Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Proposal KTI ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Balita Dengan
Diare di Puskesmas Andalas Padang”.
Peneliti
ABSTRAK
Kata kunci (key Word): Diare, Dehidrasi ringan sedang, Asuhan Keperawatan
Daftar Pustaka: (2009-2018)
B. Konsep Diare........................................................................................... 19
1. Pengertian.......................................................................................... 19
2. Etiologi Diare .................................................................................... 20
3. Klasifikasi ......................................................................................... 21
4. Patofisiologi ...................................................................................... 23
5. WOC Diare........................................................................................ 26
6. Manifestasi Klinis ............................................................................. 28
7. Komplikasi.………………………........……………….....………....30
8. Penatalaksanaan ................................................................................ 32
9. Pencegahan........................................................................................ 35
10. Format Pengkajian Diare................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
NIM : 163110175
Agama : Islam
Ayah : Suparmin
Ibu : Susilawati
Riwayat Pendidikan
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja lembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
yang lebih dari 3 kali atau lebih dalam sehari yang dapat disertai dengan muntah
atau tinja yang berdarah (Manajemen Terpadu Balita Sakit [MTBS], 2015)
1,74%), terjadi KLB diare pada tahun 2018 di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%) , Kematian terutama
disebabkan karena mengalami dehidrasi berat. 70-80% penderita adalah mereka
yang berusia balita.
Selain dari tindakan keperawatan, Orang tua dan keluarga juga ikut memberikan
perhatian, semangat dan mendampingi anak yang diare.selain itu pengetahuan
orang tua tentang terjadinya diare sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena
sebagian ibu belum mengetahui tentang perilaku sehat untuk menjaga kesehatan
keluarga seperti selalu menjaga kesehatan diri dan makanan, menjaga kebersihan
lingkungan rumah, memeriksakan konsi kesehatan ketika terdapat gejala suatu
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu
untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010).
Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(1998) dalam Dion & Betan (2013) ya itu: mengenal masalah dalam kesehatan
keluarga, membuat keputusan tindakan yang tepat, member perawatan pada
anggota keluarga yang sakit, mempertahankan dan mengusahakan suasana rumah
sakit, menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Tugas
keluarga tersebut harus selalu dijalankan, Apabila salah satu atau beberapa
diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan menimbulkan masalah
kesehatan dalam keluarga.
Diare pada bayi dan balita ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu
infeksi,malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak. Infeksi enternal merupakan
infeksi saluran pencernaan yang menjadi penyebab utama diare pada anak, yaitu
bakteri, virus dan parasit.Sedangkan infeksi parenteralmerupakan infeksi dari luar
pencernaan seperti otitis media akut (OMA). bronkopneumonia, ensefalitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.Bayi
dan balita sering terkena diare karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang
penyakit, lingkungan (Ngastiyah, 2014).
Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Pada balita akan menyebabkan
anoreksia (kurang nafsu makan) sehigga mengurangi asupan gizi, dan diare dapat
mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Jika hal ini berlangsung
secara terus menerus akan menghambat proses tumbuh kembang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut didapatkan rumusan masalah dari kasus
tersebut adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Balita
dengan Diare di Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan “Asuhan keperawatan keluarga pada balita dengan
kasus Diare di Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019”
2. Tujuan khusus
Berdasarkan tujuan umum tersebut didapatkan tujuan khusus dari penelitian
kasus ini adalah :
a) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada balita dengan kasus Diare
di Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019”
b) Mampu mendeskripsikan rumusan diagnose keperawatan keluarga pada
balita dengan kasus diare di puskesmas Andalas Padang Tahun 2019”
c) Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan keluarga pada Balita
dengan kasus Diare di Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019”
D. Manfaat
1. Pengembang Keilmuan
a. Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan keluarga pada balita dengan diare.
b. Bagi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh mahasiswa
prodi D III Keperawatan Padang untuk penelitian selanjutnya.
2. Institusi Pelayanan
a. Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes RI Padang
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi
laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan.Diharapkan dapat
memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penelitian
lebih lanjut dengan metode dan tempat yang berbeda untuk penerapan
asuhan keperawatan keluarga pada balita dengan penyakit Diare.
b. Institusi Puskesmas Andalas Padang
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan
penerapan asuhan keperawatan keluarga pada balita dengan diare.
TINJAUAN PUSTAKA
2. Bentuk-Bentuk Keluarga
Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga tradisional dannon
tradisional adalah sebagai berikut :
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga inti
Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, ibu yang
mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010).Sedangkan menurut
Padila (2012), keluarga inti adalah keluarga yang melakukan perkawinan
pertama atau keluarga dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.
2) Keluarga adopsi
Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga.Dengan
menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua adopsi,
biasanyamenimbulkankeadaan saling menguntungkanbaik bagi orang tua
maupun anak. Di satu pihak orang tua adopsimampu memberi asuhan
dankasih sayangnya pada anakadopsinya, sementara anak adopsi diberi
sebuah keluarga yangsangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).
7) Keluarga Binuklir
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota
dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti,
maternal dan paternal dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan
waktu yang dihabiskan dalam setiap rumahtangga (Friedman, 2010).
3. Struktur Keluarga
Padila (2012) menjelaskan bahwa struktur keluarga menggambarkan
bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Ada
beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-
macam, diantaranya adalah :
a) Patrilineal adalah :keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b) Matrilineal adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur ibu.
c) Matrilokal adalah : sepasang suami suami istri yang tinggalbersama
keluarga sedarah ibu.
d) Patrilokal adalah : sepasang suami istri yang tinggal bersamakeluarga
sedarah ayah.
e) Keluarga kawin adalah : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan suami atau istri (padila, 2012).
a. Ciri-ciri struktur keluarga
formal yang standar dalam keluarga seperti pencari nafkah, ibu rumah
tangga, pengasuh anak, sopir,tukang perbaiki rumah, tukang masak
dan lain-lain (Padila, 2012).
2) Peran-peran informal keluarga
Peran informal (peran tertutup) biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan
emosional atau untuk menjaga keseimbangan keluarga. Peran-peran
informal mempunyai tuntutan yang berbeda,tidak terlalu didasarkan
pada usia, jenis kelamin, namun lebih didasarkan pada personalitas
anggota keluarga (Padila, 2012).
4. Fungsi Keluarga
Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi keluarga
berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus memenuhi
tuntutan dan harapan masyarakat. Menurut (Friedman, 1998) dalam Padila
(2012) ada lima fungsi dasar keluarga,yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang Fungsi
afektif dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan dari
keluarga.Fungsi afektif tampak melalui keluarga yang bahagia.Fungsi
b. Fungsi sosialisasi
Menurut Friedman (1998) sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan yang dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
meningkatkan sumberdaya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain
banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan perkawinan
sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua (single parent).
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan, pakaian
dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit
dipengaruhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan ( Gakin atau pra
keluarga sejahtera).Perawat berkontribusiuntukmencari sumber-sumber di
masyarakat yang dapat digunakan keluarga meningkatkan status kesehatan
mereka.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain keluarga
menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi
melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah
terjadinyagangguan maupun merawat anggota yang sakit. Keluarga juga
menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga profesional.Kemampuan ini
sangat mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.Kesanggupan
keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya
5. Tugas keluarga
Padila (2012) mengatakan, pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas
pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Tahap ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada akhir tahap ini
juga maksimal (Duvall & Miller, (1985) dalam Friedman, 2010). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-
anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan membantu hubungan
anak-anak yang sehat dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik
anggota keluarga.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini yaitu menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan semakin
otonomi, memfokuskan kembali hubungan pernikahan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak.
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching center
families)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan dan berakhir denga “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat
cukup singkat ataucukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah
setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah keluargamembantu anak tertua untuk
terjun ke dunia luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya,
yaitu membantu mereka menjadi mandiri (Friedman, 2010).
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya ( middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pension
atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua
berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan
pensiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas
keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan
kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan
sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih
mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat (Friedman, 2010).
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat
pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan
salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali ke
rumah setelah individu pension/berhenti bekerja dapat menjadi problematik
(Friedman, 2010).
2. Klasifikasi Diare
1. Klasifikasi berdasarkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (2015) Menurut
pedomanManajemen Terpadu Balita Sakit, diare diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :
1) Letargis atau tidak sadar.
2) Mata cekung.
3) Tidak bisa minum atau malas minum.
4) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
b. Diare dehidrasi ringan/sedang
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :
1) Gelisah, rewel/mudah marah.
2) Mata cekung.
3) Haus, minum dengan lahap.
a) Dehidrasi ringan
Tanpa keluhan dan gejala mencolok.Dengan tanda haus, lesu dan rewel.
b) Dehidrasi sedang
1. Kehausan,
2. Mata cekung,
3. Gelisah, cengeng,
4. Kulit keriput, misalnya jika dicubit pada kulit dinding perut, kulit
tidak segera kembali keposisi semula.
c) Dehidrasi berat
a. Muntah terus-menerus,
b. Berak cair terus menerus,
c. Mata cekung, bibir kering, dan biru
d. Tidak bisa minum, tidak mau makan
e. Kesadaran menurun, lemas luar biasa, dan terus mengantuk
f. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
3. Etologi
Faktor Penyebab Diare menurut Ngastiyah (2014),yaitu :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral
Infeksisaluran pencernaan makananyang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
1) Infeksi Bakteri
Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas,dan sebagainya.
2) Infeksi Virus
Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adeno-
virus,Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
3) Infeksi Parasit
Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides) ; Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis) ;
Jamur (Candida albicans).
b. Infeksi Parenteral
Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilodaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.
3. Factor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Factor Psikologi
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).
5. Faktor Lingkungan
Tidak mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB, tidak
membersihkan botol susu dengan benar sebelum digunakan.
4. Patofisiologi
Hidayat (2012),mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai kemungkinan faktor diantaranya :
a. Faktor infeksi
1) Virus
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus.Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke
dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk
ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel
mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak
akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid
atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini
masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus
mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan
dengan baik. Selanjutnya, terjadiperubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau
virus akan menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga
2) Bakteri
Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke
dalam mukosa,terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan
menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan
kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah
dirusakmengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab
utamapembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli.
diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari
tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel
mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).
b. Faktor malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa, monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa),
malabsorbsi lemak dan protein (Ngastiyah, 2014). Merupakan kegagalan
dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus
yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare
(Hidayat, 2012).
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian
menyebabkan diare (Hidayat, 2012). Diare akut berulang dapat menjurus
ke malnutrisi energy protein, yang mengakibatkan usushalus mengalami
perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke enzim yang
5. Woc Diare
Isi usus
meningkat
Hipertermia
Diare
Defisit pengetahuan
Nafsu makan
Dehidrasi Asidosis metabolik menurun
sesak
Kurang volume Ketidakseimbangan
cairan nutrisi kurang dari
Gangguan kebutuhan tubuh
pertukaran gas
Hidayat (2008), Nanda NIC NOC (2015), Subaryono (2008), Wijoyo (2013)
6. Manifestasi Klinis
Anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kram perut,
muntah, demam, mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri
invasif akan mengalami demam tinggi, nyeri kepala, kejang-kejang, mencret
berdarah dan berlendir (Wijoyo, 2013).
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit,
serta mengalami gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik dan hipokalemia, hipovolemia. Gejaladari dehidrasi yang tampak
yaitu berat badan turun, turgor kulit kembali sangat lambat, mata dan ubun-
ubun besar menjadi cekung, mukosa bibir kering (Hidayat, 2012).
menjadi cekung (pada bayi) dan nafsu makan berkurang bahkan tidak
ada.
Toxin masuk kedalam usus dan menyebabkan peningkatan tonus otot usus
sehingga terjadi hiperperistaltik dan terjadi diare. Tinja cair, mungkin
disertailendiratau lendir dan darah. Warna tinjamakin lama berubah
kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.Anak yang diare
biasanya mengalami gangguan pada nutrisi, yangdisebabkanoleh
kerusakan mukosa usus dimana usus tidak dapat menyerap makanan.
Anakakan tampak lesu,malas makan, dan letargi. Nutrisi yang tidak
dapatdiserap mengakibatkan anak bisa mengalami gangguan gizi yang
bisa menyebabkan terjadinya penurunan berat badan dan menurunnya
daya tahan tubuh sehingga proses penyembuhan akan lama.
2. Sistem Respirasi
Bila Kehilangan air dan elektolit pada anak yang diare mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa yang menyebabkan pH turun karena
akumulasi asam non-volatil. Terjadilah hiperventilasi yangakan
menurunkan pCO2 menyebabkan pernapasan menjadi cepat, dan dalam
(pernapasan kusmaul).
3. Sistem Kardiovaskuler
Diaremenyebabkan kehilangan cairandan elektrolit, mengakibatkan pasien
menderita dehidrasi dan jika tidak segera diatasi menyebabkan terjadinya
dehidrasi asidosis, bila masih berlanjut akan terjadi komplikasi,
gangguan sirkulasi darah dimana volume darah berkurang sehingga dapat
terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadicepat,
nadi melemah, tekanan darah menurun, dan pasien sangat lemah.
4. Sistem Perkemihan
Pasien diare yang dirawat biasanya sudah dalam keadaan dehidrasi berat
dengan rata-rata kehilangan cairan sebanyak 12,5%.Akibat dehidrasi
diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
5. Sistem Integumen
Akibat dehidrasi turgor kulit kembali lambat, mata cekung dan ubun-
ubun cekung pada bayi.
6. Sistem Persarafan (Otak)
Volume darah berkurang sehingga dapat terjadi syok hipovolemik, pasien
sangat lemah hingga terjadi penurunan kesadaran (apatis dan samnolen).
7. Sistem Eliminasi
Warna tinja anak yang mengalami diare makin lamaberubah kehijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya akan lecet
karena sering defekasi dan tinja yang makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi oleh usus selama diare.
8. Sistem Muskoloskletal
Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak yang diare dapat
menyebabkan nyeri otot, kelemahan otot dan kram.
8. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam Susilaningrum (2013), komplikasi yang dapat
terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(asidosis metabolik), karena:
a) Kehilangan narium bicarbonat bersama tinja.
b) Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak
sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c) Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d) Produk metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidakdapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria).
e) Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler.
2. Hipoglikemia
9. Penatalaksanaan
Sebelum melakukan penatalaksaan pada anak yang menderita diare
sebaiknya menilai derajat dehidrasi, karena penalatalaksanaan disetiap
derajat dehidrasi berbeda-beda.
Tabel 2.1
Penilai derajat Dehidrasi
Penilaian/ Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
gejala Dehidrasi ringan/sedang Berat
1. Lihat: Baik,sadar Gelisah,rewel/mudah Letargis/tidak
Keadaan marah sadar
umum
Mata Normal Cekung Cekung
Sumber: MTBS.2015
a. Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang
perlu diperhatikan.
a) Jenis cairan
(1) Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte
(2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infus
b) Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan cairan yang dikeluarkan.
c) Jalan masuk atau cara pemberian
(1) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang
cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan
NaHCO3, KCL dan glukosa.
(2) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL)
selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai
seberapa banyak cairan yang diberikan tergantung dari berat
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1gelas setiap kali setelah pasien
defekasi. Cairan harus mengandung eletrolit, seperti oralit. Bila tidak ada
oralit dapat diberikan larutan gula garamdengan 1 gelas air matang
yang agak dingindilarutkan dalam 1 sendok teh gula pasir dan 1 jumput
garam dapur.
Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu
diberikan melalui sonde. Bila pemberian cairan per oral tidak dapat
dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau cairan
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/ sedang dengan oralit.Berikan oralit di klinik
sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam.
Tabel 2.2
Pemberian Oralit
no Umur Berat Jumlah
pemberian oralit
1 < 4 bulan < 6 kg 200 – 400 ml
2 1 - <2 tahun 10 - <12 kg 700 – 900 ml
3 2 - <5 tahun 12 – 19 kg 900 – 1400 ml
Sumber: MTBS, 2015.
b. Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri
tetesan lebih cepat.
c. Beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri juga
tablet Zinc.
d. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam.
Klasifikasikan dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai
untuk melanjutkan pengobatan.
e. Rujuk segera untuk pengobatan intravena, jika tidak ada fasilitas untuk
pemberian cairan intravena terdekat (dalam 30 menit).
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukkan cara
meminumkan pada anaknya sedikit demi sedikit selama dalam perjalan
menuju klinik.
g. Jika perawat sudah terlatih menggunakan pipa orogastrik untuk
rehidrasi, mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa
nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (total 120
ml/kg).
h. Periksa kembali anak setiap 1-2 jam:
(1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan lebih
lambat.
(2) Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk
pengobatan intravena.
i. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. Klasifikasikan dehidrasi.
Kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai (A, B, atau C) untuk
melanjutkan pengobatan.
2 tahun, dapat diberikan 4,2% infus Bicnat dengan dosis tidak lebih dari 8
mEq/Kg hari (Nurjanah, 2011).
c. Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita diare biasanya juga menderita anoreksia sehingga
masukan nutrisinya menjadi kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan
bertambah jika, pasien juga mengalami muntah-muntah atau diare lama,
keadaan ini menyebabkan makin menurunnya day tahan tubuh sehingga
penyembuhan tidak lekas tercapai, bahkan dapat timbul komplikasi. Pada
pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis makanan yang
menyebabkan malabsorbsi harus dihindarkan.Pemberian makanan harus
mempertimbangkan umur, berat badan dan kemampuan anak menerimanya.
Pada umumnya anak umur 1 tahun sudah bisa makan makanan biasa,
dianjurkan makan bubur tanpa sayuran pada hari masih diare dan minum teh.
Hari esoknya jika defekasinya telah membaik boleh diberi wortel, daging
yang tidak berlemak (Ngastiyah, 2014).
3) Komposisi keluarga
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Keadaan rumah yang kotor, sumber air yang tidak bersih,air minum
yang tidak di masak, perabotan rumah yang tidak bersih, tempat
pembuangan tinja, tempat pembuangan sampah yang dekat dengan
rumah dapatmenyebabkan diare (Padila, 2012).
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam kelaurga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lainnya. Komunikasi yang tidak efektif di
dalam keluarga dapat mempengaruhi ketidakharmonisan/kehangatan
di dalam suatu keluarga. Sikap saling menghargai dan saling
pengertian antar anggota keluarga diperlukan di dalam anggota
keluarga yang mengalami anemia (Padila, 2012).
