Anda di halaman 1dari 122

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA


DI RUANG IRNA KEBIDANAN DAN ANAK
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

RAYSAH SUCI PRATIWI


NIM : 153110266

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKEMIA


DI RUANG IRNA KEBIDANAN DAN ANAK
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Keperawatan

RAYSAH SUCI PRATIWI


NIM : 153110266

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak dengan Leukemia di Ruang IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr M. Djamil Padang tahun 2018”.
PenulisanKarya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi D-
III Keperawatan Padang, Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep selaku
dosen pembimbing I dan Ibu Hj. Tisnawati, S.St, M.Kes selaku dosen
pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tanpa bantuan
dari Ibu sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dan peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, S.KM, M.Si selaku direktur Politeknik


Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang
2. Ibu Hj. Murniati, SKM, M. Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang
3. Ibu Ns. Idrawati, M. Kep selaku Ka. Prodi D-III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Bapak H. Yusirwan Yusuf Sp. Ba. MARS selaku Direktur Umum RSUP
Dr M. Djamil Padang beserta staf yang telah mengizinkan untuk
melakukan penelitian
5. Ibu Bapak dosen beserta staf yang telah membantu dan memberikan ilmu
dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang
6. Kedua orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan semangat
dan support serta doa yang telah di berikan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar.
7. Rekan-rekan seperjuangan BP 2015 keperawatan terutama GENIC,15
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
peneliti menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
peneliti sendiri dan bagi pihak yang membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Semoga dapat membawa manfaat bagi pegembangan ilmu keperawatan
nantinya. Amin.

Padang, Juni 2018

Peneliti
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, 04 Juni 2018


Raysah Suci Pratiwi

“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia di Ruang IRNA


Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2018”

vii+ 80 halaman, 1bagan, 6 tabel, 14 lampiran.

ABSTRAK
Leukemia merupakan gangguan hematologis akibat proses neoplastik yang
disertai penurunan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan anak mudah
infeksi. Tahun 2017 terdapat sebanyak 287 kasus Leukemia yang dirawat diruang
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang. Tujuan penelitian
adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak leukemia dirawat diruang
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan kasus
tanggal 08- 12 Maret 2018 di ruang kronik IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Subjek penelitian 2 partisipan, sampel diambil dengan teknik
purposive sampling. Instrumen pengumpulan data berupa format pengkajian –
evaluasi, pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Analisis dengan membandingkan semua temuan pada tahapan
proses keperawatan.

Hasil penelitian pada pengkajian didapatkan pada An. A pucat dan lemah ditandai
dengan akral teraba dingin, batuk, flu dan kulit pecah- pecah serta kering, Hb 9,7
g/dl pada An. K terjadi tampak pucat, lemah, demam, nafsu makan berkurang, Hb
10,1 g/dl dan terdapat luka pada bekas infuse. Setelah kemoterapi An. A
mengalami sariawan pada bibir dan mulut sehingga nafsu makan berkurang.
Didapatkan diagnosa utama yang muncul pada kedua partisipan yaitu
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Penurunan kadar
Hb, Intervensi keperawatan untuk masalah utama yaitu monitor status
sirkulasi,monitor tanda- tanda vital. Implementasi dilakukan selama 5 hari untuk
partisipan 1 dan 2. Evaluasi pada partisipan 1dan 2 masalah teratasi dengan
kriteria pucat dan lemah sudah tidak ada, tanda- tanda vital dalam batas normal.

Saran kepada perawat ruang kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang agar dapat melakukan terapi bermain pada anak yang memiliki
penyakit kronis seperti leukemia supaya pertumbuhan dan perkembangan anak
tidak terganggu dalam menjalani hospitalisasi .

Kata kunci: Leukemia, asuhan keperawatan


Daftar Pustaka : 30 (2009-2017)

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI............................................................ ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
HALAMAN ORISINILITAS......................................................................... v
LEMBARAN PERSETUJUAN...................................................................... vi
ABSTRAK...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
A. Konsep Leukemia……………….................................................. 9
1. Pengertian ............................................................................... 9
2. Etiologi ................................................................................... 10
3. Patofisiologi ............................................................................ 10
4. WOC ....................................................................................... 12
5. Respon Tubuh.......................................................................... 13
6. Penatalaksanaan ...................................................................... 14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Leukemia…………............. 17
1. Pengkajian .............................................................................. 17
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan .................................. 19
3. Rencana Keperawatan ............................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN 38
A. Desain Penelitian .......................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 38
C. Populasi dan Sampel...................................................................... 38
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data........................................ 39
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 40
F. Jenis – jenis Data .......................................................................... 42
G. Hasil Analisis ........................................................................... 42
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS 43
A. Deskripsi Kasus............................................................................. 43
1. Pengkajian Keperawatan......................................................... 43

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Diagnosis Keperawatan........................................................... 48
3. Intervensi Keperawatan........................................................... 50
4. Implementasi Keperawatan..................................................... 53
5. Evaluasi Keperawatan............................................................. 56
B. Pembahasan Kasus........................................................................ 59
1. Pengkajian Keperawatan......................................................... 59
2. Diagnosis Keperawatan........................................................... 64
3. Intervensi Keperawatan........................................................... 67
4. Implementasi Keperawatan..................................................... 70
5. Evaluasi Keperawatan............................................................. 74
BAB V PENUTUP......................................................................................... 78
A. Kesimpulan.......................................................................................... 78
B. Saran.................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC Leukemia............................................................................. 12

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rencana Keperawatan........................................................................... 20


Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan……………………………………………… 43
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………….. 48
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan………………………………………………. 50
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan…………………………………………… 53
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan………………………………………………… 56

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah


Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1
Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2
Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2
Lampiran Format Pengkajian Penelitian Partisipan 1
Lampiran Format Pengkajian Penelitian Partisipan 2
Lampiran Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 1
Lampiran Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 2
Lampiran Daftar Hadir Penelitian
Lampiran Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
Lampiran Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr M. Djamil Padang
Lampiran Surat Keterangan Selesai Penelitian

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Raysah Suci Pratiwi


NIM : 153110266
Tempat/Tanggal Lahir : Lantak Mingkudu/20 November 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : Pertama
Agama : Islam
Alamat : Jln. Pondok Kopi No. 254 Siteba Padang
Nama Orang Tua
Ayah : Yasril, S.Pd
Ibu : Rita Azmar, S.Pd

RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN ASAL SEKOLAH
2001-2002 TK Karya Murni Lubuk Pinang
2002-2009 SD N 07 SD 07 Nan Sabaris
2009-2012 SMP N 1 Nan Sabaris
2012-2015 SMA N 1 Nan Sabaris
2015-2018 Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan gangguan neoplastik yang berdampak besar untuk kondisi
kesehatan bagi orang dewasa dan anak-anak. Hampir separuh dari semua
penyakit kanker yang diderita pada masa kanak-kanak melibatkan darah atau
organ pembentuk darah ( Wong et.al, 2012). Kanker darah (Leukemia)
merupakan keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai
gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoitek
(Handayani, 2008).

Data Union for International Cencer Control (UICC) (2012) mengatakan


bahwa setiap tahun terdapat sekitar 176.000 anak yang menderita kanker
dengan rentang usia umur 5-14 tahun. Kanker merupakan salah satu penyebab
utama kematian 90.000 anak setiap tahunnya, setelah cedera dan kecelakaan
(Kemenkes RI, 2015).

World Health Organization (WHO) (2013) menyebutkan jumlah penderita


kanker di dunia setiap tahun bertambah 6,5 juta orang. 4% (250.000 penderita)
adalah anak- anak. International Agency for Research on cancer pada tahun
2008 menyatakan insiden leukemia di seluruh dunia adalah 5 per 100.000
dengan angka kematian 3,6 per 100.000 penduduk. Leukemia mengalami
peningkatan di Negara Australia yaitu 15,5 per 100.000 penduduk dengan
angka kematian 6,3 per 100.000 penduduk (Simanjorang, 2013).

Data Global Burden Cancer (2012) menyebutkan bahwa jumlah kasus kanker-
baru pada anak-anak dan dewasa, mencapai 14,1 juta jiwa kasus dengan 8,2
juta jiwa kematian. Data ini menunjukkan adanya peningkatan kejadian
kanker dari tahun 2008, 12,7 juta kasus baru dengan 7,6 juta jiwa kematian.
(WHO) tahun 2012 juga memperkirakan bahwa ada 175.300 kasus baru
kanker anak dan ada sekitar 96.400 anak yang meninggal karena kanker di

Poltekkes Kemenkes Padang


seluruh dunia. Hal ini disebabkan banyaknya pasien yang berobat dalam
stadium lanjut (Kemenkes RI, 2014).

American Cancer Society, (2014) menyebutkan data dari tahun 2006 sampai
2010 tingkat kejadian leukemia secara keseluruhan meningkat sekitar 0,5%
per tahun. Kejadian leukemia limpoblastik akut (LLA) mencapai 6.020 kasus
(kasus anak-anak dan dewasa) dan angka kematiannya mencapai 1.440 kasus
pada tahun 2014. Prevalensi kejadian leukemia limpoblastik akut (LLA) pada
anak yaitu sebesar 75% dibandingkan dengan jenis leukemia lainnya (Herdika,
2017).

Kasus kanker di Indonesia terdapat sekitar 11.000 kasus kanker pada anak
setiap tahunnya terdapat 650 kasus kanker di Jakarta ( Kemenkes RI, 2015).
Data registrasi kanker di DKI Jakarta menunjukkan jumlah kasus kanker pada
anak adalah sebesar 4,7 % (601 kasus) dari seluruh kasus kanker (12.792
kasus). Kemenkes Indonesia menerangkan bahwa pengendalian kanker yang
diprioritaskan pada anak, yaitu: kanker darah (Leukemia). Penentuan prioritas
tersebut berdasarkan tingginya angka penyakit atau prevalensi jenis kanker
dan kemudahan mengenal gejala dan tanda jenis kanker tersebut serta
kemudahan penegakan diagnosis (Kemenkes RI, 2014).

Data rekam medik pasien instalansi rawat inap RSUP Dr. M. Djamil (2013),
Provinsi SUMBAR Kota Padang khususnya RSUP Dr. M. Djamil ditemukan
bahwa leukemia limpoblastik akut (LLA) merupakan kasus terbanyak yang
dirawat dibandingkan dengan retinoblastoma dan akut myeloblastik leukemia
(AML), disepanjang tahun 2013 terdapat sebanyak 184 anak dengan leukemia
limpoblastik akut (LLA) dan 6 anak yang menderita akut myeloblastik
leukemia (AML), 2 serta terdapat 40 orang anak dengan retinoblastoma
(Alfianita, 2014). Kasus rawatan anak dengan leukemia limpoblastik akut
(LLA) di RSUP Dr. M. Djamil Padang empat bulan terakhir (Oktober 2016
sampai Januari 2017) pasien yang dirawat dengan leukemia limpoblastik akut
(LLA) sebanyak 220 kunjungan (Ningsih, 2017). Pada 9 bulan terakhir (

Poltekkes Kemenkes Padang


Januari- September) 2017 pasien yang dirawat dengan leukemia limpoblastik
akut (LLA) sebanyak 287 kunjungan (Medical Record RSUP Dr. M. Djamil,
2017).

Anak yang menderita leukemia akan menunjukkan gejala demam, terdapat


petekie atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat menyebabkan perdarahan,
infeksi sekunder maupun gagal organ. Gagal organ dapat terjadi karena sel –
sel leukemia dapat menginvasi testis, ginjal, prostat, ovarium, saluran gastro
intestinal, dan paru – paru. Lokasi invasi yang paling berbahaya adalah Sistem
Saraf Pusat (SSP) karena mengakibatkan tekanan intrakranial sehingga dapat
menyebabkan kematian (Wong, 2012). Perlu dilakukan asuhan keperawatan
secara tepat dan benar sehingga tidak terjadi infeksi dan perdarahan pada
anak.

Perdarahan juga merupakan penyebab kematian yang utama pada pasien


leukemia. Sebagian besar perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan
pemberian konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit, karena infeksi
meningkatkan kecenderungan perdarahan (Handayani, 2008).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengkajian keperawatan anak


dengan leukemia umumnya berfokus pada dampak dari penyakit dan prosedur
pengobatan dan kemoterapi, sedangkan aspek psikologi anak dan keluarga
belum di kaji secara mendalam. Rahmawati (2013) mengungkapkan bahwa
penyakit menahun seperti leukemia mempengaruhi psikologis anak dan
orangtua. Stresor pada anak yang banyak dijumpai tingkat anak pra sekolah 3-
6 tahun yang mengalami leukemia akut meliputi ketidaktahuan, penyesuaian
lingkungan yang asing atau hospitalisasi, serta kebiasaan yang berbeda, dan
hal tersebut dapat membuat anak dan keluarga tertekan. Rasa nyeri akibat
sum- sum tulang yang terakumulasi sel- sel darah putih yang abnormal
biasanya anak akan mengalami stresor yang dihadapi pada saat menjalani
hospitalisasi dari proses keperawatan atau efek perawatan, Lingkungan rumah
sakit yang asing. Kondisi tersebut dapat mempengaruh proses perawatan dan

Poltekkes Kemenkes Padang


pengobatan pada anak yang menderita penyakit leukemia (Murtutik &
Wahyuni, 2013).

Dampak yang di timbulkan penyakit leukemia pada anak yaitu dampak fisik,
psikologis, sosial maupun spiritual. Dampak fisik penyakit leukemia pada
anak diantaranya, anak rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena
gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Stres merupakan dampak lain yang
ditimbulkan pada keluarga dan anak leukemia. Perawatan dirumah sakit sering
kali mengalami stressor pada anak karna mengalami perpisahan teman- teman
sebaya (Wong et.al, 2012). Dampak fatal penyakit leukemia dapat bersifat
sistemik dan menyebabkan kematian pada anak (Simanjorang, 2013).

Tanda dan Gejala leukemia pada anak dapat mengalami resiko infeksi
sehingga dampak yang timbul anak pucat, letih dan demam, resiko perdarahan
karena penurunan jumlah trombosit, kelemahan tulang sehingga dampak yang
ditimbulkan nyeri karena infiltrasi sel abnormal ke muskuloskelatal dan dapat
mengalami anoreksia (Wong et.al, 2012). Gejala dan tanda klinis yang banyak
dijumpai adalah demam dan pucat, Menurut hasil laboratorium, paling banyak
adalah anak dengan kadar Hb antara 5 sampai < 10 g/dl (45/69) dan kadar
trombosit antara 10.000 sampai < 50.000/ul (30/69). Pasien yang remisi pasca-
kemoterapi fase induksi sebanyak 50/69 anak, sementara sepertiga lainnya
tidak remisi. Pada akhir penelitian ini, 31/69 anak meninggal. Event free
survival rate suntuk ALL di RSKD adalah 38,1% (Tehuteru, 2011).

Pinotoan et.al, (2013) Anak dengan leukemia (kanker darah) mendapatkan


prosedur pengobatan yang lama salah satunya kemoterapi, sel- sel neoplasma
dapat dibunuh dengan menggunakan obat-obatan kemoterapi. Pengobatan
semacam ini telah digunakan sejak tahun 1950-an. Efek samping yang
ditimbulkan oleh obat obat kemoterapi yang tidak hanya membunuh sel-sel
leukemia tetapi juga menyerang sel-sel normal. dan dampak kemoterapi bagi
pasien yang menjalani biasanya mual dan muntah yang membuat kepatuhan
pasien terhadap kemoterapi lebih rendah, melemahkan fungsi tubuh,

Poltekkes Kemenkes Padang


meningkatkan kecemasan dan membuat anak merasa ketidaknyamanan
terganggu dan stress anak menjadi meningkat akibat dari prosedur anak saat
kemoterapi (Hariyanto, Bambang E. P et al, 2015). Anak yang menderita
leukemia mendapatkan prosedur kemoterapi, selama menjalani kemoterapi
anak perlu dampingan orang tua karena sebagai pengasuh utama untuk
mendapatkan dukungan hal tersebut agar mencegah dampak stress dari
pengobatan yang diberikan untuk anak. membutuhkan perawatan dirumah
sakit atau hospitalisasi (Rahmawati, 2013).

Upaya penanganan leukemia secara medis anak mendapatkan pengobatan


spesifik untuk mengatasi sel-sel yang abnormal itu semua tergantung
pelaksanaan masing- masing rumah sakit tetapi prinsip dasar pelaksanaannya
anak mendapatkan kemoterapi, dapat pengobatan secara intensif, dan terapi
pemeliharaan untuk mempertahankan masa remisi (Susilaningrum dkk, 2013).

Peran perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai bagaimana


keadaan anak yang mengalami leukemia agar orangtua mempersiapkan fisik
dan mentalnya. Menjelaskan kepada orang tua agar saat diberi pengobatan
sitostatika yang harus dilakukan sesuai prosedur tidak boleh putus ditengah
jalan karena obat yang diberikan selama ini akan sia- sia. Memberikan
harapan pada orang tua bila berobat pada stadium dini penyakit bisa
disembuhkan tetapi memerlukan waktu pengobatan dalam waktu yang cukup
lama (Ambarwati & Nasution, 2015).

Ningsih (2017) dalam penelitiannya telah melakukan Asuhan Keperawatan


pada pasien dengan diagnose medis Penyakit leukemia. Implementasi yang
dilakukan monitor suhu tanda- tanda vital, tujuannya agar mengetahui
mendeteksi kemungkinan infeksi. Memberikan diet lengkap nutrisi sesuai
usia, tujuannya untuk mendukung pertahanan alami tubuh dan menggunakan
teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive, tujuannya
mencegah kontaminasi silang atau menurunkan resiko infeksi. Dalam
menerapkan asuhan keperawatannya dengan diagnosa keperawatan utama

Poltekkes Kemenkes Padang


yang muncul yaitu resiko infeksi, dengan intervensi keperawatan untuk
masalah utama adalah kontrol infeksi, monitor nutrisi dan pengecekan kulit.

