JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Oleh :
NABILA MUTIARA ALFI
NIM: 143110170
Puji syukur peneliti panjatkan ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Gangguan
Mobilitas Fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun
2017”. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program
Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi peneliti
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Terutama kepada Bapak N.Rachmadanur, S.Kp.MKM selaku
Pembimbing I dan Bapak Idrus Salim, SKM.M.Kes selaku Pembimbing II
sekaligus Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang yang telah
banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Terima kasih juga peneliti ucapkan
kepada:
Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan
demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dimasa mendatang.
Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Peneliti
ABSTRAK
Pada lansia terjadi perubahan semua system tubuh, diantaranya adalah system
musculoskeletal yang melibatkan otot, tulang, dan sendi. Penurunan kekuatan otot
ini dapat mengganggu mobilitas fisik pada lansia yang menyebabkan
ketergantungan kepada orang lain..Puskesmas Andalas merupakan puskesmas
urutan pertama tertinggi di kota Padang dengan lansia mandiri sebanyak 8.251
orang (DKK Kota Padang, 2015). Menurut data posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Andalas dari Juli-Maret 2016 terdapat kunjungan lansia mandiri 2.406
orang dan tidak mandiri sebanyak 4 orang.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga pada
lansia dengan gangguan mobilitas fisik di wilayah kerja Puskesmas Andalas kota
Padang tahun 2017. Desain penelitian adalah deskriptif dengan populasi 4 orang
lansia gangguan mobilitas fisik dengan sampelnya adalah keluarga Ny. Ra dan
keluargaNy. Ro pada bulan JanuarisampaiJuni 2017 selama 5hari.
Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama yaitu klien mengeluh tidak bias
berdiri lama dan jika berdiri harus berpegangan pada tongkat, keluarga khawatir
klien beraktifitas banyak, klien pernah terjatuh dan trauma pada tulang panggul,
klien sempoyongan saat berjalan. Diagnosa keperawatan keluarga yang
didapatkan yaitu hambatan mobilitas fisik, gaya hidup kurang gerak, defisiensi
pengetahuan dan resiko jatuh. Selanjutnya direncanakan intervensi, implementasi
sampai evaluasi.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi keluarga yang merawat
lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang dalam melakukan asuhan
keperawatan dan memaksimalkan implementasi yang dilakukan.
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
PERNYATAAN PENGESAHAN.......................................................... iv
ABSTRAK……………………………………………………………… v
DAFTAR ISI........................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN.................................................................................. viii
DAFTAR TABEL................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan....................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Riwayat Pendidikan
No Pendidikan TahunAjaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju
dan negara berkembang, maka bertambahlah Usia Harapan Hidup (UHH)
penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi
penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia sejak tahun 2004-2015 Usia
Harapan Hidup memperlihatkan peningkatannya dari 68,6 tahun menjadi 70,8
Penurunan dan perubahan struktur fungsi, baik fisik maupun mental pada
sistem muskuloskeletal dapat mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia yang
akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tetap beraktifitas.
Gangguan mobilitas fisik yang terjadi pada lansia mempengaruhi perubahan-
perubahan dalam motorik yang meliputi menurunnya kekuatan dan tenaga yang
biasanya menyertai perubahan fisik yang terjadi karena bertambahnya usia,
menurunnya kekerasan otot, kekakuan pada persendian, gemetar pada tangan,
kepala dan rahang bawah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan
Mobilitas Fisik Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang
tahun 2017.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan
gangguan mobilitas fisik di wilayah Puskesmas Andalas Kota Padang
tahun 2017.
2.. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas fisik serta dalam
menulis karya tulis ilmiah.
2. Bagi Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
memberikan dan mengembangkan pelayanan terhadap penerapan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas fisik.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan dan sumber pembelajaran
di jurusan Keperawatan Padang khususnya mengenai penerapan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas fisik.
4. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian dapat menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan
ataupun pengaplikasian asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
mobilitas fisik.
5. Bagi Penulis
Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas fisik dalam menulis
karya tulis ilmiah.
6. Bagi Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
memberikan dan mengembangkan pelayanan terhadap penerapan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas fisik.
7. Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan dan sumber pembelajaran
di jurusan Keperawatan Padang khususnya mengenai penerapan asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan mobilitas fisik.
8. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian dapat menjadi referensi dan rujukan dalam pembuatan
ataupun pengaplikasian asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
mobilitas fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian
Lansia menurut WHO (2016), adalah pria dan wanita yang telah mencapai
usia 60-74 tahun. Sedangkan Lanjut usia menurut UU no 13 Tahun 1998,
lansia adalah seseorang yang mencapai umur 60 tahun ke atas. Lansia
2) Tugas Perkembangan
Aktivitas dan tantangan yag harus dipenuhi seseorang pada tahap-
tahap spesifik dalam hidupnya. Mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani sebagai integritas.
3) Disengagement
Teori ini menggambarkan tentang proses penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dantanggung jawabnya.
4) Aktivitas
Teori ini berbicara tentang pentingnya tetap aktif secara sosial
sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat pada lansia.
3. Proses menua
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup. Menurut Constantinides dalam Aspiani (2014), menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua
sudah berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa (Aspiani, 2014).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya
jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan (Maryam dkk, 2010).
Proses penuaan dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor genetik, yang
melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap stres, dan pertahanan
terhadap antioksidan. Kedua, faktor lingkungan, yang meliputi pemasukan
kalori, berbagai macam penyakit, dan stres dari luar, misalnya radiasi atau
bahan-bahan kimia. Faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas
metabolisme sel yang akan menyebabkan terjadinya stres oksidasi sehigga
terjadi kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan
(Sunaryo dkk, 2016).
3) Respirasi
Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas
paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas
lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan
batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus. Perubahan
struktural, perubahan fungsi pulmonal dan perubahan sistem imun
mengakibatkan suatu kerentanan untuk mengalami kegagalan
respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli pulmonal, dan
penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK).
4) Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang
berhubungan dengan stress. Berkurang atau hilangnya lapisan
myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon
motorik dan reflek.
5) Muskuloskletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),
bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi
otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.
Perubahan pada tulang, otot dan sendi mengakibatkan terjadinya
perubahan penampilan, kelemahan, dan lambatnya pergerakan yang
menyertai penuaan.
6) Genitourinaria
Ginjal mengecil, aliran darah keginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun, fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun. Otot-otot
melemah vesikaurinaria melemah, kapasitasnya menurun, dan
retensi urin. Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
7) Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan. Perubahan pada
fungsi pendengaran yaitu kehilangan kemampuan pendengaran
secara bertahap.
8) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan katarak.
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal
dalam proses penuaan termasuk kesukaran melihat huruf-huruf
kecil, penglihatan kabur, penyempitan lapang pandang dan
sensitivitas terhadap cahay menurun.
9) Kulit
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu atau persekutuan
hidup yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang tinggal
dalam sebuah rumah tangga serta memiliki peran dan fungsinya masing-
masing.
2. Bentuk Keluarga
Beberapa bentuk keluarga menurut Friedman (2010) dan Sudiharto (2012),
adalah sebagai berikut :
a) Keluarga Inti adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan
yang direncanakan yang terdiri dari suami dan istri dengan atau tanpa
anak.
b) Keluarga Asuh merupakan suatu unit keluarga dengan anak yang
terpisah dari salah satu atau kedua orang tua kandung untuk menjamin
keamanan dan kesejahteraan fisik serta emosional mereka.
c) Keluarga Besar (Extended family) adalah keluarga dengan pasangan
yang berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan
dengan orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak
kemudian dibesarkan oleh beberapa generasi dan memiliki pilihan
model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka.
d) Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah
sebagai kepala keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah
keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tungga nontradisional
adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah.
e) Keluarga orang tua tiri adalah keluarga yang menikah lagi yang
terbentuk dengan atau tanpa anak dan keluarga yang terbentuk
kembali baik melalui proses perceraian atau kehilangan (kematian
salah satu pasangan).
5. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy
1998, hal 34 adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan
sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Sistem dalam tubuh manusia dapat mempengaruhi sistem lain dan erat
kaitannya dengan sistem muskuloskeletal karena tulang, sendi dan otot
merupakan unsur pembentuk sistem mobilisasi (Miller, 2012). Mobilisasi
mempunyai banyak tujuan, seperti mengekspresikan emosi dengan
gerakan nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas
hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilitas
fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh
dan berfungsi dengan baik (Potter & Pery, 2005).
2. Etiologi
a) Penyebab
Penyebab imobilisasi berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan
dapat menyebabkan imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama
imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Rasa lemah sering kali
disebabkan oleh malnutrisi, gangguan elektrolit, tidak digunakannya otot,
anemia, gangguan neurologis atau miopati. Osteoartritis merupakan
penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Parkinson, artritis reumatoid,
gout, dan obat-obatan antipsikotik seperti haloperidol juga dapat
menyebabkan kekakuan. Rasa nyeri, baik dari tulang (osteoporosis,
osteomalacia, Paget’s disease, metastase kanker tulang, trauma), sendi
(osteoartritis, artritis reumatoid, gout), otot (polimialgia,
pseudoclaudication) atau masalah pada kaki dapat menyebabkan
imobilisasi. Ketidakseimbangan dapat disebabkan karena kelemahan,
faktor neurologis (stroke, kehilangan refleks tubuh, neuropati karena
diabetes melitus, malnutrisi, dan gangguan vestibuloserebral), hipotensi
ortostatik, atau obat-obatan (diuretik, antihipertensi, neuroleptik, dan
antidepresan).