2) Fungsi Sosialisasi
Keluarga dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku (Padila, 2012).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.Kesanggupan keluarga di
dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil
keputusan yang tepat untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan terhadapanggota keluarga yang sakit, memodifikasi dan
memelihara lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan wilayah tempat tinggalnya (Padila, 2012).
g. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian,perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan (Padila, 2012).
Diagnosis yang dapat muncul pada keluarga terkait fungsi keperawatan keluarga
seperti ketidakefektifan manajemen kesehatan, ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan, ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik, dll (NANDA,
2015).Diagnosis keperawatan keluarga mengacu pada PES, dimana untuk problem
(P) dapat digunakan tipologi dari NANDA maupun diagnosa sebagai masalah
individu yang sakit dan etiologi (E) berkenaan dengan 5 tugas keluarga dalam hal
masalah kesehatan.
a) Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan diare pada
balita menurut problem (NANDA, 2015-2017) adalah :
1. Kekurangan volume cairan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
Tabel 3.1
Skala untuk menentukan prioritas masalah
(Bailon dan Maglaya, 2009)
Cara Skoring :
3. Rencana Keperawatan
balik.
4. Evaluasi
kembali
pengertian
diare pada
balita pada
keluarga
5. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
3. Beri
kesempatan
keluarga utuk
menanyakan
yang belum
dipahami
tentang
penyebab
diare pada
balita
menggunakan
leaflet/lembar
balik.
4. Evaluasi
kembali
penyebab
diare pada
balita pada
keluarga
5. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
balita
menggunakan
leaflet/lembar
balik.
4. Evaluasi
kembali tanda
dan gejala
diare pada
balita pada
keluarga
5. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
pada balita
3. Beri
kesempatan
keluarga utuk
menanyakan
yang belum
dipahami
tentang akibat
diare pada
balita
menggunakan
leaflet/lembar
balik.
4. Evaluasi
kembali
akibat diare
pada balita
pada keluarga
5. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
4. Evaluasi
kembali cara
mencegah
diare pada
balita pada
keluarga
5. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
b. Keluarga Dengan cara : 1. Kaji
mampu Masukkan 8 pengetahuan
membuat oralit 1. sendok teh gula keluarga
secara mandiri pasir ke dalam tentang oralit
di rumah gelas dan 2. Diskusikan
setengah sendok dengan
teh garam dapur keluarga
2. kemudian mengenai cara
masukkan 1 pembuatan
liter air matang oralit
dan aduk 3. Beri
hingga rata kesempatan
keluarga utuk
menanyakan
yang belum
dipahami
tentang cara
pembuatan
oralit diare
pada balita
menggunakan
leaflet/lembar
balik.
4. Evaluasi
kembali cara
pembuatan
oralit pada
diare balita
pada keluarga
dan
Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
4. Setelah 1 x 30 a. Memodifikasi Dengan cara 1. Diskusika
menit keluarga dalam mengatasi memodifikasi n pada
mampu diare pada baita lingkungan: keluarga
memodifikasi Dengan menjaga mengenai
lingkungan kebersihan kamar cara
untuk mandi,rumah,dan modifikas
menunjang halaman i
kesehatan lingkunga
keluarga n
2. Beri
kesempata
n kepada
keluarga
untuk
menanyak
an yang
belum
dipahami
3. Evaluasi
kembali
pemaham
an
keluarga
mengenai
modifikas
i
lingkunga
n
4. Beri
pujian
kepada
keluarga
atas
kemampu
annya
menyebut
kan
kembali
apa yang
telah
dijelaskan
8. Beri pujian
atas prilaku
yang benar
2. Setelah a. Keluarga Keluarga 1. Gali
1x30 menit mampu menyatakan pengetahuan
keluarga memutuskan keputusan keluarga
mampu masalah dalam 2. Jelaskan
mengambil mengatasi gizi pada
keptusan kurang keluarga
pada balita pada balita mengenai
dengan tindakan
diare yang harus
dilakukan
saat anak
menderita
kekurangan
gizi
3. Bimbing
dan
motivasi
keluarga
untuk
mengambil
keputusan
dalam
menangani
masalah gizi
kurang
4. Beri pujian
atas
keputusan
yang
diambil
untuk
mengatasi
masalah gizi
kurang pada
balita
3. setelah 1 x 30 a. Keluarga a) Keluarga dapat 1. Gali
menit keluarga mampu menjelaskan pengetahuan
mampu memberikan tentang cara 2. Keluarga
Merawat diit sesuai merawat balita jelaskan
anggota anjuran dengan gizi pada
keluarga yang kurang yaitu keluarga
sakit dengan dengan cara
mendemontras pemberian diit meningkatka
ikan cara tinggi energi n nafsu
membuat tinggi protein makan anak
makanan (TETP) :menyajikan
menarik b) Keluarga dapat makanan
mendemontrasik dalam
an bentuk yang
kembali dengan menarik
benar : cara memberikan
menyusun menu makan
5. Beri pujian
atas
keberhasilan
keluarga
ruang
makan
5. Beri pujian
atas
penataan
yang telah
dilakukan
5. Setelah 1 x 30 a. Keluarga Keluarga 1. Gali
menit keluarga mampu membawa pengetahuan
mampu membawa anak ke keluarga
menggunakan anak ke pelayanan 2. Jelaskan
fasilitas fasilitas kesehatan untuk pada
kesehatan kesehatan melakuakan keluarga
menimbangan BB tentang
dan pengukuran kondisi
TB balita
3. Motivasi
keluarga
untuk
membawa
balita
kepelayanan
kesehatan
4. Beri pujian
atas
tindakan
yang
dilakukan
keluarga
pengertian
diare pada
balita pada
keluarga
5. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
dipahami
tentang akibat
diare pada
balita
menggunakan
leaflet/lembar
balik.
4. Evaluasi
kembali
akibat diare
pada balita
pada keluarga
5. Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
keluarga
mengenai cara
mencegah
diare pada
balita
3. Beri
kesempatan
keluarga utuk
menanyakan
yang belum
dipahami
tentang cara
mencegah
diare pada
balita
menggunakan
leaflet/lembar
balik.
4. Evaluasi
kembali cara
mencegah
diare pada
balita pada
keluarga
Berikan
pujian pada
keluarga atas
jawaban yang
benar
n
4. Beri
pujian
kepada
keluarga
atas
kemampu
annya
menyebut
kan
kembali
5. Setelah 1 x a. Manfaat Manfaatnya: 1. Informasi
30 menit fasilitas 1.untuk berobat kan
keluarga kesehatan 2.untuk cek mengenai
diharapkan kesehatan pengobat
mampu 3.untuk konsultasi an dan
menggunakan pendidika
fasilitas n
kesehatan kesehatan
yang
diperoleh
2. Motivasi
keluarga
untuk
menyebut
kan
kembali
hasil
diskusi
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan keluarga
berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-
sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi diprioritaskan sesuai dengan
kemampuan keluarga dan sumber yang dimiliki oleh keluarga ( Sudiharto,
2007).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan
keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau masalah baru. Melalui
kegiatan evalusi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan yang
diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Bila tercapai
sebagian atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan
pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana atau mengganti dengan
rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluaga (Sudiharto, 2007).
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa kini.
Jenis rancangan penelitian deskriptif yang dipakai yaitu dalam bentuk studi
kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga,
kelompok, komunitas atau institusi, meskipun jumlah subjek cenderung
sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas (Nursalam, 2015).
Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan keperawatan
pada pasien dengan diare di Wilayah Kerja PuskesmasAndalas Kota
Padang untuk mengkaji masalah bio-psiko-sosio-spiritual tahun 2019
2. Kriteria Eklusi
a. Terdapat lebih dari satu diagnosis pada pasien.
b. Ibu menolak mengikuti penelitian
d. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Medical Record
Puskesmas Andalas Padang, data dari kepustakaan, dokumen dari
dinas kesehatan terkait, rekam medis, dan catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
c. Pengukuran/Pemeriksaan
Pengukuran ini akan dilakukan pemeriksaan fisik meliputi keadaan
umum balita, pemeriksaan turgor kulit, mengukur tekanan
darah,mengukur suhu, menimbang berat badan dan tinggi badan balita.
d. Dokumentasi merupakan catatan yang sudah berlalu. Dalam penelitian
ini, peneliti akan menggunakan hasil pendokumentasian dari
puskesmas untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.
G. Rencana Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta
evaluasi keperawatan dengan cara mendokumentasikan dalam bentuk
tabel.
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. D dengan An.R berumur 1
tahun 7 bulan dengan diare dehidrasi ringan. Pengkajian pada An.R
dilakukan pada tanggal 11 maret - 13 maret 2019 di jalan Aur duri baru
No.04 RT 04 RW 02 kota Padang.
Tn. D tinggal di jalan Aur duri No.04 RT 04/RW 02. Keluarga Tn.D
merupakan keluarga inti yang terdiri dari Ayah yaitu Tn.D (27 tahun),ibu
Ny.R (26 tahun),dan Anak An.R (19 bulan). Tn.D sebagai kepala
keluarga bekerja sebagai karyawan swasta dan Ny.R sebagai ibu rumah
tangga penghasilan 1.500.000 / bulan, yang digunakan untuk keperluan
sehari hari.
Tn.D tinggal dirumah kontrakan yang terdiri 1 kamar tidur, 1 ruang tamu
dan keluarga, 1 kamar mandi dan wc, 1 dapur dengan, jendela berdebu,
ventilasi dan penerangan yang cukup.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisa data didapatkan masalah keperawatan yaitu:
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah diare pada
balita. Data subjektif : Ny.R mengatakan saat ini anaknya sedang diare
sudah ± 3 kali. BAB encer, tidak ada ampas, warna kuning, tidak
berlendir dan tidak disertai darah, jumlah ±30 ml.
Data Objektif : An.R demam (37,8°C), anak rewel, gelisah dan lesu.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah diare pada balita
3. Intervensi Keperawatan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah diare pada An.R
Tujuan umum : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 14 kali
kunjungan, kekurangan volume cairan pada An.R menjadi efektif.
Tujuan khusus 1 : sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang
pertama yaitu mengenal masalah diare, dengan
cara melakukan penyuluhan kesehatan tentang diare
bersama anggota keluarga.
Tujuan khusus 2 : mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
diare dengan mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga.
Tujuan khusus 3 : merawat anggota keluarga yang sakit diare dengan
cara menjaga kebersihan lingkungan rumah dan
sekitarnya, mencuci tangan dan membersihkan kamar
4. Implementasi keperawatan
Implementasi dari diagnosa yang pertama yaitu Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan masalah diare pada An.R yaitu mengenal
masalah dengan cara penyuluhan tentang diare, diskusi pengambilan
keputusan untuk mengatasi diare dengan mendiskusikan tindakan yang
harus dilakukan jika terjadi dalam keluarga, melakukan demonstrasi cara
pembuatan oralit dirumah serta cara menjaga kebersihan lingkungan
rumah dan sekitarnya, mencuci tangan dan membersihkan kamar mandi,
mendiskusikan modifikasi lingkungan yang sehat dan selanjutnya
diskusi pemanfaatan pelayanan kesehatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari diagnosa pertama Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga dengan masalah diare pada An.R yaitu pada kegiatan
pertama mengenal masalah sesuai dengan tugas keluarga yang pertama
B. Pembahasan
1. Pengkajian
An.R dibawa berobat dengan keluhan Demam dan mencret Pada saat
pengkajian tanggal 12 maret 2019 Ny.R mengatakan saat ini anaknya
sedang diare sudah ± 3 kali sehari. BAB encer, tidak ada ampas,
warna kuning, tidak berlendir dan tidak disertai darah, jumlah ±30 ml.
Saat pengkajian An.R masih demam (37,8°C), anak rewel, gelisah
dan lesu. Ny.R mengatakan anaknya tidak mau makan, setiap disusui
An.R selalu menolak dan mengeluarkan kembali yang diberikan.
An.R masih demam (37,8°C), anak rewel, gelisah dan lesu. Ny.R
mengatakan anaknya tidak mau makan, setiap disusui An.R selalu
menolak dan mengeluarkan kembali yang diberikan.
terbangun karena badannya yang masih panas dan sering terbangun akibat
BAB.
makanan keluarga perlu ditingkat lagi, sedangkan pada An.R ibu juga
perlu meningkatkan lagi kebiasaan ibu untuk mencuci tangan setelah
membersihkan BAB anaknya. Hal ini dilakukan agar diare dan penyakit
lainnya terjadi pada keluarga lainnya dan untuk mencegah terjadinya
penularan terhadap anggota keluarga lainnya.
2. Diagnosa keperawatan
Hasil penelitian dari Arini (2012), mengatakan bahwa masalah
keperawatan yang di prioritaskan adalah kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Hal ini jika tidak diatasi
secepatnya anak akan mengalami dehidrasi berat yang berakhir pada syok
dan bisa menyebabkan kematian karena tubuh banyak kehilangan cairan
dan elektrolit.
lama akan maka menyebabkan An.R dehidrasi berat dan syok hipovolemik
karena ntake dan output yang tidak adekuat.
3. Intervensi keperawatan
intervensi diagnosa pertama yaitu Kekurangan volume cairan dengan
perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah, dengan
cara melakukan penyuluhan kesehatan bersama anggota keluarga
mengenai diare agar keluarga paham mengenai masalah kesehatan yang
dialami oleh An.R Selanjutnya mengambil keputusan untuk mengatasi
kurangnya volume cairan dengan mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga. Selanjutnya merawat
anggota keluarga dengan melakukan konseling kepada keluarga Tn.D
dan Ny.R agar kekurangan volume cairan pada An.R bisa teratasi
dengan mengajarkan cara pembuatan oralit secara mandiri dirumah dan
memotivasi keluarga agar mampu merawat An. R Lalu memodifikasi
lingkungan rumah yang aman dan nyaman untuk mengatasi masalah
akibat dari kekurangan volume cairan. Selanjutnya memanfaatakan
Pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kekurangan voume cairan
pada An. R
Intervensi yang dilakukan pada diagosa kedua yaitu sesuai dengan tugas
perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah, dengan
cara melakukan penyuluhan kesehatan bersama anggota keluarga agar
keluarga paham mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh An. R
Selanjutnya mengambil keputusan untuk mengatasi ketidakseimbangan
nutrisi dengan mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan jika
terjadi masalah dalam keluarga. Selanjutnya merawat anggota keluarga
dengan melakukan konseling kepada keluarga Tn.D dan Ny.R agar
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An.R bisa
teratasi dengan menyusui sedikit tapi sering dan memotivasi keluarga agar
mampu merawat An. R Lalu memodifikasi lingkungan rumahyang aman
dan nyaman untuk mengatasi masalah akibat dari gizi kurang.
Selanjutnya memanfaatakan Pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An. R
.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa ketiga yaitu gangguan integritas
kulit sesuai dengan tugas keperawatan keluarga yang pertama yaitu
mengenal masalah, dengan melakukan penyuluhan kesehatan bersama
anggota keluarga agar keluarga paham mengenai masalah kesehatan yang
dialami oleh An. R Selanjutnya mengambil keputusan untuk mengatasi
gangguan integritas kulit dengan mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga. Selanjutnya merawat
anggota keluarga dengan melakukan konseling kepada keluarga Tn.D
dan Ny.R agar gangguan integritas kulit bisa teratasi dengan tidak
membiarkan lembab karena dapat menyebabkan iritasi pada anus An.R.
dan memotivasi keluarga agar mampu merawat An. R Lalu memodifikasi
lingkungan rumahyang aman dan nyaman untuk mengatasi masalah
akibat dari gizi kurang. Selanjutnya memanfaatakan Pelayanan
kesehatan untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulir pada An.
R
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga merupakan proses aktualisasi dari
rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga
dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di
didik
untuk dapat menilai potensi yang di miliki dan mengembangkannya
melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal
masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan
kesehatan
yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai
dengan
kondisi kesehatannya, serta mampu memodifikasi lingkungan yang
sehat
bagi setiap anggota keluarga dan memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan
terdekat (Sudiharto, 2007).
Menurut asumsi peneliti apabila An.R diberikan asi sedikit tapi sering
maka nutrisinya akan tercukupi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis
keperawatan
keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru.
Melalui
kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan yang
diharapkan
dan tujuan yang telah di capai oleh keluarga. Bila tercapai sebagian atau
timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih
didapatkan hasil objektif Ny.R sudah paham dan menyusui anaknya yang
sering mual dan muntah dengan sering agar nutrisinya tercukupi.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Andalas kota Padang
Peneliti merekomendasikan kepada pihak puskesmas agar dilakukan
lebih meningkatkan frekuensi penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat khususnya tentang penyakit diare dan PHBS.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Peneliti merekomendasikan agar pihak institusi pendidikan
menyediakan serta memperbanyak sumber buku dan kepustakaan
tentang keperawatan anak dengan diare.
3. Peneliti selanjutnya
Peneliti merekomendasikan agar peneliti selanjutnya melakukan
penelitian lebih lanjut tentang monitoring kehilangan cairan yang
berlebih pada pasien diare. Serta memperhatikan pemilihan
sampel
(kelompok usia yang sama dan dengan diare murni) dan
intervensi
terkait anak dengan diare yang disertai penyakit lainnya seperti
Thypus
Abdominalis.
4. Bagi Keluarga
Saran bagi pasien dan keluarga adalah meningkatkan sanitasi
lingkungan. Dimana sebelum menyiapkan makanan hendaknya
Ibu
mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir,
serta
merendam botol susu setelah digunakan dengan air panas selama ±20
menit terlebih dahulu, serta kebiasaan ibu untuk mencuci tangan
setelah membersihkan BAB anaknya. Karena kuman-kuman dan
bakteri yang menempel pada tangan kotor yang dapat
menyebabkan
diare berulang mati dan hilang.
Adyanastri, Festy. 2012. Etiologi Dan Gambaran Klinis Diare Akut Di RSUP
Dr.Kariadi semarang. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran
Universitas
Dinkes Kota Padang. 2018. Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2018. Dari
http://dinskes.padang.go.id/index.php/baca/artikel/107
Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan
anak. Jakarta : Salemba Medika
World Health Organization. (2013). Diarrhea: Why Children Are Dying And What
Can Be Done. Switzerland.