Studi pendahuluan diruangan kronis pada tanggal 27 november 2017


didapatkan 6 orang anak dengan kasus leukemia limfoblastik akut (LLA)
dibawa ke RSUP Dr. M. Djamil Padang. Dari hasil pengamatan, perawat
sudah melakukan pengkajian yang meliputi identitas anak dan orang tua,
alamat, riwayat kesehatan, data pemeriksaan fisik dan diagnostik, saat
dilakukan observasi pada pasien peneliti yang tidak sesuai dengan
dokumentasi (pemeriksaan fisik), Hasil dokumentasi Rekam Medik sering
dibuat tidak ada keluhan (TAK) dan catatan terintegritas tidak ditemukan
perkembangan dari pemeriksaan fisik, Pada hari ke 3 diteliti ditemukan
keluhan seperti mukosa bibir pucat, konjungtiva anemis, perdarahan gusi.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah, resiko infeksi dan
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dan implementasi
yang diberikan ruangan : mengukur tanda-tanda vital, istirahatkan klien,
pantau keadaan umum klien, kolaborasi pemberian obat kemoterapi dan BMP.
Evaluasi keperawatan yang dibuat perawat ruangan menggunakan SOAP.
Perawat sudah melakukan dokumentasi keperawatan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis telah melakukan penelitian


asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Leukemia di Ruangan IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia di
Ruang IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018 ?

Poltekkes Kemenkes Padang


C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Penerapan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Leukemia di ruangan IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2018.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada Anak dengan
Leukemia di Ruangan IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2018.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada Anak dengan
Leukemia di Ruangan IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2018.
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada Anak dengan Leukemia
di ruangan IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2018.
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada Anak dengan Leukemia
di ruangan IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2018.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada Anak dengan Leukemia
di Ruangan IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2018.

D. Manfaat Penulisan
1. Aplikatif
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
menerapkan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia di
Ruangan IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2018.

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Pengembangan keilmuan
a. Peneliti
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada anak dengan leukemia yang telah dipelajari.
b. Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan rujukan
atau perbandingan, khususnya mengenai penerapan asuhan keperawatan
pada anak dengan leukemia.

BAB II

Poltekkes Kemenkes Padang


TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Leukemia
1. Pengertian
Leukemia adalah penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih
yang diproduksi oleh sum- sum tulang belakang, leukemia merupakan
tipe dari kanker. Penyakit ini terjadi ketika sel darah memiliki sifat
kanker yaitu membelah sehingga tidak terkontrol dan menganggu
pembelahan darah normal ( Handayani, 2008). Leukemia merupakan
penyakit akibat proliferasi (bertambah banyak atau multiplikasi)
patologi dari sel pembuatan darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal (Ambarwati & Nasution, 2015).

Leukemia merupakan dari keseluruhan penyakit yang macam tipe,


yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Limfoblastik
Kronik (LMK), dan Leukemia Lomfoblastik Kronik (LLK). Kurang
lebih 78% di antaranya merupakan tipe leukemia akut (LLA dan LMA)
dan pada umumnya terjadi pada anak kurang dari 15 tahun
(Simanjorang, 2013).

Leukemia limfositik akut merupakan tipe leukemia yang paling sering


terjadi pada anak- anak. Penyakit ini adalah kanker jaringan yang
menghasilkan sel darah putih yang abnormal dalam jumlah yang
berlebihan, selanjutnya sel darah putih berinvasi keseluruh organ tubuh
( Betz & Sowden, 2009).
Jenis- jenis leukemia menurut ( Nursalam dkk, 2008) dapat di bagi atas
:
a. Leukemia limfositik (limpoblastik) akut: sel darah putih yang
terkena limfosit. Perkembangan penyakit ini cepat.
b. Leukemia limfositik (limfoblastik) kronik: Sel darah putih yang
terkena limfosit. Perkembangan penyakit ini lambat.
c. Leukemia myeloid (myeloblastik) akut: Sel darah putih yang
terkena mielosit yang perjalanan penyakit ini cepat.

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Leukemia myloid (myeloblastik) kronik: Sel darah putih yang
terkena mielosit yang perjalanan penyakit ini lambat.

Leukemia limfositik akut (LLA) adalah merupakan kanker jaringan


yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebih, sehingga
jumlahnya yang menyusup ke berbagai organ di antara sumsum tulang
dan mengganti unsur sel yang abnormal dapat mengakibatkan jumlah
eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel dan trombosit pun ikut
berkurang sehingga timbulnya perdarahan. Proses masuknya leukosit
yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali jika terjadi pada
hati, spenomegali, dan lain-lain ( Hidayat, 2011).

2. Etiologi
Penyebab leukemia belum jelas tetapi diduga oleh karena virus
onkogenik atau karena Faktor predisposisi penyebab lainnya :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (T cell leukemia lymphoma virus/HTLV).
b. Paparan Radiasi yang tinggi
c. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi &
Yuliani, 2010).

3. Patofisiologi
Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang yang
disebabkan oleh proliferasi (multiplikasi) sel darah putih sehingga
menyebabkan terdesaknya komponen darah normal oleh komponen
darah abnormal (blastosis) disertai penyebaran keorgan lain
(Susilanigrum, 2013). Leukemia dimulai dari tranformasi ganasnya sel
induk hematologias atau keturunan. Proliferasi ganas sel induk ini
menghasilkan sel leukemia, sehingga terjadi penekanan hematopiesis

Poltekkes Kemenkes Padang


normal, sehingga terjadi bone failure. Infiltrasi sel leukemia ke dalam
organ, sehingga menimbulkan organomegali dan katabolisme sel
meningkat, sehingga terjadinya keadaan hiperkatabolik ( Handayani &
haribowo, 2008).

Pada semua tipe leukemia, sel- sel yang berproliferasi menekan


produksi unsur- unsur darah yang terbentuk dalam sumsum tulang
melalui perlawanan dengan sel- sel normal dalam mendapatkan unsur
gizi yang esensial bagi metabolisme. Tanda dan gejala leukemia yang
paling sering ditemukan disebabkan karena infiltrasi pada sumsum
tulang. Tiga akibat yang paling utama adalah anemia akibat penurunan
jumlah eritrosit, infeksi akibat neutropenia atau penurunan sistem
pertahanan tubuh, dan tendensi pendarahan akibat penurunan produksi
trombiosit. Invasi sel- sel leukemia ke dalam sumsum tulang secara
perlahan akan melemahkan tulang dan cendrung menyebabkan fraktur,
Karena sel- sel leukemia telah menginvasi periostenum, peningkatan
tekanan menyebabkan rasa nyeri yang hebat ( Wong et.al, 2012).

Limpa, hati dan kelenjer limfe menperlihatkan infiltrasi pembesaran


yang nyata dan pada akhirnya mengalami fibrosis. Hepatomegali
splenomegali secara khas lebih sering terjadi dari pada limfadenopati.
Lokasi invasi yang rentan adalah sistem saraf pusat yang terjadi
sekunder karena infiltrasi leukemia, yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial ( Wong et.al, 2012).

Poltekkes Kemenkes Padang


4. WOC LEUKEMIA Kelainan Mengkonsumsi
Genetik Kromosom Virus Radioaktif
Obat-obatan

pembekuan Resiko
Proliferasi sel kanker Supresi sumsum
Trombositopenia darah ↓ perdarahan
Eritropenia tulang

Perdarahan
HB ↓ Pucat,mudah Infiltrasi Leukopenia/ Kekurangan
Hepatomegali (petekie,gusi,hidun
lelah ektramedular Leukositosis
g,gastrointestinal,s volume cairan
Anemia
Sirkulasi O2 ↓ Pembesaran limfe, Penekanan aluran cerna)
Neutropenia
liver, nodus ruang
Kelemahan gusi Asam
O2 ke otot limfe,tulang abdomen Membunuh bakteri baik
Penurunan daya
lambung
jantung ↓ dalam rongga mulut
Intoleransi Nyeri pada tulang Peningkatan tahan tubuh ↑
Lemah Jantung Aktivitas dan sendi tekananIntra Rusaknya daya Mual &
abdomen Demam pengecap muntah
Curah jantung ↓ Gangguan Nyeri
perfusi Hipertermi Iritasi
Resiko Infeksi Anoreksia
Gagal jantung jaringan Nyeri Kronis gastrointestinal
perifer LALl
Ketidak seimbangan
Efek samping Membunuh bakteri yang baik pada Diare
Leukemia nutrisi: Kurang dari
saluran pencernaan kebutuhan tubuh
Terapi radiasi

Penatalaksanaan Kemote
Gangguan Bagan 2.1
rapi Kulit menjadi merah dan kering
Integritas Kulit Web of Caucion Leukemia

Resiko ( Sumber : Wong et.al, 2012, Handayani, 2008,


Kerontokan pada Gangguan Citra
Keterlambatan NANDA,2015)
perkembangan rambut Tubuh

Poltekkes Kemenkes Padang


4.
5. Respon tubuh
Respon tubuh anak leukemia menurut Ngastiyah (2014) adalah
a. Sistem Pencernaaan
Pencegahan sel leukemia menginvasi keorgan lain, Anak akan
mengalami perdarahan gastrointestinal, saluran pencernaan dan
bisa mengakibatkan anak melena. dilakukan terapi salah satunya
kemoterapi. efek samping dari obat kemoterapi mulut menjadi
kering dan membunuh bakteri baik yang ada pada mulut.
b. Sistem kekebalan tubuh
Terjadinya perubahan netrofil ( netropenia) akan mengakibatkan
tubuh kehilangan daya tahan tubuh sehingga penderita akan mudah
terhadap infeksi dan demam.
c. Sistem kardiovaskuler
Terjadinya penurunan kadar sel darah merah di dalam tubuh
mengakibatkan penurunan kadar Hb oleh karena itu sirkulasi O2
dalam darah berkurang. Kekurangan kadar Hb menyebabkan
anemia yang ditandai kelelahan dan pucat
d. Sistem Integumen
Sel kanker menginvasi sumsum tulang, sel normal digantikan oleh
sel kanker sehingga terjadi depresi produksi sumsum tulang
mengakibatkan penurunan trombosit. Terjadi penurunan trombosit
terjadinya trombositopenia yang dapat terjadi perdarahan pada
tubuh, salah satu Perdarahan secara tidak langsung terdapat petekie
pada kulit dan ruam kemerahan tanpa sebab.
e. Sistem musculoskletal
Infiltrasi pada ektra medular juga mengakibatkan nyeri pada sendi
dan tulang akibat dari sum- sum tulang didesak oleh sel darah
putih, sehingga terjadi kelemahan tulang akibatnya

Poltekkes Kemenkes Padang


6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Terapi leukemia menurut Wong (2012) meliputi agens kemoterapi,
dengan atau tanpa iradiasi, dalam empat fase yaitu:
i. Terapi Induksi yang mengahssilkan remisi total atau remisi
dengan kurang dari 5% sel- sel leukemia dalam sumsum tulang.
Segera setelah diagnosis ditegakkan, terapi induksi dimulai dan
berlangsung selama 4 sampai 6 minggu. Obat- obatan utama yang
dipakai untuk induksi pada Leukemia limpoblastik akut (LLA)
adalah kortikosteroid (terutama prednisone), vinkristin dan L-
asparaginase, dengan atau tanpa doksorubisin. Terapi obat pada
LLA meliputi doksorubisin atau daunorubisin (daunomisin) dan
sitosin arabinosida. Obat ini juga menyebabkan mielosupresi dan
sitosin arabinosida. Obat ini juga menyebabkan mielosupresi
unsur- unsur darah normal, sehingga tubuh pasien tidak memiliki
pertahanan dan sangat rentang terhadap infeksi dan perdarahan
spontan.
ii. Terapi profilaksis SSP, yang mencegah agar sel- sel leukemia
tidak menginvasi SSP. Penanganan SSP terdiri atas terapi
prolaksis melalui kemoterapi intratekal dengan metotreksat,
sitarabin, dan hidrokartison. Kadang- kadang metrotreksat dapat
disuntikkan secara intratekal sebagai agens tunggal. Karena
menyebabkan afek samping radiasi cranial, terapi ini hanya bisa
digunakan pada pasien- pasien yang beresiko tinggi dan yang
memiliki penyakit SSP.
iii. Terapi intensifikasi atau kondisi, yang menghilangkan sel- sel
leukemia yang masih tersisa, diikuti dengan terapi intensifikasi
lambat (delayed intensification), yang mencegah timbulnya
leukemia yang resisten. Setelah remisi total tercapai, dilaksanakan
suatu priode terapi yang masih tersisa. Penyuntikan intratekal
yang menyertai kemoterapi sistem meliputi pemberian L-

Poltekkes Kemenkes Padang


asparaginase, metotreksat dosis tinggi atau sedang sitarabin,
vinkristin dan mekaptopurin, selama periode beberapa bulan.
iv. Terapi rumatan yang berfungsi untuk mempertahankan fase
remisi.Terapi rumatan diberikan setelah terapi induksi dan
konsodilasi selesai dan berhasil dengan baik unuk memelihara
remisi dan mengurangi sel leukemia. Regimen terapi obat
kombinasi yang meliputi pemberian mekaptopurin setiap hari,
metotreksat seminggu sekali, dan terapi intratekal secara priodik,
diberikan selama dua tahun. Selama terapi rumatan, harus
dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengevaluasi
respons sumsum tulang belakang terhadap obat yang diberikan.
Selain empat fase diatas, Wong (2012) juga menyatakan;
1) Reinduksi sesudah relaps
Adanya sel- sel leukemia dalam sumsum tulang, SSP menunjukkan
terjadinya relap / kekambuhan penyakit. Terapi ada anak- anak yan
mengalami relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednison dan
vinkristin, disertai pemberian kombinasi obat lain yang belum
digunakan. Terapai preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan
sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan dilakukan setelah
remisi.
2) Transpalansi sumsum tulang belakang
Tidak direkomendasikan untuk anak- anak yang menderita LLA
selama remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin
berhasil. Sel- sel tunas (stem sell) darah tepi juga dapat digunakan.
Transplan sel tunas darah perifer dapat berdiferensiasi menjadi sel-
sel khusus sistem hematologi.
Penatalaksanaan medis leukemia adalah sebagai berikut :
1) Tranfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6%.
Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan massif, dapat
diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat tanda- tanda DIC dapat
diberikan heparin.

Poltekkes Kemenkes Padang


2) Kortikosteroid (prednisone, kortison , deksametason dan sebagainya).
Setelah dicapai remisi dosis di kurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan (Ngastiyah, 2014).
b. Penatalaksanaan keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan
pasien lain yang menderita penyakit darah. Utamakan pendekatan
tepeutik dan pendekatan psikososial baik terhadap pasien maupun
keluarga pasien. Selain itu penyediaan ruangan yang aseptik dan
prosedur kerja yang aseptik kerja juga perlu diperhatikan untuk
mengurangi angka peningkatan infeksi (Ngastiyah, 2014).

Perawat berperan memberikan asuhan keperawatan, Tetapi karena


prognosis pasien pada umumnya kurang baik, maka pendekatan
psikologis harus diutamakan. Diagnosis leukemia cenderung
menimbulkan rasa cemas pada keluarga dan pasien. Perawat
merupakan sarana untuk memberikan dukungan dan menentramkan
perasaan cemas, selain memberi penjelasan yang akurat mengenai
pemeriksaan diagnostik, prosedur dan rencana terapi. Peran perawat
saat post kemoterapi adalah mengurangi dampak atau efek samping
yang ditimbulkan akibat kemoterapi, diantaranya adalah, melakukan
pengontrolan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat karena setalah
pasca kemoterapi anak akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat kurangnya oral hygiene anak, anak yang mengalami kemoterapi
akan mengalami mulut kering bahkan infeksi jamur pada mulut
berupa stomatitis dan xerostoma. Selain itu kerontokan rambut akibat
efek kemoterapi akan menimbilkan masalah psikososial tersebut dapat
beupa kecemasan dan gangguan citra tubuh. Perawat berperan
mengurangi kecemasan anak dan keluarga dengan cara pendekatan
terspeutik dan pendidikan kesehatan tentang prosedur kemoterapi.
Selain tindakan mandiri keperawatan, perawat juga berperan dalam
memberikan farmakologi sesuai kolaborasi dengan dokter atau tenaga
medis lainnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa
Hasil Anamnesa pada anak yang mengalami leukemia menurut Wong
(2012) adalah anak merasakan perasaan letih, nyeri ekstermitas dan
keringat dingin pada malam hari. Leukemia banyak diderita oleh anak
berusia 2- 5 tahun, laki- laki banyak dibandingkan perempuan.
Keluhan utama anak yang mengalami leukemia menurut Kyle &
Carman (2014) adalah anak menjadi demam ( menetap atau berulang,
dengan penyebab yang tidak diketahui), Infeksi berulang, keletihan,
malaise atau kelesuan, puacat, perdarahan atau memar yang tidak
biasa, nyeri pada abdomen, mual atau muntah, nyeri tulang, sakit
kepala. Keluhan kesehatan dahulu menunjukkan adanya terpapar
sinar radioaktif dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat karsinogenik.

Anak dengan leukemia mudah mengalami kelelahan fisik dan anak


mudah tampak lemah. Nafsu makan biasanya akan mengalami
penurunan. Pola hidup dan keadaan lingkungan tempat tinggal juga
sangat berpengaruh, terutama dikaitkan dengan kebiasaan
mengkonsumsi bahan makanan yang tergolong karsinogenik, yaitu
makanan yang berisiko mempermudahkan timbulnya kanker. Begitu
juga dengan lingkungan yang terdapat banyak polutan dan radiasi (
Susilanigrum, 2013).

b. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum anak yang menderita leukemia yang memungkin akan
di temui menurut Susilaningrum (2013) adalah lesu dan lemah.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan akan ditemukan konjungtiva
anemis, anemia terjadi akibat sumsum tulang gagal memproduksi sel
darah merah. Terdapat tanda- tanda perdarahan mukosa , seperti gusi,
hidung (epitasis), atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan petekie. Pemeriksaan tanda vital ditemukan peningkatan suhu
tubuh (>37,5˚C), sesak nafas dengan RR > 30 kali per menit.

Pemeriksaan fisik secara palpasi kemungkinan di temukan anak teraba


panas sebagai respon tubuh terhadap infeksi yang disebabkan oleh
adanya penurunan daya tahan tubuh. Teraba adanya pembesaran
karena infiltrasi sel- sel abnormal dari dari sumsum tulang. Teraba
adanya hepatomegali dan splenomegali atau pembesaran hepar.
Pemeriksaan pada ekstermitas ditemukan anak mengalami nyeri pada
ekstemis. Adanya infiltrasi sel- sel abnormal ke sistem
musculoskeletal membuat anak merasa nyeri pada persendian
terutama saat di gerakkan.

Kondisi lebih lanjut , adanya infiltrasi sel- sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai penurunan
kesadaran. Anak yang sedang dalam tahap pemberian sitostika, akan
muncul efek samping berupa kerontokan pada rambut, stomatitis, dan
warna kuku menghitam.

c. Pemeriksaan penununjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan diantaranya adalah
pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil Hb dan eritrosit,
leukosit biasanya mengalami penurunan (trombositopenia),
kadang- kadang jumlahnya sangat sedikit.
2) Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti
limfositnormal, RES, granulosit, dan pulp cell.
3) Cairan serebrospinalis
Bila terdapat peningkatan jumlah sel patologis dan protein, berarti
suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat

Poltekkes Kemenkes Padang


pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remisi maupun
keadaan kambuh.
4) Pengambilan sampel sumsum tulang
Anak yang diduga menderita leukemia, pemeriksaan sumsum
tulang mutlak dilakukan. Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh
dengan blastosit abnormal dan sistem hemopoitik normal terdesak
( Susilaningrum, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2015)


Kemungkinan diagnosa yang muncul pada anak dengan leukemia akut
adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imunitas
b. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
Penurunan kadar hb
c. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren :
trombositopenia
d. Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma karena gangguan
e. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kekurangan
cairan aktif
f. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
g. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan
h. Kerusakan membran mukosa oral
i. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
j. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
k. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.1
Rencana Keperawatan pada anak dengan leukemia
Diagnosa Interevensi Keperawatan
No Keperawatan NOC NIC
1 Resiko Infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Status imunitas Kontrol infeksi
imunosupresi Kriteria hasil: Aktivitas keperawatan:
1. Temperatur tubuh a. Bersihkan lingkungan
dalam batas normal setelah dipakai pasien
2. Integritas kulit baik lain
3. Jumlah darah putih b. Pertahankan teknik
absolute dalam batas isolasi
normal c. Batasi pengunjung
bila perlu
b. Kontrol resiko d. Intruksikan pada
Kriteria hasil: pengunjung untuk
1. Mengetahui faktor mencuci tangan saat
resiko berkunjung dan saat
2. Melakukan strategi meninggalkan pasien
pengendalian e. Gunakan sabun
3. Memodifikasi gaya antimikrobia untuk
hidup untuk mencuci tangan
mengurangi resiko f. Cuci tangan setiap
sebelun dan sesudah
tindakan keperawatan
g. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
h. Pertahankan
lingkungan yang

Poltekkes Kemenkes Padang


aseptic selama
pemasangan alat
i. Ganti letak IV perifer
dan line control dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
j. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kemih
k. Tingkatkan intake
nutrisi
l. Berikan terapi
antibiotic bila perlu

Proteksi Terhadap
Infeksi
a. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
b. Monitor hitung
granulosit WBC
c. Monitor kerentangan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
f. Pertahankan teknik
aseptic terhadap
pasien yang beresiko

Poltekkes Kemenkes Padang


g. Pertahankan teknik
isolasi
h. Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
i. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
k. Dorong masukan
cairan
l. Dorong istirahat
m. Instrusikan pasien
untuk minum
antibiotic sesuai resep
n. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
o. Laporan kecurigaan
infeksi

Risiko NOC : NIC :


ketidakefektifan a. Status Sirkulasi Manejemen hipofolemi
perfusi jaringan Kriteria hasil : Aktifitas keperawatan:
perifer berhubungan 1. Tekanan darah sistolik a. Timbang berat badan
dengan kurang dalam rentang normal b. Monitor adanya tanda
pengetahuan tentang 2. Tekanan darah – tanda dehidrasi
proses penyakit diastolik dalam c. Monitor adanya
rentang normal pusing saat berdiri
3. Nadi dalam rentang d. Monitor adanya

Poltekkes Kemenkes Padang


normal sumber – sumber
4. CVP dalam rentang kehilangan cairan
normal e. Monitor asupan dan
5. MAP dalam rentang pengeluaran
normal f. Monitor hasil
6. Saturasi O2 dalam laboratorium
rentang normal g. Jaga kepatenan akses
7. Tidak asites IV
b. Perfusi Jaringan Monitor neurologi
Perifer Aktivitas keperawatan:
Kriteia hasil: a. Monitor tingkat
1. CRT (jari tangan dan kesadaran
kaki) dalam batas b. Monitor tanda – tanda
normal vital
2. Suhu kulit ekstremitas c. Monitor status
dalam rentang normal pernapasan
3. Kekuatan denyut nadi d. Catat keluhan sakit
(karotis kanan dan kepala
kiri;brachial kanan e. Pantau ukuran pupil,
dan kiri; femur kanan bentuk, kesimetrisan
dan kiri, radialis f. Monitor reflek korna
kanan dan kiri) dalam g. Monitor paresthesia :
rentang normal mati rasa dan
4. Tekanan darah arteri kesemutan
dalam batas normal
Terapi oksigen
Aktivitas keperawatan:
a. Pertahankan kepatenan
jalan napas
b. Siapkan peralatan
oksigen
c. Berikan oksigen

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Monitor aliran oksigen
e. Monitor kerusakan
kulit terhadap adanya
gesekan perangkat
oksigen

Pemantauan Tanda-
tanda vital
Aktivitas keperawatan:
a. Monitor TD, Nadi,
Suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor kualitas nadi
d. Monitor suara paru
e. Monitor pola
pernapasan yang
banormal
f. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit
3 Resiko perdarahan NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Kehilangan darah Pencegahan perdarahan
koagulopati inheren: Kriteria hasil: Aktivitas keperawatan:
trombositopenia 1. Tidak ada kehilangan a. Monitor ketat tanda-
darah yang terlihat tanda perdarahan.
2. Tidak terjadi b. Catat nilai Hb dan Ht
penurunan kadar sebelum dan sesudah
hemoglobin terjadi perdarahan
3. Tidak terjadi c. Monitor TTV
penurunan kadar d. Pertahankan bedres
hematrokit selama Perdarahan
e. Kolaborasi dalam

Poltekkes Kemenkes Padang


b. Pembekuan darah pemberian produk
Kriteria hasil: darah
1. Haemoglobin (Hgb) f. Lindungi pasien dari
dalam batas normal trauma yang
2. Partial tromboplastin menyebabkan
time (PTT) dalam perdarahan
batas normal g. Identifikasi penyebab
3. Fibrinogen plasma perdarahan
dalam batas normal h. Monitor status cairan
4. Haematrokrit (Het) yang meliputi intake
dalam batas normal dan output
5. Tidak terjadi i. Monitor penentuan
perdarahan pengiriman oksigen
ke jaringan (PaO2,
SaO2, dalam Hb)
4 Nyeri kronis NOC : NIC :
berhubungan dengan Pengetahuan Pemberian analgesik
pasca trauma karena manajemen nyeri Aktivitas keperawatan:
gangguan Kriteria hasil: a. Tentukan lokasi,
1. Tanda dan gejala karakteristik, kualitas
nyeri dan keparahan nyeri
2. Strategi untuk b. Cek perintah
mengontrol nyeri pengobatan meliputi
3. Strategi untuk obat, dosis, dan
mengelola nyeri frekuensi obat
kronis analgesik yang
4. Rejimen obat yang diresepkan
diresepkan c. Cek adanya alergi obat
5. Penggunaan yang d. Monitor tanda – tanda
benar dari obat yang vital
diresepkan e. Berikan analgesik
6. Pembatasan aktivitas sesuai waktu

Poltekkes Kemenkes Padang


7. Tindakan – tindakan f. Tentukan analgesik
pencegahan sebelumnya, rute
8. Teknik relaksasi pemberian, dan dosis
yang efektif untuk mencapai hasil
pengurangan nyeri
optimal
g. Evaluasi keefektifan
analgesik

Manajemen nyeri
Aktivitas keperawatan:
a. Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
b. Gunakan komunikasi
terapeutik
c. Gali pegetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
d. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
pasien
e. Berikan informasi
mengenai nyeri
f. Kendalikan faktor
lingkunganyang dapat
mempengaruhi nyeri
g. Ajarkan penggunaan
teknik nofarmakologi
h. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat

Poltekkes Kemenkes Padang


5 Ketidakseimbanagan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari a. Status nutrisi: Manejemen berat badan
kebutuhan tubuh asupan makanan Aktivitas keperawatan :
berhubungan kurang dan cairan a. Diskusikan bersama
asupan makanan Kriteria hasil: pasien dan keluarga
1. Asupan nutrisi oral mengenai hubungan
adekuat antara intake
2. Asupan cairan oral makanan, latihan,
adekuat peningkatan BB, dan
3. Asupan cairan penurunan BB
intravena adekuat b. Diskusikan bersama
4. Asupan nutrisi pasien mengenai
parental adekuat kondisi dimana dapat
mempengaruhi BB
b. Status nutrisi: c. Diskusikan bersama
asupan nutrisi pasien mengenai
Kriteria hasil: kebiasaan, gaya
1. Asupan kalori hidup dan faktor
adekuat herediter yang dapat
2. Supan vitamin mempengaruhi BB
adekuat d. Diskusikan bersama
3. Asupan kalsium pasien mengenai
adekuat resiko yang
4. Asupan mineral berhubungan dengan
adekuat BB berlebih dan
5. Asupan Protein penurunan BB
adekuat e. Dorong pasien untuk
merubah kebiasaan
c. Berat: masa tubuh makan
Kriteria hasil: f. Perkirakan BB badan
1. Persentil lingkar ideal pasien
kepala dalam batas

Poltekkes Kemenkes Padang


normal Manejemen nutrisi
2. Persentil tinggi dalam Aktivitas keperawatan:
batas normal a. Kaji adanya alergi
3. Persentil berat badan makanan
dalam batas normal b. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
c. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
Fe
d. Anjurkan pasien
untuk
meningkatankan
protein dan vitamin
C
e. Berikan substansi
gula
f. Yakin diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
g. Berikan makanan
yang terpilih (sudah
dikonsulkan ahli gizi)
h. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
i. Berikan informasi

Poltekkes Kemenkes Padang


tentang kebutuhan
nutrisi
j. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

6 Kekurangan volume NOC : NIC :


cairan tubuh a. Kehilangan darah Manajemen cairan
berhubungan dengan Kreteria hasil: Aktifitas keperawatan :
kekurangan cairan 1. Tidak ada kehilangan a. Pertahankan catatan
aktif darah yang terlihat intake dan output
2. Tidak terjadi yang adekuat
penurunan kadar b. Monitor status hidrasi
Haemoglobin hidrasi jika diperlukan
3. Tidak terjadi c. Monitor vital sign
penurunan kadar d. Monitor masukan
Hematokrit makanan/cairan dan
b. Keseimbangan hitung intake kalori
cairan harian
Kriteria hasil: e. Kolaborasi pemberian
1. Tekanan darah cairan IV
dalam batas normal f. Dorong orangtua
2. Denyut nadi radialis untuk
dalam batas normal mengoptimalkan input
3. Turgor kulit baik Manejemen hipofolemi
4. Membran mukosa Aktifitas keperawatan:
lembab h. Monitor status cairan
5. Haematrokit dalam termasuk intake dan
batas normal output cairan
i. Monitor IV line

Poltekkes Kemenkes Padang


c. Hidrasi j. Monitor tingkat Hb
Kriteria hasil: dan Ht
1. Turgor kulit baik k. Monitor tanda vital
2. Membran mukosa l. Monitor kemungkinan
lembab transfuse
3. Fluid intake adekuat m. Monitor respon pasien
4. Tidak ada penurunan terhadap penambahan
tekanan darah cairan
4 Hipertermi NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Termoregulasi Pengobatan demam
infeksi/ Kriteria hasil: Aktivitas keperawatan:
Medikasi/dehidrasi 1. Tidak ada penurunan a. Monitor suhu sesering
suhu kulit mungkin
2. Tidak ada perubahan b. Monitor IWL
warna kulit c. Monitor warna dan
3. Melaporkan suhu kulit
kenyamanan termal d. Monitor tekanan
4. Tekanan nadi radial darah, nadai, RR
dalam batas normal e. Monitor penurunan
5. Frekuensi tingkat kesadaran
pernapasan dalam f. Monitor intake dan
batas normal output
b. Vital sign g. Beri anti piretik
Kriteria hasil: h. Beri pengobatan
1. Temperatur tubuh untuk mengatasi
dalam batas normal penyebab demam
2. Tekanan nadi radial i. Selimuti pasien
dalam batas normal j. Beri Intravena
3. Frekuensi k. Kompres pasien pada
pernapasan dalam lipatan paha dan
batas normal aksila
4. Tekanan darah l. Tingkatkan sirkulasi

Poltekkes Kemenkes Padang


dalam batas normal udara
m. Berikan pengobatan
c. Hidrasi untuk mencegah
Kriteria hasil: terjadinya menggigil
1. Turgoe kulit baik Pengaruh suhu
2. Membran mukosa Aktivitas keperawatan:
lembab a. Monitor suhu minimal
3. Fluid intake adekuat tiap 2 jam
4. Tidak ada b. Rencanakan
penurunan tekanan monitoring suhu
darah secara kontiniu
c. Monitor warna dan
d. Status imun suhu kulit
Kriteria hasil: d. Monitor tanda- tanda
1. Temperatur tubuh hipertermi dan
dalam batas normal hipotermi
2. Integritas kulit baik e. Tingkatkan intake
3. Jumlah darah putih cairan dan nutrisi
absolute dalam batas f. Berikan anti piretik
normal jika perlu
Monitor vital sign
e. Keparahan infeksi Aktivitas keperawatan:
Kriteria hasil: 1. Monitor TD, Nadi,
1. Tidak terjadi demam Suhu, dan RR
2. Kestabilan suhu tidak 2. Monitor suhu , warna
terganggu dan kelembaban kulit
3. Kehilangan nafsu 3. Monitor sianosis
makan tidak terjadi perifer
4. Tidak terjadi 4. Identifikasi penyebab
peningkatan jumlah dari perubahan tanda-
darah putih tanda vital

Poltekkes Kemenkes Padang


f. Kontrol resiko
hipertermi
Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasi
tanda dan gejala
hipertermi
2. Mengetahui kondisi
kesehatan yang
mempengaruhi
panas
3. Mengetahui
lingkungan yang
mempengaruhi suhu
tubuh

7 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan a. Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
kelemahan/ketidakse Kriteria hasil : Aktivitas keperawatan :
imbangan antara 1. Tekanan nadi saat a. Bantu klien
suplai dan kebutuhan beraktivitas dalam mengidentifikasi
oksigen batas normal aktivita yang mampu
2. Frekuensi napas saat dilakukan
beraktivitas dalam b. Bantu klien untuk
batas normal memilih aktivitas
3. Tekanan darah yang sesuai dengan
dalam beraktivitas kemampuan fisik,
dalam batas normal psikologis dan sosial
4. Kekuatan badan c. Bantu untuk
bagian atas tidak mengidentifikasi dan
terganggu mendapatkan sumber
5. Kekuatan badan yang diperlukan
bagian bawah tidak untuk aktivitas yang

Poltekkes Kemenkes Padang


terganggu diinginkan
b. Perawatan diri : d. Bantu pasien untuk
ADL mnegidentifikasi
Kriteria hasil : aktifitas yang disukai
1. Mampu untuk makan e. Bantu pasien atau
sendiri keluarga untuk
2. Mampu untuk mengidentifikasi
berjalan sendiri kekurangan dalam
beraktivitas
f. Bantu pasien untuk
mengembang
motivasi diri dan
penguatan
g. Monitor respon fisik,
emosi, sosial, dan
spiritual.
8 Keletihan NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Toleransi aktivitas Manejemen energi
psikologis:ansietas, Kriteria hasil : Aktivitas keperawatan :
stress/ fisiologis: 1. Nadi saat a. Monitor respon
anemia, status beraktivitas dalam kardiorespirasi
penyakit rentang normal terhadap aktivitas
2. Tekanan darah saat (takikardi, distritmia,
beraktivitas dalam dispneu,pucat,
rentang normal tekanan
3. Frekuensi napas saat hemodinamik dan
beraktivitas dalam jumlah respirasi
rentang normal b. Monitor dan catat
4. Kecepatan berjalan pola tidur dan jumlah
normal tidur pasien
5. Tidak ada perubahan c. Monitor lokasi
warna kulit ketidaknyamanan

Poltekkes Kemenkes Padang


atau nyeri selama
b. Konservasi energi bergerak dan
Kriteria hasil: aktivitas
1. Keseimbanagan d. Monitor intake
antara aktivitas nutrisi
dengan istirahat e. Monitor pemberian
2. Menggunakan teknik dan efek samping
konservasi energi obat
3. Mepertahankan f. Instruksikan pada
nutrisi yang adekuat pasien atau keluarga
c. Status nutrisi untuk mencatat
Kriteria hasil : tanda- tanda dan
1. Pertumbuhan dalam gejala kelelahan
rentang normal g. Ajarkan teknik dan
2. Kekuatan pegang manejemen aktivitas
tangan untuk mencegah
kelelahan
h. Jelaskan pada pasien
hubungan kelelahan
dengan proses
penyakit
i. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan intake
makanan tinggi
energy
j. Dorong pasien dan
keluarga
mengekspresikan
perasaan
k. Catat aktivitas yang
dapat meningkatkan

Poltekkes Kemenkes Padang


kelelahan
l. Anjurkan pasien
melakukan yang
meningkatkan
releksasi
m. Tingkatkan
pembatasan bedrest
dan aktivitas
n. Batas stimululasi
lingkungan untuk
memfasilitasi
relaksasi
9 Gangguan citra NOC NIC
tubuh berhubungan Adaptasi terhadap Peningkatan harga diri
dengan program Disabilitas Fisik Aktivitas keperawatan:
pengobatan Kriteria Hasil : a. Monitor pernyataan
1. Menyampaikan secara pasien mengenai
lisan kemampuan harga diri
untuk menyesuaikan b. Tentukan
terhadap disabilitas kepercayaan diri
2. Menyampaikan secara pasien dalam hal
lisan penyesuaian penilaian diri
terhadap disabilitas c. Bantu pasien
3. Beradaptasi terhadap mengidentifikasi
keterbatasan secara respon positif dari
fungsional orang lain
4. Mengidentifikasi d. Eksplorasi
cara-cara untuk alasanalasan untuk
beradaptasi dengan mengkritik diri atau
perubahan hidup rasa bersalah
e. Fasilitasi lingkungan
dan aktivitas-

Poltekkes Kemenkes Padang


aktivitas yang akan
meningkatkan harga
diri
f. Sampaikan atau
ungkapkan
kepercayaan diri
pasien dalam
mengatasi situasi
10 Kerusakan integritas NOC NIC
kulit berhubungan Masalah integritas: Pressure Management
dengan Kulit dan Membranes Aktivitas keperawatan:
imunodefisiensi Kriteria hasil : a. Anjurkan pasien
1. Integritas kulit yang untuk menggunakan
baik bisa pakaianyang longgar
dipertahankan ( b. Hindari kerutan pada
sensasi, elastic sitas, tempat tidur
temperature, hidrasi, c. Jaga kebersihan kulit
pigmentasi ) agar tetap bersih dan
2. Tidak ada luka / lesi kering
pada kulit d. Mobilisasi pasien
3. Perfusi jaringan baik (ubah posisi pasien
4. Menunjukkan setiap dua jam sekali)
pemahaman dalam e. Monitor kulit akan
proses perbaikan kulit danya kemerahan
dan mencegah f. Oleskan lotion atau
terjadinya cedera minyak baby/baby oil
berulang pada daerah yang
5. Mampu melindungi tertekan
kulit dan g. Monitor aktivitas dan
mempertahankan mobilisasi pasien 8.
kelembaban kulit dan Monitor status nutrisi
perawatan alami pasien Memandikan

Poltekkes Kemenkes Padang


pasien dengan sabun
dan air hangat
Sumber : Bulechek, G, M. Butcher, H, K. Dochterman, J, M. Wagner, C, M.
Nursing Intervention Classificasion (NIC), Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M,
L. Swanson, E. Nursing Outcomes Classification (NOC)

BAB III
METODE PENELITIAN

Poltekkes Kemenkes Padang


A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu studi kasus yang berupa asuhan
keperawatan pada klien melalui pengkajian, merumuskan diagnosis
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan rencana
dengan implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi keperawatan
dari tindakan keperawatan dan dokumentasi keperawatan dengan desain
deskriptif. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat penerapan
asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia di ruang IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di ruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2018. Waktu penelitian dimulai dari
September 2017 sampai bulan Juni 2018. Waktu untuk penelitian studi
kasus dimulai dari 08 Maret- 12 Maret 2018 selama 5 hari.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua anak dengan leukemia
diruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2018 sebanyak 6 anak.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian objek dari populasi yang akan diteliti dan
mewakili seluruh populasi (Kartika, 2017). Sampel penelitian ini
adalah dua orang anak yang mengalami leukemia di ruang IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2018.
Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, merupakan
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara
populasi sesuai yang dikehendakipeneliti (tujuan atau masalah dalam
peneliti), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

Poltekkes Kemenkes Padang


a. Kriteria Inklusi :
1) Pasien yang diagnosa leukemia
2) Pasien dan keluarga bersedia menjadi responden
b. Kriteria eklusi :
1) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang lima hari

D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah format pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan,
perencananaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan, dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari stetoskop,
termometer, timbangan, penlight. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara anamnesis, pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi
dokumentasi.

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien,


identifikasi penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual,
lingkungan tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan program
pengobatan.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,
data, masalah, dan etiologi.
3. Format diagnosis keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosis keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya
masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor
rekam medik, hari dan tanggal, diagnosis keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosis keperawatan, evaluasi
keperawatan, dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada
(Nursalam, 2015). Teknik pengumpulan data dengan cara:

1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi
dari pasien, seperti keadaan umum pasien, respon nyeri, selain itu
pada pasien leukemia juga mengobservasi ada tidaknya
perdarahan.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan,
seperti melakukan pengukuran tanda- tanda vital ( nadi, suhu
tubuh, pernapasan, dan tekanan darah).
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data pengkajian seperti, identitas, riwayat
kesehatan (riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
dan riwayat kesehatan keluarga), dan activity daily living.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin (format pengkajian yang
disediakan). Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari
wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun
dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas
dan mengarah sehingga wawancara ini bersifat fleksibelitas dan
tegas.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

Poltekkes Kemenkes Padang


monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini menggunakan
dokumen dari rumah sakit untuk menunjang penelitian yang telah
dilakukan seperti hasil pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan
BMP, Pemeriksaan LCS dan Biobsi Limpa.

Prosedur Pengumpulaan Data


Adapun langkah-langkah prosedur pengumpulan data yang digunakan
oleh peneliti adalah :
a. Peneliti meminta surat rekomendasi pengambilan data dan surat izin
penelitian dari institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes Padang ke
RSUP DR. M. Djamil Padang.
b. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang
c. Meminta izin ke Kepala Instalansi Kebidanan dan Anak
d. Meminta izin ke KSF Anak dan Kepala Keperawatan Ruang IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
e. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien anak
leukemia. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling disebut adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang
tujuan penelitian
g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk dijadikan
responden dalam penelitian
h. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk bertanya
i. Responden/ orang tua menandatanggani informed consent. Peneliti
meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan
melakukan pengkajian menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan anak dan wawancara menggunakan kuisioner.
j. Peneliti melakukan pemeriksaan fisik dengan metode head to toe

Poltekkes Kemenkes Padang


k. Peneliti melakukan intervensi keperawatan, implementasi dan
evaluasi keperawatan pada responden serta kemudian peneliti
melakukan terminasi.

F. Jenis dan Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien
seperti pengkajian kepada pasien, meliputi: Identitas pasien dan
orangtua,, riwayat kesehatan, riwayat imunisasi dan perkembangan
pola aktifitas sehari-hari dirumah dan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari keluarga, perawat, rekam medis, data penunjang
(hasil labor dan diagnostik) yang ada di Ruangan IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP dr. M. Djamil Padang. Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

G. Hasil Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan
konsep dan teori keperawatan pada anak dengan leukemia. Data yang
telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, penegakkan diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan
tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan
dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan anak dengan leukemia.
Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien serta
perbedaan anatara kondisi pasien yang satu dengan kondisi yang
lainnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan dan
merupakan suatu sistem yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu
kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kenyataan. Kebenaran
data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan
dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai respon individu.

Pengkajian dilakukan pada dua orang partisipan yaitu An.A (partisipan


1) dan An.K (partisipan 2). An.A perempuan berusia 5 tahun masuk ke
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 21 Februari 2018 dengan
diagnosa medis Akut Limfoblastik Leukemia (ALL). An.K perempuan
berusia 3 tahun datang dibawa orangtuanya ke RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 08 Maret 2018 dengan diagnosa medis Akut
Limfoblastik Leukemia (ALL).

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Anamnesis Anamnesis
Ibu S mengeluh An. A demam dan Orangtua An. K mengeluh keluhan
pucat sejak 3 hari sebelum masuk anak pucat, demam nafsu makan
rumah sakit. berkurang, terjadi perdarahan hidung 2
jam sebelum masuk rumah sakit.

Pada riwayat kesehatan didapatkan Pada riwayat kesehatan sekarang


hari rawat ke 15 sedang menjalankan didapatkan hari rawatan ke 1 sedang
kemoterapi minggu ke-12 fase menjalankan kemoterapi ke-8 fase
konsolidasi. Ibu S mengatakan anak konsolidasi. Tn M mengatakan An. K
pucat, lemah, batuk berdahak dan flu, tampak pucat dan lemah, nafsu makan
nafsu makan berkurang. Ibu berkurang anak demam, flu.
mengatakan anak sudah tidak
mengalami demam lagi. Ibu S

Poltekkes Kemenkes Padang


mengatakan efek samping dari
kemoterapi membuat kulit An. A
pacah- pacah.

Riwayat Kesehatan Dahulu


Riwayat Kesehatan Dahulu
An. A sudah didiagnosis menderita
Tn. M mengatakan An. K anaknya
ALL pada bulan September 2017 dan
sudah didiagnosis menderita ALL pada
sudah menjalani kemoterapi. An. A
pada bulan Oktober 2017 dan sudah
sudah 9 kali mejalani kemoterapi. Ibu
menjalani kemoterapi. Bapak M
S mengatakan saat hamil An. A ibu
mengatakan gejala leukemia muncul
mengkonsumsi rutin obat anti
kembali seperti bercak- bercak merah
perdarahan, dan jika An. A sakit Ibu S
dikulit,mimisan
sering membeli bodrexine di warung
untuk An. A yang sedang sakit. . Ibu S
mengatakan imunisasi An. A lengkap.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada pengkajian keluarga didapatkan
Pada pengkajian keluarga didapatkan
bahwa tidak ada anggota keluarga yang
Ibu S mengatakan tidak ada anggota
menderita penyakit yang sama dengan
keluarga yang menderita kanker atau
anak dan penyakit kanker atau penyakit
penyakit yang sama dengan klien dan
keturunan. Keluarga tinggal dikawasan
tidak ada memiliki penyakit riwayat
lingkungan bersih dan nyaman, dekat
keturunan. Keluarga tinggal dikawasan
dengan lingkungan pabrik.
lingkungan bersih dan nyaman,jauh
dari lingkungan pabrik.

Aktivitas sehari- hari


Aktivitas sehari- hari
Untuk kegiatan sehari- hari didapatkan
Untuk kegiatan sehari- hari didapatkan
data An. A makan 3 kali sehari,
data An. K makan dengan pola 3 x
makanan biasa dengan nasi + lauk dan
sehari dengan porsi makanan biasa +
sayuran, tetapi porsi jarang dihabis,
lauk dan sayuran, tetapi porsi jarang di
pola makan An. A tidak teratur.Selama
habis, Tn M mengatakan An. K lebih
dirumah sakit An. A diberi makanan
suka makan- makanan cemilan ciki-
biasa TKTP 1600 kkal. Porsi yang
ciki. Selama dirumah sakit An. K
diberikan tidak pernah habis kadang-
diberikan makanan biasa TKTP 1400
kadang hanya menghabiskan lauk atau
kkal. Tn. M mengatakan An. K tidak
sayuran.
nafsu makan.
Pola tidur siang teratur dengan lama
Pola tidur siang teratur dengan lama
tidur 2-3 jam, pola tidur malam teratur
tidur lebih kurang 2- 3 jam, pola tidur
dengan jumlah jam tidur 8 jam.
malam teratur dengan jumlah jam tdur
Selama dirumah sakit Ny. S
8-9 jam, selama di rumah sakit Tn.M
mengatakan tidur An. A sama seperti
men gatakan tidur An. K sama seperti
biasanya, tidak ada masalah.
biasanya, tidak ada masalah sedikit
pun.
Kebiasaan BAK lebih kurang 5-6 kali
Kebiasaan BAK lebih kurang 5-7 kali,

Poltekkes Kemenkes Padang


sehari, dengan jumlah lebih kurang warna normal kuning jernih, BAK tidak
400 cc, warna normal kuning ada masalah, sedangkan kebiasaan
jernih,BAK tidak ada BAB lebih kurang dari 1-2 kali sehari
masalah,sedangkan kebiasaan BAB 1- warna kuning, , konsistensi padat, BAB
2 kali sehari warna kuning, konsistensi tidak ada keluhan.
padat.

Kebiasaan mandi 2 kali sehari pagi Kebiasaan mandi 2 kali sehari pagi dan
dan sore. Keramas setiap pagi, gosok sore. Keramas setiap pagi, gosok gigi
gigi setelah mandi pagi dan malam, setelah mandi pagi dan malam, hanya
selama di rumah sakit Ny. S dilap diatas tempat tidur oleh ibu atau
mengatakan hanya dilap diatas tempat ayahnya 2 kali sehari mengunakan
tidur oleh ibu 2 kali sehari washlap, gosok gigi pagi hari dan sore.
mengunakan washlap, gosok gigi pagi
hari dan sore.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yaitu keadaan
Hasil pemeriksaan fisik yaitu keadaan
umum sedang, kesadaran kompas
umum sedang, kesadaran kompas
mentis, berat badan sebelum sakit 16
mentis, berat badan sebelum sakit 27
Kg, berat badan sekarang 14 Kg, tinggi
Kg, berat badan sekarang 25 Kg,
badan 94 cm, hasil pengukuran suhu
tinggi badan 123 cm, hasil pengukuran
38,2 ˚C, nadi 92 kali permenit,
suhu 36,9 ˚C, nadi 90 kali permenit,
pernapasan 24 kali permenit.
pernapasan 24 kali permenit.
Pada pemeriksaan kepala ditemukan
Pada pemeriksaan kepala ditemukan
bentuk kepala normal, mata simetris
bentuk kepala normal. Mata simetris
kiri dan kanan, konjungtiva anemis kiri
kiri dan kanan, konjungtiva anemis,
dan kanan, sclera tidak ikterik kiri dan
sclera tidak ikterik, Pada hidung tidak
kanan, reflek pupil sama pada mata kiri
ditermukan masalah, tidak ada
dan kanan. Pada hidung tidak ada
perdarahan melalui hidung. Mukosa
masalah, di temukan sisa perdarahan
bibir kering dan pucat, bersih dan tidak
hidung. Pada inspeksi bibir ditemukan
ada perdarahan gusi, ada sariawan.
bibir tampak pucat, lidah tampak
Telinga simetris kiri dan kanan, serta
bersih, tidak ada perdarahan gusi, tidak
tidak ditemukan adanya
ada sariawan. Pada telinga tampak
pembengkakan kelenjer getah bening.
bersih, tidak teraba pembesaran
kelenjer getah bening.
Pada pameriksaan thoraks, pada
inspeksi ditemukan simetris kiri dan
Pada pemeriksaan thoraks, pada
kanan, tidak ada retraksi dinding dada.
inspeksi ditemukan thoraks simetris kiri
Pada perkusi terdengar sonor. Pada
dan kanan, tidak ada retraksi dinding
saat palpasi ditemukan thoraks
dada. Pada perkusi terdengar sonor.
fremitus kiri dan kanan. Pada
Pada palpasi ditemukan thoraks
auskultasi terdenfgar vesikuler.
fremitus kiri dan kanan. Pada auskultasi
terdengar vasikuler.
Pada pameriksaan fisik jantung, pada
inspeksi ditemukan iktus kordis tidak
terlihat, pada saat palpasi ditemukan

Poltekkes Kemenkes Padang


iktus kordis teraba di RIC 4 Pada pemeriksaan jantung, pada
midklafikukla, pada saat auskultasi inspeksi ditemukan iktus cordis tidak
terdengar irama jantung regular. terlihat, pada saat palpasi ditemukan
iktus kordis teraba di RIC 4
midklafikula, pada saat auskultasi
terdengar irama jantung teratur/regular.

Pada pemeriksaan abdomen, pada Pada pemeriksaan abdomen, pada


inspeksi tidak tampak tonjolan dan inspeksi tidak tampak a tonjolan dan,
tidak ada asites, pada saat palpasi tidak ada asites, pada saat palpasi hepar
hepar tidak teraba dan tidak ada tidak teraba, pada saat perkusi
pembesaran hepar dan limpa, pada saat terdengar tympani, pada auskultasi
perkusi terdengar tympani, pada saat terdengar bising usus normal 12x/i.
auskultasi terdengar bising usus
normal 15 x/i.
Pada pemeriksaan kulit ditemukan
Pada pemeriksaan kulit ditemukan turgor kulit kembali cepat, tidak ada
turgor kulit kembali cepat, tidak ada edema, akral teraba dingin, capillary
edema, edema, akral teraba dingin, refil kembali dalam dua detik..
capillary refil kembali dalam dua Pemeriksaan genitalia ditemukan
detik, terpasang infus pada lengan bentuk normal dan lengkap. Pada
sebelah kanan,kulit bersisik dan pecah- pemeriksaan ektermitas atas tidak ada
pecah di ekstermitas atas dan bawah, masalah, ekstremitas bawah kaki kanan
reflek babynski kiri dan kanan normal. tampak luka bekas pemasangan infus
Genitalia bersih dan tidak ada yang menyebabkan gatal- gatal dan
mengalami kelainan. kulit sekitarnya kemerahan.

Data Penunjang Data Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada tanggal 7 Pemeriksaan penunjang pada tanggal 8
maret 2018 didapatkan data: Hb 9,9 maret 2018 didapatkan data hasil
g/dl (10,2 – 15,7 g/dl), leukosit laboratorium : Hb 10 g/dl (10,2 – 15,7
3.240/mm3 (5.000 – 17.000/mm3), g/dl), leukosit 3.890/mm3 (5.000 –
trombosit 200.000mm3 (150.000 – 17.000/mm3), trombosit 256.000mm3
500.000/mm3). (150.000 – 500.000/mm3).

Terapi Pengobatan Terapi Pengobatan


Tanggal 21 Februari 2018 Pada An. A Pada An. K program pengobatan adalah
didapatkan program terapi pengobatan terapi MB TKTP 1400 kkal, VCR IV
adalah Wida D5- ¼ NSMB TKTP 0,9 mg, Daunorubicine IV 30 mg,
1600kkal, MTX IT 12 mg + = Leucovenn 8 x 12 mg IV, Launase
dexametason 1mg, MTX HD 850 mg, 4500 U SC, PCT.
Leucovenn 8 x 12 mg IV, Mesna 850
mg IV, Ambroxol, PCT.
Pada tanggal 11 maret 2018
didapatkan terapi Nystatin 4x 3 cc
(Oral).

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An.A dan An.K
didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Berdasarkan analisa data yang peneliti Berdasarkan analisa data yang peneliti
lakukan maka masalah keperawatan lakukan maka masalah keperawatan
tanggal 08 Maret 2018 yang muncul 08 Maret 2018 yang muncul pada
pada An. A yaitu yang pertama An.K yaitu pertama Ketidakefektifan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perfusi jaringan perifer berhubungan
perifer berhubungan dengan dengan Penurunan kadar Hb, diagnosa
Penurunan kadar Hb, diagnosa kedua kedua Resiko infeksi berhubungan
Resiko infeksi berhubungan dengan dengan penurunan sistem imunitas,
penurunan sistem imunitas, diagnosa diagnose ketiga Ketidakseimbangan
ketiga Ketidakseimbangan nutrisi nutrisi kurang dari kebutuhan
kurang dari kebutuhan berhubungan berhubungan dengan kurangnya
dengan kurangnya asupan makan, asupan makan, diagnosa keempat
diagnosa keempat Gangguan integritas Kerusakan integritas kulit
kulit berhubungan dengan berhubungan dengan imunodefisiensi.
Imunodefisiensi, Pada tanggal 11
Maret 2018 pada An. A muncul
diagnosa kelima Kerusakan membran
mukosa oral berhubungan dengan
program pengobatan.

Pada diagnosa pertama adalah Pada diagnosa pertama adalah


Ketidakefektifan perfusi jaringan Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan perifer berhubungan dengan
Penurunan kadar Hb dengan data Penurunan kadar Hb dengan data
subjektif Ibu S mengatakan anaknya subjektif Ayah M mengatakan
pucat dan lemah sebelum masuk anaknya tampak pucat dan lemah,
rumah sakit. Sedangkan data objektif Ayah M mengatakan anaknya
yang ditemukan Anak tampak pucat, perdarahan hidung 2 jam sebelum
Hb 9,7 g/dl, Konjungtiva Anemis, masuk rumah sakit. Sedangkan data
Akral teraba dingin, CRT <2 detik, N: objektif yang ditemukan Anak tampak
90 x/menit, T: 36,9 ˚, RR: 24 x/menit. pucat dan lemah, Hb 10 g/dl,
Konjungtiva Anemis, Akral teraba
hangat, CRT <2 detik, N: 94 x/menit,
S: 38,2˚C, RR: 24 x/menit.

Pada diagnosa kedua adalah Resiko Pada diagnosa kedua adalah Resiko
infeksi berhubungan dengan infeksi berhubungan dengan
penurunan sistem imunitas dengan penurunan sistem imunitas dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


data subjektif didapatkan Ibu S data subjektif Ayah M mengatakan
mengatakan anaknya akan menjalani anaknya demam sebelum masuk
kemoterapi, Ibu S mengatakan sudah rumah sakit, Ayah M mengatakan
tau An. A menderita ALL, Ibu S anaknya akan menjalani kemoterapi
mengatakan anak batuk dan flu. fase ke 4. Sedangkan data objektif
Sedangkan data objektif ditemukan yang ditemukan Anak tampak pucat,
Anak tampak lemah, Nadi: 90 x/ Nadi: 94 x/ menit, Suhu: 38,2˚C,
menit, Suhu: 36,9˚C, pernafasan 24 pernafasan 24 x/menit, Leukosit
x/menit, Leukosit 3.240/mm3. 3.890/mm3.

Pada diagnosa ketiga adalah Pada diagnosa ketiga adalah


Ketidakseimbangan nutrisi kurang Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan dari kebutuhan berhubungan dengan
kurangnya asupan makan dengan data kurangnya asupan makan dengan data
subjektif didapatkan Ibu S mengatakan subjektif didapatkan Ayah M
nafsu makan anaknya berkurang, Ibu S mengatakan nafsu makan anaknya
mengatakan anak tidak menghabiskan berkurang, Ayah M mengatakan anak
porsi makanan. Sedangkan data tidak menghabiskan porsi makanan.
objektif yang ditemukan Anak tampak Sedangkan data objektif yang
malas makan, Diet yang diberikan ditemukan Anak tampak malas makan,
hanya dimakan ¼, BB sakit 25 kg, BB Diet yang diberikan hanya dimakan ½,
sehat 27 kg, Membrane mukosa bibir BB sakit 14 kg, BB sehat 16 kg,
An. A tampak kering dan pucat. Membrane mukosa bibir An. K
tampak kering dan pucat, MB TKTP
1400 kkal.

Pada diagnosa keempat adalah Pada diagnosa keempat adalah


Gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan Imunodefisiensi berhubungan dengan Imunodefisiensi
dengan data subjektif didapatkan Ibu Sdengan data subjektif didapatkan Ayah
mengatakan anaknya akan menjalani M mengatakan pada kaki kanan anak
kemoterapi minggu ke-12 fase terdapat luka kemerahan, Ayah M
konsolidasi, Ibu S mengatakan efek mengatakan kaki kanan anak terdapat
samping dari kemoterapi membuat luka memar bekas pemasangan infus
kulit An. A pecah- pecah. Sedangkan sebelumnya, An. K mengatakan kaki
data objektif yang ditemukan Kulit kanan terasa gatal. Sedangkan data
An. A tampak pecah- pecah dan objektif yang didapatkan Anak tampak
bersisik dibagian ekstermitas, Kulit menggaruk kaki kanan, Pada
An. A diberi baby oil. ekstremitas kanan tampak luka memar
bekas pemasangan infus yang
Pada tanggal 11 Maret 2018 diagnosa menyebabkan gatal- gatal dan kulit
kelima adalah Kerusakan membran sekitarnya kemerahan.
mukosa oral berhubungan dengan
program pengobatan dengan data
subjektif didapatkan Ibu S
mengatakan setelah selesai kemoterapi
anak mengalami sariawan pada bibir
dan mulut, Ibu S mengatakan anak

Poltekkes Kemenkes Padang


susah makan dan minum, Ibu S
mengatakan anak hanya minum air
putih, Ibu S mengatakan anak mual
dan muntah. Sedangkan data objektif
ditemukan Tampak sariawan pada
bibir dan mulut An. A, Anak tampak
susah berbicara, minum dan makan,
Anak tampak mual dan muntah.

3. Intervensi keperawatan
Setelah didapatkan beberapa diagnosa keperawatan seperti yang ada
pada tabel diatas, maka peneliti dapat merumuskan tindakan yang akan
dilakukan terhadap diagnosa An.A dan An.K sebagai berikut :

Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Untuk masing-masing diagnosa Untuk masing-masing diagnosa
keperawatan diatas, maka dibuat keperawatan diatas, maka dibuat
intervensi keperawatan. Pada diagnosa intervensi keperawatan. Pada diagnosa
keperawatan 1) Ketidakefektifan keperawatan 1) Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer, kriteria hasil perfusi jaringan perifer, kriteria hasil
berdasarkan NOC : diharapkan status berdasarkan NOC : diharapkan status
sirkulasi pasien dalam rentang normal sirkulasi pasien dalam rentang normal
(TD sistol dan diastole, CRT <3 detik, (TD sistol dan diastole, CRT <3
saturasi dalam rentang normal. detik,saturasi dalam rentang normal.

Intervensi yang direncanakan Intervensi yang direncanakan


berdasarkan NIC adalah: 1) status berdasarkan NIC adalah: 1)status
sirkulasi, aktifitas keperawatannya sirkulasi, aktivitas keperawatannya
seperti memonitor penilaian seperti memonitor penilaian
komprehensif terhadap sirkulasi komprehensif terhadap sirkulasi
perifer misalnya : denyut nadi perifer, perifer misalnya : denyut nadi perifer,
edema), monitor adanya kecemasan edema), monitor adanya kecemasan
pasien. 2) monitor tanda- tanda vital pasien . 2) monitor tanda- tanda vital
aktivitas keperawatannya seperti aktivitas keperawatannya seperti
monitor tekanan darah, nadi, monitor tekanan darah, nadi,
pernapasan, dan suhu, catat adanya pernapasan, dan suhu, catat adanya
fluktuasi tekanan darah, monitor fluktuasi tekanan darah, monitor
kualitas nadi, monitor pola pernafasan kualitas nadi, monitor pola pernafasan
yang abnormal, monitor suhu, warna, yang abnormal, monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit, monitor hasil dan kelembaban kulit, monitor hasil

Poltekkes Kemenkes Padang


labor hemoglobin, berikan produk labor hemoglobin, berikan produk
darah (kolaborasi bersama dokter. darah (kolaborasi bersama dokter.

Pada diagnosa keperawatan 2) risiko Pada diagnosa keperawatan 2) risiko


infeksi, kriteria hasil berdasarkan infeksi, kriteria hasil berdasarkan
NOC: diharapkan mengidentifikasi NOC: diharapkan mengidentifikasi
faktor risiko infeksi pada klien, faktor risiko infeksi pada klien,
mengidentifikasi tanda dan gejala mengidentifikasi tanda dan gejala
infeksi pada klien, Asupan gizi klien infeksi pada klien, Asupan gizi klien
adekuat, Ratio berat badan/tinggi adekuat, Ratio berat badan/tinggi
badan ideal, status hidrasi adekuat. badan ideal, status hidrasi adekuat.

Intervensi yang direncanakan Intervensi yang direncanakan


berdasarkan NIC adalah: 1) kontrol berdasarkan NIC adalah: 1) kontrol
infeksi, aktivitas keperawatannya infeksi, aktivitas keperawatannya
seperti batasi jumlah pengunjung, seperti batasi jumlah pengunjung,
anjurkan pasien mengenai teknik cuci anjurkan pasien mengenai teknik cuci
tangan yang benar, anjurkan tangan yang benar, anjurkan
pengunjung untuk mencuci tangan saat pengunjung untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan ruangan memasuki dan meninggalkan ruangan
pasien, monitor selama pemberian pasien, monitor selama pemberian
obat kemoterapi, menganjurkan pasien obat kemoterapi, menganjurkan pasien
memakai masker apabila keluar memakai masker apabila keluar
ruangan 2) monitor nutrisi, aktivitas ruangan 2) monitor nutrisi, aktivitas
keperawatannya seperti timbang berat keperawatannya seperti timbang berat
badan pasien, monitor kecenderungan badan pasien, lakukan pengukuran
naik dan turunnya berat badan anak, antropometri pada komposisi tubuh,
identifikasi perubahan berat badan monitor kecenderungan naik dan
terakhir, 3) pengecekan kulit, aktivitas turunnya berat badan anak, identifikasi
keperawatannya seperti amati warna, perubahan berat badan terakhir, 3)
kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, pengecekan kulit, aktivitas
edema dan ulserasi pada ekstremitas, keperawatannya seperti amati warna,
monitor warna dan suhu kulit, monitor kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur,
warna kulit untuk memeriksa adanya edema dan ulserasi pada ekstremitas,
ruam atau lecet, monitor kulit untuk monitor warna dan suhu kulit, monitor
adanya kekeringan atau kelembaban, warna kulit untuk memeriksa adanya
monitor infeksi 3) Berikan penkes ruam atau lecet, monitor kulit untuk
kepada keluarga tentang resiko infeksi. adanya kekeringan atau kelembaban,
monitor infeksi 3) Berikan penkes
kepada keluarga tentang resiko infeksi.

Pada diagnosa keperawatan 3) Pada diagnosa keperawatan 3)


ketidakseimbangan nutrisi kurang ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, kriteria hasil dari kebutuhan tubuh, kriteria hasil
berdasarkan NOC adalah tidak ada berdasarkan NOC adalah tidak ada
tanda-tanda malnutrisi, status nutrisi, tanda-tanda malnutrisi, status
tidak terjadi penurunan berat badan nutrisi,tidak terjadi penurunan berat
yang berarti. badan yang berarti.

Poltekkes Kemenkes Padang


Intervensi yang direncanakan Intervensi yang direncanakan
berdasarkan NIC diantaranya 1) berdasarkan NIC diantaranya 1)
manajemen nutrisi, aktivitas manajemen nutrisi, aktivitas
keperawatannya identifikasi adanya keperawatannya identifikasi adanya
alergi makanan, kolaborasi dengan alergi makanan, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
seperti menentukan diit pasien, seperti menentukan diit pasien,
anjurkan keluarga untuk membawa anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara makanan favorit pasien sementara
berada dirumah sakit, yang sesuai, berada dirumah sakit, yang sesuai,
monitor kecenderungan penurunan monitor kecenderungan penurunan
berat badan. 2) manajemen berat badan. 2) manajemen
kemoterapi, aktivitas keperawatannya kemoterapi, aktivitas keperawatannya
adalah telusuri pengalaman pasien adalah telusuri pengalaman pasien
sehubungan dengan mual dan muntah sehubungan dengan mual dan muntah
terkait kemoterapi, berikan obatobatan terkait kemoterapi, berikan obat-
untuk mengontrol efek samping obatan untuk mengontrol efek
kemoterapi, berikan pasien diet yang samping kemoterapi, berikan pasien
lunak dan mudah dicerna, anjurkan diet yang lunak dan mudah dicerna,
keluarga pasien untuk memberi makan anjurkan keluarga pasien untuk
anak sedikit tapi sering, berikan memberi makan anak sedikit tapi
penkes tentang nutrisi anak leukemia sering, Berikan penkes nutrisi untuk
anak leukemia

Pada diagnosa keperawatan 4) Pada diagnosa keperawatan 4)


Kerusakan integritas kulit, kriteria Kerusakan integritas kulit, kriteria
hasil berdasarkan NOC adalah hasil berdasarkan NOC adalah
integritas kulit yang baik bisa integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan, tidak ada luka/lesi, dipertahankan, tidak ada luka/lesi,
perfusi jaringan baik. perfusi jaringan baik.

Rencana intervensi berdasarkan NIC Rencana intervensi berdasarkan NIC


diantaranya 1) pengecekan kulit, diantaranya 1) pengecekan kulit,
aktivitas keperawatannya periksa kulit aktivitas keperawatannya periksa kulit
adanya kemerahan, amati warna, adanya kemerahan, amati warna,
tekstur, monitor kulit adanya ruam dan tekstur, monitor kulit adanya ruam dan
lecet, monitor kulit adanya kekeringan lecet, monitor kulit adanya kekeringan
yang berlebihan dan kelembaban. yang berlebihan dan kelembaban.

Pada diagnosa keperawatan 5)


Kerusakan membran mukosa oral
berhubungan kriteria hasil berdasarkan
NOC adalah tingkat nyeri, fungsi
sensori pengecapan dan pembau, dan
satatus menelan: oral.

Poltekkes Kemenkes Padang


Rencana intervensi berdasarkan NIC
diantaranya: (1) manajemen cairan,
tindakan keperawatannya adalah
tingkatkan asupan oral seperti sering
memberikan anak minum,distribusikan
asupan cairan selama 24 jam, dukung
pasien dan keluarga untuk membantu
pemberian makanan dengan baik,
monitor satus hidrasi misalnya
membran mukosa lembab, denyut nadi
adekuat, (3) pemeliharaan kesehatan
mulut tindakan keperawatannya
lakukan perawatan mulut secara rutin,
dorong dan bantu pasien untuk
berkumur-kumur, instruksikan pasien
dan bantu pasien membersihkan mulut
setelah makan, kolaborasi dalam
pemberian terapi (4) manajemen
kemoterapi tindakan keperawatannya
monitor tanda-tanda infeksi dirongga
mulut, anjurkan pasien untuk
melakukan perawatan rongga mulut
dengan menggunakan pembersih yang
tepat, anjurkan pasien untuk
menggunakan nystatin obat kumur
untuk mengontrol infeksi jamur.

4. Implementasi keperawatan
Setelah dirumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap
An.K dan An.G implementasi yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :

Tabel 4.3
Implementasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Tindakan keperawatan yang dilakukan Tindakan keperawatan yang dilakukan
peneliti selama pengelolaan kasus 5 peneliti selama pengelolaan kasus 5
hari untuk diagnosa keperawatan 1) hari untuk diagnosa keperawatan 1)
ketidakefektifan perfusi jaringan ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer yaitu a) memonitor status perifer yaitu a) memonitor status
oksigenasi, b) mengukur tanda- tanda oksigenasi, b) mengukut tanda- tanda
vital 09.20 : - n : 90 x/ menit - suhu: vital 10.20 : - n : 90 x/ menit - suhu:

Poltekkes Kemenkes Padang


36,9˚c, -pernafasan 24 x/menit,14.25 : 38˚c, -pernafasan 24 x/menit, 14.25 : -
- n : 90 x/ menit, - suhu: 36,9˚c, - n : 90 x/ menit, - suhu: 36,9˚c, -
pernafasan 24 x/menit, c)memonitor pernafasan 24 x/menit, c) mengukur
suhu, dan kelembaban kulit 09.00 : - tanda- tanda vital 10.00 : - suhu:
suhu: 38˚c, - kulit : lembab,11.00 : - 38,2˚c, - kulit : lembab, 12.00 : -
suhu: 37,9˚c, kulit : lembab 13.00 : - suhu: 37,9˚c, - kulit : lembab, 14.00 : -
suhu: 37,9˚c, kulit : lembab 15.00 : - suhu: 37,9˚c, - kulit : lembab, 16.00 :
suhu: 36,9˚c, kulit : lembab, d) - suhu: 36,9˚c,- kulit : lembab, d)
memonitor hasil lab hb tanggal 7 memonitor hasil lab hemoglobin
maret hb 9,7 g/dl. tanggal 8 maret Hb 10 g/dl .

Selanjutnya, implementasi Selanjutnya, implementasi


keperawatan yang dilakukan peneliti keperawatan yang dilakukan peneliti
selama pengelolaan kasus 5 hari untuk selama pengelolaan kasus 5 hari untuk
diagnosa keperawatan 2) risiko diagnosa keperawatan 2) risiko
infeksi berhubungan dengan infeksi berhubungan dengan
penurunan sistem imunitas yaitu a) penurunan sistem imunitas yaitu a)
mengajarkan pasien dan keluarga cara mengajarkan pasien dan keluarga cara
mencuci tangan dengan benar, b) mencuci tangan dengan benar, b)
membatasi pengunjung, c) membatasi pengunjung, c)
memberikan diit sesuai kebutuhan memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien yaitu diit makanan biasa TKTP pasien yaitu diit makanan biasa TKTP
1600 kkal, d) Memberikan terapi 1600 kkal, d) Memberikan terapi
sesuai dengan order dokter, e) sesuai dengan order dokter, e)
melakukan pengukuran suhu melakukan pengukuran suhu
didapatkan suhu anak 36,9 ˚C, f) didapatkan suhu anak 36,9 ˚C, f)
memantau suhu secara terus menerus memantau suhu secara terus menerus
g) menganjurkan pasien memakai g) menganjurkan pasien memakai
masker masker
Selanjutnya, implementasi
Selanjutnya, implementasi keperawatan yang dilakukan peneliti
keperawatan yang dilakukan peneliti selama pengelolaan kasus 5 hari untuk
selama pengelolaan kasus 5 hari untuk diagnosa keperawatan 3)
diagnosa keperawatan 3) ketidakseimbangan nutrisi kurang
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu : (a)
dari kebutuhan tubuh yaitu : (a) mengkaji adanya alergi makanan, anak
mengkaji adanya alergi makanan, anak tidak ada pantangan atau alergi
tidak ada pantangan atau alergi makanan (b) berkolaborasi dengan ahli
makanan (b) berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan,
dan nutrisi yang dibutuhkan, (c) (c)menganjurkan orang tua
menganjurkan orang tua memberikan memberikan makanan hangat, (d)
makanan hangat, (d) memantau memantau adanya peningkatan atau
adanya peningkatan atau penurunan penurunan berat badan didapatkan
berat badan didapatkan adanya tidak ada penurunan berat badan, (e)
penurunan berat badan antara sebelum Mencatat jumlah makanan yang
sakit berat badan anak 27 kg dan dihabiskan oleh anak setiap kali
sekarang berat badan anak 25 kg, (e) makan.

Poltekkes Kemenkes Padang


Mencatat jumlah makanan yang
dihabiskan oleh anak setiap kali
makan.
Selanjutnya, implementasi
Selanjutnya, implementasi keperawatan yang dilakukan peneliti
keperawatan yang dilakukan peneliti selama pengelolaan kasus 5 hari untuk
selama pengelolaan kasus 5 hari untuk diagnosa keperawatan 4) kerusakan
diagnosa keperawatan 4) kerusakan integritas kulit yaitu: (a) pengecekan
integritas kulit yaitu: (a) pengecekan kulit, aktivitas keperawatannya periksa
kulit, aktivitas keperawatannya periksa kulit adanya pecah- pecah dan bersisik
kulit adanya pecah- pecah dan bersisik pada ektermitas anak, (b) monitor kulit
pada ektermitas anak, (b) monitor kulit adanya kekeringan yang berlebihan
adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembaban didapatkan data kulit
dan kelembaban didapatkan data kulit anak tampak kering, (c) mengoleskan
anak tampak kering, (c) mengoleskan lotion atau minyak baby/baby oil pada
lotion atau minyak baby/baby oil pada daerah yang tertekan, (d) memonitor
daerah yang tertekan, (d) memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien , (e)
aktivitas dan mobilisasi pasien , (e) memonitor status nutrisi pasien, (f)
memonitor status nutrisi pasien, (f) menganjurkan keluarga memandikan
menganjurkan keluarga memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
pasien dengan sabun dan air hangat.

Selanjutnya, implementasi
keperawatan yang dilakukan peneliti
selama pengelolaan kasus 5 hari untuk
diagnosa keperawatan 5) kerusakan
membran mukosa oral yaitu : (a)
memanajemen cairan, tindakan
keperawatannya adalah meningkatkan
asupan oral seperti sering memberikan
anak minum, didapatkan anak malas
dan susah untuk disuruh minum ,
mendukung pasien dan keluarga untuk
membantu pemberian makanan
dengan baik, tampak orang tua anak
menemani anak selama makan,
memonitor satus hidrasi didapatkan
membran mukosa bibir anak kering,
(d) memelihara kesehatan mulut
tindakan keperawatannya melakukan
perawatan mulut secara rutin, anak
sering gosok gigi sesudah mandi pagi,
menganjurkan pasien untuk berkumur-
kumur setelah makan, (c) manajemen
kemoterapi tindakan keperawatannya
menganjurkan pasien untuk
melakukan perawatan rongga mulut

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan menggunakan pembersih yang
tepat,menganjurkan pasien untuk
menggunakan nystatin obat kumur
untuk mengontrol infeksi jamur,
didapatkan anak menggunakan
nystatin.

5. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan terhadap An.A dan An.K,
didapatkan perkembangan pasien yaitu :

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2
Setelah dilakukan tindakanSetelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 5 hari pada keperawatan selama 5 hari pada
masalah keperawatan masalah keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan, Ketidakefektifan perfusi jaringan,
dari hasil tersebut didapatkan S: - Ibudari hasil tersebut didapatkan S: -
S mengatakan pucat anaknya Ayah M mengatakan anaknya pucat
berkurang, O: pucat anak tampak sudah tidak adadan lemah tidak ada
berkurang, N: 98 x/menit, T: 36,6˚C, lagi, Ayah M mengatakan anaknya
RR: 23 x/menit, Hb 9,7 g/dl, perdarahan hidung 2 jam sebelum
Konjungtiva subanemis, Akral teraba masuk rumah sakit, O: Anak tampak
hangat, CRT <2 detik, A: Masalah pucat dan lemah sudah tidak ada, N:
teratasi sebagian, P: Intervensi 86 x/menit, T: 36,8˚C, RR: 24 x/menit,
dilanjutkan monitor Status sirkulasi. Hb 10 g/dl, Konjungtiva subanemis,
Akral teraba hangat, CRT <2 detik, A:
Masalah teratasi sebagian, P:
Setelah dilakukan tindakan Intervensi dilanjutkan, monitor Status
keperawatan selama 5 hari pada sirkulasi.
masalah keperawatan risiko infeksi
berhubungan dengan penurunan sistem
imunitas, dari hasil tersebut S: Ibu S Setelah dilakukan tindakan
mengatakan pucat berkurang, Ibu S keperawatan selama 5 hari pada
mengatakan anakbatuk berkurang dan masalah keperawatan risiko infeksi
flu tidak ada lagi, O: -Anak tampak berhubungan dengan penurunan
pucat berkurang, N: 98 x/ menit, Suhu: sistem imunitas, dari hasil tersebut S:
36,6˚C, pernafasan 23 x/menit, Ayah M mengatakan anak pucat,
Leukosit 3.240/mm3, A: Masalah Ayah M mengatakan anak tidak
teratasi sebagian, P: Intervensi demam, O: - tampak pucat, Nadi: 86
dilanjutkan berikan penkes resiko x/ menit , Suhu: 36,8˚C, pernafasan 24

Poltekkes Kemenkes Padang


infeksi pada keluarga. x/menit, Leukosit 3.890/mm3,. A:
p Masalah belum teratasi. P: Intervensi
dilanjutkan berikan penkes resiko
Setelah dilakukan tindakan infeksi pada keluaraga.
keperawatan selama 5 hari pada
masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan
dari kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama 5 hari pada
dengan kurang asupan makan, dari masalah keperawatan
hasil tersebut S: Ibu S mengatakan ketidakseimbangan nutrisi kurang
nafsu dari kebutuhan tubuh berhubungan
makan anaknya sudah mulai lahap, dengan kurang asupan makan, dari
Ibu S mengatakan anak tidak hasil tersebut S: Ayah M mengatakan
menghabiskan ½ porsi makanan, Ibu anak menghabiskan 1/2 porsi makanan,
S mengatakan An. A mengalami mual Ayah M mengatakan anak muntah
dan muntah tidak ada lagi, O : -Anak tidak ada, O: Diet yang diberikan
tampak mual tidak ada, Diet yang hanya dimakan ½,. BB sakit 14 kg, BB
diberikan hanya dimakan ½, BB sakit sehat 16 kg, Membrane mukosa bibir
25 kg, BB sehat 27 kg, Membrane An. K tampak kering sudah berkurang
mukosa bibir An. A tampak dan pucat tidak ada, A: Masalah
kering dan pucat sudah berkurang, A: teratasi sebagian, P: Intervensi
Masalah teratasi sebagian, P: dilanjutkan berikan penkes nutrisi
Intervensi dilanjutkan berikan penkes pada anak leukemia.
nutrisi pada anak leukemia.

Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 5 hari pada keperawatan selama 5 hari pada
masalah keperawatan kerusakan masalah keperawatan kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan integritas kulit berhubungan dengan
imunodefisiensi, dari hasil tersebut S: imunodefisiensi, dari hasil tersebut S:
Ibu S mengatakan anaknya akan Ayah M mengatakan kaki kanan anak
menjalani kemoterapi minggu ke-12 terdapat luka bekas pemasangan infus
fase konsolidasi, Ibu S mengatakan sebelumnya, An K mengatakan gatal-
efek samping dari kemoterapi gatal sudah tidak ada, O: -Pada
membuat kulit An. A pacah- pacah, O: ekstremitas kanan tampak luka bekas
- Kulit An. A masi tampak pecah- pemasangan infus yang menyebabkan
pecah dan bersisik, Kulit An. A selalu gatal- gatal dan kulit sekitarnya
diberi baby oil, A: Masalah belum kemerahan. A: Masalah teratasi
teratasi , P: Intervensi dilanjutkan dan sebagian. P: Intervensi dilanjutkan
di delegasikan ke perawat ruangan, dan didelegasikan kepada perawat
monitor manajemen tekanan. ruangan, monitor manajemen tekanan.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 5 hari pada
masalah keperawatan kerusakan
membran mukosa oral berhubungan

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan program pengobatan, dari
hasil tersebut didapatkan data S: Ibu
S mengatakan sariawan
sudah mulai sembuh, Ibu S
mengatakan anak sudah bisa makan
tetapi hanya sedikit- sedikit, Ibu S
mengatakan, sariawan sudah mulai
kering, O: Sariawan pada bibir dan
mulut anak masih tampak, Anak
sudah mulai makan dengan porsi yang
diberikan, anak diberi nystatin 4x3cc,
A: Masalah teratasi sebagian, P:
Intervensi dilanjutkan dan
didelegasikan keperawat ruangan,
monitor Oral Hygine.

Poltekkes Kemenkes Padang


B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini akan membahas koherasi antara teori dengan
laporan kasus asuhan keperawatan pada An.A dan An.K dengan penyakit
leukemia yang telah dilakukan sejak 2 – 12 Maret 2018 di ruang Kronis
IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
membuat rencana intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan
melakukan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An. A keluhan utama
demam pucat dan lemah sebelum masuk rumah sakit ditemukan
jumlah hemoglobin rendah. Kemudian hasil penelitian pada An. K
keluhan utama pucat, demam, nafsu makan berkurang, perdarahan di
hidung 2 jam sebelum masuk rumah sakit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yenni, (2014)


menyatakan bahwa gejala klinis yang tampak pada anak leukemia
kelemahan, pucat, infeksi dan demam yang tidak sembuh dengan
antibiotik, mudah berdarah, atau memar, nyeri sendi atau tulang, nafsu
makan berkurang dan turunnya berat badan, pembesaran kelenjar
limfa, batuk atau kesulitan pernafasan, pembesaran hati atau limpa,
pembengkakan muka dan tangan, sakit kepala, serta muntah.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Ravenia, (2016)


Menurut tanda dan gejala klinis, pada saat pertama kali datang ke
RSKD, anak-anak ini kebanyakan mengalami demam (39/69),
hepatosplenomegali (48/69), dan splenomegali (40/69). Timbulnya
gejala dan tanda klinis merupakan akibat dari penggantian komponen
sumsum tulang normal dengan sel-sel leukemia. Pada Umumnya
ditemukan kelemahan dan mudah lelah, infeksi dengan berbagai

Poltekkes Kemenkes Padang


keparahan, dan/atau manifestasi perdarahan seperti ekimosis,
epistaksis.

Kenny (2017) mengatakan manifestasi klinis leukemia Demam dan


sering mengalami infeksi, merasa lelah (akibat anemia), mudah
berdarah atau mengalami perdarahan secara berlebihan ,
pembengkakan kelenjar getah bening di leher, kehilangan berat badan
yang tidak jelas penyebabnya. Wong (2012 ) mengatakan anak yang
menderita leukemia akan menunjukkan gejala demam, terdapat petekie
atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat menyebabkan perdarahan
dan infeksi sekunder.

Menurut ansumsi peneliti keluhan yang dialami An.A dan An.K sama
dengan teori. Anak yang mengalami leukemia umumnya keluhan pucat
dan lemah akibat kurangnya sirkulasi oksigen kejaringan perifer
karena terjadinya gangguan proses produksi sel-sel darah merah oleh
sumsum tulang mengakibatkan sel darah merah,sel darah putih
abnormal. Hal tersebut dapat dilihat dari pernampilan anak pucat dan
lemah serta akral dingin akibat tidak adekuatnya penyebaran darah dan
oksigen ke jaringan perifer dan musuh- musuh yang berada didalam sel
darah putih. Rendahnya hemoglobin dan eritrosit, akibat dari
pertumbuhan leukosit yang abnormal dan menyebabkan produksi sel
darah putih tidak bisa menekan produksi eritrosit, leukosit yang tidak
normal dan belum matang menyebabkan kuman masuk jadi tidak bisa
melawan sel darah putih, sehingga memudahkan terjadinya infeksi dan
demam.

Hasil pengkajian di riwayat kesehatan dahulu ditemukan An. A Ibu S


mengatakan An. A sakit Ibu S sering membeli bodrexine di warung
untuk An. A yang sedang sakit. Pada riwayat imunisasi An. A
imunisasinya lengkap, An. K imunisasinya sama- sama lengkap. Pada
kebiasaan sehari- hari An. K suka mengkonsumsi makan- makanan

Poltekkes Kemenkes Padang


siap saji seperti ciki- ciki. Pada lingkungan An. A tinggal dikawasan
yang bersih, nyaman, bebas dari kawasan lingkungan pabrik,
sedangkan An. K tinggal dikawasan yang bersih, nyaman, dekat
dengan pabrik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Surriadi dan Yulianni ,


(2010) menyatakan bahwa penyebab spesifik leukemia belum
diketahui, tetapi berhubungan dengan proses multifaktorial yang
berkaitan dengan genetik, imunologi, lingkungan, toksik, paparan
virus, ionization radiation dan obat- obatan imunosupresif.

Bernestein (2016) mengatakan kanker pada anak berkaitan dengan


kelainan genetik yang bisa menimbulkan kanker, papan zat kimia dari
lingkungan, makanan yang mengandung zat karsinogenik, asupan dari
komponen tertentu dalam makanan dapat mengubah metabolisme dan
pengeluaran dari karsinogen, serta mempengaruhi perkembangan sel-
sel normal dan kanker dalam tubuh.

Menurut asumsi peneliti, faktor penyebab leukemia yang dikemukan


teori dimiliki oleh An. A, sedangkan pada An. K belum diketahui apa
penyebabnya. Kasus leukemia yang disebabkan oleh genetik ini bisa
disebabkan oleh virus tertentu akibatnya terjadi perubahan struktur gen
( T cell leukemia lymphoma virus/ HTLV). Sedangkan kasus
leukemia yang terjadi pada An. K disebabkan karena suka
mengkonsumsi makan- makanan yang berpengawet dan didukung A.
K tinggal dikawasan lingkungan pabrik yang dapat memicu paparan
radiasi. Sebagian makanan ringan kemasan, seperti chitato (kripik
kentang, mengandung bahan yang kemungkinan dapat memicu kanker
yaitu akrilamida terbentuk saat makanan yang kaya karbohidrat (
mengandung gula dan tepung) dipanggang atau digoreng, makanan
dan minuman siap saji terdapat bahan yang memicu kanker di
antaranya adalah: pemanis buatan, bahan pengawet, sodium nitrat..

Poltekkes Kemenkes Padang


Sedangkan tinggal dilingkungan yang dekat dengan pabrik yang
terpapar zat kimia akan berdampak buruk menimbulkan zat
karsinogen.

Pengkajian pada An. K anak menangis saat didekati oleh perawat dan
anak tidak mau berpisah dari ayah dan ibunya dan anak sering
mengatakan ” tidak mau sama ibu itu” saat didekati oleh perawat.
Penelitian yang dilakukan (Wijayanti, 2017) pada anak pre sekolah
yang menderita leukemia leukemia di RSUD DR. Moewardi Surakarta
menunjukkan semakin sering anak menjalani hospitalisasi beresiko
tinggi mengalami gangguan pada motorik kasar.

Menurut teori Pasien yang mengalami penyakit kronis seperti


leukemia akan mengalami ketergantungan pada keluarga akibat dari
keterbatasan dan ketidakmampuan sebagai respon rasa sakit.
Terjadinya gangguan pada tahap perkembangan anak meliputi
perkembangan motorik dan perkembangan psikologis anak. Anak akan
lebih sering berbaring ditempat tidur dari pada bermain atau
beraktivitas karena anak rentan mengalami keletihan (Murtutik &
Wahyuni, 2013).

Menurut asumsi peneliti An. K mengalami stress hospitalisasi. Hal ini


dibuktikan ketika anak didekati oleh perawat selalu menangis dan
rewel. Perubahan suasana lingkungan seperti suasana lingkungan
seperti suasana rumah sakit yang tidak familiar bagi anak serta
berbagai alat yang sering dijumpai oleh anak seperti jarum suntik dan
infus yang merupakan faktor penyebab An. K mengalami stress saat di
rumah sakit. Selain itu, kehilangan kebebasan dan kemandirian juga
merupakan penyebab lainnya An. K mengalami stress ketika
menjalani hospitalisasi. Pada kasus ini anak mengalami gangguan pada
perkembangan, anak lebih sering berbaring ditempat tidur dari pada
bermain atau beraktivitas karena anak mengalami keletihan akibat

Poltekkes Kemenkes Padang


akibat anemia yang dialami oleh anak. Jadi anak penyakit kronis
seperti leukemia dirumah sakit membutuhkan terapi bermain agar
pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terganggu.

Hasil pengkajian lain yang ditemukan An.A dan An.K sudah menjalani
kemoterapi fase konsolidasi. Setelah menjalani kemoterapi An.A dan
An.K mengeluh mual dan muntah, pada An.A keluhan ditambah
sariawan pada bibir dan mulut sehingga anak susah makan dan nafsu
makan berkurang. Pada pemeriksaan kepala tampak rambut An.A dan
An.K tipis dan rontok.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wijayanti, (2017)


menyatakan efek samping anak yang menagalami leukemia di RSUD
DR. Moewardi Surakarta adalah 75% mual, 75% muntah, 40%
kerontokan rambut, 35% gangguan mulut, 55% penurunan nafsu
makan, 70% kelelahan.

Ngastiah ( 2014), penatalaksaan yang dilakukan adalah tranfusi darah


dan melakukan kemoterapi dilakukan untuk menghambat dan
membunuh pertumbuhan sel kanker. Proses kemoterapi terbagi dalam
empat fase, yaitu : terapi induksi, terapi profilaksis SSP, terapi
intensifikasi (konsolidasi), terapi rumatan, dan reinduksi sesudah
relaps. Efek samping kemoterapi dapat menimbulkan infeksi, memar ,
perdarahan, rasa lemah, kerontokan rambut, luka pada bibir dan mulut,
mual dan muntah, dan penurunan nafsu makan.

Asumsi peneliti pada kasus An.A dan An. K ditemui gejala mual dan
muntah, penurunan nafsu makan karena An.A dan An.K selesai
menjalani kemoterapi. Kehilangan nafsu makan yang di alami An.A
dan An. K tidak hanya karena mual dan muntah, perubahan rasa atau
masalah mulut dan tenggorokan tetapi merasa tertekan atau lelah. Efek
samping kemoterapi disebabkan dari efek non-spesifik dari obat-obat

Poltekkes Kemenkes Padang


sitotoksik sehingga menghambat proliferasi tidak hanya sel-sel kanker
melainkan juga sel normal.

2. Diagnosis Keperawatan
Hasil penelitian pada An.A ditemukan 5 diagnosa keperawatan yaitu
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
Penurunan kadar Hb ,risiko infeksi berhubungan dengan penurunan
sistem imunitas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan, Gangguan integritas
kulit berhubungan dengan Imunodefisiensi, kerusakan membran
mukosa oral berhubungan dengan program pengobatan. Sedangkan
pada An.K ditemukan 4 diagnosa keperawatan yaitu Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Penurunan kadar Hb
,risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imunitas,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makan, Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan Imunodefisiensi.

Menurut Ambarwati & Nasution, (2015) diagnosa yang mungkin


muncul pada penyakit Leukemia yaitu Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer b.d penurunan kadar Hb, risiko perdarahan b.d
trambositopenia, risiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan
tubuh, risiko perdarahan b.d koagulasi inheren, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan,
kerusakan integritas kulit b.d imunodefisiensi, hipertermi b.d
dehidrasi, gangguan citra tubuh b.d program pengobatan.

Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul pada anak dengan


leukemia adalah Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan Penurunan kadar Hb, Resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan sistem imunitas, Gangguan integritas kulit berhubungan

Poltekkes Kemenkes Padang


dengan Imunodefisiensi dan Kerusakan membran mukosa oral
berhubungan dengan program pengobatan (NANDA
Internasional,2015).

Menurut analisis peneliti, tegaknya diagnosa utama An. A dan An. K


Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
Penurunan kadar Hb sama dengan teori. Penurunan kadar Hb adalah
faktor resiko terjadinya ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang
ditandai dengan anak pucat dan lemah karena penurunan kadar Hb
akibat kurangnya sirkulasi oksigen kejaringan perifer karena terjadinya
gangguan proses produksi sel-sel darah marah oleh sumsum tulang
mengakibatkan sel darah merah,sel darah putih abnormal.

Menurut analisis peneliti, Dari hasil pengkajian ditemukan pada An.A


Ibu S mengatakan anaknya akan menjalani kemoterapi, Ibu S
mengatakan sudah tau An. A menderita ALL, Ibu S mengatakan anak
batuk dan flu dan tampak lemah, leukosit menurun, Sedangkan An.K
Ayah M mengatakan anaknya demam sebelum masuk rumah sakit,
Ayah M mengatakan anaknya akan menjalani kemoterapi fase ke- 8
dan Suhu: 38,2˚C. Tegaknya diagnosa resiko infeksi karena batasan
karakteristiknya mendukung seperti temperature tubuh di atas batas
normal, sel darah putih abnormal, sehingga diagnosa ini perlu
ditegakkan.

Ngastiyah (2014), Komplikasi yang sering ditemui pada anak- anak


yang mendapatkan terapi kanker yaitu mudah terinfeksi berat karena
Terjadinya perubahan netrofil ( netropenia) akan mengakibatkan
tubuh kehilangan daya tahan tubuh sehingga penderita akan mudah
terhadap infeksi dan demam.

Dari hasil pengkajian ditemukan An.A dan An. K mengatakan


anaknya sudah dilakukan kemoterapi, hasil pengkajian ibu

Poltekkes Kemenkes Padang


mengatakan anak muntah, ini menyebabkan nafsu makan anak
berkurang, setelah kemoterapi An. A mengalami sariawan pada bibir
dan mulut. sedangkan pada An.K hanya mual dan muntah sehingga
nafsu makan An.K berkurang.

Wong (2012), selain perdarahan, komplikasi lain yang timbul akibat


kemoterapi adalah mual, muntah , anoreksia, atau peurunan nafsu
makan. Menurut analisa peneliti, diagnosa ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan dapat ditegakkan pada An. A dan An. K. Kurangnya asupan
makanan anak karena efek samping kemoterapi dimana obat
kemoterapi bekerja tidak hanya membunuh sel-sel kanker yang sedang
membelah diri, tetapi semua sel yang membelah diri termasuk sel-sel
sehat dan menyebabnya terjadinya shock pada sistem pencernaan dan
menyebabkan anak mual, tidak nafsu makan dan badan anak
berangsur melemah.

Dari hasil pengkajian kerusakan membran mukosa tidak mucul hari


petama karena belum menjalani kemoterapi dan muncul pada hari ke-
4 timbul masalah keperawatan baru pada An. A yang selesai
menjalani kemoterapi yaitu kerusakan membran mukosa oral
berhubugan dengan program pengobatan. Ibu S mengatakan setelah
selesai kemoterapi anak mengalami sariawan pada bibir dan mulut, Ibu
S mengatakan anak susah makan dan minum, Ibu S mengatakan anak
hanya minum air putih, Ibu S mengatakan anak mual dan muntah.

Menurut analisa peneliti diagnosa kerusakan membran mukosa oral


berhubungan dengan program pengobatan dapat ditegakkan pada An
A. Dimana efek samping kemoterapi muncul karena obat-obatan
tersebut, Jenis sel yang ada dimulut dan tenggorokan atau
kerongkongan adalah jenis sel yang tumbuh, berkembang, dan berganti
dengan cepat, dan obat-obat kemoterapi mudah merusak sel-sel jenis

Poltekkes Kemenkes Padang


ini, maka daerah mulut dan tenggorokan menjadi mudah luka atau
kering, menyebabkan terjadinya iritasi pada tenggorokan dan jaringan
mulut yang pada akhirnya menjadi penyebab sariawan. Diagnosa
kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan program
pengobatan tidak dapat ditegakkan pada An. K karena batasan
karakteristik tidak ada masalah bercak putih dimulut dalam batas
normal, stomatitis tidak ada.

Kemoterapi fase konsolidasi lebih berpengaruh terhadap derajat


keparahan mukositis dibandingkan dengan fase induksi dan tidak ada
perbedaan jumlah mikroorganisme pada fase induksi dan konsolidasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derajat mukositis pada fase
konsolidasi lebih berat daripada fase induksi. Hasil analisis
pemeriksaan mikroorganisme Streptococcus-α, Streptococcus Ȗ, dan
Candida albicans didapatkan tidak ada perbedaan jumlah pada fase
induksi dibandingkan dengan fase konsolidasi. Strepococcus ȕ dan
Staphylococcus aureus tidak ditemukan pada lesi mukositis fase
induksi dan konsolidasi (Santoso, 2010).

Menurut analisa penelitian pada kasus, diagnosa risiko perdarahan


tidak dapat ditegakkan karena orangtua An.A dan An.K mengatakan
anaknya tidak ada mengalami perdarahan dihidung, dan memar dikulit,
perdarahan gusi, karena trombosit dalam batas normal sehingga
diagnose perdarahan tidak bisa ditegakkan. Pada anak leukemia mudah
mengalami perdarahan dikarenakan sistem pembeku darah berkurang
megakibatkan terjadi keterlambatan dalam pembekuan darah. Dalam
batasan karakteristik tidak ada data yang mendukung.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada An. A dan An. K yang dilakukan selama 5 hari sesuai
dengan intervensi yang telah peneliti susun. Pada diagnosis
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer intervensi yang akan

Poltekkes Kemenkes Padang


dilakukan tujuannya untuk mengidentifikasi faktor resiko status
sirkulasi, tekanan darah sistol dan diastole dalam rentang normal, CRT
< 3 detik, Saturasi O2 dalam rentang normal, Akral teraba hangat, Hb
dalam rentang normal. Intervensinya adalah 1) status sirkulasi, aktifitas
keperawatannya seperti memonitor penilaian komprehensif terhadap
sirkulasi perifer misalnya : denyut nadi perifer, edema), monitor
adanya kecemasan pasien, 2) monitor tanda- tanda vital aktivitas
keperawatannya seperti monitor tekanan darah, nadi, pernapasan, dan
suhu, catat adanya fluktuasi tekanan darah, monitor kualitas nadi,
monitor hasil labor hemoglobin, berikan produk darah (kolaborasi
bersama dokter).

Rencana tindakan untuk diagnosa risiko infeksi intervensi yang akan


dilakukan tujuannya untuk mengidentifikasi faktor risiko infeksi,
mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi, asupan gizi pasien adekuat,
berat badan ideal, dan status hidrasi adekuat. Intervensinya adalah 1)
kontrol infeksi, aktivitas keperawatannya seperti batasi jumlah
pengunjung, anjurkan pasien mengenai teknik cuci tangan yang benar,
anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien. 2) untuk monitor nutrisi, aktivitas
keperawatannya seperti timbang berat badan pasien, lakukan
pengukuran antropometri pada komposisi tubuh, monitor
kecenderungan naik dan turunnya berat badan anak, identifikasi
perubahan berat badan terakhir, 3) untuk pengecekan kulit, aktivitas
keperawatannya seperti amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi,
tekstur, edema pada ekstremitas, monitor warna dan suhu kulit,
monitor warna kulit untuk memeriksa adanya ruam atau lecet, monitor
kulit untuk adanya kekeringan atau kelembaban, monitor infeksi.
Rencana tindakan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan,
tujuannya tidak ada tanda-tanda malnutrisi dan tidak terjadi penurunan
berat badan. Rencana keperawatannya adalah 1) manajemen nutrisi,

Poltekkes Kemenkes Padang


aktivitas keperawatannya identifikasi adanya alergi makanan,
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan seperti menentukan diit pasien, anjurkan
keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara berada
dirumah sakit, yang sesuai, monitor kecenderungan penurunan berat
badan. 2) manajemen kemoterapi, aktivitas keperawatannya adalah
telusuri pengalaman pasien sehubungan dengan mual dan muntah
terkait kemoterapi, berikan obat-obatan untuk mengontrol efek
samping dari kemoterapi.

Rencana tindakan untuk diagnosa kerusakan membran mukosa oral


berhubungan dengan program pengobatan, tujuannya tingkat nyeri
berkurang, fungsi sensori pengecapan dan pembau, dan satatus
menelan. Rencana keperawatannya adalah 1) manajemen cairan,
tindakan keperawatannya adalah tingkatkan asupan oral seperti sering
meberikan anak minum, distribusikan asupan cairan selama 24 jam,
dukung pasien dan keluarga untuk membantu pemberian makanan
dengan baik, monitor status hidrasi misalnya membran mukosa
lembab, denyut nadi adekuat. 2) pemeliharaan kesehatan mulut
tindakan keperawatannya lakukan perawatn mulut secara rutin, dorong
dan bantu pasien untuk berkumur-kumur, instruksikan pasien dan
bantu pasien membersihkan mulut setelah makan, kolaborasi dalam
pemberian terapi. 3) manajemen kemoterapi tindakan keperawatannya
monitor tanda-tanda infeksi dirongga mulut, anjurkan pasien untuk
melakukan perawatan rongga mulut dengan menggunakan pembersih
yang tepat, anjurkan pasien untuk menggunakan nystatin obat kumur
untuk mengontrol infeksi jamur.

Rencana tindakan untuk diagnosa kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan imunodefisiensi, tujuannya integritas kulit baik,
tidak ada luka atau lesi, perfusi jaringan baik. Rencana
keperawatannya adalah pengecekan kulit, aktivitas keperawatnnya

Poltekkes Kemenkes Padang


periksa kulit adanya kemerahan, amati warna, tekstur, monitor kulit
adanya ruam dan lecet, monitor kulit adanya kekeringan yang
berlebihan dan kelembaban.

Penurunan sirkulasi darah ke perifer dapat menganggu kesehatan.


Terjadinya penurunan kadar sel darah merah di dalam tubuh
mengakibatkan penurunan kadar Hb oleh karena itu sirkulasi O2 dalam
darah berkurang, sirkulasi O2 ke otot jantung berkurang, lama- lama
mengakibatkan lemah jantung akibat fatalnya bisa henti jantung.
Kekurangan kadar Hb menyebabkan anemia yang ditandai kelelahan
dan pucat mengakibatkan sulit untuk beraktivitas (Ngastiyah, 2014).

Berdasarkan analisa peneliti tindakan keperawatan yang sudah dibuat


sesuai dengan kondisi pasien. Intervensi untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer yaitu monitor status sirkulasi sangatlah penting
dilakukan karena bisa berdampak buruk bagi anak, Anak akan mudah
mengalami pucat kelemahan jika melakukan aktivitas karena sirkulasi
darah abnormal yang disebabkan HB berkurang.

4. Implementasi Keperawatan
Diagnosis pertama ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yaitu
a) memonitor status oksigenasi, b) mengukur tanda- tanda vital, c)
memonitor suhu, dan kelembaban kulit, d) memonitor hasil lab hb
tanggal 7 maret hb 9,7 g/dl.

Menurut Ambarwati & Nasution, (2015) penanganan tentang perfusi


jaringan perifer adalah dengan cara memonitor status sirkulasi pasien
leukemia monitor tanda- tanda vital anak, CRT < 3 detik, Akral teraba
hangat, hasil HB dalam rentang normal. Cek keadaan umum anak
pucat atau tidaknya.

Poltekkes Kemenkes Padang


Menurut analisa peneliti, pada diagnosa ketidakefektifan perfusi
perifer sudah sesuai dengan teori yang ada. Pasien leukemia harus
dimonitor status sirkulasinya karena anak leukemia mudah terjadi
perdarahan akibat sel pembeku darah (Trambosit) yang berkurang
karena adanya penekanan oleh sel darah putih yang abnormal terhadap
sumsum tulang yang mengakibatkan terjadi penurunan HB.

Hasil penelitian implementasi untuk mengatasi masalah risiko


infeksiyaitu membatasi jumlah pengunjung, menganjurkan pasien dan
keluarga mengenai teknik cuci tangan yang benar, menganjurkan
pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan meninggalkan
ruangan pasien, mengamati warna, kehangatan, tekstur, pada
ekstremitas, memonitor warna dan suhu kulit, memonitor warna kulit
untuk memeriksa adanya ruam atau lecet, memonitor kulit untuk
adanya kekeringan atau kelembaban, menganjurkan pasien memakai
masker.

Pencegahan pertama melawan infeksi, Apabila anak dirawat di rumah


sakit, perawat harus menggunakan segala cara untuk mengendalikan
penularan infeksi. Cara ini secara khas meliputi pemakaian ruang
rawat pribadi, membatasi semua pengunjung, dan mengajarkan teknik
mencuci tangan. Menurut Wong (2012)

Menurut analisa peneliti, pelaksanaan intervensi pada diagnosa risiko


infeksi sudah sesuai dengan teori yang ada. Pasien dengan leukemia
perlu dilakukan kontrol infeksi terutama pada cuci tangan, orang tua
sering lupa mengingatkan anaknya mencuci tangan pakai sabun
dengan air mengalir saat makan. apabila ini terjadi anak akan mudah
terkena infeksi. Anak memakai masker apabila keluar ruangan untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit karena anak yang menderita
leukemia daya tubuhnya lemah. Anak diberi tambahan jus buah yang
kaya vitamin A seperti jus apel yang diberi oleh orang tua untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


meningkatkan daya tahan tubuh, Karena apel membantu tubuh untuk
melawan infeksi dan merupakan sumber vitamin dan mineral yang
sangat bagus.

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa ketidakseimbangan


nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan adalah
mengidentifikasi adanya alergi makanan, berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
seperti menentukan diit pasien, anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favorit pasien sementara berada dirumah sakit, yang sesuai,
mengkaji pengalaman pasien sehubungan dengan mual dan muntah
terkait kemoterapi, memberikan obat-obatan untuk mengontrol efek
samping kemoterapi seperti, anak diberi ondansentron, memberikan
pasien diet yang lunak dan mudah dicerna (MB TKTP) , menganjurkan
orangtua pasien untuk memberikan makan anak sedikit tapi sering.

Menurut analisa peneliti tindakan keperawatan yang telah dilakukan


untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sudah sesuai dengan teori. Memberikan obat
ondansentron untuk mengendalikan rasa mual yang sering kali
diberikan saat kemoterapi dapat memperbaiki kualitas hidup banyak
pasien kanker, Ondesteron diberikan pada anak usia 4- 12 tahun
dengan dosis 4 mg dimulai 30 menit sebelum kemoterapi, kemudian 4
dan 8 jam setelah 1- 2 hari setelah kemoterapi.

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa kerusakan membran


mukosa oral berhubungan dengan program pengobatan adalah 1)
manajemen cairan, tindakan keperawatannya adalah meningkatkan
asupan oral seperti sering memberikan anak minum, mendukung
pasien dan keluarga untuk membantu pemberian makanan dengan
baik, memonitor satus hidrasi misalnya membran mukosa lembab,
denyut nadi adekuat. 2) memelihara kesehatan mulut tindakan

Poltekkes Kemenkes Padang


keperawatannya melakukan perawatan mulut secara rutin,
menganjurkan pasien membersihkan mulut setelah makan, kolaborasi
dalam pemberian terapi. 3) manajemen kemoterapi tindakan
keperawatannya memonitor tanda-tanda infeksi dirongga mulut.

Wongsohardjono & Subagyo (2011), Candida albicans jamur yang


muncul setelah menjalani kemoterapi perawatan mulut perlu dilakukan
pada anak leukemia yang telah menjalani fase kemoterapi,
menganjurkan pasien untuk melakukan perawatan rongga mulut
dengan menggunakan pembersih yang tepat, pasien menggunakan obat
kumur nystatin. Edukasi mengenai cara menjaga kebersihan mulut
dengan rutin membersihkan mulut, gigi, dan lidah dengan kasa dan air
hangat supaya tidak terjadi perdarahan.

Menurut analisa peneliti tindakan untuk mengatasi masalah kerusakan


membran mukosa oral sudah sesuai dengan teori, dimana anak diberi
obat kumur nystatin untuk mengontrol infeksi jamur pada bibir dan
mukosa mulut anak yang sudah kemoterapi menyebabkan kering dan
kuman- kuman baik akan mati sehingga rongga mulut dapat infeksi
seperti stomatitis dan bisa terjadi diare. Nystatin merupakan obat anti
jamur yang bekerja untuk merusak jamur, menghentikan jamur dan
meredakan infeksi. Kegunaan nystatin untuk mengatasi jamur pada
rongga mulut, tenggorokan dan usus.

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan imunodefisiensi, rencana keperawatannya adalah
mengecek kulit, aktivitas keperawatnnya memeriksa kulit adanya
kemerahan, mengamati warna, tekstur, memonitor kulit adanya ruam
dan lecet, memonitor kulit adanya kekeringan yang berlebihan dan
kelembaban dengan cara member body lotion.
Pasien yang mengalami gatal, kering, kemerahan atau kulit
mengelupas adalah hindari mandi dengan air hangat, jangan

Poltekkes Kemenkes Padang


mengeringkan badan dengan cara menggosok badan dengan handuk,
menggunakan sabun mandi yang lembut dan mengandung pelembab,
jangan menggunakan parfum, ataupun cologne karena mengandung
alkohol. Menggunakan krim atau losion setelah mandi untuk
melembabkan dan melembutkan kulit (Wijayanti, 2017).