MMSE adalah sebuah tes untuk menilai fungsi kognitif secara singkat dan
sudah dipergunakan secara luas. MMSE yang diperkenalkan oleh Folstein
sebagai instrumen klinik dipergunakan sebagai alat untuk mendeteksi
adanya gangguan kognitif, mengevaluasi perjalanan penyakit dan
memonitor respon pengobatan, sedangkan sebagai instrumen penelitian
MMSE berfungsi sebagai alat screening
4. Sistem Persyarafan
Mempertahankan keseimbangan pada posisi tegak merupakan suatu
keterampilan yang kompleks pada sistem saraf yang dipengarui oleh
proses penuaan. Perubahan kemampuan visual, penurunan refleks cepat,
gangguan proprioception terutama pada wanita, dan berkurangnya
sensasi getar dan sendi pada ekstrimitas bawah. Selain itu, proses
penuaan pada kontrol postural meningkat pada goyangan tubuh, yang
dapat mengukur gerakan tubuh ketika berdiri. Akhirnya karena proses
penuaanterjadi reaksi yang lambat, berjalan lambat dan berkurangnya
waktu respon terhadap stimulasi lingkungan. Para peneliti telah
menemukan bahwa dewasa tua dapat belajar untuk mengkompensasi
perubahan karena penuaan pada sistem saraf pusat untuk pencegahan
jatuh (Doumas, Rapp, & Krampe, 2009 dalam Miller, 2012).
5. Jaringan Ikat
Kelenturan merupakan salah satu komponen dari kebugaran. Jaringan
ikat yang tidak fleksibel lebih mudah timbul trauma. Pada usia lanjut,
dijumpai kehilangan sifat elastisitas dari jaringan ikat. Proses disuse
dapat menyebabkan pengerutan dari jaringan ikat sehingga kurang
mampu mengakomodasikan berbagai pergerakan. Karena menjadi tidak
fleksibel maka kelompok usia lanjut ini kurang dapat mentoleransi
berbagai pergerakan yang berpotensi membawa kecelakaan dan lebih
mudah terjatuh. Pada orang dewasa muda, diperkirakan kelenturan,
3. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi
otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan
otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot
memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal
adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi
irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
7. Komplikasi
Menurut (Setiati an Roosheroe, 2007) Komplikasi pada pasien imobilisasi
antara lain:
1. Trombosis
Trombosis vena dalam merupakan salah satu gangguan vaskular perifer
yang penyebabnya multifaktorial, meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Terdapat tiga faktor yang meningkatkan risiko trombosis
vena dalam yaitu karena adanya luka di vena dalam karena trauma atau
pembedahan, sirkulasi darah yang tidak baik pada vena dalam , dan
berbagai kondisi yang meningkatkan resiko pembekuan darah.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan sirkulasi darah tidak baik di
vena dalam meliputi gagal jantung kongestif, imobilisasi lama, dan
adanya gumpalan darah yang telah timbul sebelumnya. Gejala
trombosis vena bervariasi, dapat berupa rasa panas, bengkak,
kemerahan, dan rasa nyeri pada tungkai.
2 Emboli paru
Emboli paru dapat menghambat aliran darah ke paru dan memicu
refleks tertentu yang dapat menyebabkan panas yang mengakibatkan
nafas berhenti secara tiba-tiba. Sebagian besar emboli paru disebabkan
oleh emboli karena trombosis vena dalam. Berkaitan dengan trombosis
vena dalam, emboli paru disebabkan oleh lepasnya trombosis yang
biasanya berlokasi pada tungkai bawah yang pada gilirannya akan
mencapai pembuluh darah paru dan menimbulkan sumbatan yang dapat
berakibat fatal. Emboli paru sebagai akibat trombosis merupakan
penyebab kesakitan dan kematian pada pasien lanjut usia.
3. Kelemahan otot
Imobilisasi akan menyebabkan atrofi otot dengan penurunan ukuran
dan kekuatan otot. Penurunan kekuatan otot diperkirakan 1-2% sehari.
Kelemahan otot pada pasien dengan imobilisasi seringkali terjadi dan
berkaitan dengan penurunan fungsional, kelemahan, dan jatuh.
4. Kontraktur otot dan sendi
7. Hipotensi postural
Hipotensi postural adalah penurunan tekanan darah sebanyak 20 mmHg
dari posisi berbaring ke duduk dengan salah satu gejala klinik yang
sering imbul adalah iskemia serebral, khususnya sinkop. Pada posisi
berdiri, secara normal 600-800 ml darah dialirkan ke bagian tubuh
inferior terutama tungkai. Penyebaran cairan tubuh tersebut
menyebabkan penurunan curah jantung sebanyak 30%. Pada orang
normal sehat, mekanisme kompensasi menyebabkan tekanan darah
tidak turun. Pada lansia, umumnya fungsi baroreseptor menurun. Tirah
baring total selama paling sedikit 3 minggu akan mengganggu
kemampuan seseorang untuk menyesuaikan posisi berdiri dari
berbaring pada orang sehat, hal ini akan lebih terlihat pada lansia
8. Pneumonia dan infeksi saluran kemih (ISK)
Akibat imobilisasi retensi sputum dan aspirasi lebih mudah terjadi pada
pasien geriatri. Pada posisi berbaring otot diafragma dan interkostal
tidak berfungsi dengan baik sehingga gerakan dinding dada juga
menjadi terbatas yang menyebabkan sputum sulit keluar dan pasien
mudah terkena pneumonia. Aliran urin juga terganggu akibat tirah
baring yang kemudian menyebabkan infeksi saluran kemih.
Inkontinensia urin juga sering terjadi pada usia lanjut yang mengalami
imobilisasi yang disebabkan ketidakmampuan ke toilet, berkemih yang
tidak sempurna, gangguan status mental, dan gangguan sensasi kandung
kemih.
9. Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia)
Imobilisasi akan mempengaruhi sistem metabolik dan endokrin yang
akibatnya akan terjadi perubahan terhadap metabolisme zat gizi. Salah
satu yang terjadi adalah perubahan metabolisme protein. Kadar plasma
kortisol lebih tinggi pada usia lanjut yang imobilisasi sehingga
menyebabkan metabolisme menjadi katabolisme. Keadaan tidak
beraktifitas dan imobilisasi selama 7 hari akan meningkatkan ekskresi
nitrogen urin sehingga terjadi hipoproteinemia.
10. Konstipasi dan skibala
Imobilisasi lama akan menurunkan waktu tinggal feses di kolon.
Semakin lama feses tinggal di usus besar, absorpsi cairan akan lebih
besar sehingga feses akan menjadi lebih keras. Asupan cairan yang
kurang, dehidrasi, dan penggunaan obat-obatan juga dapat
menyebabkan konstipasi pada pasien imobilisasi. Prognosis pada pasien
imobilisasi tergantung pada penyakit yang mendasari imobilisasi dan
komplikasi yang ditimbulkannya. Perlu dipahami, imobilisasi dapat
memperberat penyakit dasarnya bila tidak ditangani sedini mungkin,
bahkan dapat sampai menimbulkan kematian (Liza, 2008).
b) Intervensi Medis
Estrogen memainkan peran utama dalam memperhatikan integritas
tulang pada wanita. Kehilangan unsur-unsur tulang terjadi bila kadar
estrogen menurun. Kehilangan tulang bergantung estrogen terjadi
secara cepat selama 5 sampai 10 tahun setelah menopouse. Pria juga
berhadapan dengan risiko mengalami kehilangan tulang karena
kemunduran fungsi hormonal seiring dengan pertambahan usia. Laju
penurunan kadar hormon pada pria ini tidak sedramatis daripada wanita
(Stanley, Beare, 2007).
D. Rencana Keperawatan
1. Pengkajian keluarga dengan lansia gangguan mobilitas fisik
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan
sistematis. Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan
melibatkan keluarga seebagai orang terdekat yang mengetahui tentang
masalah kesehatan lansia. Format pengkajian menurut Widyanto (2014),
meliputi:
a. Data umum
Data umum yang perlu dikaji adalah nama kepala keluarga, umur, jenis
kelamin kepala keluarga, pendidikan, pekerjaan kepala keluarga, alamat
dan komposisi seluruh anggota keluarga (Widyanto, 2014).
b. Genogram
j. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (2010), ada lima fungsi dasar keluarga yang
meliputi:
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga,perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial
3) Fungsi reproduksi
Bagaimana keluarga jumlah anak, hubungan seksual suami istri,
serta masalah yang muncul jika ada.
4) Fungsi ekonomi
Faktor ekonomi juga akan mempengaruhi kemampuan keluarga
dalam menjalani pengobatan..
5) Fungsi perawatan kesehatan
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab,
tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah,
tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan
tindakan keperawatan.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Kemampuan
keluarga mengambil keputusan yang tepat akan mendukung
kesembuhan.
c) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat.
1. Sifat masalah:
3 1
a. Aktual 2
b. Resiko 1
c. Potensial
2. Kemungkinan masalah dapat diubah :
2
a. Mudah 1 2
b. Sebagian 0
c. Tidak dapat
No Kriteria Skore Bobot
2. Setelah sakit.
dilakukan - Diskusikan dengan
kunjungan - Keluarga keluarga tentang merawat
1x45 menit mampu anggota keluarga yang
keluarga merawat sakit .
mampu anggota - Evaluasi kembali tentang
mengambil keluarga yang merawat anggota keluarga
keputusan sakit. yang sakit.
- Keluarga
untuk - - Berikan pujian pada
mengatakanmamp
merawat - Keluarga keluarga atas jawaban
umerawat anggota
anggota mampu yang benar.
keluarga yang sakit
keluarga mendemontra-
yang sakit sikan cara
mengatasi - Kaji pengetahuan keluarga
hambatan tentang cara merawat
mobilitas fisik anggota keluarga yang
pada lansia sakit.
- Demontrasikan cara
perawatan hambatan
mobilitas fisik.
- Evaluasi kembali tentang
merawat anggota keluarga
yang sakit.
- Perawatan
- Berikan pujian pada
hambatan
keluarga atas jawaban
mobilitas fisik
yang diberikan.
adalahLatihan
rentang gerak atau
ROM (Range Of - Diskusikan bersama
Motion) sesuai
keluarga bagaimana
kondisi klien
lingkungan yang dapat
- Ajarkan teknik
menunjang kesehatan.
ambulasi dan
- Evaluasi kembali tentang
perpindahan yang
PoltekkesKemenkes Padang
aman kepada bagaimana lingkungan
keluarga yang dapat menunjang
- Keluarga - Sediakan alat kesehatan terhadap semua
dapat bantu seperti kruk, anggota keluarga.
memodifikasi kursi roda dan - Berikan pujian pada
lingkungan walker keluarga atas jawaban
yang yang diberikan.
mendukung
kesehatan. - Lingkungan yang
dapat menunjang
kesehatan :
3. Setelah - Lingkungan rumah
1x45 menit yang bersih dengan
keluarga ventilasi bagus
mampu yang
merawat memungkinkan
anggota sirkulasi udara
keluarga lancar dan
yang sakit. masuknya cahaya - Kaji pengetahuan keluarga
matahari tentang manfaat fasilitas
- Penerangan rumah kesehatan
yang cukup
- Dsikusikan bersama
- Keadaan lantai
keluarga bagaimana
tidak licin dan
memanfaatkan fasilitas
basah
pelayanan kesehatan.
- Evaluasi kembali
- Memanfaatkan bagaimana memanfaatkan
fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan pada
untuk mencegah semua anggota keluarga
Keluarga sedini mungkin - Berikan pujian pada
mampu masalah hambatan keluarga atas jawaban
menyebutkan mobilitas fisik yang diberikan.
75
5. Setelah 1 x
45 menit
keluarga
mampu
memanfaat
kan
fasilitas
kesehatan
PoltekkesKemenkes Padang
No Diagnosakeperawa Tujuan Evaluasi Rencanatindakan
tan
Umum Khusus Kriteria Standar
2. Resiko jatuh Setelah 1. Setelah - Keluarga Jatuh adalah - Kaji pengetahuan keluarga
berhubungan dilakukan dilakukanku mampu tentang resiko jatuh
dengan kunjunganseb njungan1 x menyebutkan suatu kejadian yang - Diskusikan dengan
ketidakmampuan anyak5 x 45 45 menit definisi jatuh dilaporkan penderita keluarga tentang resiko
keluarga dalam menit keluarga atau saksi mata, jatuh pada penderitan
mengenal masalah keluarga mampu - menggunakan leafleat/
yang melihat
mampu mengenal lembar balik.
mengenal masalah kejadian
- Evaluasi kembali
masalah hambatan mengakibatkan pengertian hambatan
kesehatan mobilitas seseorang mobilitas fisik bersama
Hambatan fisik mendadak keluarga.
mobilitas fisik - Berikan pujian pada
terbaring/terduduk
keluarga atas jawaban yang
di lantai dengan
diberikan.
atau tanpa
kehilangan
kesadaran atau luka
- Mengkaji pengetahuan
- Keluarga Penyebab : gaya keluarga tentang penyebab
mampu berjalan, kelemahan jatuh dengan
menyebutkan otot, kekakuan sendi, menggunakan leaflet/
bebeapa lantai yang licin/ lembar balik
penyebab basah dan tidak rata, - Diskusikan dengan
jatuh tersandung benda- keluarga tentang
benda, terpeleset, penyebabnya
- Evaluasi kembali
penglihatan kurang
penyebab dan faktor
karena cahaya resiko intoleransi aktifitas
kurang terang, - Berikan pujian pada
77
- Mengkaji pengetahuan
keluarga tentang
komplikasi akibat jatuh
Komplikasi yang
- Diskusikan dengan
ditimbulkan akibat keluarga tentang
jatuh adalah luka, komplikasinya
fraktur, kehilangan - Evaluasi kembali
kepercayaan diri, komplikasi jatuh
harus dirawat - Berikan pujian pada
dirumah sakit, keluarga atas jawaban
meninggal dunia yang diberikan.
- Keluarga
mampu
menyebutkan - Keluarga - Kaji keputusan yang
komplikasi mengatakanmamp diambilolehkeluarga
setelah jatuh umerawat anggota - Diskusikan dengan
- keluarga yang sakit keluarga tentang
- Keluarga keputusan yang
mampu telahdibuat
memutuskan - Evaluasi kembali tentang
merawat - Keluarga keputusan yang
keluarga yang mengatakan telahdibuat
sakit mampumerawat - Berikan pujian pada
anggota keluarga keluarga atas jawaban
yang sakit yang diberikan
-
-
Perawatan resiko
- Keluarga jatuh :
PoltekkesKemenkes Padang
mampu - keadaan
merawat lingkungan rumah
anggota yang berbahaya - Kaji pengetahuan keluarga
keluarga yang harus dihilangkan tentang cara merawat
sakit. - peralatan rumah anggota keluarga yang
tangga yang sakit.
mudah bergeser - Diskusikan dengan
dan lapuk keluarga tentang merawat
dipindahkan anggota keluarga yang
- Keluarga - kamar mandi tidak sakit .
mampu licin - Evaluasi kembali tentang
mendemontra- - diberi pegangan di merawat anggota keluarga
sikan cara kamar mandi yang sakit.
mengatasi - alat bantu berjalan - Berikan pujian pada
resiko jatuh aman digunakan keluarga atas jawaban
pada penderita yang benar.
Hambatan
mobilitas fisik
- Lingkungan yang - Mengkaji pengetahuan
dapat menunjang keluarga cara merawat
kesehatan : klien dengan resiko jatuh
2. Setelah - Keluarga - Lingkungan rumah dengan menggunakan
dilakukan dapat yang bersih dengan leaflet/ lembar balik
kunjungan memodifikasi ventilasi bagus - Diskusikan dengan
1x45 menit lingkungan yang keluarga tentang
keluarga yang memungkinkan penyebabnya
mampu mendukung sirkulasi udara - Evaluasi kembali
mengambil kesehatan. lancar dan
keputusan penyebab dan faktor
- masuknya cahaya resiko intoleransi aktifitas
untuk Keluarga matahari
merawat - Berikan pujian pada
mampu - Perabotan disusun keluarga atas jawaban
anggota
menyebutkan rapi yang diberikan.
keluarga
keuntungan - Lantai tidak licin
yang sakit
79
PoltekkesKemenkes Padang
kesehatan. lancar dan keluarga tentang merawat
masuknya cahaya anggota keluarga yang
matahari sakit .
- Evaluasi kembali tentang
- Penerangan rumah mnjaga kebersihan diri
yang cukup anggota keluarga yang
- Keadaan lantai sakit.
tidak licin - Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.
Keluarga - Memanfaatkan
mampu fasilitas kesehatan
untuk mencegah - Diskusikan bersama
menyebutkan keluarga bagaimana
sedini mungkin
keuntungan masalah defisit lingkungan yang dapat
fasilitas perawatan menunjang kesehatan.
kesehatan kebersihan diri - Evaluasi kembali tentang
bagaimana lingkungan
yang dapat menunjang
kesehatan terhadap semua
anggota keluarga.
- Berikan pujian pada
4. Setelah keluarga atas jawaban
1x45 menit yang diberikan.
keluarga
mampu - Kaji pengetahuan keluarga
memodifi- tentang manfaat fasilitas
kasi kesehatan
lingkungan - Dsikusikan bersama
untuk keluarga bagaimana
menunjang memanfaatkan fasilitas
kesehatan pelayanan kesehatan.
keluarga - Evaluasi kembali
83
PoltekkesKemenkes Padang
4. Implementasikeperawatankeluarga
Implementasi keperawatan keluarg aadalah suatu proses aktualisas irencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat
menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk :mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,
memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat( Sugiharto,2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DesainPenelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dimasa kini. Jenis rancangan
penelitian deskriptif yang dipakai yaitu rancangan penelitian studi kasus.Studi kasus
merupakan rancanga npenelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara
intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi, menskipun
jumlah subjek cendrung sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat
luas( Nursalam, 2015).
2. Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2013). Sampel penelitian ini
PoltekkesKe
menkes
Padang
adalah lansia dengan gangguan mobilitas fisik di wilayah kerja puskesmas Andalas
dengan jumlah sampel 2 orang.
Setelah dilakukan pemilihan sampel dari2 orang lansia yang menderita gangguan
mobilitas fisik dan masih menjalani pengobatan rutin di Puskesmas Andalas
didapatkan 3 orang lansia yang memenuhi criteria inklusi, selanjutnya pemilihan
sampelakan di pilih menggunakan teknik simple random sampling di lakukan seperti
undian, yaitu semua individu berpeluang untuk dijadikan sampel. Sehigga didapatkan 2
orang klien yang akan dijadikan sampel dalam penelitian
Instrument penelitian atau alat pengumpulan data, dalam pembuatannya mengacu pada
variable, defenisi operasional dan skala pengukuran data yang dipilih (Suyanto, 2011).
Pada penelitian lansia dengan gangguan mobilitas fisik,alat yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan fisik adalah nursing kit (tensimeter, stetoskop, termometer, penllight).
Instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini format asuhan keperawatan keluarga
87
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dokumen /Medical Record di Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang.
PoltekkesKe
menkes
Padang
c. Peneliti mendatangi Puskesmas Andalas Kota Padang dan menyerahkan surat
rekomendasi dan surat izin penelitian dari Dinas Kota Padang.
d. Peneliti meminta izin kepada kepala Puskesmas Andalas Kota Padang
e. Peneliti meminta data pasien kunjungan gangguan mobilitas fisik dalam 3 bulan
terakhir
f. Peneliti memilih responden
g. Responden diberi penjelasan mengenai tujuan penelitian
h. Informed consent diberikan kepada responden
i. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya
j. Responden menandatangani informed consent
k. Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan pengkajian menggunakan
format pengkajian asuhan keperawatan keluarga dan wawancara menggunakan
kuisioner angguan mobilitas fisik
l. Peneliti melakukan pemeriksaan fisik dengan metode head to toe
m. Peneliti melakukan intervensi, implementasi dan evaluasi pada responden dan
kemudian peneliti melakukan terminasi.
F. Rencana analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan data
subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
menyusun rencana keperawatan dan melakukan implementasiserta evaluasi
keperawatan.Rencana Analisis dilakukan sesuai dengan kriteria dan standar evaluasi
(NOC), selanjutnya membandingkan antara asuhan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien 1 dan 2 dengan teori dan penelitian terdahulu.
PoltekkesKe
menkes
Padang
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
Kunjungan keluarga dilakukan pada keluarga Ny. Ra (Partisipan I) dan Ny. Ro
(Partisipan II) dengan hambatan mobilitas fisik pada lansia. Kunjungan dimulai
pada tanggal 22 Mei 2017 sampai 26 Mei 2017 dengan kunjungan dilakukan 2 kali
dalam sehari selama 5 hari.
Tabel 4.1 Deskripsi Kasus
PoltekkesKe
menkes
Padang
Ra adalah berkumpul bersama sehari-hari dan tabungan
keluarga pada malam hari untuk hal-hal yang tidak
sambil menonton televisi terduga. Ketika Ny. Ro
(Partisipan II) berobat ke
Puskesmas, Ny. Ro
(Partisipan II)
menggunakan jaminan
kesehatan BPJS. Aktifitas
rekreasi keluarga Ny. Ra
adalah berkumpul
bersama keluarga pada
malam hari sambil
Tahap perkembangan keluarga menonton televisi
Ny. Ra (Partisipan I) adalah
keluarga mulai melepas anak
sebagai dewasa, yang mana
semua anak beliau (Partisipan
I) sudah berkeluarga, kecuali Tahap perkembangan
anak ketujuh beliau belum keluarga Ny. Ro (Partisipan
berkeluarga II) adalah keluarga mulai
melepas anak sebagai
dewasa, yang mana kedua
anak beliau (Partisipan II)
Tahap perkembangan keluarga
Ny. Ra (Partisipan I) yang sudah berkeluarga.
belum terpenuhi adalah Tahap perkembangan
memperluas jaringan keluarga keluarga Ny. Ro (Partisipan
inti menjadi keluarga besar, II) sudah terpenuhi karena
dimana anak bungsu Ny. Ra kedua anak Ny. Ro sudah
(Partisipan I) sudah memasuki menikah.
usia dewasa, namun belum
berkeluarga sampai saat ini
PoltekkesKe
menkes
Padang
ditutupi karpet plastik dan sumur sekitar 4 meter,
dapur keluarga berkeramik. Kamar keliatan gelap karena
Terdapat perbedaan jendela tidak dibuka.
Sumber air minum keluarga
ketinggian lantai antara ruang
Ny. Ro dari air isi ulang dan
keluarga dan lantai dapur. untuk kebutuhan air sehari-
Lantai dapur keluarga Ny. Ra hari seperti memasak
berkeramik. Kamar mandi dan mencuci, mandi
wc Ny. Ra terpisah, wc Ny. Ra menggunakan air sumur
tedapat wc jongkong. Jarak bercincin yang dipasangi
septic tank dengan sumur pompa air. Halaman rumah
keluarga Ny. Ro kelihatan
sekitar 4 meter. Sumber air
kotor terdapat tumpukan
minum keluarga Ny. Ra adalah pecahan keramik dihalaman
air isi ulang dan untuk rumah. Pembuangan air
kebutuhan air sehari-hari limbah rumah tangga dialiri
seperti memasak mencuci, ke saluran yang langsung
mandi menggunakan air sumur mengalir ke selokan di
bercincin yang dipasangi depan rumah. Pembuangan
sampah dilakukan dengan
pompa air. Halaman rumah
mengangkut sampah ke
keluarga Ny.Ra kelihatan rapi tempat pembuangan sampah
dan bersih dengan ditanami di daerah tersebut. Tidak
bunga-bunga dalam pot dan ada sumber pencemaran di
beberapa tanaman bumbu lingkungan rumah tersebut
dapur. Tanamannya kelihatan
subur karena terawat dengan
baik. Pembuangan air kotor
melalui saluran yang
langsung mengalir ke selokan
di depan rumah. Pembuangan
sampah dilakukan dengan
mengangkut sampah ke
tempat pembuangan sampah
di daerah tersebut. Tidak ada
sumber pencemaran di
lingkungan rumah tersebut
PoltekkesKe
menkes
Padang
keluarga akan di bawa ke
bidan dan ke puskesmas.
Pola komunikasi keluarga Ny. Ro (Partisipan II) selalu
efektif dengan cara pergi berobat ke pelayanan
menerapkan komunikasi secara kesehatan dengan ditemani
langsung. Dalam komunikasi anaknya.
yang paling dominan adalah
Ny. Ra (Partisipan I) sebagai
sosok yang dihormati di
rumah. Interaksi yang Pola komunikasi keluarga
berlangsung biasanya sering. efektif dengan cara
Tidak ada konflik dalam menerapkan komunikasi
keluarga tentang pola secara langsung. Dalam
komunikasi. Dalam keluarga komunikasi yang paling
Ny. Ra (Partisipan I) mereka dominan adalah Ny. Ro
saling mendukung satu sama (Partisipan II) sebagai sosok
lain dalam merubah perilaku yang dihormati di rumah.
antar keluarga. Anak-anak Ny. Interaksi yang berlangsung
Ra (Partisipan I) selalu ada biasanya sering. Tidak ada
mendampingi Ny. Ra konflik dalam keluarga
(Partisipan I), begitu juga tentang pola komunikasi.
sebaliknya. Ny. Ra (Partisipan Dalam keluarga Ny. Ro
I) berperan sebagai kepala (Partisipan II) mereka saling
keluarga, ibu sekaligus ayah mendukung satu sama lain
bagi anak-anak. dalam merubah perilaku
antar keluarga. Anak-anak
Ny. Ra (Partisipan I) bersuku Ny. Ro (Partisipan II) selalu
minang (melayu). Dalam ada mendampingi Ny. Ro
keluarga tidak ada nilai-nilai (Partisipan II), begitu juga
tertentu dan nilai agama yang sebaliknya. Ny. Ro
bertentangan dengan kesehatan (Partisipan II) berperan
karena menurut keluarga sebagai kepala keluarga, ibu
kesehatan merupakan hal yang sekaligus ayah bagi anak-
penting. anak.
PoltekkesKe
menkes
Padang
tindakan kesehatan yang tepat. mengelak mengenai kondisi
kesehatan Ny. Ro
(Partisipan II). Keluarga
Jika ada anggota keluarga yang
menganggap Ny. Ro
sakit, biasanya keluarga
(Partisipan II) hanya lemah
membawa ke fasilitas
secara fisik. Keluarga
pelayanan kesehatan seperti
menganggap penyakit Ny.
bidan, praktek dokter,
Ro (Partisipan II) tidak akan
puskesmas, dan rumah sakit.
menimbulkan komplikasi
Stressor jangka pendek yang dan merupakan alami
dialami keluarga Ny. Ra karena penuaan. Keluarga
(Partisipan I) adalah kondisi kurang mampu mengambil
An. R yang belum menikah. keputusan tindakan
Sedangkan stressor jangka kesehatan yang tepat.
panjang adalah Ny. Ra
Jika ada anggota keluarga
(Partisipan I) adalah hambatan
yang sakit, biasanya
mobilitas fisik yang dialaminya
keluarga membawa ke
sekarang.
fasilitas pelayanan
Keluarga Ny. Ra (Partisipan I) kesehatan seperti bidan,
selalu cepat dalam mengatasi praktek dokter, puskesmas,
masalah yang dialami anggota dan rumah sakit.
keluarganya, sehingga tidak
Stressor jangka pendek yang
ada masalah yang berlarut-
dialami keluarga Ny. Ro
larut.
(Partisipan II) tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik Sedangkan stressor jangka
didapatkan kesadaran compos panjang adalah Ny. Ro
mentis kooperatif (Partisipan II) adalah
hambatan mobilitas fisik
TB : 157 cm, BB : 63 kg, TD: yang dialaminya sekarang.
130/90 mmHg. Hr : 108x/i. RR
: 22x/i. Suhu : 36,70C. kepala
simetris, tidak ada lesi, rambut Keluarga Ny. Ro (Partisipan
bersih, warna putih (uban), II) selalu cepat dalam
mata simetris, konjungtiva mengatasi masalah yang
anemis, iktherik (-), edema (-), dialami anggota
tidak terlihat adanya kekeruhan keluarganya, sehingga tidak
99
PoltekkesKe
menkes
Padang
Wib, Ny. Ra (Partisipan I) Reguler, abdomen I:
mengeluh tidak bisa berdiri Simetris, A: BU normal, P:
lama, dan jika berdiri harus Distensi (-), nyeri tekan (-),
berpegangan. Ny. Ra hepar tidak teraba, limpa
mengalami kesulitan berganti tidak teraba, P: Tympani,
posisi dari duduk ke berdiri. ekstremitas atas dan bawah
melakukan sholat 5 waktu di Edema (-), CRT <2 detik,
rumah dengan posisi duduk. turgor buruk, akral hangat
dan saat ditanya pengetahuan dan genetalia tidak
Ny. Ra mengenai hambatan dilakukan pemeriksaan dan
mobilitas fisik Ny.Ra tidak ada keluhan. akral
mengatakan kurang hangat, CRT kembali <2
mengethaui bagaimana detik. Kekuatan otot:
penatalaksaan hambatan
mobilitas fisik.
5555 5555
4444 4444
penataklaksanaan hambatan
mobilitas fisik tersebut.
DX I DX I
DS: DS:
PoltekkesKe
menkes
Padang
- Ny. Ra mengeluh nyeri DO:
sekitar pinggul kanan
sampai kaki kanan a. Kekuatan otot
extremitas bawah
kurang bila
DO: dibandingkan
dengan bagian lain
- Kekuatan otot extremitas b. Untuk ambulansi
bawah kurang bila Ny. Ro
dibandingkan dengan menggunakan
bagian lain tongkat
- Untuk ambulansi Ny. Ra c. Ny. Ro
menggunakan tongkat sempoyongan saat
- Kaki kanan Ny. Ra berjalan.
kelihatan mengecil
DX 2
DX 2
2. DS 2. DS
PoltekkesKe
menkes
Padang
DO: didalam dan di luar
rumah
- Terdapat perbedaan g. Penglihatan Ny.
ketinggian lantai di Ro sudah mulai
beberapa ruang rumah berkurang
- Lantai kamar mandi
licin, jamban yang
digunakan masih Setelah dilakukan analisa
jamban jongkok data dari hasil pengkajian
- Ny. Ra (partisipan 1) tersebut didapatkan masalah
pincang saat berjalan keperawatan pada Ny. Ro
- Ny. Ra (partisipan 1) (Partisipan II) yaitu :
nampak meringis pada
saat ambulansi
- Penglihatan Ny. Ra
mulai berkurang. 1. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
ketidakmampuan
Setelah dilakukan analisa data anggota keluarga dalam
dari hasil pengkajian tersebut merawat anggota
didapatkan masalah keluarga yang sakit
keperawatan pada Ny. Ra 2. Resiko jatuh
(Partisipan I) yaitu : berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga dalam
menciptakan lingkungan
1. Hambatan mobilitas fisik yang aman bagi lansia
berhubungan dengan
ketidakmampuan anggota
keluarga dalam merawat Setelah dilakukan analisa
anggota keluarga yang sakit data dari hasil pengkajian
tersebut didapatkan masalah
keperawatan pada Ny. Ra
2. Gaya hidup kurang gerak (Partisipan I) yaitu :
berhubungan dengan
ketidaktauan keluarga
dalam merawat anggota
keluarga yang sakit. 1. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
ketidakmampuan
3. Resiko jatuh berhubungan anggota keluarga dalam
dengan ketidakmampuan merawat anggota
105
3. Resiko jatuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga dalam
menciptakan lingkungan
yang aman bagi lansia.
PoltekkesKe
menkes
Padang
akan fungsi otot sehingga
kekuatan otot meningkat
meningkat dan pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-
TUK 1 : hari dapat dilakukan
Sesuai dengan tugas secara mandiri.
perawatan keluarga yang
pertama yaitu mengenal TUK 1 :
sesuai dengan tugas
masalah dengan cara
perawatan keluarga yang
mengkaji pengetahuan
pertama yaitu mengenal
keluarga tentang hambatan
masalah, dengan cara
mobilitas fisik dan
mengkaji pengetahuan
melakukan melakukan
keluarga tentang
penyuluhan tentang
hambatan mobilitas fisik
hambatan mobilitas fisik
dan melakukan
dan upaya pencegahan
penyuluhan tentang
imobilisasi.
gangguan mobilitas fisik
dan upaya pencegahan.
TUK 2: Mengambil
keputusan dengan
TUK 2: Mengambil
mendiskusikan tindakan
keputusan dengan
yang harus dilakukan jika
mendiskusikan tindakan
terjadi masalah kesehatan
yang harus dilakukan
dalam keluarga.
jika terjadi masalah
TUK 3: Merawat anggota kesehatan dalam
keluarga dengan cara cara keluarga.
mendemonstrasikan ROM
TUK 3: Merawat
aktif (Range of Motion)
anggota keluarga dengan
bersama keluarga
cara mengkaji
TUK 4 : Melakukan pengetahuan tentang
konseling dan memotivasi nutrisi dan asupan
keluarga Ny. Ra (Partisipan makan sehari-hari
I) untuk dapat
TUK 4 : Melakukan
memodifikasi lingkungan
konseling dan
107
PoltekkesKe
menkes
Padang
TUK 2: Mengambil
TUK 3: merawat anggota keputusan dengan
keluarga dengan cara mendiskusikan tindakan
pengembangkan program yang harus dilakukan
latihan fisik yang sesuai jika terjadi masalah
dengan kecakapan fisik, kesehatan dalam
keinginan pribadi, dan keluarga.
rutinitas sehari-hari klien,
anjurkan berjalan sebagai TUK 3: merawat
latihan fisik yang mudah anggota keluarga dengan
diterapakan ke dalam cara mencegah defisiensi
rutinitas sehari-hari, murah, pengetahuan
tidak menuntut kodisi fisik
yang paling bugar, dan
TUK 4 : Melakukan
dapat dilakukan dengan
konseling dan
pasangan untuk dukungan
memotivasi keluarga Ny.
Ro (Partisipan II) untuk
TUK 4 : Melakukan dapat memodifikasi
konseling dan memotivasi lingkungan yang aman
keluarga Ny. Ra (Partisipan untuk Ny. Ro (Partisipan
I) untuk dapat II) di rumah.
memodifikasi lingkungan
yang aman untuk Ny. Ra TUK 5 : Memanfaatkan
(Partisipan I) pelayanan kesehatan
untuk mengatasi masalah
TUK 5 : Memanfaatkan gangguan moblitas fisik
pelayanan kesehatan untuk pada penderita
mengatasi masalah gaya
hidup kurang gerak
3. Resiko jatuh
berhubungan dengan
3. Resiko jatuh ketidakmampuan
berhubungan dengan keluarga dalam
ketidakmampuan menciptakan lingkungan
keluarga dalam
yang aman bagi lansia
menciptakan lingkungan
yang aman bagi lansia
109
PoltekkesKe
menkes
Padang
TUK 5 : Memanfaatkan
pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah
gangguan moblitas fisik
pada penderita
PoltekkesKe
menkes
Padang
untuk mengurangi nyeri mengetahui secara jelas
sendi, Menganjurkan Ny. penyebab kekakuan pada
Ra (Partisipan I) untuk pada sendi dan otot yang
berjemur pada pagi hari dialami. Diskusikan
untuk mendapatkan dengan Ny. Ro
penyinaran langsung dari (Partisipan II) aktivitas
matahari sebagai sumber yang masih dapat
vitamin D yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kekuatan meningkatkan partisipasi
tulang dan sendi. Ny. Ro (Partisipan II)
dalam melakukan
aktivitas. Diskusikan
Tanggal 24 Mei 2017 jam dengan Ny. Ro
10.00 wib,, mengambil (Partisipan II) mengenai
keputusan tindakan perawatan yang telah
melakukan latihan rentang dilakukan
gerak (ROM) ROM untuk mengurangi nyeri
dilakukan dengan terlebih sendi, Menganjurkan Ny.
dahulu melakukan Ro (Partisipan II) untuk
observasi vital sign dan berjemur pada pagi hari
menanyakan keluhan yang untuk mendapatkan
dirasakan residen saat itu penyinaran langsung dari
latihan dilanjutkan pada matahari sebagai sumber
hari yang sama jam 13.00 vitamin D yang dapat
Wib meningkatkan kekuatan
tulang dan sendi.
PoltekkesKe
menkes
Padang
keluarga dalam
merawat anggota
3. Implementasi diagnosa keluarga yang sakit
Resiko jatuh
berhubungan dengan Mengidentifikasi: fisik
ketidakmampuan pasien yang dapat
keluarga dalam merawat meningkatkan potensi
anggota keluarga yang jatuh dalam lingkungan
sakit tertentu, prilaku dan
faktor yang dapat
Mengidentifikasi: fisik
mempengaruhi risiko
pasien yang dapat
jatuh, karakteristik
meningkatkan potensi jatuh
lingkungan yang dapat
dalam lingkungan tertentu,
meningkatkan potensi
prilaku dan faktor yang
untuk jatuh dan Ny. Ro
dapat mempengaruhi risiko
mampu memberikan
jatuh, karakteristik
penjelasan tentang hal-
lingkungan yang dapat
hal yang ditanyakan
meningkatkan potensi jatuh
dengan jelas dan tepat
dan Ny. Ra mampu
pada tanggal 26 Mei
memberikan penjelasan
2017 dalam 2x
tentang hal-hal yang
pertemuan pagi dan
ditanyakan dengan jelas
sore. Sedangkan
dan tepat. Ini dilakukan
implementasi
pada hari Jum’at tanggal 26
pemanfaatan pelayanan
Mei 2017 jam 10.00 wib
kesehatan untuk ketiga
dalam 2x pertemuan pagi
diagnosa keperawatan
implementasi dan sore.
dilakukan sekaligus
Sedangkan implementasi
pada hari sabtu tanggal
pemanfaatan pelayanan
26 Mei 2017 jam 14.00
kesehatan untuk ketiga
wib.
diagnosa keperawatan
dilakukan sekaligus pada
hari sabtu tanggal 26 Mei
2017 jam 13.00 wib.
PoltekkesKe
menkes
Padang
mengambil keputusan O:
tindakan kesehatan yang
tepat 1. Keluarga tampak
3. mengenal masalah
Keluarga tampak belum kesehatan hambatan
mampu merawat anggota mobilitas fisik
keluarga yang sakit 2.
4. Keluarga tampak mampu
Keluarga tampak tmampu mengambil keputusan
memodifikasi tindakan kesehatan
lingkungan untuk yang tepat
menunjang kesehatan 3.
keluarga. Keluarga tampak belum
5. Keluarga tampak mampu mampu merawat
memanfaatkan anggota keluarga
pelayanan kesehatan yang sakit
4.
Keluarga belum mampu
A: Masalah teratasi sebagian memodifikasi
lingkungan
P: Intervensi dilanjutkan sepenuhnya untuk
menunjang kesehatan
keluarga.
5. Keluarga tampak
2. Evaluasi pada diagnosa mampu
kedua Gaya hidup kurang memanfaatkan
gerak berhubungan pelayanan kesehatan
dengan ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga yang A: Masalah teratasi
sakit sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
S:
1.
Keluarga mengatakan .3. Evaluasi pada diagnosa
mengenal manfaat ketiga
aktifitas fisik dan
masalah kesehatan gaya Defisiensi pengetahuan
hidup kurang gerak
berhubungan dengan
2.
Keluarga mengatakan ketidaktauan keluarga
117
PoltekkesKe
menkes
Padang
mampu mengambil
keputusan tindakan
A: Masalah teratasi kesehatan yang tepat
3. Keluarga tampak
P: Intervensi dilanjutkan ke mampu merawat
diagnosa berikutnya anggota keluarga yang
sakit
4. Keluarga mampu
memodifikasi
3. Evaluasi pada diagnosa lingkungan untuk
ketiga menunjang kesehatan
keluarga.
Resiko jatuh 5. Keluarga tampak
berhubungan dengan mampu memanfaatkan
ketidakmampuan pelayanan kesehatan
keluarga dalam A: Masalah teratasi
menciptakan lingkungan
P: Intervensi dilanjutkan
yang aman bagi lansia
ke diagnose
didapatkan:
berikutnya
S:
1.
Keluarga mengatakan 3.Evaluasi pada diagnosa
mengenal masalah ketiga
resiko jatuh
2. Resiko jatuh berhubungan
Keluarga mengatakan dengan ketidakmampuan
mampu mengambil keluarga dalam
keputusan tindakan menciptakan lingkungan
kesehatan yang tepat yang aman bagi lansia
3.
Keluarga mengatakan didapatkan:
mampu merawat anggota
keluarga yang sakit
4.
Keluarga mengatakan tidak S:
mampu memodifikasi
lingkungan untuk 1. Keluarga mengatakan
menunjang kesehatan mengenal masalah
119
PoltekkesKe
menkes
Padang
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan penerapan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan
gangguan mobilitas fisik di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang yang
telah dilakukan sejak tanggal 22 Mei sampai tanggal 26 Mei 2017 selama 2 kali
kunjungan perhari, penelitian ini dilakukan pada dua partisipan yaitu Ny. Ra
(Partisipan I) dan Ny. Ro (Partisipan II). Pada BAB pembahasan penulis akan
menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada pasien
antara teori dengan kasus. Tahapan pembahasan sesuai dengan tahapan asuhan
keperawatan yang dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, merumuskan
rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi keperawatan
1. Pengkajian
Pengakajian merupakan satu tahapan dimana perawat mengambil data yang
ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan keputusan
professional yang mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan.
Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber : wawancara,
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota
keluarga (Padila, 2012). Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas penulis
melakukan pengkajian pada keluarga Ny. Ra (Partisipan I) dan Ny.Ro
(Partisipan II) dengan menggunakan format pengkajian keluarga, metode
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik untuk menambah data yang
diperlukan.
121
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22-26 Mei 2017 menunjukkan bahwa
kedua klien Ny. Ra dan Ny. Ro mengalami masalah hambatan mobilitas fisik
akibat adanya tanda-tanda yang didapatkan dari Ny. Ra dan Ny. Ro diantaranya
kekuatan otot mempunyai nilai 3 dan 4 yaitu adanya pergerakan sendi, otot
dapat melawan pengaruh gravitasi dengan tahanan ringan, pada semua
ekstremitas kanan dan kiri, jika Ny. Ra dan Ny. Ro berdiri harus berpegangan
pada handrail dan tidak bisa berjalan dengan cepat, dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari residen dibantu oleh keluarga dan tampak selalu
menggunakan tongkat. Keadaan fisik Ny. Ra dan Ny. Ro ini sesuai dengan
NANDA, 2012 hambatan mobilitas fisik yaitu keterbatasan pada pergerakan
fisik tubuh satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Latihan fisik
dibutuhkan untuk meningkatkan sirkulasi dan kekuatan kelompok otot yang
diperlukan untuk ambulasi (Potter & Perry, 2005). Latihan dilakukan secara
bertahap, disesuaikan dengan kemampuan lansia (Siburian, 2006; Martono,
2009)..
Jatuh yang pernah dialami oleh Ny. Ra dan juga beresiko kepada Ny. Ro karena
mengalami gangguan fungsi tungkai bawah, gangguan keseimbangan, dan
kemampuan gerak. Jatuh adalah sebuah keadaan yang tidak bisa diperkirakan,
dimana kondisi lansia berada di bawah atau lantai tanpa disengaja, dengan atau
tanpa saksi (Kobayashi, et. al. 2009). Berdasarkan survei di masyarakat AS
terdapat sekitar 30% lansia berumur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya
(Fuller,2007). Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang, lima
persen dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan
perawatan di rumah sakit (Fuller,2007, Kane Oslander, 2009). Hasil penelitian
Kekuatan otot Ny. Ra dan Ny Ro yang kurang dikarenakan adanya penurunan
PoltekkesKe
menkes
Padang
massa otot, perubahan distribusi darah ke otot, otot menjadi lebih kaku dan ada
penurunan kekuatan otot
2. Diagnosa Keperawatan
Sedangkan diagnosa yang dijumpai pada kasus ada sedikit berbeda dengan yang
dikemukakan oleh teori dimana kemungkinan diagnosa yang muncul mengacu
pada NANDA yang terdapat 5 diagnosa, dan yang ditemukan hanya 3 diagnosa..
Diagnosa yang dijumpai dalam kasus keluarga Ny. Ra (Partisipan I) dan Ny. Ro
(Partisipan II) yaitu :
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
123
Diagnosas pertama ini sesuai dengan proses penuaan maka terjadi berbagai
kemunduran kemampuan dalam beraktivitas karena adanya kemunduran
kemampuan fisik, penglihatan, pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut
PoltekkesKe
menkes
Padang
usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukn berbagai
aktivitas sehari-hari tesebut (Stanley, 2007).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan kekuatan, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternatif dan sumber,
serta menentukan prioritas (Friedman,2010). Rencana keperawatan keluarga
PoltekkesKe
menkes
Padang
terdiri dari penetapan tujuan, yang meliputi tujuan jangka panjang (tujuan
umum), tujuan jangka pendek (TUK), kriteria dan standar serta intervensi.
Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan setiap tindakan keperawatan berdasarkan TUK atau tujuan jangka
pendek yang ditetapkan. Tujuan jangka panjang mengacu pada problem,
sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada etiologi (Widyanto, 2014).
Intervensi diagnosa kedua pada Ny. Ra (Partisipan I) yaitu Gaya hidup kurang
gerak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang pertama
yaitu mengenal masalah dengan cara mengkaji pengetahuan keluarga tentang
resiko gaya hidup kurang gerak. mengambil keputusan dengan mendiskusikan
tindakan yang harus dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga, merawat
anggota keluarga dengan cara menganjurkan klien berjalan sebagai latihan fisik
yang mudah diterapkan ke dalam rutinitas sehari-hari, melakukan konseling dan
127
Intervensi diagnosa ketiga untuk Ny. Ra (Partisipan I) dan Ny. Ro (Partisipan II)
adalah Resiko jatuh berhubungan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota yang sakit, sesuai dengan tugas perawatan keluarga yang pertama
yaitu mengenal masalah dengan cara mengakaji pengetahuan keluarga tentang
resiko jatuh dan perawatan di rumah, mengambil keputusan dengan
mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi masalah dalam
keluarga, merawat anggota keluarga dengan menciptakan lingkungan yang aman
bagi lansia. melakukan konseling dan memotivasi keluarga untuk dapat
memodifikasi lingkungan yang aman untuk Ny. Ra (Partisipan I) dan Ny. Ro
(Partisipan II) dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah hanbatan mobilitas fisik pada Ny. Ra dan Ny. Ro (Partisipan II).
4. Implementasi keperawatan
PoltekkesKe
menkes
Padang
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat
menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk : mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,
memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sugiharto, 2012).
PoltekkesKe
menkes
Padang
pengambilan keputusan tindakan yang akan dilakukan. Implementasi
selanjutnya yaitu mengkaji pengetahuan keluarga tentang merawat anggota
yang sakit, melakukan demonstrasi mengatasi resiko jatuh, mengidentifikasi
fisik pasien yang dapat meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan tertentu,
mengidentifikasi prilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko jatuh.
Dilanjutkan dengan memodifikasi lingkungan yang aman dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan. pada keluarga Ny. Ro (Partisipan II) yaitu mengenal
masalah dilakukan dengan cara mengkaji pengetahuan keluarga tentang jatuh,
dan melakukan pendidikan kesehatan tentang penyebab jatuh dan faktor resiko
terjadinya jatuh, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan tindakan yang
akan dilakukan. Implementasi selanjutnya yaitu mengkaji pengetahuan
keluarga tentang merawat anggota yang sakit, melakukan demonstrasi
mengatasi resiko jatuh, mengidentifikasi fisik pasien yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam lingkungan tertentu, mengidentifikasi prilaku dan faktor
yang mempengaruhi risiko jatuh. Dilanjutkan dengan memodifikasi lingkungan
yang aman dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Komponen kelima proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi berdasarkan
pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan keluarga, perawat, dan lainnya.
Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota
keluarga (bagaimana keluarga berespons) daripada intervensi yang
diimplementasikan. Evaluasi sekali lagi, merupakan kegiatan bersama antara
perawat dan keluarga (Friedman, 2010).
PoltekkesKe
menkes
Padang
gaya hidup kurang gerak, kebugaran tubuh meningkat. Hasil analisa yang
didapatkan masalah teratasi dan untuk tindak lanjutnya keluarga telah
mengambil keputusan untuk melanjutkan intervensi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada kedua keluarga
dengan gangguan mobilitas fisik di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kecamatan
Padang Kota Padang tahun 2017, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Hasil pengkajian didapatkan Ny. Ra mengeluh tidak bisa berdiri lama dan jika
berdiri harus berpegangan pada tongkat, Ny. Ra mengatakan mengalami kesulitan
merubah posisi dari duduk ke berdiri, Kegiatan makan masih dapat dilakukan
sendiri, namun perlu disiapkan, untuk aktivitas toileting dibantu keluarga dan mandi
menggunakan kursi roda serta dibantu oleh keluarga, Ny. Ro mengatakan untuk
melakukan aktifitas sehari-hari menggunakan tongkat Kebutuhan sehari-hari seperti
makan dapat dilakukan sendiri, tetapi perlu disiapkan, untuk aktifitas toileting dapat
dilakukan sendiri, mandi dibantu keluarga Ny. Ro tidak berani berdiri lama karena
gemetaran/ sempoyongan Ny. Ro mengatakan kaki terasa nyeri dan kaku. Faktor
resiko terjadinya gangguan mobilitas fisik pada partisipan hampir sama yaitu usia
dan pada Ny. Ra terdapat penyakit pemberat yaitu diabetes mellitus dan riwayat
trauma tulang panggul.
2. Diagnosa
PoltekkesKe
menkes
Padang
gerak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit. Sedangkan pada Ny. Ro tidak diperoleh diagnoso gaya hidup kurang
gerak karena Ny. Ro termasuk lansia yang cukup aktif. Pada diagnose ke dua pada
Ny Ro (Partisipan II) adalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosa yang telah didapatkan
dan berdasarkan 5 tugas khusus keluarga yaitu mengenal masalah, memutuskan
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan selama 5 hari dari tanggal 22 Mei sampai 26 Mei 2017
dengan 2 kali kunjungan setiap hari. Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi
keperawatan yang telah dibuat dengan menggunakan metode konseling, diskusi,
demonstrasi, dan penyuluhan. Dalam pelaksanaan ada beberapa implementasi yang
digabung seperti tugas khusus keluarga pertama dan kedua yaitu mengenal masalah
kesehatan dan mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
5. Evaluasi
Pada tahap akhir peneliti melakukan evaluasi kepada kedua partisipan dan keluarga
dari tanggal 22 Mei sampai 26 Mei 2017 setelah selesai melakukan imlementasi
keperawatan berdasarkan catatan perkembangan dengan metode SOAP. Peneliti
juga melakukan evaluasi keseluruhan untuk semua implementasi yang dilakukan
sebelum terminasi pada tanggal 26 Mei 2017.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagi berikut :
1. Bagi Pimpinan Puskesmas Andalas Kota Padang
135
PoltekkesKe
menkes
Padang
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info
Media.
Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2014. Jakarta
http://www.bappenas.go.id/files/data/Sumber_Daya_Manusia_dan_Kebudayaan/Sta
tistikPendudukLanjutUsiaIndonesia2014.pdf (Diakses 09 Januari 2017 Jam: 20.41
WIB).
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2014. Profil Kesehatan Kota Padang tahun 2013. Padang
https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2014/08/profil-tahun-2013-edisi-
2014.pdf (Diakses 10 Maret 2017 Jam: 00.49 WIB).
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori & Praktik.
Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Kemenkes RI. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf (Diakses 08 Januari 2017 Jam: 11.38 WIB).
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.
Maryam, Siti, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info Media
Muhith, Abdul & Sandu Siyoto. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
ANDI
PoltekkesKe
menkes
Padang
LAMPIRAN 1
139
LAMPIRAN 7
PoltekkesKe
menkes
Padang
LAMPIRAN 8
141
PoltekkesKe
menkes
Padang
LAMPIRAN 2
143
a. DATA UMUM
1) Nama Keluarga (KK) :Ny. Ra
2) Alamat dan telepon : Jl. Aur Duri I / 17 Padang
085374713483
3) Komposisi Keluarga :
No Nama Hub dgn TTL/Umur Pendidikan
KK
1 Rudi Rafit Anak Padang, 17 Agustus SMK
1982/ 35 tahun
Genogram :
29 tahun 65 th
399 35
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
PoltekkesKe
menkes
Padang
= pasien
X = meninggal dunia
= tinggal serumah
4) Tipe Keluarga
Ny. Ramerupakankeluargamerupakan keluarga besar (extended family) dengan Ny.
Ra (Partisipan I) sebagai kepala keluarga karena suami Ny. Ra (Partisipan I) sudah
meninggal.Keluarga ini terdiri dari Ny. Ra (Partisipan I) sebagai ibu dan ayah bagi
anak-anaknya. Anak Ibu. Ra (Partisipan I) berjumlah 7 orang, 6 orang diantaranya
sudah berkeluarga, Ny. Ra tinggal bersama anak kelima An. M (39 tahun)
berstatus janda dan anak ke tujuh. An. R (35 tahun) belum menikah.
5) Agama
Tidak ada perbedaan agama dalam keluarga Ny. Ra (Partisipan I). Keluarga Ny.
Ra (Partisipan I) selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu dan mengaji di
rumah
6) Status sosial ekonomi keluarga
Ny. Ra (Partisipan I) sebagai kepala keluarga sudah tidak bekerja, namun
penghasilan diperoleh dari pension janda almarhum suaminya, ditambah dengan
penghasilan dari anaknya yang sudah bekerja. Status ekonomi keluarga Ny. Ra
(Partisipan I) termasuk mampu dengan penghasilan ± Rp 1.500.000 /bulan,
sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tabungan untuk hal-hal
yang tidak terduga
7) Aktifitas rekreasi keluarga
Aktifitas rekreasi keluarga Ny. Ra adalah berkumpul bersama keluarga pada
malam hari sambil menonton televisi
145
Bentuk rumah keluarga Ny. Ra yaitu permanen dengan atap seng.Ukuran rumah 9 x
12 meter, rumah kelihatan bersih dan rapi, perabotan tertata rapi, Bangunan rumah
PoltekkesKe
menkes
Padang
ini mempunyai banyak jendela sehingga cahaya dan sinar matahari dapat masuk.
Sirkulasi udara didalam rumahbaik dengan ventilasi yang cukup, suasana rumah
terasa nyaman. Lantai semen dan ditutupi karpet plastik dan dapur keluarga
berkeramik. Terdapat perbedaan ketinggian lantai antara ruang keluarga dan lantai
dapur. Lantai dapur keluarga Ny. Ra berkeramik.Di kamar mandi terdapat jamban
jongkok, Jarak septic tank dengan sumur sekitar 4 meter. Sumber air minum
keluarga Ny. Ra adalah air isi ulang dan untuk kebutuhan air sehari-hari seperti
ditanami bunga-bunga dalam pot dan beberapa tanaman bumbu dapur. Tanamannya
Denah Rumah
k.
mandi
Ruang Tamu R. Makan
R. Tdur
Gung/garase
147
PoltekkesKe
menkes
Padang
sering.Tidak ada konflik dalam keluarga tentang pola komunikasi. Dalam
keluarga Ny. Ra (Partisipan I) mereka saling mendukung satu sama lain dalam
merubah perilaku antar keluarga. Anak-anak Ny. Ra (Partisipan I) selalu ada
mendampingi Ny. Ra (Partisipan I), begitu juga sebaliknya.Ny. Ra (Partisipan I)
berperan sebagai kepala keluarga, ibu sekaligus ayah bagi anak-anak.
2) Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Ny. Ra saling mendukung satu dengan yang lainnya, respon keluarga
bila ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya
bersama-sama.
3) Struktur peran
Ny. Ra single parent yang berperan sebagai kepala keluarga, pendapatan harian
diperoleh dari pensiunan janda ditambah dengan penghasilan An. Ra dan An. M.
An. R belum menikah dan bekerja di perusahaan swasta, sementara An. M
seorang ibu rumah tangga berstatus janda yang menambah penghasilannya
dengan berjualan kebutuhan bahan pokok di dalam rumah Ny. Ra
Interaksi dalam keluarga paling sering dilakukan pada malam hari, pola
komunikasi keluarga terbuka antara Tn. Z, Ny. M dan anaknya.Bila ada masalah
bila ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya
bersama-sama.
6) Struktur peran
Ny, Ra sebagai kepala keluarga menerima pensiunan janda, sebagai Ibu Rumah
Tangga dan, pengatur rumah tangga dan An M sebagai anak yang sudah menikah
dan berstatus janda dengan dua orang anak dan tinggal satu rumah dengan An.
149
M< bekerja dengan berjualan kebutuhan harian di dalam rumah keluarga, An. R
PoltekkesKe
menkes
Padang
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Setiap ada masalah keluargaselalu memecahkan masalah secara bermusyawarah
f. Harapan Keluarga
Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang
terjadi pada keluarga Ny. Ra khususnya pada Ny. Ra dan berharap tidak terjadi hal-
hal yang merugikan kesehatan Ny. Ra.
Mata Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri dan
kanan. Konjungtiva kanan. kanan.
anemis. Sklera Konjungtiva tidak Konjungtiva
tidak ikterik anemis. Sklera anemis. Sklera
tidak ikterik tidak ikterik
Hidung Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri dan
kanan. Pernafasan kanan. Pernafasan kanan. Pernafasan
tidak cuping tidak cuping tidak cuping
hidung dan tidak hidung dan tidak hidung dan tidak
ada polip ada polip ada polip
PoltekkesKe
menkes
Padang
P : Sonor P : Sonor P : Sonor
A : Bunyi inspirasi A: Bunyi inspirasi A: Bunyi inspirasi
sama dengan sama dengan sama dengan
ekspirasi. ekspirasi. ekspirasi.
Analisa Data
PoltekkesKe
menkes
Padang
sudah tersedia gelas
berisi air minum,
makanan kecil,
perlengkapan sholat,
dan pakaian ganti Ny.
Ra
- Kekhawatiran keluarga
terlalu berlebihan
- Keluarga dan Ny. Ra
tidak mengetahui
tentang gangguan gaya
hidup kurang gerak
dan resikonya
3 DS
- An. M mengatakan Ny. - Gangguan
Ra pernah jatuh 2x. Resiko jatuh mobilitas fisik
Jatuh yang pertama berhubungan - Riwayat jatuh
terjadi sekitar 13 tahun dengan - Menggunakan
yang lalu saat ketidakmampuan alat bantu
berboncengan motor keluarga dalam - Penurunan
dengan anaknya. Pada merawat anggota kekuatan
saat itu Ny. Ra keluarga yang ekstremitas
mengalami keretakan sakit. bawah
pada tulang panggul - Masalah pada
sebelah kanan tetapi kaki
tidak mau dioperasi - Lingkungan
- Jatuh kedua terjadi di yang semrawut
kamar mandi karena - Tidak ada
terpeleset bahan antiselip
- Ny. Ra mengatakan dikamar mandi
selalu berhati-hati bila - Karpet yang
berjalan ke kamar lakuk-lekuk
mandi - Lantai basah,
DO tidak rata
- Terdapat perbedaan
ketinggian lantai di
beberapa ruang rumah
- Lantai kamar mandi
licin, tidak rata dan
pecah-pecah terdapat
jamban jongkok.
- Ny. Ra pincang saat
155
berjalan
- Ny. Ra nampak
meringis pada saat
ambulansi
PoltekkesKe
menkes
Padang
ANALISA DATA
DO:
PoltekkesKe
menkes
Padang
3. DX 3 Resiko jatuh Ketidakmapuan
keluarga menciptakan
DS lingkungan yang
aman bagi anggota
- An. M mengatakan Ny. Ra keluarga yang sakit
(partisipan 1) pernah jatuh
2x. Jatuh yang pertama
terjadi sekitar 13 tahun
yang lalu saat
berboncengan motor
dengan anaknya. Pada saat
itu Ny. Ra mengalami
keretakan pada tulang
panggul sebelah kanan
tetapi tidak mau dioperasi
- Jatuh kedua terjadi di
kamar mandi karena
terpeleset
- Ny. Ra (partisipan 1)
mengatakan selalu berhati-
hati bila berjalan ke kamar
mandi
DO
- Terdapat perbedaan
ketinggian lantai di
beberapa ruang rumah
- Lantai kamar mandi licin,
jamban yang digunakan
masih jamban jongkok
- Ny. Ra (partisipan 1)
pincang saat berjalan
- Ny. Ra (partisipan 1)
nampak meringis pada saat
ambulansi
- Penglihatan Ny. Ra mulai
berkurang.
159
PoltekkesKe
menkes
Padang
LAMPIRAN 2
161
DATA UMUM
1) Nama Keluarga (KK) :Ny. Ro
2) Alamat dan telepon : Jl. Aur Duri I / 15 Padang
3) Komposisi Keluarga :
No Nama Hub dgn TTL/Umur Pendidikan
KK
1 Rosma Kepala Padang, 31 SMK
Keluarga Desember 1936/ 81
tahun
4. Genogram
81th
48 46
Keterangan :
PoltekkesKe
menkes
Padang
= laki-laki
= perempuan
= = pasien
X = meninggal dunia
= tinggal serumah
3) Tipe Keluarga
Keluarga ini merupakan keluargabesar (extended family)yangterdiri dari seorang
Ny. Ro, anak dan cucu. Anak pertama perempuan An. H ( 48 tahun), anak kedua
perempuan An. N (46 tahun). Ibu. Ro adalah seorang janda yang bekerja sebagai
iburumah tangga
4) Agama
Keluarga ini beragama islam, Ny. Ro menjalankan ibadah dengan rajin dan
melaksanakan sholat 5 waktu sehari semalam.
5) Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga Ny. Ro (Partisipan II) termasuk mampu dengan
penghasilan ± Rp 1.500.000 /bulan,ditambah dengan penghasilan dari anaknya
yang sudah bekerja.sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
tabungan untuk hal-hal yang tidak terduga.1.500.000 dan ditambah penghasilan
dari kedua anaknya An. S dan An. R penghasilan ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan sehari-hari mereka.
6) Aktifitas rekreasi keluarga
Aktifitas rekreasi keluarga Ny. Roadalah berkumpul bersama keluarga pada
malam hari sambil menonton televisi
h. Riwayat perkembangan keluarga saat ini
163
PoltekkesKe
menkes
Padang
jarak septik tank dengan sumur sekitar 4 meter, Kamar keliatan gelap karena jendela
tidak dibuka. Sumber air minum keluarga Ny.Ro dari air isi ulang dan untuk
kebutuhan air sehari-hari seperti memasak mencuci, mandi menggunakan air sumur
bercincin yang dipasangi pompa air. Halaman rumah keluarga Ny.Ro kelihatan
kotor terdapat tumpukan pecahan keramik dihalaman rumah. Pembuangan air
limbah rumah tangga dialiri ke saluran yang langsung mengalir ke selokan di depan
rumah. Pembuangan sampah dilakukan dengan mengangkut sampah ke tempat
pembuangan sampah di daerah tersebut. Tidak ada sumber pencemaran di
lingkungan rumah tersebut.
Denah Rumah
Ruang keluaga
PoltekkesKe
menkes
Padang
Ny. Rosingle parent yang berperan sebagai kepala keluarga, pendapatan harian
diperoleh dari pensiunan janda, An. H dan An. N juga membantu kebutuhan
keluarga ini.
11) Pola komunikasi keluarga
Interaksi dalam keluarga paling sering dilakukan pada malam hari, pola
komunikasi keluarga terbuka antara Ny. Ro dan anaknya.Bila ada masalah
keluarga selalu mendiskusikan secara bersama untuk mecari jalan keluarnya.
12) Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Ny. Ro saling mendukung satu dengan yang lainnya, respon keluarga
bila ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya
bersama-sama.
13) Struktur peran
Ny, Ra sebagai kepala keluarga menerima pensiunan janda, sebagai Ibu Rumah
Tangga dan, pengatur rumah tangga, An H dan An. N sebagai anak yang sudah
menikahdengan masing-masing mempunyai dua orang anak tinggal satu rumah
dengan Ny. Ro
14) Nilai dan Norma Budaya
Dalam kehidupan sehari-hari keluargaNy. Romenggunakan norma dan nilai
sesuai dengan agama dan adat istiadat yang tidak bertentangan dengan
kesehatan.
j. Fungsi keluarga
4) Fungsi Afektif
Ny. Ro selalu memberikan kasih sayang kepada seluruh anggota keluarganya
begitu juga sebaliknya dengan anak-anaknya begitu menyayangi ibu mereka.
Mereka selalu menerapkan komunikasi yang terbuka dalam segala hal sehingga
jarang terjadi masalah karena salah komunikasi. Keluarga ini memberi perhatian
dengan mengucapkan selamat ulang tahun kepaa anggota keluarga lain yang
sedang berulang tahun.
5) Fungsi sosialisasi
Apabila ada masalah yang sulit dan mendesak biasanya mereka membicarakan
bersama. Keluarga mencoba menerapkan kedisplinan kepada semua anak
167
l. Harapan Keluarga
Keluarga berharap petugas dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang
terjadi pada keluarga Ny. Rokhususnya pada Ny. Ro dan berharap tidak terjadi hal-
hal yang merugikan kesehatan Ny. Ro.
Analisa Data
PoltekkesKe
menkes
Padang
merubah posisi dari - kaku sendi atau
duduk ke berdiri kontraktur
- An. M mengatakan
kebutuhan sehari hari
Ny. Ro seperti makan
masih dapat dilakukan
sendiri, namun perlu
disiapkan, untuk
aktivitas toileting
dibantu keluarga dan
mandi menggunakan
kursi roda dan dibantu
oleh keluarga
- Ny. Ro mengatakan
jarang menggerakan
kaki kanannya, karena
nyeri sekitar pinggul
kanan sampai kaki
kanan
3 DS Resiko jatuh
- Ny. Ro mengatakan berhubungan - Gangguan
sendi nyeri dan kaku dengan mobilitas fisik
- Ny. Ro mengatakan ketidakmampuan - Riwayat jatuh
takut tersandung dan keluarga dalam - Menggunakan
jatuh merawat anggota alat bantu
- Ny. Ro sudah keluarga yang - Penurunan
menggunakan sandal sakit. kekuatan
karet didal rumah x. ekstremitas
Jatuh yang pertama bawah
terjadi sekitar 13 tahun - Masalah pada
- Ny. Ro mengatakan kaki
selalu berhati-hati bila - Lingkungan
berjalan ke kamar yang semrawut
mandi - Tidak ada
bahan antiselip
dikamar mandi
DO - Karpet yang
- Terdapat perbedaan lakuk-lekuk
ketinggian lantai di - Lantai basah,
beberapa ruang rumah tidak rata
- Lantai kamar mandi
licin, tidak rata dan
169
pecah-pecah terdapat
jamban jongkok.
- Ny. Ro pincang saat
berjalan
- Ny. Ro nampak
meringis pada saat
ambulansi
PoltekkesKe
menkes
Padang
ANALISA DATA
b. Ny. Ro mengatakan
keluarga melarangnya
jalan pagi
O:
h. Terdapat perbedaan
ketinggian lantai di
beberapa ruang rumah
i. Dikamar mandi terdapat
jamban jongkok
j. Postur tubuh membungkuk
k. Ny. Ro berjalan sangat
hati-hati
l. Posisi tubuh Ny. Ro
membungkuk
m. Ny. Ro sudah menggunakan
sandal karet didalam dan di
luar rumah
n. Penglihatan Ny. Ro sudah
mulai berkurang