Anda di halaman 1dari 131

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK REMAJA DENGAN


ANEMIA DEFISIENSI BESI DI PUSKESMAS
NANGGALO KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

NAMIRA SYABADILLA
NIM :183110264

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK REMAJA DENGAN


ANEMIA DEFISIENSI BESI DI PUSKESMAS
NANGGALO KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Ahli Madya Keperawatan

NAMIRA SYABADILLA
NIM : 183110264

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
i
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah Swt peneliti ucapan, karena telah memberi
nikmat kesehatan, kekuatan, pikiran yang jernih dan keterbukaan hati sehingga
peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan pada Anak Remaja dengan Anemia Defisiensi Besi Di
Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2021”

Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Selama proses penyusunan KTI ini banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan
ini peneliti ingin pengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusnya
yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya dalam membimbing
peneliti dengan sabar dan penuh keikhlasan menyelesaikan KTI ini.

Selanjutnya peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing I dan ibu Dr.
Hj. Metri Lidya, S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan KTI ini.
2. Ibu Ns. Delima, S.Pd, M.Kes selaku penguji I dan ibu Ns. Hj. Tisnawati,
S.St, M.Kes selaku penguji II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk mengarahkan penelitian dalam menyelesaikan KTI
3. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Politeknik
Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreini, M.Kep, Sp. KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Padang Politeknik Kementrian Kesehatan RI Padang.
5. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep, Sp. Jiwa selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Padang Politeknik Kementrian Kesehatan RI Padang.
6. Bapak/ ibu staf Dinas Kesehatan Padang yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan

ii
Poltekkes Kemenkes Padang
7. Bapak/ibu staf Puskesmas Nanggalo Padang yang telah mengizinkan
untuk melakukan ujian akhir program studi D-III Keperawatan dan telah
banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan
8. Bapak Ibu dosen serta staf yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
9. Terkhusus kepada kedua orang tua peneliti serta seluruh keluarga atas jerih
payah, curahan kasih sayang, bantuan moril maupun material serta do‟a
yang tulus dan ikhlas demi kesuksesan peneliti

Akhir kata peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KTI ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Padang, Juni 2021

Peneliti

iii
Poltekkes Kemenkes Padang
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021


Namira Syabadilla

Asuhan keperawatan Pada Anak Remaja Dengan Anemia Defisiensi Besi di


Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2021

Isi : xii + 73 halaman + 1 tabel + 1 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Anemia adalah suatu kondisi jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia disebabkan oleh beberapa hal
antara lain, seperti asupan makanan yang rendah zat besi yang terdapat dalam
bentuk yang sulit untuk diserap, anemia juga mempengaruhi prestasi belajar
karena menurunnya konsentrasi. Remaja putri berisiko menderita anemia lebih
tinggi dari pada remaja putra. Data Kementrian Kesehatan RI (2018), menunjukan
bahwa prevelansi remaja Indonesia yang mengalami anemia tingkat ringan dan
berat adalah 25-40 persen. Tujuan penelitian mendiskripsikan asuhan
keperawatan pada anak remaja dengan anemia defisiensi besi di Wilayah
Puskesmas Nanggalo Padang.

Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus, dilakukan pada bulan
Januari 2021-Juni 2021 di Wilayah Puskesmas Nanggalo Padang. Subjek
penelitian 1 partisipan, dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Instrument pengumpulan data yang digunakan format pengkajian dan alat
pemeriksaan fisik. Metode pengumpulan data wawancara, observasi, studi
dokumentasi. Analisis dengan semua temuan pada tahapan proses keperawatan.

Hasil penelitian pada An. P yang berusia 16 tahun 1 bulan mengeluh kepala
pusing, nafsu makan berkurang, badan terasa lemah dan letih, wajah pucat Hb 8,9
g/dL mukosa bibir kering, bibir pucat, Diagnosa utama yang muncul pada An. P
yaitu perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin. Rencana keperawatan yaitu perawatan sirkulasi. Implementasi yang
dilakukan sesuai intervensi yang telah dirumuskan. Evaluasi keperawatan
didapatkan masih tampak pucat, nafsu makan meningkat, pola tidur teratur,
masalah teratasi sebagian diberikan rencana tindak lanjut dengan menjelaskan
tentang anemia defisiensi besi.

Hasil penelitian ini perlu diperhatikan untuk pemberian tablet Fe pada anak
remaja dengan anemia defisiensi besi

Kata Kunci : Anemia Defisiensi Besi, Asuhan Keperawatan


Daftar pustaka : 42 (2009-2020)

vi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
LEMBAR PESETUJUAN..................................................................................iv
LEMBAR ORIENTASI......................................................................................v
ABSTRAK..........................................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..............................................................................................ix
DAFTAR BAGAN.............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................8
C. Tujuan Penelitian....................................................................................8
D. Manfaat Penelitian..................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Anemia
1. Pengertian Remaja............................................................................10
2. Pengertian Anemia............................................................................10
3. Etiologi..............................................................................................11
4. Patofisiologi......................................................................................13
5. WOC.................................................................................................15
6. Manifestasi Klinis.............................................................................16
7. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................16
8. Penatalaksanaan................................................................................17
9. Pemeriksaan Penunjang....................................................................19
10. Komplikasi........................................................................................21
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Anemia
1. Pengkajian Keperawatan...................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................30
3. Intervensi Keperawatan.....................................................................30

vii
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi Keperawatan...............................................................35
5. Evaluasi Keperawatan.......................................................................35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian.....................................................................36
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................36
C. Populasi dan Sampel…...........................................................................37
D. Alat / Instrumen Pengumpulan Data…...................................................37
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data......................................................38
F. Prosedur Penelitian…..............................................................................41
G. Analisis....................................................................................................42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN KASUS


A. Deskripsi Kasus.....................................................................................43
B. Pembahasan Kasus.................................................................................51
a. Pengkajian Keperawatan.................................................................51
b. Diagnosa Keperawatan....................................................................52
c. Intervensi Keperawatan...................................................................56
d. Implementasi Keperawatan..............................................................60
e. Evaluasi Keperawatan......................................................................64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................67
B. Saran......................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................69
LAMPIRAN ...................................................................................................

viii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan………………………………………………

i
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR

Gambar 2.1 WOC Anemia………………………………………………

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR

Lampiran 1 Surat Izin Melakukan Survei Awal


Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi Poltekkes
kemenkes Lampiran 3 Surat Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Informed Consent
Lampiran 5 Hasil Pengkajian Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 7 Surat Tanda Selesai Melakukan
Penelitian

x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR RIWAYAT

Nama : Namira Syabadilla


Tempat/Tanggal Lahir : Padang/ 27 November 1999
Agama : Islam
Status : Belum Menikah

Alamat : Jl Kesehatan IX Blok B2 No 10 Komplek Depkes


Nama Orang Tua
Ayah : Syaiful
Ibu : Mardalena
Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Lulus


1. TK Raudhatul Iman 2005 – 2006
2. SD Negeri 11 Kp Jua 2006 – 2012
3. SMP Negeri 9 Padang 2012 – 2015
4. SMA Dian Andalas 2015 – 2018
5. Poltekkes Kemenkes RI Padang 2018 – 2021

xii

Poltekkes Kemenkes
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinyauntuk penyediaan oksigenasi bagi
jaringan tubuh. Anemia dapat di artikan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal.
(Nuniek Nizmah Fajriyah 2016)

World Health Organization (2017), menyebutkan anemia adalah suatu


kondisi jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis seseorang bervariasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok dan
tahap kehamilan.(Apriyanti 2019)

Anemia masih merupakah masalah kesehatan masyarakat yang banyak


terjadi dan terbesar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan
negara miskin, kejadian anemia banyak terjadi terutama pada usia remaja
baik kelompok pria ataupun wanita. Gangguan gizi pada usia remaja
sering terjadi di antaranya adalah kekurangan energi dan protein, anemia
gizi serta defisiensi berbagai macam vitamin. (Daris et al. 2013)

Prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Bandingan dengan


privalensi untuk balita yang sekitar 43%, anak usia sekolah 37%, pria
dewasa hanya 18%, dan wanita tidak hamil 33%, yang menyengsarakan
sekitar 44% wanita di seluruh negara sedangkan berkembang ( kisaran
angka 13,4-7,5% ). angkak tersebut terus membengkak hingga 74% yang
bergerak dari 13,4% ( Thailand ) ke 85,5% ( India ). (Sri Utami Arifin,
Nelly Mayulu 2013)

1
Poltekkes Kemenkes
2

World Health Organization( WHO ) dalam worldwide prevalence of


anemia pada tahun 2015 prevalensi anemia di dunia berkisar 40-80%. Di
Asia Tenggara, 25-40% remaja putri mengalami kejadian anemia tingkat
ringan dan berat. Jumlah penduduk usia remaja 10-19 tahun di Indonesi
sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (
Kemenkes, 2018 ).(Apriyanti 2019)

Kementerian kesehatan (2018) berdasarkan survey demografi dan


kesehatan Indonesia 2017, prevalensi anemia di antara anak umur 5-12 di
Indonesia adalah 26%, pada wanita umur 13-18 yaitu 23%. prevalensi
anemia pada pria lebih rendah di banding wanita yaitu 17% pada pria
berusia 13-18 tahun. (Apriyanti 2019)

Survey kesehatan rumah ( SKRT ) tahun 2016 menyatakan prevalensi


anemia pada remaja putri usia 5-12 tahun ialah 57,1%. Di Provinsi Riau,
Prevalensi yang mengalami anemianya 25,1% dan 19,4% berada pada usia
15-24 tahun. Angka kejadian anemia pada perempuan 18,1% dan laki-laki
7%. (Apriyanti 2019)

Data dari Sumatra Barat tahun 2007, 16,6% remaja putri mengalami
anemia. Berdasarkan penelitian wulandari tahun 2017 mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di
kelas XI di SMK N 4 Padang di dapatkan 52,6% mengalami anemia.
Penelitian Rina tahun 2012 sebanyak 50,8% siswi SLTP 03 dan 04 Sawah
Lunto mengalami anemia. Penelitian Wahyuni tahun 2017 pada remaja
putri di MAN 1 Model bukittinggi 31,2% mengalami anemia. Dari data-
data di atas, prevalensi anemia pada remaja putri beberapa daerah Provinsi
Sumatra Barat tergolong cukup tinggi, Rata-rata yang mengalami anemia
sebanyak 43,7% (Monica, 2019).

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi anemia salah satunya adalah


pengetahuan tentang anemia. Pengetahuan tentang anemia dan gizi yang

Poltekkes Kemenkes
3

rendah akan meningkatkan kejadian anemia pada remaja putri. Anemia


juga mempengaruhi prestasi belajar karena menurunnya konsentrasi.
Pengetahuan gizi yang tinggi diharapkan mengubah perilaku remaja dalam
memilih makanan yang bergizi sesuai dengan pola menu seimbang dan
kebutuhannya. Mereka sejak dini perlu diberikan pendidikan agar dapat
merubah kebiasaan makan yang salah agar tidak mengakibatkan timbulnya
masalah gizi (Sartika, Herwati, and Suryarinilsih 2019)

Di Indonesia banyak remaja yang tidak membiasakan sarapan dan kurang


mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi mencapai 50%, oleh
sebab itu remaja di Indonesia mudah menderita anemia. Kebiasaan yang
sering dilakukan oleh kebanyakan remaja baik remaja putra maupun
remaja putri mengkonsumsi makanan yang kurang bergizi misalnya
seperti: es, coklat, gorengan, permen dan makan tidak teratur karena
melakukan aktivitas belajar yang padat sering menyebabkan terjadi
gangguan pada pencernaan, sehingga proses penyerapan zat besi dalam
tubuh terganggu (Daris et al. 2013).

Remaja putri berisiko menderita anemia lebih tinggi daripada remaja


putra. Hal ini didasarkan pada kenyataan remaja putri sering melakukan
diet agar tubuh tetap langsing, tetapi tidak memperhitungkan kebutuhan
tubuh akan zat gizi, baik makro maupun mikro. Anemia terjadi karena
kekurangan zat besi dan asam folat (Nuniek Nizmah Fajriyah 2016).

Kekurangan zat gizi makro seperti : energi dan protein, serta kekurangan
zat gizi mikro seperti : zat besi (Fe), yodium dan vitamin A maka akan
menyebabkan anemia gizi, dimana zat gizi tersebut terutama zat besi (Fe)
merupakan salah satu dari unsur gizi sebagai komponen pembentukan
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (Restuti and Susindra 2016).

Penilaian status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat berupa antropometri,

Poltekkes Kemenkes
4

pemeriksaan secara klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian


status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survei
konsumsi makanan, melihat statistik vital dan faktor ekologi. Penilaian
status gizi dengan antropometri paling banyak atau sering dilakukan oleh
para peneliti karena lebih murah dan efisien, seperti mengukur tinggi
badan (TB), berat badan (BB), lingkaran lengan atas (LLA), lingkar kepala
(LK), lingkar dada (LD) dan tebal lemak bawah kulit (TLBK).

Anemia disebabkan oleh beberapa hal antara lain, seperti asupan makanan
yang rendah zat besi yang terdapat dalam bentuk yang sulit untuk diserap.
Dan saat kehilangan darah tubuh perlu memproduksi sel darah merah lebih
banyak dari biasanya, sehingga kebutuhan zat besi juga ikut meningkat.
Saat simpanan zat besi dalam tubuh sudah mualai habis dan penyerapan
zat besi pada makanan sedikit, tubuh akan mulai memproduksi sel darah
merah lebih sedikit dan mengandung hemoglobin yang lebih sedikit pula.
Hal inilah yang akhirnya menyebabkan anemia gizi besi, yang merupakan
penyebab anemia yang sering terjadi. (Subratha 2020)

Penyebab anemia utama dapat di kategorikan dalam kategori rendah :


kekurangan, atau produksi sel darah merah yang abnormal, pemecahan sel
darah merah yang berlebihan, dan hilangnya sel darah merah secara
berlebihan. Penyebab yang berkaitan dengan kurang gizi, dihubungkan
pada asupan makanan, kualitas makanan sanitasi dan perilaku kesehatan,
kondisi lingkungan sekitar, akses kepada pelayanan kesehatan, dan
kemiskinan.(Subratha 2020)

Penelitian Pinasti, Nugraheni, and Wiboworini (2020)menunjukan adanya


hubungan yang signifikan antara asupan zat besi dan kadar hemoglobin
pada remaja vegan berusia 12-25 tahun. Hal ini terjadi karena zat besi
merupakan komponen utama yang memegang peranan penting dalam
pembentukan darah yaitu mensintesis hemoglobin. Asupan zat besi yang
kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) tidak akan langsung

Poltekkes Kemenkes
5

mempengaruhi kadar Hb karena tubuh masih memiliki cadangan besi di


hati, ditambah lagi jika disertai dengan asupan vitamin C yang cukup akan
membantu penyerapan zat besi lebih optimal.

Hasil penelitian Subratha (2020)jumlah dengan status gizi berjumalah 15


responden ( 4,4% ), normal sebanyak 264 responden ( 77,0% ) dan
overweight 64 Responden ( 18,6% ). Status anemia di bedakan menjadi 2
golongan yaitu anemia dan tidak anemia, responden dengan anemia
berjumlah 106 responden ( 30,9% ), dan tidak anemia berjumalah 237 (
69,1% ). Rata-rata nilai Hb pada responden body image positif yaitu
12,39g/dl dan untuk responden body image negatif yaitu 12,64 g/dl. Rata-
rata nilai Hemoglobin (Hb) pada responden beresiko gangguan makan
yaitu 12,64 g/dl dan untuk nialai Hb pada responden yang tidak beresiko
gangguan makan 12,47 g/dl.

Subratha (2020) Remaja yang anemia memiliki perilaku makan yang


kurang baik. Remaja putri dengan perilaku makan yang baik memiliki
kemungkinan lebih kecil untuk mengalami anemia dari pada remaja putri
yang perilaku makannya kurang baik seperti mengurangi konsumsi
makanan secara drastis dan sebagainya Mursiti (2016). perilaku makan
yang tidak sesuai dapat menjadi salah satu penyebab kejadian anemia yang
dalam hal ini mengurangi konsumsi sumber zat besi mencakup jenis dan
jumlah sehingga tidak mencukupi kebutuhan yang di anjurkan ( Rahayu &
Dieny, 2012 ).

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada


pertumbuhan, baik seltubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa.
Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas
kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan
mengakibatkan mudah terkena infeksi. Upaya pencegahan dan
penanggulangan anemia yang telah dilakukan selama ini ditujukan pada

Poltekkes Kemenkes
6

ibu hamil, sedangkan remaja putri secara dini belum terlalu diperhatikan.
Agar anemia bisa dicegah atau diatasi maka harus banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya zat besi. Selain itu penanggulangan anemia defisiensi
besi dapat dilakukan dengan pencegahan pemberian tablet Fe yang
dikombinasikan dengan vitamin C (Fitriany and Saputri 2018)

Poltekkes Depkes Jakarta I (2010) Dampak anemia gizi zat besi pada
remaja adalah menurunnya produktivitas kerja ataupun kemampuan
akademis di sekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan kosentrasi
belajar. Anemia gizi zat besi juga dapat mengganggu pertumbuhan dimana
tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna, menurunkan daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit. Berdasarkan siklus daur hidup,
anemia gizi besi pada saat remaja akan berpengaruh besar pada saat
kehamilan dan persalinan, yaitu terjadinya abortus, stunting, melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah, mengalami penyulit lahirnya bayi
karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik serta resiko
terjadinya perdarahan pasca persalinan yang menyebabkan kematian
maternal. (Listiana A 2016).

Anemia gizi besi pada saat remaja akan berpengaruh besar pada saat
kehamilan dan persalinan salah satunya stunting. Stunting atau balita
pendek adalah balita dengan masalah gizi kronik, yang memiliki status
gizi berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umur balita jika
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
ReferenceStudy) tahun 2005, memiliki nilai z-score kurang dari-2SD dan
apabila nilai z-scorenya kurang dari-3SD dikategorikan sebagai balita
sangat pendek (Pus-datin, 2015). Stunting terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Mugianti et al.
2018).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak stunting memiliki skor yang


lebih rendah secara signifikan pada aritmatika, mengeja, membaca dan

Poltekkes Kemenkes
7

pemahaman bacaan dibandingkan pada anak-anak dengan status gizi


normal. Penelitian di pedesaan Maroko mengenai status gizi dan prestasi
belajar pada anak remaja (12-15 tahun) menyimpulkan bahwa stunting
memiliki hubungan dengan jenis kelamin dan pekerjaan orang tua.
Analisis menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa stunting
secara signifikan berkaitan dengan prestasi belajar anak(Arfines and
Puspitasari 2017)

Penatalaksanaan anemia pada remaja belum banyak menggunakan aspek


preventif atau pencegahan. Pencegahan anemia bisadilakukan melalui
upaya preventif tingkat primer, sekunder ataupun tersier. Intervensi
penatalaksanaan anemia bisa dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat
(empowerment) seperti peer group sharing. (Sofia and Supratiknyo 2018)

Palang Merah Indonesia (2010) Melakakuakn peer group sharing dengan


pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan kelompok sebaya dalam
penanganan sebuah diskusi kelompok yang beranggitakan sekelompok
individu dengan umur sebaya. Metode peer education (pendidikan sebaya)
merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran terhadap sesama
teman sebayanya dan saling berinterakrasi guna berbagai informasi
kesehatan. (Sofia and Supratiknyo 2018)

Peneliti sudah mensurvey ke beberapa puskesmas didapatkan 2 puskesmas


yang mengadakan program pemeriksaan Hb pada remaja yaitu puskesmas
Nanggalo pada tahun 2020 dan puskesmas Lubuk Buaya pada tahun
2019.Dari survey awal dilakukan peneliti pada tanggal 25 Januari 2021 di
puskesmas nanggalo dan lubuk buaya. Bulan September 2020 puskesmas
nanggalo melakukan pemeriksaan Hb pada remaja dengan sampel 30
orang di dapat hasil 3 orang remaja yang mengalami anemia dan
puskesmas lubuk buaya di dapat hasil pemeriksaan Hb pada bulan Januari
2019 di SMK Angkasa Parupuk Tabing di dapat hasil 17 orang remaja
yang mengalami anemia. Pada tanggal 28 Januari 2019 puskesmas Lubuk

Poltekkes Kemenkes
8

Buaya melakukan pemeriksaan Hb di SMPN 13 Angkasa Parupuk Tabing


didapat hasil 10 orang remaja yang mengalami anemia.Pada saat
melakukan survey di lapangan pada tanggal 27 Januari 2021 terdapat 1
orang pasien dengan anemia, pasien mengatakan badan terasa lemah,
kepala terasa pusing, hilangnya nafsu makan, pola tidur pasien terganggu
saat kepala terasa pusing, pasien tampak pucat. Pasien mengkonsumsi obat
tambah darah 1 kali dalam seminngu yang di berikan oleh puskesmas
Nanggalo.

Asuhan keperawatan pada anak dengan masalah anemia dilakukan agar


terpunuhi kebutuhan cairan dan nutrisi pada anak dengan anemia.
Diharapkan agar perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
tepat pada anak dengan memperhatikan aspek preventif, promotif, kuratif
maupun rehabilitatif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang bahaya dan pencegahan anemia kepada anak dan orang tua,
pemberian sayur, buah dan pemberian suplemen penambah darah agar
menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan dari penyakit
anemia

Upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kasus anemia ini sudah


dilakukan oleh pemerintah Kota Padang. Hal ini terlihat dari program
kerja puskesmas yaitu pemeriksaan Hb pada remaja. Pemeriksaan ini di
distribusikan pada dua puskesmas,yaitu puskesmas nanggalo dan
puskesmas lubuk buaya yang sedang dalam kondisi yang rawan terkena
anemia. Meskipun program pencegahan sudah di lakukan namun hanya
sedikit kemajuan yang tercapai.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian


tentang Asuahan Keperawatan Pada Anak Remaja dengan Anemia
Defisiensi Besi di Puskesmas Nanggalo Kota Padang tahun 2021.

Poltekkes Kemenkes
9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di atas maka rumusan masalah penelitian


ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak Remaja Dengan
Anemia Defisiensi Besi Di Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2021

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan pada Anak Remaja


dengan Anemia Defisiensi Besi di Puskesmas Nanggalo Tahun 2021

b. Tujuan khusus

a) Mendeskripsikan pengkajian pada anak remaja dengan anemia


defisiensi besi di Puskesmas Nanggalo

b) Mendeskripsikan diagnosis keperawatan pada anak remaja


dengan anemia defisiensi besi di Puskesmas Nanggalo

c) Mendeskripsikan rencana pada anak remaja dengan anemia


defisiensi besi di Puskesmas Nanggalo

d) Mendeskripsikan tindakan pada anak remaja dengan anemia


defisiensi besi di Puskesmas Nanggalo

e) Mendeskripsikan evaluasi dari tindakan keperawatan pada anak


remaja dengan anemia defisiensi besi di Puskesmas Nanggalo

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak remaja dengan anemia defisiensi besi
di Puskesmas Nanggalo.

Poltekkes Kemenkes
1

2. Bagi Puskesmas
Laporan kasus ini dapat menjadi bahan bacaan, menambah wawasan
ilmu pengetahuan, dan menjadi gambaran bagi perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada anak remaja dengan anemia
defisiensi besi.

3. Bagi institusi pensisikan


Bagi pendidikan untuk sumber bacaan di pustaka dan memberikan
sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam
penerapan asuhan keperawatan pada anak remaja dengan anemia
defisiensi besi di Puskesmas Nanggalo.

Poltekkes Kemenkes
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Anemia


1. Pengertian Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescent berasal dari
bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan. Anak dianggap dewasa apabila sudah mampu
mengadakan reproduksi (Ali, 2011). Masa remaja (adolescent)
merupakan periode transisi perkembangan masa kanak-kanak dengan
masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif
dan sosio emosional (Santrock, 2007)

Remaja yang terkena anemia lebih banyak dialami pada anak wanita
yang sudah menstruasi. Kurangnya zat besi bisa terjadi pada semua
anak usia sekolah dari segala lapisan ekonomi. darah yang keluar dari
tubuh dapat menyebabkan kurangnya zat besi dalam tubuh. Maka
jumlah hemoglobin didalam sel darah juga akan berkurang, sehingga
jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah keseluruh tubuh akan
berkurang (Zein, 2010).

2. Pengertian Anemia

Anemia adalah kondisi dimana kurangnya konsentrasi sel darah merah


dan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah dibawah normal,
penurunan kadar tersebut banyak dijumpai pada anak karena
kurangnnya kadar zat besi atau pendarahan, sehingga anemia ini dapat
disebut juga sebagai anemia defisiensi zat besi (anemia kurang zat
besi), walupun apabila bayi yang lahir dengan ibu yang non-anemia
atau bergizi baik akan membuat bayi tersebut lahir dalam keadaan zat
besi yang cukup apabila diberikan ASI yang cukup pula, akan tetapi
apabila zat besi yang sebenarnya cukup tersedia dalam ASI tidak di
manfaatkan oleh ibu dan anak tersebut tidak mendapatkan sumber zat

11
Poltekkes Kemenkes
1

besi yang dapat diperoleh dari susu formula atau makanan yang kaya
zat besi maka dapat menimbulkan adanya anemia, selain kadar zat besi
anemia dapat juga di timbulkan karena pendarahan sepertipendarahan
pada usus atau kehilangan darah pada saluran cerna akibat makanan
yang salah, atau pendarahan lain yang jumlahnya berlebihan. (Alimul
Hidayat, 2006)

Anemia didefinisikan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah


lebih rendah dari rentang normal sesuai dengan umur dan jenis
kelamin. (Adriani & Wijatmadi, 2016).

Anemia adalah jumlah sel darah merah atau berkurangnnya kandungan


hemoglobin didalam darah. Hemoglobin adalah protein pembawa
oksigen yang ada pada sel darah merah (eritrosit). Hal ini
menyebabkan organ-organ didalam tubuh tidak mendapatkan cukup
oksigen. Oleh karena itu, pada anemia anak tampak pucat, lesu,
pusing, tidak konsetrasi, pelupa, sering mengantuk, sehingga terjadi
gangguan jantung. Keluhan pada anak tergantung pada dengan
beratnya anemia pada anak. (dr.Rendi Aji Prihaningtyas, dkk, 2019).

3. Etiologi

Jenis anemia berdasarkan penyebabnya yaitu (Wijaya & Putri, 2013) :

a) Anemia pasca pendarahan

Terjadi akibat pendarahan massif seperti kecelakaan, operasi


dan persalinan dengan pendarahan

b) Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah
Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab
anemia defisiensi besi menurut umur adalah:
1) Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah
atau lahir kembar

Poltekkes Kemenkes
1

2) Anak berumur 1-2 tahun


a) Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat
makanan tambahan
b) Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang
c) Malabsorbsi
d) Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan
karena infeksi parasite dan diverticulum meckeli
3) Anak berumur 2-5 tahun
a) Masukan besi kurang karena jenis makanan
b) Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang
c) Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan
karena infeksi parasite dan diverticulum meckeli
4) Anak berumur 5 tahun- masa remaja
a) Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara
lain akibat infestasi parasit dan poliposis
5) Usia remaja-dewasa
Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan

c) Anemia hematolik

Terjadi karena penghancuran sel darah merah yang berlebihan

1) Faktor Intrasel

Faktor yang berasal dari dalam sel seperti, talasemia,


hemoglobnopatia (talasemia HbE, sickle cell anemia)
sterositas, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD,
piruvatkinase, glutation reductase).

2) Faktor Ekstrasel

Faktor yang berasal dari luar sel seperti, Intoksikas,


infeksi (malaria), Imunologis (inkompatibilitas golongan
darah, reaksi hematolik pada transfusi darah).

Poltekkes Kemenkes
1

d) Anemia Aplastik

Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang


atau kerusakan sumsung tulang.

4. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan atau kehilangan


sel darah merah serta kelebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor
atau kebanyakan akibat penyebab banyak yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui pendarahan atau hemplisis
(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebbabkan detruksi
sel darah merah.

Krisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah ( hemolisis ) segera
di refleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma ( kosentrasi
normal kecil sama dari 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran
dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila kosentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma ( protein pengikan
untuk hemoglobin bebas ) untuk mengikat semuanya, hemoglobin
akan bedifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).

Poltekkes Kemenkes
1

5. WOC

Perdarahan Defisiasi besi, Vit B12, Overaktif RES,


saluran cerna, Asam Folat, Produksi SDM
uterus, hidung, Depresi
Penghancurkan
SDM
Kehilangan SDM Produksi SDM
(Sel Darah Merah)

Penurunan jumlah entrosit


Penurunan Hb
Efek GI

Kurangterp aparnya informasi terhadap penyakit


Peningkatan frekuensi nafas
Kompensa Gangguan
si penyerapan nutrisi
jantung & defesiensi folat

Beban kerja Dyspnea( kesulitan


bernafas) Glositis berat ( Lidah
dan curah
meradang), diare,
jantung
kehilangan nafsu
meningkat Defisit Pengetahuan
Penurunan transport O2 makan
Takikardia, angina
(nyeri dada), iskemia
Intake nutrisi
miokardium, beban turun
Hipoksia
kerja jantung
Defisit Nutrisi
Pola Nafas Tidak Efektif
Lemah lesu, parestesia, mati rasa, ataksia.
Perfusi perifer tidak efektifGangguan koordinasi, bingung

Nyeri Akut Intoleransi Aktivitas

Sumber :Amin (2015).

Poltekkes Kemenkes
1

6. Manifestasi Klinis
Kebanyakan anak-anak dengan defisiensi besi tidak menunjukkan
gejala dan baruterdeteksi dengan skrining laboratorium pada usia 12
bulan.(Fitriany and Saputri 2018a).

Gejala khas dari anemia defisiensi besi adalah:4

a. Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok: kuku berubah menjadi


rapuh dan bergaris-garisvertical dan menjadi cekung sehingga
mirip dengan sendok.
b. Akan terjadi atropi lidah yang menyebabkan permukaan lidah
tampak licin dan mengkilapyang disebabkan oleh menghilangnya
papil lidah
c. Angular cheilitis yaitu adanya peradangan pada sudut mulut
sehingga tampak sebagaibercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia yang disebabkan oleh kerusakan epitel hipofaring

Defisiensi besi memiliki efek sistemik non-hematologis. Efek yang


palingmengkhawatirkan adalah efek terhadap bayi dan remaja yaitu
menurunnya fungsi intelektual,terganggunya fungsi motorik dapat
muncul lebih dahulu sebelum anemia terbentuk. Telahbanyak
penelitian dilakukan mengenai hubungan antara keadaan kurang besi
dan uji kognitif.di Guatemala terhadap bayi berumur 6-24 bulan,
ditemukan bahwa terdapat perbedaan skormental dan skor motoric
antara kelompok anak dengan anemia defisiensi besi dan dengananak
normal. Penelitian juga dilakukan terhadap anak usia 3-6 tahun di
Inggris yangmenunjukkan bahwa anak dengan anemia defisiensi besi
menunjukkan skor yang lebih rendah terhadap uji oddity learning
jika dibandingkan kelompok kontrol. Terdapat bukti bahwa
perubahan-perubahan tersebut dapat menetap walaupun dengan
penanganan, sehinggapencegahan menjadi sangat penting. Pica,
keinginan untuk mengkonsumsi bahan-bahan yangtidak dapat
dicerna, atau pagofagia, keinginan untuk mengkonsumsi es batu
merupakan gejala

Poltekkes Kemenkes
1

Menurut Muscari(2005) kemungkinan anemia aplastik merupakan


akibat dari faktor kongenital atau didapat sehingga temuan
pengkajian dikaitkan dengan kegagalan sumsum tulang adalah
kekurangan sel darah merah dikarakteristikkan dengan pucat, letargi
takikardi dan ekspresi napas pendek. Pada anak-anak, tanda anemia
hanya terjadi ketika kadar hemoglobin turun dibawah 5 sampai 6
g/100 mL. Kekurangan sel darah putih dikarakteristikkan dengan
infeksi berulang termasuk infeksi oportunistik. Berkurangnya
trombosit dikarakteristikkan dengan perdarahan abnormal, petekie
dan memar.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Studi hematologi komplet (mis, hemoglobin, hematrokit, jumlah


retrikulosit, dan indeks sel darah merah (RBC), terutama volume
korpuskular rerata [MCV] dan luasnya distribusi RBC [RDW])

b. Studi zat besi (kadar besi serum, kapasitas pengikat besi total
[TIBC], persen satu rasi, dan feritin).

c. Kadar vitamin B12 dan kadar folat serum haptoglobin dan kadar
eritropoitein.

d. Aspirasi sumsum tulang

e. Studi lain sebagaimana diindikasikan untuk menentukan


penyakit yang mendasari. (Brunner & Suddarth 2014),

sedangkan menurut (DiGiulio, Mery 2014):

a. Hemoglobin rendah

b. Hematokrit rendah

c. RBC rendah

Poltekkes Kemenkes
1

d. MCV (mean corpuscular volume) menunjukkan ukuran sel


normal (normocytic), microytic (rendah), atau macroytic (tinggi)

e. MCH (mean corpuscular hemoglobin) menunjukkan warna sel


normal (normochromic), hypochromic (rendah)

f. RDW (red cell distrubution width) naik menunjukkan variasi


ukuran sel, ada variasi lebih besar di dalam ukuran sel ketika
tubuh sedang mencoba mengimbangi anemia

g. Retikulosit naik ketika produksi sel RBC naik untuk


mengimbangi anemia

8. Penatalaksanaan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pemberian terapi pada
penderita anemia antara lain (Bakta 2013)
1. Pengobatan diberikan berdasarkan hasil diagnose yang telah
ditegakkan

2. Pemberian hematinik (obat yang membantu proses pembentukan


sel darah merah) tidak dianjurkan untuk pemberian tanpa
indikasi yang jelas

3. Pengobatan anemia dapat berupa sebagai:

a) Terapi untuk keadaan darurat misalnya pendarahan akut


akibat anemia aplastic yang mengancam jiwa atau anemia
pasca pendarahan akut yang disertai dengan gangguan
hemodinamik.
b) Terapi suportif, memberikan makan gizi seimbang terutama
mengandung kadar besi yang tinggi yang bersumber dari
hewani yaitu hati, limfa, daging dan dari nabati yaitu
bayam, kacangkacangan.

c) Terapi untuk khusus untuk masing-masing jenis anemia

d) Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi


penyebab anemia tersebut

Poltekkes Kemenkes
1

4. Dalam keadaan diagnose akurat tidak dapat ditegakkan, terpaksa


memberikan terapi percobaan ex juvantivus. Kita harus
melakukan pemantauan yang ketat pada respon terapi dan
perubahan perjalanan penyakit dan melakukan evaluasi tentang
kemungkinan perubahan diagnosis

Transfusi darah diberikan pada anemia setelah pendarahan akut


dengan tanda-tanda gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik
transfusi hanya diberikan jika anemia bersifat adanya ancaman payah
jantung diberikan packed red cell jangan whole blood. Anemia kronik
sering dijumpai peningkatan volume darah oleh karena itu transfusi
darah harus diberikan tetesan secara pelan. Dapat juga diberikan
diuretika kerja cepat misalnya furosemide sebelum transfusi.

9. Pemeriksaan Penunjang

1) Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit


menurun. Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik);
2) MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin
korpuskular rerata)menurundanmikrositikdengan eritrosit
hipokronik,peningkatan.Pansitopenia (aplastik).
3) Jumlah retikulosit : bervariasi, misal; menurun, meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah
/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan
bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
4) Laju Endap Darah : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi
inflamasi, misal : peningkatan kerusakansel darah merah : atau
penyakit malignasi
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan
diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah
merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Poltekkes Kemenkes
2

5) Tes kerapuhan eritrosit : menurun. Sel Darah Putih : jumlah sel


total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)Jumlah trombosit
: menurun caplastik; meningkat; normal atau tinggi(hemolitik)
6) Hemoglobin elektroforesis:mengidentifikasi tipe struktur
hemoglobin.Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat
(hemolitik).

7) Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia


sehubungan dengan defisiensimasukan/absorpsi:

Besi serum :tak adatinggi (hemolitik)

BC serum : meningkat

Feritin serum : meningkat

Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

LDH serum : menurun

Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine

Guaiak :mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi
gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis. 2.1.6.8Analisa gaster :
penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas.
8) Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin
tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk,
membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas, lemak
sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
9) Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan :
perdarahan Gastro Intestinal (Doenges 2009)

10. Komplikasi

Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)

Poltekkes Kemenkes
2

1. Perkembangan otot buruk

2. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun

3. Interaksi sosial menurun

4. Daya konsentrasi menurun

Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana
terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular
sehingga hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa
menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis,
serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi
karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla
karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering
berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi
urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat mengalami
hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007)

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Identitas pasien, meliputi :Nama, Umur : biasa nya yang terserang
anemia umumnya adalah dewasa, Jenis Kelamin : biasa nya yang
dominan terkena Anemia adalah perempuan, Agama, Status
perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, No. Register,
Diagnosa medis

Penanggung jawab, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,


pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien

Alasan Masuk : Klienmengeluhpusing,lemah,mual dan muntah,


badan terasa letih,pucat,akral dingin

Poltekkes Kemenkes
2

Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keletihan, kelemahan, malaise umum

b. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

c. Klien mengatakan bahwa ia depresi

d. Sakit kepala

e. Nyeri mulut & lidah

f. Kesulitan menelan

g. Dyspepsia, anoreksia

h. Klien mengatakan BB menurun

i. Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi

j. Penurunan penglihatan

k. Kemampuan untuk beraktifitas menurun

Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan


serangkaian pertanyaan, meliputi:
a. Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.

b. Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama.

c. Apakah pernah menderita penyakit malaria.

d. Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.

e. Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang


tersebar seperti kanker payudara,leukimia, dan multipel
mieloma.

Poltekkes Kemenkes
2

f. Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan


penyinaran dengan

g. radiasi.

h. Apakah pernah menderita penyakit menahun yang


melibatkan ginjal dan hati.

i. Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi


endoktrin.

j. Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting,


seperti vitamin B12 asam folat, vitamin C dan besi.

Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Kecendrungan keluarga untuk anemia.

b. Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia


congenital.

c. Keluarga adalah vegetarian berat.

d. Social ekonomi keluarga yang rendah.

GENOGRAM

Untuk mengetahui riwayat penyakit dari keluarga dan

klien. PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran :

Composmentis

GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6)

TTV : TD :Biasanya menurun

N :Biasana meningkat

P :Biasanya cepat
S :Biasanya meningkat

Poltekkes Kemenkes
2

Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Bagaimana kesimetrisan,warna rambut,kebersihan kepala,rambut


kering, mudah putus, menipis, ada uban atau tidak, sakit kepala,
pusing,
2) Mata

Sclera tidak ikterik,konjungtiva anemis,pupil isokor.

3) Telinga

Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.

4) Hidung

Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada


perdarahan pada hidung atau tidak.
5) Mulut

Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi,


kebersihan gigi, stomatitis (sariawan lidah dan mulut)
6) Leher

Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya


pembesaran kelenjar getah bening.
7) Thorax

Paru-paru :

I :Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea


(kesulitan bernapas), napas pendek, dan cepat lelah saat
melakukan aktivitas jasmani merupakan menifestasi
berkurangnya pengiriman oksigen.

P :Taktil premitus simetris

P :Sonor

Poltekkes Kemenkes
2

A :Bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan

lainnya. Jantung

I :jantung berdebar-debar, Takikardia dan bising


jantungmenggambarkan beban jantung dan curah jantung
meningkat

P :Tidak teraba adanya massa

P :pekak

A :Bunyi jantung murmur sistolik

8) Abdomen

I : Kesimetrisan,diare,muntah,melena / hematemesis.

A : Suara bising usus

P : Terdapat bunyi timpani,

P : Terabanya pembesaran hepar / tidak, adanya nyeri tekan /


tidak.
9) Genitalia : Normal / abnormal

10) Integumen

Mukosa pucat,kering dan Kulit kering

11) Ekstermitas

Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku


mudah patah dan berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam
melakukan aktifitas.
12) Punggung

Kesimetrisan punggung,warna kulit, dan keberishan.

13) Persyarafan

Poltekkes Kemenkes
2

• Nervus I (Olfaktorius) :

Suruh klien menutup mata dan menutuo salah satu lubang


hidung, mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda
(misalnya jeruk nipis dan kapas alkohol)
• Nervus II (Optikus) :

Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus,

penglihatan perifer.

• Nervus III (Okulomotorius) :

Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh klien


mengikuti cahaya
• Nervus IV (Troklearis) :

Suruh klien menggerakan mata kearah bawah dan kearah


dalam.

• Nervus V (Trigeminus) :

Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika klien


merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan
dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat merasakan sentuhan
diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh)
dekati dari samping, sentuh bagiang mata yang berwarna
dengan lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks
berkedip dan refleks kornea.

• Nervus VI (Abdusen) :

Kaji kemampuan klien untuk menggerakan mata secara lateral.

• Nervus VII (Fasialis) :

Poltekkes Kemenkes
2

Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi larutan manis


(gula), asam (lemon). Kaji fungsi motorik dengan cara
tersenyumdan menglihatkan giginya.
• Nervus VIII

(Vestibulocochlearis) : Uji

pendengaran.

• Nervus IX (Glosofaringeus) :

Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi rasa pada lidah.

• Nervus X (Vagus) :

Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong spatel pada lidah ke


posterior faring untuk menentukan refleks muntah, jangan
menstimulasi jika ada kecurigaan epiglotitis.

• Nervus XI (Asesorius) :

Suruh klien memutar kepala kesamping dengan melawan


tahanan, minta klien untuk mengangkat bahunya kemudian
kita tahan apakah klien mampu untuk melawannya.
• Nervus XII (Hipoglasus) :

Minta klien untuk mengeluarkan lidahnya,periksa deviasi garis


tengah, dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan „R‟.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemia terdiri dari :
pengobatan (Bakta, 2006)
a. pemeriksaan penyaring (terdiri dari pengukuran kadar Hb,
indeks eritrosit, dan apusandarah tepi).

b. pemeriksaan darah seri anemia (meliputi hitung leukosit,


trombosit, retikulosit, dan lajuendap darah).

Poltekkes Kemenkes
2

c. pemeriksaan sumsum tulang, dan pemeriksaan khusus


sesuai jenis anemia. Selain itu, diperlukan pulaa
pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan
faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid.
Tahap diagnosis anemia terdiri dari

a. menentukan adanya anemia

b. menentukan jenis anemia,

c. menentukan etiologi anemia, dan

d. menentukan ada tidaknya penyakit penyerta yang akan


mempengaruhi hasil pengobatan (Bakta, 2006).
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik
lainnya perti anemia akibat penyakit kronik, thalassemia, dan
anemia sideroblastik. Perbedaan yang ditemukan diantaranya seperti
derajat anemia, (Bakta, 2006)
a. Jumlah darah lengkap(JDL) : Hemoglobin& Hematokrit
menurun

b. Jumlah eritrosit : menurun , menurun berat (aplastik),


mikrositik dengan eritosit hipokromik, peningkatan,
pansiitopenia (aplastik)
c. Jumlah retikulosit bervariasi :menurun, meningkat
(hemolisis)

d. Pewarnaan Sel darah merah: mendeteksi perubahan warna


& bentuk

e. (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia)

f. Laju endap darah : peningkatan menunjukkan adanya reaksi


inflamasi

g. Massa hidup Sel darah merah : untuk membedakan diagnosa


anemia

Poltekkes Kemenkes
2

h. Tes kerapuhan eritrosit : Menurun

i. Sel darah putih : jumlah sel total sama dengan Sel darah
merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau
menurun (aplastik)

j. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat,


normal/tinggi

k. (hemolitik)

l. Hemoglobinelektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur


Hb

m. Bilirubin Serum (tidak terkonjugasi) : meningkat


(hemolitik)

n. Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa


anemia

o. Besi serum : tak ada, tinggi (hemolitik

p. Masa perdarahan : memenjang (aplastik)

q. Tes Schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urin

r. Guaiiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan


isi gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis.
s. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatann pH
dan tak adanya asam hidrokolorik bebas.
t. Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin
tampak berubah dalam jumlah, ukuran, bentuk,
membedakan tipe anemia
u. Pemeriksaan endoskopoi dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan, perdaraha Gastro Intestinal

Poltekkes Kemenkes
3

2. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul

Dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan diagnosa


keperawatan sebagai berikut (SDKI,2017)

a. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan


konsentrasi hemoglobin dalam darah

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat


pernafasan

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

d. Defisit Nutrisi berhubungan dengan inadekuat intake


makanan

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi.

3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa SLKI SIKI


O Keperawat
an
1. Perfusi Setelah dilakukan asuhan Perawatan sirkulasi
perifer keperawatan , maka di (hal, 345)
tidak dapatkan kriteria :
efektif Perfusi perifer : Observasi
berhubung (hal,84) a) Periksa sirkulasi perifer
an dengan a) Denyut nadi perifer
penurunan meningkat b) Identifikasi faktor risiko
suplai O2 b) Warna kulit pucat gangguan sirkulasi
ke menurun c) Monitor panas, kemerahan,
jaringan. c) Edema perifer Terapeutik
(hal, 37) menurun
d) Nyeri ekstremitas a) Lakukan pengecekan infeksi
menurun b) Lakukan perawatan kaki dan
e) Kelemahan otot kuku
menurun
f) Bruit fernoralis c) Lakukan
menurun hidrasi Edukasi

Poltekkes Kemenkes
3

g) Akral membaik a) Anjurkan berhenti merokok


h) Turgor kulit membaik b) Anjurkan berolahraga rutin
i) Tekanan arteri rata-rata
membaik c) Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit
d) Anjrkan menghindari
penggunaan obat penyakat beta
e) Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat

2. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri :


berhubung keperawatan 3 x 24 jam,
an dengan diharapkan masalah Observasi
agen keperawatan nyeri akut a) Identifikasi
pencedera menurun dengan kriteria lokasi,karakteristik,durasi,fr
fisiologis hasil : ekuensi,kualitas,intensitas
1.Keluhan nyeri menurun nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri
2.Meringis menurun c) Identifikasi respon nyeri
nonverbal
3.Gelisah menurun d) Identifikasi factor yang
4.Kesulitan tidur menurun memperberat dan
memperingan nyeri
5.Frekuensi nadi membaik e) Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6.Tekanan darah membaik f) Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi
komlpimenter yang sudah
diberikan
i) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
 Terpeutik
a) Berikan
tekniknonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri(mis.TENS,hypnosis,ak
upresur,terapi
music,biofeedback,terapi
pijat,aromaterapi,teknik
imajinasi
terbimbing,kompres
hangat/dingin,terapi

Poltekkes Kemenkes
3

bermain)
b) Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
(mis.suhu
suangan,pencahayaan,kebisi
ngan)Fasilitasi istirahat dan
tidur.
c) Pertimbagkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.

 Edukasi
a) Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri.
b) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
d) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu

3. Defisit Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi


Nutrisi: keperawatan , maka di (hal,200)
kurang dari dapatkan kriteria : Observasi :
kebutuhan Status Nutrisi : a) Identifikasi status nutrisi
tubuh (hal, 121) b) Identifikasi alergi dan
berhubung a) Porsi makanan yang intoleransi makanan
an dengan dihabiskan c) Identifikasi kebutuhan kalori
inadekuat meningkat dan jenis nutrien
intake b) Verbalisasi d) Monitor asupan makana
makanan keinginan untuk e) Monitor berat
meningkatkan badan Terapeutik :
nutrisi meningkat a) Berikan makanan tinggi
c) Pengetahuan kalori dan tinggi protein
tentang pilihan Edukasi
makanan yang a) Ajarkan diet yang
sehat

Poltekkes Kemenkes
3

meningkat diprogramkan
d) Perasaan cepar Kolaborasi
kenyang menurun Kolaborasi dengan ahli gizi
e) Nyeri untuk menentukan jumlah kalori
abdomen dan jenia nutrien yang
menurun dibutuhkan
f) Berat badan
membaik
g) Indeks massa tubuh
(IMT) membaik
h) Frekuensi makan
membaik
i) Nafsu makan
membaik
j) Bising usus
membaik
k) Membrane mukosa
membaik
4. Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Manajeman energi
aktivitas keperawatan , maka di (hal, 176)
berhubung dapatkan kriteria :
an dengan Toleransi aktivitas Observasi
kelemahan. (hal,149) a) Identivikasi gangguan fusngsi
(hal,128) tubuh yang mengakibatkan
a) Frekuensi nadi kelelahan
meningkat
b) Monitor kelelahan fisik dan
b) Saturaksi oksigen
emosional
meningkat
c) Monitor pola dan jam tidur
c) Kemudahan dalam
melakukan aktivitas d) Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
d) Keluhan lelah menurun
e) Perasaan lemah menurun Terapeutik
f) Warna kulit membaik a) Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
g) Frekuensi nafas
membaik b) Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
a) Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

Poltekkes Kemenkes
3

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat untukmembantu klien dari masalah status kesehatan yang di
hadapi kedalam suatu kasus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter,2012)
6. Evaluasi Keperawatan
Menurut Capernito (2001) evaluasi adalah perbandingan yang sistemik
atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di
tetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi pada pasien
dengan anemia adalah peningkatan perfusi jaringan perifer, infeksi
tidak terjadi, pasien dapat meningkatkan aktivitas kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi, tidak terjadi kelemahan fisik, tidak terjadi
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan nutrisi
terpenuhi.

Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan rancangan penelitian meliputi pengkajian satu unit
secara intensif.. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi dimasa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis
dan lebih menekankan kepada data faktual dari pada kesimpulan
(Nursalam, 2017).

Penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan cara


meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi sosial. Unit tunggal ini dapat
berarti satu orang maupun kelompok penduduk yang terkena suatu
masalah disuatu daerah tertentu (Setiadi, 2013). Peneliti ini diarahkan
untuk medeskripsikan atau menggambarkan penerapan asuhan
keperawatan pada anak remaja dengan Anemia Defisiensi Besi di
Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2021

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Nanggalo Padang Tahun 2021.
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2020 – Mei 2021.
Asuhan Keperawatan Anak dengan Anemia Defisiensi Besi di Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Pada Tahun 2021 dilakukan
selama 5 hari.

C. Populasi danSampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek dalam suatu penelitian yang
akan dikaji karakteristiknya. Populasi adalah wilayah generalisasi

36
Poltekkes Kemenkes
3

yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai karakteristik


tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulannya (Ariani, 2014). Populasi dari penelitian ini
adalah semua pasien anak remaja dengan anemia yang di lihat dari
pemeriksaan Hb di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo. Jumlah
populasi pada pasien anak remaja dengan anemia defisiensi besi.
Hasil dari survey awal pada tanggal 25 Januari 2021 Puskesmas
Nanggalo melakukan pemeriksaan Hb pada 11 orang remaja di
wilayah Pagang Luar Kelurahan Kurao di dapatkan 3 orang remaja
yang mengalami anemia di Puskesmas Nanggalo. Saat penelitian
pada tanggal 24 April 2021 peneliti melalukan pemeriksaan Hb
menggunakan alat pemeriksaan Hb digital pada 3 orang remaja
yang mengalami anemia di Pagang Luar kelurahan Kurao di dapat 1
orang remaja dengan Hb 9,1 g/dL dan 2 orang remaja dengan Hb
10,5 g/dL.

2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian yang dapat digunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampel penelitian ini 1 orang remaja
yang mengalami anemia yang diambil dengan teknik purposive
Sampling. yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini :
a. Kriteria Inklusi
1) Klien kooperatif dan bisa berkomunikasi verbal dengan baik.
2) Keluarga yang tinggal berada di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang
3) Pasien yang di diagnosa petugas kesehatan mengalami
anemia
4) Anak dengan Penurunan Hb

Poltekkes Kemenkes
3

5) Klien bersedia menjadi partisipan.


b. Kriteria Ekslusi
1) Pasien mengalami komplikasi dengan penyakit lain

D. Alat / Instrumen Pengumpulan data


Pengumpulan data pada klien dimulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Instrumen yang digunakan adalah format pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat pemeriksaan fisik yang
terdiri dari tensimenter, stetoskop, reflek hammer, penlight, thermometer,
timbangan berat badan, alat pemeriksaan Hb. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung,
dan studi dokumentasi.
1) Format pengkajian keperawatan terdiri dari : identitas pasien,
identitas penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data
spiritual, lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium dan
program pengobatan.
2) Format diagnosa keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf
ditemukannya masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkan masalah.
3) Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien,
nomor rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi SLKI dan
SIKI.
4) Format implementasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
5) Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi
keperawatan, dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

Poltekkes Kemenkes
3

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
responden. Data dari penelitan ini diperoleh dari hasil wawancara
anak dengan masalah anemia menggunakan format pengkajian
asuhan keperawatan. Data - data pengkajian responden yang
terpilih akan dimasukkan ke dalam format dokumentasi asuhan
keperawatan. Data - data tersebut meliputi data terkait keluhan
utama responden, dan data keluhan saat ini. Data riwayat penyakit
saat ini, riwayat penyakit dahulu, aktivitas sehari - hari. Data lain
yaitu data psikososial responden, pemeriksaan fisik, data sipiritual,
dan data sosial ekonomi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Medical Record
puskesmas Nanggalo. Data ini berupa bukti, data penunjang ( hasil
pemeriksaan Hb), rekam medis, dan catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublishkan.

2. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif terdapat banyak cara yang dapat dipakai
untuk pengumpulan data, namun yang paling sering digunakan adalah
dengan melakukan wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan
diskusi kelompok secara terarah (Anggraeni, 2013). Alat ukur
pengumpulan data antara lain observasi, wawancara, pengukuran dan
dokumentasi.

a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang meliputi
melihat, mendengar, dan mencatat aktivitas tertentu atau situasi
tertentu yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Peneliti

Poltekkes Kemenkes
4

mengobservasi atau melihat kondisi pasien, seperti keadaan umum


pasien dan keadaan pasien, selain itu mengobservasi respon tubuh
terhadap tindakan yang telah dilakukan pada pasien.

b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dimana
peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
responden, ataupun dengan bercakap - cakap, bertatap muka
dengan orang tersebut. Wawancara dalam asuhan keperawatan ini
tentang data dan keluhan yang dirasakan pada responden, tentang
data lain yang terkait, seperti data demografi, riwayat kesehatan,
aktivitas sehari - hari, data psikososial, dan hal - hal lain yang
diperlukan selama malakukan asuhan keperawatan.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang akan digunakan yaitu


wawancara bebas terpimpin tentang data dan keluhan yang
dirasakan pada responden dengan menggunakan pedoman
wawancara berupa format pengkajian keperawatan. Mewawancarai
anak tentang data keluhan yang dirasakan anak. Biodata anak
mulai dari nama, umur, agama, suku, pendidikan terakhir dan
pekerjaan. Menanyakan keluhan utama yang dirasakan anak seperti
adanya mual, sakit kepala, badan sering lelah, denyut jantung
cepat, sesak nafas, nafsu makan menurun, pucat dan lain - lain.
Riwayat kesehatan keluarga yaitu penyakit keluarga yang bersifat
keturunan seperti diabetes mellitus, jantung, hipertensi, kanker,
asma.

c. Pengukuran/Pemeriksaan
Pada penelitian ini dilakukan dengan metoda pengukuran
menggunakan alat ukur pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan
status fisiologis dan pemeriksaan head to toe mulai dari kepala,
rambut, telinga, wajah, hidung, mulut, dada (thorak dan jantung),

Poltekkes Kemenkes
4

abdomen, genetalia, dan ekstremitas. Pada anak dengan anemia


akan dilakukan pemeriksaan, tekanan darah, nadi, Hb, dan
sebagainya.

d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
berbentuk tulisan, gambar, atau karya - karya monumental dari
seseorang. Dalam penelitian ini menggukan dokumen dari rumah
sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, yaitu data
laboratorium (hasil cek darah rutin/lengkap).

F. Prosedur Penelitian
Adapun langkah - langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
:
1. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin
penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang
ke Dinas Kesehatan Kota Padang.
2. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan
menyerahkan surat izin peneliti dari institusi untuk mendapat surat
rekomendasi Puskesmas
3. Peneliti mendatangi Puskesmas dan menyerahkan surat
rekomendasi dan surat izin penelitian dari Dinas Kota Padang.
4. Peneliti meminta izin kepada kepala Puskesmas
5. Penulis mendatangi ruang anak untuk mengetahui jumlah penderita
anemia pada anak yang sedang berobat ke Puskesmas
6. Peneliti mendatangi ruang gizi untuk mengetahui jumlah
pemeriksaan Hb pada anak yang pemeriksaan Hb di bawah normal
7. Peneliti melakukan pemilihan sampel sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukkan mana yang sesuai dengan kriteria sampel yang
ditetapkan.
8. Peneliti melakukan pendekatan pada anak dan keluarga di
Puskesmas

Poltekkes Kemenkes
4

9. Peneliti memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian


yang dilakukan
10. Peneliti mengunjungi rumah responden
11. Informed Consent diberikan kepada responden
12. Penulis meminta waktu responden untuk melakukan pengkajian
menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan keluarga
dengan tekhnik wawancara dan anamnesa. Peneliti juga melakukan
observasi dan pengukuran dengan melakukan pemeriksaan fisik
secara head to toe pada responden.
13. Bersama keluarga penulis merumuskan dan menjelaskan intervensi
apa yang akan dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada keluarga responden.
14. Penulis melakukan implemengtasi dan evaluasi selama dua minggu
dengan dua belas kali kunjungan pada responden dan setelah itu
melakukan dokumentasi keperawatan dan terminasi terhadap
responden.(Ainy 2019)

G. Hasil Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan meliputi analisa data yang
ditemukan dari hasil pengkajian, penegakkan diagnosa, merencanakan
tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan
dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan pada
anemia defisiensi besi pada anak remaja. Analisis yag dilakukan untuk
menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi
pasien.

Poltekkes Kemenkes
4

Poltekkes Kemenkes
BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Deskripsi kasus ini menjelaskan tentang ringkasan pelaksanaan asuhan
keparawatan pada anak remaja dengan anemia defisiensi besi yang telah
dilaksanakan di Puskesmas Nanggalo pada tanggal 24 April 2021 sampai 30
April 2021 dengan proses asuhan keperawatan yang telah peneliti lakukan
meliputi pengkajian keperwatan, merumuskan diagnosa keperawatan,
merencanakan intervensi keperawatan, melakukan implementasi
keperawatan sampai melakukan evaluasi keperawatan. Secara rinci deskripsi
kasus adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian keperawatan
Saat dilakukan pengkajian pada 24 April 2021, An. P mengalami pusing,
badan terasa lemah/letih, nafsu makan berkurang, berat badan turun ( BB
sebelum sakit: 59 Kgg, BB sekarang: 55 Kg), ketika melakukan kegiatan
olahraga anak sering terasa pusing, An. P mengatakan sering begadang
karena tugas sekolah.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum An.P tampak lemah,


kesadaran anak kompos mentis nadi 90 x/m, suhu 37,10 C, pernafasan 22
x/m, Hb 9,1 g/dL, badan anak tampak lemah. An. P tampak pucat,
mukosa bibir kering, dan CRT 3 detik. Mata simetris, konjungtiva
anemis, sclera ikterik, pupil isokor, reflek cahaya positif. Hidung anak
simetris tidak ada pernafasan cuping hidung, tampak bersih. Bibir anak
tampak pucat, mukosa bibir kering. Kelembapan kulit kering, akral
teraba dingin.

Pola aktifitas sehari-hari anak memiliki pola makan yang tidak teratur,
anak makan nasi hanyak 1x/hari, sarapan pada pagi hari dengan
meminum teh dan roti, makan yang habis hanya ½ porsi dengan nasi 1
centong,lauk pauk dengan ikan,telur tempe dan tahu, anak tidak

44
Poltekkes Kemenkes
4

mengkonsumsi sayur, anak sering mengkonsumsi mie instan 1-2 kali


seminggu, anak sering makanan frozen food seperti sosis dan nugget.
Pola tidur anak pada siang tidak teratur karena merasa pusing dan pada
malam hari sering begadang karena tugas sekolah dan tidur pada malam
hari 4 jam. Pola eliminasi anak, tidak buang air besar selama 1 minggu
dan buang air kecil 5x perhari. Riwayat haid pasien mengatakan haid
paling banyak selama 7 hari,dengan 3 kali ganti pembalut, pasien
mengatakan menegluh nyeri kepala selama 2 hari pertama haid, nyeri
masih bisa di tahan. Aktifitas sehari-hari klein dilakukan secara mandiri.

2. Dignosa keperawatan
Dari hasil pengkajian diatas, didapatkan diagnosa keperawatan yang bisa
ditegakkan untuk partisipan tersebut yaitu, 1) perfusi perifer tidak
efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin, 2)
Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis, 3) Gangguan
pola tidur berhubungan dengan Kurang kontrol tidur, 4) Konstipasi
berhubungan dengan Ketidak cukupan asupan serat, 5) Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif berhubungan


dengan penurunan konsentrasi hemoglobin ditandai dengan An.P
mengatakan badan terasa lemah dan letih, kepala terasa pusing, ketika
haid dan berolahraga kepala terasa pusing, An.P tampak pucat, mukosa
bibir kering, akral teraba dingin,CRT 3 detik, konjungtiva anemis, nadi
90x/m, Hb 8,9 g/dl.

Masalah keperawatan Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor


psikologis ditandai dengan An.P mengatakan mengatakan tidak nafsu
makan hanya menghabiskan ½ porsi, BB sebelum sakit: 59 Kg BB
sekarang: 55 Kg, makan hanya 1x/hari, klien mengatakan sarapan pagi
dengan roti dan teh,klien mengatakan mengkonsumsi mie instan 1-2 kali
seminggu, anak sering makanan frozen food seperti sosis dan nugget.

Poltekkes Kemenkes
4

Klien mengatakan tidak menyukai sayur-sayuran dan buah yang sering


di makan adalah pisang, klien mengatakan sering mengkonsumsi teh,
kopi pada pagi dan malam hari,pasien jarang mengkonsumsi susu, badan
terasa letih dan lemah, An.P tampak lemah dan lesu

Masalah keparawatan Gangguan pola tidur berhubungan dengan


Kurang kontrol tidur ditandai dengan An. P mengatakan sering
begadang karena tugas sekolah, pada siang tidak teratur karena merasa
pusing, tampak lesu dan letih An. P tampak pucat, TD : 100/80 mmHg.

Masalah keperawatan Konstipasi berhubungan dengan Ketidak


cukupan asupan serat ditandai dengan An. P mengatakan tidak ada
BAB sudah 1 minggu, pasien tidak menyukai sayur, pasien tampak
lemah dan letih.

Masalah keperawatan Defisit pengetahuan berhubungan dengan


kurang terpapar informasi ditandai dengan An. P mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit yang di derita, An. P mengatakan belum
pernah diberi informasi tentang penyakit yang di derita, keluarga tampak
tidak mengetahui tentang penyakit anaknya

3. Intervensi keperawatan
Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan ke An.P sesuai
dengan diagnose yang sudah ada yaitu 1) Perawatan sirkulasi, 2)
Manajemen nutrisi, 3) Dukungan tidur, 4) Manajemen eliminasi fekal, 5)
edukasi kesehatan

Rencana tindakan yang dilakukan untuk diagnosa perfusi perifer tidak


efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
yaitu pertama perawatan sirkulasi 1) Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
prifer, edema, pengisian kapliler, suhu), 2) Identifikasi faktor risiko

Poltekkes Kemenkes
4

gangguan sirkulasi, 3) Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak


pada ekstremitas, 4) Lakukan pencegahan infeksi, 5) Lakukan hidrasi, 6)
Anjurkan olahraga rutin, 7) Anjurkan menghindari obat yang menyekat
beta, 8) Anjurkan perawatan kulit yang tepat (mis. melembabkan kulit
kering), 9) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan,
10) kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengkonsumsi tablet Fe.

Rencana tindakan yang akan dilakukan diagnosa defisit nutrisi


berhubungan dengan faktor psikologis yaitu manajemen nutrisi 1)
Identifikasi status nutrisi, 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan,
3) Monitor asupan makanan, 4) Monitor berat badan, 5) Monitor
pemerikasaan laboratorium, 6) Lakukan oral hygiene sebelum makan, 7)
Anjurkan makanan tinggi serat dan untuk mencegah konstipasi, 8)
Anjurkan posisi duduk, jika perlu, 9) Ajarkan diet yang diprogramkan.

Rencana tindakkan yang akan dilakukkan diagnosa gangguaan pola


tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur yaitu dukungan
tidur 1) Identifikasi pola aktivitas , 2) Identifikasi faktor pengganggu
tidur ( fisik/psikososial), 3) Identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur (mis. kopi,teh), 4) Identifikasi obat yang di konsumsi,
5) Modifikasi lingkungan (mis. suhu,kebisingan, pencahayaan), 6)
Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, 7) Tetapkan jadwal tidur
rutin, 8) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Ijat,
pengaturan posisi), 9) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit, 10)
Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur, 11) Anjurkan menghindari
makanan dan minuman yang menggagu tidur, 12) Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup, sering berubah sift bekerja), 13) Ajarkan relaksasi oto autogenic
atau cara nonfarmakologis lainnya.

Rencana tindakan yang akan dilakukan diagnosa Konstipasi


berhubungan dengan ketidak cukupan asupan serat yaitu

Poltekkes Kemenkes
4

manajemen eliminasi fekal 1) identifikasi masalah usus dan penggunaan


obat pencahar, 2) Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi
gastrointestinal, 3) monito buang air besar ( mis. warna, frekuensi,
konsistensi, volume), 4) monitor tanda dan gejala konstipasi, 5) anjurkan
makanan yang tinggi serat, 6) jelaskan jenis makanan yang membantu
meningkatkan keteraturan peristaltic usus, 7) anjurkan mencatat warna,
frekuensi, kosistensi, volume feses, 8) anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan pembentukan gas, 9) anjurkan
mengkonsumsi makanan yang mengandung serat.

Rencana tindakan yang akan dilakukan diagnosa Defisit pengetahuan


berhubungan dengan kurang terpapar informasi yaitu edukasi
kesehatan 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
infoermasi, 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, 3) Sediakan
materi dan media tentang anemia 4) Berikan kesempatan untuk
bertanya, 5) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengarui kesehatan,
6) Ajarkan perilaku bersih dan sehat, 7) Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan rencana
diatas. Tindakan yang akan dilakukan untuk memenuhi 1) Perawatan
sirkulasi, 2) Manajemen nutrisi, 3) Dukungan tidur, 4) Manajemen
eliminasi fekal, 5) Edukasi kesehatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa utama Perfusi


perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin yaitu 1) Periksa sirkulasi perifer (Nadi, TD, Pernafasan,
Suhu), 2) melakukan pemeriksaan Hb, 3) Menganjurkan pasien
berolahraga rutin.

Poltekkes Kemenkes
4

Tindakkan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa Defisit nutrisi


berhubungan dengan faktor psikologis yaitu 1) menanyakan alergi
makanan pada pasien, 2) Identifikasi makanan yang disukai pasien, 3)
memberikan motivasi kepada anak agar selalu menghabiskan
makanannya, 4) menganjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit tapi
sering, 5) menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat beri, 6)
anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C 7) Monitor
berat badan, 8) monitor kelembapan mukosa mulut, 9) Menganjurkan
makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa Gangguan pola


tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur yaitu 1) Melakukan
identifikasi masalah gangguan tidur pasien,penyebab kurang tidur 2)
menganjurkan kepada pasien untuk melakukan aktivitas yang
menggangu tidur pada siang atau sore hari, 3) Menganjurkan pasien
untuk tidur malam seperti pada jam 8 malam sesuai dengan pola tidur, 4)
Menjelaskan pada pasien pentingnnya tidur cukup selama sakit, 5)
Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(gaya hidup).

Tindakkkan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa konstipasi


berhubungan dengan ketidak cukupan asupan serat yaitu 1) Periksa
tanda dan gejala konstipasi, 2)Periksa karakteristik feses, 3)
Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi serat, 4) Menganjurkan
peningkatan asupan cairan, 5) Menganjurkan buang air besar secara
teratur.

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa Defisit


pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi yaitu
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima infoermasi, 2)
Menyediakan materi tentang penyakit Anemia 3) Berikan kesempatan
untuk bertanya, 4) Menjelaskan pengertian penyakit anemia, penyebab

Poltekkes Kemenkes
5

dan cara pengobatannya, 5) Melibatkan orang tua terhadap kesehatan


klien

5. Evaluasi keperawatan
Setelah melakukan implementasi keperawatan kepada An.P. Tindakkan
keperawatan selanjutnya membuat evaluasi dengan metode SOAP.

Setelah dilakukkan evaluasi keperawatan selama 5 hari berturut-turut


untuk masing-masing diagnosa yang dapat teratasi dengan baik.
Diagnosa Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin dapat teratasi sepenuhnya pada
hari ke 5. S : An.P mengatakan badan terasa lemah, An.P mengatakan
kepala terasa pusing, An.P mengatakan ketika haid berolahraga kepala
terasa pusing. O : Pasien tampak pucat, mukosa bibir kering, akral teraba
dingin, TD : 100/80 mmHg, Nadi : 80x/m, CRT 3 detik, Hb : 8,9 g/dl,
konjungtiva anemis. A : masalah belum teratasi. P : Intervensi lanjut.

Evaluasi diagnosa Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor


psikologis dapat teratasi hari ke 5. S : An.P mengatakan tidak nafsu
makan hanya menghabiskan ½ porsi, An.P mengatakan makan 1x/hari,
An.P badan terasa letih. O : Klein tampak pucat, mukosa bibir kering,
penurunan berat badan ( BB sehat : 59kg, BB sakit : 55 kg). A : Tujuan
tercapai, nafsu makan meningkat. P : Intervensi di hentikan.

Evaluasi diagnosa Gangguan pola tidur berhubungan dengan


kurang kontrol tidur dapat teratasi pada hari ke 5. S : An.P
mengatakan sering begadang karena tugas sekolah, An.P mengatakan
tidur malam hari hanya 4 jam. O : Klein tampak pucat, Hb : 8,9 g/dl. A :
Tujuan tercapai, pola tidur teratur. P : Intervensi di hentikan.

Evaluasi diagnosa Konstipasi berhubungan dengan ketidak cukupan


asupan serat dapat teratasi pada hari ke 3. S : An.P mengatakan tidak

Poltekkes Kemenkes
5

menyukai sayur, An.P mengatakan tidak ada buang air besar selama 1
minggu. O : Klein tampak lemah dan letih. A : Tujuan tercapai, BAB
1x/hari. P : Intervensi di hentikan.

Evaluasi diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpapar informasi dapat teratasi pada hari ke 5. S : Ny.N menga takan
tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita An.P, Ny.N
mengatakan belum pernah diberi infoermasi tentang penyakit yang di
derita anaknya. O : Ny.N tampak mendengarkan yang di sampaikan
peneliti. A : Tujuan tercapai. P : intervensi dihentikan

B. Pembahasan
Pada pembahasan kasus ini penelitian akan membahas kesinambingan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada An.P dengan kasus
anemia defisiensi besi yang telah dilakukan sejak 24-30 April 2021.
Kegiatan yang akan dilakukan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada partisipan (An.P) adalah
seorang pasian yang melakukan pengobatan di Puskesmas Naggalo
dengan diagnosa anemia. Partisipan di diagnosa anemia sejak tanggal 30
September 2020. An.P berusia 16 tahun 1 bulan, klien tinggal di Pagang,
Kurao, Kota Padang. Saat dilakukan pengkajian pada 24 April 2021
pukul 15.00 WIB An.P mengatakan kepala pusing, badan terasa lemah,
nafsu makan berkurang , pasien tampak lemah ,lesu, An. P mengatakan
ketika haid dan berolaharaga kepala terasa pusing.

Menurut (Ainy 2019), mengatakan anak remaja yang mengalami anemia


defisiasi besi terjadi yaitu letih, lesu, sering pusing, muka yang pucat dan
pada konjungtiva terlihat warna yang pucat.

Poltekkes Kemenkes
5

Hasil penelitian Utami, Surjani, and Mardiyaningsih (2015), tentang


hubungan pola makan dan pola menstruasi dengan kejadian anemia
remaja putri di MTS Ma‟Arif Nyatnyono Kabupaten Semarang. Dimana
anak remaja putri mengalami lesu, lemah, letih, dan lalai, sering
mengeluh pusing. Gejala lebih adalah kelopak mata, bibir, kulit dan
telapak tangan pucat.

Hasil Penelitian (Sartika, Herwati, and Suryarinilsih 2019), Anemia juga


mempengaruhi prestasi belajar karena menurunnya konsentrasi.
Pengetahuan gizi yang tinggi diharapkan mengubah perilaku remaja
dalam memilih makanan yang bergizi sesuai dengan pola menu
seimbang dan kebutuhannya. Mereka sejak dini perlu diberikan
pendidikan agar dapat merubah kebiasaan makan yang salah agar tidak
mengakibatkan timbulnya masalah gizi.

Hasil analisis penelitian berdasarkan hasil pengkajian dan teori sesuai


yaitu dimana klien dengan anemia defisiasi besi mengalami tidak nafsu
makan, sering menderita pusing, badan tampak lemah, lesu, karena
kurangnya defisiensi zat besi adalah produktivitas rendah, anemia pada
remaja dipengaruhi oleh pola makan, pola aktivitas, pola tidur dan pola
mentruasi. Pada kasus ini ditemukan penyebab dari anemia adalah pola
nutrisi yang tidak seimbang dan mempengaruhi prestasi belajar karena
menurunnya konsentrasi, terganggunya pola tidur yang tidak teratur
sering yang menyebabkan penurunan hemoglobin.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik keadaan umum anak tampak lemah,


kesadaran anak kompos mentis, nadi 90 x/m, suhu 37,10 C, HR 22 x/m,
CRT 3 detik. Mata simetris, konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil
isokor, reflek cahaya positif., tampak bersih, bibir anak tampak pucat,
mukosa bibir kering, akral teraba dingin.

Poltekkes Kemenkes
5

Menurut Amalia and Tjiptaningrum (2016) anak yang mengalami


anemia tanda dan gejala seperti badan tampak lemah, akral teraba dingin,
mukosa bibir kering, CRT > 2 detik, fisik lemah, badan terasa letih, lesu,
konjungtiva anemis, dan anak terlihat pucat, akral teraba dingin.

Hasil penelitian Janardhana (2021) saat melakukan pemeriksaan fisik


warna kulit pucat, sianosis atau ikterus, konjungtiva anemis, mukosa
bibir kering, badan terasa lemah, kuku terdapat kuku sendok, perdarahan
gusi, CRT > 2 detik.

Asumsi peneliti hasil pemeriksaan fisik yang di temukan pada An.P


sesuai dengan teori, dimana klien tampak pucat karena terjadi kondisi
ketika tubuh kekurang sel darah merah, maka organ tubuh tidak
mendapat cukup oksigen sehingga membuat pasien anemia pucat dan
mudah lelah.

2. Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Anemia
Defisiensi Besi terdapat 6 diagnosa keperawatan yaitu Perfusi Perifer
tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin,
Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis, Gangguan pola
tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi, Konstipasi
berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. P yaitu Perfusi Perifer


tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin,
Defisit Nutrisi berhubungan denganfaktor psikologis, Gangguan pola
tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, Konstipasi berhubungan
dengan ketidakcukupan asupan serat, Defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurang terpaparnya informasi.

Poltekkes Kemenkes
5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Amelia et al. (2021) bahwa


diagnosa utama yang diangkat yaitu perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan kosentrasi hemoglobin didukung oleh
data klien mengatakan tubuh terasa lemas,kepala terasa pusing, dan ibu
klien mengatakan tubuh anak pucat, akral dingin, klien tampak pucat,
turgor kulit kembali lambat, CRT > 3 detik, kelembapan kulit kering.

Peneliti menetapkan diagnosa utama yaitu perfusi perifer tidak efektif.


Hal ini sesuai dengan teori menurut Nurarti dalam penelitian Amelia et
al. (2021) gejala yang dirasakan saat penderita anemia yaitu pusing,
badan terasa lemah, lesu, aktivitas menurun, cepat lelah, dan prestasi
kerja pikiran menurun.

Menurut analisa penelitian, berkaitan dengan diagnosa perfusi perifer


tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin,
diagnosa ini diangkat karena mendukung data-data yang didapatkan
seperti klien mengeluh pusing, badan terasa lemah dan lusu,mukosa bibir
kering, kien terlihat pucat. Hal ini sesuai dengan diagnosa SDKI yang
menyatakan bahwa batasan karakteristik untuk diagnosa tersebut
meliputi perubahan nadi perifer, perubahan tekanan darah, perubahan
konsentrasi hemoglobin.

Diagnosa Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis yang


muncul pada An. P. Data-data yang mendukung diagnose ini yaitu klien
mengatakan mengatakan tidak nafsu makan hanya menghabiskan ½
porsi, klien mengatakan makan 1x/hari, klien tampak lemah, wajah
pucat. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik untuk giagnosa
tersebut yaitu kurang minat pada makanan dan membran mukosa pucat.

Penelitian Amelia et al. (2021) menyebutkan bahwa diagnose defisit


nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
didukung dengan data pasien mengatakan nafsu makan menurun,

Poltekkes Kemenkes
5

Hemoglobin 8,1 g/dl, badan tampak lemah, merasa mual, peristaltic usus
16x/menit, wajah pucat.

Menurut asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan dimana sesuai peran


perawatan sebagai edukator, dimana perawat mendapatkan penyebab
anak mengalami penurunan nafsu makan yaitu tidak adekuatnya respon
tubuh terhadap penyakit sehingga terjadinya penurunan berat badan.

Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur


pada An.P. Diagnosa ini diangkat karena adanya data yang mendukung
seperti klien sering begadang, klien tidur pada malam hari hanya 4 jam,
klien tampak pucat, lemah.

Menurut Astuti, Suryani, and Paratmanitya (2017) menyebutkan bahwa


gangguan pola tidur berhubungan dengan kontrol tidur, kejadian anemia
remaja dipengaruhi oleh pola tidur yang di sebabkan oleh beberapa
faktor seperti menstruasi, pola makan, riwayat penyakit, askitivitas fisik,
pasien sering begadang karena tugas sekolah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Astuti et al. (2017) bahwa


diagnosa yang diangkat yaitu gangguan pola tidur didukung oleh data
remaja sering begadang, klien mengatakan kurang tidur, durasi tiudt
yang tidak cukup, klien tampak pucat, badan terasa lemah, sulit tidur
kembali setelah terbangun dimalam hari.

Berdasarkan analisa peneliti diagnosa gangguan pola tidur berhubungan


dengan kurang kontrol tidur ditegakkan karena anak yang sering
begadang,tidur hanya 4 jam di malam hari, anak terlihat pucat,
penurunan hemoglobin. Oleh sebab itu perlu penanganan cepat agar
tidak terjadi gangguan pola tidur lebih lanjut pada anak.

Poltekkes Kemenkes
5

Diagnosa konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat


peneliti tegakkan karena hasil pengkajian Klien mengtakan tidak makan
sayur, klien mengatakan tidak ada BAB sudah 1 minggu, klien tampak
lemah dan letih, An.P tidak menyukai sayur.

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) mengatakan konstipasi


berupa penurunan deteksi normal yang disertai pengeluaran feses tidak
tuntas serta feses kering dan banyak, perubahan pola yang normal dalam
berdefekasi dengan karakteristik tidak terkontrolnya buang air besar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Susanti (2020) bahwa diagnosa


kosntipasi didukung oleh data pasien sering mengalami distensi
abdomen, perut terasa kembung, tidak BAB selana 1 minggu, pasien
tidak makan sayur, peristaltik menurun, feses keras.

Menurut asumsi peneliti konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan


asupan serat sesuai dengan hasil pengkajian, hasil penelitian dan teori,
dimana konstipasi yang dialami oleh partisipan diaktibatkan kurangnya
mengkonsumi asupan serat, seperti sayuran dan buah.

Diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapanya


informasi peneliti tegakkan karena hasil pengkajian, klien dan keluarga
belum mengetahui tentang penyakit anemia defisiensi besi, An. P
mengatakan tidak pernah pendapat informasi tentang anemia defisiensi
besi, An. P mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang di
derita.

Berdasarkan hasil penelitian Dieniyah, Sari, and Avianti (2019), tentang


hubungan tingkat pengetahuan tantnag anemia dengan kejadian anemia
remaja putri di SMK Analisis Kimia Nusa Bangsa Kota Bogor. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dan remaja
tentang anemia pada remaja putri.

Poltekkes Kemenkes
5

Menurut Amany (2015), faktor tidak langsung penyebab anemia yaitu


faktor pengetahuan, keadaan lingkungan dan kurangnya kebutuhan zat
besi. Status krja perempuan memiliki hubungan yang signifikan secara
statistic dengan pengetahuan yang berhubungan dengan anemia.

Menurut asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan dimana sesuai peran


perawat terhadap keluarga yaitu memberikan dukungan terhadap
keluarga untuk menyelesaikan masalah, menjelaskan tentang penyakit
pada pasien dan keluarga, dan memberikan dukungan terhadap pasien
untuk menjaga kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan atau intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus, intervensi keperawatan
tersebut terdiri dari Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI)
dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).

Salah satu diagnosa yang muncul pada klien yaitu perfusi perifer tidak
efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin.
Rencana yang dilakukan yaitu perawatan sirkulasi. Menurut Amelia et
al. (2021), rencana tindakan keperawatan yang dilakukan periksa
sirkulasi perifer Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi, monitor
panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas, hindari
pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi,
lakukan pencegahan infeksi, lakukan hidrasi, Anjurkan berolahraga
rutin, Anjurkan perawatan kulit yang tepat.

Menurut analisa peneliti renacana yang akan dilakukan pada diagnosa ini
yaitu perawatan sirkulasi untuk membantu meningkatan hemoglobin

Poltekkes Kemenkes
5

yang bertujuan untuk mengurangi pusing saat haid maupun olahraga,


adalah tindakan yang sudah tepat diberikan.

Renacan tindakan keperawatan untuk diagnosa perfusi perifer tidak


efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin pada
An. P yaitu periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian
kapiler, warna, suhu,), lakukan pencegahan infeksi, anjurkan berolahraga
rutin.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa defisit nutrisi


berhubungan dengan faktor psikologis pada An. P yaitu manajemen
nutrisi dengan indikator identifikasi status nutrisi, identifikasi alergi dan
intoleransi makanan, identifikasi makanan yang disukai, monitor asupan
makanan, monitor berat badan, Berikan makanan tinggi serat dan untuk
mencegah konstipasi.

Peneliti Saputra (2018), menyebutkan tindakan keperawatan yang telah


dilakukan yaitu adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah dan nutrisi yang di butuhkan, anjurkan pasien
untuk meningkatkan intake, yakinkan diet yang diman menggunakan
tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan makanan yang terpilih,
berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, kaji kemampuan pasien
untuk mendapat nutrisi yang di butuhkan.

Menurut analisa penelitian, manajemen nutrisi klien harus dapat


terpenuhi agar dapat meningkatkan energi, daya tahan tubuh, dan
memenuhi perbaikan kondisi klien, meningkatkan intake nutrisi pasien

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa gangguan pola tidur


berhubungan kurang kontrol tidur pada An.P yaitu dukungan tidur
dengan indikator identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik/psikologis), identifikasi makanan dan minuman

Poltekkes Kemenkes
5

yang mengganggu tidur ( mis, kopi, teh), identifikasi obat yang di


konsumsi, modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan,kebisingan,suhu),
batasi waktu tidur siang, jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit,
anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

Penelitian Girsang (2017), menyebutkan tindakan keperawatan yang


telah dilakukan yaitu lakukan pengkajian masalah gangguan tidur klien,
karakteristik, dan penyebab kurang tidur, kurangi kebisingan, atur
cahaya lampu yang redup, batasi intake cairan pada malam hari,
terutama yang mengandung kafein, anjurkan klien untuk mengurangi
distraksi lingkungan, anjurkan klien untuk tidur dengan posisi nyaman,
anjurkan klien untuk tidak banyak tidur pada siang hari.

Rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah monitor pola dan jam
tidur, faktor pengganggu tidur, identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur, lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan,
jelaskan pentingnya tdiur cukup selama sakit. (Girsang 2017).

Menurut analisa peneliti, dukungan tidur klien harus dapat terpenuhi


agar dapat meningkatkan tidur, mengurangi gangguan saat tidur, dapat
mempercepat klien untuk memulai tidur dan meningkatkan pola tidur
pasien.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa konstipasi behubungan


dengan ketidakcukupan asupan serat pada An.P yaitu manajemen
eliminasi fekal dengan indikator pengkajian gangguan eliminasi,
observasi pengeluaran feses per rektel, bentu, konsistensi, jumlah dan
atur pola makan dan sampai berapa lama terjadinya buang air besar,
observasi tanda vital.

Peneliti Susanti (2020), menyebutkan tindakan keperawatan yang telah


dilakukan yaitu mengkaji penurunan masalah ADL yang berhubungan

Poltekkes Kemenkes
6

dengan ikontinensia, mengobservasi pengeluaran fese meliputi bentuk,


konsistensi, jumlah, atur pola makan dan sampai berapa lama terjadinya
buang air besar, mengobservasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam
sekali.

Menurut analisa peneliti, manajemen eliminasi fekal klien harus dapat


terpenuhi agar dapat mengontrol pengeluaran feses meningkat,
konsistensi membaik, pola eliminasi fekal teratur.

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa defisit pengetahuan


berhubungan dengan kurang terpapar informasi pada An. P yaitu edukasi
kesehatan dengan indikator tingkat hubungan saling percaya dengan
keluarga, beritahu keluarga mengenai rencana keperawatan, berikan
pengetahuan yang dibutuhkan bagi keluarga untuk mereka mengambil
keputusan untuk klien, bantu keluarga untuk mendapat pengetahuan,
keterampilan dan alat yang diperlukan untuk mendukung keputusan
mereka terhadap perawatan pasien. Menurut peneliti, rencana tindakan
yang dilakukan pada An. P sudah sama dengan teori.

Hikmawati (2011), mengatakan penyuluhan merupakan upaya yang


direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok
atau masyarakat sehingga berprilaku yang kondusif untuk kesehatan.

Peneliti Sirait (2019), menyebutkan pengetahuan yang lebih baik


tentang anemia sangat penting dipahami maupun menginat banyaj
kejadian pada remaja putri karena dengan pengetahuan maka remaja
dapat mengetahui bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi anemia.

Menurut analisis penelitian, dukungan terhadap keluarga mengenai


masalah, dan memberi dukungan agar dapat terpenuhi hemoglobin anak
terhadap penyakit anemia.

Poltekkes Kemenkes
6

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang
sudah disusun atau direncanakan sebelumnya. Tindakan keperawatan
yang telah dilakukan berkaitan dengan diagnosa perfusi perifer tidak
efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin pada
An.P yaitu perawatan sirkulasi dengan periksa sirkulasi perifer (Nadi
perifer, TD, RR Suhu), anjurkan berolahraga rutin, melakukan
pemeriksaan Hb, kolaborasi dengan ahli gizi pemberian tablet Fe. Semua
rencana keperawatan sudah dilakukan sesuai dengan intervensi.

Penelitian Saputra (2018), mengatakan implementasi yang telah


dilakukan yaitu mengobservasi status hidrasi ( kelembaban mukosa),
mengkaji tanda-tanda vital pasien, mengobservasi reaksi transfusi
pasien.

Menurut asumsi peneliti dalam melakukan tindakan yaiatu mengkaji


sirkulasi perifer, memonitor tekanan darah, Hb, dan nadi, menganjurkan
klien untuk berolahraga rutin, agar klien tidak tampak pucat dan mukosa
bibir klien kering.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan berkaitan dengan diagnosa


defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis pada An. P yaitu
manajemen nutrisi dengan indikator identifikasi alergi dan intoleransi
terhadap makanan, monitor nutrisi dengan monitor penurunan berat
badan, ciptakan lingkungan optimal saat konsumsi makanan,
memberikan motivasi kepada anak agar selalu menghabiskan
makanannya, menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi,
menganjurkan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

Saputra (2018), menyebutkan implementasi yang telah dilakukan yaitu


mengkaji adanya alergi makanan, Mengkaji adanya alergi,
menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake, meyakinkan diet yang

Poltekkes Kemenkes
6

dimakan mngandung tinggi serat untuk mncegah konstipasi,memberikan


makanan yang terpilih (suah di konsultasikan dengan ahli gizi),
memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi,mengkaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

Zulaekah and Widajanti (2010), mengatakan upaya yang dilakukan


untuk menanggulangi anemia akibat kekurangan konsumsi besi,meliputi
peningkatan konsumsi besi, melakukan fortifikasi bahan makanan dan
suplementasi besi. Makanan yang banyak mengandung vitamin C untuk
membantu penyerapan besi dan proses pembentukan hemoglobin.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan berkaitan dengan diagnosa


gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur pada
An.P yaitu dukungan melakukan identifikasi masalah gangguan tidur
pasien,penyebab kurang tidur, menganjurkan kepada pasien untuk
melakukan aktivitas yang menggangu tidur pada siang atau sore hari,
menganjurkan pasien untuk tidur malam seperti pada jam 8 malam
sesuai dengan pola tidur, menjelaskan pada pasien pentingnnya tidur
cukup selama sakit, ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (gaya hidup).

Astuti et al. (2017), mengatakan pola tidur dengan kejadian anemia pada
remaja putri menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
tidur remaja adalah pubertas yang mempengaruhi peningkatan rasa
mengantuk di siang hari walaupun tidak ada perubahan pada tidur
malamnya, keterlibatan orang tua dalam menentukan waktu tidur yang
berpengaruh pada jam bangun pagi dan jadwal sekolah yang membuat
remaja harus bangun lebih pagi untuk sekolah.

Menurut asumsi penekitian, implementasi yang dilaksanakan sesuai


dengan intervensi yang di buat pada kasus An.P yaitu penyuluhan

Poltekkes Kemenkes
6

tentang pola tidur pada klien dan menganjurkan kepada klien untuk
melakukan aktivitas yang menggangu tidur pada siang atau sore hari.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan berkaitan dengan diagnosa


konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat pada An.P
adalah manajemen eliminasi fekal dengan indikator periksa tanda dan
gejala konstipasi, periksa karakteristik feses, menganjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi serat, menganjurkan peningkatan asupan
cairan, menganjurkan buang air besar secara teratur.

Penelitian Nurhayati(2019), menyebutkan implementasi yang dilakukan


yaitu menganjurkan menkonsumsi cairan yang adekuat dan tinggi serat,
instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaua vitamin K
untuk mencegah konstipasi, periksan karakteristik feses, menganjurkan
peningkatan asupan serat.

Suryani, Hafiani, and Junita (2017), mengatakan rendahnya asupan


energi memperburuk kejadian anemia, sebaliknya banyak asupan serat
berkontribusi terhadap anemia pada remaja. Serat terdapat dalam
sayuran dan sereal memiliki kandungan asam fitat tinggi sebagai
inhibitor besi dalam diet, kemudian mempengaruhi kadar hemoglobin.

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan dengan diagnosa defisit


pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi pada An.P
adalah edukasi kesehatan dengan indikator identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima infoermasi, menyediakan materi tentang
penyakit Anemia, berikan kesempatan untuk bertanya, menjelaskan
pengertian penyakit anemia, penyebab dan cara pengobatannya,
melibatkan orang tua terhadap kesehatan klien, membantu keluarga
untuk mendapat pengetahuan. Selama penelitian informasi mengenai
penyakit Anemia Defisiensi Besi sudah di jelaskan pada klien dan
keluarga.

Poltekkes Kemenkes
6

Peneliti Ngole (2019), menyebutkan implementasi yang dilakukan yaitu


memberi informasi secara sederhana kepada pasien, mengedukasi pasien
dan keluarga tentang penyakit anemia, mengedukasi pasien dan keluarga
tentang makanan yang mampu menaikan kadar Hb.

Nuniek Nizmah Fajriyah (2016), mengatakan pengetahuan remaja yang


kurang tentang anemia mengakibatkan kurangnya pemahan mereka
tentang anemia, pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai enak tingkat yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintetis, evaluasi.

Menurut asumsi peneliti keluarga mampu mengenal masalah anemia


defisiensi besi, mampu memutuskan tindakan selanjutnya, mampu
merawat anak dengan anemia defisiensi besi, memutuskan nutrisi oada
anan dengan anemia defisiensi besi, dan keluarga dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Setalah 5 hari
melakukan asuhan keperawatan. Hasil evaluasi diagnosa perfusi perifer
tidak efektif berhubungan dengan penurunan kosentrasi hemoglobin
telah diberikan berdasarkan SIKI yaitu hari kelima , status sirkulasi :
perfusi perifer teratasi sebagian karena badan pusing pasien sudah mulai
berkurang, pasien masih terasa lemah.

Kriteria hasil dari penelitian Saputra (2018), yaitu pusing mulai


berkurang, badan terasa lemah sudah berkurang, klien masih tampak
pucat, dengan Hb 9,4 g/dl.

Poltekkes Kemenkes
6

Menurut asumsi penelitian apa yang ditemukan pada kasus sama dengan
apa yang ada di teori. dimana badan lemah karena kurangnya kadar
hemoglobin pada sel darah merah, yang dibutuhkan untuk menjaga
pasokan oksigen ke jaringan tubuh maka menganjurkan anak melakukan
aktivitas rutin.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawarawatan berkaitan dengan diagnosa


defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
yang muncul pada An.P berdasarkan SIKI yaitu nafsu makan membaik
dengan kriteria hasil keinginan untuk makan meningkat, energi untuk
makan meningkat, intake makanan adekuat. Berdasarkan observasi dan
wawancara terhadap An.P dan keluarga, masalah teratasi sebagian
karena kalien masih terlihat pucat.

Kriteria hasil dari penelitian Saputra (2018), yaitu nafsu makan sudah
ada walau sedikit, klien menghabiskan makanan dalam 1 porsi.

Menurut asumsi peneliti evaluasi yang didapat sesuai dengan kriteria


hasil yaitu nafsu makan meningkat, frekuensi makan membaik,
membrane mukosa membaik, porsi makanan yang di habiskan cukup
meningkat, masalah teratasi sebagian karna peningkatan kebutuhan
metabolism.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan berkaitan dengan diagnosa


gangguan pola tidur yang muncul pada An.P berdasarkan SIKI yaitu
masalah teratasi pada hari ke lima, dimana anak sudah tidur nyenyak
pada malam hari, anak tidur 8 jam pada malam hari, dengan kriteria hasil
keluhan sulit tidur meningkat, keluhan sering terjaga meningkat, pola
tidur berubah meningkat, istirahat tidak cukup meningkat.

Penelitian Astuti et al. (2017), menyebutkan berkurangnya waktu tidur


dapat menyebabkan biosintesis sel-sel tubuh, termasuk biosintesis

Poltekkes Kemenkes
6

haemoglobin terganggu. Berkurangnya waktu tidur, berarti pula semakin


meningkatkan penggunaan energi. Dengan demikian perlu diimbangi
dengan input makanan yang memadai untuk pembentukan energi
kembali, yang digunakan untuk biosintesis dan reparasi sel-sel tubuh
yang mengalami kerusakan.

Menurut asumsi peneliti apa yang di temukan pada kasus sama dengan
apa yang ada di teori. Remaja yang mengalami gangguan pola tidur
dapat faktor tergangguanya hemoglobin. Dan masalah teratasi sebagian
karena anak tidur 8 jam pada malam hari.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan berkaitan dengan diagnosa


konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat yang
muncul pada An.P berdasarkan SIKI yaitu konsistensi feses membaik,
frekuensi defekasi membaik, peristaltic usus membaik. Berdasrkan hasil
observasi dan wawancara terhadap An.P masalah teratasi pada hari ke
tiga karena anak mengkonsumsi tinggi asupan serat.

Penelitian Suryani, Hafiani, and Junita (2017), mengatakan rendahnya


asupan energi memperburuk kejadian anemia, sebaliknya banyak asupan
serat berkontribusi terhadap anemia pada remaja.

Menurut asumsi penelitian apa yang ditemukan pada kasus sama dengan
apa yang ada di teori. Anak tidak mengkonsumsi supan serat akan
mengalami penurunah hemoglobin dan terjadi anemia pada remaja.
Masalah teratasi sebagian karena anak meningkatkan asupan serat.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan berkaitan dengan diagnosa


defisit pengetahuan berhubungan kurang terpapa informasi yang muncul
pada An.P berdasarkan SIKI yaitu masalah teratasi pada hari ke dua,
dimana keluarga sudah mengetahui proses penyakitnya dengan kriteria

Poltekkes Kemenkes
6

hasil klien mampu mengetahui faktor penyebab penyakit, faktor resiko


serta proses penyakit dan komplikasi dari penyakit.

Penelitian Nuniek Nizmah Fajriyah (2016), menyebutkan Perlu


meningkatkan kegiatan yang berkaitan dengan pemberian informasi
tentang anemia dan program pengobatan anemia melalui penyuluhan.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan mengikutsertakan kader-kader
kesehatan atau kegiatan UKS, PMR yang ada di sekolah dengan tujuan
dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang anemia dan mengurangi
angka kejadian anemia pada remaja putri.

Menururt asumsi peneliti setelah dilakukan observasi dan wawancara


pada keluarga An.P, dimana keluarga sudah mengetahui proses penyakit,
tanda gejala, komplikasi lanjut dari penyakit.

Poltekkes Kemenkes
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien anak P
dengan kasus Anemia Defisiensi Besi di Wilayah Puskesmas Nanggalo
Padang, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa An P usia 16 tahun 1 bulan
mengalami kepala pusing, badan terasa lemah, pola nafsu makan anak
yang kurang, anak tidak menyukai sayur dan tidak BAB selama 1
minggu, anak mengalami pusing ketika haid selama 2 hari pertama
haid, anak tampak lesu, lemah dan lemas, mukosa bibir kering, dan
akral teraba dingin.
2. Pada kasus An P, diagnosa keperawatan yang tibul ada 5 diagnosa.
Diagnosa utama pada kasus adalah perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin, diagnosa
kedua defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme, diagnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan
dengan Kurang kontrol tidur, diagnosa yang keempat konstipasi
berhubungan dengan Ketidak cukupan asupan serat, diagnosa yang
kelima defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah
yang ditemukan An.P yaitu perawatan sirkulasi, manajemen nutrisi,
dukungan tidur, manajemen eliminasi fekal, edukasi kesehatan.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan
tindakan yang telah disusun. Implementasi dilakukan mulai tanggal 26
April 2021 – 30 April 2021.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari pada tanggal 26 April – 30
April dalam bentuk SOAP. Evaluasi keperawatan untuk diagnosa
perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin teratasi sebagian pada hari ke lima, defisit

68
Poltekkes Kemenkes
69

nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme


masalah teratasi sebagian pada hari kelima, gangguan pola tidur
berhubungan dengan Kurang kontrol tidur masalah teratasi pada hari
kelima, konstipasi berhubungan dengan Ketidak cukupan asupan serat
sudah teratasi pada hari ke tiga, defisit pengetahuan berhubungan
dengan kurang terpapar informasi masalah teratasi pada hari kedua.
B. Saran
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Melalui petugas Puskesmas Nanggalo Kota Padang, agar dapat
memantau kesehatan pasien anemia defisiensi besi dengan melakukan
pemeriksaan Hb pada anak remaja dan memberikan pelayanan kepada
pasien secara optimal dan meningkatkan mutu dalam pelayanan di
puskesmas dan memberikan dukungan kesembuhan pasien.
2. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menyediakan dan
memperbanyak sumber bacaan dan daftar pustaka dalam menerapkan
ilmu dan asuhan keperawatan Anak Remaja dengan Anemia Defisiensi
Besi.
3. Bagi peneliti selanjutnya.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih
lanjut dengan memberikan asuhan keperawatan pada Anak Remaja
dengan Anemia Defisiensi Besi dengan lebih baik lagi. Setra dapat
memberikan intervensi dan implementasi keperawatan terkait Anak
Remaja dengan Anemia Defisiensi Besi.

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR PUSTAKA

Agustia Wardani Sirait. 2019. “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan


Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Kelas VIII Di SMP
Negeri 3 Lubuk Pakam.”

Ainy, Devi Qurrotu. 2019. “Gejala Anemia Pada Santriwati Arroyyan : Studi
Tentang Pengetahuan Anemia Di Tingkat Mahasantri.” doi:
10.31227/osf.io/qx8sy.

Ali M. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Alimul Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Amalia, Ajeng, and Agustyas Tjiptaningrum. 2016. “Diagnosis Dan Tatalaksana


Anemia Defisiensi Besi Diagnosis and Management of Iron Deficiency
Anemia.” Majority 5:166–69.

Amany, Afifah Hasna. 2015. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia


Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di 3 Sma Kota Yogyakarta.” Jurnal
Kebidanan 5:5.

Amelia, Lince, Ramdani Saputra, Lilis Lestari, Dinarwulan Puspita, Indah Dwi
Rahayu, Dita Astuti Purnamawati, and Almumtahanah Almumtahanah. 2021.
“Perfusi Perifer Tidak Efektif (Anemia) Pada An. A Di Ruang Anak RSUD
Dr. Soedarso Pontianak.” Jik (Jurnal Ilmu Kesehatan) 5(1):1–8.

Apriyanti, Fitri. 2019. “Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Sman 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019.”
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai 3(2):18–21.

Arfines, Prisca Petty, and Fithia Dyah Puspitasari. 2017. “Hubungan Stunting
Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Di Daerah Kumuh, Kotamadya
Jakarta Pusat.” Buletin Penelitian Kesehatan 45(1):45–52. doi:
10.22435/bpk.v45i1.5798.45-52.

Astuti, indah ari, Isti Suryani, and Yhona Paratmanitya. 2017. “Hubungan Pola

70
Tidur Terhadap Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Sma Di Kabupaten
Bantul.” Universitas Alma Ata Yogyakarta 1–18.

Bakta, I....2013. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Bakta, I. Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. edisi 8 vo. Jakarta:
EGC.

Daris, Cahya, Tri Wibowo, Harsoyo Notoatmojo, and Afiana Rohmani. 2013.
“Hubungan Antara Status Gizi Dengan Anemia Pada Remaja Putri Di
Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3 Semarang Relationship
Between Nutritional Status With Anemia in Young Women in Junior High
School of Muhammadiyah 3 Semarang.” 1:3–7.

Dieniyah, Prawira, Merry Maeta Sari, and Ichayuen Avianti. 2019. “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Di Smk Analisis Kimia Nusa Bangsa Kota Bogor Tahun 2018.”
Promotor 2(2):151. doi: 10.32832/pro.v2i2.1801.

DiGiulio, Mary. 2014. Keperawatan Medical Bedah. edisi 1. Yogyakarta: Rapha


publishing.

Doenges, M. E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Fitriany, Julia, and Amelia Intan Saputri. 2018a. “Anemia Defisiensi Besi.
Jurnal.” Kesehatan Masyarakat 4(1202005126):1–30.

Fitriany, Julia, and Amelia Intan Saputri. 2018b. “Anemia Defisiensi Besi.”
AVERROUS: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh 4(2):1. doi:
10.29103/averrous.v4i2.1033.

Girsang, Ivo Elkania. 2017. “Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Pada Ibu
Melahirkan Di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia.” Repositori
Universitas Sumatera Utara 1(1):7–33.

Poltekkes Kemenkes Padang


Hikmawati, I. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Bidan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Janardhana, dewa agung gede agastya. 2021. “Anemia Defisiensi Besi Pada
Pasien Dengan Ulkus Peptikum : Laporan Kasus.” 12(1):113–16. doi:
10.15562/ism.v12i1.860.

JW, Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Listiana A. 2016. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Di Smkn 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah.” Jurnal Kesehatan VII(3):455–69.

Mugianti, Sri, Arif Mulyadi, Agus Khoirul Anam, and Zian Lukluin Najah. 2018.
“Faktor Penyebab Anak Stunting Usia 25-60 Bulan Di Kecamatan Sukorejo
Kota Blitar.” Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery)
5(3):268–78. doi: 10.26699/jnk.v5i3.art.p268-278.

Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik. edisi 3. edited by .Alih bahasa


Alfrina. Jakarta: EGC.

Ngole, Kristina. 2019. “Asuhan Keperawatan, Komprehensif Anemia Pada Tn.


A.S Di Ruangan Komodo RSUD W.Z JOHANES KUPANG.” Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952.

Nuniek Nizmah Fajriyah, M. Laelatul Huda Fitriyanto. 2016. “(Public Health


Problem).” Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) IX(1):1–6.

NURHAYATI. 2019. Asuhan Keperawatan Antenatal Care Pada Ny. M Dengan


Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bakunase, Kota Kupang. Vol. 53.

Pinasti, Ladyamayu, Zenny Nugraheni, and Budiyanti Wiboworini. 2020.


“Potensi Tempe Sebagai Pangan Fungsional Dalam Meningkatkan Kadar
Hemoglobin Remaja Penderita Anemia.” AcTion: Aceh Nutrition Journal
5(1):19. doi: 10.30867/action.v5i1.192.

Potter, P. .. &. Perry A.. . .2012. Fundamental of Nursing. Jakarta: EGC.

Restuti, Arisanty Nursetia, and Yoswenita Susindra. 2016. “Hubungan Antara

Poltekkes Kemenkes
Asupan Zat Gizi Dan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri Di SMK Mahfilud Durror II Jelbuk.” Seminar Hasil Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat 78.

Saputra, Andi. 2018. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y DENGAN ANEMIA


DI RUANGAN RAWAT INAP AMBUN SURI LANTAI III RSUD Dr.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2018. Vol. 2.

Sartika, Wiwi, . Herwati, and Yossi Suryarinilsih. 2019. “The Effect of Moringa
Leaf Capsule on the Hemoglobin Levels in Young Women at Smp
Sabbihisma Padang.” KnE Life Sciences 2019:158–64. doi:
10.18502/kls.v4i15.5753.

Sofia, Debbiyatus, and Supratiknyo Supratiknyo. 2018. “Peningkatan Perilaku


Penatalaksanaan Anemia Remaja Putri Melalui Peer Group Sharing.”
OKSITOSIN : Jurnal Ilmiah Kebidanan 5(2):113–18. doi:
10.35316/oksitosin.v5i2.352.

Sri Utami Arifin, Nelly Mayulu, Julia Rottie. 2013. “MONGONDOW UTARA
Sri Utami Arifin Nelly Mayulu Julia Rottie Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.”
Ejournal Keperawatan (e-Kp) 1.

Subratha, H. F. A. 2020. “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang


Anemia Di Tabanan.” Jurnal Medika Usada 3:48–53.

Suryani, Desri, Riska Hafiani, and Rinsesti Junita. 2017. “Analisis Pola Makan
Dan Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri Kota Bengkulu.” Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas 10(1):11. doi: 10.24893/jkma.v10i1.157.

Susanti, erna dwi. 2020. “Studi Dokumentasi Konstipasi Pada Pasien An.S.”
Orphanet Journal of Rare Diseases 21(1):1–9.

Utami, Baiq Nurlaily, Surjani Surjani, and Eko Mardiyaningsih. 2015. “Hubungan
Pola Makan Dan Pola Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri.”
Jurnal Keperawatan Soedirman 10(2):67–75.

Poltekkes Kemenkes
World Health Organization. 2020. “Weekly Epidemiological Record.”
(April):133–44.

Zulaekah, Siti, and Laksmi Widajanti. 2010. “Pengetahuan Gizi Dan Kadar
Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Penderita Anemia Setelah Mendapatkan
Suplementasi Besi Dan Pendidikan Gizi Nutrition Knowledge and
Hemoglobin Levels on Elementary School Children Anemia Patients after
Getting Supplementation of Ir.” Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
5:35–41.

Poltekkes Kemenkes
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Hari Tanggal Jam


Waktu Pengkajian Sabtu 24 April 15.00

Rumah sakit/ Klinik/ Puskesmas : Puskesmas Nanggalo


Ruangan :
Tanggal masuk RS :
No. Rekam Medik :
Sumber informasi : Klien dan Orang Tua Klien
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama/ panggilan An. P
Tanggal lahir/ umur 18 Maret 2005/ 16 tahun 1 bulan
Jenis kelamin Perempuan
Agama Islam
Pendidikan SMA
Anak ke/ jumlah saudara Anak ke 3 / 3
Diagnosa medis Anemia

2. IDENTITAS ORANG TUA AYAH IBU


Nama Tn. P Ny. N
Umur 47 Tahun 47 Tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang,Indonesia Minang,Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Buruh IRT
Alamat Jln Raya Pagang Jln Raya Pagang

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


No. Nama Usia (bl/ Jenis Hub Pendidikan Status Ket
(inisial) th) kela dengan kesehatan

Poltekkes Kemenkes
min KK

1 Tn.P 47 thn Lk Ayah SMA Sehat


2 Ny.N 47 thn Pr Ibu SMA Sehat
3 Ny.E 26 thn Pr Anak SMA Sehat
4 Tn.B 26 thn Lk Menantu SMA Sehat
5 Tn.F 21 thn Lk Anak SMA Sehat
6 An.P 16 thn Pr Anak SMP Sakit
7 An.A 2 thn Pr Cucu Sehat
8 An.A 2 minggu Lk Cucu Sehat

II. RIWAYAT KESEHATAN


Keluhan utama Pasien berobat ke Puskesmas dengan
keluhan kepala terasa pusing sejak ± 2
bulan , badan terasa lemah,dan mengalami
nafsu makan
berkurang.

1. Riwayat kesehatan sekarang


Pada saat melakukan pengkajian tanggal 24 April 2021 pukul 15.00 WIB An.P
mengatakan nafsu makan berkurang , An.P makan 1x/hari,berat badan turun (
BB sebelum sakit : 59Kg, BB sekarang: 55Kg), badan terasa lemah/letih,kepala
terasa pusing, jika berolaharga An.P merasa sakit kepala, An.P mengatakan
sering begadang karena tugas sekolah, tidur pada malam hari hanya 4 jam,
pasien tampak pucat, Ny.N mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit
yang di derita An.P, ibu mengatakan belum pernah diberi informasi tentang
penyakit yang diderita anaknya

2. Riwayat kesehatan dahulu


Pada tanggal 30 September 2020 An.P mengikuti pemeriksaan Hb di Posyandu

Poltekkes Kemenkes
Pagang Luar Kelurahan Kurao dan mengalami penurunan Hb, petugas puskesmas menyarankan oran
An.P mengatakan setiap HAID merasakan sakit kepala dan badan terasa lemas.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Anggota keluarga pernah sakit Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sa

Riwayat penyakit turunan tidak ada keluarga mempunyai penyakit keturunan

Genogram Ket :
: Laki-laki
: menikah
: Perempuan
: Klien

: Tinggal Serumah
: Meninggal

III. LINGKUNGAN
An.P tinggal di daerah pagang luar,dengan daerah pemukiman yangbpadat.
Daerah disana memiliki sanitasi lingkungan yang cukup bersih,ventilasi
rumah kurang memenuhi syarat, rumah Ny.N tampak kurang tertata, untuk
pembuangan sampah Ny. N membuang di belakang rumah. Sumber air
minum dari air sumur bor yang di rebur dan untuk keperluaran sehari-hari

Poltekkes Kemenkes
menggunakan air sumur. Kamar mandi berada di dalam rumah dan pembuangan
limbah ke sungai belakang rumah. Pada lingkungan sekitar banyak terdapat
orang yang merokok dan termasuk ayah klien.
IV. PENGKAJIAN KHUSUS
A. Anak
1. Pemeriksaan fisik
Kesadaran Compos mentis
GCS : E: 4 M: 6 jumlah 15

V:5 GCS : 15
tanda vital Suhu: 37,1 RR: 22x/m Nadi: 90x/m
TD: 100/80
Posture BB: 55 Kg TB: 153 cm
IMT: 23,92 (gizi seimbang) berat badan
ideal, IMT normal : 24,9
Kepala Bentuk : Simetris
Kebersihan : Bersih
Benjolan : tidak ada
Data lain :
Mata Simetris
Sclera : ikterik
Refleks Cahaya : positif
Pupil : isokor
Konjungtiva : anemis
Palpebra : tidak ada edema
Data lain :

Hidung Letek : simetris


Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Kebersihan : bersih
Mulut Warna bibir : Tampak pucat

Poltekkes Kemenkes
Bibir : mukosa bibir kering
Gigi : bersih

Telinga Bentuk : simetris


Kebersihan : bersih
Pemeriksaan pendengaran : pendengaran
klien baik

Leher Pembesaran kelenjer getah bening :


tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Dada
Thorax Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Auskultasi : vesikuler
Perkusi : sonor kiri kanan
Palpasi : fremitus kiri kanan

Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat


Auskultasi : irama jantung regular
Palpasi : ictus cordis teraba 2 jari
Perkusi : batas jantung normal
Abdomen Inspeksi : simetris
Aukultasi : bising usus 17x/m
Palpasi : timpani
Perkusi : nyeri (-)
Lingkar perut : 83 cm
Kulit Turgor kulit : turgor kulit baik
Kelembapan : kering
Warna : Pucat

Poltekkes Kemenkes
Ekstermitas atas Lingkar lengan atas : 27 cm
Capillary refil : kembali 3 detik
Telapak tangan klien tampak pucat
Akral teraba dingin

Ektermitas bawah Tidak tampak edema pada eksrtremitas


Genetalia dan anus Tidak di periksa
Pemeriksaan tanda rangsangan
Meningeal
2. Kebiasaan sehari-hari
Nutrisi dan cairan Sakit
Pola makan :
- Jenis : makanan biasa nasi 1 centong,
dengan lauk pauk : ikan, telur, tempe,
tahu, dan kadang makan daging sapi
tanpa mengkonsumi sayuran karena
pasien tidak menyukai sayur.
- Buah-buahan yang dikonsumisi adalah
pisang
- An.P mengatakan sering
mengkonsumsi mie instan 1-2 kali
seminggu, sering mengkonsumsi roti
gandum,gorengan dan sering makanan
frozen food seperti sosis dan nugget,
sesekali pasien mengkonsumsi ice
crem
- Frekuensi : makan nasi 1 kali/hari,
sarapan setiap makan dengan teh dan
roti.
- Pola makan : habis/ ½ porsi

Poltekkes Kemenkes
- Komposisi nutrisi pasien tidak
seimbang
- Pasien ada riwayat junk food
Pola minum : 6 gelas / hari
- Air minum yang di gunakan : galon/ air
rebusan
- An. P mengatakan suka minum kopi,
teh pada pagi dan malam hari, pasien
mengatakan jarang minum susu

Istirahat dan tidur Siang : Malam :


Sehat Sehat
Pola tidur : tidak Pola tidur : teratur
teratur jumlah jam tidur 7-
8 jam
Sakit :
Pola tidur : tidak Sakit :
teratur karena Pola tidur : tidak
merasa pusing teratur sejak ± 2
bulan, sering
begadang
Jumlah jam tidur 4
jam

Eliminasi BAK BAB


Sehat : 7-8x/hari Sehat : 1-2x/hari
Warna : putih Warna : kuning
bening kecoklatan

Poltekkes Kemenkes
Bau : khas Bau :khas fese
An.P Konsistensi lunak
membersihkan Sakit :
BAK sendiri tidak BAB sudah 1
minggu, feses
Sakit : keras
5x/hari, warna
kuning, bau khas

Riwayat Haid Siklus : teratur


Jumlah : pasien mengatakan haid paling
banyak selama 7 hari, dengan 3 kali ganti
pembalut
Warna : merah
Bau : bau khas
Dismenorrhe : pasien mengatakan
menegluh nyeri kepala selama 2 hari
pertama haid, nyeri masih bisa di tahan
Personal hygine Mandi : klien mandi 2x setiap hari
Cuci rambut : klien mencuci rambut 1
kali dalam 2 hari
Sikat gigi : klien manyikat giginya
sebanyak 2x/hari

Aktivitas bermain Sepulang sekolah anak biasa selalu


bermain HP
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Hb : 8,9 g/dl

Poltekkes Kemenkes
Terapi medis

Poltekkes Kemenkes
84

Analisa Data

Table 1.1
Analisa Data
No DATA MASALAH PENYEBAB
1. DS: Perfusi perifer Penurunan
1. Klien mengatakan badan tidak efektif konsentrasi
terasa lemah dan letih hemoglobin
2. Klien mengatakan kepala
terasa pusing
3. Pasien mengatakan ketika
haid dan berolahraga kepala
terasa pusing

DO :
1. Pasien tampak pucat
2. Mukosa bibir kering
3. Akral teraba dingin
4. TD: 100/80 mmHg
5. Nadi : 80x/m
6. Hb : 8.9 g/dl
7. CRT 3 detik
8. Konjungtiva anemis

2. DS : Defisit nutrisi Faktor psikologis


1. Klien mengatakan
mengatakan tidak nafsu
makan hanya menghabiskan
½ porsi
2. Klien mengatakan makan
1x/hari
3. Klien mengatakan tidak
menyukai sayur-sayuran dan
buah yang sering di makan
adalah pisang
4. Klien mengatakan makan nasi
1 centong, dengan lauk pauk :
ikan, telur, tempe, tahu, dan
kadang makan daging sapi
tanpa mengkonsumi sayuran
karena pasien tidak menyukai
sayur.
5. sering mengkonsumsi
teh,kopi pada pagi dan malam
hari,pasien jarang
mengkonsumsi susu
6. klien mengatakan sering
mengkonsumsi mie instan 2
kali seminggu, sering
mengkonsumsi roti
gandum,gorengan dan sering
makanan frozen food,
sesekali pasien
mengkonsumsi ice crem
7. Klien mengatakan badan
terasa letih
DO :
1. Klien tampak pucat
2. Membrane mukosa bibir
pucat
3. Penurunan berat badan (BB
sehat : 59 kg BB sakit : 55
Kg)
4. Klien tampak lesu

Poltekkes Kemenkes
5. Riwayat junk food
6. Hb : 8.9 g/dl
3. DS : Gangguan pola Kurang kontrol
1. Klien mengatakan sering tidur tidur
begadang karena tugas
sekolah
2. Klien mengatakan tidur pada
malam hari hanya 4 jam
3. pada siang tidak teratur
karena merasa pusing
4. klien mengatakan menyukai
telur dan
DO :
1. Klien tampak pucat
2. TD : 100/80
3. Hb : 8,9 g/dl

4. DS : Konstipasi Ketidak cukupan


1. Klien mengtakan tidak makan asupan serat
sayur
2. Klien mengatakan tidak ada
BAB sudah 1 minggu
DO :
1. Pasien tampak lemah dan
letih
2. Minum air 6 gelas sehari
3. Tidak mengkomsumsi sayur
dan buah-buahan
5. DS : Defisit Kurang
1. An. P mengatakan tidak Pengetahuan terpaparnya
mengetahui tentang penyakit infoermasi

Poltekkes Kemenkes
yang di derita
2. An. P mengatakan belum
pernah diberi infoermasi
tentang penyakit yang di
derita.
DO :
1. Keluarga tampak tidak
mengetahui tentang penyakit
anaknya

Diagnosa Keperawatan
Table 2.1
NO Diagnosa Ditemukan masalah Dipecahkan msalah
Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Perfusi perifer tidak 25 April 30 April
efektif berhubungan 2021 2021
dengan Penurunan
konsentari hemoglobin
2. Defisit nutrisi 25 April 30 April
berhubungan dengan 2021 2021
peningkatan
kebutuhan
metabolisme
3. Gangguan pola tidur 25 April 30 April
berhubungan dengan 2021 2021
Kurang kontrol tidur
4. Konstipasi 25 April 30 April
berhubungan dengan 2021 2021
ketidak cukupan

Poltekkes Kemenkes
asupan serat
5. Defisit pengetahuan 25 April 30 April
berhubungan dengan 2021 2021
kurang terpapar
informasi

Intervensi Keperawatan

Table 3.1
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Perfusi perifer Setelah diberikan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif asuhan keperawatan Observasi :
berhubungan selama 5x24 jam, - Periksa sirkulasi perifer (mis.
dengan diharapkan perfusi Nadi perifer, edema, pengisian
penurunan perifer meningkat kapiler, warna, suhu,)
konsentrasi Kriteria hasil : - Identifikasi factor risiko
hemoglobin Perfusi perifer gangguan sirkulasi
indikator - Monitor panas, kemerahan, nyeri
a. Denyut atau bengkak pada ekstremitas
nadi perifer Terapeutik
meningkat - Hindari pengukuran tekanan
b. Warna kulit darah pada ekstremitas dengan
pucat menurun keterbatasan perfusi
c. Akral - Lakukan pencegahan infeksi
cukup - Lakukan hidrasi
membaik Edukasi
d. Turgo kulit - Anjurkan berolahraga rutin
cukup membaik - Anjurkan menghindari
e. Tekanan darah penggunaan obat penyekat beta
sistolik cukup

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
membaik - Anjurkan perawatan kulit yang
f. Tekanan darah tepat ( mis. Melembabkan kulit
diastolic cukup kering pada kulit)
membaik - Anjurkan program rehabilitasi
g. vaskuler
- Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mengkonsumsi tambet Fe
2. Defisit nutrisi Setelah diberikan Manajemen nutrisi
berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan selama 5x24 jam, - Identifikasi status nutrisi
peningkatan diharapkan defisit - Identifikasi alergi dan intoleransi
kebutuhan nutrisi membaik makanan
metabolisme Kriteria hasil : - Identifikasi makanan yang
Status nutrisi disukai
Indikator : - Identifikasi kebutuhan kalori dan
a. Porsi makanan jenis nutrient
yang di - Monitor asupan makanan
habiskan cukup - Monitor berat badan
meningkat - Monitor pemeriksaan
b. Pengetahuan laboratorium
tentang pilihan Terapeurik
makanan yang - Lakukan oral hygiene sebelum
sehat meningkat makan,jika perlu
c. Berat badan - Berikan makanan tinggi serat
membaik dan untuk mencegah konstipasi
d. IMT membaik Edukasi
e. Frekuensi - Anjurkan posisi duduk,jika perlu
makan - Ajarkan diet yang diprogramkan
membaik
f. Nafsu makan

Poltekkes Kemenkes
membaik
g. Membrane
mukosa
membaik

3. Gangguan pola Setelah diberikan Dukungan tidur


tidur asuhan keperawatan Observasi
berhubungan selama 5x24 jam, - Identifikasi pola aktivitas dan
dengan diharapkan tidur
Kurang gangguan pola tidur - Identifikasi faktor pengganggu
kontrol tidur membaik tidur (fisik/psikologis)
Kriteria hasil : - Identifikasi makanan dan
Pola tidur minuman yang mengganggu
Indikator : tidur ( mis, kopi, teh)
a. Keluhan sulit - Identifikasi obat yang di
tidur meningkat konsumsi
b. Keluhan sering Terapeutik
terjaga - Modifikasi lingkungan (mis.
meningkat Pencahayaan,kebisingan,suhu)
c. Keluhan pola - Batasi waktu tidur siang,jika
tidur berubah perlu
meningkat - Fasilitasi menghilangkan stress
d. Keluhan sebelum tidur
istirahat tidak - Tetapkan jadwal tidur rutin
cukup - Lakukan prosedur untuk
meningkat meningkatkan kenyamanan (mis.
Ijat, pengaturan posisi)
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit

Poltekkes Kemenkes
- Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan
dan minuman yang menggagu
tidur
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup, sering berubah sift
bekerja)
- Ajarkan relaksasi oto autogenic
atau cara nonfarmakologis
lainnya
4. Konstipasi Setelah diberikan Manajemen eliminasi fekal
berhubungan asuhan keperawatan Observasi
dengan ketidak selama 5x24 jam, - identifikasi masalah usus dan
cukupan diharapkan penggunaan obat pencahar
asupan serat konstipasi membaik - identifikasi pengobatan yang
Kriteria hasil : berefek pada kondisi
Eliminasi fekal gastrointestinal
Indikator : - monitor buang air besar (mis.
a. kontrol Warna,frekuensi,konsistensi,volu
pengeluaran me)
feses meningkat - monitor tanda dan gejala
b. keluhan konstipasi
defekasi lama Terapeutik
dan sulit - berikan air hangat setelah makan
menurun - sediakan makanan yang tinggi
c. mengejan saat serat
defekasi Edukasi
menurun - jelaskan jenis makanan yang
d. konsistensi membantu pmeningkatkan

Poltekkes Kemenkes
feses membaik keteraturan peristaltic usus
e. frekuensi - anjurkan mencatat
defekasi warna,frekuensi,kosistensi,volum
membaik e feses
f. peristaltic usus - anjurkan pengurangan asupan
membaik makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
- anjurkan mengkonsumis
makanan yang mengandung serat

5. Defisit Setelah diberikan Edukasi Kesehatan


pengetahuan asuhan keperawatan Observasi
berhubungan selama 5x24 jam, - Identifikasi kesiapan dan
dengan kurang diharapkan defisit kemampuan menerima
terpapar pengetahuan infoermasi
informasi membaik - Identifikasi faktor-faktor yang
Kriteria hasil : dapat meningkatkan dan
Tingkat menurunkan motivasi perilaku
pengetahuan hidup bersih dan sehat
Indikator : Terapeutik
a. Perilaku sesuai - Sediakan materi dan media
anjuran tentang anemia defisiensi besi
meningkat - Berikan kesempatan untuk
b. Kemampuan bertanya
menjelaskan Edukasi
pengetahuan - Jelaskan faktor risiko yang dapat
tentang suatu mempengarui kesehatan
topic meningkat - Ajarkan perilaku bersih dan
c. Pertanyaan sehat
tentang masalah - Ajarkan strategi yang dapat
yang dihadapi digunakan untuk meningkatkan
menurun perilaku hidup bersih dan sehat

Poltekkes Kemenkes
d. Perilaku
membaik

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Table 4.1
Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
Senin, 26 April 2021
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan (SOAP)
1. Perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi Evaluasi :
tidak efektif perifer (Nadi S :
berhubungan perifer, TD, RR 1. An.P mengatakan badan
dengan Suhu) terasa lemah
penurunan 2. Melakukan 2. An.P mengatakan
kosentrasi pemeriksaan Hb kepala terasa pusing
hemoglobin 3. Anjurkan 3. An.P mengatakan
berolahraga rutin ketika haid berolahraga
kepala terasa pusing
O:
1. Pasien tampak pucat
2. Mukosa bibir kering,
3. Akral teraba dingin
4. TD : 100/80 mmHg,
5. Nadi : 80x/m,
6. Hb : 8,9 g/dl,
7. CRT 3 detik
8. Konjungtiva
anemis A :
Masalah belum teratasi
P:

Poltekkes Kemenkes
1. Intervensi dilanjutkan
2. Perawatan sirkulasi
2. Defisit nutrisi 1. Menanyakan Evaluasi :
berhubungan alergi makanan S :
dengan pada pasien 1. An.P mengatakan tidak
peningkatan 2. Identifikasi nafsu makan hanya
kebutuhan makanan yang menghabiskan ½ porsi
metabolisme disukai pasien 2. An. P mengatakan
3. Memberikan sarapan pagi dengan
motivasi kepada roti dan teh.
anak agar selalu 3. An.P mengatakan
menghabiskan makan nasi 1x/hari
makanannya dengan nasi dan telur,
4. Menganjurkan An.P badan terasa letih.
pasien untuk O :
makan sedikit- 1. Klein tampak pucat
sedikit tapi 2. Mukosa bibir kering
sering 3. penurunan berat badan (
5. Menganjurkan BB sehat : 59kg, BB
pasien untuk sakit : 55 kg).
meningkatkan A:
intake zat besi Masalah belum teratasi
6. Anjrkan pasiena P:
untuk 1. Intervensi di
meningkatkan dilanjutkan
protein dan 2. Manajemen nutrisi
vitamin C
7. Monitor berat
badan
8. Monitor
kelembapan
mukosa mulut

Poltekkes Kemenkes
9. Menganjurkan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi.
3. Gangguan 1. Melakukan Evaluasi :
pola tidur identifikasi S:
berhubungan masalah 1. An.P mengatakan
dengan kurang gangguan tidur sering begadang karena
kontrol tidur pasien,penyebab tugas sekolah
kurang tidur 2. An.P mengatakan tidur
2. Menganjurkan malam hari hanya 4
kepada pasien jam.
untuk melakukan O :
aktivitas yang 1. Klein tampak pucat
menggangu tidur 2. Hb : 8,9 g/dl.
pada siang atau A:
sore hari Masalah belum teratasi
3. Menganjurkan P:
pasien untuk Intervensi di lanjtkan.
tidur malam Dukungan tidur
seperti pada jam
8 malam sesuai
dengan pola tidur
4. Menjelaskan
pada pasien
pentingnnya
tidur cukup
selama sakit
5. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi

Poltekkes Kemenkes
terhadap
gangguan pola
tidur (gaya
hidup)

4. Konstipasi 1. Periksa tanda dan Evaluasi :


berhubungan gejala konstipasi S:
dengan 2. Periksa 1. An.P mengatakan tidak
ketidak karakteristik menyukai sayur
cukupan feses 2. An.P mengatakan tidak
asupan serat 3. Menganjurkan ada buang air besar
mengkonsumsi selama 1 minggu.
makanan tinggi O :
serat 1. Klein tampak lemah
4. Menganjurkan dan letih.
peningkatan A:
asupan cairan Masalah belum teratasi
5. Menganjurkan P:
buang air besar 1. Intervensi di lanjutkan
secara teratur 2. Manajemen eliminasi
fekal

5. Defisit 1. Identifikasi Evaluasi :


pengetahuan kesiapan dan S :
berhubungan kemampuan 1. Ny.N mengatakan tidak
dengan kurang menerima mengetahui tentang
terpapar infoermasi penyakit yang di derita
informasi 2. Menyediakan An.P
materi tentang 2. Ny.N mengatakan
penyakit Anemia belum pernah diberi
3. Berikan infoermasi tentang
kesempatan penyakit yang di derita

Poltekkes Kemenkes
untuk bertanya, anaknya.
4. Menjelaskan O:
pengertian 1. Ny.N tampak
penyakit anemia, mendengarkan yang di
penyebab dan sampaikan peneliti.
cara A : Masalah teratasi
pengobatannya. P : intervensi dihentikan
5. Melibatkan
orang tua
terhadap
kesehatan klien

Implementasi keperawatan dan Evaluasi keperawatan


Selasa, 27 April 2021
NO Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan (SOAP)
1. Perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi Evaluasi :
tidak efektif perifer (Nadi , S :
berhubungan TD, RR, Suhu) 1. An.P mengatakan
dengan 2. Anjurkan badan terasa lemah
penurunan berolahraga rutin 2. An.P mengatakan
kosentrasi kepala terasa pusing
hemoglobin O:
1. Pasien tampak pucat
2. Mukosa bibir kering,
3. Akral teraba dingin
4. TD : 120/80 mmHg,
5. Nadi : 82x/m,
6. CRT 3 detik
7. Hb : 8,9 g/dl,
8. Konjungtiva anemis
A:

Poltekkes Kemenkes
Masalah belum teratasi
P:
3. Intervensi dilanjutkan
Perawatan sirkulasi
2. Defisit nutrisi 1. Memberikan Evaluasi :
berhubungan motivasi kepada S:
dengan anak agar selalu 1. An.P mengatakan
peningkatan menghabiskan tidak nafsu makan
kebutuhan makanannya hanya menghabiskan
metabolisme 2. Menganjurkan ½ porsi
pasien untuk 2. An.P mengatakan
makan sedikit- makan 1x/hari, sarapan
sedikit tapi pagi degan roti dan teh
sering 3. An.P mengatakan
3. Menganjurkan badan terasa letih.
pasien untuk O :
meningkatkan 1. Klein tampak pucat
intake zat besi 2. Mukosa bibir kering
4. Anjrkan pasien A :
untuk Masalah belum teratasi
meningkatkan P:
protein dan 3. Intervensi di
vitamin C dilanjutkan
5. Monitor berat 4. Manajemen nutrisi
badan
6. Monitor
kelembapan
mukosa mulut
7. Menganjurkan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah

Poltekkes Kemenkes
konstipasi.
3. Gangguan pola 1. Melakukan Evaluasi :
tidur identifikasi S:
berhubungan masalah 1. An.P mengatakan
dengan kurang gangguan tidur sering begadang
kontrol tidur pasien,penyebab karena tugas sekolah
kurang tidur 2. An.P mengatakan
2. Menganjurkan tidak bias tidur pada
kepada pasien malam hari
untuk melakukan 3. An.P mengatakan tidur
aktivitas yang malam hari hanya 4
menggangu tidur jam.
pada siang atau O:
sore hari 3. Klein tampak pucat
3. Menganjurkan 4. Hb : 8,9 g/dl.
pasien untuk A :
tidur malam Masalah belum teratasi
seperti pada jam P :
8 malam sesuai Intervensi di lanjtkan.
dengan pola Dukungan tidur
tidur
4. Menjelaskan
pada pasien
pentingnnya
tidur cukup
selama sakit
5. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (gaya

Poltekkes Kemenkes
hidup)

4. Konstipasi 1. Periksa tanda Evaluasi :


berhubungan dan gejala S :
dengan konstipasi 1. An.P mengatakan
ketidakcukupan 2. Periksa makan sayur tapi
asupan serat karakteristik hanya sedikit
feses 2. An.P mengatakan
3. Menganjurkan tidak ada buang air
mengkonsumsi besar selama 1
makanan tinggi minggu.
serat O:
4. Menganjurkan 1. Klein tampak lemah
peningkatan dan letih.
asupan cairan A:
5. Menganjurkan Masalah belum teratasi
buang air besar P:
secara teratur 3. Intervensi di lanjutkan
4. Manajemen eliminasi
fekal

Implementasi keperawatan dan Evaluasi keperawatan


Rabu, 28 April 2021
NO Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan (SOAP)
1. Perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi Evaluasi :
tidak efektif perifer (Nadi S :
berhubungan perifer, TD, RR 1. An.P mengatakan badan
dengan Suhu) masih terasa lemah
penurunan 2. Anjurkan 2. An.P mengatakan kepala
kosentrasi berolahraga rutin terasa pusing

Poltekkes Kemenkes
hemoglobin O:
1. Pasien tampak pucat
2. Mukosa bibir kering,
3. Turgor kembali
lambat, 4. TD : 90/80
mmHg,
5. Nadi : 80x/m,
6. CRT 3 detik
7. Hb : 8,9 g/dl,
8. Konjungtiva anemis
A:
Masalah belum teratasi
P:
1. Intervensi dilanjutkan
2. Perawatan sirkulasi
2. Defisit nutrisi 1. Memberikan Evaluasi :
berhubungan motivasi kepada S :
dengan anak agar selalu 4. An.P mengatakan tidak nafsu
peningkatan menghabiskan makan hanya menghabiskan
kebutuhan makanannya ½ porsi
metabolisme 2. Menganjurkan 5. An.P mengatakan makan
pasien untuk 1x/hari dengan
makan sedikit- ikan,tempe,tidak makan
sedikit tapi sering sayur, dan sarapan pagi
3. Menganjurkan minum susu
pasien untuk 6. An.P mengataka badan terasa
meningkatkan letih.
intake zat besi O:
4. Anjrkan pasiena 3. Klein tampak pucat
untuk 4. Mukosa bibir kering
meningkatkan A:
protein dan Masalah belum teratasi
vitamin C P:

Poltekkes Kemenkes
5. Monitor berat 5. Intervensi di dilanjutkan
badan 6. Manajemen nutrisi
6. Monitor
kelembapan
mukosa mulut
7. Menganjurkan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi.
8. Gangguan 1. Melakukan Evaluasi :
pola tidur identifikasi S:
berhubungan masalah gangguan 1. An.P mengatakan tidak biasa
dengan kurang tidur tidur pada malam hari
kontrol tidur pasien,penyebab 2. An.P mengatakan tidur
kurang tidur malam hari hanya 4 jam.
2. Menganjurkan O:
kepada pasien 5. Klein tampak pucat
untuk melakukan 6. Hb : 8,9 g/dl.
aktivitas yang A :
menggangu tidur Masalah belum teratasi
pada siang atau P :
sore hari Intervensi di lanjtkan.
3. Menganjurkan Dukungan tidur
pasien untuk tidur
malam seperti
pada jam 8 malam
sesuai dengan pola
tidur
4. Menjelaskan pada
pasien
pentingnnya tidur

Poltekkes Kemenkes
cukup selama sakit
5. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (gaya
hidup)

4. Konstipasi 1. Periksa tanda dan Evaluasi :


berhubungan gejala konstipasi S:
dengan 2. Periksa 1. An.P mengatakan makan
ketidakcukupa karakteristik feses makan sayur hanya sedikit
n asupan serat 3. Menganjurkan 2. An.P mengatakan sudah BAB
mengkonsumsi hari ini .
makanan tinggi O :
serat TD : 90/80 mmHg
4. Menganjurkan A:
peningkatan Masalah terasi
asupan cairan P : Intervensi di hentikan
5. Menganjurkan
buang air besar
secara teratur

Implementasi keperawatan dan Evaluasi keperawatan


Kamis , 29 April 2021
NO Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan (SOAP)
1. Perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi Evaluasi :
tidak efektif perifer (Nadi S :
berhubungan perifer, TD, RR 1. An.P mengatakan kepala
dengan Suhu) terasa pusing mulai
penurunan 2. Melakukan berkurang

Poltekkes Kemenkes
kosentrasi pemeriksaan Hb O:
hemoglobin 3. Anjurkan 1. Pasien tampak pucat
berolahraga rutin 2. Mukosa bibir kering,
3. Akral teraba dingin
4. TD : 120/80 mmHg,
5. Nadi : 80x/m,
6. Hb : 9,1g/dl,
7. Konjungtiva anemis
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
1. Intervensi dilanjutkan
2. Perawatan sirkulasi
2. Defisit nutrisi 1. Memberikan Evaluasi :
berhubungan motivasi kepada S :
dengan anak agar selalu 1. An.P mengatakan nafsu
peningkatan menghabiskan makan sudah meningkat
kebutuhan makanannya 2. An.P mengatakan makan
metabolisme 2. Menganjurkan 3x/hari
pasien untuk O :
makan sedikit- 1. Mukosa bibir kering
sedikit tapi sering A:
3. Menganjurkan Masalah teratasi sebagian
pasien untuk P :
meningkatkan 1. Intervensi di dilanjutkan
intake zat besi 2. Manajemen nutrisi
4. Anjrkan pasiena
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
5. Monitor berat

Poltekkes Kemenkes
badan
6. Monitor
kelembapan
mukosa mulut
7. Menganjurkan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi.
3. Gangguan 1. Melakukan Evaluasi :
pola tidur identifikasi S:
berhubungan masalah gangguan 1. An.P mengatakan tidur sudah
dengan kurang tidur nyenyak pada malam hari
kontrol tidur pasien,penyebab 2. An.P mengatakan tidur
kurang tidur malam hari hanya 8 jam.
2. Menganjurkan O:
kepada pasien 1. Hb : 9,1 g/dl.
untuk melakukan A :
aktivitas yang Masalah teratasi sebagian
menggangu tidur P :
pada siang atau Intervensi di lanjtkan.
sore hari Dukungan tidur
3. Menganjurkan
pasien untuk tidur
malam seperti
pada jam 8 malam
sesuai dengan pola
tidur
4. Menjelaskan pada
pasien
pentingnnya tidur
cukup selama sakit

Poltekkes Kemenkes
5. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (gaya
hidup)

Implementasi keperawatan dan Evaluasi keperawatan


Jumat , 30 April 2021
NO Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan (SOAP)
1. Perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi Evaluasi :
tidak efektif perifer (Nadi S :
berhubungan perifer, TD, RR 1. An.P mengatakan kepala
dengan Suhu) terasa pusing mulai
penurunan 2. Anjurkan berkurang
kosentrasi berolahraga rutin O:
hemoglobin 1. Pasien tampak pucat
2. Mukosa bibir kering,
3. Akral teraba dingin
4. TD : 110/80 mmHg,
5. Nadi : 80x/m,
6. CRT 3 detik
7. Hb : 9,1g/dl,
8. Konjungtiva anemis
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
3. Intervensi dilanjutkan
4. Perawatan sirkulasi
2. Defisit nutrisi 1. Memberikan Evaluasi :

Poltekkes Kemenkes
berhubungan motivasi kepada S :
dengan anak agar selalu 1. An.P mengatakan nafsu
peningkatan menghabiskan makan sudah meningkat
kebutuhan makanannya 2. An.P mengatakan makan
metabolisme 2. Menganjurkan 3x/hari,
pasien untuk O :
makan sedikit- Klien tampak pucat dan mulai
sedikit tapi sering bersemangat melakukan aktivitas
3. Menganjurkan A:
pasien untuk Masalah teratasi sebagian
meningkatkan P:
intake zat besi 4. Intervensi di dilanjutkan
4. Anjrkan pasiena 5. Manajemen nutrisi
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
5. Monitor berat
badan
6. Monitor
kelembapan
mukosa mulut
7. Menganjurkan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi.
2. Gangguan 1. Melakukan Evaluasi :
pola tidur identifikasi S:
berhubungan masalah gangguan 1. An.P mengatakan tidur sudah
dengan kurang tidur nyenyak pada malam hari
kontrol tidur pasien,penyebab 2. An.P mengatakan tidur

Poltekkes Kemenkes
kurang tidur malam hari mulai pada jam 9.
2. Menganjurkan O:
kepada pasien 1. Hb : 9,1 g/dl.
untuk melakukan A :
aktivitas yang Masalah teratasi
menggangu tidur P :
pada siang atau Intervensi dihentikan.
sore hari
3. Menganjurkan
pasien untuk tidur
malam seperti
pada jam 8 malam
sesuai dengan pola
tidur
4. Menjelaskan pada
pasien
pentingnnya tidur
cukup selama sakit
5. Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (gaya
hidup)

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai