Oleh:
TITANIA ANDAM DWIANA
NIM : 163110188
i
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunianya serta memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Keluarga pada Lansia Dengan Demensia di Puskesmas
Andalas Padang 2019”
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iii
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...................................................................................5
B. Konsep Lansia..........................................................................................16
1. Pengertian..........................................................................................16
2. Teori Proses Menua...........................................................................17
3. Tipe Lansia di Indonesia....................................................................19
4. Proses Menua.....................................................................................20
5. Perubahan Akibat Menua...................................................................20
C. Konsep Demensia....................................................................................29
1. Pengertian..........................................................................................29
2. Stadium Demensia.............................................................................30
3. Etiologi Demensia..............................................................................32
4. Klasifikasi..........................................................................................32
5. Patofisiologi.......................................................................................33
6. WOC Demensia.................................................................................36
7. Manifestasi Klinis..............................................................................37
8. Penatalaksanaan.................................................................................37
9. Pencegahan........................................................................................39
10. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................39
11. Format Pengkajian Demensia............................................................41
............................................................................................................................. BA
B III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.....................................................................................68
B. Tempat dan Waktu...................................................................................68
C. Populasi dan Sampel................................................................................68
D. Instrumen Penelitian................................................................................70
E. Jenis-jenis Data........................................................................................70
F. Hasil Analisis...........................................................................................71
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia (Untari. Ida, 2018).Menurut Constantinides dalam Aspiani (2014),
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,
merupakan proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Untari. Ida, 2018).
Lanjut usia merupakan kelompok usia yang rentan akan perubahan kondisi
dan situasi yang disebabkan adanya perubahan kondisi fisik, sosial dan
psikologis (Haryati, 2014). Pada tahap ini individu mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam
berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Muhith, 2016).
Lansia merupakan kelompok yang kesehatannya berisiko.Masalah kesehatan
lansia terdiri dari masalah buang air kecil (Inkontinensia urine), susah tidur
(insomnia), delirium, demensia, resiko jatuh, osteoporosis dan lain-lain. Salah
satunya demensia atau kehilangan daya ingat (memori) yang terjadi. Gejala
demensia menimbulkan kualitas hidup, stress, tidak mampu mengenali objek,
kesulitan menemukan atau menyebutkan kata yang tepat,dan lain-lain.
Sehingga terjadilah masalah pada demensia dengan gangguan proses pikir,
gangguan komunikasi verbal dan resiko cidera pada lansia (Untari, Ida. 2018).
Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat (kognitif) yang terjadi
perlahan-lahan, dan dapat mempengaruhi aktivitas sosial dan juga aktivitas
sehari-hari (Stanley, 2007).Gangguan kognitif (prosesberpikir) tersebut adalah
gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajarihal-hal baru, gangguan
kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama bendadan mencari kata-kata
1
2
Data WHO tahun 2015 terdapat 901.000.000 orang berusia 60 tahun atau lebih
yang terdiri atas 12% dari jumlah populasi global.Data dari World Health
Organization dan Alzheimer’s Disease International Organization melaporkan
jumlah total orang dengan demensia di seluruh dunia pada tahun 2015
diperkirkan mencapai 47,5 juta dan sebanyak 22 juta jiwa di antaranya berada
di Asia.Jumlah total kasus demensia baru setiap tahun di seluruh dunia hampir
7,7 juta artinya bahwa setiap 4 detik terdapat 1 kasus demensia yang baru.
Jumlah orang dengan demensia diperikirakan akan meningkat menjadi (75,6
juta) pada tahun 2030 dan (135,5 juta) pada tahun 2050 (WHO, 2015 dalam
Tumipa, Bidjuni, dan Lolong, 2017).
Menurut data BPS Sumbar jumlah lansia tahun 2016 (687.758 orang) dan di
Kota Padang tahun 2017 jumlah lansia 62.667 orang dan lansia mendapat
pelayanan kesehatan sebanyak 16.762 orang atau 26,75%. Menurut data Dinas
Kesehatan Kota Padang (2017 dalam Nurhikmah, Siti. 2017), demensia
tidaktermasuk 10 penyakit terbanyak tetapi demensia termasuk salah satu
penyakit degeneratif yang dapat mengakibatkan keparahan. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Kota Padang (2017) Kota Padang memiliki 23 puskesmas
3
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Rahayu (2015 dalam Tumipa,
Bidjuni, dan Lolong, 2017) dengan judul Hubungan antara Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia di Desa Pogungrejo Purworejo
terdapat peran keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga dan
merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, dukungan
dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Menurut peneliti bila
seorang lansia diperhatikan dan mendapatkan dukungan keluarga yang baik
dari pihak keluarga dalam hal ini dari suami ataupun istri dan anak-anak maka
lansia tersebut merasa diperhatikan dan tetap semangat aktif menjalankan
aktivitas kegiatan sehari-hari, maka kejadian demensia pada lansia akan lebih
mudah di antisipasi dan dapat di pahami oleh keluarga sebagai suatu bagian
dari proses penuaan.
Berdasarkan hasil penelitian Tumipa, Bidjuni, dan Lolong, 2017 yang berjudul
Hubungan dukungan Keluarga Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia Di
Desa Tumpaan Baru Kecamatan Tumpaan Amurang Minahasa Selatan
responden berdasarkan umur yang mengalami demensia 60-74 tahun sebanyak
4
63 orang atau 88,7%, umur 75-90 tahun sebanyak 8 orang atau 11,3%.
Berdasarkan distribusi responden dukungan keluarga yang Baik sebanyak 51
responden atau 71,8%, dan yang Buruk 20 responden atau 28,2%.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada lansia dengan masalah demensia di Puskesmas
Andalas Kecamatan Padang TimurKota Padang tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada lansia di keluarga
dengan demensia di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018.
2) Tujuan Khusus
a) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada lansia denganmasalah
demensia di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas AndalasKecamatan
Padang Timur Kota Padang Tahun 2018.
5
A. Manfaat
1. Bagi penulis/ Peneliti
Kegiatan penulisan ini dapat menambah wawasan, pengalaman dan
pengetahuan penulis dalam penerapan asuhan keperawatan pada lansia
dengan masalah demensiadi wilayah kerja puskesmas Andalas Kecamatan
Padang Timur Kota Padang Tahun 2018.
2. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga menurut Friedman (2010), ialah keluarga tradisional dan
keluarga nontradisional, yang terdiri dari :
a. Tipe Tradisional
Tipe keluarga tradisional terdiri atas beberapa tipe di bawah ini :
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) Dual-earner family, adalah keluarga inti yang orang tua
bekerja,baik suami maupun istri yang tinggal dalam satu rumah.
3) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui,
keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak
6
Poltekkes Kemenkes Padang
7
Fungsi Keluarga
B. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia menurut WHO (2016), adalah pria dan wanita yang telah mencapai
usia60-74 tahun.Menurut UU No.13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun.
Lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang
ditandaidengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan
atau penurunanfungsi organ-organ tubuh. Berdasarkan WHO dalam
Untari, Ida (2018) lansia dibagi menjadi tigagolongan:
a. Umur Lanjut (elderly): Usia 60-75 tahun.
b. Umur tua (old): usia 76-90 tahun.
c. Umur sangat tua (very old): usia >90 tahun.
b. Teori Sosiologis
1) Teori interaksi social
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi
social merupakan kunci mempertahankan status sosialnya
berdasarkan kemampuan bersosialisasi
2) Teori aktivitas atau kegiatan
Ketentuan tentang semakin menurunya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahw lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan
social. Lansia akan merasakan kepuasaan jika dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
3) Teori kepribadian berlanjut (continue theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya.Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehidupan lansia. Hal ini apat dilihat dari gaya hidup,
perilaku, dan haraan seseorang, walaupun ia telah lanjut usia.
4) Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961)
menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, apalagi ditambah
dengan adanya kemiskinan, lansia secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya.
4. Proses Menua
Menurut Sunaryo et al., 2016) Proses penuaan merupakan proses yang
berhubungan dengan umur seseorang. Manusia mengalami perubahan
sesuai dengan bertambahnya umur tersebut. Semakin bertambah umur
semakin berkurang fungsi-fungsi organ tubuh. Hal ini dapat kita lihat dari
perbandingan struktur dan fungsi organ antara manusia yang berumur 70
tahun dengan yang berumur 30 tahun, yaitu berat otak pada lansia 56%,
aliran dara ke otak 80%, cardiac output 70%, jumla glomerulus 56%,
filtrationn 69%, vital capity 56%, asupan O2 selama olahraga 40%, jumlah
dari axon pada saraf spinal 63%, kecepatan pengantar inpuls saraf 90%,
dan berat badan 88%. Banyak faktor mempengaruhi proses penuaan
tersebut.
2) Sistem Persarafan
a) Penurunan ubungan persarafan.
b) Berat otak menurun 10-20% (sel otak setiap orang
berkurangsetiap harinya).
c) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress.
d) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e) Saraf panca-indra mengecil.
f) Kurang sensitive terhdapa sentuhan.
g) Defisit memori.
3) Sistem pendengaran
a) Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kt, 50% lebih terjadi pada usia dia atas
umur 5 tahun.
b) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otoskerosis.
c) Terjadi pengumpuln serumen, dapat mengeras karena
menigkatnya keratin.
d) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lansia yang
mengalami ketegangan/stres.
e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, dapat bernada tinggi
atau rendah, dapat terjadi terus-menerus atau interiten).
4) Sistem Penglihatan
a) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respo terhadap sinar
menghlang.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
e) Penurunan/menghilangnya daya akomodasi dengan manifestasi
presbiopi, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa.
f) Lapang pandang menurun: Luas pandangan berkurang.
g) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau
hijau pada skala.
5) Sistem Kardiovaskular
a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b) Elastisitas dinidng aorta menurun.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun.Hal ini menyebabkan
kontraksi dan volume menurun (frekuensi denyut jantung
maksimal=200-umur).
d) Curah jantung menurun.
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) dapat menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
f) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
pendarahan.
g) Tekanan darah meninggi akibat resistansi pembuluh darah
perifer meningkat. Sistol normal lebih kurang 170 mmHg,
diastol lebih kurang 95 mmHg.
7) Sistem Pernapasan
a) Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku.
b) Aktivitas silia menurun.
c) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum
menurun.
d) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan julah
berkurang.
e) Berkurangnya elastisitas bronkus.
f) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
g) Karbon dioksida pada arteri tidak berganti.Pertukaran gas
terganggu.
h) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
i) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
j) Sering terjadi emfisema senilis.
k) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernpasan
menurun seiring bertambahnya usia.
8) Sistem Pencernaan
a) Kehilangan gigi, penyebab utama penyakit periodental yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang
kronis, atrofi indra pengecap (80%), hilangnya sensitivitas
saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam,
dan pahit.
c) Esofagus melebar.
d) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan
waktu pengosongan lambung menurun.
e) Peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama
karbohidrat).
g) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
aliran darah berukurang.
9) Sistem Reproduksi
a) Wanita
1. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
2. Ovari menciut, uterus mengalami atrofi.
3. Atrofi payudara.
4. Atrofi vulva.
5. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna.
b) Pria
1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berngsur-angsur.
2. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal
kondisi kesehatannya baik.
b. Perubahan Mental
c. Perubahan Psikososial
Menurut Maryam dkk (2010), perubahan sosial pada lansia meliputi:
1) Perubahan peran.
Perubahan peran meliputi: post power syndrome, single woman,
dan menjadi orang tua tunggal.
2) Keluarga
Merasakan kesendirian, serta kehampaan.
3) Teman
Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan
akan meninggal.
4) Abuse
Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit,
tidak diberi makan).
5) Masalah hukum
Berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan pribadi yang
dikumpulkan semenjak masih muda.
6) Agama
Melaksanakan ibadah.
7) Panti jompo
Lansia merasa dibuang/diasingkan dan merasa tidak berguna lagi.
C. Konsep Demensia
1. DEFENISI
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
sehingga mengganggu aktivitas hidup sehati-hari dan aktivitas social
(Stanley, 2007).
Demensia adalah kondisi dimana kemampuan intelektual/kogitif menurun
pada tingkat yang cukup berat tanpa adanya gangguan kesadaran sehingga
mengganggu fungsi social dan pekerjaan (Linden, dkk: 2008).
2. Stadium Demensia
Menurut Untari. Ida, (2018) Penyakit demensia Alzheimer’s dapat
berlangsung dalam tiga stadium, yaitu stadium awal, menengah dan lanjut:
a. Stadium Awal
Stadium awal sering diabaikan dan disalahartikan sebagai usia lanjut
atau sebagai bagian normal dari proses otak menua, oleh para
professional, anggota keluarga, dan orang terdekat penyandang
demensia. Karena proses penyakit berjalan sangat lambat, sulit sekali
untuk menentukan kapan proses ini dimulai. Klien menunjukan gejala
sebagai berikut:
1) Kesulitan berbahasa.
2) Kemunduran daya ingat secara bermakna.
3) Disorientasi waktu dan tempat.
4) Sering tersesat di tempat yang biasa dikenal.
5) Kesulitan membuat keputusan.
6) Kehilangan inisiatif dan motivasi.
7) Depresi dan agitasi.
8) Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas.
c. Stadium lanjut
1) Ketidakmandirian dan inactive total.
2) Tidaak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal).
3) Kesulitan memahami dan menilai peristiwa.
4) Kesulitan berjalan.
5) Perilaku tidak wajar di masyarakat.
3. Etiologi Demensia
Menurut Untari. Ida, (2018) Penyebab demensia masih belum diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa diyakini sebagai penyebab demensia
yaitu, faktor genetik, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam
aluminium, akibat infeksi virus, dan pengaruh lingkungan lain.Ada
beberapa faktor predisposisi dan risiko penyakit ini. Faktor tersebut, antara
lain lanjut usia (usia diatas 65 tahun), genetik/keturunan (riwayat keluarga
mempunyai peran 40%, mutasi krosom 1, 14, 19,dan 21), trauma kepala,
pendidikan rendah, hipertensi sistolik, sindrom down, lingkungan,
keracunan aluminium, depresi, gangguan imunitas, stroke, diabetes
melitus, penyakit parkinson stadium lanjut, dan infeksi otak.
4. Klasifikasi
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, (2015) klasifikasi
demensia:
1) Demensia kortikal; gejala khas melibatkan memori, bahasa,
penyelesaian masalah, dan pemikiran dan gejalanya muncul pada:
a) Penyakit Alzheimer’s (Alzheimer’s Disease, AD) Gangguan
perilaku dan ketergantungan dalam aktivitas hidup keseharian
menyusul gangguan memori episodic mendukung diagnosis ini.
Penyakit ini mengenal lansia (>65 tahun) walaupun dapat
ditemukan pada usia yang lebih muda. Pemeriksaan mikroskopik,
gambaran utama berupa hilangnya neuron dan adanya (terutama
pada korteks dan hipokampus) plak amiloid dan kekusutan serat-
serat saraf.
b) Demensia Vaskuler (Vascular dementia, VaD)
Yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap
penyebab atau factor resiko stroke dapat berakibat terjadinya
demensia.
c) Demensia badan Lewy (Dementia with Lewy bodies, DLB)
Jenis demensia progresif yng mengarah pada penurunan fungsi
berpikir, bernalar dan independen karena deposit mikroskopis
abnormal yang merusak sel-sel otak seiring waktu.
d) Demensia frontotemporal
Gangguan yang disebabkan oleh hilangnya sel saraf progresif di
lobus frontal otak (area di belakang dahi) atau lobus temporal
(dibelakang telinga).
5. Patofisiologi
Menurut Nasrullah. Dede, (2016) Beberapa ahli memisahkan demensia
yang terjadi sebelum usia 65 tahun (demensia prasenilis) dan yang terjadi
setelah usia 65 tahun (demensia senilis). Perbedaan ini dari asumsi
penyebab yang berbeda; degenerasi neuronal yang jarang pada orang muda
dan penyakit vaskuler atau keadaan usia lanjut usia pada orang
tua.Meskipun ekspresi penyakit dapat berbeda pada usia yang yang
berbeda, kelainan utama pada pasien demensia dari semua usia adalah
sama dan perbedaan berdasarkan kenyataan.
WOC DEMENSIA
Kekusutan neurofibrilar yang disfus dan plak sinilis Hilangnya serat-serat kolinergik
di korteks cerebellum
Atrofi Otak
Penurunan sel neuron kolinergik yang
berproyeksi ke hipokampus dan amigdala
Kelainan neurotransmitter
Asetikolin menurun
Penurunan daya ingat, gangguan intelektual, memori, fungsi bahasa, kognitif dan perilaku
Demensia
2.Perubahan
mengawasi
Perubahan keadaan
1.Defisit perawatan diri
nafsu kompleks dan
(Hygiene, berpakaian,makan
makan berpikir abstrak.
dan minum)
2.Ggn Komunikasi
Kesulitan Gangguan
Perubahan resepsi,
verbal
transmisi dan memori
Perubahan integrasi
Pola tidur
36
6. Manifestasi Klinis
Menurut Nasrullah. Dede, (2016) Tanda dan gejala yang muncul adalah:
a) Menurunnya gangguan memori jangka pendek dannjangka panjang.
b) Menurunnya bahasa (afasia nominal).
c) Menurunnya pemikiran dan penilaian.
d) Hilangnya kemampuan hidup sehari-hari (misalnya, mencuci,
memakai pakaian, dan mengatur keuangan).
e) Perilaku yang abnormal (misalnya, menyerang, berjalan-jalan tanpa
tujuan).
f) Apatis, depresi dan ansietas.
g) Pola tidur terganggu.
h) Mengantuk di siang hari.
i) Fenomena psikotik, terutama waham kejar (diperburuk dengan sifat
pelupa).
j) Halusinasi visual.
7. Penatalaksanaan
Menurut Nasrullah. Dede, (2016) Penatalaksanaan awal meliputi
pengobatan setiap penyebab demensia yang reversibel atau keadaan
bingung yang saling tumpang tindih. Sekitar 10% pasien dengan demensia
menderita penyakit sistemik atau neurologik yang dapat diobati. 10%
menderita pseudodemensia yang disebabkan oleh penyakit psikiatrik yang
dapat diobati, dan 10% yang menderita penyebab penunjang yang dapat
dimodifikasi seperti alkoholisme atau hipertensi.
Tujuan senam cegah pikin ini untuk mengaktifkan otak kiri yang sering
kali tidak anyak digunakan. Otak kiri berfungsi untuk perkembangan
intelegensia, pusat perkembangan logika dan rasio, berpikir secara
sistematis, berbahasa verbal, berpikir linier dan terstruktur.
9. Pemeriksaan Penunjang
Dengan melakukan serangkaian tes untuk mendiagnsis demensia sera
melakukan anamnesis dan pemeriksaan kondisi mental secara terperinci
(Dementia, 2016)
a) Tes darah: untuk membantu memastikan adanya gangguan lain seperti
hipotiroidisme atau kekurangan vit B12,dll.
b) Ada keluhan gangguan ingatan/memori atau kognitif, daya pikir,
misalnya adanya perubahan berupa kurang lancarnya bicara dan fungsi
eksekutif yang terganggu.
c) Anamnesis riwayat keluhan dan relasi yang tedekat/terpercaya.
d) Pemeriksaan srkrining neuropsikologis/kognitif MMSE (Mini Mental
State Examination). Tes ini paling sering di pakai.
e) Diagnostik fisik, seperti CT Scan, MRI, positron emission
tomoghraphy (PET), single photo emission computed tomography
(SPELT).
Tabel 2.1 Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Keterangan:
Salah 0-3 :Fungsi intelektual utuh.
Salah 4-5 :Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 :Fungsi intelektual kerusakan sedang.
Salah 9-10 :Fungsi intelektual kerusakan berat.
Tabel 2.2 Pemeriksaan Fungsi Kognitif dan Fungsi Mental
Menurut Untari. Ida, (2018) Cara menilai aspek-aspek kognitif dan fungsi
mental:
Nilai Maksimum Score Pertanyaan
Orientas
Registrasi
Perhatiandan Kalkulasi
Mengingat
kebenaran.
Bahasa
1. Pengkajian Keperawatan
a) Pengkajian
Menurut Friedman, (2010) perngakajian keperawatan keluarga sebagai
berikut:
Proses pengakajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi terus
menerus dan keputusan professional yang mengandung arti terhadap
informasi yang dikumpulkan. Pengumpulan data keluarga berasal dari
berbagai sumber : wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya,
pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.