Menurut analisa peneliti tindakan untuk mengatasi masalah kerusakan


integritas kulit berhubungan dengan imunodefisiensi sudah sama
dengan teori. Efek samping obat kemoterapi yang tidak hanya
membunuh sel- sel kanker tetapi obat kemoterapi mudah merusak sel-
sel yang normal akibatnya anak yang menjalani kemoterapi kulitnya
mudah mengalami kering.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 5 hari evaluasi pada An. A dan An. K dengan
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
Penurunan kadar Hb sudah ada kemajuan ditandai dengan S: ibu S
mengatakan pucat anaknya berkurang O: pucat anak berkurang, N: 98
x/menit, T: 36,6˚C, RR: 23 x/menit, Hb 9,7 g/dl, Konjungtiva
subanemis, Akral teraba hangat, CRT <2 detik, A: Masalah teratasi
sebagian dengan kriteria kaji sirkulasi perifer , tanda- tanda vital dalam
batas normal , P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan ke perawat
ruangan yaitu kaji status sirkulasi : a) Memonitor penilaian
komprehensif terhadap sirkulasi perifer, b) monitor tanda- tanda vital,
c) monitor hasil lab HB. Sedangkan pada An. K ditemukan S: ayah M
mengatakan anaknya pucat sudah tidak adadan lemah tidak ada lagi,
Ayah M mengatakan anaknya perdarahan hidung 2 jam sebelum
masuk rumah sakit, O: Anak tampak pucat dan lemah sudah tidak ada,
N: 86 x/menit, T: 36,8˚C, RR: 24 x/menit, Hb 10,1 g/dl, Konjungtiva
sub anemis, Akral teraba hangat, CRT <2 detik, A: Masalah teratasi
sebagian dengan kriteria hasil kaji status sirkulasi perifer , tanda- tanda

Poltekkes Kemenkes Padang


vital dalam batas normal, P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan
ke perawat ruangan yaitu kaji status sirkulasi : a) Memonitor penilaian
komprehensif terhadap sirkulasi perifer, b) monitor tanda- tanda vital,
c) monitor hasil lab HB.

Menurut asumsi peneliti, ketidakefektifan perfusi perifer sering terjadi


pada anak dengan leukemia karena mudah terjadi perdarahan akibat
pembeku darah yang berkurang yang disebabkan sel darah putih yang
abnormal apabila ini terjadi anak akan mudah penurunan HB yang
ditandai anak pucat dan lemah.

Masalah risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi sudah ada


kemajuan ditandai dengan S: Ibu S mengatakan pucat berkurang, Ibu S
mengatakan anakbatuk berkurang dan flu tidak ada lagi, O: -Anak
tampak pucat berkurang, N: 98 x/ menit, Suhu: 36,6˚C, pernafasan 23
x/menit, Leukosit 3.240/mm3, A: Masalah teratasi sebagian kriteria
hasil mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi, faktor resiko infeksi,
asupan gizi adekuat, P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan ke
perawat ruangan, yaitu a) tingkatkan istirahat, b) batasi pengunjung, c)
anjurkan cuci tangan. Sedangkan pada An.K ditemukan data S: Ayah
M mengatakan anak pucat, Ayah M mengatakan anak tidak demam, O:
tampak pucat, Nadi: 86 x/ menit , Suhu: 36,8˚C, pernafasan 24
x/menit, Leukosit 3.890/mm3,. A: Masalah teratasi sebagian kriteria
hasil mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi, faktor resiko infeksi,
asupan gizi adekuat. P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan
kepada perawat ruangan a) pantau tanda- tanda vital, b) tingkatkan
istirahat, c) anjurkan cuci tangan.

Menurut asumsi peneliti, risiko infeksi sangat besar terjadi pada An.A
dan An.K karena ditandai dengan anak mudah demam, dan jika ada
luka susah untuk disembuhkan, menurut asusmsi peneliti karena
leukosit yang tidak normal dan belum matang menyebabkan kuman

Poltekkes Kemenkes Padang


masuk jadi tidak bisa melawan sel darah putih, sehingga memudahkan
terjadinya infeksi dan demam. efek samping dari kemoterapi karena
obat – obat yang dipakai pada kemoterapi menghambat proliferasi
tidak hanya sel-sel kanker melainkan sel normal.

Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada


An.A belum dapat teratasi, didapatkan hasil S: Ibu S mengatakan nafsu
makan anaknya sudah mulai lahap, Ibu S mengatakan anak tidak
menghabiskan ½ porsi makanan, Ibu S mengatakan An. A mengalami
mual dan muntah tidak ada lagi, O : Anak tampak mual tidak ada, Diet
yang diberikan hanya dimakan ½, BB sakit 25 kg, BB sehat 27 kg,
Membrane mukosa bibir An. A tampak kering dan pucat sudah
berkurang, A: Masalah teratasi sebagian kriteria hasil tidak ada
tandatanda malnutrisi, P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan
keperawat ruangan monitor status nutrisi. Sedangkan S: Ayah M
mengatakan anak menghabiskan 1/2 porsi makanan, Ayah M
mengatakan anak muntah tidak ada, O: Diet yang diberikan hanya
dimakan ½,. BB sakit 14 kg, BB sehat 16 kg, Membrane mukosa bibir
An. K tampak kering sudah berkurang dan pucat tidak ada, A: Masalah
teratasi sebagian, P: Intervensi dilanjutkan didelegasikan kepada
perawat ruangan, monitor status nutrisi. An. A sudah ada kemajuan
ditandai dengan An. A sudah mulai lahap makan dibandingkan An. K
yang sama- sama menhabiskan 1/2 porsi makanan. Selain perdarahan,
komplikasi lain yang timbul akibat penangan dari efek samping
kemoterapi adalah mual, muntah , anoreksia, atau penurunan nafsu
makan (Susilaningrum dkk, 2013).

Masalah kerusakan integritas kulit pada An. A belum dapat teratasi


didapatkan hasil S: Ibu S mengatakan anaknya akan menjalani
kemoterapi minggu ke-12 fase konsolidasi, Ibu S mengatakan efek
samping dari kemoterapi membuat kulit An. A pacah- pacah, O: -
Kulit An. A masi tampak pecah- pecah dan bersisik, Kulit An. A selalu

Poltekkes Kemenkes Padang


diberi baby oil, A: Masalah belum teratasi , P: Intervensi dilanjutkan
dan di delegasikan ke perawat ruangan, monitor manajemen tekanan.
Sedangkan An. K sudah ada kemajuan didapatkan data S: Ayah M
mengatakan kaki kanan anak terdapat luka bekas pemasangan infus
sebelumnya, An K mengatakan gatal- gatal sudah tidak ada, O: Pada
ekstremitas kanan tampak luka bekas pemasangan infus yang
menyebabkan gatal- gatal dan kulit sekitarnya kemerahan. A: Masalah
teratasi sebagian. P: Intervensi dilanjutkan dan didelegasikan kepada
perawat ruangan, monitor manajemen tekanan.

Menurut analisa peneliti, masalah ini muncul karena efek samping dari
kemoterapi karena obat – obat yang dipakai pada kemoterapi
menghambat proliferasi tidak hanya sel-sel kanker melainkan sel
normal. Beberapa jenis obat kemoterapi dapat bersifat menghambat
proses pembelahan dan pembentukan sel-sel baru pada kulit. Karena
kondisinya terus berlanjut mengakibatkan kulit kehilangan tingkat
kelembaban dan kulit menjadi kering.

Masalah kerusakan membran mukosa oral pada An.A belum dapat


teratasi didapatkan hasil S: Ibu S mengatakan sariawan
sudah mulai sembuh, Ibu S mengatakan anak sudah bisa makan tetapi
hanya sedikit- sedikit, Ibu S mengatakan, sariawan sudah mulai kering,
O: Sariawan pada bibir dan mulut anak masih tampak, Anak sudah
mulai makan dengan porsi yang diberikan, anak diberi nystatin 4x3cc,
A: Masalah teratasi sebagian, P: Intervensi dilanjutkan dan
didelegasikan keperawat ruangan, monitor Oral Hygine.

Menurut asumsi peneliti sariawan sebagai dampak dari obat- obat


kemoterapi yang mudah sel-sel jenis ini, maka daerah mulut dan
tenggorokan menjadi mudah luka atau kering, menyebabkan terjadinya
iritasi pada tenggorokan dan jaringan mulut yang pada akhirnya
menjadi penyebab sariawan.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An. A dan An.
K dengan leukemia diruang Kronis IRNA Kebidanan dan Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan pada An. A dan An. K
menunjukkan adanya persamaan pada tanda dan gejala yaitu An. A
memiliki gejala pucat dan lemah sebelum masuk rumah sakit
ditandai dengan akral teraba dingin dan hasil Hb 9,7 g/dl sedangkan
An. K memiliki gejala anak tampak pucat dan lemah, disertai dengan
terjadi perdarahan hidung 2 jam sebelum masuk rumah sakit, anak
demam, akral hangat dengan hasil Hb 10,1 g/dl. Data yang didapatkan
sama dengan teori peneliti menemukan keluhan anak mual dan
muntah yang menjadi penyebab anak malas makan. Efek samping
setelah menjalani kemoterapi An. A menjadi sariawan sedangkan
pada An. K tidak terjadi. Hasil pemeriksaan labor An. A
didapatkan leukosit 3.240/mm3 (5.000 – 17.000/ mm3 ). Pada An.G
didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium leukosit 3.890/mm 3
(5.000 – 17.000/ mm3 ).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada An. A dan An.K ditemukan 4
diagnosa yang sama yaitu : a) Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan Penurunan kadar Hb, b) Resiko infeksi
berhubungan dengan penurunan sistem imunitas, c)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kurangnya asupan makan, d) Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan Imunodefisiensi. Diagnosa lain yang muncul
pada An. A yaitu Kerusakan membran mukosa oral berhubungan
dengan program pengobatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada An.A dan An.K pada masalah
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
Penurunan kadar Hb intervensi sama yaitu status sirkulasi dan
monitor tanda- tanda vital, risiko infeksi berhubungan penurunan
sistem imunitas intervensi sama yaitu konrol infeksi, monitor status
nutrisi, dan pengecekan kulit, pada masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi sama yaitu
manejemen nutrisi dan manajemen kemoterapi, kerusakan
integritas kulit intervensi sama yaitu pengecekan kulit.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan pada Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan Penurunan kadar Hb melakukan
monitor tanda- tanda vital, melakukan monior suhu dan
kelembaban kulit, risiko infeksi berhubungan penurunan sistem
imunitas melakukan mengajarkan pasien dan keluarga melakukan
cuci tangan,memonitor suhu, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh melakukan pemantauan ada peningkatan dan
penurunan berat badan,mencatat jumlah makanan yang dihabiskan,
kerusakan integritas kulit melakukan monitor adanya kekeringan
dan kelembaban kulit dan menganjurkan orangtua memberi lotion.
5. Evaluasi keperawatan
Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari dalam bentuk SOAP.
Masalah pada An. A ketidakefektifan perfusi jaringan perifer sudah
teratasi pada hari kelima dengan kriteria pucat tidak ada. Hasil
evaluasi pada masalah resiko infeksi sudah terasi pada hari ke lima
dan didelegasikan ke perawat ruangan untuk mengecek hasil lab
(leukosit), evaluasi pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, masalah teratasi sebagian pada hari ke 4
dengan kriteria An. A makan mulai lahap Pada An.A masalah
kerusakan integritas kulit belum teratasi dan intervensi dilanjutkan
oleh perawat ruangan.

Poltekkes Kemenkes Padang


B. Saran
1. Bagi perawat ruang rawat inap kronis IRNA Kebidanan dan Anak
Disarankan kepada perawat di ruang kronis IRNA Kebidanan dan
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang agar dapat melakukan terapi
bermain pada anak yang mempunyai penyakit kronis seperti
leukemia supaya pertumbuhan dan perkembangan anak tidak
terganggu dalam menjalani hospitalisasi dan memperhatikan
rencana yang sudah dilakukan agar intervensi yang dilakukan dapat
terlaksana dan terdokumentasi secara optimal.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman sebagai
bahan pembelajaran mengenai asuhan keperawatan pada anak
dengan leukemia.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Alfianita, Fini. (2014). Studi Fenomenologi : Pengalaman Peratama Ibu


Dalam Mendampingi Anak Penderita Acute Limfoblastik Leukemia
Menjalani Kemoterapi Fase Induksi di RSUP Dr. M. Djamil Padang
2014, Jurnal FIK UNAND Padang. Diakses pada tanggal 9 oktober
2017.http://repository.unand.ac.id/view/year/2014.html

Ambarwati, Fitri Respati & Nasution, Nita. (2015). Asuhan Keperawatan


Bayi dan Balita.Yogyakarta :Cakrawala Ilmu .

Arselina, Reski Herdika. (2017). Hubungan Dengan Tahap Kemoterapi


Status Gizi Pada Penderita Leukemia Limfoblastik di IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
Jurnal FIK UNAND Padang.Diakses pada tanggal 11 oktober
2017.http://scholar.unand.ac.id/view/divisions/021/2017.default.html

Bernstein, Daniel. (2016). Ilmu Kesehatan Anak Leukemia. Jakarta: EGC

Betz, Cecily Lynn &Sowden, Linda A. (2009).Buku Saku Keperawatan


Pediatri. Jakarta: EGC.

Bulechek, G, M. Butcher, H, K. Dochterman, J, M. Wagner, C, M. (2013).


Nursing Intervention Classificasion (NIC) (6th ed). Mosby: Lowa
City

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. (2008). Asuhan


Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi.
Jakarta: Salemba Medika.

Hariyanto, Bambang E. P et al.(2015). Kejadian muntah pada penderita


kanker yang mengalami Pengobatan Kemoterapi Di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. Jurnal Ilmu Kesehatan USRAT. Sulawesi
Utara. Diakses pada tanggal 6 desember
2017.Https://.Portalgaruda.OrgFarticle.Phpfarticledkejadianmuntahp
adakankeryangmenjalanipengobatankemoterapidirsupprof.drrdkando
umanado&Usg=Aovvaw04cg4suq0vnoeujlnpolrn

Herdman. H.T & Kamitsuru. S. (2015). NANDA Internasional, Inc:


Nursing Diagnoses, Definitions & Classification 2015- 2017 (10th
ed). Jakarta : EGC

Poltekkes Kemenkes Padang


Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Pengantar Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika

Kartika, Ira Iin. (2017). Buku Ajar Dasar- Dasar Riset Keperawatan dan
Pengelolaan Data Statistik. Jakarta: TIM, 2017

Kenny, (2017). Smar Patien Leukemia.Jakarta: Hospital Authority

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L. Swanson, E. (2013). Nursing


Outcomes Classification (NOC) (5th ed). Mosby: Lowa City

Murtutik, Lilis & Wahyuni. (2013). Hubungan Frekuensi Hospitalisasi


Anak dengan Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Pre School
Penderita Leukemia di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia Vol.6, No. 3 November 2013. Diakses
tanggal 17 Januari 2018.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=140375&val=
5789

Ngastiyah. 2014. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Ningsih, Yosi Oktavia. (2017). Asuhan Keperawatan pada anak dengan


Leukemia di Ruangan Kronik IRNA Kebidnan dan Anak RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017. Jurnal Kemenkes Padang, Padang.
Diakses pada tanggal 12 oktober 2017.http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4376&keywords=leukemia

Nursalam. (2015). Metodologi Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 4. Jakarta: Salamba Medika.

Notoatmodjo, Soekodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:


Rineka Cipta

Pinotoan, Eunike, et al. (2013). Pengaruh Kemoterapi Pengaruh Terhadap


Profil Hematologi Terhadap Leukemia Limfoblastik Akut, Jurnal
Ilmu Kesehatan Anak FK USRAT Manado. Diakses tanggal 5
desember2017.http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cac
he:4cqKjyOERR0J:download.portalgaruda.org/article.php%3Farticle
%3D107443%26val%3D1001+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

Pusat Data dan Informasi.(2015). Kementrian Kesehatan RI. Jakarta:


Badan Litbang Kemenkes RI.

Poltekkes Kemenkes Padang


Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI.(2014). Program Pengobatan Gratis Kanker Pada Anak. Jakarta :
Kemenkes.

Rahmawati, Dede Riska. (2013). Penyesuain Diri Anak Penderita


Leukemia Terhadap Hospitalisasi (Thesis).Diakses pada tanggal 21
agustus 2017.http://repository.upi.edu/1683/

Santoso, Monica. (2010). Pengaruh Kemoterapi Fase Induksi dan Kolidasi


Terhadap Mukositis dan Mikroorganisme Pada Rongga Mulut Pasien
Anak Leukemia Limfoblastik Akut di RSUP Dr. Sardjito. Jurnal
Universitas Gajah Mada.Yogyakarta. Diakses pada tanggal 27 Mei
2018.http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_deta
il&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=48720

Simanjorang, Chandrayani. Nasrin, Kodim& Edi, Tehuteru. (2013).


Perbedaan kesinitasan 5 tahun pasien leukemia lomfoblastik akut
dan leukemia mieoblastik akut pada anak di Rumah Sakit Kanker
Dhamis Jakarta, 1997- 2008. Indonesia Journal of cancer Vol. 7, No.
1 January- March 2013. Diakses pada tanggal 20 agustus
2017.http://www.indonesianjournalofcancer.or.id/ejournal/index.php
/ijoc/article/view

Susilaningrum, Rekawati, Nursalam & Sri Utami. (2013). Asuhan


Keperawatan bayi dan anak: untuk perawat dan bidan edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.

Tehuteru, Edi Setiawan. (2011).Gambaran Tingkat Remisi pada Leukemia


Limfoblastik Akut setelah Fase Induksi di Bangsal Kanker Anak RS
Kanker Dharmais. Jakarta :Indonesia Jurnal of Cancer.
http://www.indonesianjournalofcancer.or.id/e journal.Diakses pada
tanggal 8 september 2017

Wijayanti, Oktavia Muninggar. (2017). Berbagai Tindakan Orang Tua


Dalam Mengatasi Efek Samping Kemoterapi Pada Anak Leukemia
di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan UNRI.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/viewFile/19115/18
475.Diakses pada tanggal 25 Mei 2018

Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz.


(2012). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC

Wongsohardjono, Sri Budiarti & Subagyo, Goeno. (2011). Kandidiasis di


Mulut Akibat Kemoterapi dan Penatalaksanaannya. Jurnal Fakultas

Poltekkes Kemenkes Padang


Kesehatan UGM.
https://jurnal.ugm.ac.id/mkgi/article/download/15416/10332.Diakses
pada tanggal 24 Mei 2018

Yenni. (2014). Rehabilitasi medik pada anak dengan leukemia limfoblastik


akut. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 1, Maret 2014, hlm.
1-7. Diakses pada tanggal 25 Mei 2018.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/4156 .

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai