupan gizi yang kurang baik

atau tidak memenuhi angka kecukupan gizi mengalami stunting. Hasil

uji statistik didapatkan nilai p value 0,003. Maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan antara asupan gizi dengan kejadian stunting

pada balita.15

Peneliti berasumsi bahwa, salah satu faktor yang dapat

menyebabkan stunting adalah asupan makanan. Dalam penelitian ini

terdapat hubungan asupan makanan dengan kejadian stunting.

Dilapangan sebagian ibu balita memberikan asupan gizi kurang dan

tidak cukup terhadap anaknya, ibu balita tersebut tidak memperhatikan

pola makan, asupan gizi pada anak, kekurangan gizi pada anak dapat

mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga memicu terjadinya

stunting.

c. Hubungan status ekonomi dengan kejadian stunting pada anak

balita

Berdasarkan tabel 4.7 hasil analisis hubungan status ekonomi

dengan kejadian stunting di peroleh dari 65 orang responden yang

memiliki status ekonomi rendah, terdapat sebanyak 8 orang (12,3%)

yang mengalami stunting (sangat pendek), 26 orang (40,0%) yang

pendek dan 31 orang (47,7%) responden responden tidak mengalami

stunting (normal).
58

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value=0,016 (p < 0,05) maka

dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi

dengan kejadian stunting.

Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu

status ekonomi orang tua. Hal ini dipicu karena kurang mampu nya

orang tua membeli bahan makanan sehingga dapat memicu terjadi

stunting karena asupan makanan tidak tercukupi. Salah satu penyebab

tidak langsung dari masalah stunting adalah status sosial ekonomi

keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, karena

jika pendidikan tinggi semakin besar peluangnya untuk mendapatkan

penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan untuk hidup dalam

lingkungan yang baik dan sehat, sedangkan pekerjaan yang lebih baik

orang tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk

memperhatikan masalah yang dihadapi anak-anaknya, padahal

sebenarnya anak-anak tersebut benar-benar membutuhkan kasih sayang

orang tua.22

Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh

Jingga Fitri (2019) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan

antara status ekonomi dengan kejadian stunting pada balita.12

Peneliti berasumsi bahwa, status ekonomi orang tua berhubungan

dengan kejadian stunting. Hal ini terjadi karena status ekonomi

berkaitan dengan pangan keluarga. Jika status ekonomi rendah maka

kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizinya

kurang sehingga akan berdampak pada kesejahteraan keluarga. Balita


59

dengan status ekonomi keluarga renda cenderung mengalami stunting

karena hal tersebut dipengaruhi kurangnya kemampuan keluarga dalam

membeli makanan kurang.


60

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Terdapat sebagian besar yaitu 45 orang (52,9%) responden yang

mengalami stunting (normal) di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021.

2. Terdapat sebagian besar yaitu 36 orang (42,4%) responden yang tingkat

pengetahuan nya cukup di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021.

3. Terdapat sebagian besar yaitu 62 orang (72,9%) responden yang asupan

gizinya cukup di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar

Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021.

4. Terdapat sebagian besar yaitu 65 orang (76,5%) responden dengan status

ekonomi rendah di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai Puskesmas Pasar

Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021.

5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

kejadian stunting pada anak balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk

Kasai Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021 dengan

nilai p value=0,238.

6. Ada hubungan yang signifikan antara asupan gizi balita dengan kejadian

stunting pada anak balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai


61

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021 nilai p

value=0,011.

7. Ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan kejadian

stunting pada anak balita di Wilayah Kerja Poskesri Teluk Kasai

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan 2021 nilai p

value=0,016.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian maka

peneliti dapat merekomendasikan beberapa saran :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti

tentang faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian stunting yang

salah satunya adalah asupan gizi balita sehingga disarankan untuk

kedepannya ibu lebih memperhatikan prinsip gizi seimbang, status

ekonomi orang tua serta pengetahuan ibu terutama tentang stunting dan

pengetahuan tentang gizi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi

mengenai gambaran faktor risiko dalam kejadian stunting pada anak balita

serta disarankan kepada Institusi Pendidikan untuk lebih menambah

referensi tentang faktor apa saja yang dapat memicu terjadinya stunting

pada balita.
62

3. Bagi Puskesmas

Disarankan kepada pihak puskesmas untuk melakukan upaya

dalam pencegahan terjadinya stunting pada balita yaitu dengan cara

melakukan penyuluhan gizi pada ibu yang memiliki balita agar

pengetahuan ibu balita bertambah sehingga dalam penyajian makanan ibu

lebih memperhatikan prinsip menu seimbang dengan demikian asupan gizi

balita akan tercukupi.

4. Bagi Petugas Kesehatan

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk lebih aktif lagi dalam

melakukan pemantauan tumbuh kembang balita, serta dapat melakukan

upaya deteksi dini jika terjadi masalah pada balita seperti masalah

stunting. Selain itu, disarankan kepada petugas kesehatan agar lebih giat

dalam memberikan penyuluhan sebagai upaya pencegahan stunting

terutama penyuluhan tentang gizi.

5. Bagi Bidang Penelitian

Sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

mengenai faktor risiko dalam kejadian stunting dan diharapkan ada

peneliti selanjutnya yang meneliti faktor lain yang berhubungan dengan

kejadian stunting pada anak balita.


63

DAFTAR PUSTAKA

1. Sulastri D. 2012. Faktor Determinan Kejadian Stunting pada Anak Usia


Sekolah di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Majalah Kedokteran
Andalas. 36(1): 39-50.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Ini Penyebab Stunting


pada Anak. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Diambil dari:
http://www.depkes.go.id/article/view/1805800006/ini-penyebab-stunting-
pada-anak.html.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Laporan Pelaksanaan


Integrasi Susenas Maret 2019 dan SSGBI Tahun 2019. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Menkes Lakukan Soft


Launching Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019. Biro Komunikasi
dan Pelayanan Masyarakat. Diambil dari:
https://www.kemkes.go.id/article/view/19101900001/minister-of-health-
announces-result-of-ssgbi-2019.html.

5. Laporan Puskesmas Pasar Kuok. 2020. Angka Kejadian Stunting. Laporan


Tahunan.

6. Ahmad, Aripin, Suryana, Yulia Fitri. 2010. ASI Eksklusif Anemia dan
Stunting pada Anak Baduta (6-24 bulan) Di Kecamatan Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh: Aceh.

7. Fitri. 2012. Berat Lahir Sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting Pada
Balita (12-59 bulan) di Sumatera (Analisis Data Riskesdas 2010). Universitas
Indonesia.

8. Agustina, Amanda. 2015. Faktor-faktor Risiko Kejadian Stunting Pada


Balita (24-59 Bulan) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosial. Palembang.

9. Dinkes Sumbar. 2018. ASI Eksklusif. Dinas Kesehatan Sumatera Barat.

10. Dinkes Pesisir Selatan. 2019. Pemberian ASI Eksklusif. Pasaman Barat.

11. Achadi LA .2012. Seribu Hari Pertama Kehidupan Anak. Disampaikan pada
Seminar Sehari dalam Rangka Hari Gizi Nasional ke 60. FKM UI, Maret
2012. Depok.

12. Kurniawan, Bayu. 2013. Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu


Ibu Eksklusif dan BBLR dengan Stunting. Lamongan. Naskah Publikasi.
64

13. Rahayu, Leni Sri. 2011. Hubungan Pendidikan Orang Tua Dengan
Perubahan Status Stunting Dari Usia 6-12 Bulan Ke Usia 3-4 Tahun. Jakarta.
Diambil dari: http://lemlit.uhamka.ac.id/files/makalah7leni.pdf.

14. Rani, A. 2018. Hubungan Berat Badan Lahir dan Riwayat ASI Eksklusif
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidohardjo. Naskah Publikasi.

15. WHO. (2018). Nutrition landscape information system (NLIS) country profile
indicators: interpretation guide. Switzerland: WHO press.

16. Jumiyati. 2014. Pemberian MP ASI Setelah Anak Usia 6 Bulan. Diambil dari:
http://180.250.43.170:1782/poltekkes/files /MPASI.pdf.

17. Oktarina, Zilda dan Sudiarti, Trini. 2013. Faktor Risiko Stunting Pada Balita
(24—59 Bulan) Di Sumatera. Jurnal Gizi dan Pangan. 8(3): 175-180.

18. Sharlin, J & Edelstein, S. 2011. Essentials of Life Cycle Nutrition.

19. Notoatmodjo S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

20. Sjarif, Damayanti Rusli. 2013. Impact of Micronutrients Malnutrition on


Growth: The Stunting Syndrome and How to Prevent it. Jakarta.

21. Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya?. Jogjakarta.

22. Ngaisyah, Dewi. 2015. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Stunting
pada Balita di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul. Jurnal Medika
Respati. Vol X: 65-70.

23. Waryono. 2010. Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak.
Jakarta: EGC.

24. Septian, R., Djannah, R. S. N. dan Djamil, M. D. 2010. Hubungan Antara


Pola Pemberian Makanan Pemdamping ASI (MP-ASI) dan Status Gizi Balita
Usia 6-24 Bulan. KESMAS. 4(2): 76-143.

25. Fatimah, S., Nurhidayah, I. dan Rakhmawati, W. 2008. Faktor-Faktor yang


Berkontribusi terhadap Status Gizi pada Balita di Kecamatan Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya. 10(xviii): 37-51.

26. Saxton, J. et al. 2009. Maternal Education is Associated with Feeding Style.
Journal of the American Dietetic Association. 109(5): 894-898.

27. Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
65

28. Booth, D. A. dan Booth, P. 2011. Targeting Cultural Changes Supportive of


the Healthiest Lifestyle Pattern. A Biosocial Evidence-Base for Prevention of
Obesity. Elsevier Ltd. 56(1): 210-221.

29. Ames, G, E. et al. 2012. Eating Self-Efficacy: Development pf a Short-from


WEL, Eating Behavior. Elsevier Ltd. 13(4): 375-378.

30. Purwani, E. dan Mariyam. 2013. Pola Pemberian Makan dengan Status Gizi
pada Anak 1 sampai 5 Tahun di Kebumen Taman Pemalang. Jurnal
Keperawatan Anak. 1(1): 30-36.

31. Karp, S. M. et al. 2014. Parental Feeding Patterns and Child Weight Status
for Latino Preschoolers. Obesity Research & Clinical Practice. 8(1): 88-97.

32. Yustianingrum, L. N. dan Adriani, M. 2017. Perbedaan Status Gizi dan


Penyakit Infeksi pada Anak Baduta yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI
Eksklusif the Differences of Nutritional Status and Infection Disease in
Exclusive Breastfeed and Non Exclusive Breastfeed Toddlers. 415-423.

33. Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Kadaer Posyandu: Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga.

34. Gibney, M. J., Margetts, B. M. dan Kearney, J. M. 2004. Public Health


Nutrition. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.

35. Purwanto, Djoko dan Rias E. R. 2020. Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Terhadap Stunting pada Balita di Desa Jelbuk Kabupaten Jember.
Jurnal Ilmiah Wawasan Kuliah Kerja Nyata. 1(1): 10-13.

36. Uliyanti, Didik G. T., dan Sapja A. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan.
3(2): 67-77.

37. Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

38. Hidayat A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
54

RENCANA KEGIATAN PENELITIAN TENTANG FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA POSKESRI TELUK KASAI PUSKESMAS PASAR KUOK
KABUPATEN PESISIR SELATAN

Januari Februari Maret April Mei Juni


No. Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Konsultasi topik dan penepatan judul
2 Penyusunan proposal dan konsultasi
3 Seminar proposal
4 Perbaikan dan penyelesaian proposal
5 Pengambilan data penelitian
6 Pengolahan data
7 Analisis Data
8 Penyusunan laporan skripsi dan konsultasi
9 Ujian Skripsi dan Sidang
10 Perbaikan Skripsi
11 Menyerahkan perbaikan

Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II Peneliti

Hj. Erwani, SKM, M.Kes Iin Prima Fitriah, S.SiT, M.Keb Liza Hetria Yuni
NIP. 19850316 201212 2 002 NIP. 19850316 201212 2 002 NIM. 204330791
55

Lampiran

LEMBARAN PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan memahami maksud peneliti diatas, saya bersedia


menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara:

Nama : Liza Hetria Yuni


NIM 204330791
Penelitian dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai Puskesmas
Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan”. Informasi dan data yang saya berikan
adalah benar sesuai dengan kenyataan dari persetujuan pengalaman saya.
Demikianlah persetujuan ini saya tangani dengan sukarela tanpa paksaan
dan tekanan dari siapapun.

Pasar Kuok,..........................2021
Responden

( )
56

Lampiran

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Calon Responden

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa DIV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Padang bermaksud mengadakan penelitian:
Nama : Liza Hetria Yuni
NIM 204330791
Melakukan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan

dengan Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai

Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan”. Sehubungan dengan hal

tersebut diatas maka saya mohon kesediaan ibu-ibu untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini. Saya akan menjamin kerahasiaan jawaban ibu-ibu yang sudah

merupakan kode etik penelitian. Atas kesediaan dan bantuan ibu-ibu, saya

ucapkan terima kasih.

Pasar Kuok,.........................2021
Peneliti

Liza Hetria Yuni


57

Lampiran

FORM KUESIONER STATUS GIZI BALITA

I. Identitas Balita
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Tinggi Badan (cm) :
d. Usia (bln/thn) :
e. ASI Ekslusif 0-6 bulan (Pilih Salah Satu)
i) Ya
ii) Tidak
II. Identitas Orang Tua
a. Nama Ayah :
b. Nama Ibu :
c. Alamat :
d. Pendapatan Orang Tua :

PENGETAHUAN

1. Stunting adalah …. ?
a. Balita dengan tinggi badan yang tidak normal
b. Balita yang kurus
c. Balita yang tidak gemuk

2. Balita dengan tinggi badan yang kurang dari normal dan tidak sesuai
umur disebut dengan?
a. Wasting
b. Stunting
c. Gizi Kurus

3. Indikator pengukuran stunting yaitu, kecuali?


a. Panjang badan dan umur
b. Tinggi badan dan umur
c. Berat badan dan umur

4. Salah satu dampak dari stunting yaitu terganggunya perkembangan otak


anak yang ditandai dengan ?
58

a. Anak kurang merespon jika di ajak berinteraksi


b. Tidak mau makan
c. Anak tidak mau bersosialisasi dengan teman sebaya

5. Dibawah ini yang dapat menyebabkan stunting adalah, kecuali ?


a. Berat badan tidak normal
b. Tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
c. Makanan bergizi

6. Dampak stunting adalah ?


a. Pertumbuhan sehat
b. Sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
baik secara fisik maupun psikomotorik
c. Badan gemuk

7. Stunting dapat menyebabkan ?


a. Pertumbuhan otak terganggu
b. Berat badan turun
c. Gizi menjadi baik

8. Upaya untuk mencegah stunting yaitu,


kecuali?
a. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
b. Berikan makanan yang bergizi
c. Imunisasi lengkap

9. Status ekonomi dapat menyebabkan stunting karena?


a. Tidak mampu membeli makanan dan memenuhi kebutuhan makanan
b. Rumah tidak bersih
c. Tidak mampu membeli makanan

10. Untuk mencegah stunting sebaiknya ibu?


a. Meningkatkan pengetahuan tentang gizi
b. Beri anak makan sering
c. Jaga kebersihan anak
59

KUESIONER FREKUENSI BAHAN MAKANAN

No. Responden :

Inisial responden :

Nama Pewawancara :

Hari, Tanggal :

Petunjuk Pengisian :

a. Isilah kolom dibawah ini sesuai dengan frekuensi konsumsi balita anda.
Tuliskan berapa kali balita anda mengkonsumsi masing-masing bahan
tersebut, jika bahan makanan yang dikonsumsi tidak ada, maka dapat
dituliskan pada kolom yang masih kosong.

No. Jenis dan Cara Frekuensi Jika mengkonsumsi Rata


Nama Pengolahan makanan tersebut -rata
Bahan (Silahkan memilih salah satu kolom) silahkan memilih
Makanan porsi
URT
6x/hari
5-6x/hari
2-4x/hari

5-6x/mg
2-4x/mg

1-3x/bln
pernah
1x/hari

1x/mg

½
Tidak

1
>1
½½

/<
½

/
1. Sumber Karbohidrat
a. Nasi 1 ctg
(100g)

b. Mie Kering 1 bks (75g)


(Instan)
Dgn
merk…

c. Roti Tawar 3 iris (70g)


Dgn
merk….

d. Biskuit 4bh bsr


Dgn (40g)
merk.....

e. Kentang 2bh sdg


(20g)
60

f. Bihun Dgn ½ gelas


merk….. (50g)

g. Singkong 1 ½ potong
(120g)

h. Ubi Jalar 1bj sdg


(135g)

i. Tepung 5 sdm
Terigu Dgn (50g)
merk….

j. Tepung 8 sdm
Beras Dgn (50g)
merk….

k. Mie Basah 2 gls (200g)

l.

m.

n.

o.

2. Sumber Protein Hewani


a. Daging 1 ptg sdg
Ayam (40g)
b. Daging 1 ptg sdg
Sapi (35g)
c. Daging 1 ptg sdg
Kambing (40g)
d. Telur 1 btr (55g)
Ayam
e. Telur 5 btr (55g)
Puyuh
f. Telur 1 btr (55g)
Bebek
61

g. Ikan ½ ekr sdg


Bandeng (25g)
h. Ikan Mas 1/3 ekr sdg
(45g)

i. Udang 5 ekr sdg


(35g)
j. Sarden ½ ptg sdg
Dgn (35g)
merk….
k. Sosis Dgn ½ ptg (50g)
merk….
l. Bakso 10 bj sdg
Dgn (170g)
merk….
m.

n.

o.

3. Sumber Protein Nabati


a. Tahu 1 bj bsr
(110g)
b. Tempe 2 ptg bsr
(50g)
c. Kacang 2 ½ sdm
Kedelai (25g)
d. Susu 1 gls
Kedelai (200g)
e. Kacang 2 sdm
Hijau (20g)
f. Kacang 2 sdm
Merah (20g)

g. Oncom 2 ptg kcl


(40g)
h. Kacang 2 sdm
Tanah (15g)
62

i. Sari 1 gls
Kacang (200g)
Hijau
j.

k.

l.

m.

n.

o.

4. Sayuran
a. Bayam 1 gls
(100g)
b. Wortel 1 gls
(100g)
c. Brokoli 1 gls
(100g)
d. Sawi 1 gls
Hijau (100g)
e. Sawi Putih 1 gls
(100g)
f. Kacang 1 gls
Panjang (100g)
g. Labu Siam 1 gls
(100g)

h. Kubis 1 gls
(100g)
i. Gambas 1 gls
(100g)
j. Jamur 1 gls
Tiram (100g)
63

k. Buncis 1 gls
(100g)
l. Terong 1 gls
(100g)
m. Tomat 1 gls
(100g)
n.

o.

5. Buah-Buahan
a. Jeruk 2 bh sdg
Merah (110g)
b. Apel 1bh kcl
Merah (85g)
c. Pear ½ bh sdg
(85g)
d. Pepaya 1 ptg bsr
(190g)
e. Semangka 2 ptg bsr
(180g)
f. Anggur 20 bh sdg
(165g)
g. Pisang 2 bh
(40g)
h. Kelengken 10 bh
g (75g)

i. Mangga ¾ bh
Bsr (90g)
j. Salak 2 bh sdg
(65g)
k. Jambu Biji 1 bh bsr
Merah (100g)
l.
64

m.

n.

6. Lemak dan Minyak


a. Minyak 1 sdt (5g)
Goreng
Dgn
merk….
b. Margarin ¼ sdt (5g)
Dgn
merk….
c. Mentega 1 sdm
Dgn (15g)
merk….
d. Keju Dgn 1 ptg kcl
merk…. (35g)
e. Yoghurt 1 gls
(200g)
f. Susu 1 gls
Kental (200g)
Manis
Dgn
merk….
g. Susu 6 sdm
Formula (30g)
Dgn
merk….
h. Santan 1/3 gls
(40g)

i.

j.

k.

7. Makanan Jajanan
a. Siomay
65

b. Puding

c. Sosis
Basah

d. Kue Bolu

e. Lontong

f. Aneka
Gorengan

g.

h.

i.
66

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. PENGETAHUAN

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 20 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.903 .917 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Soal_1 .55 .510 20
Soal_2 .40 .503 20
Soal_3 .40 .503 20
Soal_4 .45 .510 20
Soal_5 .40 .503 20
Soal_6 .45 .510 20
Soal_7 .55 .510 20
Soal_8 .50 .513 20
Soal_9 .40 .503 20
Soal_10 .55 .510 20

Item-Total Statistics

Scale Corrected Squared Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Correlation Deleted
Soal_1 9.20 35.326 .530 . .909
Soal_2 9.20 33.853 .785 . .902
Soal_3 9.15 36.134 .671 . .912
Soal_4 9.20 32.905 .555 . .898
Soal_5 9.15 32.871 .581 . .898
Soal_6 9.05 32.576 .604 . .897
67

Soal_7 9.10 34.095 .474 . .904


Soal_8 9.20 35.011 .684 . .907
Soal_9 9.15 32.029 .704 . .894
Soal_10 9.05 31.839 .739 . .893

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


9.60 36.358 6.030 10

Keterangan :

Dilihat dari nilai corrected item-total Correlation, bila nilainya negative atau kecil
dari (r table = 0,361) berarti pertanyaan tidak Valid.

Dari 10 butir pertanyaan pada variabel pengetahuan semua pertanyaan


dinyatakan valid karena r hitung > 0,361.
55

MASTER TABEL
No Inisial Umur Pendidikan Ibu Pekerjaan Ibu Pendapatan Keluarga Kategori Kode Bayi STUNTING Pengetahuan Jumlah % Kategori Kode Asupan Gizi Balita Kategori Kode
Ibu Ibu

Usia (Bulan) JK Anak Ke BB Lahir BB Sekarang TB Sekarang


(gram) (kg) (cm) Nilai Median BB - Simpangan
Nilai SD Z Score Kode Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Karbohidrat Protein Energi
Median Baku
1 Ny A 24 SMA Swasta 1,800,000 Rendah 1 36 P 1 2800 16.5 105 95.1 98.9 9.9 3.8 2.60526 Normal 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Baik 3 156.7 26.7 224.5 Cukup 2
2 Ny R 23 SMA Swasta 4,500,000 Tinggi 2 18 P 1 3200 8.1 93 80.7 83.6 12.3 2.9 4.24138 Normal 3 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6 60 Cukup 2 160.1 27.2 156.8 Cukup 2
3 Ny Y 28 SMA IRT 960,000 Rendah 1 25 L 3 2400 12.5 76 86.9 83.9 -10.9 3 -3.6333 Sangat Pendek 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 4 40 Kurang 1 133 28.1 133.2 Tidak Cukup 1
4 Ny K 26 SMA Swasta 1,500,000 Rendah 1 16 L 1 2300 15.5 91 80.2 82.8 10.8 2.6 4.15385 Normal 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80 Baik 3 162 25.2 169.4 Cukup 2
5 Ny A 42 SMA IRT 2,000,000 Rendah 1 14 L 1 2700 11.5 85 78 80.5 7 2.5 2.8 Normal 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Baik 3 156.7 27.2 198.1 Cukup 2
6 Ny N 27 SMA IRT 1,800,000 Rendah 1 18 P 2 3300 13.1 94 80.7 83.6 13.3 2.9 4.58621 Normal 3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik 3 223.2 37.6 167 Cukup 2
7 Ny U 40 SMA Swasta 3,000,000 Tinggi 2 17 P 5 2400 7.4 72 79.7 76.8 -7.7 2.9 -2.6552 Pendek 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik 3 153 35.92 134.5 Tidak Cukup 1
8 Ny F 30 Perguruan Tinggi Swasta 2,000,000 Rendah 1 36 L 2 2900 17.1 110 96.1 99.8 13.9 3.7 3.75676 Normal 3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik 3 220 31.2 234 Cukup 2
9 Ny Z 33 SMA IRT 1,750,000 Rendah 1 18 P 1 3400 8.4 90 80.7 83.6 9.3 2.9 3.2069 Normal 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik 3 225.3 36.7 165 Cukup 2
10 Ny S 45 SD IRT 1,800,000 Rendah 1 15 L 3 2450 15.7 73 79.1 76.6 -6.1 2.5 -2.44 Pendek 2 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Kurang 1 134 26.8 145 Tidak Cukup 1
11 Ny M 43 SMA Swasta 850,000 Rendah 1 12 L 1 3800 11.4 79 75.5 78.1 3.5 2.6 1.34615 Pendek 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 5 50 Kurang 1 160.2 21.7 143.5 Tidak Cukup 1
12 Ny G 21 SMP IRT 1,300,000 Rendah 1 17 P 4 2700 7.4 87 79.7 82.5 7.3 2.9 2.51724 Normal 3 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 220.9 26.1 190 Cukup 2
13 Ny M 32 Perguruan Tinggi PNS 3,500,000 Tinggi 2 48 P 2 2500 18.9 110 102.7 107 7.3 4.3 1.69767 Pendek 2 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 5 50 Kurang 1 220.7 38 227 Cukup 2
14 Ny C 37 SMP Swasta 2,000,000 Rendah 1 12 P 1 3100 9.8 78 74 76.6 4 2.6 1.53846 Pendek 2 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 222.7 37.2 178 Cukup 2
15 Ny E 28 SMP Petani 1,300,000 Rendah 1 16 P 3 2200 6.6 69 78.6 75.8 -9.6 2.8 -3.4286 Sangat Pendek 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5 50 Kurang 1 145 23.8 134 Tidak Cukup 1
16 Ny S 29 SMA Swasta 1,750,000 Rendah 1 21 P 1 4000 13.8 88 83.7 86.7 4.3 3 1.43333 Pendek 2 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 6 60 Cukup 2 223.7 37.2 185 Cukup 2
17 Ny R 28 SMA IRT 800,000 Rendah 1 37 L 3 3400 12.1 97 96.7 100.5 0.3 3.8 0.07895 Pendek 2 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 235 37.2 245 Cukup 2
18 Ny Y 24 SMA Swasta 1,500,000 Rendah 1 25 L 2 2700 13 95 87.1 90.2 7.9 3.1 2.54839 Normal 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 80 Baik 3 156.1 27.8 156.9 Cukup 2
19 Ny K 38 SMA IRT 1,750,000 Rendah 1 25 L 1 2350 14.3 76 87.1 84.1 -11.1 3 -3.7 Sangat Pendek 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80 Baik 3 147 23.5 135.8 Tidak Cukup 1
20 Ny K 46 SMA IRT 900,000 Rendah 1 14 P 2 2300 12.8 78 76.4 79.1 1.6 2.7 0.59259 Pendek 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 155 26.7 163.2 Cukup 2
21 Ny A 43 SMA Swasta 1,800,000 Rendah 1 47 P 1 2700 18.4 115 102.1 106.4 12.9 4.3 3 Normal 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 3 225 38.1 245.9 Cukup 2
22 Ny N 23 SMP IRT 850,000 Rendah 1 22 L 3 3300 14.9 92 86 89 6 3 2 Normal 3 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7 70 Cukup 2 230 36.4 167.9 Cukup 2
23 Ny U 27 SMA IRT 1,000,000 Rendah 1 32 P 1 2330 9.2 85 93.4 89.9 -8.4 3.5 -2.4 Pendek 2 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4 40 Kurang 1 157.1 27.3 134.6 Tidak Cukup 1
24 Ny F 24 SMA Swasta 2,000,000 Rendah 1 18 L 1 3400 13.1 90 82.3 85 7.7 2.7 2.85185 Normal 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Baik 3 220.6 36 185.4 Cukup 2
25 Ny A 25 SMA Swasta 1,750,000 Rendah 1 15 L 3 3200 12 85 79.1 81.7 5.9 2.6 2.26923 Normal 3 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 4 40 Kurang 1 225 36.1 190.2 Cukup 2
26 Ny K 34 SMP IRT 1,250,000 Rendah 1 12 P 2 2400 6.4 66 74 71.4 -8 2.6 -3.0769 Sangat Pendek 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 Baik 3 220.7 34.2 134.8 Tidak Cukup 1
27 Ny T 22 Perguruan Tinggi PNS 2,500,000 Tinggi 2 17 P 1 2600 13.1 85 79.7 82.5 5.3 2.8 1.89286 Pendek 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 220.5 36.7 178.8 Cukup 2
28 Ny L 21 SMP IRT 2,000,000 Rendah 1 25 P 2 3100 9.4 78 85.5 82.3 -7.5 3.2 -2.3438 Pendek 2 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 154.2 24.2 153.2 Tidak Cukup 1
29 Ny A 26 SMA Berdagang 2,000,000 Rendah 1 12 P 6 3300 9.8 80 74 76.7 6 2.7 2.22222 Normal 3 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 50 Kurang 1 158.5 26.1 198.2 Cukup 2
30 Ny N 43 SMA IRT 1,000,000 Rendah 1 16 P 2 2400 11.4 82 78.6 81.4 3.4 2.8 1.21429 Pendek 2 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Kurang 1 167.2 26.4 158.6 Cukup 2
31 Ny U 37 SD IRT 1,000,000 Rendah 1 17 L 7 3400 8.3 73 81.2 78.6 -8.2 2.6 -3.1538 Sangat Pendek 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 80 Baik 3 231.7 38.2 159.8 Cukup 2
32 Ny F 34 SMA Swasta 1,800,000 Rendah 1 13 L 5 2700 10.8 90 76.9 79.3 13.1 2.4 5.45833 Normal 3 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6 60 Cukup 2 162 26.5 164.9 Cukup 2
33 Ny Z 27 SMA Swasta 1,500,000 Rendah 1 12 L 2 2900 11.5 84 75.7 78.1 8.3 2.4 3.45833 Normal 3 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 155.8 20.3 167.8 Tidak Cukup 1
34 Ny S 35 SMA IRT 1,750,000 Rendah 1 16 P 3 3100 12 73 78.6 75.8 -5.6 2.8 -2 Pendek 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80 Baik 3 218 34.2 158.4 Tidak Cukup 1
35 Ny S 41 SMP IRT 1,500,000 Rendah 1 25 P 4 2300 7.2 75 84.6 81.5 -9.6 3.1 -3.0968 Sangat Pendek 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70 Cukup 2 167 27.2 177.3 Cukup 2
36 Ny I 28 Perguruan Tinggi PNS 2,800,000 Tinggi 2 16 L 3 3700 13.2 90 80.2 82.8 9.8 2.6 3.76923 Normal 3 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 225.8 35.8 155.9 Cukup 2
37 Ny W 26 SMA Swasta 1,200,000 Rendah 1 18 P 3 2900 14 89 80.7 83.6 8.3 2.9 2.86207 Normal 3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik 3 220 35.02 189.3 Cukup 2
38 Ny M 36 SMA PNS 4,000,000 Tinggi 2 26 L 1 2600 14.7 102 86.9 89.9 15.1 3 5.03333 Normal 3 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 80 Baik 3 167.2 26.4 155.9 Cukup 2
39 Ny G 33 SMA Swasta 1,600,000 Rendah 1 14 L 1 2450 7.2 64 78 75.6 -14 2.4 -5.8333 Sangat Pendek 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 143.2 23.2 140.2 Tidak Cukup 1
40 Ny M 25 SMA Swasta 960,000 Rendah 1 25 P 2 2900 13.1 90 83.7 86.7 6.3 3 2.1 Normal 3 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 80 Baik 3 167 26.1 155.8 Cukup 2
56

41 Ny C 27 SMA Swasta 4,400,000 Tinggi 2 17 P 3 2600 7.3 85 79.7 82.5 5.3 2.8 1.89286 Pendek 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 219 30.7 148.3 Tidak Cukup 1
42 Ny E 29 SD IRT 1,000,000 Rendah 1 27 P 1 3100 14.2 92 82.7 85.7 9.3 3 3.1 Normal 3 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Kurang 1 156 28.2 174.7 Cukup 2
43 Ny S 24 SMA Swasta 2,800,000 Tinggi 2 18 P 3 3300 9.5 74 80.7 77.8 -6.7 2.9 -2.3103 Pendek 2 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 6 60 Cukup 2 220.5 35.5 155.6 Cukup 2
44 Ny R 34 SMA IRT 1,000,000 Rendah 1 14 P 1 2900 11.8 82 76.4 79.1 5.6 2.7 2.07407 Normal 3 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 234.2 36.2 178.3 Cukup 2
45 Ny S 24 SMP IRT 500,000 Rendah 1 26 L 1 3400 7.2 98 85.1 88 12.9 2.9 4.44828 Normal 3 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6 60 Cukup 2 172 28.7 167 Cukup 2
46 Ny M 36 SMP IRT 780,000 Rendah 1 17 L 2 2700 12 86 81.2 83.9 4.8 2.7 1.77778 Pendek 2 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7 70 Cukup 2 210.2 30.2 187.5 Cukup 2
47 Ny G 30 Perguruan Tinggi PNS 3,500,000 Tinggi 2 20 L 2 2900 15.6 92 84.2 87 7.8 2.8 2.78571 Normal 3 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 5 50 Kurang 1 212.8 28.9 154.3 Cukup 2
48 Ny M 38 SMP IRT 850,000 Rendah 1 18 P 3 2900 10.8 74 80.7 77.8 -6.7 2.9 -2.3103 Pendek 2 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 189 28.6 199 Cukup 2
49 Ny C 42 SMP IRT 1,250,000 Rendah 1 15 P 1 3400 6.7 79 77.5 80.2 1.5 2.7 0.55556 Pendek 2 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Kurang 1 155.6 26.8 167.9 Cukup 2
50 Ny E 45 Perguruan Tinggi PNS 3,300,000 Tinggi 2 12 L 3 2600 7.7 83 75.5 78.1 7.5 2.6 2.88462 Normal 3 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 155 27.1 156.1 Cukup 2
51 Ny S 26 SMP Swasta 2,500,000 Tinggi 2 17 P 1 3800 12.6 86 79.7 82.5 6.3 2.8 2.25 Normal 3 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 50 Kurang 1 201.2 30.2 182.6 Cukup 2
52 Ny R 38 SMA IRT 1,000,000 Rendah 1 13 L 5 2700 16 81 76.9 79.3 4.1 2.4 1.70833 Pendek 2 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 157.1 27.4 163.2 Cukup 2
53 Ny Y 36 SMA IRT 1,200,000 Rendah 1 12 L 4 2500 13 79 75.7 78.1 3.3 2.4 1.375 Pendek 2 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 200.9 32.1 245.9 Cukup 2
54 Ny K 25 SD IRT 1,000,000 Rendah 1 16 P 1 2400 7.2 70 78.6 75.8 -8.6 2.8 -3.0714 Sangat Pendek 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 159.8 28.1 167.9 Cukup 2
55 Ny K 38 SMP IRT 1,250,000 Rendah 1 25 P 3 3800 12 86 79.7 82.5 6.3 2.8 2.25 Normal 3 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 5 50 Kurang 1 155.8 26.2 178.2 Cukup 2
56 Ny A 42 Perguruan Tinggi IRT 1,500,000 Rendah 1 13 P 1 2800 7.2 76 75.2 77.8 0.8 2.6 0.30769 Pendek 2 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 3 30 Kurang 1 145.9 24.2 144 Tidak Cukup 1
57 Ny N 45 SMP Swasta 2,500,000 Tinggi 2 12 P 4 2400 7 79 74 76.6 5 2.6 1.92308 Pendek 2 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 60 Cukup 2 154.2 26.1 190.2 Tidak Cukup 1
58 Ny U 25 SMA Swasta 1,600,000 Rendah 1 16 L 1 2700 8.3 73 80.2 77.6 -7.2 2.6 -2.7692 Pendek 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 155 26.1 178.1 Cukup 2
59 Ny F 34 Perguruan Tinggi PNS 3,500,000 Tinggi 2 25 P 1 3700 13.6 93 85.7 88.9 7.3 3.2 2.28125 Normal 3 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 7 70 Cukup 2 167.8 28.4 187.4 Cukup 2
60 Ny A 32 SMP IRT 800,000 Rendah 1 45 P 2 2300 14.1 90 100.9 96.7 -10.9 4.2 -2.5952 Pendek 2 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 70 Cukup 2 230.32 36.7 190.3 Cukup 2
61 Ny K 24 SMA Swasta 850,000 Rendah 1 48 P 1 4000 18.9 105 102.7 107 2.3 4.3 0.53488 Pendek 2 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 5 50 Kurang 1 220 35.2 166.9 Cukup 2
62 Ny T 26 SMA IRT 850,000 Rendah 1 59 L 1 3500 22.4 121 109.4 114 11.6 4.6 2.52174 Normal 3 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 215.8 32.04 184.6 Tidak Cukup 1
63 Ny L 32 Perguruan Tinggi PNS 2,300,000 Rendah 1 14 L 1 2200 7.4 80 78 80.5 2 2.5 0.8 Pendek 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik 3 160.3 26.7 158.7 Cukup 2
64 Ny A 33 SMA Berdagang 3,000,000 Tinggi 2 16 L 4 2800 11.3 87 80.2 82.8 6.8 2.6 2.61538 Normal 3 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 155 26.01 177.8 Cukup 2
65 Ny N 21 SMA Swasta 3,200,000 Tinggi 2 17 L 3 2700 11.6 87 81.2 83.9 5.8 2.7 2.14815 Normal 3 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 5 50 Kurang 1 132.6 19.2 154.7 Tidak Cukup 1
66 Ny U 20 Perguruan Tinggi PNS 3,400,000 Tinggi 2 13 P 1 2300 6.4 81 75.4 77.8 5.6 2.4 2.333333 Normal 3 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80 Baik 3 260.2 37.2 160.9 Cukup 2
67 Ny F 24 SMA IRT 1,200,000 Rendah 1 32 L 1 3490 14.3 101 93.4 96.9 7.6 3.5 2.171429 Normal 3 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5 50 Kurang 1 187.3 24.21 256.4 Cukup 2
68 Ny Z 26 SMA Swasta 1,000,000 Rendah 1 16 P 1 3400 11.6 85 78.6 81.4 6.4 2.8 2.285714 Normal 3 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 7 70 Cukup 2 209.4 30.18 128.5 Tidak Cukup 1
69 Ny S 37 SMA IRT 1,000,000 Rendah 1 27 L 4 2400 13.7 97 89.6 92.9 7.4 3.3 2.242424 Normal 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik 3 220.9 35.6 175.9 Cukup 2
70 Ny S 23 SMP IRT 1,000,000 Rendah 1 36 P 2 3800 15.1 90 95.1 91.2 -5.1 -3.9 1.307692 Pendek 2 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 6 60 Cukup 2 228.7 36.1 228.3 Cukup 2
71 Ny S 38 SMP IRT 1,000,000 Rendah 1 38 P 3 2700 15.9 89 96.4 92.5 -7.4 -3.9 1.897436 Pendek 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80 Baik 3 209.2 29.12 118 Tidak Cukup 1
72 Ny M 39 SD IRT 1,000,000 Rendah 1 29 L 4 2500 14.9 99 91.2 94.5 7.8 3.3 2.363636 Normal 3 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 80 Baik 3 160.2 26.7 156.6 Cukup 2
73 Ny G 34 SMA Berdagang 4,400,000 Tinggi 2 45 L 1 2400 17.1 110 101.6 105.7 8.4 4.1 2.04878 Normal 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 3 156.2 26 225.7 Cukup 2
74 Ny M 22 SMP IRT 1,000,000 Rendah 1 51 L 5 2900 18 113 101.6 105.7 11.4 4.1 2.780488 Normal 3 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 7 70 Cukup 2 220.5 35.8 286.5 Cukup 2
75 Ny C 34 Perguruan Tinggi PNS 2,900,000 Tinggi 2 17 P 4 2600 11.2 89 79.7 82.5 9.3 2.8 3.321429 Normal 3 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4 40 Kurang 1 209.2 37.8 144.2 Tidak Cukup 1
76 Ny E 38 SMA IRT 2,000,000 Rendah 1 50 P 3 3100 19.2 98 103.9 99.5 -5.9 -4.4 1.340909 Pendek 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 80 Baik 3 171.2 27.1 223.8 Cukup 2
77 Ny S 28 SMP Swasta 500,000 Rendah 1 18 L 3 3300 12.1 92 82.5 85 9.5 2.5 3.8 Normal 3 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 4 40 Kurang 1 156.2 26.8 190.3 Cukup 2
78 Ny R 27 SMA Swasta 780,000 Rendah 1 14 P 1 2900 11.5 67 76.4 73.7 -9.4 -2.7 3.481481 Normal 3 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 Baik 3 160.2 28.1 166.9 Cukup 2
79 Ny Y 29 SMA IRT 800,000 Rendah 1 26 L 3 3400 15.7 86 89.6 86.4 -3.6 -3.2 1.125 Pendek 2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 2 158.9 26.5 134 Tidak Cukup 1
80 Ny K 23 SMA IRT 2,000,000 Rendah 1 17 L 2 2400 11.2 87 81.2 83.9 5.8 2.7 2.148148 Normal 3 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 2 123.1 21.2 172.7 Tidak Cukup 1
81 Ny K 19 SMA Swasta 2000000 Rendah 1 17 L 1 3600 11.8 76 81.2 78.6 -5.2 -2.6 2 Pendek 2 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 50 Kurang 1 228.3 37.2 188.9 Cukup 2
82 Ny A 37 SMP IRT 750000 Rendah 1 13 L 2 3400 10.4 84 76.9 79.3 7.1 2.4 2.958333 Normal 3 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Kurang 1 167 28.7 156.4 Tidak Cukup 1
83 Ny A 31 Perguruan Tinggi IRT 3,100,000 Tinggi 2 22 P 3 4100 14.5 90 86.4 87.7 3.6 1.3 2.769231 Normal 3 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 80 Baik 3 159 26.07 178 Cukup 2
7 Ny N 38 SMA SWASTA 3,000,000 Tinggi 2 16 P 1 2300 13.2 85 78.6 81.4 6.4 2.8 2.285714 Normal 3 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6 60 Cukup 2 167 22.1 266.8 Cukup 2
85 Ny U 18 SMA IRT 2,000,000 Rendah 1 27 L 1 2700 14.1 86 89.6 86.4 -3.6 -3.2 1.125 Pendek 2 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 5 50 Kurang 1 228 36.7 187.2 Cukup 2
55

ANALISA UNIVARIAT

1. Frekuensi

Statistics

Kejadian Pengetahuan Ibu Status Asupan


Stunting Ekonomi Gizi Balita
N Valid 85 85 85 85
Missing 0 0 0 0

Kejadian Stunting

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat Pendek 8 9.4 9.4 9.4
Pendek 32 37.6 37.6 47.1
Normal 45 52.9 52.9 100.0
Total 85 100.0 100.0

Pengetahuan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 23 27.1 27.1 27.1
Cukup 36 42.4 42.4 69.4
Baik 26 30.6 30.6 100.0
Total 85 100.0 100.0

Asupan Gizi Balita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Cukup 23 27.1 27.1 27.1
Cukup 62 72.9 72.9 100.0
Total 85 100.0 100.0

Status Ekonomi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 65 76.5 76.5 76.5
Tinggi 20 23.5 23.5 100.0
Total 85 100.0 100.0
56

ANALISA BIVARIAT

1. Hubungan pengetahuan dengan kejadian stunting

Crosstab
Kejadian Stunting
Sangat
Pendek Pendek Normal Total
Pengetahuan Kurang Count 2 10 11 23
Ibu % within
8.7% 43.5% 47.8% 100.0%
Pengetahuan Ibu
% of Total 2.4% 11.8% 12.9% 27.1%
Cukup Count 3 17 16 36
% within
8.3% 47.2% 44.4% 100.0%
Pengetahuan Ibu
% of Total 3.5% 20.0% 18.8% 42.4%
Baik Count 3 5 18 26
% within
11.5% 19.2% 69.2% 100.0%
Pengetahuan Ibu
% of Total 3.5% 5.9% 21.2% 30.6%
Total Count 8 32 45 85
% within
9.4% 37.6% 52.9% 100.0%
Pengetahuan Ibu
% of Total 9.4% 37.6% 52.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 5.517a 4 .238
Likelihood Ratio 5.867 4 .209
Linear-by-Linear
1.026 1 .311
Association
N of Valid Cases 85
a.
3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.16.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
a
Pengetahuan Ibu
(Kurang / Cukup)
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only
computed for a 2*2 table without empty cells.
57

2. Hubungan asupan gizi balita dengan kejadian stunting

Crosstab

Kejadian Stunting
Sangat
Pendek Pendek Normal Total
Asupan Gizi Tidak Cukup Count 5 11 7 23
Balita % within Asupan
21.7% 47.8% 30.4% 100.0%
Gizi Balita
% of Total 5.9% 12.9% 8.2% 27.1%
Cukup Count 3 21 38 62
% within Asupan
4.8% 33.9% 61.3% 100.0%
Gizi Balita
% of Total 3.5% 24.7% 44.7% 72.9%
Total Count 8 32 45 85
% within Asupan
9.4% 37.6% 52.9% 100.0%
Gizi Balita
% of Total 9.4% 37.6% 52.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 8.976a 2 .011
Likelihood Ratio 8.585 2 .014
Linear-by-Linear
8.711 1 .003
Association
N of Valid Cases 85
a.
1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2.16.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
a
Asupan Gizi Balita
(Tidak Cukup / Cukup)
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only
computed for a 2*2 table without empty cells.
58

3. Hubungan status ekonomi dengan kejadian stunting

Crosstab

Kejadian Stunting
Sangat
Pendek Pendek Normal Total
Status Ekonomi Rendah Count 8 26 31 65
% within Status Ekonomi 12.3% 40.0% 47.7% 100.0%
% of Total 9.4% 30.6% 36.5% 76.5%
Tinggi Count 0 6 14 20
% within Status Ekonomi .0% 30.0% 70.0% 100.0%
% of Total .0% 7.1% 16.5% 23.5%
Total Count 8 32 45 85
% within Status Ekonomi 9.4% 37.6% 52.9% 100.0%
% of Total 9.4% 37.6% 52.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value Df (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.305(a) 2 .016
Likelihood Ratio 6.067 2 .048
Linear-by-Linear
4.172 1 .041
Association
N of Valid Cases
85
a 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.88.

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for
a
Status Ekonomi
(Rendah / Tinggi)
a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only
computed for a 2*2 table without empty cells.
59

LEMBAR KONSULTASI/BIMBINGAN PROPOSAL

Nama Mahasiswa : Liza Hetria Yuni


NIM 204330791
Prodi : DIV kebidanan
Pembimbing I : Hj. Erwani, SKM, M.Kes
Judul Proposal :Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai
Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan

Bimbingan Hari / Materi Bimbingan Dosen Tanda


Ke Tanggal Pembimbing Tangan
Pembimbing
I Minggu/ Konsultasi topik Hj. Erwani,
10 Januari penelitian, judul SKM, M.Kes
2021 penelitian dan
jurnal pendukung
II Jum’at/ 15 Konsultasi BAB I, Hj. Erwani,
Januari II dan III SKM, M.Kes
2021
III Senin/ 25 Konsultasi Hj. Erwani,
Januari perbaikan BAB I, SKM, M.Kes
2021 II dan III
IV Senin/ 8 Konsultasi Hj. Erwani,
Februari perbaikan BAB I, SKM, M.Kes
2021 II dan III
V Kamis/ 18 Konsultasi Hj. Erwani,
Februari perbaikan BAB I, SKM, M.Kes
2021 II dan III
VI Jum’at/ 26 ACC Proposal Hj. Erwani,
Februari SKM, M.Kes
2021
60

LEMBAR KONSULTASI/BIMBINGAN PROPOSAL

Nama Mahasiswa : Liza Hetria Yuni


NIM : 204330791
Prodi : DIV kebidanan
Pembimbing II : Iin Prima Fitriah, S.SiT, M.Keb
Judul Proposal :Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai
Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan

Bimbingan Hari / Materi Bimbingan Dosen Tanda


Ke Tanggal Pembimbing Tangan
Pembimbing
I Selasa/ 19 Konsultasi topik Iin Prima
Januari penelitian dan judul Fitriah, S.SiT,
2021 penelitian M.Keb
II Selasa/ 9 Konsultasi BAB I, Iin Prima
Februari II dan III Fitriah, S.SiT,
2021 M.Keb
III Jum’at/ 12 Konsultasi Iin Prima
Februari perbaikan BAB I, Fitriah, S.SiT,
2021 II dan III M.Keb
IV Minggu/ Konsultasi Iin Prima
21 Maret perbaikan BAB I, Fitriah, S.SiT,
2021 II dan III M.Keb
V Sabtu/ 3 Konsultasi Iin Prima
April 2021 perbaikan BAB I, Fitriah, S.SiT,
II dan III M.Keb
VI Selasa/ 6 ACC Proposal Iin Prima
April 2021 Fitriah, S.SiT,
M.Keb
61

LEMBAR KONSULTASI/BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Liza Hetria Yuni


NIM 204330791
Prodi : DIV kebidanan
Pembimbing I : Hj. Erwani, SKM, M.Kes
Judul Proposal :Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai
Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan

Bimbingan Hari / Materi Bimbingan Dosen Tanda


Ke Tanggal Pembimbing Tangan
Pembimbing

II

III

IV

VI
62

LEMBAR KONSULTASI/BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Liza Hetria Yuni


NIM 204330791
Prodi : DIV kebidanan
Pembimbing II : Iin Prima Fitriah, S.SiT, M.Keb
Judul Proposal :Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Anak Balita di Wilayah Poskesri Teluk Kasai
Puskesmas Pasar Kuok Kabupaten Pesisir Selatan

Bimbingan Hari / Materi Bimbingan Dosen Tanda


Ke Tanggal Pembimbing Tangan
Pembimbing

II

III

IV

VI

Anda mungkin juga menyukai