1) Data umum
a. Nama kepala keluarga
b. Alamat dan no telpon
c. Komposisi keluarga
Komposisi keluarga terdiri dari Genogram 3 generasi.
d. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut.
e. Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
f. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
g. Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki
oleh keluarga.
h. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu,
namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupaka aktivitas rekreasi.
c) Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
d) Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
e) Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, persaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a. Berapa juamlah anak?
b. Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
c. Metodeyang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlahanggota keluarga?
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan.
b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisis data secara cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk
menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab untuk
melaksanakannya.
Diagnosa keperawatan keluarga dianalisi dari hasil pengkajian terhadap
masalah dalam tahap perkembangan jeluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat actual,
resiko, maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung
jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan
keluarga, berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga (IPKKI, 2017)
Cara scoring:
Keluarga mampu
Penyeba
b. Menyebutk menyebutkan 3 1. Gali pengetahuan
b
an dari 6penyebab keluarga tentang
demensia
penyebab demensia: pengertian demensia.
adalah:
terjadinya a. Faktor 2. Diskusikan dengan
masalah a. Faktor umur keluarga tentang
umur,
demensia b. Cidera kepala pengertian demensia
b. Trauma
c. Stroke dengan menggunakan
Kepala
c. Pendidika
2. Setelah
dilakukan
kunjungan 1x30
menit Keluarga
dapat memutuskan
tindakan yang tepat Cara mengatasi 1. Diskusikan dengan
untuk merawat keluarga masalah yang
demensia : Keluarga mampu masalah ada dalam keluarga
menyatakan dan 2. Lakukan pengambilan
a. Mengungka mengambil kesehatan pada
keputusan
pkan keputusannya 3. Ulangi apa yang telah
keluarga
akanmengat dalam mengatasi didskusikan dengan
asimasalah masalah demensia terutama lansia keluarga
demensia 4. Beri reinforcement positif
atas tindakan yang
dilakukan keluarga
3. Setelah
dilakukan
kunjungan selama
1x30 menit
Keluarga
mampumelakukan
perawatan pada Keluarga Cara perawatan
lansia yang mampumenye untuk masalah 1. Motivasi keluarga untuk
mengalami butkanbebera demensia pada merawat anggota keluarga
demensia pa dari lansia yang sakit dengan
caraperawatan demensia
a. Menjelaskan padamasalahk 2. Mengajak keluarga untuk
cara perawatan esehatan selalu berkomunikasi
untuk masalah yangdialamin bersama klien.
demensia ya 3. Beri reinforcement positif
padalansia atas tindakan yang
dilakukan keluarga.
4. Setelah
dilakukan
kunjungan
selama 1x30
menit keluarga
mampumemodi
fikasi
lingkungan
yangaman dan
tenang
a. Menjelaska Keluarga mampu Memodifikasi
nlingkunga memodifikasi 1. Diskusikan bersama
lingkungan.
nyang aman lingkungan utuk keluarga dalam
dantenang merawat anggota menciptakan lingkungan
bagilansia keluarga dengan yang aman dan nyaman.
yangmengal masalah demensia 2. Libatkan kluarga dalam
amimasalah seperti memodifikasi lingkungan.
kesehatan pencahayaan, 3. Beri reinforcement positif
pertukaran udara, atas tindakan yang
lantai yang licin, dilakukan keluarga.
dan kebersihan
5. Setelah Keluarga mampu Melakukan 1. Diskusikan bersama
dilakukan menggunakan diskusi agar keluarga tentang
kunjungan selama fasilitas kesehatan keluarga pemanfaatan pelayanan
1x30 menit yang ada untuk memanfaatkan kesehatan
Keluarga mampu mengontrol sarana pelayanan 2. Ulangi apa yang telah
memanfaatkan demensia dengan kesehatan didiskusikan
pelayanan menyebutkan 3 3. Beri reinforcement positif
kesehatan untuk dari 4 fasilitas atas tindakan yang
mengatasi masalah kesehatan yang dilakukan keluarga.
demensia. ada disekitar
tempat tinggal
a. Menjelaskanfas yaitu: puskesmas,
ilitaskesehatan bidan, rumah
yangdapat sakit. Dan
digunakan dan diharapkan klien
memanfaatkan dapat
fasilitas menjalankan
kesehatan aktivitas sosial
dengan baik dan
meningkatkan
kualitas hidup.
Keluarga mampu
menyebutkan 4 1. Penyebab
dari 7 penyebab risiko 1. Gali pengetahuan
risiko jatuh jatuh keluarga tentang
adalah: pengertian risiko jatuh.
a. Penerngan a. Gangguan 2. Diskusikan dengan
yang penglihat keluarga tentang risiko
kurang. a n. jatuh dengan
b. Lantai b. Gangguan menggunakan leafleat/
licin. pendenga lembar balik.
c. Kekuataan r an. 3. Memberikan kesempatan
otot c. Pencahaya keluarga untuk bertanya.
menurun. an yang 4. Berikan
b. Menyebutk
d. Pengguna kurang di reinforcementvpositif atas
anpenyebab
an alat dalam tindakan yang dilakukan
terjadinya
bantu rumah. keluarga.
masalah
jalan. d. Kekuataan
resiko jatuh
otot
menurun.
e. Lantai
yang licin.
f. Lingkunga
n yang
asing.peng
gunaan
alat bantu
berjalan.
1. Gali pengetahuan
2. Keluarga 2. Penyebab keluarga tentang
mampu deficit perawatan pengertian deficit
menyebutkan diri: perawatan diri.
penyebab deficit 1. Gangguan 2. Diskusikan dengan
perawatan diri, psikologis keluarga tentang
yaitu: 2. Kelemaha pengertian deficit
a. Faktor n perawatan diri dengan
umur 3. Penurunan menggunakan leafleat/
b. Gangguan minat/mot lembar balik.
pendengar ivasi 3. Memberikan kesempatan
an 4. Kelemaha keluarga untuk bertanya.
c. Sulit n 4. Berikan
berjalan. 5. Gangguan reinforcementvpositif atas
d. Kelemaha pendenga tindakan yang dilakukan
n r an. keluarga.
4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi
pada tahap perumusan diagnose keperawatan. Perencanaan disusun dengan
penekanan pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim
kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah,
tujuan, dan rencana tindakan (IPKKI, 2017)
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dimasa kini
menggunakan pendekatan studi kasus untuk mendiskripsikan dan
menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keluarga dengan masalah
demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Penelitian dimulai dilakukan sejak 20 Maret 2019 sampai dengan 30 Maret
2019 selama 10 hari di Wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2015). Populasi dari penelitian ini adalah lansia yang
berkunjung ke Puskesmas Andalas Padang pada tanggal 19 Maret
2019 sebanyak 38 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2013). Sampel
yang di ambil dari lansia yang berkunjung ke Puskesmas Andalas
Padang dengan cara Accidental Sampling yaitu seseorang yang
diambil sebagai sampel saat berkunjung di suatu tempat yang sesuai
dengan criteria inklusi dan ekslusi.
68
Poltekkes Kemenkes Padang
69
Langkah-langkah kerja :
E. Jenis-Jenis Data
1. Jenis Data
a) Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari keluarga
seperti pengkajian kepada keluarga, meliputi: Identitas seluruh
anggota keluarga, riwayat kesehatan keluarga, pola aktifitas sehari-
hari dirumah,dan pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga.
b) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen /Medical Record di Puskesmas
Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang.
F. Hasil Analisis
Berdasarkan kriteria diatas yang dijadikan sampel adalah keluarga dengan
lansia demensia. Peneliti akan menganalisa data-data yang telah
dikumpulkan pada saat melakukan pengkajian yang mengacu kepada
format pengkajian ashan keperawatan keluarga, setelah itu akan
didapatkan data subjektif dan data objektif sehingga peneliti dapat
merumuskan diagnosa keperawatan. Selanjutnya peneliti akan menyusun
rencana keperawatan yang akan dilakukan. Setelah disusun rencana
keperawatan, penili kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan yang telah direncanakan dan mengevaluasinya secara deskriptive.
Pada analisis selanjutnya, peneliti akan membandingkan asuhan
keperawatan pasien dengan teori yang ada dan penelitian sebelumnya.
Daftar Pustaka
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
72
Poltekkes Kemenkes Padang
73
Bentuk rumah keluarga Ny. S yaitu permanen dengan atap seng, luas
rumah 8x18 m2 dengan 4 kamar tidur dan hanya 2 kamar yang dipakai, 1
ruang tamu, 1 ruang makan dan keluarga, 1 dapur dan 1 kamar mandi.
Bangunan rumah memiliki 4 jendela di ruang tamu.Ventilasi didalam
ruang keluarga kecil sehingga udara hanya masuk ke ruang tamu, tidak di
bagian ruang makan dan keluarga.Di ruang keluarga terdapat tumpukan
baju yang habis dijemur.Bangunan rumah Ny. S memiliki jendela yang
cukup tetapi di bagian belakang tempat ruang keluarga dan dapur terlihat
gelap karena pencahayaan yang kurang serta kurang masuknya udara dan
Analisa data
Selama kunjungan rumah sebanyak 10 kali pada tanggal 20Maret 2019 sampai 30
Maret 2019 ditemukan diagnosis keperawatan yaitu:
2. Rencana Keperawatan
3. Implementasi Keperawatan
Sabtu, 23 Maret 2019 dilakukan kunjungan kedua pada pukul 10.00 WIB
mendiskusikan dengan keluarga Ny. S tentang masalah ganggguan memori
karena demensia yang dialami Ny. S untuk mengetahui penyebab yang
dialami Ny. S dan mendiskusikan bersama keluarga tindakan dancara
perawatan dilakukan untuk mengatasinya.
Minggu, 24 Maret 2019 dilakukan kunjungan ketiga pada pukul 10.00 WIB
dengan kegiatan memberikan pendidikan kesehatan tentang lansia, tentang
pengertian, faktor yang mempengaruhi, dampak, dan pencegahan resiko jatuh
pada lansia dengan menggunakan lembar balik dan leaflet serta
mendiskusikan keputusan yang diambil oleh keluarga untuk mengatasi
masalah risiko jatuh pada lansia
Selasa, 26 Maret 2019 dilakukan kunjungan pada kelima pukul 10.00 WIB
keluarga dengan kegiatan memberikan pendidikan kesehatan tentang
masalahhipertensi pada lansia dan mendiskusikan keputusan yang diambil
olehkeluarga untuk lansia yang mengalami masalah hipertensidan dilakukan
kunjungan pada keluarga Ny. S dengankegiatan memberikan pendidikan
kesehatan tentang cara merawat lansiayang mengalami hipertensi dan
pencegahan hipertensi dengan menggunakanbooklet dan leaflet.
Rabu, 27 Maret 2019 dilakukan kunjungan keenam pukul 10.00 WIB tentang
cara perawatan dan pencegahan hipertensi serta mendiskusikan dengan
keluarga tentang cara perawatan dan pencegahan hipertensi
4. Evaluasi Keperawatan
untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan oleh perawat tercapai
atau tidak. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistemkeluarga dan
anggota keluarga serta bagaimana respon keluarga terhadapintervensi yang telah
diimplementasikan (Friedman, 2010).
Gangguan memori keluarga Tn. K khususnya Ny. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah demensia
Saat dilakukan evaluasi kepada Ny. S dan keluarga mengatakan sudah tahu
pengertian, faktor yang mempengaruhi, dampak dan cara perawatan demensia
pada lansia, dan mengetahui peran keluarga untuk merawat lansia supaya
terhindar dari demensia. Terlihat dari Ny. S dan keluarga dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan setelah dilakukan pendidikan kesehatan.Ny. S dan
keluarga jugamampu membuat keputusan apa yang akan dilakukan jika ada
anggota keluarga yang sakit dan bagaimana perawatannya. Ny. S dan keluarga
mampu melakukan senam otak dan bisa dilakukan setiap hari untuk mencegah
demensia.Ny. S dan keluarga juga dapat menyebutkan bagaimana lingkungan
yang nyaman dan sehat untuk keluarga serta dapat menyebutkan manfaat dari
fasilitas kesehatan. Hasil analisa bahwa masalah teratasi sebagian dan
untukmenindaklanjuti hal tersebut telah diambil keputusan bahwa keluarga akan
melanjutkan intervensi di rumah.
Saat dilakukan evaluasi kepada Ny. S dan keluarga mengatakan sudah tahu
pengertian, faktor yang mempengaruhi, dampak jatuh, pencegahan jatuh pada
lansia, dan mengetahui peran keluarga untuk merawat lansia supaya terhindar dari
kejadian jatuh.Terlihat dari keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.Ny. S keluarga juga mampu membuat
keputusan apa yang akan dilakukan jika ada anggota keluarga yang sakit dan
bagaimana perawatannya. Ny. S dan keluarga juga dapat menyebutkan bagaimana
lingkungan yang nyaman dan sehat untuk keluarga serta dapat menyebutkan
manfaat dari fasilitas kesehatan. Hasil analisa bahwa masalah teratasi sebagian
dan untuk menindaklanjuti hal tersebut telah diambil keputusan bahwa keluarga
akan melanjutkan intervensi di rumah.
hipertensi. Ny. S dan keluarga juga mampu membuat keputusan apayang akan
dilakukan jika ada anggota keluarga yang sakit dan bagaimana perawatannya. Ny.
S keluarga juga dapat menyebutkan bagaimana lingkungan yang nyaman dan
sehat untuk keluarga serta dapat menyebutkan
manfaat dari fasilitas kesehatan. Hasil analisa bahwa masalah teratasi sebagian
dan untuk menindak lanjuti hal tersebut telah diambil keputusan bahwa keluarga
akan melanjutkan intervensi di rumah.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dengan
laporan kasus asuhan keperawatan keluarga dengan demensia pada Ny. S
(Partisipan) yang dilakukan tanggal 20-3-2019 sampai 30-03-2019 di Keluarga
Tn. K. Setelah melakukan asuhan keperawatan keluarga melalui pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, meneggakan diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada kasus diatas, partisipan yaitu Ny. S berumur 62 tahun didapatkan lansia
memiliki penyakit lain yang dapat memperberat kondisi fisiknya. Ny. S
memiliki riwayat hipertensi, Ny. S tidak minum obat hipertensi dan tidak
pernah menghabiskan obat hipertensi karena Ny. S tidak tahu manfaat dari
obat tersebut, obat yang diberikan amlodipine,
Menurut (WHO, 2016) Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai
usia 60-74 tahun. Menurut Untari, Ida (2018) dalam etiologi demensia
terdapat faktor yang mempengaruhi demensia yaitu faktor instrinsik (usia,
riwayat keluarga, trauma kepala, hipertensi sistolik, stroke dan infeksi otak),
sedangkan faktor ekstrinsik (pendidikan rendah, keracunan aluminium,
radikan bebas dan pengaruh lingkungan lainnya).
Pada pengkajian dengan status pendidikan terakhir didapatkan Ny. S yaitu
SLTP
Menurut Untari, Ida (2018) ada beberapa penyebab demensia yang diyakini,
yaitu faktor ekstrinsik (pendidikan rendah, keracunan aluminium, radika bebas
dan pengaruh lingkungannya. Berdasarkan penelitian Novia & Ardiansyah
(2012) yang berjudul Hubungan antara Tingkat pendidikan dengan Kejadian
Penurunan Daya Ingat pada Lansia mengatakan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kejadian gangguan daya ingat
(demensia) pada lansia secara statistic, hal ini dapat diketahui dari hasil
analisis Pearson yang menunjukkan nilai p < 0,05 yang menyatakan bahwa
semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi angka
prevelensi demensia Alzheimer. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Rachel Mongisidi, dkk (dalam Nurhikmah, 2017) dalam penelitiannya yang
berjudul Profil Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia Di Yayasan-Yayasan
Manula Di Kecematan Kawangkoan mengatakan bahwa hasil pemeriksaan
keempat instrument pemeriksaan kognitif tersebut, dilihat dari riwayat
pendidikan, menunjukkan hasil yang signifikan yaitu sampel yang
mengenyam pendidikan lebih dari Sembilan tahun atau lebih dari pendidikan
dasar (SMA, diploma ataupun sarjana), memiliki hasil kognitif yang tergolong
normal. Bisa dilihat pada hasil pemeriksaan MMSE dan CDTnya dimana
golongan riwayat pendidikan ini mencapai 100% normal. Hal ini sangat
sejalan dengan penelitian-penelian sebelumnya, seperti penelitian Ardila et al
(2000) bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam mencegah terjadinya gangguan fungsi kognitif.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga termasuk masalah esehatan actual dan
potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan
mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan
pengalaman (Friedman, 2010).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan masalah demensia
(SDKI, 2017):
a. Gangguan memori berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah.
b. Risiko jatuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah
c. Deficit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah.
Sedangkan diagnosa yang dijumpai pada kasus ada sedikit berbeda dengan
yang dikemukakan oleh teori dimana kemungkinan diagnosa muncul mengacu
pada SDKI terdapat 3 diagnosa. Diagnosa yang dijumpai dalam kasus
keluarga Ny. S yaitu:
Diagnosa pertama ini terdapat kesamaan antara teori dengan kasus dimana
dalam teori menyebutkan keluhan yang sering dialami oleh penderita
demensia adalah kemunduran daya ingat secara bermakna dalam stadium awal
demensia.Dan perubahan akibat menua salah satunya system persyarafan yang
membuat deficit memori.
Diagnosa kedua ini didapatkan adalah Risiko jatuh berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah data ini didukung
oleh data subjektif Ny. S mengatakan sering lupa meletakkan barang, Ny. S
mengatakan pernah operasi katarak pada awal bulan Januari 2019.Ny. S
menggunakan ojek online untuk pergi kemana-mana, sedangkan data objektif
Tampak di bagian belakang tempat ruang keluarga dan dapur terlihat gelap
karena pencahayaan yang redup serta kurang masuknya udara dan lantai dari
semen.Terlihat tumpukan pakaian setelah dijemur diruang keluarga. Kamar
mandi Ny. S terletak dibelakang dekat dapur dengan lantai semen dan
pencahayaan cukup. TD=150/80 MmHg, Nadi= 85/i, RR=22x/I, Suhu=36,6C
Menurut penelitian Azizah (2017) perubahan fisiologis mengakibatkan
fleksibilitas lanjut usia untuk melakukan aktifitas fisik menurun sehingga
meningkatkan resiko jatuh. Dan dalam system muskuloskletas kekuatan dan
stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan, dan paha.
Diagnosa ketiga ini Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga dalam penyakit data ini didukung oleh data
subjektif Ny. S mengatakan rutin control ke puskesmas tapi tidak meminum
obat hipertensi dan tidak pernah menghabiskan obat hipertensi karena Ny. S
tidak tahu manfaat dari obat tersebut, obat yang diberikan amlodipine,
sedangkan data objektifnya Ny. S tampak kebingungan dalam menceritakan
masalahnya. TD=150/80 MmHg, Nadi= 85/i, RR=22x/I, Suhu=36,6C
Pada diagnosa ini, terjadi perbedaan dengan teori karena saat ditemukan
dilapangan masalah lebih diprioritaskan sesuai masalah klien dimana Klien
kurang mengetahui tentang hipertensi. Berdasarkan penelitian Turana, 2016
bahwa otak akan menjadi mengerut jika suplai darah ke otak berkurang
efeknya kekurangan nutrisi dan oksigen termasuk hippocampus yang
merupakan pusat memori. Meski hippocampus hanya bagian kecil dari otak,
perubahan sedikit saja volume hippocampus sangat berpengaruh pada memori
manusia.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen
tulisan tangan dalam menyediakan masalah, tujuan, dan intervensi
keperawatan dan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan
pada pasien (Nursalam, 2011).Pembahasan intervensi dalam keperawatan
keluarga meliputi tujuan umum, tujuan khusus, kriteria hasil dan riteria
standar.
Intervensi diagnosa pertama Gangguan memori berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah, sesuai dengan tugas
perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah dengan cara
mengkaji pengetahuan dengan mendiskusikan tindakan keluarga tentang
demensia. Selanjutnya mengambil keputusan dengan mendiskusikan tindakan
yang harus dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga. Merawat anggota
keluarga dengan cara mendemonstrasikan kegiatan untuk mengurangi
demensia dengan senam otak. Melakukan konseling dan memotivasi keluarga
untuk dapat memodifikasi lingkungan yang bersih dan nyaman serta
memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah gangguan
memori dengan mengunjungi fasilitas kesehatan.
Intervensi yang dilakukan senam otak dengan tujuan dapat mempertahankan
ingatan, merangsang kedua belahan otak untuk bekerja, dan memperlancar
aliran darah dan oksigen ke otak serta mengurangi demensia. Manfaatnya
lansia kegiatan aktif dan sederhana sehingga lansia bisa melakukan kapan
saja.
Cara kerja senam otak
1. Jari-jari tangan kanan mengepal kecuali ibu jari, sedangkan jari-jari tangan
kiri mengepal kecuali jari kelingking.
2. Tangan kanan membentuk pistol dengan ibu jari dan jari telunjuk dibuka,
sedangkan tangan kiri mengepal kecuali jari telunjuk.
3. Tangan kiri menempel di atas kepala dengan gerakan menepuk kepala
dengan ringan dan tangan kanan berada di atas perut dengan gerakan megusap
perut ke kiri dan kanan.
4. Tangan kanan dan kiri mengepal saling berhadapan, tangan kanan
melakukan gerakan keluar sedangkan tangan kiri melakukan gerakan memutar
kedalam.
5. Kedua tangan dilipat kedepan dengan lengan tangan sejajar dengan bahu.
Tangan kanan mengepal dengan melakukan gerakan seperni menarik gas
sepeda motor, tangan kiri dan jari jemari lurus melakukan gerakan mengusap
kekiri dan kekanan.
4. Implementasi Keperawatan
1) Gangguan memori berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah Dilakukan pada Jumat, 22 Maret 2019 dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang demensia yang terdiri dari
pengertian, factor yang mempengaruhi, dampak dan pencegahan demensia
menggunakan booklet dan leafle. Di hari yang sama dilakukan kunjungan
untuk mendiskusikan bersama keluarga keputusan yang diambil untuk
merawat lansia.
Sabtu, 23 Maret 2019 dilakukan kunjungan pada keluaga Ny. S dengan
kegiatan memberikan pendidikan kesehatan tentang cara merawat lansia
yang memiliki gangguan memori dan mendemonstrasikan senam otak
untuk mengurangi demensia.
Kamis, 28 Maret 2019 dilakukan kunjungan untuk diagnose I, II, dan III
tentang bagaimana memodifikasi lingkungan yang aman dan nyaman
untuk lansia,
Jum’at, 29 Maret 2019 dilakukan kunjungan untuk diagnose I, II, dan III
tentang manfaat fasilitas kesehatan untuk menunjang kesehatan keluarga
dan lansia.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi berguna
untu mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan oleh perawat tercapai
atau tidak.Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada system keluarga dan
anggota keluarga serta bagaimana respon keluarga terhadap intervensi yang
telah diimplementasikan (Friedman, 2010).
Gangguan memori berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah
Saat dilakukan evaluasi kepada keluarga dan Ny. Smengatakan sudah tahu
tentang penyakit demensia, Ny. S mengatakan mengerticara melakukan senam
otak, serta menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman, dan
memodifikasi dengan menerapkan pola hidup sehat, memanfaatkan
pelayananfasilitas kesehatan. Sedangkan evaluasi objektif Ny. S
dapatmenyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala demensia.Dan
mampu melakukan senam otak secara mandiri.Hasil analisayang didapatkan
masalah teratasi dan untuk tindak lanjutnya keluarga telahmengambil
keputusan untuk melanjutkan intervensi dirumah.
Resiko Jatuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah
Saat dilakukan evaluasi kepada keluarga dan Ny. S mengatakan sudah tahu
pengertian, faktor yang mempengaruhi, dampak jatuh, pencegahan jatuh pada
lansia, dan peran keluarga untuk merawat lansia supaya terhindar dari
jatuh.Keluarga dan Ny. S dapat menjawab pertanyaan yang diberikan setelah
dilakukan pendidikan kesehatan. Keluarga dan Ny. S dapat juga mampu
membuat keputusan apa yang akan dilakukan jika ada anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, serta menyebutkan
manfaat dari fasilitas kesehatan. Hasil analisa bahwa masalah teratasi dan
untuk meindaklanjuti keluarga telah mengambil keputusan untuk intervensi
drimah.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
dalam penyakit
Setelah dilakukan evaluasi kepada keluarga dan Ny. S mengatakan sudah tahu
pengertian, penyebab, tanda dan gejala pada lansia. Keluarga dan Ny. S dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan setelah dilaukan pendidikan kesehatan
tentang hipertensi, mampu membuat keputusan jika ada anggota keluarga
yang sakit, dapat menyebutkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
lansia, serta dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan. Hasil
analisa bahwa masalah teratasi dan untuk menndaklanjuti hal tersebut telah
diambil keputusan bahwa keluarga akan melanjutkan intervensi dirumah.
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan masalah demensia pada lansia.Ny. S sebagai partisipan di wilayah
kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2019, peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan Ny. S mempunyai riwayat penyakit
hipertensi. Ny. S mengatakan sering lupa setelah meletakkan barang yang
diletakkannya, Ny. S mengatakan kalau dia sudah mulai lupa-lupa karena
faktor umur. Ny. S mengatakan mulai lupa sejak berusia 60 tahun yang
awalnya Ny. S tidak ingat umurnya saat berulang tahun. Ny. S tidak
meminum obat hipertensi dan tidak pernah menghabiskan obat hipertensi
karena Ny. S tidak tahu manfaat dari obat tersebut, obat yang diberikan
amlodipin. Ny. S tampak kebingungan dalam menceritakan masalah yang
ia hadapi. Ny. S tidak pernah berobat untuk mengobati demensianya. Ny.
S mengatakan pernah operasi katarak pada awal bulan Januari 2019.
Pengkajian dengan SPMSQ Ny. S tampak sulit untuk mengingat no
telepon Handphone, tahun lahir, lupa nama Presiden sebelumnya, dan
tidak ingat jumlah 5+6, dalam hal ini total score pengkajian SPMSQ = 4
(Fungsi Intelektual kerusakan ringan. Dan pengkajian kedua yaitu MMSE,
Ny. S sulit mengingat dalam hal Orientasi yaitu, Negara bagian mana dan
Wilayah tempat tinggal, hal Registrasi sulit mengingat 1 objek, hal
Perhatian dan kalkulasi sulit mengingat angka 100, 93, 86 dan 65, dan
Bahasa, serta total scroe Ny. S = 22 (Kerusakan aspek fungsi mental
ringan) TD=150/80 MmHg, Nadi= 85/I, RR=22x/I, Suhu=36,6C
2. Diagnosa
Diagnosa yang ditemukan adalah Gangguan memori berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah, Resiko Jatuh
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah,
90
Poltekkes Kemenkes Padang
91
I. Data Umum
3. Komposisi Keluarga :
Genogram :
Isri Suami
Keterangan :
= Perempuan
-------- = Serumah
4. Tipe Keluarga
5. Suku
6. Agama
III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Kamar 3 Kamar 4
3. Struktur Peran
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Ekonomi
Mata
I : simetris kiri I:simetris kiri I:simetris kiri
dan kanan dan kanan dan kanan
P : konjungtiva Klien tampaak P:konjungtiva
tidak anemis, memakai kaca tidak anemis,
sclera tidak mata sclera tidak
ikterik. P:konjungtiva ikterik
tidak anemis,
sclera tidak
DO = Tampak di bagian
belakang tempat ruang
keluarga dan dapur terlihat
gelap karena pencahayaan
yang redup serta kurang
masuknya udara dan lantai
dari semen.
DO : saat dilakukan
pengkajian dengan SPMSQ
Ny. S tampak sulit untuk
mengingat no telepon
Handphone, tahun lahir, lupa
nama Presiden sebelumnya,
dan tidak ingat jumlah 5+6,
dalam hal ini total score
pengkajian SPMSQ = 4
(Fungsi Intelektual kerusakan
ringan. Dan pengkajian kedua
yaitu MMSE, Ny. S sulit
mengingat dalam hal
Orientasi yaitu, Negara
bagian mana dan Wilayah
tempat tinggal, hal Registrasi
sulit mengingat 1 objek, hal
Perhatian dan kalkulasi sulit
mengingat angka 100, 93, 86
dan 65, dan Bahasa, serta total
scroe Ny. S = 22 (Kerusakan
aspek fungsi mental ringan)
tidakmeminum obat
hipertensi dan tidak pernah
DO = Ny. S tampak
kebingungan dalam
menceritakan masalahnya.
Diagnosa Keperawatan
Tidak dapat = 0
Rendah = 1
Ada masalah,
tapi tidak perlu
Masalah tidak
dirasakan = 0
Tidak dapat = 0
Cukup = 2
Rendah = 1
Ada masalah,
tapi tidak perlu
ditangani = 1
Masalah tidak
dirasakan = 0
Aktual = 2 pengetahuan
Resiko = 2
keluarga tentang
Potensial = 1
penyakit yang dialami Ny. S
Tidak dapat = 0
Rendah = 1
Masalah tidak
Aktual = 2 pengetahuan
Resiko = 2
keluarga tentang
Potensial = 1
penyakit yang dialami Ny. S
Tidak dapat = 0
Cukup = 2
Rendah = 1
Masalah berat,
penerangan yang kurang,
harus segera lantai kamar mandi dari semen
ditangani = 2 dan tumpukan baju.
Masalah tidak
Aktual = 2 pengetahuan
Resiko = 2
keluarga tentang
Potensial = 1
penyakit yang dialami Ny. S
Tidak dapat = 0
Cukup = 2
Rendah = 1
Masalah tidak
2. Setelah dilakukan
kunjungan 1 x 30
menit keluarga
dapat memutuskan
tindakan yang
tepat untuk
mengatasi masalah
gangguan memori
dengan:
1. Jelaskan kepada
-Dampak gangguan
a. Menyebutkan keluarga tentang
memori pada lansia:
akibat atau -Keluarga mampu akibat jika lansia
dmpak dari menyebutkan dampak dari Menurunnya komunikasi, demensia
kejadian gangguan memori hilangnya kemampuan
gangguan 2. Motivasi
hidup sehari-hari seperti
memori. keluarga untuk
mencuci dan kepercayaan
memutuskan
diri, dan risiko jatuh.
mengatasi
terjadinya
gangguan
memori
3. Berikan
1. Gali
pengetahuan
keluarga tentang
-Fasilitas yang fasilitas
digunakan: kesehatan dan
5. Setelah dilakukan -Keluarga Ny. S mampu manfaat
kunjungan 1 x 30 memanfaatkan fasilitas a. Puskesmas pelayanan
menit keluarga yang dapat digunakan: kesehatan
mampu b. Klinik Bidan
memanfaatkan a. Puskesmas 2. Diskusikan
c. Dokter praktek dengan keluarga
fasilitas kesehatan b. Klinik bidan
untuk mengontrol tentang fasilitas
kesehatan keluarga c. Dokter praktek kesehatan dan
teruma lansia keluarga manfaat
pelayanan
-Keluarga mengunjungi kesehatan
fasilitas kesehatan secara
rutin 3. Beri kesempatan
pada keluarga
untuk memilih
pelayanan
kesehatan
4. Motivasi
keluarga untuk
memanfaatkan
b. mengungkapka
n akan
mengatasi -Keluarga mampu -Alternatif pemecahan
masalah memutus kan alternatif masalah: 1. Motivasi
kejadian resiko yang harus diambil a. Menjaga lanjut usia
keluarga untuk
jatuh pada memberikan
saat berada di rumah dan
lansia perawatan pada
di luar rumah
lansia
b. Membatasi aktivitas
2. Beri
sehari-hari lansia
reinforcement
positif
3. Evaluasi apa
yang telah
dilakukan
5. keluarga mampu
memanfaatkan
1. Gali
fasilitas kesehatan Keluarga mampu -Fasilitas yang dapat
memanfa atkan fasilitas digunakan: a. puskesmas pengetahuan
untuk mengontrol
keluarga tentang
kesehatan keluarga yang dapat digunaka n: b. klinik bidan c. dokter
praktek fasilitas
terutama lansia a. Puskesmas kesehatan dan
b. Klinik bidan manfaat
c. Dokter praktek pelayanan
kesehatan
2. Diskusikan
dengan keluarga
tentang fasilitas
kesehatan dan
manfaat
b. menyebutkan
1. Gali
penyebab dari pengetahuan
-Penyebab hipertensi: keluarga tentang
1. Diskusikan
-Merawat lansia yang bersama
1 Motivas
Manfaat obat hipertensi keluarga untuk
memberikan
1. Dapat perawatan pada
4. Setelah dilakukan menurunkan lansia
kunjungan 1x30 -Keluarga Ny. S mampu tekanan darah 2 Beri
tinggi
dampak, dan O :
-Ny. S dan
pencegahan
keluarga
demensia pada
mampu
lansia dengan
menyebutkan
menggunakan
pengertian
lembar balik dan
demensia
leaflet
-Ny. S dan
3. Mengevaluasi
keluarga
kembali
mampu
pengertian, faktor
menyebutkan
yang
faktor yang
mempengaruhi,
mempengaruhi
dampak, dan
demensia
pencegahan
walaupun ada
demensia pada
yang lupa-
lansia
lupa.
4. Memberi
-Ny. S dan
kesempatan
Tujuan Khusus 2
bagaimana fasilitas
memanfaatkan kesehatan
kesehatan digunakan
O : Ny. S dan
3. Mengevaluasi
keluarga dapat
kembali bagaimana
menyebutkan
memanfaatkan
manfaat
fasilitas kesehatan
fasilitas
pada semua
kesehatan dan
anggota keluarga
apa saja
4. Memberi
fasilitas
kesempatan
kesehatan
keluarga untuk
yang dapat
bertanya
digunakan
5. Memberi
A: Masalah
reinforcement
teratasi
positif
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan