Anda di halaman 1dari 108

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

PENGARUH AIR REBUSAN DAUN PEPAYATERHADAP


PENURUNAN TINGKAT NYERI DISMENORE PRIMER
PADA MAHASISWI ASRAMA POLTEKKES
KEMENKES PADANGTAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma IV


Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Oleh :

Veby Sundari
NIM : 154310666

PRODI DIV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2019
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

Skripsi, April 2019


Veby Sundari
Pengaruh Air Rebusan Daun Pepaya terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Dismenore Primer pada Mahasiswi Asrama Poltekkes Kemenkes Padang
Tahun 2019

xiv + 65 halaman + 8 tabel + 6 gambar + 11 lampiran

ABSTRAK
Dismenore merupakan nyeri haid yang menyebabkan ketidaknyamanan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.Di Kota Padang tahun 2015 remaja yang
mengalami dismenore ringan sebanyak 74,3%, dismenore sedang sebanyak 19,2%
dan sebanyak 6,5% mengalami dismenore berat. Salah satu terapi non
farmakologi yang bisa digunakan untuk mengurangi dismenore adalah dengan air
rebusan daun pepaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air
rebusan daun pepaya terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore primer pada
mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes Padang Tahun 2019.
Jenis penelitian ini adalah pre experimental dengan rancangan penelitian
one group pretest posttest. Populasi penelitian yaitu seluruh mahasiswi asrama
Poltekkes Kemenkes Padang sebanyak 137 orang dengan sampel sebanyak 20
orang dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 21 Januari 2019 – 16 Februari 2019. Instrumen pengukuran tingkat nyeri
menggunakan numeric rating scale. Analisis data univariat dan bivariat
menggunakan uji Wilcoxon dengan komputerisasi.
Hasil analisis univariat yaitu nilai median sebelum intervensi 5,50 dan
sesudah intervensi 2,00. Hasil analisis bivariat setelah dilakukan uji Wilcoxon
didapatkan hasil p = 0,000, Ho ditolak artinya ada pengaruh air rebusan daun
pepaya terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore primer pada mahasiswi
asrama Poltekkes Kemenkes Padang.
Kesimpulan didapatkan ada pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap
penurunan tingkat nyeri dismenore primer pada mahasiswi asrama Poltekkes
Kemenkes Padang. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif
untuk mengurangi dismenore primer.

Kata Kunci: “Air Rebusan Daun Pepaya, Dismenore Primer”


Daftar Pustaka: 38 (2009-2018)
PADANG HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF
HEALTH
DIPLOMA IV OF MIDWIFERY PROGRAM

Mini Thesis, April 2019


Veby Sundari

Effect of Papaya Leaf Boiled Water against Decreasing Level of Primary


Dysmenorrhea Pain in Dormitory Students of Padang Health Polytechnic in
2019

xiv + 65 pages + 8 tables + 6 pictures + 11 attachments

ABSTRACT
Dysmenorrhea is menstrual pain which causes discomfort in carrying out
daily activities. In Padang city in 2015, 74,3% experienced mild dysmenorrhea,
moderate dysmenorrhea as much as 19,2% and as many as 6,5% experience
severe dysmenorrhea. One of the non-pharmacological therapies that can be used
to decrease dysmenorrheais papaya leafboiled water. The purpose of this study is
to determine the effect of Papaya leafboiled water to decreaselevel of primary
dysmenorrhea pain in dormitory students of Padang Health Polytechnicin 2019.

This study was pre experimental with one group pretest posttest design.
The population of this study was dormitory students of Padang Health
Polytechnicas many as 137 people and obtained sample of 20 people with
purposive sampling technique. Data collection was conducted on January 21,
2019 until February 16, 2019. Instrument for measuring pain level was using
numeric rating scale. Analysis data of univariate and bivariate used Wilcoxon test
with computerization.

The results of the univariate analysis of the median values before


intervention were 5,50 and after intervention were 2,00. The results of bivariate
analysis after the Wilcoxon test were obtained p = 0,000, Ho rejected, meaning
that there was an effect of Papaya leafboiled water decrease the level of primary
dysmenorrhea pain in dormitory students of Padang Health Polytechnic.

The conclusion is that there is the effect ofPapaya leafboiled water to


decrease the level of primary dysmenorrhea pain dormitory students of Padang
Health Polytechnic. It is hoped that this study can be used as an alternative to
decreasethe level of primary.

Keywords: “Papaya Leaf Boiled Water, Primary Dysmenorrhea”


Bibliography: 38 (2009-2018)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Veby Sundari


2. Tempat / Tanggal Lahir : Simpang Candung / 05 April 1997
3. Agama : Islam
4. Negara : Indonesia
5. Nama Ayah / Nama Ibu : Edison / Isdenita
6. Alamat Rumah : Jorong Labuang, Kenag. Canduang Koto
Laweh, Kec. Canduang, Kab. Agam
7. No. Telp / e-mail : 082374556280 /
Veby.sundari05@gmail.com

Riwayat Pendidikan:

No. Riwayat Pendidikan Lulus Tahun

1. Tamat SD N 14 V Suku Ateh 2009


2. Tamat SMP N 1 Ampek Angkek 2012
3. Tamat SMA N 1 Ampek Angkek 2015
4. Program Studi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes 2019
Padang

Padang, April 2019

Peneliti,

Veby Sundari
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana dengan berkat,

rahmat dan karunia-Nya, penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Air

Rebusan Daun Pepaya Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore

Primer Pada Mahasiswi Asrama Poltekkes Kemenkes Padang Tahun 2019”

ini dapat diselesaikan oleh peneliti.

Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan suatu rangkaian dari

proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi DIV Kebidanan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan juga sebagai prasyarat dalam

menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Kebidanan pada masa akhir pendidikan.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan pengarahan dari Ibu Yefrida Rustam,

S.H, S.ST, M.Kes dan Ibu Yussie Ater Merry, S.ST, M.Keb sebagai Pembimbing

Skripsi serta berbagai pihak, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih ini peneliti tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si sebagai Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Padang.

2. Ibu Hj. Erwani, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan.

3. Ibu Elda Yusefni, S.ST, M.Keb sebagai Ketua Program Studi DIV

Kebidanan.

4. Ibu Yulastri, S.Pd, M.Biomed sebagai Ka. UPT Asrama Poltekkes Kemenkes

Padang.

5. Ibu Mardiani Bebasari, S.SiT, M.Keb sebagai penguji I.

6. Ibu Haspita Rizki Syurya Handini, S.ST, M.Keb sebagai penguji II.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Poltekkes Kemenkes Padang yang telah

memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama peneliti dalam pendidikan.

8. Responden yang telah berkontribusi dalam penelitian ini.

9. Orang tua dan saudara yang telah memberikan dukungan dalam berbagai hal

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Rekan-rekan teman sejawat yang telah membantu peneliti untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini telah dilakukan peneliti dengan sebaik-baiknya,

namun peneliti juga menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada sehingga

peneliti merasa masih ada kesalahan baik dalam isi maupun dalam penyajiannya.

Untuk itu peneliti selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna

penyempurnaan skripsi ini.

Padang, April 2019

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ iv
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI .............................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Menstruasi .......................................................................................... 9
1. Definisi Menstruasi ........................................................................ 9
2. Fisiologi Menstruasi ....................................................................... 9
3. Fase-fase Menstruasi ...................................................................... 11
B. Dismenore ........................................................................................... 12
1. Definisi Dismenore ........................................................................ 12
2. Epidemiologi Dismenore ............................................................... 13
3. Klasifikasi Dismenore .................................................................... 14
4. Patofisiologi Dismenore ................................................................. 15
5. Derajat Dismenore ......................................................................... 16
6. Tanda dan Gejala Dismenore Primer ............................................. 16
7. Etiologi dan Faktor Risiko Dismenore Primer ............................... 17
8. Intensitas Nyeri .............................................................................. 19
9. Penatalaksanaan Dismenore Primer ............................................... 23
C. Pepaya ................................................................................................. 24
1. Deskripsi Pepaya ............................................................................ 24
2. Komposisi Kimia Daun Pepaya ..................................................... 26
3. Efek Farmakologis Daun Pepaya ................................................... 28
4. Manfaat Daun Pepaya .................................................................... 29
5. Pengolahan Daun Pepaya ............................................................... 32
6. Mekanisme Daun Pepaya Mengurangi Nyeri Dismenore .............. 32
7. Pengaruh Daun Pepaya Terhadap Nyeri Dismenore Primer .......... 34
8. Cara Pembuatan Air Rebusan Daun Pepaya .................................. 38
D. Kerangka Teori .................................................................................. 39
E. Kerangka Konsep ............................................................................... 40
F. Definisi Operasional ........................................................................... 40
G. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 41

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ................................................................................ 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 42
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 43
D. Jenis Pengumpulan Data ................................................................... 44
E. Alat Pengumpulan Data .................................................................... 44
F. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 45
G. Teknik Pengolahan Data ................................................................... 47
H. Analisis Data ....................................................................................... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 49
1. Karakteristik Responden ................................................................ 49
2. Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Intervensi ................... 50
3. Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sesudah Intervensi ................... 51
4. Perbedaan Rerata Tingkat Nyeri Dismenore Primer ...................... 51
B. Pembahasan ........................................................................................ 53
1. Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Intervensi ................... 53
2. Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sesudah Intervensi ................... 56
3. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Pepaya ........................... 59
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skala Nyeri .................................................................................... 21

Tabel 2.2 Hasil Analisis Fitokimia Daun Pepaya ......................................... 27

Tabel 2.3 Definisi Operasional ..................................................................... 40

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Menarche........................ 49

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menstruasi .................... 50

Tabel 4.3 Median Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Intervensi .... 50

Tabel 4.4 Median Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sesudah Intervensi ..... 51

Tabel 4.5 Perbedaan Median Tingkat Nyeri Dismenore Primer ................... 52


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Numeric Rating Scale ................................................................ 20

Gambar 2.2 Skala Face pain rating scale ..................................................... 21

Gambar 2.3 Daun Pepaya .............................................................................. 24

Gambar 2.4 Kerangka Teori .......................................................................... 39

Gambar 2.5 Kerangka Konsep ...................................................................... 40

Gambar 3.1 Desain Penelitian ....................................................................... 42

Gambar 4.1 Grafik Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore Primer ................ 52


DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

SMA : Sekolah Menengah Atas

PGE2 : Prostaglandin E2

LH : Luteinizing Hormone

FSH : Follicle Stimulating Hormone

PGF2 : Prostaglandin F2

NRS : Numeric Rating Scale

COX : Cyclooxygenase

AINS : Anti Inflammation Non Steroid


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Ghanchart

Lampiran B : Surat Izin Penelitian

Lampiran C : Surat Balasan Penelitian

Lampiran D : Permohonan kepada Responden

Lampiran E : Informed Consent

Lampiran F : Prosedur Penelitian

Lampiran G : Skala Pengukuran Intensitas Nyeri (Numeric Rating Scale)

Lampiran H : Master Tabel Hasil Penelitian

Lampiran I : Hasil Analisis

Lampiran J : Dokumentasi

Lampiran K : Lembar Konsultasi


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah

ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses

peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung

pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai

menjelang masa menopause yaitu ketika seorang berumur 40-50 tahun.1

Banyak remaja yang merasakan sakit ketika menstruasi, sekitar 50% dari

wanita pernah mengeluh karena sakit waktu menstruasi pada remaja. Keluhan

ini disebut dysmenorrhea.2Hampir seluruh perempuan pernah merasakan nyeri

menstruasi dengan tingkatan yang berbeda-beda, mulai dari yang sekedar

pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri menusuk-nusuk yang

luar biasa sakitnya dan adakalanya disertai mual, muntah, sakit kepala, serta

diare.3

Nyeri saat menstruasi menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan

aktifitas sehari-hari. Keluhan ini berhubungan dengan ketidakhadiran berulang

di sekolah ataupun di tempat kerja, sehingga dapat mengganggu produktivitas.

Sebanyak 40-70% wanita pada masa reproduksi mengalami nyeri menstruasi,

dan sebesar 10% mengalaminya hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.

Sekitar 70-90% kasus nyeri menstruasi dapat terjadi saat usia remaja dan

remaja yang mengalami nyeri menstruasi akan berpengaruh terhadap aktivitas

akademis, sosial dan olahraga.4


Tingkat prevalensi dismenore di dunia sangat tinggi.Menurut data World

Health Organization (WHO) (2012) didapatkan kejadian sebesar 1.769.425

jiwa (90%) wanita mengalami dismenore dengan 10-15% mengalami

dismenore berat. Lebih dari 50% wanita yang menstruasi di setiap negara

mengalami dismenore. Studi yang dilakukan oleh Cakir et.al (2007) pada

mahasiswi di Turki menunjukkan hasil kejadian dismenore sebesar 89,5% dan

10% mengalami tingkat yang berat. Studi di Yordania pada remaja putri juga

menunjukkan hal serupa, yaitu sebanyak 87,4% mengalami dismenore primer

dan sebanyak 46% mengalami dismenore tingkat berat. Di Amerika Serikat

angka persentasenya 60% dan di Swedia sekitar 72%.5

Di Asia kejadian dismenore juga cukup tinggi, di Taiwan (2009)

prevalensi wanita penderita dismenore sebesar 75,2%. Di Malaysia (2009)

prevalensi dismenore sebesar 50,9%.5 Sedangkan di Indonesia pada tahun

2008 kejadian nyeri menstruasi tercatat 64,25% yang terdiri dari 54,89%

mengalami nyeri menstruasi primer sedangkan 9,36% mengalami nyeri

menstruasi sekunder.6Menurut penelitian Nelwati pada siswi Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Kota Padang tahun 2015, yang mengalami

dismenore ringan sebanyak 74,3%, dismenore sedang sebanyak 19,2%, dan

sebanyak 6,5% yang mengalami dismenore berat.7

Penanganan dismenore primer dapat dilakukan dengan cara farmakologi

dan non farmakologi. Terapi farmakologi terdiri dari bahan sintetik seperti

obat analgesik. Sedangkan terapi nonfarmakologi adalah cara untuk

mengurangi nyeri menstruasi di samping obat-obatan, seperti kompres hangat,

minum-minuman hangat, memijat di daerah perut yang sakit, posisi


menungging, tarik napas dalam untuk relaksasi, dan minum-minuman herbal.

Salah satu yang bisa digunakan adalah daun pepaya.3

Penelitian menyatakan bahwa aktivitas analgesik dari ekstrak daun papaya

sebanding dengan aspirin.Aspirin adalah obat yang umum digunakan untuk

mengatasi rasa sakit, menurunkan demam dan peradangan. Ekstrak metanol

pepaya memiliki aktivitas anti peradangan karena mengandung flavonoid yang

bertindak sebagai antiinflamasi dengan menghambat sintesis prostaglandin.8

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agnesi, dkk pada tahun 2013,

dilakukan uji efek analgesik ekstrak daun pepaya pada mencit.Penelitian ini

menggunakan hewan uji yaitu mencit betina yang dipuasakan terlebih dahulu

selama ±11 jam, lalu ditimbang sebelum diberi perlakuan. Dari pengujian

tersebut didapatkan hasil bahwa ekstrak daun pepaya memiliki efek analgesik

pada mencit.9

Nyeri pada dismenore disebabkan oleh otot rahim yang berkontraksi dan

relaksasi.Saat menstruasi kontraksi lebih kuat.Kontraksi yang terjadi

disebabkan oleh prostaglandin.Prostaglandin dibuat oleh lapisan dalam

rahim.Zat tersebut mengakibatkan dinding rahim berkontraksi dan pembuluh

darah sekitarnya terjepit (konstriksi) yang menimbulkan iskemi

jaringan.Selain itu prostaglandin juga merangsang saraf nyeri di rahim

sehingga menambah intensitas nyeri. Sebelum menstruasi, zat ini meningkat

dan begitu menstruasi terjadi, kadar prostaglandin menurun.3

Daun pepaya (Carica Papaya L) Mengandung alkaloid, triterpenoid,

steroid, flavonoid, saponin, dan tannin serta vitamin E. Kandungan flavonoid

pada daun pepaya memiliki aktivitas antiperadangan yang dapat menghambat


enzim siklooksigenase I, yang merupakan jalur pertama sintesis mediasi nyeri

seperti prostaglandin yang mempengaruhi penurunan intensitas nyeri

menstruasi.Vitamin E yang terkandung dalam daun papaya dapat mengurangi

nyeri menstruasi, melalui hambatan terhadap biosintesis prostaglandin dimana

vitamin E akan menekan aktivitas enzim fosfolipase A2 dan siklooksigenase

melalui penghambatan aktivasi post translasi siklooksigenase sehingga akan

menghambat produksi prostaglandin. Sebaliknya vitamin E juga

meningkatkan produksi prostasiklin dan prostaglandin E2 (PGE2) yang

berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos uterus.8,10

Cara memanfaatkan daun pepaya sebagai obat dapat dilakukan dengan

menumbuk daun tersebut setelah dibersihkan, kemudian diseduh dengan air

hangat dan diperas.Air perasannya diminum sebagai obat. Selain itu, dapat

dimanfaatkan dengan merebus daun pepaya yang dikonsumsi sebagai

masakan.11

Ashra dan Lisdawati dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Terapi

Daun Pepaya terhadap Penurunan Tingkat Dismenorepada Remaja Putri

Pesantren Mualimin Sawah Dangka Bukittinggi tahun 2014 dengan

menggunakan 14 responden sebagai kelompok eksperimen. Dari hasil

penelitian didapatkan hasil bahwa skala nyeri dismenoresebelum diberi

intervensi terapi daun pepaya memiliki rata-rata 5,93 dan skala nyeri

dismenoreyang paling banyak ditemukan pada responden adalah skala nyeri 6

(skala nyeri sedang) dan sesudah pemberian intervensi rata-rata penurunan

skala nyeri responden adalah 1,929. Artinya ada pengaruh pemberian daun
pepaya terhadap penurunan tingkat dismenore pada remaja putri Pesantren

Mualimin Sawah Dangka Bukittinggi.12

Ekawati dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pemberian Daun

Pepaya terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi pada Remaja Putri di Madrasah

Diniyyah Tarbiyatul Ulum Wustho Pilang Laren Lamongan pada tahun 2015,

dengan sampel 30 orang remaja putri. Sebelum diberikan rebusan daun pepaya

sebagian besar (66,7%) mengalami nyeri sedang dan sebagian kecil (20%)

mengalami nyeri berat. Setelah diberikan rebusan daun pepaya didapatkan

hasil bahwa sebagian besar (53,3%) mengalami nyeri ringan dan tidak satupun

(0%) yang mengalami nyeri berat. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signikan sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun

pepaya.Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang

signifikan sebelum dan sesudah pemberian. Ini artinya pemberian daun pepaya

efektif dalam menurunkan nyeri pada dismenore.10

Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang adalah institusi pendidikan yang

menghasilkan tenaga kesehatan, memiliki peran penting dalam penyediaan

tenaga kesehatan yang berkualitas untuk melaksanakan program kesehatan

dan tuntutan masyarakat.Diharapkan tenaga kesehatan yang dihasilkan selain

dapat memberikan penanganan secara farmakologi juga dapat memberikan

penanganan secara nonfarmakologi.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada mahasiswi asrama

Poltekkes Kemenkes Padang bulan Agustus 2018, dari 10 orang didapatkan

bahwa 6 orang (60%) mengalami dismenore primer, sedangkan 4 orang

lainnya (40%) tidak mengalami dismenore. Diantara 6 orang yang mengalami


dismenore 3 diantaranya meminum obat pereda rasa nyeri (asam mefenamat),

2 orang melakukan penanganan dengan istirahat atau berbaring, dan 1 orang

melakukan penanganan dengan kompres hangat. Diantara 6 orang yang

mengalami dismenore mengatakan bahwa kondisi ini mengganggu aktivitas

seperti belajar, tidak masuk perkuliahan dan bahkan ada yang sampai

pingsan.Dari data tersebut tidak ada mahasiswi yang melakukan penanganan

dismenore dengan mengkonsumsi air rebusan daun pepaya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap

penurunaan tingkat nyeri dismenore primer pada mahasiswi asrama Poltekkes

Kemenkes Padang tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap

penurunan tingkat nyeri dismenore primer pada mahasiswi asrama Poltekkes

Kemenkes Padang tahun 2019?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap

penurunan tingkat nyeri dismenore primer pada mahasiswi asrama

Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.


2. Tujuan Khusus

a. Diketahui median tingkat nyeri dismenore primer sebelum pemberian

air rebusan daun pepaya pada mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes

Padang tahun 2019.

b. Diketahui median tingkat nyeri dismenore primer sesudah pemberian

air rebusan daun pepaya pada mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes

Padang tahun 2019.

c. Diketahui perbedaanmedian tingkat nyeri dismenore primer sebelum

dan sesudah pemberian air rebusan daun pepaya pada mahasiswi

asrama Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Memberikan kesempatan baru bagi peneliti untuk melakukan penelitian

tentang air rebusan daun pepaya dalam menurunkan tingkat nyeri

dismenore primer serta untuk memenuhi syarat kelulusan di institusi.

2. Bagi Lokasi tempat penelitian

Dapat menjadi salah satu pilihan atau alternatif untuk mengatasi masalah

dismenore primer sehingga tidak mengganggu aktifitas sehari-hari.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penanganan

dismenore primer secara non farmakologis untuk meningkatkan

kesehatan remaja.
4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi referensi tambahan dalam mata kuliah kesehatan

reproduksi remaja mengenai penanganan dismenore primer.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain

Praeksperimen (Pre experimental design) dengan menggunakan pendekatan

One Group Pretest Posttest.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore

primer pada mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes Padang tahun

2019.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 – April

2019.Variabel yang digunakan adalah variabel independen (air rebusan daun

pepaya) dan variabel dependen (dismenore primer).Populasi pada penelitian

ini adalah seluruh mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes Padang yang

berjumlah 137 orang.Sampel didapatkan sebanyak 20 orang dengan

menggunakan teknik purposive sampling.Data yang didapat kemudian

dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari

rahim disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium, terjadi secara berulang

setiap bulan kecuali pada saat kehamilan.3,13Menstruasi merupakan pertanda

masa reproduktif pada kehidupan wanita, yang dimulai dari menarche

hingga terjadinya menopause.14

Apabila sel telur yang keluar dari ovarium tidak dibuahi, produksi

estrogen terhenti. Hal ini menyebabkan kadar estrogen dalam darah sangat

rendah, akibatnya aktivitas hipofisis untuk memproduksi Luteinizing

Hormone (LH) juga menurun, sehingga korpus luteum tidak dapat

memproduksi progesteron. Tidak adanya progesteron dalam darah

menyebabkan penebalan dinding rahim tidak dapat dipertahankan,

selanjutnya akan luruh dan terjadilah perdarahan. Hal inilah yang disebut

menstruasi.14

2. Fisiologi Menstruasi

Pada proses menstruasi dengan ovulasi (terjadi pelepasan telur),

hormon estrogen yang dikeluarkan makin meningkat yang menyebabkan

lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase

proliferasi). Peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran Follicle

Stimulating Hormone (FSH), tetapi merangsang LH sehingga dapat

merangsang folikel de Graaf yang telah dewasa, untuk melepaskan telur


yang disebut sebagai proses ovulasi. Telur ini akan ditangkap oleh rumbai

pada tuba fallopi, dan dibungkus oleh korona radiata yang akan memberi

nutrisi selama 48 jam. Folikel de Graaf yang mengalami ovulasi menjadi

korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum dan mengeluarkan dua

macam hormon indung telur yaitu estrogen dan progesteron.15

Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim

(endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, setelah

dirangsang oleh korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan

progesteron lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, sehingga

pembuluh darah makin dominan dan mengeluarkan cairan (fase sekresi).

Bila tidak terjadi pertemuan antara sel spermadan sel telur, korpus luteum

mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga setelah

kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan dalam rahim, oleh

karena hormon estrogen dan progesteron berkurang sampai menghilang.

Berkurang dan menghilangnya estrogen dan progesteron, menyebabkan

terjadi fase vasokontriksi (pengerutan) pembuluh darah, sehingga lapisan

dalam rahim megalami kekurangan aliran darah (kematian). Selanjutnya

diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah

yang disebut “menstruasi”. Pengeluaran darah menstruasi berlangsung

antara 3-7 hari, dengan jumlah darah yang hilang sekitar 50-60 cc tanpa

bekuan darah.15
3. Fase-fase Menstruasi

Mekanisme terjadinya menstruasi dalam satu siklus terdiri atas 4 fase,

yaitu:3

1. Fase Folikuler/ Proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-14)

Merupakan masa paling subur bagi seorang wanita. Fase ini

dimulai dari hari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan

terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Karena peningkatan FSH terjadi

pertumbuhan sekitar 3-30 folikel di dalam ovarium yang masing-masing

mengandung 1 sel telur.Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang

lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan

sebagai respon terhadap penurunan kadar estrogen dan progesteron.

Lapisan paling atas dan tengah dari endometrium dilepaskan, sedangkan

lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru

untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Pada

akhir fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat

meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.

2. Fase Luteal / fase Sekresi / fase pramenstruasi(hari ke-14 sampai hari ke-

28)

Dari sisa-sisa folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel ovum

(telur) pada saat terjadinya proses ovulasi, ovarium beraktivitas

membentuk korpus luteum. Pada fase ini terjadi peningkatan hormon

progesteron, yang diikuti dengan penurunan kadar FSH, estrogen, dan

LH. Peningkatan hormon progesteron berfungsi untuk mempertebal


lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk menerima

hasil konsepsi jika terjadi kehamilan.

3. Fase Menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)

Fase ini ditandai dengan korpus luteum yang mengecil dan

menghilang lalu berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk

menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis

aktif mensekresikan FSH dan LH. Karena terhentinya sekresi progesteron

maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga

menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase

pendarahan/ menstruasi.

4. Fase Regenerasi / pascamenstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)

Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali

lapisan endometrium, sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali

membentuk folikel-folikel melalui pengaruh hormon FSH dan estrogen

yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.

B. Dismenore

1. Definisi Dismenore

Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa Yunani kuno (Greek) yaitu

dys (gangguan atau nyeri hebat/abnormalitas), meno (bulan) dan rrhea

(aliran atau arus).3,16Dengan demikian dismenore adalah kondisi medis yang

terjadi pada waktu menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan

memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di perut

bagian bawah maupun panggul dan biasanya disertai mual, pusing dan

bahkan pingsan. 17
2. Epidemiologi Dismenore

Di Amerika Serikat, prevalensi kejadian dismenore diperkirakan 45-

90%. Tingginya angka tersebut diasumsikan dari berbagai gejala yang

belum dilaporkan. Banyak wanita yang membeli obat sendiri dan tidak

berkunjung ke dokter. Dismenore juga mengakibatkan ketidakhadiran saat

bekerja dan sekolah, sebanyak 13-51% wanita pernah absen sedikitnya

sekali, dan 5-14% berulang kali absen.16

Berdasarkan hasil survey terhadap 113 pasien di Family Practice

Setting, didapatkan hasil bahwa prevalensi dismnore 29-44%. Namun

prevalensi dan derajat keparahan dismenore secara signifikan lebih rendah

pada wanita yang telah melahirkan sedikitnya satu bayi lahir hidup atau

disebut dengan parous women. Di Amerika Serikat, puncak insiden

dismenore primer terjadi pada akhir masa remaja dan di awal usia 20-an

yaitu sekitar 92%. Insiden ini menurun seiring dengan pertambahan usia dan

meningkatnya kelahiran.16

Berdasarkan studi epidemiologi di Amerika serikat yang dilakukan

oleh Klein dan Litt pada remaja berusia 12-17 tahun melaporkan prevalensi

dismenore 59,7%. Dari mereka yang mengeluh nyeri, sebanyak 12% nyeri

berat, sebanyak 37% nyeri sedang, dan 49% nyeri ringan. Studi ini juga

melaporkan bahwa dismenore menyebabkan 14% remaja putri sering tidak

masuk sekolah.Studi longitudinal dari Swedia menyebutkan bahwa

dismenore terjadi pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun dan

67% wanita yang berusia 24 tahun. Namun di Indonesia, lebih banyak


wanita yang mengalami dismenore tidak mau berkunjung ke dokter. Boleh

dikatakan 90% wanita Indonesia pernah mengalami dismenore.16

3. Klasifikasi Dismenore

Dismenore dapat dibagi menjadi dua kelompok, dismenore primer dan

dismenore sekunder.18

a. Dismenore primer

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa ditemukan

keadaan patologi pada panggul.Dismenore primer ini berhubungan

dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium

sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi

oleh endometrium fase sekresi.

Molekul yang berperan pada dismenore adalah prostaglandin F2α

yang selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E

menghambat kontraksi uterus. Terdapat peningkatan kadar prostaglandin

di endometrium saat perubahan dari fase proliferasi ke fase sekresi.

Perempuan dengan dismenore primer didapatkan kadar prostaglandin

lebih tinggi dibandingkan perempuan tanpa dismenore. Peningkatan

kadar prostaglandin tertinggi saat menstruasi terjadi pada 48 jam

pertama. Hal ini sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas

keluahan nyeri menstruasi.Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau

diare sering menyertai dismenore yang diduga karena masuknya

prostaglandin ke siklus sistemik.


b. Dismenore sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan

dengan berbagai keadaan patologis di organ genetalia, misalnya

endometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit

radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome.

4. Patofisiologi Dismenore

Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan

menstruasi pada perempuan dengan dismenore dan berhubungan baik

dengan derajat nyeri. Peningkatan prostaglandin sebanyak tiga kali lipat

terjadi dari fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih

lanjut yang terjadi selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin di

endometrium yang mengikuti penurunan progesteron pada akhir fase luteal

menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang

berlebihan.16 Selain itu prostaglandin juga merangsang saraf nyeri di rahim

sehingga menambah intensitas nyeri. Prostaglandin juga bekerja di seluruh

tubuh, hal ini mejelaskan mengapa ada gejala-gejala yang menyertai nyeri

saat menstruasi.3Perbedaaan beratnya nyeri tergantung kepada kadar

prostaglandin. Wanita yang mengalami dismenore memiliki kadar

prostaglandin 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak

mengalami dismenore.14

Leukotriene (suatu produk pengubahan metabolisme asam arakidonat,

bertanggung jawab atas terjadinya kontraksi(penyusutan atau penciutan)

otot polos (smooth muscle) proses peradangan) juga telah diterima ahli

untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut di uterus. Jumlah leukotriene


yang signifikan telah ditunjukkan di endometrium perempuan penderita

dismenore primer yang tidak merespon terapi antagonis prostaglandin.16

5. Derajat Dismenore

Dismenore yang terjadi pada wanita memiliki beberapa tingkatan atau

derajat nyeri, yaitu:15

1. Dismenore ringan, yaitu dismenore dengan rasa nyeri yang berlansung

beberapa saat hingga perlu beristirahat sejenak untuk menghilangkan

nyeri, tanpa disertai pemakaian obat.

2. Dismenore sedang, yaitu dismenore yang merlukan obat untuk

meghilangkan rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari.

3. Dismenore berat, yaitu dismenore yang memerlukan istirahat sedemikian

lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari

atau lebih.

6. Tanda dan Gejala Dismenore Primer

Dismenore primer harus dibedakan dengan dismenore sekunder dari

manifestasi atau gambaran klinisnya. Pada dismenore primer, nyeri dimulai

bersamaan dengan onset menstruasi atau hanya sesaat sebelum menstruasi

dan bertahan atau menetap selama 1-2 hari. Nyeri dideskripsikan sebagai

spasmodik dan menyebar ke bagian belakang (punggung) atau paha atas

atau menengah.3,16

a. Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi pertama

(menarche).

b. Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau di awal menstruasi.

Berlangsung beberapa jam, namun bisa beberapa hari.


c. Datangnya nyeri: hilang-timbul, menusuk-nusuk. Pada umumnya di perut

bagian bawah, kadang menyebar ke sekitarnya (pinggang, paha depan).

d. Adakalanya disertai nausea (mual), vomiting (muntah), sakit kepala,

malaise (rasa tidak enak badan), fatigue (lelah), dan kadang sampai

diare.

e. Kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan

cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan.

f. Potret klinis dismenore primer termasuk onset segera setelah menstruasi

pertama dan biasanya berlangsung sekitar 48-72 jam, sering mulai

beberapa jam sebelum atau sesaat setelah menstruasi.

7. Etiologi dan Faktor Risiko Dismenore Primer

Penyebab pasti dismenore primer hingga kini belum diketahui secara

pasti (idiopatik), namun beberapa faktor ditengarai sebagai pemicu

terjadinya nyeri menstruasi, diantaranya:3,16

a. Faktor psikis/ kejiwaan

Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika

mereka tidak mendapat informasi yang baik tentang proses menstruasi,

rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, konflik dengan lawan jenis,

dan imaturitas (belum mencapai kematangan) akan mudah mengalami

dismenore primer.

b. Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum,

hormon ini menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan

hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain,


endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 (PGF2)

sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar

prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka selain

dismenore dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual),

muntah, diare, flushing (respons involunter (tak terkontrol) dari sistem

saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna

kemerahan atau sensasi panas). Jelaslah bahwa peningkatan kadar

prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya dismenore

primer.

c. kelainan organik

Seperti retrofleksia uterus (kelainan letak-arah anatomis rahim),

hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang tak lengkap), obstruksi

kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa

bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot), dan polip

endometrium.

d. Faktor konstitusi

Seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi

timbulnya dismenore.

e. Faktor alergi

Penyebab alergi adalah toksin menstruasi.Menurut riset, ada

hubungan antara dismenore dengan urtikaria (biduran), migrain, dan

asma.

Beberapa faktor risiko timbulnya nyeri menstruasi, yakni:17

a. Menstruasi pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun)


b. Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nullipara)

c. Periode menstruasi yang lama (long menstrual periods)

d. Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstrual flow)

e. Smoking

f. Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga

g. Obesitas/ kelebihan berat badan

8. Intensitas Nyeri

Menurut Potter & Perry, nyeri adalah suatu sensori subyektif dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam

kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. Nyeri adalah alasan utama

seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri merupakan

sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh.

Nyeri seringkali dijelaskan dalam istilah distruktif jaringan seperti ditusuk-

tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut, mual adan

mabuk. Terlebih lagi, setiap perasaan nyeri dan intensitas sedang sampai

kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari

atau meniadakan perasaan itu.17

Ada beberapa instrumen yang bisa digunakan untuk mengukur skala

nyeri, yaitu:

a) Numeric Rating Scale (NRS)

Menurut Potter & Perry, Numeric Rating Scale digunakan

untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri dan memberi

kebebasan penuh pada klien untuk mengidentifikasi keparahan


nyeri.19 NRS mengguankan angka 0 pada garis paling kiri dan

angka 10 pada garis paling kanan. Angka 0 berarti tidak ada

keluhan nyeri menstruasi/kram pada perut bagian bawah, 1-3

berarti nyeri ringan (terasa kram pada perut bagian bawah, masih

dapat ditahan, masih dapat melakukan aktivitas, masih dapat

berkonsentrasi dalam belajar), 4-6 berarti nyeri sedang (terasa kram

pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kurang

nafsu makan, sebagian aktivitas dapat terganggu, sulit/susah

berkonsentrasi dalam belajar), 7-10 berarti nyeri berat (terasa kram

berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang, paha

atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, muntah, badan lemas,

tidak kuat beraktivitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar,

terkadang sampai pingsan.6

Sumber: Judha (2012)

Gambar 2.1 Numeric Rating Scale


b) Face Pain Rating Scale

Menurut Wong dan Baker, pengukuran skala nyeri menggunakan

Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah yang tersenyum

untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri

berat”. Pengukuran intesitas nyeri dengan skala wajah dilakukan


dengan cara memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri

menyerang.19

Sumber: Nursekey.com

Gambar 2.2 Skalaface pain rating scale

Tabel 2.1 Skala Nyeri

Nyeri Ringan 0 Tidak nyeri

Tidak mengganggu 1 Sangat ringan, seperti


sebagian besar aktifitas. nyeri terasa seperti
Mampu beradaptasi Sangat Ringan gigitan nyamuk, kadang
dengan rasa sakit secara lupa rasa nyeri yang
psikologis dan dengan dirasa
obat atau alat seperti 2 Nyeri sedikit, nyeri
bantal seperti cubitan di kulit
Tidak Nyaman

3 Nyeri tidak terlalu kuat


tapi sedikit mengganggu
Nyeri dapat ditoleransi aktifitas

Nyeri Sedang 4 Nyeri kuat, seperti sakit


gigi atau rasa sakit dari
Menggangu aktifitas Nyeri menyedihkan sengatan lebah.

5 nyeri yang dalam dan


kuat yang menusuk,
Nyeri sangat seperti pergelangan kaki
terkilir
menyedihkan
6 Kuat, dalam, nyeri yang
menusuk begitu kuat
Intens sehingga tampaknya
sebagian mempengaruhi
sebagian indra Anda,
menyebabkan tidak
fokus, komunikasi
terganggu.

Nyeri berat 7 rasa sakit benar-benar


mendominasi indra
Nyeri yang dirasa Sangat intens menyebabkan tidak dapat
parah,tidak dapat berkomunikasi dengan
melakukan aktifitas baik dan tak mampu
secara mandiri melakukan perawatan
diri.

8 Nyeri sangat intens,Nyeri


begitu kuat sehingga
Benar mengerikan seseorang tidak lagi dapat
berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan
kepribadian yang parah
jika sakit datang dan
berlangsung lama.

9 Nyeri begitu kuat


sehingga Anda tidak bisa
menyiksa tak tertahankan mentolerirnya dan
Bersumber sampai-sampai menuntut
untuk segera
menghilangkan rasa sakit
apapun caranya, tidak
peduli apa efek samping
atau risikonya.
10 Nyeri begitu kuat tak
sadarkan diri.
sakit tak terbayangkan Kebanyakan orang tidak
tak dapat diungkapkan pernah mengalami rasa
sakit ini. Karena sudah
keburu pingsan seperti
mengalami kecelakaan
parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang
sebagai akibat dari rasa
sakit yang luar biasa
parah.
Sumber: The original comparative pain scale was developed in 2002 by jack
harich, a system engineer at georgia tech.

9. Penatalaksanaan Dismenore Primer

Untuk mengantisipasi nyeri menstruasi, ada beberapa terapi yang dapat

dilakukan mulai dari hal yang sederhana, pemakaian obat-obatan atau terapi

antiprostaglandin, terapi hormonal, terapi bahan alami dan tentu saja

menjalani pola hidup yang sehat. Dua terapi yang pertama harus melibatkan

seorang dokter, sedangkan untuk terapi bahan alami dan pola hidup sehat

dapat dilakukan sendiri, seperti memperhatikan asupan gizi yang seimbang,

istirahat yang cukup dan olahraga sesuai kebutuhan.3

Ada beberapa tips untuk mencegah nyeri saat menstruasi:3,16

1. Hindari stress.

2. Hindari olahraga berat saat menstruasi.

3. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai.

4. Hindari konsumsi alkohol, kopi dan juga coklat karena dapat

meningkatkan kadar estrogen yang nantinya dapat memicu lepasnya

prostaglandin.

5. Hindari juga makanan bersuhu dingin misalnya es krim.


6. Perbanyak makan buah, sayur dan makanan berkadar lemak rendah,

konsumsi vitamin E, vitamin B6, dan minyak ikan untuk mengurangi

peradangan.

7. Pakai kompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa nyeri.

8. Pastikan tidur yang cukup sebelum dan selama periode menstruasi

9. Usahakan tidak mengkonsumsi obat-obatan antinyeri jika semua cara

pencegahan tersebut tidak mengatasi nyeri. Lebih baik segera kunjungi

dokter untuk mengetahui penyebab nyeri menstruasi yang

berkepanjangan. Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainnya.

Tapi masalahnya, sekarang ini banyak perempuan yang berkarir di

luar rumah dan seringkali kesulitan waktu untuk melakukan hal-hal sehat

semacam itu. Pilihan selanjutnya ialah terapi bahan alami. Saat ini,

kebanyakan tren di dunia pun telah kembali ke alam (back to nature). Jadi

tidak mengherankan jika semakin banyak asupan berbahan alami atau

herbal ditawarkan sebagai obat atau minuman pengurang nyeri menstruasi.

Salah satu terapi bahan alami atau herbal yang bisa digunakan untuk

mengobati nyeri menstruasi ialah air rebusan daun pepaya.3

C. Pepaya

1. Deskripsi pepaya

Sumber : jabar.tribunnews.com
Gambar 2.3 Daun Pepaya
Pepaya dengan nama ilmiah Carica Papaya Linn merupakan

komoditas buah tropika utama. Sering dijuluki sebagai the health fruit of the

angels, karena rasanya dikatakan sebagai rasa surga dan sangat bermanfaat

untuk kesehatan.20 Pepaya termasuk buah tropis popular di Indonesia.

Tanaman pepaya tergolong tanaman adaptif yang mampu tumbuh di dataran

rendah dan dataran tinggi. Pepaya yang banyak tumbuh di Indonesia adalah

jenis pepaya besar.21,22

Pepaya memiliki nama lain seperti kates atau gandul (jawa), gedang

(sunda), peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatera), pisang malaka,

bandas, manjan (Kalimantan), kalujawa, padu (Nusa Tenggara), kapalay,

kaliki, dan unti jawa (Sulawesi). Sementara itu, sebutan lain pepaya di luar

negeri, diantaranya betik, ketelah, kepaya (Malaysia), du du ( Vietnam),

mala kaw (Thailand), kapaya, lapaya (Filipina), fan mu gua ( Cina), papaya

(Inggris, Jerman, Spanyol), dan papaja (Belanda).22,23

Pepaya tumbuh tegak dengan ketinggian antara 8-10 m. batangnya

merupakan batang basah, bulat dan berongga, biasanya tidak bercabang.

Akar pada pohon pepaya berupa akar serabut, dimana semua akarnya keluar

dari pangkal batang. Tanaman ini hanya mempunyai daun-daun pada bagian

batang atas, ranting daunnya memiliki panjang 30 cm - 1 m. Daun pepaya

merupakan daun tunggal, berukuran besar, bercangap, juga mempunyai

bagian-bagian daun lengkap (falicum completum) berupa pelepah atau upih

daun (vagina), tangkai daun (petiolus),dan helaian daun (lamina). Ujung

daun meruncing, tangkai daun panjang dan berongga. Dari susunan tulang

daunnya, daun pepaya termasuk daun-daun yang bertulang menjari


(palminervis). Mempunyai 5-9 dahan utama dengan diameter antara 30-70

cm. Pohon ini menghasilkan daun-daun sepanjang tahun, dan pada usia 4-6

bulan daun akan menguning dan terlepas dari pohonnya.21,24

Pepaya memiliki bunga dengan 3 jenis, yaitu bunga jantan, bunga

betina, dan bunga sempurna. Bunganya berwarna putih. Buahnya berbentuk

bulat sampai lonjong, mempunyai rongga berbentuk bintang apabila

penampang buahnya dipotong melintang. Berat pepaya tersebut 2,5-3

kg/buah dan panjang 30-37 cm, serta tebal daging buah 2-3 mm. Warna

kulit buahnya hijau ketika masih muda dan kuning kemerahan setelah

masak. Dalam buah pepaya terdapat biji yang berbentuk jorong sampai

bundar, panjangnya 5-9 mm dengan diameter kurang lebih 5 mm. Biji

pepaya termasuk biji tumbuhan tertutup (angiospermae). Warnanya hitam

dan berbentuk bulat kecil serta banyak terdapat di dalam buahnya.

Pertumbuhan tanaman pepaya termasuk cepat karena antara 10-12 bulan

setelah ditanam buahnya dapat dipanen.25,26

2. Komposisi Kimia Pepaya

Bagian dari tanaman pepaya yang dapat digunakan sebagai obat adalah

biji, akar, daun dan buahnya.Daun pepaya yang rasanya pahit pun begitu

kaya akan manfaat khasiat yang luar biasa.23

Dalam daun pepaya terdapat kandungan vitamin B, C, E, karbohidrat,

protein, lemak, mineral, kalsium, fosfor, beta karoten, zat besi, alkaloid

karpain, triterpenoid, steroid, flavonoid, saponin, tannin, pseudocarpain I

danII, cholin, enzim papain, chymopapain, pseudokarpain, glikosid,

karposid, sakarosa, lisozim, fenolik, tocophenol, dekstrosa, levulosa, air,


niasin, serat.11,28,29Daun pepaya mampu menghasilkan molekul Th1 tipe

sitokin yang dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh, termasuk

dalam mempertahankan diri dari serangan sel-sel kanker.28

Tabel 2.2 Hasil Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica Papaya L)

Skrining Hasil yang


Hasil positif menurut pustaka kesimpulan
fitokimia diperoleh
Alkaloid  Terbentuk endapan  Terbentuk Positif
merah jingga endapan
(pereaksi merah
Dragendorff) jinga
 Terbentuk endapan Positif
putih (pereaksi
Mayer)  Terbentuk
 Terbentuk endapan endapan Positif
merah kecoklatan putih
(pereaksi Wagner)

Terbentuk
endapan
merah
kecoklatan
Triterpenoid Terbentuk warna kecoklatan Terbentuk warna Positif
atau violet kecoklatan

Steroid Terbentuk warna biru Terbentuk warna Positif


kehijauan biru kehijauan

Flavonoid Terbentuk warna merah tua Terbentuk warna Positif


(magenta) merah kecoklatan

Saponin Terbentuk buih yang stabil Terbentuk buih Positif

Tanin Terbentuk warna biru tua atau Terbentuk warna Positif


hitam kehijauan hitam kehijauan

Sumber: Analisis Fitokimia Daun Pepaya di Balai Penelitian Tanaman Aneka


Kacang dan Umbi, Kendalpayak, Malang, 2015
3. Efek farmakologis daun pepaya

Efek farmakologis dari dan tanaman pepaya antara lain membantu

menghilangkan nyeri menstruasi pada wanita, mengobati jerawat,

melancarkan pencernaan, menambah nafsu makan serta mengobati demam

berdarah.23Kandungan papain (enzim protease) dapat membantu

mempercepat penyembuhan luka dan pencernaan protein. Kandungan

karpain (salah satu jenis alkaloid) berfungsi untuk mengurangi serangan

jantung, antiamuba, dan peluruh cacing. Karpain mempunyai pengaruh

menenangkan pada jantung bronki, dan otot-otot.25 Jus daun pepaya adalah

metode tradisional untuk menyembuhkan demam berdarah tanpa masalah

efek samping. Penelitian ilmiah dan beberapa studi kasus telah

menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya mengandung enzim papain yang

dapat meningkatkan trombosit.27

Vitamin C pada ekstrak pepaya dapat menjaga imunitas tubuh dan

dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka. Hal ini diduga

karena adanya kandungan vitamin C pada ekstrak pepaya yang dapat

meningkatkan pembentukan kolagen pada jaringan yang luka dan mencegah

terjadinya infeksi tambahan oleh mikroba.22

Vitamin B yang membantu kerja tubuh.Asam folat merupakan salah

satu vitamin B kompleks yang memegang peranan penting terhadap fungsi

tubuh.Asam folat dalam pepaya dapat membantu mengubah homosistein

menjadi zat yang tidak berbahaya dalam tubuh. Homosistein merupakan zat

yang jika menempel pada dinding pembuluh darah dapat menyebabkan

terjadinya penyakit jantug dan stroke.22


Daun pepaya mengandung flavonoid.Flavonid atau bioflavonoid

merupakan suatu senyawa fenol yang tersebar luas pada hampir semua

tumbuh-tumbuhan.Lebih dari 4000 flavonoid telah diidentifikasi pada

tumbuhan tingkat tinggi dan rendah hingga saat ini.Flavonoid memiliki

aktivitas anti peradangan yang dapat menghambat enzim siklooksigenase I,

yang merupakan jalur pertama sintesis mediasi nyeri seperti prostaglandin

yang mempengaruhi penurunan intensitas nyeri menstruasi.Penelitian

menyatakan bahwa aktivitas analgetik dari ekstrak daun pepaya sebanding

dengan aspirin.Estrak metanol memiliki aktivitas antiinflamasi karena

mengandung flavonoid yang bertindak sebagai antiinflamasi dengan

menghambat sintesis prostaglandin.Tannin dan alkaloid memiliki

kemampuan sebagai analgesik.8,30

Vitamin E yang terkandung dalam daun pepaya dapat mengurangi

nyeri menstruasi , melalui hambatan terhadap biosintesis prostaglandin

dimana vitamin E akan menekan aktivitas enzim fosfolipase A dan

siklooksigenase melalui penghambatan aktivasi post translasi

siklooksigenase sehingga akan menghambat produksi prostaglandin.

Sebaliknya vitamin E juga meningkatkan produksi prostasiklin dan PGE2

yang berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos

uterus.10

4. Manfaat daun pepaya

Daun pepaya memiliki kandungan zat baik yang berlimpah yang

sangat bermanfaat bagi tubuh.27

a. Sifat anti kanker


Berdasarkan jurnal Ethnopharmacology, jus daun pepaya mengandung

enzim tertentu yang memiliki sifat melawan kanker terhadap berbagai

tumor seperti kanker leher rahim, kanker payudara, kanker hati, kanker

paru-paru dan kanker pankreas tanpa efek toksik pada tubuh.Dengan

mengatur T-sel, ekstrak daun pepaya meningkatkan respon sistem

kekebalan terhadap kanker.

b. Menghambat pertumbuhan bakteri

Jus daun pepaya mengandung lebih dari 50 bahan aktif termasuk

senyawa karpain yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme

seperti jamur, cacing, parasit, bakteri serta berbagai bentuk sel

kanker.Daun pepaya dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal untuk

menghilangkan cacing di usus karena mengandung tanin.

c. Meningkatkan imunitas tubuh

Daun pepaya akan secara alami melakukan regenerasi sel darah putih dan

trombosit. Daun pepaya mengandung lebih dari 50 bahan termasuk

vitamin A, C dan E yang mendukung sistem kekebalan tubuh.

d. Anti malaria

Jus daun pepaya sering digunakan di beberapa bagian dunia sebagai

profilaksis untuk mencegah malaria di daerah endemis tertentu.

e. Pencegahan demam berdarah

Penelitian ilmiah dan beberapa studi kasus telah menunjukkan bahwa

ekstrak daun pepaya mengandung enzim papain yang dapat

meningkatkan trombosit.Perusahaan farmasi sudah menggunakan

persiapan ekstrak daun pepaya dalam bentuk kapsul dan formula


cair.Para dokter merekomendasikan mengambil 20-25 ml jus ini dua kali

sehari selama seminggu untuk hasil yang cepat.

f. Mengurangi nyeri menstruasi

Jus daun pepaya sangat efektif untuk mengurangi nyeri menstruasi.

Caranya dengan merebus 1 daun pepaya, tambahkan asam jawa dan

garam, campur dengan segelas air dan didihkan. Minumlah ramuan ini

pada saat menstruasi.

g. Membantu pencernaan

Enzim papain dalam daun pepaya membantu dalam pencernaan protein

dan berguna untuk mengobati gangguan pencernaan.Rebusan daun

pepaya dapat mengurangi mulas dan perangsang nafsu makan.Daun

pepaya mampu mencerna gluten protein gandum, yang terjadi bagi

sebagian orang yang dikenal sebagai penyakit celiac.

h. Membantu penyakit pembesaran prostat

i. Daun pepaya dapat mengatasi jerawat

j. Meningkatkan trombosit

Daun pahit pepaya sangat efektif dalam meningkatkan jumlah trombosit

secara cepat.Terutama untuk kasus kekurangan vitamin, sedang

kemoterapi, demam berdarah dan banyak lagi.

k. Mencegah katarak

l. Emfisema

Daun pepaya banyak mengandung vitamin D yang dapat mencegah

terjadinya penyakit emfisema yang berhubungan dengan paru-paru.


5. Pengolahan Daun Pepaya

Cara memanfaatkan daun pepaya sebagai obat dapat dilakukan dengan

menumbuk daun tersebut setelah dibersihkan, kemudian diseduh dengan air

hangat dan diperas. Air perasannya diminum sebagai obat. Selain itu, dapat

dimanfaatkan dengan merebus daun pepaya yang dikonsumsi sebagai

masakan. Daun pepaya rasanya pahit, namun rasa pahit yang terkandung

pada daun pepaya dapat dihilangkan. Daun pepaya yang sudah dibersihkan

direbus dengan beberapa lembar daun jambu biji, setelah direbus dapat

dibilas dengan air dan diolah. Dengan cara lain yang lebih simpel, dapat

direbus saja dengan garam sampai layu dan dibilas lagi dengan air, lalu

rebus lagi sampai matang untuk dapat diolah.11

Untuk mengobati nyeri menstruasi, daun pepaya dapat diolah dengan

cara direbus, diperas, dan disaring. 1 lembar daun pepaya ditumbuk halus,

tambahkan asam jawa dan garam secukupnya, dan dicampurkan dengan satu

gelas air matang, kemudian disaring. Air hasil saringan diminum saat

menstruasi. Untuk khasiat yang lebih baik sebaiknya diminum selagi

hangat.31

6. Mekanisme daun pepaya sebagai pengurangan nyeri Dismenore

Dismenore adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan

produksi zat prostaglandin.Menjelang menstruasi tubuh wanita

menghasilkan suatu zat yang disebut prostaglandin, zat tersebut mempunyai

fungsi yang salah satunya adalah membuat dinding rahim berkontraksi dan

pembuluh darah sekitarnya terjepit (konstriksi) yang menimbulkan iskemi

jaringan. Intensitas kontraksi ini berbeda-beda tiap individu dan bila


berlebihan akan menimbulkan nyeri saat menstruasi. Selain itu

prostaglandin juga merangsang saraf nyeri di rahim sehingga menambah

intensitas nyeri. Prostaglandin juga bekerja di seluruh tubuh, hal ini

menjelaskan mengapa ada gejala-gejala yang menyertai nyeri saat

menstruasi.3

Sifat antiinflamsi dari flavonoid telah terbukti baik secara in vitro

maupun in vivo. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya

inflamasi melalui 2 cara, yaitu dengan cara menghambat permeabilitas

kapiler dan menghambat metabolisme asam arakidonat dan sekresi enzim

lisosom dari sel neutrofil dan sel endothelial. Flavonoid berperan penting

dalam menjaga permeabilitas serta meningkatkan resistensi pembuluh darah

kapiler.Oleh karena itu, flavonoid digunakan pada keadaan patologis seperti

terjadinya gangguan permeabilitas dinding pembuluh darah. Terjadinya

kerusakan pembuluh darah kapiler akibat radang menyebabkan peningkatan

permeabilitas kapiler, sehingga darah (terutama plasma darah) akan keluar

dari kapiler jaringan, diikuti dengan terjadinya respon inflamasi. Flavonoid

terutama bekerja pada endothelium mirovaskuler untuk mengurangi

terjadinya hipermeabilitas dan radang.32

Senyawa flavonoid dapat menghambat pelepasan arakidonat dan

sekresi enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur

siklooksigenase, jalur lipoksigenase, dan fosfolipase A2. Terhambatnya

pelepasan asam arakidonat dari sel inflamasi akan menyebabkan kurang

tersedianya substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan jalur

lipoksigenase yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin,


prostasiklin, endoperoksida, tromboksan disatu sisi, dan asam

hidroperoksida, asam hidroksieikosatetraienoat, leukotrin disisi lainnya.

Flavonoid juga menghambat degranulasi neutrofil sehingga akan

menghambat pengeluaran sitokin, radikal bebas serta enzim yang berperan

dalam peradangan.32Daun pepaya yang mengandung berbagai macam

enzim, salah satunya yaitu enzim papain memiliki aktivitas sebagai

analgesik dan antiinflamasi.33

Vitamin E pada daun pepaya dapat menghambat biosintesis

prostaglandin dimana vitamin E akan menekan aktivitas enzim fosfolipase

A2 dan siklooksigenase melalui penghambatan aktivasi post translasi

siklooksigenase sehingga akan menekan metabolisme dari asam arakidonat

dan akhirnya menghambat produksi prostaglandin. Sebaliknya vitamin E

akan meningkatkan produksi prostasiklin dan PGE2 yang bisa merelaksasi

otot polos uterus.10

7. Pengaruh daun pepaya terhadap nyeri dismenore primer

Beberapa penelitian dan studi kasus telah menunjukkan bahwa daun

pepaya memiliki efek analgesik dan khasiat dalam mengobati dismenore.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ekawati pada remaja putri di

Madrasah Diniyyah Tarbiyatul Ulum Wustho Pilang Laren Lamongan

dengan menggunakan 30 sampel yang masing-masing terdiri dari 15 sampel

kelompok intervensi dan 15 sampel kelompok kontrol.10

Tingkat nyeri menstruasi pada kelompok intervensi sebelum diberikan

rebusan daun pepaya sebagian besar (66,7%) mengalami nyeri sedang dan

sebagian kecil (20%) mengalami nyeri berat. Sedangkan pada kelompok


kontrol menunjukkan bahwa sebagian besar responden (73,3%) mengalami

nyeri sedang dan sebagian kecil (6,3%) yang mengalami nyeri sangat berat.

Setelah dilakukan intervensi, pada kelompok intervensi sebagian besar

(53,3%) mengalami nyeri ringan dan tidak satupun (0%) yang mengalami

nyeri berat. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa

sebagian besar responden (66,7%) mengalami nyeri sedang dan sebagian

kecil (6,7%) mengalami nyeri berat. Responden pada kelompok intervensi

hampir seluruhnya mengalami penurunan tingkat nyeri menstruasi dengan

skala nyeri lebih rendah daripada kelompok kontrol.Dimana pada kelompok

kontrol hampir seluruhnya tidak mengalami penurunan nyeri menstruasi.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji T sampel

independendidapatkan hasil nilai t = 7,514 dan p = 0,000 dimana p< 0,05

maka H0 di tolak artinya terdapat pengaruh pemberian rebusan daun pepaya

(Carica Papaya Linn) pada remaja putri di Madrasah Diniyyah Tarbiyatul

Ulum Wustho Pilang Laren Lamongan.10

Ashra dan Lisdawati dalam penelitiannya mengenai pengaruh terapi

daun pepaya terhadap penurunan tingkat dismenore pada remaja putri di

Pesantren Mualimin Sawah Dangka Bukittingi pada tahun 2014. Dari 14

responden didapatkan bahwa rata-rata skala nyeri dismenore sebelum

diberikan terapi daun pepaya adalah 5,93 dengan kategori nyeri sedang,

sedangkan 20 menit setelah diberikan terapi daun pepaya rata-rata skala

nyeri dismenore adalah 4,00 dengan kategori nyeri ringan. Berdasarkan

hasil uji statistik menggunakan paired t-test diperoleh pvalue = 0,000 (α =

0,05) yang berarti pvalue lebih kecil dari α. Dari perbandingan tersebut yang
artinya secara statistik adalah Ho ditolak atau Ha diterima, dimana ada

perbedaan rata-rata tingkat dismenore sebelum dan sesudah diberikan

intervensi terapi daun pepaya. Dengan kata lain ada pengaruh terapi daun

pepaya terhadap penurunan nyeri dismenore pada remaja putri Pesantren

Mualimin Sawah Dangka Bukittinggi.12

Penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2012) tentang pengaruh

minuman kunyit terhadap tingkat nyeri dismenore primer pada remaja putri

di SMA 1 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam didapatkan hasil bahwa

sebelum diberikan minuman kunyit 17 orang (60,7%) siswi mengalami

tingkat nyeri dsimenore berat, dan 11 orang (39,3%) siswi mengalami

tingkat nyeri dismenore sedang. Sedangkan setelah diberikan minuman

kunyit 17 orang (100%) siswi mengalami tingkat nyeri dismenore sedang,

dan 11 orang (100%) siswi mengalami tingkat nyeri dismenore ringan.

Dimana penurunan tingkat nyeri terjadi rata-rata setelah 15 menit intervensi.

Penelitian tentang uji analgesik ekstrak daun pepaya pada mencit yang

dilakukan oleh Agnesi Lasarus, dkk.Berdasarkan hasil yang didapatkan

melalui pengujian 3 ekor mencit yang diberikan ekstrak daun pepaya terlihat

penurunan jumlah respon rata-rata rangsangan nyeri dari mencit setelah

diberi intervensi dibandingkan sebelum diberikan intervensi.Pada menit ke-

30 setelah pemberian ekstrak daun pepaya dari 40 kali respon menjadi 24

kali respon. Jumlah respon rata-rata ini terus berkurang hingga pada menit

ke-60 menjadi 12 kali respon, menit ke-90 menjadi 13 kali respond dan

menit ke-120 menjadi 15 kali respon. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan

bahwa pemberian ekstrak daun pepaya pada mencit menunjukkan adanya


efek analgesik.Efek analgesik mulai terlihat pada menit ke-30 setelah

intervensi dan tetap memperlihatkan efek anlagesik sampai menit ke-90.

Efek analgesiknya mulai menurun pada menit ke-120.9

Efek analgesik pada daun pepaya didapatkan dari penelitian yag

dilakukan oleh Afrianti, dkk yaitu uji aktivitas analgetik esktrak etanol daun

pepaya pada mencit putih jantan yang di induksi asam asetat 1%. Hewan

percobaan yang digunakan ialah mencit putih jantan yang sehat yang

berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Hewan percobaan

tersebut dibagi menjadi lima kelompok secara acak, untuk setiap kelompok

terdiri dari 5 mencit.Setelah 30 menit kemudian kepada semua kelompok,

mencit diletakkan diatas plate form dan dihitung jumlah geliat yang terjadi

setiap 5 menit selama 1 jam.Dari hasil uji tersebut menunjukkan ekstrak

etanol daun pepaya dosis 300 mg/kgBB dan dosis 600 mg/kgBB memiliki

potensi sebagai analgesik dengan menurunkan jumlah geliatan dengan

persentase inhibisi nyeri 50% atau lebih. Namun pembanding paracetamol

memiliki efek analgesik yang lebih baik dari ekstrak etanol daun pepaya.33

Ditinjau dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan analisa data

secara statistik, ternyata ekstrak etanol daun pepaya memberikan aktivitas

sebagai analgesik melalui kemampuannya menghambat dan mengurangi

jumlah geliatan pada mencit.Hal ini disebabkan ekstrak etanol daun pepaya

mengandung flavonoid yang mampu menghambat pembentukan radang

penyebab nyeri. Flavonoid yang menghambat enzim siklooksigenase yang

berperan dalam biosintesis prostaglandin sebagai mediator pembentukan

rasa nyeri, sehingga penghambatan cyclooxygenase-2(COX-2) ini


akanmenghambat timbulnya rasa nyeri. Selain itu, daun pepaya yang

memiliki berbagai macam enzim salah satunya enzim papain memiliki

aktivitas analgesik dan antiinflamasi sehingga juga dapat menurunkan

jumlah geliatan pada mencit percobaan. Maka dapat disimpulkan bahwa

ekstrak etanol daun pepaya memiliki aktivitas sebagai analgesik.33

8. Cara Pembuatan Air Rebusan Daun Pepaya

Bahan :

a. 1 lembar daun pepaya sedang (10 gram)

b. Air 250 ml

c. Garam halus ¼ sendok teh

Cara pembuatan rebusan daun pepaya :

a. Daun pepaya dicuci

b. Masukkan 1 lembar daun pepaya sedang (10 gram) kedalam 250 ml air

c. Rebus hingga air tersisa 125 ml

d. Tambahkan ¼ sendok teh garam halus, kemudian aduk

e. Tuangkan kedalam gelas dan sajikan

f. Air rebusan daun pepaya siap diberikan kepada responden

Cara mengkonsumsi rebusan daun pepaya :

a. Rebusan daun pepaya dikonsumsi 1 kali

b. Diminum ketika merasa nyeri dalam 24 jam pertama menstruasi


D. Kerangka Teori

menstruasi

Gangguan pada membran sel


(Fosfolipid)

Enzim fosfolipase

Asam Arakidonat

Enzim Siklooksigenase Enzim Lipooksigenase

Endoperoksid PGG2 / PGH Hidroperoksid

PGE2, PGF2, PGD2 Tromboksan A2 Prostasiklin Leukotrin


A2

Air rebusan daun


pepaya mengandung:
Dismenore primer  Flavonoid
 Vitamin E
 enzim papain

Efek analgesik dan antiinflamasi


menurunkan nyeri dismenore primer

Gambar 2.4 Kerangka Teori


Pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap penurunan tingkat nyeri
dismenore primer
E. Kerangka Konsep

Variabel eksperimen Variabel tercoba

Air rebusan daun pepaya Dismenore primer

Gambar 2.5 Kerangka Konsep


Pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap penurunan tingkat nyeri
dismenore primer

F. Definisi Operasional

Tabel 2.3 Definisi Operasional


Pengaruh pemberian rebusan daun pepaya terhadap dismenore

variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional ukur
Dismenore Nyeri perut Numeric Checklist Median nilai Rasio
primer bagian bawah, rating berdasarkan nyeri yang
pinggang, bahkan scale NRS 1-10 diperoleh: 1-10
punggung yang
dirasakan pada
saat menstruasi
akibat kontraksi
miometrium yang
dirangsang oleh
hormon
prostaglandin
Air Air rebusan daun Lembar Pemberian Mengkonsumsi
rebusan pepaya yang Observasi air rebusan air rebusan
daun terdiri dari 10 daun daun pepaya
pepaya gram daun pepaya 1
pepaya, 250 ml kali selama
air, ¼ sendok teh penelitian
garam, direbus
hingga air tersisa
setengahnya (125
ml) yang
diberikan saat
nyeri menstruasi
dalam 24 jam
pertama
menstruasi
G. Hipotesis Penelitian

Ha:

Ada pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap penurunan tingkat nyeri

dismenore primer pada mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes Padang tahun

2019.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Metode penelitian ini merupakan penelitian pra eskperimen. Desain ini

tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada

saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Situasi

penelitian merupakan variabel eksperimen yang diberikan intervensi yaitu

air rebusan daun pepaya.34

Rancangan yang digunakan yaitu One group Pretest Posttest design.

Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi paling

tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan

menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen

(program). Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:34

Pretest intervensi posttest

01 X 02

Gambar 3.1
One Group Pretest Posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Asrama Poltekkes Kemenkes

Padang.Waktu penelitian adalah bulan Agustus 2018 - April

2019.Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari - Februari 2019.


C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswi asrama Poltekkes

Kemenkes Padang yang berjumlah 137 orang.Teknik pengambilan sampel

dilakukan secara purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.34

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswi yang mengalami menstruasi teratur 1 bulan sekali.

2. Mahasiswi yang mengalami nyeri sedang-berat dengan rentang umur 18-

20 tahun.

3. Bersedia untuk tidak menggunakan obat penurun nyeri menstruasi (terapi

farmakologi) ataupun terapi non farmakologi lainnya, selain terapi yang

ditetapkan peneliti selama waktu penilaian dismenore.

4. Bersedia menjadi responden penelitian.

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah mahasisiwi yang memiliki alergi

terhadap bahan-bahan organik.

Berdasarkan Rumus Roscoe, untuk penelitian eksperimen yang

sederhana, maka jumlah anggota sampel masing-masing kelompok antara 10-

20.35Berdasarkan hal tersebut maka penelitian mengambil jumlah sampel

dalam penelitian ini sebanyak 20 orang.

Untuk menghindari drop out atau subjek yang tidak taat, maka peneliti

melakukan koreksi terhadap besar sampel,dengan menambahkan sejumlah

subjek agar besar sampel tetap terpenuhi dengan perkiraan proporsi drop

out10 %.
Drop out : 10/100 x 20 = 2

Jadi sampel cadangan untuk penelitian ini sebanyak 2 orang.

D. Jenis Pengumpulan Data

a. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung didapat dari

responden melalui lembar observasi pengukuran intensitas nyeri sebelum

diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi pada mahasiswi

asrama Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data jumlah mahasiswi dari

pencatatan dan pelaporan mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes Padang

tahun 2019.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data untuk mengukur derajat dismenore menggunakan

Numeric Rating Scale (NRS).Numeric Rating Scale adalah pengukuran skala

nyeri yang di mulai dari angka 0-10. Angka 0 berarti tidak ada keluhan nyeri

menstruasi/ kram pada perut bagian bawah, angka 1-3 berarti nyeri ringan,

angka 4-6 berarti nyeri sedang, dan angka 7-10 berarti nyeri berat. NRS sudah

teruji validitas dan reliabilitasnya berdasarkan hasil penelitian Flaherty (2008)

didapatkan nilai validitas 0,56-0,90, dan nilai konsistensi interval dengan

menggunakan Alpha-Cronbach didapatkan 0,75-0,89 (reliabel). Penggunaan

NRS setelah diuji oleh peneliti didapatkan deskripsi nyeri mudah dan jelas

diinterpretasikan oleh responden.6


F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Peneliti melakukan pertemuan dengan mahasisiwi asrama Poltekkes

Kemenkes Padang yang mengalami dismenore dan melakukan pemilihan

sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pada saat pertemuan

peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian serta meminta

persetujuan dari calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.

2. Memberikan informed consent kepada responden.

3. Peneliti mengingatkan kembali responden melalui pesan whatsApp untuk

memberitahu peneliti jika responden mengalami menstruasi hari pertama,

maka peneliti langsung menemui responden di asrama untuk melakukan

intervensi.

4. Mengukur tingkat nyeri menstruasi responden sebelum intervensi dengan

mengisi form Numeric Rating Scale.

5. Melakukan intervensi pada saat responden mengalami nyeri menstruasi

dengan memberikan air rebusan daun pepaya. Air rebusan daun pepaya

yang diberikan terdiri dari 10 gram daun pepaya, 250 ml air, ¼ sendok teh

garam, direbus hingga air tersisa setengahnya (125 ml).

6. 30 menit setelah intervensi, peneliti mengukur kembali tingkat nyeri

menstruasi responden dengan mengisi form Numeric Rating Scale.

Berikut tanggal intervensi yang dilakukan:

1) Tanggal 21 Januari 2019 sebanyak 2 orang

2) Tanggal 23 Januari 2019 sebanyak 2 orang

3) Tanggal 25 Januari 2019 sebanyak 1 orang

4) Tanggal 26 Januari 2019 sebanyak 1 orang


5) Tanggal 29 Januari 2019 sebanyak 1 orang

6) Tanggal 1 Februari 2019 sebanyak 1 orang

7) Tanggal 2 Februari 2019 sebanyak 1 orang

8) Tanggal 4 Februari 2019 sebanyak 1 orang

9) Tanggal 7 Februari 2019 sebanyak 1 orang

10) Tanggal 8 Februari 2019 sebanyak 1 orang

11) Tanggal 9 Februari 2019 sebanyak 1 orang

12) Tanggal 12 Februari 2019 sebanyak 3 orang

13) Tanggal 13 Februari 2019 sebanyak 1 orang

14) Tanggal 14 Februari 2019 sebanyak 1 orang

15) Tanggal 16 Februari 2019 sebanyak 2 orang

7. Melakukan perekapan data, pengolahan data, penarikan kesimpulan dan

pendokumentasian hasil penelitian.

Untuk mengurangi bias dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan hal-hal

sebagai berikut :

1. Peneliti melakukan sendiri intervensi pemberian air rebusan daun pepaya.

2. Peneliti melakukan kontrak dengan responden untuk tidak menggunakan

obat analgesik saat mengalami dismenore selama penelitian berlangsung.

3. Peneliti meminta responden untuk menghubungi peneliti ketika responden

mengalami menstruasi.

4. Peneliti meminta responden untuk tidak melakukan tindakan apapun seperti

senam, olahraga, ataupun kompres hangat/dingin, selama mengalami

dismenore.
G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data penelitian, dengan

langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing

Editing atau pemeriksaan data pada saat penelitian dilakukan setelah

responden memenuhi jumlah yang ditentuakan dan semua data sudah

didapatkan.Editing yang dilakukan saat penelitian yaitu dengan memeriksa

kebenaran lembar observasi yang sudah diisi oleh responden.

2. Coding (pemberian kode data)

Pada saat penelitian pengkodean dalam pengolahan data tidak dilakukan

karena data tidak perlu dikategorikan.

3. Entry (memasukkan data)

Memasukkan data responden kedalam program software computer

menggunakan program SPSS.

4. Cleaning (Pembersihan data)

Cleaning atau pembersihan data pada penelitian ini adalah dengan

melakukan cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan atau ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

5. Tabulating

Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pentabulasian data

dengan membuat tabel distribusi frekuensi masing-masing variabel.


H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan median intensitas

nyeri dismenore primer sebelum dan sesudah mengkonsumsi air rebusan

daun pepaya.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel. Uji

normalitas yang digunakan adalah Shapiro Wilk (sampel < 50), jika data

berdistribusi normal maka analisis data yang digunakan yaitu uji t dependen,

namun jika data berdistribusi tidak normal maka analisis data yang

digunakan yaitu uji Wilcoxon.

Analisis bivariat dilakukan secara komputerisasi dengan batas

kemaknaan 5% (α = 0,05) bila nilai p0,05 maka ada pengaruh antar

variabel atau air rebusan daun pepaya efektif dalam menurunkan nyeri

menstruasi. Bila nilai p>0,05 maka air rebusan daun pepaya tidak efektif

dalam menurunkan nyeri menstruasi.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Usia Menarche

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswi Asrama Poltekkes

Kemenkes Padang yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil

penelitian, karakteristik responden berdasarkanusiamenarche dapat

dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Mahasiswi Asrama Poltekkes Kemenkes
Padang Berdasarkan Usia Menarche Tahun 2019

No Usia Menarche f %
1 <12 tahun 3 15
2 12-15 tahun 15 75
3 >15 tahun 2 10
Total 20 100

Tabel 4.1. didapatkan hasil bahwa dari 20 responden, 15

responden (75%) menarche di usia 12-15 tahun.

b. Lama Menstruasi

Karakteristik responden berdasarkan lama menstruasi dapat dilihat

pada tabel 4.2:


Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Mahasiswi Asrama Poltekkes Kemenkes
Padang Berdasarkan Lama Menstruasi Tahun 2019

Lama
No f %
Menstruasi
1 7 hari 16 80
2 >7 hari 4 20
Total 20 100

Tabel 4.2. didapatkan hasil bahwa dari 20 responden, 16 responden

(80%) menstruasi kurang dari 7 hari.

2. Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Pemberian Air


Rebusan Daun Pepaya

Gambaran tingkat nyeri dismenore primer sebelum pemberian air

rebusan daun pepaya dapat dilihat pada tabel 4.3:

Tabel 4.3
Rerata Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Pemberian Air
Rebusan Daun Pepaya Pada Mahasiswi Asrama Poltekkes
Kemenkes Padang Tahun 2019

Standar
Variabel N Rerata Median (Min-Max)
Deviasi
Sebelum Pemberian Air
20 5,60 1,314 5,50 (4-8)
Rebusan Daun Pepaya

Berdasarkan tabel 4.3. didapatkan hasil analisis data dari 20 responden

didapatkan median tingkat nyeri sebelum diberikan air rebusan daun

pepaya adalah 5,50. Tingkat nyeri terendah (nilai minimum) adalah 4

dan tingkat nyeri tertinggi (nilai maksimum) adalah 8.

3. Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sesudah Pemberian Air


Rebusan Daun Pepaya
Gambaran tingkat nyeri dismenore primer sesudah pemberian air

rebusan daun pepaya dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4
Rerata Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Pemberian Air
Rebusan Daun Pepaya Pada Mahasiswi Asrama Poltekkes
Kemenkes Padang Tahun 2019

Standar
Variabel N Rerata Median (Min-Max)
Deviasi
Sesudah Pemberian Air
20 1,95 1,432 2,00 (0-4)
Rebusan Daun Pepaya

Berdasarkan tabel 4.4. didapatkan hasil analisis data dari 20

responden didapatkan median tingkat nyeri sesudah pemberian air

rebusan daun pepaya adalah 2,00. Tingkat nyeri terendah (nilai

minimum) adalah 0 dan tingkat nyeri tertinggi (nilai maksimum)

adalah 4.

4. Perbedaan Median Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Dan


Sesudah Pemberian Air Rebusan Daun Pepaya

Perbedaan tingkat nyeri menstruasi sebelum dan sesudah pemberian air

rebusan daun pepaya dapat dilihat pada gambar 4.1

9
8
7
6
skala nyeri haid
5
sebelum intervensi
4
skala nyeri haid
3
sesudah intervensi
2
1
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
Gambar 4.1
Grafik Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum
Dengan Sesudah Pemberian Air Rebusan Daun Pepaya

Berdasarkan gambar 4.1 rata-rata responden mengalami penurunan

nyeri menstruasi setelah pemberian air rebusan daun pepaya. Sebanyak

2 responden mengalami penurunan nyeri menstruasi sebesar 2 skala, 5

responden mengalami penurunan nyeri menstruasi sebesar 3 skala, 11

responden mengalami penurunan nyeri menstruasi sebesar 4 skala, dan

2 responden mengalami penurunan nyeri menstruasi sebesar 5 skala.

Perbedaan median tingkat nyeri dismenore primer sebelum dan

sesudah pemberian air rebusan daun pepaya dapat dilihat pada tabel

4.5:

Tabel 4.5
Perbedaan Median Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Dan
Sesudah Pemberian Air Rebusan Daun Pepaya Pada Mahasiswi
Asrama Poltekkes Kemenkes Padang Tahun 2019

Standar Median
variabel n rerata p value
Deviasi (Min-Max)
Pre test 20 5,60 1,314 5,50 (4-8)
0,000
Post test 20 1,95 1,432 2,00 (0-4)

Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa rerata tingkat nyeri

dismenore primer sebelum diberi intervensi yaitu 5,60 dan setelah diberi

intervensi yaitu 1,95. Nilai median sebelum intervensi 5,50 dan sesudah

intervensi 2,00. Nilai minimum sebelum intervensi berada pada skala 4

dan mengalami penurunan skala nyeri minimum sesudah intervensi

menjadi skala 0 serta nilai maksimum sebelum intervensi berada pada

skala 8 dan mengalami penurunan skala nyeri maksimum sesudah


intervensi menjadi 4. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 (p value

<0,05), maka dapat disimpulkan ada pengaruh air rebusan daun pepaya

terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore primer pada mahasiswi

asrama Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

B. Pembahasan

1. Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sebelum Pemberian Air


Rebusan Daun Pepaya

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, 20 orang mahasiswi

asrama Poltekkes Kemenkes Padang yang diberi minuman air rebusan

daun pepaya untuk mengurangi nyeri menstruasi. Sebelum diberikan

air rebusan daun pepaya didapatkan hasil bahwa 15 responden (75%)

mengalami nyeri sedang dan 5 responden (25%) mengalami nyeri

berat. Median tingkat nyeri dismenore primer responden sebelum

diberi air rebusan daun pepaya yaitu 5,50 dengan nilai mininum

dismenore yaitu 4 (nyeri sedang) dan nilai maksimum dismenore yaitu

8 (nyeri berat).

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashra dan

Lisdawati pada tahun 2014 di Bukittinggi dari 10 responden

didapatkan rerata nyeri dismenore sebelum intervensi adalah 5,93

sedangkan rerata nyeri dismenore sesudah intervensi adalah 4,00.12

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Heny Ekawati pada tahun

2015 di Madrasah Diniyyah Tarbiyatul Ulum Wustho Pilang Laren

Lamongan didapatkan bahwa sebelum intervensi sebagian besar

responden mengalami nyeri sedang, sedangkan setelah diberikan


intervensi yaitu air rebusan daun pepaya sebagian besar responden

mengalami nyeri ringan.10

Nyeri menstruasi merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi

nyeri dari bagian perut menjalar ke daerah pinggang dan paha,

terkadang disertai dengan pusing, mual dan muntah, diare, sakit

kepala, emosi labil, bahkan pingsan sehingga memaksa penderita

untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau aktivitas rutinnya

sehari-hari selama beberapa jam atau beberapa hari.3,16

Ada beberapa faktor penyebab dismenore primer diantaranya:

faktor endokrin, faktor psikis/ kejiwaan, kelainan organik, faktor

konstitusi dan faktor alergi. Menurut asumsi peneliti, nyeri menstruasi

pada remaja berhubungan dengan salah satu faktor yaitu faktor psikis/

kejiwaan. Masa remaja merupakan masa mencari jati diri dan juga

pada masa ini emosional cenderung tidak stabil dan stres meningkat,

apalagi jika mereka tidak mendapat informasi yang baik tentang proses

menstruasi dan cara penanganan, hal ini yang menyebabkan remaja

lebih cenderung mengalami nyeri menstruasi.

Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas

melepaskan prostaglandin. Prostaglandin merangsang otot uterus

(rahim) dan memengaruhi pembuluh darah yang menyebabkan iskemia

uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokontriksi yang

menyebabkan terjadinya metabolik anaerob dan menstimulasi neuron

nyeri tipe C sehinga menimbulkan nyeri. Peningkatan prostaglandin di

endometrium yang mengikuti penurunan progesteron pada akhir fase


luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi

uterus yang berlebihan. Prostaglandin juga bekerja di seluruh tubuh,

hal ini yang menjelaskan mengapa ada gejala-gejala yang menyertai

nyeri saat menstruasi. Peningkatan kadar prostaglandin ini terutama

terjadi selama 2 hari pertama menstruasi.16

Ada beberapa faktor resiko timbulnya nyeri menstruasi, yaitu

menstruasi pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun),

durasi menstruasi yang panjang, ada faktor penyebab lain seperti darah

menstruasi yang banyak, wanita yang belum pernah melahirkan

(nullipara), anemia, riwayat nyeri menstruasi pada keluarga, obesitas

dan merokok.

Faktor resiko dismenore pada penelitian ini ialah durasi

menstruasi yang panjang. Dari hasil penelitian didapatkan responden

yang lama menstruasi  7 hari sebanyak 16 responden (80%) dan

responden yang lama menstruasi >7 hari sebanyak 4 responden (20%).

Rata-rata pada penelitian ini responden yang mengalami nyeri

menstruasi kategori berat memiliki lama menstruasi lebih dari 7 hari.

Sejalan dengan penelitian Tia Martha, dkk (2016) di Purwokerto

didapatkan hasil bahwa sebanyak 38 responden dengan lama

menstruasi > 7 hari dan 19 responden dengan lama menstruasi  7

hari.Durasi menstruasi berhubungan secara signifikan terhadap

kejadian dismenore. Semakin lama menstruasi terjadi maka kontraksi

uterus lebih sering dan semakin banyak prostaglandin yang


dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan dapat

menimbulkan rasa nyeri saat menstruasi.36

Menurut asumsi peneliti ada faktor lain dari penyebab dismenore

selain darimenarche di usia dini dan durasi menstruasi, karena pada

penelitian ini dari 20 responden yang mengalami menarche<12 tahun

lebih sedikit dari responden yang menarche>12 tahun, begitu juga

responden yang mengalami dismenore mengalami durasi menstruasi

<7 hari lebih banyak dari responden yang mengalami durasi

menstruasi >7 hari. Hal ini mungkin dikarenakan adanya faktor lain

penyebab dari dismenore primer yaitu adanya gangguan psikis atau

faktor kejiwaan seperti emosional yang tidak stabil, rasa bersalah, stres

dan banyaknya aktifitas.

2. Tingkat Nyeri Dismenore Primer Sesudah Pemberian Air


Rebusan Daun Pepaya

Setelah diberikan intervensi berupa pemberian air rebusan daun

pepaya terhadap 20 responden, tingkat nyeri menstruasi mengalami

penurunan. Median tingkat nyeri dismenore primer responden sesudah

diberi air rebusan daun pepaya yaitu 2,00 dengan nilai rerata 1,95.

Nilai mininum dismenore yaitu 0 (tidak nyeri) dan nilai maksimum

dismenore yaitu 4 (nyeri sedang).

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashra dan

Lisdawati (2014) di Bukittinggi tentang pengaruh terapi daun pepaya

terhadap penurunan tingkat dismenore pada remaja putri di Pesantren

Mualimin Sawah Dangka, didapatkan hasil yang mengalami nyeri

ringan sebanyak 6 responden (42,85%), nyeri sedang sebanyak 7


responden (50%), dan 1 responden (7,15%) nyeri berat.12 Pada

penelitian Heny Ekawati (2015) setelah diberikan daun pepaya

didapatkan bahwa sebagian besar responden (53,3%) mengalami nyeri

ringan dan tidak ada responden yang mengalami nyeri berat.10

Penanganan dismenore primer dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu cara farmakologi dan non farmakologi. Penanganan dengan cara

farmakologi menggunakan obat-obatan, diantaranya pereda nyeri

(analgesik), golongan Anti Inflammation Non Steroid (AINS), dan

adakalanya digunakan kombinasi pereda nyeri dengan caffeine.

Sedangkan penanganan dengan cara non farmakologi diantaranya

pengobatan herbal, akupuntur, relaksasi (yoga), latihan aerobik,

hipnoterapi, kompres hangat, pijat, tidur yang cukup dan mengatur

pola makan.3,16

Salah satu cara penanganan dismenore primer dengan cara non

farmakologi adalah pengobatan herbal, salah satunya dengan air

rebusan daun pepaya. Dalam daun pepaya terdapat kandungan

flavonoid, enzim papain dan vitamin E yang dapat mengatasi nyeri

menstruasi. Senyawa flavonoid memiliki aktivitas anti peradangan

yang dapat menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase

sehingga menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase yang

pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin dan leukotrin.

Flavonoid juga menghambat pengeluaran sitokin, radikal bebas, serta

enzim yang berperan dalam peradangan. Enzim papain pada daun

pepaya juga memiliki aktivitas sebagai analgesik dan anti inflamasi.


Begitu juga dengan vitamin E akan menekan metabolisme dari asam

arakidonat dan akhirnya menghambat produksi prostaglandin,

sebaliknya vitamin E akan meningkatkan produksi prostasiklin dan

PGE2 yang bisa merelaksasi oto polos uterus.10,32,33

Menurut asumsi peneliti, pengobatan secara farmakologi (obat-

obatan) memang terbukti ampuh dalam pengobatan dismenore jika

pemakaiannya sesuai petunjuk obat dan resep dokter. Namun

mengkonsumsi obat yang terlalu lama dan terlalu sering dapat

menimbulkan ketergantungan dan efek samping lainnya seperti mual,

sakit kepala, iritasi lambung, diare, resiko kanker atau keganasan

lainnya.

Menurut asumsi peneliti, kesediaan responden untuk ikut dalam

penelitian ini yaitu keterbatasan pengetahuan responden mengenai

kesehatan reproduksi terutama penanganan nyeri menstruasi secara

non farmakologi menggunakan air rebusan daun pepaya. Pada

penelitian ini semua responden dapat mengikuti ntervensi dengan baik

walaupun beberapa responden ada yang tidak menyukai daun pepaya

karena rasanya yang pahit.

Pada penelitian ini, terjadi penurunan dari tingkat berat nyeri

menstruasi sebelum intervesi menjadi tingkat sedang, ringan dan

bahkan tidak nyeri sesudah intervensi. Kandungan yang ada pada daun

pepaya akan mengurangi ketegangan pada perut dan meningkatkan

rasa nyaman. Dengan adanya penurunan tingkat nyeri menstruasi

setelah diberi air rebusan daun pepaya maka daun pepaya dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi

dismenore secara alami.

3. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Pepaya Terhadap


Tingkat Nyeri Dismenore Primer

Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh pemberian air rebusan

daun pepaya karena terjadi penurunan rerata skala nyeri dari 5,60

sebelum intervensi menjadi 1,95 sesudah intervensi pemberian air

rebusan daun pepaya. Sesuai dengan tabel 4.5. Menggunakan uji

Wilcoxon menunjukkan hasil p = 0,000 (α = 0,05), berarti nilai p  α

(0,05) artinya Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh

air rebusan daun pepaya terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore

primer pada mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes Padang.

Sejalan dengan penelitian Ashra dan Lisdawati tahun 2014 tentang

pengaruh terapi daun pepaya terhadap penurunan tingkat dismenore

pada remaja putri, dari 14 responden didapatkan hasil uji statistik

menggunakan paired t-test diperoleh p value = 0,000 (α = 0,05), yang

berarti p value lebih kecil dari α. Dari hasil tersebut ada perbedaan

rerata tingkat dismenore sebelum dan sesudah diberikan intervensi

terapi daun pepaya. Dapat disimpulkan ada pengaruh terapi daun

pepaya terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore pada remaja

putri.12

Penelitian yang dilakukan oleh Ekawati (2015) tentang

pengaruh pemberian daun pepaya terhadap penurunan nyeri menstruasi

pada remaja putri di Madrasah Diniyah Tarbiyatul Ulum Wustho

Pilang Laren Lamongan dari 30 responden yang terbagi ke dalam


kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Responden pada

kelompok intervensi hampir seluruhnya mengalami penurunan tingkat

nyeri menstruasi dengan skala nyeri lebih rendah dari pada kelompok

kontrol. Hasil uji statistik menggunakan uji T sampel independen

didapatkan hasil nilai t = 7,514 dan p = 0,000 dimana p<0,05 maka H0

ditolak artinya terdapat pengaruh pemberian daun pepaya terhadap

penurunan nyeri menstruasi pada remaja putri di Madrasah Diniyah

Tarbiyatul Ulum Wustho Pilang Laren Lamongan.10

Dismenore merupakan nyeri pada daerah panggul akibat

menstruasi dan produksi zat prostaglandin. Daun pepaya mengatasi

nyeri dismenore dengan cara menghambat kerja enzim didalam siklus

cyclooxygenase-2 (COX-2) dan lypooxygenase sehingga dapat

menghambat pelepasan enzim tersebut menuju prostaglandin yang

menyebabkan terjadinya iskemia.3,32

Senyawa yang terkandung dalam daun pepaya yang berperan

untuk mengatasi dismenore ialah flavonoid, enzim papain dan vitamin

E. Senyawa tersebut akan menghambat pelepasan arakidonat dan

memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase. Terhambatnya

pelepasan asam arakidonat akan menyebabkan kurang tersedianya

substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase

yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin dan leukotrin.

Selain menghambat prostaglandin, vitamin E pada daun pepaya akan

meningkatkan produksi prostasiklin yang bisa merelaksasi otot polos

sehingga mengurangi nyeri menstruasi.


Kandungan triterpenoid dalam daun pepaya dapat memberikan

efek hangat dan nyaman dalam tubuh. Efek hangat berfungsi

mengatasi iskemia uteri dengan menurunkan kontraksi otot dan

melancarkan pembuluh darah, sehingga mengurangi ketegangan dan

meningkatkan rasa nyaman. Secara fisiologis respon tubuh terhadap

hangat atau panas adalah menyebabkan pelebaran pembuluh darah

yang menyempit akibat prostaglandin yang merangsang otot uterus

berkontraksi, sehingga suplai darah ke miometrium dapat meningkat

kembali dan tercukupi, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan

metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabiltas kapiler.16,38

Kandungan lain seperti tannin dan alkaloid memiliki kemampuan

sebagai analgesik.30,32,33

Penelitian ini di mulai dari melakukan penghitungan median tingkat

nyeri dismenore sebelum intervensi, setelah itu melakukan intervensi

yaitu pemberian air rebusan daun pepaya pada saat responden

mengalami dismenore. Air rebusan daun pepaya diberikan pada hari

pertama menstruasi. Kemudian dilakukan penghitungan rrata dan

median tingkat nyeri dismenore setelah intervensi tersebut. Hasil yang

didapatkan yaitu air rebusan daun pepaya terbukti dapat mengurangi

nyeri menstruasi pada dismenore primer.

Menurut asumsi peneliti,beberapa responden mengakui saat meminum

air rebusan daun pepaya rasanya pahit, namun kandungan atau zat

yang ada dalam daun pepaya menimbulkan rasa hangat dan nyaman di

perut sesudah mengkonsumsinya serta memberikan efek ketenangan


pada tubuh responden.Oleh karena itu air rebusan daun pepaya

diharapkan dapat menjadi alternatif bagi petugas kesehatan dalam

mengatasi dismenore yang sering dirasakan oleh perempuan

khususnya bagi mahasiswi asrama.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan one group pretest posttest design,

dimana penelitian ini hanya menggunakan kelompok intervensi. Pada

penelitian ini tidak ada kelompok pembanding atau kelompok kontrol

sehingga tidak terlihat perubahan pada penelitian ini, apakah hasil

perubahan murni karena intervensi yang diberikan atau ada faktor lain

yang menyebabkan adanya perubahan.

Keterbatasan melakukan penelitian ini adalah dalam melakukan

intervensi, responden ada yang tidak menyukai air rebusan daun pepaya,

namun responden tetap berpartisipasi dalam penelitian. Kemudian dalam

proses penilaian intervensi, responden dalam kondisi yang bermacam-

macam pula. Ada responden yang duduk tegap, duduk bersandar,

berbaring, pengalihan perhatian dengan diajak berbicara dan ada

responden yang hanya diam, sehingga penyerapannya ada yang cepat dan

ada yang lambat. Ini memungkinkan terjadinya bias dalam penelitian.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analsis dan pembahasan maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai median tingkat nyeri dismenore primer sebelum diberikan air

rebusan daun pepaya pada mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes

Padang tahun 2019 adalah 5,50.

2. Nilai median tingkat nyeri dismenore primer sesudah diberikan air

rebusan daun pepaya pada mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes

Padang tahun 2019 adalah 2,00.

3. Terdapat perbedaan nilai median tingkat nyeri dismenore primer

sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun pepaya pada

mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019 dengan

nilai p value = 0,000, artinya ada pengaruh air rebusan daun pepaya

terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore primer pada mahasiswi

asrama Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini peneliti mempunyai beberapa saran yaitu

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat lebih menyempurnakan

penelitian ini dengan cara membandingkan dengan variabel lain seperti


jahe, serai dan bahan lainnya. Kemudian menambah kelompok kontrol

agar dapat melihat secara murni pengaruhnya.

2. Bagi lokasi tempat penelitian

Diharapkan bagi tempat penelitian, daun pepaya dapat menjadi

alternatif pilihan untuk mengatasi dismenore primer sehingga tidak

menggangu aktifitas sehari-hari.

3. Bagi tenaga kesehatan

Diharapakan pada bidan atau tenaga kesehatan lain agar dapat

mendukung dan memotivasi remaja putri untuk melakukan

penanganan nyeri haid dengan cara non farmakologi salah satunya

dengan memberikan air rebusan daun pepaya.

4. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan agar penelitian ini dapat menjadi

bahan masukan dan referensi tambahan serta mencari dan menggali

lebih lanjut tentang pengaruh air rebusan daun pepaya terhadap

penurunan tingkat nyeri dismenore primer.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kumalasari, Intan Andhyantoro, Iwan. Kesehatan Reproduksi Untuk


Mahasiswa dan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika; 2012.

2. Jones D. Setiap Wanita. Jakarta : Delapratasa Publishing; 2009.

3. Proverawati, Atikah dkk. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.


Yogyakarta : Nuha Medika; 2009.

4. Azida, dkk. Kejadian Dismenore pada Mahasiswi dengan Anemia.


Jurnal Kesehatan Vol 1, No. 3; 2018.

5. Ismail, Indria, dkk. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian


Dismenorea pada Mahasiswi Semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Ejurnal Keperawatan. 2015; 3 (2) Available at
:https://media.neliti.com/media/publications/112337-ID-hubungan-tingkat-
stres-dengan-kejadian-d.pdf. Diakses tanggal 20 Agustus 2018.

6. Ningsih, Ratna. Efektivitas Paket Pereda terhadap Intensitas Nyeri


pada Remaja dengan Dismenore di SMAN Kecamatan Curup [tesis].
Jakarta : Universitas Indonesia; 2011.

7. Nelwati. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menstruasi dengan


Derajat Dismenore pada Siswi Sekolah Menengah Atas di Padang
tahun 2015.Padang: Jurnal Keperawatan Indonesia. 2016; 10 (1) : 1-4.
Available at :http://jki.ui.ac.id/index.php/jki. Diakses tanggal 20 Agustus
2018.

8. Abidah SN, et al. Effect of Carica Papaya L Leaf on Menstrual Pain and
Prostaglandin Level in Adolescent with Primary Dysmenorrhea: A True
Experiment. Belitung Nursing Journal. 2017; 3 (3) : 198-204. Available at
:http://www.belitungraya.org/BRP/index.php/bnj.Diakses tanggal 18
Agustus 2018.

9. Lasarus, Agnesi, dkk. Uji Efek Analgesik Ekstrak Daun Pepaya (Carica
Papaya L) pada Mencit (Mus Musculus). Available at
:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php. Diakses tanggal 16 Agustus 2018.

10. Ekawati, Heny. Pengaruh Pemberian Daun Pepaya (Carica Papaya


Linn) terhadap Penurunan Nyeri Haid pada Remaja Putri di
Madrasah Diniyyah Tarbiyatul Ulum Wustho Pilang Laren
Lamongan. Jurnal. 2016. Available at :http://jurnal.stikesmuhla.ac.id.
Diakses 16 Agustus 2018.
11. Saparinto, Cahyo. Grow Your Own Medical Plant. Yogyakarta : Lily
Publisher; 2017.

12. Ashra F, Lisdawati. Pengaruh Terapi Daun Pepaya terhadap


Penurunan Tingkat Dismenore pada Remaja Putri Pesantren
Mualimin Sawah Dangka Bukittinggi tahun 2014. Jurnal Kesehatan
STIKes Prima Nusantara Bukittinggi. 2015; 6 (1) Available at
:http://download.portalgaruda.org/article.php. Diakses tanggal 17 Agustus
2018.

13. Nugroho, Taufan. Obstetri dan Ginekolgi untuk Kebidanan dan


Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika; 2012.

14. Nugroho, Bobby Indra. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta : Nuha Medika; 2014.

15. Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC;


2009.

16. Anurogo, Ari Wulandari. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta
: Andi Offset; 2011.

17. Judha Mohamad. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan.


Yogyakarta : Nuha Medika; 2012.

18. Prawirohardjo. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka; 2014.

19. Swarihadiyanti, Ratih. Pengaruh pemberian terapi music instrumental


dan music klasik terhadap nyeri saat wound care pasien post op di
ruang mawar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Jurnal.
2014 Available at :stikeskusumahusada.ac.id.Diakses tanggal 30 Oktober
2018.
20. Sober. Sukses Bertanam Pepaya Unggul Kualitas Supermarket. Jakarta :
Agromedia Pustaka; 2009.

21. Redaksi Agromedia. Buku Pintar Budidaya Tanaman Buah Unggul


Indonesia. Jakarta : Agromedia Pustaka; 2009.

22. Evira, desti. The Miracle of Fruits. Jakarta : Agromedia pustaka; 2013.

23. Hariana, Arief. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya.Jakarta : Penebar


Swadaya; 2013.

24. Nooryani, Sri. Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta : Macanan Jaya


Cemerlang; 2009.
25. Nuraini, Dini Nuris. Aneka Manfaat Biji-bijian. Yogyakarta : Gava
Media; 2011.

26. Saparinto, Cahyo. Grow Your Own Kitchen Spice. Yogyakarta : Liili
Publisher; 2015.

27. Putri, Uut Utami. Untung Besar dari Berkebun Pepaya. Jawa Barat :
Akar Publishing; 2016.

28. Nuraini, Dini Nuris. Aneka Daun Berkhasiat untuk Obat. Yogyakarta :
Gava Media; 2014.

29. A„yun et al. (2015). Analisis Fitokimia Daun Pepaya di Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Kendalpayak, Malang.

30. Saadah, Didien, dkk. Asam Jawa (Tamarindus Indica L) dan Intensitas
Nyeri Dismenorea Primer pada Remaja Putri. Jurnal Keperawatan
Terapan; 3 (2) : 57-63; 2017.

31. Prabantini, Dwi. Makanan dengan Kekuatan Dahsyat Menangkal


Kanker. Yogyakarta : Rapha Publishing; 2013.

32. Sabir, Ardo. Pemanfaatan Flavonoid di Bidang Kedokteran Gigi.


Majalah Kedokteran Gigi (Dental Jurnal) FKG Unair (Edisi Khusus
Timnas III). 2003; Vol 36 : 81-87 Available at :
https://www.academia.edu. Diakses tanggal 30 Agustus 2018.

33. Afrianti, Ria. 2014. Uji aktivitas analgetik ekstrak etanol daun pepaya
(carica papaya L) pada mencit putih jantan yang diinduksi asam
asetat 1%. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 2014; 1 (1) Available at
:jsfk.ffarmasi.unand.ac.id. Diakses tanggal 30 Agustus 2018.

34. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta; 2012.

35. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta; 2017.

36. Pundati, dkk. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Dismenore pada Mahasiswa Semester VIII Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto. Jurnal Kesmas Indonesia, 2016 vol 8 (1): 40-48
Available at http://jos.unsoed.ac.id. Diakses tanggal 17 Februari 2019.

37. Hidayati, dkk. 2016. Hubungan antara Asupan Kalsium dan Asupan
Zat Besi dengan Kejadian Dismenore pada Siswi di SMK Batik 2
Surakarta. Jurnal Kesehatan, 2016, vol 1 (2) Available at
:http://journals.ums.ac.id. Diakses tanggal 17 Februari 2019.
38. Biopharma Research Center. BCCS Herbal plants Collections
Temulawak.Bogor : Institut Pertanian Bogor; 2012.
LAMPIRAN B
LAMPIRAN D

PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada Yth.

Calon Responden Penelitian

Di

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi program studi

DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Padang akan mengadakan penelitian dengan

judul “Pengaruh Air Rebusan Daun Pepaya terhadap Penurunan Tingkat

Nyeri Dismenore Primer pada Mahasiswi Asrama Poltekkes Kemenkes

Padang tahun 2019”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan dan tidak akan menimbulkan kerugian bagi responden. Apabila

responden menyetujui maka dengan ini saya memohon kesediaan untuk

menandatangani lembar persetujuan. Atas kesediaannya sebagai responden saya

ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

VEBY SUNDARI
LAMPIRAN E

FORMAT PERSETUJUAN PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia ikut

berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh VEBY

SUNDARI (Mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes

Padang) yang berjudul “Pengaruh Air Rebusan Daun Pepaya terhadap

Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore Primer pada Mahasiswi Asrama

Poltekkes Kemenkes Padang Tahun 2019”.

Saya menyatakan bahwa saya SETUJU / TIDAK SETUJU penelitian ini

tidak akan berakibat negatif terhadap saya sehingga yang saya berikan adalah

sebenarnya. Demikianlah pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Yang membuat pernyataan

( )
LAMPIRAN F

PROSEDUR PENELITIAN

A. Sampel Penelitian

Mahasiswi asrama Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019 yang mengalami

dismenore primer.Sampel berjumlah 16 orang dan telah memenuhi kriteria

inklusi.

B. Waktu dan Lama Penelitian

Pemberian intervensi air rebusan daun pepaya ini dilakukan 1 kali selama

penelitian. Pemberian intervensi dilakukan pada 24 jam pertama menstruasi,

yaitu sampel yang mengalami dismenore pada hari pertama. Setelah 30 menit

mengkonsumsi air rebusan daun pepaya, peneliti akan melakukan pengukuran

kembali tingkat nyeri dismenore responden (pre dan post).

C. Prosedur Pelaksanaan

1. Peneliti dan responden selalu melakukan komunikasi melalui telepon dan

WhatsApp selama penelitian berlangsung, baik responden memberi kabar

kepada peneliti maupun peneliti selalu menanyakan perkembangan siklus

menstruasi responden.

2. Perlakuan diberlakukan sama pada setiap responden.

3. Pemberian air rebusan daun pepaya diberikan pada setiap responden yang

mengalami nyeri dismenore pada 24 jam pertama menstruasi.

4. Peneliti melakukan kontrak dengan responden untuk tidak menggunakan

obat analgesik saat mengalami dismenore selama penelitian berlangsung.


5. Peneliti meminta responden untuk tidak melakukan tindakan apapun

seperti senam, olahraga, ataupun kompres hangat/dingin, selama

mengalami disemenore.

6. Setelah menghabiskan air rebusan daun pepaya yang diberikan, peneliti

kembali melakukan pengukuran tingkat nyeri dismenore responden setelah

30 menit.

NO. PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN PEPAYA GAMBAR

1. Alat dan Bahan :

d. 1 lembar daun pepaya sedang (10 gram)

e. Air 250 ml

f. Garam halus ¼ sendok teh

g. Panci kecil

2. Cara Pembuatan :

 Daun pepaya dicuci

 Masukkan 1 lembar daun pepaya kampung


(10 gram) kedalam 250 ml air

 Rebus hingga air tersisa 125 ml

 Tambahkan ¼ sendok teh garam halus,

kemudian aduk

 Tuangkan kedalam gelas dan sajikan

 Air rebusan daun pepaya siap diberikan

kepada responden
LAMPIRAN G

SKALA PENGUKURAN INTENSITAS NYERI

(NUMERIC RATING SCALE)

Tanggal :

Nama Responden :

No. Responden :

Isilah data dengan item pertanyaan ini.

a. Data Demografi

1. Tanggal Lahir / Umur :

2. Jurusan / Tingkat :

3. No. Hp :

4. Asrama :

b. Karakteristik Menstruasi

1. Kapan haid pertama kali (Menarche)?

Usia : tahun

2. Berapa lama menstruasi saudara setiap bulannya?

………… hari
c. Pengkajian Tingkat Nyeri pada Dismenore Primer

1. Pretest

Petunjuk :

Lingkarilah (O) pada salah satu angka dibawah ini yang

menggambarkan tingkat nyeri yang saudara rasakan pada saat

mengalami nyeri haid (dismenore).


2. Posttest

Petunjuk :

Lingkarilah (O) pada salah satu angka dibawah ini yang

menggambarkan tingkat nyeri yang saudara rasakan pada saat

mengalami nyeri haid (dismenore).


Keterangan :

0 = Tidak ada keluhan nyeri haid/kram pada perut bagian bawah

1-3 = Nyeri ringan (terasa kram pada perut bagian bawah, masih dapat

ditahan, masih dapat melakukan aktivitas, masih dapat

berkonsentrasi dalam belajar)

4-6 = Nyeri sedang (terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri

menyebar ke pinggang, kurang nafusu makan, sebagian aktivitas

dapat terganggu, sulit/susah berkonsentrasi dalam belajar)

7-10 = Nyeri berat (terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri

menyebar ke pinggang, paha atau punggung, tidak ada nafsu

makan, mual, muntah, badan lemas, tidak kuat beraktivitas, tidak

dapat berkonsentrasi belajar, terkadang sampai pingsan


LAMPIRAN H

MASTER TABEL
Pengaruh Air rebusan Daun Pepaya Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore Primer
pada Mahasiswi Asrama Poltekkes Kemenkes Padang Tahun 2019

NO RESPONDEN INISIAL UMUR USIA MENARCHE LAMA HAID PRE TEST POST TEST
1 RP 20 14 7 4 0
2 L 19 12 10 6 3
3 HK 18 11 7 5 3
4 MM 19 14 7 6 2
5 F 19 17 8 8 3
6 MS 20 14 4 8 4
7 VM 18 13 7 4 0
8 DFA 19 13 8 5 1
9 CA 20 14 7 4 2
10 AAH 20 15 5 7 3
11 UAZ 20 16 6 6 3
12 AR 18 12 4 5 1
13 RR 19 11 7 6 2
14 NR 19 12 6 4 0
15 YM 19 13 7 5 0
16 FI 20 14 10 7 4
17 ZP 19 11 6 6 2
18 RPA 20 14 5 5 2
19 AF 18 12 6 7 4
20 RTU 19 15 7 4 0
Rerata 5.6 1.95
Median 5.5 2
LAMPIRAN I

1. Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pretest 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

posttest 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pretest .176 20 .105 .903 20 .046

posttest .168 20 .140 .886 20 .023

a. Lilliefors Significance Correction

pretest
posttest
2. Transformasi

Transformasi Lg 10

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

trans_pre 15 75.0% 5 25.0% 20 100.0%

trans_post 15 75.0% 5 25.0% 20 100.0%

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.


*
trans_pre .180 15 .200 .932 15 .289

trans_post .227 15 .036 .857 15 .022

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Transformasi Artan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

trans_pre2 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

trans_post2 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

trans_pre2 .187 20 .066 .888 20 .024

trans_post2 .324 20 .000 .725 20 .000

a. Lilliefors Significance Correction


3. Uji Wilcoxon

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
posttest - pretest Negative Ranks 20 10.50 210.00
b
Positive Ranks 0 .00 .00
c
Ties 0

Total 20

a. posttest < pretest

b. posttest > pretest

c. posttest = pretest

b
Test Statistics

posttest - pretest
a
Z -4.005

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Frequency Table
Pretest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 4 5 25.0 25.0 25.0

5 5 25.0 25.0 50.0

6 5 25.0 25.0 75.0

7 3 15.0 15.0 90.0

8 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


posttest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 5 25.0 25.0 25.0

1 2 10.0 10.0 35.0

2 5 25.0 25.0 60.0

3 5 25.0 25.0 85.0

4 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Statistic Std. Error


pretest Mean 5.60 .294
95% Confidence Interval for Lower Bound 4.99
Mean
Upper Bound 6.21
5% Trimmed Mean 5.56
Median 5.50
Variance 1.726
Std. Deviation 1.314
Minimum 4
Maximum 8
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness .377 .512
Kurtosis -.838 .992
posttest Mean 1.95 .320
95% Confidence Interval for Lower Bound 1.28
Mean
Upper Bound 2.62
5% Trimmed Mean 1.94
Median 2.00
Variance 2.050
Std. Deviation 1.432
Minimum 0
Maximum 4
Range 4
Interquartile Range 3
Skewness -.143 .512
Kurtosis -1.253 .992
LAMPIRAN J

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai