Anda di halaman 1dari 107

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI PADANG

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
DI RUANG INTERNE RSUD LUBUK BASUNG
TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah

Oleh :
RENTI ANGGRESIA
Nim : 143110228

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI PADANG

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
DI RUANG INTERNE RSUD LUBUK BASUNG
TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
RENTI ANGGRESIA
Nim : 143110228

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Renti Anggresia


NIM : 143110228
Tempat / Tanggal Lahir : Matur / 27 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : Empat
Agama : Islam
Alamat : Jl.Puti Bungsu No. 621 Titisan Tunggang Jorong
V Sungai Jaring, Kecamatan Lubuk Basung,
Kabupaten Lubuk Basung

Nama Orang Tua


Ayah : Rajudin
Ibu : Raflinar

Riwayat Pendidikan
TK Al-Qur’an Tahun Lulus 2002
SDN 01 Matur Tahun Lulus 2008
SMP Negeri 3 Lubuk Basung Tahun Lulus 2011
SMA Negeri 2 Lubuk Basung Tahun Lulus 2014
Poltekkes Kemenkes Padang Tahun Lulus 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada
Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Interne RSUD Lubuk Basung Tahun 2017”.
Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes
Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan KTI ini, sangatlah sulit bagi peneliti
untuk menyelesaikan KTI ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada
:

1. Ibu Hj. Reflita, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu Heppi
Sasmita,M.Kep,Sp.Kep.Jiwa selaku pembimbing II yang telah memberikan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan, membimbing dan memberikan
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam penyusunan KTI ini.
2. Ibu Efitra, S.Kp, M.Kes selaku penguji I dan Ibu Ns.Idrawati Bahar, S.Kep,
M.Kep selaku penguji II yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan
masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam penyusunan KTI ini.
3. Bapak H. Sunardi, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu dr. Nurmalis, M.Kes selaku Direktur RSUD Lubuk Basung yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian ini .
5. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM., M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
6. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
7. Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu
untuk bekal peneliti.
8. Kepada kedua orang tua tersayang yang telah memberikan dukungan
materil dan moral, semangat doa restu dan kasih sayang. Tiada yang dapat
Ananda utarakan selain doa kepada Allah SWT agar selalu memberikan
rahmat dan karunia_Nya kepada kita.
9. Teman-teman dan sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian KTI
ini

Akhir kata peneliti berharap KTI ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak
yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

Padang, Juni 2017

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS........................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
ABSTRAK....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi......................................................... 8
1. Pengertian Nutrisi............................................................................. 8
2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Pemenuhan Nutrisi .............. 8
3. Elemen – Elemen Nutrisi ................................................................ 11
4. Fisiologi Nutrisi.............................................................................. 13
5. Fisiologi Pemenuhan Nutrisi............................................................ 14
6. Faktor ang Mempengaruhi Asupan Nutrisi...................................... 16
7. Penyebab Gangguan Nutrisi ............................................................ 17
8. Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Diabetes Mellitus........................... 18
9. Patofisiologi Gangguan Nutrisi pada Diabetes Mellitus................. 19
10. Penatalaksanaan Nutrisi pada Pasien DM...................................... 22
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi pada DM................. 23
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................. 23
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan............................................. 27
3. Rencanaan Keperawatan ................................................................. 28
4. Implementasi Keperawatan ............................................................. 34
5. Evaluasi Keperawatan..................................................................... . 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ................................................................................. 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 35
C. Populasi dan Sampel............................................................................ . 35
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 36
E. Jenis Data.............................................................................................. 38
F. Rencana Analisis................................................................................... 38
BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus....................................................................................... 39
B. Pembahasan............................................................................................. 48
1. Pengkajian......................................................................................... 48
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 51
3. Rencana Tindakan Keperawatan.......................................................52
4. Implementasi Keperawatan...............................................................53
5. Evaluasi Keperawatan.......................................................................54

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................56
B. Saran.....................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC ........................... 28

Tabel 4.1. Pengkajian Keperawatan .................................................... 40

Tabel 4.2. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 43

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan ...................................................... 44

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan.................................................. 46

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................... 47


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Informed Concent


Lampiran II: Surat Izin Penelitian
Lampiran III: Surat Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran IV: Ganchart
Lampiran V: Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran VI: Laporan Asuhan Keperawatan Partisipan 1
Lampiran VI: Laporan Asuhan Keperawatan Partisipan II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis
yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan
dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori hierarki kebutuhan
menyatakan, bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri dan aktual
diri (Hidayat, 2009).

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar fisiologi bagi manusia yang


tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhinya, serta
implikasinya kepada kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan ini tidak
terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hasil kerja system
pencernaan yang tak terlepas dari system lainnya sebagai suatu proses yang
saling berkaitan, system yang dimaksud diantaranya kardiovaskuler,
pernafasan, persyarafan, endokrin, dan sistem lainya (Atoilah & Engkus,
2013).

Nutrisi merupakan zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Wartonah
& Tarwoto, 2011).
Masalah yang sering terjadi akibat gangguan kebutuhan nutrisi menurut
(Atoilah & Engkus, 2013) yang pertama terganggunya sistem transport dalam
tubuh sehingga menyebabkan vomitus/ emesis (muntah), sindrom dumping
(lemah, mual, cramps, diarhea, peningkatan asam lambung), gallstones
(obstruksi, colosterol, diarhea, nyeri abdomen, nausea, vomitus, joundice),
akalasia (spingter cardia tidak mampu membuka). Kedua sistem injuri yang
berhubungan dengan ulkus peptikum (perlukaan lambung), imflamasi
(peradangan) usus besar , gastritis. Selanjutnya terganggunya sistem digestive
dan absorbsi tubuh yang menyeabkan laktase intolerance, malabsorbsi lemak,
diarhea, konstipasi, kembung / flatulence,diabetes mellitus (penurunan
produksi insulin)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tidak terjadi penurunan atau
peningkatan status nutrisi adalah dengan mengatur pola makan atau asupan
nutrisi merupakan aspek penting yang menentukan resistensi insulin.
Konsumsi makanan tinggi energi dan tinggi lemak, selain aktivitas fisik
rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi
sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang
berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin. Diet tinggi kalori, tinggi
lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DM tipe 2. Diet kaya akan
energi dan rendah serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan
resistensi insulin (Rendi & Margareth, 2012).

Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan
menyebabkan komplikasi jangka pendek berupa hipoglikemia/hiperglikemia,
penyakit makrovaskuler (mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner), penyakit mikrovaskuler (mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati, nefropati), neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada
ekstremitas), dan komplikasi jangka panjang berupa neuropati diabetik,
retinopati diabetik, nefropati diabetik, proteinuria, dan kelainan koroner
(Rendi & Margareth, 2012).
Peran perawat dalam upaya mencegah peningkatan kejadian DM dengan
nutrisi yang tidak terkontrol yang dapat memperburuk kondisi penyakit
diperlukan beberapa kegiatan serta pengobatan yang terpadu dalam satu
pengelolaan holistik, meliputi edukasi, pengaturan intake nutrisi, aktivitas
fisik, pemberian obat-obatan, dan pemantauan glukosa darah mandiri
(PGDM) (Brenna et al, 2011). Masalah keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi diantaranya
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kekurangan volume
cairan, resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (NANDA Internasional,
2015-2017).

Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (2015) tingkat prevalensi


global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan
penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 387
juta kasus, dengan berbagai komplikasi yang tidak memperhatikan asupan
nutrisi sehingga memperburuk keadaan. Menurut WHO (2014) prevalensi
DM tertinggi terdapat di wilayah Mediterania Timur (14%) dan terendah di
Eropa dan wilayah Pasifik Barat (8% - 9%).

Berdasarkan Survei Diet Total dalam Profil Kesehatan Indonesia (2015),


sebagian besar penduduk di Indonesia memiliki tingkat kecukupan energi
sangat kurang dan kurang yaitu sebesar 79,6%, terdiri dari 45,7% penduduk
dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang/minimal dan 33,9%
penduduk dengan tingkat kecukupan energi kurang. Data provinsi, tingkat
kecukupan energi sangat kurang dan kurang tertinggi terjadi di Lampung
(89,5%), serta Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur masing-masing
sebesar 89,3%. Sedangkan persentase terendah yaitu DKI Jakarta (65,9%)
dan Sumatera Barat sebesar (45%). Menurut IDF (2014), jumlah penduduk
dewasa di Indonesia umur 20-79 tahun adalah sebanyak 156,7 juta jiwa,
dengan prevalensi penderita DM pada usia 20-79 tahun adalah sebesar 5,8%.
Prevalensi status nutrisi penduduk dewasa di provinsi Sumatera Barat yang
termasuk kurus 11,8 %, berat badan lebih 10,1 % dan obesitas 13,5 % .
Prevalensi diabetes di Sumatera Barat berdasarkan wawancara yang
terdiagnosis dokter sebesar 1,3 persen dan 0,3 persen. Diabetes Mellitus
(DM) terdiagnosis dokter dan gejala (DG) sebesar 1,8 persen. Prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Kota Padang Panjang
dan Kota Pariaman masing-masing sebesar 2,6%, Kota Sawah Lunto (2,2%),
Pesisir Selatan (1,9%), Kab. Pasaman Barat, Kota Solok (1,6%),
Dharmasraya (0,8%) dan Kab. Agam (0,6%). Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter dan gejala, tertinggi terdapat di Kab. Padang Pariaman
(3,2%), Kota Padang Panjang (2,8%), Kota Pariaman (2,7%) dan Kota Sawah
Lunto (2,6%) (Riskesda, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Sudaryono, dkk (2014) dalam
hubungan antara pola makan, genetik dan kebiasaan olahraga terhadap
kejadian diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Banjarmasin
dari 150 populasi, dijadikan sampel sebanyak 30 orang yang mengalami DM
tipe II dan 30 orang yang hanya melakukan kontrol gula darah menyatakan
bahwa jumlah responden mengalami diabetes yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 34 (56,7%), laki-laki 26 (43,3%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mubarti Sutiawati,dkk (2014)


dalam pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan, pola makan dan kadar
glukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2 RSUD Makassar, menyatakan
bahwa dari 30 responden sebelum diberi edukasi tentang pola makan yang
benar bagi penderita DM sebanyak 7 (23,3%) responden dengan pola makan
cukup dan sebanyak 23 (76,7%) responden berkategori kurang. Setelah
diberikan edukasi jumlah yang meningkat pada kategori cukup yaitu 18
(60,0%) responden, dan jumlah yang menurun pada kategori kurang yaitu 12
(40,0%) responden. Selanjutnya tentang pengontrolan kadar glukosa darah
sebelum edukasi terdapat 1 (3,3%) responden dengan gula darah terkontrol
dan 29 (96,7%) responden dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol.
Setelah diberikan edukasi tentang pentingnya mengontrol gula darah secara
rutin terjadi peningkatan jumlah responden yang terkontrol kadar gula
darahnya yaitu 14 (46,7%), dan yang tidak terkontrol menurun menjadi 16
(53,3%) responden.

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari rekam medik ruang Interne
RSUD Lubuk Basung pada tanggal 17 Januari 2017 didapatkan data jumlah
penderita DM pada tahun 2015 ditemukan sebanyak 110 kasus DM.
Sedangkan pada tahun 2016 terjadi peningkatan sebesar 15% menjadi 125
kasus penderita DM yang dirawat di Interne RSUD Lubuk Basung. Data tiga
bulan terakhir dari September 2016 terdapat 10 pasien, November 2016
terdapat 8 pasien, bulan Desember 2016 terdapat 6 pasien dengan kasus
Diabetes Mellitus yang dirawat di ruang Interne RSUD Lubuk Basung.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan terhadap 5 orang penderita DM


dengan wawancara langsung, 3 orang diantaranya menyatakan sering
mengalami peningkatan kadar gula darah hingga sampai dirawat di rumah
sakit. Pasien menyatakan hal ini terjadi karena tidak mengontrol pemenuhan
atau asupan nutrisi sesuai diit yang dianjurkan. Wawancara yang dilakukan
terhadap 5 orang pasien 2 diantaranya mangatakan tidak menyukai makanan
yang disediakan rumah sakit, tapi makanan yang dibawa keluarga ataupun
yang dibeli dari luar rumah sakit seperti nasi bungkus dan roti mampu
dihabiskan, yang makanan tersebut tidak sesuai dengan diit penyakit diabetes
karena kandungan energi, lemak, kalori dan karbohidrat tentu tidak
terkontrol, hal ini diperkuat dari wawancara dengan petugas ruangan terdapat
sekitar 40% dari rata-rata kunjungan 3 sampai 5 orang pasien tiap minggu
dirawat dengan hari rawatan lebih dari seminggu dikarenakan glukosa darah
yang tidak terkontrol. Dari hasil survey yang peneliti lakukan asuhan
keperawatan yang diberikan belum komprehensif karena didapatkan pasien
dengan peningkatan kadar gula darah tidak terkontrol sehingga kebutuhan
dasar pasien terutama kebutuhan nutrisi sering terabaikan.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis meneliti tentang asuhan
keperawatan dengan gangguan kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes
mellitus yang dirawat di ruang Interne RSUD Lubuk Basung pada tahun
2017.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah “ bagaimana asuhan keperawatan


dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes
mellitus ” dengan metode ilmiah dalam proses keperawatan di RSUD Lubuk
Basung tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Millitus dengan
metode ilmiah dalam proses keperawatan di ruang Interne RSUD Lubuk
Basung pada tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan


gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus di ruang
Interne RSUD Lubuk Basung pada tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan gangguan
pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus di ruang Interne
RSUD Lubuk Basung pada tahun 2017.

c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan gangguan


pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus di ruang Interne
RSUD Lubuk Basung pada tahun 2017.

d. Mampu mendeskripsikan tindakan asuhan keperawatan gangguan


pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus di ruang Interne
RSUD Lubuk Basung pada tahun 2017.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan gangguan


pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus di ruang Interne
RSUD Lubuk Basung pada tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Aplikatif

a. Bagi Peneliti

Kegiatan ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah


pengetahuan dan wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien dengan diabetes mellitus
serta dalam menulis karya tulis ilmiah.

b. Bagi Direktur Rumah Sakit


Laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi
pembanding oleh perawat didalam meningkatkan pelayanan
terhadap “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi pada Pasien dengan Diabetes Mellitus di Ruang Interne
RSUD Lubuk Basung tahun 2017”.

2. Pengembangan Keilmuan

a. Bagi Direktur Poltekkes Kemenkes Padang

Data dan hasil yang diperoleh dari laporan karya tulis ilmiah ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pembelajaran
khususnya untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes
mellitus bagi junior di Jurusan Keperawatan Padang.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan


pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut serta referensi
terhadap penelitian berikutnya yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi


1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan sumber zat esensial utama yang diperlukan untuk
bertahan hidup. Kesehatan terjaga ketika seseorang mengkomsumsi
kombinasi nutrisi yang tepat dalam jumlah yang tepat. Masalah utama yang
dihadapi saat ini adalah kelebihan komsumsi nutrisi, obesitas terkait dengan
banyak penyakit kronis diantaranya penyakit jantung, kanker, diabetes dan
artritis. Masing-masing penyakit tersebut berdampak pada kualitas dan
beberapa bahkan mengancam nyawa. (Vaughans, 2013)

Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam tubuh serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. Makanan
yang kita makan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam bentuk energi
sebelum melalui proses pencernaan, absorbsi dan metabolisme. Tubuh
memerlukan energi untuk fungsi-fungsi fisiologis tubuh, pergerakan,
memmpertahankan temperatur, fungsi kelenjar, kerja hormon, pertumbuhan
dan pergantian sel-sel yang rusak. (Wartonah & Tarwoto, 2011).

2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri dari sistem pencernaan dan organ asesoris. (Saputra,
2013)
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara gusi, bibir, pipi,
dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan
mengalami proses mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat
makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase yang
akan memecah amilum yang terkandung dalam makanan menjadi maltose.
Di dalam mulut juga terdapat kelenjer saliva yang menghasilkan saliva
untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya
amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan, serta
mengencerkan bolus.
b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian
terlebar di bagian ats hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung
berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan
panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di belakang terkea, di depan
tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma
yang behubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan
lambung. Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan
makanan dari faring menuju lambung.

c. Lambung

Fungsi lambung yaitu sebagai reservoir untuk menampung makanan


sampai dicerna sedikit demi sedikit dan memecah makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asam lambung.
Fungsi lambung juga untuk mensekresi pepsin dan HCL yang akan
memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi
maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol
membentuk sekresi gastrin. Makanan berada pada lambung selama 2-6
jam, kemudian bercampur dengan getah lambung yang mengandung 0,4%
HCL untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik
dan desinfektan.
d. Usus Halus

Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih


2,5 meter dalam keadaan hidup, kemudian akan bertambah panjang
menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang telah meninggal.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi
chime dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di
dalam usus halus, yaitu absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D,
vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.

e. Usus Besar
Usus besar atau juga disebut kolon merupakan sambungan dari dari usus
halus yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki
panjang 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden,
sigmoid, dan berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari
usus besar. Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih
90%) elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Flora yang terdapat dalam
usus besar berfungsi untuk mrnyintesis vitamin K dan B serta
memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.

f. Hati
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan cairan empedu,
fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya, mempreduksi sel darah
merah, dan menyimpan glikogen.

g. Kantong Empedu

Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,


memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH
optimum enzin-enzim pada usus halus, mengemulai garam-garam empedu,
mengamulisi lemak, mengekskresi berperan zat yang tak digunakan oleh
tubuh dan member warna pada feses.
h. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjer yang struturnya sama seperti kelenjer ludah
dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. pankreas memiliki dua fungsi
yaitu fungsi endokrin eksokrin yang dilaksanakan oleh sel sekretori yang
membentuk getah pancreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi
endokrin yang terbesar di antara alveoli pankreas.

i. Anus
Anus atau dubur adalah penghubung antara rektum dengan lingkungan
luar tubuh. Di anus terdapat otot sphinkter yang berfungsi untuk membuka
dan menutup anus. Fungsi utama anus adalah sebagai alat pembuangan
feses melalui proses defekasi (buang air besar).

3. Elemen – Elemen Nutrisi


Menurut Wartonah dan Tarwoto (2011), elemen-elemen nutrisi atau zat
besi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energy utama tubuh. Karbohidrat akan
terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan
kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk
glikogen.
Fungsi karbohidrat yaitu:
1) Sumber energi yang murah
2) Sumber energi utama bagi otak dan saraf
3) Cadangan untuk tenaga tubuh
4) Pengaturan metabolisme lemak
5) Efisiensi penggunaan protein
6) Memberikan rasa kenyang
Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok umumnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-
lainnya. Seddangkan karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen.
b. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperaan dalam penyususan
senyawa-senyawa penting seperting enzim, hormon, dan antibodi. Protein
adalah senyawa kompleks, tersusun atas asam amino yang berbeda, bentuk
sederhana dari protein adalah asam amino.
Fungsi protein bagi tubuh yaitu :
1) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan
yaitu dengan meningkatkan tekanan osmatik koloid serta
keseimbangan asam basa.
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
3) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormone.
4) Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
5) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat
menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan.
Sumber protein hewani yaitu berasal dari hewan seperti susu, daging, telur,
hati, udang, dan lain-lain. Sumber protein nabati yaitu protein yang berasal
dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, dan lain-lain.

c. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang menghasilkan jumlah
kalori lebih besar dari pada karbohidrat dan protein.
Fungsi lemak yaitu:
1) Sumber energi, memberikan kalori sebanyak 9 kkal dalam 1
gram lemak.
2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.
3) Untuk aktifitas enzim seperti fospolipid.
4) Penyusun hormone seperti biosintesis hormon steroid.
Sumber lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung
lebih banyak asam lemak tak jenuh sedangkan lemak hewani banyak
mengandung asam lemak jenuh.

d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah kecil dan tidak dapat di produksi dalam tubuh. Vitamin sangat
berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator.

e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tumbuh karena bagai katalis
dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energi,
tetapi merupaakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan
proses tubuh.

f. Air
Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam kehidupan
sel-sel tubuh. Setiap hari, sekitar 2 liter air masuk dalam tubuh melalui
minum, sedangkan cairan digestif yang di produksi oleh berbagai organ
saluran pencernaan sekitar 8-9 liter. Sehingga sekitar 10-11 liter cairan
beredar dalam tubuh. Namun demikian dari 10-11 liter cairan yang masuk,
hanya 50-200 ml yang di keluarkan melalui feses, selebihnya direabsorpsi.

4. Fisiologi Nutrisi
Nutrien atau nutrisi diperoleh melalui komsumsi zat-zat makanan. Ada dua
kategori umum nutrisi diantaranya: (Vaughans, 2013)
Makronutrien
Makronutrien termasuk karbohidrat, lemak dan protein. Setiap
makronutrien menyediakan sumber kalori yang merupakan unit
dasar energi yang terkandung dalam zat makanan tertentu.
Melakukan aktivitas yang ekuivalen dengan jumlah kalori yang
dikomsumsi akan mengakibatkan pertambahan maupun
pengurangan berat badan. Makronutrien tersebut ialah:
a) Karbohidrat, merujuk pada kadar gula darah, yang merupakan
sumber energi utama tubuh. Beberapa karbohidrat tidak dapat
dicerna dengan sempurna dan diserap oleh tubuh yang disebut
dengan serat. Namun serat memberi manfaat pada tubuh.
b) Protein, tersusun atas asam amino, protein berperan untuk
pertumbuhan dan perkembangan pembentuk jaringan dan
perbaikan, proses kekebalan dan mengedarkan nutrien lain dan
beberapa medikasi. Dalam ketiadaan karbohidrat, protein dapat
menyediakan energi.
c) Lemak, tipe lemak tertentu penting untuk dimasukkan dalam
menu makanan, namun jenis yang tepat penting karena
menyediakan sumber energi dan juga sarana untuk menyimpan
energi. Lemak juga mengedarkan nutrien lain misalnya
vitamin, insulin dan melindungi organ lain.
Mikronutrien
Mikronutrien termasuk vitamin, mineral dan air dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil. Mikronutrien tidak menyediakan sumber
energi untuk tubuh namun berperan dalam mengatur proses tubuh.
Kekurangan mikronutrien dapat menghambat kemampuan tubuh
untuk menggunakan makronutrien tertentu.
a) Vitamin , membantu pengaturan aktivitas metabolisme liver
seluler. Ada dua kategori vitamin, yang larut dalam lemak
(A, D, E, K) dan yang larut dalam air (B compleks dan vit
C). Lemak dibutuhkan oleh tubuh untuk menyerap vitamin
yang larut dalam lemak.
b) Mineral, merupakan zat nonorganik yang digunakan tubuh
untuk mengatur berbagai proses tubuh, misalnya postassium
adalah mineral yang berperan mengatur irama jantung.
Mineral yang lebih umum adalah kalsium, zat besi, sodium,
klorida, postassium, yodium, fluorida, seng, fosfor, dan
magnesium
c) Air, diperlukan untuk melakukan proses seluler
5. Fisiologi Pemenuhan Nutrisi
Menurut (Atoilah & Engkus(2013).
a. Ingesti
Istilah ingesti sering kali digunakan pada proses mekanisme
pencernaan terutama yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.
Ingesti dapat digambarkan dengan suatu bentuk koordinasi respon
tubuh dalam menerima perintah otak, misalnya kedua tangan
beserta jari-jari untuk mengambil makanan yang terdapat diluar
tubuh manusia lalu dimasukkan kedalam mulut. Kemudian
koordinasi beberapa otot mulut, gigi serta lidah untuk mengunyah
(menghancurkan makanan) mangaduk, mencampur yang dibantu
ole saliva. Diteruskan dengan proses menelan yang terdiri dari tiga
fase volunter, pharyngeal, esophageal untuk meneruskan makanan
yang telah menjadi bolus kedalam lambung melalui eshopagus.
Kerja rugae yang terdapat dalam lambung untuk lebih
menghaluskan bolus. Serta gerakan peristaltik untuk meneruskan
kimus dari lambung hingga ke anus
b. Digesti dan Sekresi
Istilah digesti lebih menggambarkan proses kimia yang terjadi
dalam pencernaan makanan guna mengubah struktur kimia yang
lebih kompleks menjadi struktur yang lebih sederhana agar mudah
untuk diserap. Proses ini sangat dipengaruhi dan dibantu oleh kerja
enzim-enzim yang terdapat dalam sistem pencernaan. Sebagai
contoh dalam sistem digesti karbohidrat enzim amilase mengubah
amilum menjadi amilum menjadi maltosa dan enzim maltosa
menjadi glukosa sehingga karbihidrat dapat diabsorbsi dalam
bentuk glukosa. Sekresi merupakan pengeluaran sisa metabolisme
yang berguna untuk pemenuhan nutrisi, misalnya insulin,
glukagon, ptyalin, amilase, serat HCl lambung.
c. Absorbsi
Absorbsi digambarkan proses penyerapan nutris yang sudah dalam
bentuk senyawa sederhana melalui dinding usus yang dilakukan
oleh mikrovilli untuk dimasukkan kedalam pembuluh darah dan
berikatan dengan darah, selanjutnya dibawa kebagian tubuh yang
memerlukan. Zat gizi yang masuk kedalam jaringan sebagian
dimetabolisme untuk keperluan tubuh diantaranya menghasilkan
energi untuk pergerakan dan sebagian lain sebagai sisa dapat
disimpan sebagai cadangan.
d. Eliminasi
Eliminasi merupakan pengeluaran sisa metabolisme keluar
daritubuh sebagai bahan yang tidak diperlukan tubuh. Eliminasi
yang dikenal ialah eliminasi alvi (defekasi) melalui sistem
pencernaan itu sendiri tepatnya melalui anus berbentuk feses dan
eliminasi urin yang dikeluarkan melalui sistem urinary berbentuk
urin. Sedangkan ekskresi digunakan untuk menggambarkan
pengeluaran sisa metabolisme dalam bentuk lain misalnya keringat
dan uap pernafasan.
6. Faktor Yang Mempengaruhi Asupan Nutrisi
Asupan nutrisi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut
(Saputra,Lyndon 2013) :
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang nutrisi dan manfaatnya dapat
mempengaruhi pola komsumsi seseorang. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi
kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
b. Prasangka atau Mitos
Prasangka atau mitos tentang makanan dapat mempengaruhi
asupan nutrisi seseorang. Contohnya mitos bahwa jika ibu hamil
banyak minum air kelapa muda, anak yang dikandungnya akan
memiliki kulit yang putih. Akibatnya ibu hamil yang percaya akan
menambah asupan air kelapa muda dalam dietnya.
c. Kesukaan atau Kebiasaan
Kesukaan akan suatu jenis masakan dapat mengakibatkan gizi yang
tidak seimbang. Contohnya seorang anak yang suka ayam goreng
menginginkan ada masakan ayam dalam menu makanannya,
akibatnya anak tersebut kekurangan asupan nutrisi dari sumber
lain.
d. Ekonomi
Orang dengan status ekonomi tinggi, umumnya dapat memenuhi
asupan nutrisi dengan baik karena mereka memiliki dana untuk
memenuhi kebutuhan pangannya. Orang dengan status ekonomi
yang rendah umumnya tidak dapat memenuhi asupan nutrisi
dengan baik karena keterbatasan dana.
e. Faktor Psikologis
Stres psikologis terkadang membuat pola makan seseorang
berubah. Beberapa orang menjadi tidak berselera makan ketika
sedang stres, tetapi sebagian lain justru selera makannya meningkat
ketika sedang stres. Kedua hal itu menyebabkan perubahan asupan
makanan.

7. Penyebab Gangguan Nutrisi

Gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan


nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes, hipertensi, jantung keroner,
kanker, dan anoreksia nervosa. (alimun, 2009).
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat
badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme. Kekurangan nutrisi ini dapat disebabkan oleh:
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persyarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit
4) Nafsu makan menurun

b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan
kebutuhan metabolisme secara berlebih. Dapat disebabkan oleh :
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman

c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya
adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan
kalori dan penurunan dalam pengguanaan kalori

d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai
masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.

e. Diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metebolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau pengguanaan karbohidrat secara berlebihan.
Pasien yang dengan diabetes yang tidak memperhatikan kebutuhan
nutrisi akan berdampak terhadap peningkatan kadar gula darah yang
tidak terkontrol, jika kondisi ini tidak diperhatikan akan beresiko
pada pasien saat terjadi luka akan lama penyembuhannya

8. Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien DM


Pada DM Tipe II, jumlah insulin normal atau mungkin jumlahnya
banyak, akan tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat dalam
permukaan sel berkurang. Akibatnya glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat . Pada
penderita diabetes, metabolisme hidrat arang terganggu disebabkan
oleh terganggunya produksi hormon insulin oleh pankreas. Defisiensi
insulin menyebabkan tidak semua glukosa dapat diubah menjadi
glikogen, sehingga sebagian besar glukosa yang berasal dari makanan
tetap berada dalam darah (hiperglikemia) akan mendorong
pembuangan kelebihan glukosa tersebut keluar tubuh melalui urin.
Inilah yang menyebabkan terjadinya glikosuria, dengan sedikitnya
glukosa yang dapat diubah menjadi glikogen, maka untuk memenuhi
kebutuhan energi otot, akan terjadi proses pengubahan glikogen hati
menjadi glukosa melalui jalur glukoneogenesis.

Tingginya kadar glukosa dalam darah disebabkan oleh menurunnya


kemampuan tubuh mengubah glukosa menjadi glikogen, dan terjadinya
proses glukoneogenesis dalam hati menyebabkan terbentuknya glukosa
dan masuk ke dalam peredaran darah. Penyakit diabetes melitus yang
tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan komplikasi
jangka pendek berupa hipoglikemia/hiperglikemia, penyakit
makrovaskuler (mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner), penyakit mikrovaskuler (mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati, nefropati), neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada
ekstremitas), dan komplikasi jangka panjang berupa neuropati diabetik,
retinopati diabetik, nefropati diabetik, proteinuria, dan kelainan koroner
(Rendi & Margareth, 2012).

9. Patofisiologi Gangguan Nutrisi pada Diabetes Mellitus


Menurut Suyono (2008) penyakit DM merupakan penyakit degeneratif
yang sangat terkait dengan pola makan. Pola makan merupakan suatu
cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan
maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Perubahan gaya
hidup dalam hal konsumsi makanan khususnya di kota besar dipicu
oleh perbaikan atau peningkatan di sektor ekonomi, kesibukkan kerja
yang tinggi, dan promosi fast food maupun health food , namun tidak
diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran gizi yang
mengakibatkan budaya makan berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan
gula, rendah serat dan rendah zat gizi mikro serta jadwal makan yang
tidak teratur (Suiraoka, 2012).

Gaya hidup modern yang dapat dilihat pada sebagian keluarga di


perkotaan sarat dengan alat bantu elektronik sehingga meminimalkan
gerak fisik. Berkurangnya kerja otot lurik yang disertai semakin
meningkatnya asupan pangan padat kalori dan kaya akan lemak, yang
dapat menyebabkan obesitas yang akan memicu timbulnya DM tipe 2
(Arisman, 2013).

Menurut Price dan Wilson (2012) diabetes mellitus adalah gangguan


metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Karbohidrat
terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau
monosakarida, dan unit-unit kimia yang kompleks, seperti disakarida
dan polisakarida. Karbohidrat yang sudah ditelan akan dicerna menjadi
monosakarida dan diabsorbsi, terutama dalam duodenun dan jejunum
proksimal. Sesudah diabsorpsi, kadar glukosa darah akan meningkat
untuk sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi ke kadar
semula. Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar
bergantung pada hati yang mengektraksi glukosa, menyintesis
glukogen, dan melakukan glikogenesis. Dalam jumlah yang lebih
sedikit, jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan ektraks
glukosa sebagai sember energi sehingga jaringan-jaringan ini ikut
berperan dalam mempertahankan kadar glukosa darah.

Diabetes mellitus terjadi jika insulin yang dihasilkan pankreas tidak


cukup untuk proses metabolisme yang normal. Sel-sel beta pada pulau-
pulau Langerhans penkreas menghasilkan hormon insulin dan
glukagon yang terlibat dalam pengaturan kadar gula darah. Insulin
disekresikan sebagai reaksi terhadap peningkatan kadar glukosa darah,
dengan terjadinya penurunan kadar glukosa darah terjadi pula
penurunan jumlah insulin yang diproduksi dan insulin yang
disekresikan dalam aliran darah. Hormon insulin mempunyai tiga
lokasi kerja yang utama yaitu otot, hepar, dan jaringan adiposa. Efek
insulin terhadap otot yaitu meningkatkan masukan glukosa kedalam sel
otot, sintesis protein, sintesis glukogen, dan penurunan pemecahan
protein. Terhadap hepar insulin bekerja sebagai meningkatkan sintesis
protein, sintesis lipid, sintesis glukogen dan penurunan produksi
glukosa dari asam-asam amino. Sedangkan pada jaringan adiposa
insulin bekerja dalam peningkatan masukan glukosa kedalam sel-sel
lemak, dan meningkatkan sintesis lipid. Apabila didalam tubuh terjadi
kekurangan insulin, maka dapat mengakibatkan menurunnya transpor
glukosa melalui membran sel, keadaan ini mengakibatkan sel – sel
kekurangan makanan sehingga meningkatkan metabolisme lemak
dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah penderita diabetes
militus selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat (poliphagia)
(Beck E. Mary, 2011).

Glikosuria yang terjadi akibat tingginya kadar glukosa darah akan


disertai dengan bertambahnya kehilangan air dan elektrolit. Proses
diuresis yang osmotik ini mengakibatkan peningkatan rasa haus,
dehidrasi, gangguan elektrolit dan penurunan BB. Untuk mengimbangi
tidak tersedianya glukosa sebagai sumber energi, tubuh akan
meningkatkan laju pemecahan glikogen serta lemak untuk melepaskan
sumber-sumber energi dan memproduksi glukosa dari hasil pemecahan
protein tubuh. Keadaan ini menimbulkan produksi keton dan asam-
asam keton yang bersifat toksik bagi tubuh (Beck E. Mary, 2011) .

Ulkus kaki diabetik diakibatkan oleh aktifitas beberapa faktor yang


kompleks. Penyebab umum yang mendasari adalah terjadinya
neuropati perifer dan iskemia dari penyakit vaskular perifer. Neoropati
yang diakibatkan karena status hiperglikemia akan memicu aktifitas
enzim aldolase reductase dan sorbitol dehydrogenase. Akumulasi
kedua produk gula tersebut menghasilkan penurunan pada sintesis sel
saraf myoinosytol yang dibutuhkan untuk konduksi neuron normal.
Neuropati pada pasien DM dimanifestasikan pada komponen motorik,
automotorik dan sensorik sistem saraf. Kerusakan inervasi sistem saraf
pada otot-otot kaki menyebabkan ketidakseimbangan antara fleksi dan
ekstensi kaki yang dipengaruhi, sehingga menimbulkan penonjolan
tulang yang abnormal dan penekanan pada satu titik yang akhirnya
menyebabkan kerusakan kulit dan ulserasi ( Tarwoto, 2012)

10. Penatalaksanaan Nutrisi Pada Pasien DM

Edukasi awal membahas pentingnya kebiasaan makan yang konsisten,


keterkaitan antara makanan dan insulin, dan penetapan rencana makan
individual. Edukasi lanjutan berfokus pada keterampilan manajemen,
seperti mengatur rencana makan, menyesuaikan kebutuhan nutrisi.
Rencana makan harus mempertimbangkan pilihan makanan, gaya hidup
pasien,waktu biasanya pasien makan, dan latar belakang etnis serta budaya
pasien. Bagi pasien yang membutuhkan insulin untuk membantu
mengontrol kadar gula darah, diperlukan konsistensi dalam
mempertahankan jumlah kalori dan karbohidrat yang dikomsumsi setiap
makan. Tujuannya adalah mencapai dan mempertahankan kadar glukosa
darah dan tekanan darah dalam kisaran normal (atau mendekati normal)
dan profil lipid serta lipoprotein yang menurunkan resiko penyakit
vaskular, mencegah atau memperlambat munculnya komplikasi kronik,
memenuhi kebutuhan nutrisi individu (Brunner & Suddarth, 2016).

Terapi diet merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan semua


penderita diabetes dan sering mencakup penurunan berat badan. Makanan
sumber hidratarang harus dibagi merata disepanjang hari untuk
menyeimbangi insulin yang ada. Diabetes mellitus terjadi kalau jumlah
insulin yang dihasilkan pankreas tidak cukup untuk proses metabolisme
yang normal. Sel-sel beta pada pulau-pulau Langerhans pankreas
menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang terlibat dalam
pengaturan kadar gula darah. (Beck E. Mary, 2011).

Terapi nutrisi pada Diabetes Mellitus, sebagai landasan terapi diabetes,


diet yang tepat penting mengendalikan kadar glukosa darah dengan efektif.
Pasien harus dengan cermat mengatur komsumsi karbohidrat, lemak, dan
proteinnya menggunakan rencana makan pribadinya menurut pilihan
makanan, masalah kesehatan, dan terapi obat. Jika pasien overweight,
penurunan berat badan menjadi tujuan utama.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Nutrisi Pada Pasien Dm


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri dari nama, tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnose
medis (Atoilah & Engkus, 2013)

b. Identitas penaggung jawab


Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di
hubungi selama menjalani masa rawatan di rumah sakit.

c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien diabetes mellitus biasanya keluhan
berupa poliuria, polifagia, polidipsia, penurunan berat badan,
dan luka yang lama sembuh. Pasien yang mengalami
ketoasidosis terdapat mual, muntah, dan nyeri abdomen. Pada
pasien yang mengalami sindrom HHNK terdiri atas gejala
hipotensi, dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor
kulit jelek), takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang
bervariasi (perubahan sensori, kejang-kejang, hemiparise).
Gejala yang timbul pada pasien yang mengalami hipoglikemia
adalah badan gemetar, berkeringat, takikardia dan kecemasan
(Price & Wilson, 2012)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang biasanya pasien diabetes tipe I,
mengalami poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat
badan, dan ketoasidosis. semuanya terjadi akibat gangguan
metabolik. Pasien dengan diabetes tipe II juga dapat
memperlihatkan gejala poliuria dan polidipsia, tetapi
umumnya asimtomatik (Robbins dkk, 2007)

c) Riwayat Kesehatan Dahulu


Penyakit yang mungkin terjadi sebagai pemicu timbulnya
diabetes mellitus perlu dikaji riwayat penyakit pankreas,
gangguan hormonal, pemberian obat-obatan seperti diuretik,
anti radang, atau obat pada gangguan jantung (Riyadi &
Sukarmin, 2008).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita diabetes
melitus atau adanya riwayat obesitas dari generasi terdahulu..

d. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)


1) Pola Nutrisi

Penderita diabetes biasanya mengeluh ingin selalu makan tetapi


berat badannya justru turun karena glukosa tidak dapat ditarik
kedalam sel dan terjadi penurunan massa sel. Pada pengkajian
intake cairan akan terkaji pasien banyak minum dari 2500-4000
cc/hari (Riyadi & Sukarmin, 2008).

2) Pola eliminasi

a) Buang Air Kecil


Pasien biasanya mengeluh sering berkemih dalam sehari, urin
berwarna lebih pekat.
b) Buang Air Besar
Biasanya konsistensi buang air besar pasien tidak mengalami
perubahan baik saat kondisi sehat dengan kondisi pasien sakit.

3) Pola tidur dan istirahat

Biasanya pasien akan mengalami perasaan tidak enak efek dari


gangguan sistemik yang berdampak pada gangguan tidur. Biasanya
penderita juga sering terbangun karena frekwensi BAK meningkat
pada malam hari (Riyadi & Sukarmin, 2008)

4) Pola aktifitas dan latihan

Biasanya penderita diabetes akan mengalami penurunan gerak


karena kelemahan fisik, kram otot, dan penurunan tonus otot.

5) Pola pekerjaan

Pola pekerjaan klien dengan diabetes biasanya mengalami


penurunan karena penderita mudah mengalami kelelahan.

e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Biasanya tingkat kesadaran pasien composmentis yaitu kesadaran
normal, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Ukuran antropometri :
a) TB dan BB untuk menetukan status nutrisi, biasanya pada kasus
ini pasien ditemukan dengan status obesitas
b) Lingkar dada, biasanya berat badan mempengaruhi lingkar dada
c) Lingkar lengan atas:
Biasanya pada kasus DM tipe II ditemukan lingkar lengan atas
diatas nilai normal wanita >28,5 cm, pria >28,3 cm

3) Pemeriksaan kepala

Mengetahui bentuk dan fungsi kepala. Mengetahui kelainan yang


terdapat di kepala. Biasanya pada rambut ditemukan rambut kusam,
kering, pudar, kemerahan pecah atau patah- patah.

4) Pemeriksaan wajah

Pada pemeriksaan di wajah biasanya ditemukan wajah pucat, bibir


kering, pecah-pecah, bengkak, adanya lesi, stomatititis, membran
mukosa pucat.
5) Pemeriksaan mata
Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva anemi, tanda-tanda
infeksi.

6) Pemeriksaan mulut dan bibir

Pada pemeriksaan mulut dan bibir ditemukan bibir pecah-pecah,


bibir kering, ada lesi dan bengkak di bagian bibir dan mulut,
stomatitis dan membran mukosa mulut pucat. Pada gusi terjadi

perdarahan dan peradangan. Terjadi edema dan hiperemis pada


lidah. Pada gigi terdapat karies, nyeri dan kotor.

7) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
8) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
9) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis,
rasa kesemutan dan kebas pada ekstremitas biasanya terjadi pada
pasien diabetes.
10) Sistem gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik sistem pencernaan yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi harus mengikuti urutan inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi. Hal ini dinilai bahwa bising usus
yang diauskultasi akan dipengaruhi oleh ketukan atau perabaan
tangan pemeriksa (Atoilah & Engkus, 2013). Biasanya pasien akan
mengalami polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
11) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
12) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas,
biasanya sering mengalami penurunan kekuatan otot.
13) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
f. Data psikologis
Kondisi psikologi yang sering muncul penurunan harga diri, menarik
diri, hingga frustasi jika sampai di lakukan amputasi.

g. Data spritual
Biasanya pasien dengan status spiritual tinggi akan tetap menjalankan
ibadah tanpa merasa terhalang karna penyakitnya .

h. Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
1) Albumin (> 5,5 g/dl)

2) HbA1c (>6,5 mg%)

3) Pemeriksaan gula darah puasa, biasanya > 126 mg/dl

4) Pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan, biasanya > 140


mg/dl
5) Pemeriksaan gula darah sewaktu, biasanya >200 mg/dl

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian diatas masalah keperawatan yang mungkin


muncul dengan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes
mellitus menurut NANDA (2015-2017) adalah sebagai berikut:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, kurang asupan makanan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi,kehilangan cairan aktif
c. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kurang
kepatuhan terhadap manajemen diabetes, manajemen diabetes tidak
tepat, pemantauan glukosa darah tidak adekuat
d. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk
menghindari pemajanan patogen, malnutrisi, obesitas, penyakit
kronis, penurunan kadar Hb.
e. Resiko kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan
metabolisme, ketidakseimbangan status nutrisi, neutopati perifer,
prosedur bedah
f. Resiko harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh,
gangguan fungsi, gangguan peran sosial

3. Rencana Keperawatan

Berdasarkan teori rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk


diagnosa diatas adalah (NANDA NIC-NOC, 2015) :
Tabel 2.1 (Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC)

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


NOC: NIC
1 Ketidakseimbangan Nutritional status: food Nutrition Management:
nutrisi kurang dari and fluid intake 1) Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh makanan
Kriteria Hasil: 2) Kolaborasi dengan
Defenisi: asupan nutrisi ahli gizi untuk
1) Adanya
tidak cukup untuk menentukan jumlah
peningkatan berat
memenuhi kebutuhan kalori dan nutrisi
badan sesuai
metabolic yang dibutuhkan
dengan tujuan
2) Berat badan ideal pasien
Batasan Karakteristik:
sesuai dengan 3) Anjurkan pasien
1) Berat badan 20% tinggi badan untuk meningkatkan
atau lebih 3) Mampu intake nutrisi
mengidentifikasi 4) Berikan informasi
dibawah rentang
kebuuhan nutrisi tentang kebutuhan
bb ideal
4) Tidak ada tanda- nutrisi
2) Bising usus tanda malnutrisi Nutrition Monitoring
hiperaktif 5) Tidak ada terjadi 1) Monitor adanya
penurunan berat penurunan berat badan
3) Kelemahan otot badan yang 2) Monitor lingkungan
untuk mengunyah berarti selama makan
3) Monitor kulit kering
dan perubahan
4) Kelemahan otot pigmentasi
untuk menelan 4) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
5) Kehilangan mudah patah
rambut berlebihan 5) Monitor kadar
albumin, total protein,
6) Membran mukosa
Hb, Ht
pucat 6) Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik,
7) Ketidakmampuan
papilla lidah dan
memakan
cavitas oral
makanan

8) Nyeri abdomen

Faktor yang
Berhubungan:

1) Faktor biologis

2) Ketidakmampuan
mencerna
makanan

3) Kurang asupan
makanan
2 Kekurangan volume NOC : NIC
cairan Fluid balance Fluid Management:
Definisi: penurunan 1) Blood pressure 1) Pertahankan catatan
cairan intravaskular, 2) 24-hour intake intake dan output
interstisial atau and output yang adekuat
balance 2) menjaga asupan
intraseluler. Ini mengacu
3) Radial pulse rate akurat dan merekam
pada dehidrasi,
4) Skin turgor keluaran
kehilangan cairan tanpa
5) Moist mucous 3) Monitor status
perubahan kadar natrium
membranes dehidrasi
Batasan Karakteristik: 6) Serum 4) Monitor vital sign
1) Haus electrolytes 5) Monitor masukan
2) Kelemahan 7) Hematokrit makanan / cairan
3) Kulit kering 8) Urine specific intake kalori harian
4) Membram mukosa
gravity 6) Kolaborasi
kering
pemberian Cairan
5) Peningkatan
Hydration IV
frekuensi nadi
1) Skin turgor 7) Monitor status
6) Peningkatan
konsentrasi urine 2) Moist mucous nutrisi
7) Peningkatan suhu membranes 8) Dorong masukan
tubuh 3) Fluid intake oral
8) Penurunan tekanan 4) Urine output 9) Berikan pengganti
darah 5) Serum sodium nesogatrik sesuai
9) Penurunan turgor 6) Tissue perfusion output
kulit 7) Cognitive 10) Dorong keluarga
10) Perubahan status function untuk membantu
mental pasien makan
Nutrition status: Food
Hypovolemia
Faktor yang and Fluid intake Management:
Berhubungan: 1) Oral food intake
1) Dorong pasien untuk
1) Kegagalan 2) Tube feeding menambah intake oral
mekanisme intake 2) Monitor Tingkat Hb
regulasi dan Hematokrit
2) Kehilangan 3) Oral fluid intake 3) Monitor adanya tanda
cairan aktif kelebihan volume
4) Intravenous fluid cairan
intake 4) Monitor adanya tanda
gagal ginjal
5) Parenteral 5) Monitor berat badan
nutritional intake 6) Pelihara IV line
7) Monitor intake output
cairaan

3 NOC :
Resiko ketidakstabilan Blood glucose level NIC :
kadar gula darah 1) Blood glucose
2) Glycosylated Hyperglikemia
Definisi: kerentanan hemoglobin Management:
terhadap variasi kadar 3) Fructosamine
gula darah/glukosa dari 1) Pantau tanda dan
4) Urine glucose
rentang normal yang 5) Urine ketonas gejala poliuria,
dapat mengganggu polidipsia, dan
kesehatan Severity of polifagia
hyperglycemia 2) Memantau keton
Faktor resiko: 1) Increase in urine urine
3) Memantau tekanan
output
1) Asupan diet yang 2) Increased thirst darah dan denyut nadi
tidak cukup 3) Excessive hunger 4) Mengelola insulin
4) Malaise 5) Mendorong asupan
2) Gangguan status 5) Fatigue cairan oral
kesehatan fisik 6) Dry mouth 6) Memberi cairan IV
7) Electrolyte sesuai kebutuhan
3) Gangguan status disturbances 7) Mengelola kalium
kesehatan mental 8) Kolaborasi dengan
dokter tanda gejala
4) Kehamilan hiperglikemia
9) Membantu ambulasi
5) Keterlambatan
jika adanya hipotensi
perkembangan
ortostatik
kognitif 10) Mengidentifikasi
kemungkinan
6) Kurang
penyebab
kepatuhan
hiperglikemia
terhadap
11) Mengantisipasi
manajemen
dimana kebutuhan
diabetes
insulin akan
7) Kurang meningkat
12) Batasi latihan jika
pengetahuan
kadar gula darah >
terhadap
250 Mg/dl, terutama
manajemen
jika adanya keton
penyakit
urine
8) Manajemen 13) Membantu pasien
diabetes tidak untuk menafsirkan
tepat kadar gula darah
14) Memberikan bantuan
9) Pemantauan dalam menyesuaikan
glukosa darah rejimen untuk
tidak adekuat mencegah dan
mengobati
10) Penambahan bb hiperglikemia
berlebihan 15) Menfasilitasi terhadap
diet dan latihan
11) Penurunan bb
berlebihan

12) Stres berlebihan

13) Tidak menerima


diagnosis
4 a) Immune status
Resiko infeksi Infection Control :
b) Knowledge:
Defenisi: rentan infection control 1) Bersihkan
mengalami peningkatan lingkungan
c) Risk control setelah dipakai
resiko organisme
patogenik pasien lain
2) Batasi
Faktor Resiko: pengunjung bila
Kriteria hasil:
1) Kurang perlu
1) Klien bebas dari
pengetahuan 3) Instruksikan pada
tanda dan gejala
2) Malnutrisi infeksi pengunjung untuk
mencuci tangan
3) Obesitas 2) Mendeskripsikas saat berkunjung
proses penularan dan setelah
4) Penyakit kronis penyakit meninggalkan
pasien
5) Prosedur invasif 3) Menunjukkan
kemampuan 4) Gunakan sabun
6) Gangguan untuk mencegah antiseptik untuk
integritas kulit timbulnya infeksi mencuci tangan
7) Perubahan pH 4) Jumlah leukosit 5) Gunakan baju dan
sekresi dalam batas sarung tangan
normal sebagai alat
8) Penurunan Hb
pelindung diri
5) Menunjukkan
9) Vaksinasi tidak
perilaku hidup 6) Pertahankan
adekuat
sehat lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
7) Ganti letak IV
perifer dan line
sentral sesuai
dengan petunjuk
umum
8) Kolaborasi
pemberian
antibiotik
9) Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
10) Berikan
perawatan kulit
pada daerah
epidema
11) Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, drainase
12) Dorong masukan
nutrisi yang
cukup
13) Dorong istirahat
yang cukup
14) Ajarkan cara
menghindari
infeksi
15) Laporkan
kecurigaan
infeksi

5 Resiko kerusakan Tissue integrity 1. Anjurkan pasien


integritas jaringan Kriteria hasil: untuk
Defenisi: rentan terhadap 1. perfusi jaringan menggunakan
cedera pada membran normal pakaian longgar
mukosa, kornea, sistem 2. tidak ada tanda- 2. Jaga kulit agar
integumen, otot, tendon, tanda infeksi tetap bersih dan
atau ligamen 3. ketebalan dan kering
Batasan Karakteristik tekstur jaringan 3. Mobilisasi pasien
1. Kerusakan normal 4. Monitor kulit
jaringan 4. menunjukan akan adanya
(misalnya kornea, pemahaman kemerahan
membran dalam proses 5. Oleskan lotion
mukosa, perbaikan kulit pada daerah yang
integumen, dan mencegah tertekan
subkutan terjadinya cedera 6. Monitor aktivitas
Faktor resiko: berulang dan mobilisasi
1. agen cedera 5. menunjukan pasien
kimiawi terjadinya proses 7. Monitor status
2. faktor mekanik penyembuhan nutrisi
3. gangguan luka 8. Observasi luka:
metabolisme 2. lokasi, dimensi
4. gangguan sensasi 9. Ajarkan eluarga
5. gangguan untuk perawatan
sirkulasi luka
6. hambatan 10. Kolaborasi ahli
mobilitas fisik gizi pemberian
7. kelebihan volume diet
cairan 11. Lakukan teknik
8. ketidakseimbanga perawatan luka
n nutrisi dengan steril
9. kurang 12. Hindari kerutan
pengetahuan pada tempat tidur
10. kurang volume
cairan
11. neuropati perifer
12. prosedur bedah
6 Resiko harga diri Body image 1. Tunjukan rasa
rendah, menarik diri Coping percaya diri
Defenisi: perkembangan Personal identity terhadap
persepsi tentang harga Kriteria hasil: kemampuan
diri sebagai respons 1. Adaptasi terhadap pasien untuk
terhadap situasi saat ini ketidakberdayaan mengatasi situasi
(resiko amputasi) fisik 2. Dorong pasien
Batasan Karakteristik: 2. Penyesuaian untuk
1. Evaluasi diri psikososial mengidentifikasi
bahwa individu 3. Menunjukan kekuatan dirinya
tidak mampu penilaian pribadi 3. Dukung
menghadapi terhadap harga peningkatan
peristiwa dan diri tanggung jawab
situasi 4. Mengungkapkan diri
2. Perilaku bimbang penerimaan diri 4. Kaji alasan untuk
3. Perilaku tidak 5. Komunikasi mengkritik atau
asertif terbuka menyalahkan diri
4. Secara verbal 6. Menggunakan 5. Tingkatkan
melaporkan strategi koping komunikasi
tantangan situasi efektif verbal yang
terhadap harga positif
diri 6. Buat statement
5. Ekspresi positif terhadap
ketidakberdayaan pasien
6. Ekspresi 7. Kolaborasi
keputusasaan dengan sumber
Faktor yang lain(layanan
berhubungan: spiritual)
1. Perilaku tidak
selaras dengan
nilai
2. Perubahan
perkembangan
3. Gangguan citra
tubuh
4. Kegagalan
5. Kurang
pengetahuan
6. Penolakan
7. Kehilangan peran

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi proses keperawatan menurut Dinarti (2009) terdiri dari
rangkaian aktivitas keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan
dan didokumentasikan dengan cermat. Implementasi merupakan
pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, serta menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang
diharapkan. Pada tahap ini perawat harus melakukan tindakan
keperawatan yang ada dalam rencana keperawatan. Tindakan dan respon
tersebut dicatat dalam format tindakan keperawatan dan ditulis dalam
kalimat aktif. Manfaat dokumentasi tindakan keperawatan adalah untuk
mengkomunikasikan tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien, serta
menjadi dasar penentuan tugas perawat selanjutnya.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi mengharuskan perawat melakukan pemeriksaan secara kritikal
dan menyatakan respon pasien terhadap intervensi yang telah diberikan.
Evaluasi terdiri dari dua tingkat menurut Dinarti (2009) yaitu:
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul
setelah intervensi dilakukan. Respon yang dimaksud adalah
bagaimana reaksi pasien secara fisik, emosi, sosial dan spiritual
terhadap intervensi yang baru dilakukan.
b. Evaluasi sumatif disebut juga respon jangka panjang yaitu penilaian
terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau hasil yang
diharapkan. Tujuannya adalah memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan, menilai
apakah tujuan dalam rencana tercapai atau tidak, menentukan efektif
atau tidaknya tindakan yang telah diberikan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukakan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau
deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi
kasus, yang mengaplikasikan langsung proses keperawatan yang mencakup
pengkajian satu unit penelitian secara intensif (Nursalam,2015). Penelitian ini
menggunakan studi kasus pada asuhan keperawatan dengan gangguan
kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus di ruang Interne RSUD
Lubuk Basung diarahkan untuk mengetahui semua variable yang
berhubungan dengan masalah penelitian dengan melakukan pengkajian secara
rinci dan luas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di ruang Interne RSUD Lubuk Basung. Waktu
penelitian di mulai dari Januari sampai Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami
gangguan nutrisi pada kasus Diabetes Mellitus sebanyak 2 orang. Semua
populasi dijadikan subjek penelitian.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek peneilitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,
2011).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Pasien yang bersedia dilakukan asuhan keperawatan selama
penelitian
2) Pasien dengan Diabetes Mellitus
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi sebagai sebab (Nursalam,
2011).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
1) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari 5 hari

D. Instrumen Pengumpulan Data


Intrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
mudah diolah (Saryono, 2011). Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah format tahapan proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai evaluasi. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat
pemeriksaan fisik yang terdiri dari:
a. Stetoskop
b. Tensimeter
c. Termometer dan
d. Timbangan.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden dan
keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan dasar. Data
primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil wawancara observasi
langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada responden. Pengumpulan
data pada penelitian berikut dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik
(observasi), pengukuran, anamnesa (pengkajian dengan wawancara
langsung dengan pasien atau keluarga), dan dokumentasi untuk sumber
data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014). Data primer yang
diperoleh masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Wawancara dilakukan sesuai format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi identitas
pasien, indentitas penanggung jawab, riwayat kesehatan sampai
kebiasaan sehari-hari (Sugiyono, 2014).
b. Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik peneliti mengobservasi atau
melihat kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien seperti tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, penilaian kekuatan otot dan mengobservasi tindakan apa saja
yang telah dilakukan pada pasien. Hasil observasi langsung dapat
ditermukan pasien mengalami hiperglikemi/hipoglikemi, terlihat lesu
dan pucat.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang
diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan
diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh dari studi dokumentasi berupa
data penunjang dari laboratorium serta terapi pengobatan yang diberikan
dokter.
Adapun langkah dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
1) Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes RI Padang.
2) Meminta izin ke Kepala RSUD Lubuk Basung.
3) Meminta izin ke Kepala Ruang Interne RSUD Lubuk Basung.
4) Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien yang
mengalami gangguan kebutuhan nutrisi pada kasus diabetes
mellitus.
5) Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang
tujuan penelitian.
6) Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan
responden dalam penelitian.
7) Responden dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya.
8) Responden atau keluarga menandatangani informed consent.
9) Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan wawancara
dan pemmeriksaan fisik.

F. Rencana analisis
Data yang didapatkan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan dengan
metode pengumpulan data dengan teknik wawancara. Analisa data dilakukan
berdasarkan data-data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi
data subjektif dan data objektif , sehingga dapat dirumuskan diagnose
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan
implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
kelolaan dengan teori dan penelitian terdahulu.

BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN KASUS
A. DESKRIPSI KASUS
Penelitian yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2017 sampai 21 Mei 2017
berlokasi di ruang Interne RSUD Lubuk Basung. Peneliti melakukan
pengkajian dan observasi kepada partisipan yaitu Ny.U dan Tn.Y. Yang akan
dijelaskan sebagai berikut.
Ny.U (partisipan 1) berumur 66 tahun, masuk dengan diagnosa medis Sepsis
ec CAP + DM Tipe 2+ Stroke Hemoragik. Pasien masuk melalui IGD RSUD
Lubuk Basung pada hari Minggu tanggal 14 Mei 2017 pukul 10.30 WIB,
dengan keluhan pasien pasien demam, nafas sesak, kejang-kejang dan
mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 4 E1M1V2. Saat di IGD
dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu 380 mg/dL. Saat diilakukan
pengkajian pasien tidak sadar dengan GCS 4 E1M1V2. Pasien memiliki
riwayat hipertensi, sebelumnya pernah dirawat dengan stroke sekitar 7 tahun
yang lalu (2011), pasien mengetahui ia menderita penyakit DM sejak 5 tahun
yang lalu tetapi tidak pernah memantau gula darah secara rutin. Pada riwayat
kesehatan keluarga adik pasien juga menderita penyakit diabetes.

Tn.Y (partisipan 2) berumur 53 tahun, masuk dengan diagnosa medis DM


tipe 2 + susp Stroke berulang. masuk melalui IGDRSUD Lubuk Basung pada
hari Selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul 15.00 WIB, dengan keluhan utama
pasien kejang-kejang setengah jam sebelum dibawa ke RS, pasien berkeringat
dingin, dan ekstermitas kanan terasa berat. Saat di IGD dilakukan
pemeriksaan GDS 498 mg/dL. Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan
kepala pusing, sering BAK pada malam hari dan merasa lapar dan ada
rangsangan mual-muntah setelah makan. Pasien sebelumnya pernah dirawat
di RS tahun 2015 dengan stroke, pasien memiliki kebiasaan perokok berat,
pasien baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit DM sejak 1 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
seperti pasien. Pengkajian lebih lanjut pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 : Pengkajian Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN 2
Keluhan utama: Keluhan utama:
Ny.U (66 tahun) masuk melalui IGD Tn.Y (53 tahun) masuk melalui
RSUD Lubuk Basung pada hari Minggu IGDRSUD Lubuk Basung pada hari
tanggal 14 Mei 2017 pukul 10.30 WIB, Selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul 15.00
dengan keluhan pasien pasien demam, WIB, dengan keluhan utama pasien
nafas sesak, kejang-kejang dan kejang-kejang setengah jam sebelum
mengalami penurunan kesadaran dengan dibawa ke RS, pasien berkeringat
GCS 4 E1M1V2. Saat di IGD dilakukan banyak, dan ekstermitas kanan terasa
pemeriksaan gula darah sewaktu 380 berat. Saat di IGD dilakukan pemeriksaan
mg/dL GDS 498 mg/dL

Riwayat kesehatan sekarang: Riwayat kesehatan sekarang:


Saat dilakukan pengkajian Rabu tanggal Saat dilakukan pengkajian pada hari
17 Mei 2017 pukul 09.00pasien tidak Rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 10.30
sadarGCS 4 E1M1V2, badan terlihat klien mengatakan kepala pusing, sering
kurus, konjungtiva anemis, turgor kulit BAK pada malam hari dan merasa lapar,
jelek ada rangsangan mual-muntah setelah
makan, Berat badan pasien mengalami
penurunan sejak 6 bulan terakhir dari BB
85 kg menjadi 70 kg
Riwayat Kesehatan Dahulu: Riwayat Kesehatan Dahulu:
Keluarga mengatakan pasien memiliki Pasien mengatakan pernah dirawat di RS
riwayat hipertensi, pernah dirawat di tahun 2015 dengan stroke, pasien
rumah sakit dengan stroke sekitar 7 tahun memiliki kebiasaan merokok, pasien baru
yang lalu (2011), pasien sudah mengetahui bahwa ia memiliki penyakit
mengetahui ia menderita penyakit DM DM sejak 1 tahun yang lalu.
sejak 5 tahun yang lalu tetapi tdak pernah
memantau gula darah secara rutin, pasien
sering mengkomsumsi obat sakit kepala
tanpa resep dokter
Riwayat Kesehatan Keluarga: Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga mengatakanadik pasien juga
menderita penyakit DM Pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang memiliki penyakit seperti
pasien, atau riwayat penyakit keturunan
lainnya.
Pola Nutrisi: Pola Nutrisi:
Keluarga mengatakan saat pasien sehat Pasien mengatakan saat sehat makan 3x
pasien makan 3x sehari dengan nasi, sehari dengan nasi, lauk, sering
lauk, jarang mengkomsumsi sayur dan mengkomsumsi makanan bersantan,
minum air putih sebanyak 8 gelas, saat jarang makan sayur dan minum air putih
sakit pasien diberi diit DM 1500 MC/ 7 gelas, serta sering mengkomsumsi kopi
6x150 sehari, dan minum air putih hingga 3x sehari. Saat sakitpasien diberi
sebanyak 50 cc setiap pemberian diit. diit DD 1700 Kkal. Sering ada
rangsangan mual-muntah setelah makan,
sering meminta keluarga membelikan
jagung rebus. Saat sakit pasien minum 8
sampai 9 gelas sehari.
Pola Eliminasi : Pola Eliminasi :
Ketika sehat, BAK pasien lancar lebih Saat sehat BAK sebanyak 4-8x sehari,
kurang 5x sehari dan sering BAK pada dan sering BAK pada malam hari. BAB
malam hari. BAB 1x sehari. Saat Sakit , 1x sehari.Saat sakit pasien mengeluhkan
Pasien terpasang kateter jumlah urine 800 sering BAK pada malam hari sekitar 3
cc/24 jam, dan BAB 1x 3 hari dengan kali dan BAB tidak ada sejak masuk RS.
konsistensi lembek.
Istirahat dan Tidur : Istirahat dan Tidur :
Saat sehat, pasien tidur 7-8 jam perhari, Saat sehat pasien tidur 6 sampai 7 jam,
namun sering terbangun pada malam pola tidur tidak teratur. Saat sakit pasien
hari. Saat sakit ,pasien tidak sadar sejak tidur 7 sampai 8 jam dan sering tidur
masuk rumah sakit siang.

Aktifitas dan Latihan: Aktifitas dan Latihan:


Saat sehat keluarga mengatakan pasien Saat sehat pasien jarang berolahraga
tidak memiliki aktivitas fisik seperti ataupun aktifitas fisik lain. Saat sakit
olahraga teratur. pasien tidak memiliki aktifitas fisik

Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Fisik:


Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari
Rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul Rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 10.30
09.00Dari hasil pemeriksaan pada Ny.U Dari hasil pemeriksaan di dapatkan TD=
di dapatkanTD=160/90, N=89x/i, 110/70, N=90x/menit, P=24x/i, S=37oc,
P=25x/i, S=37.20C, kesadaran stupor. BB 70 kg, kesadaran CMC, cuping
Hidung simetris, tampak bersih, hidung(-),pergerakan dinding dada
pernapasan cuping hidung(-), kiri=kanan, Fremitus kiri=kanan,
pembesaran conca nasal(-),lesi (-), pemeriksaan auskultasi vesikular.Ictus
pergerakan dinding dada kiri=kanan, cordis tidak terlihat dan teraba, dan irama
Fremitus kiri=kanan, tidak ada suara reguler. Pada pemeriksaan sistem
nafas tambahan, perkusi Sonor dan pencernaan mukosa mulut kering,bising
auskultasi vesikuler, pada pemeriksaan usus positive, hepar dan ginjal tidak
kardiovaskuler di dapatkan Ictus cordis teraba, tidak ada nyeri saat dipalpasi, dan
tidak terlihat dan teraba, serta Irama perkusi tympani.Tidak ada pembesaran
teratur. Mukosa mulut kering, bibir pucat, kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
nyeri tekan hepar(-), perkusi tympani. Pada ekstermitas atas dextra terpasang
Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar IVFD NaCl 0.9% 18x/menit dan tidak
getah bening(-). Pada bagian punggung ada edema
terdapat ruam kemerahan, ekstermitas
atas terpasang IVFD NaCl 0,9% 18
tetes/menit
Data Psikologis: Data Psikologis:
Status emosional dan psikologis pasien Status emosional pasien baik, pasien
secara umum tidak dapat dinilai mampu mengontrol emosinya. Gaya
komunikasi tegas, cepat tetapi terarah dan
jelas. Konsep diri pasien baik, yaitu
pasien menerima dan menyadari penyakit
yang di alaminya merupakan cobaan dari
Allah.

Data penunjang: Data penunjang:


Hasil labor pada tanggal 16 Mei 2017, Hasil labor pada tanggal 16 Mei 2017
didapatkan Hb 10.4 gr/dL (12-16 gr/dL), didapatkan Hb 12 g/dl, Leukosit
Leukosit 8800/mm3 (5000-10.000), 85.000/mm3, Trombosit 235.000 /mm3,
Hematokrit 43% ( 40-48 %), Trombosit Hematokrit 42%, SGOT 17 u/l, SGPT 13
140.000 /mm3 (150.000-400.000), Gula u/l, Ureum 27 mg/dl, Kreatinin 1.3 mg/dl,
darah Sewaktu 298 mg/dl (<180 mg/dl) Gula darah sewaktu 498 mg/dl.
Pada tanggal 19 Mei 2017 didapatkan Pada tanggal 17 Mei 2017 didapatkan
hasil labor dengan Hb12,4 gr/dL, hasil GDS 332 mg/dl
Hematokrit 43%, GDS 189 mg/dl Pada tanggal 18 Mei 2017 didapatkan
hasil GDS 332 mg/dl, Hb 14 g/dl
Pada tanggal 19 Mei 2017 didapatkan
hasil GDS 329 mg/dl
Pada tanggal 20 Mei 2017 didapatkan
hasil GDS 274 mg/dl
Terapi pengobatan: Terapi pengobatan:
Ceftriaxone 2x1 gr, levofloxacine 1x500 Citicolin 1000 mg/12 jam, Aspilet 1x80
mg, nevorapid 3x8 iu, manitol 125 cc mg, Mecobalanin 1000/mg/24 jam,
Fenitoin 2x100 mg, Asam Folat 1x1 mg
Analisa Data: Analisa Data:
Ds: - Ds : Sering ada rangsangan mual-muntah
Do: rambut mudah rontok, konjungtiva setelah makan, berat badan pasien turun
anemis, mukosa mulut pucat, IMT pasien drastis sejak ia mengetahui menderita
16,4 DM sekitar satu tahun terakhir, sebelum
Dari analisa diatas didapatkan masalah sakit pasien mengatakan BB 85 kg.
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Do : pasien diberi diit DD 1700 Kkal. BB
kebutuhan tubuh dengan penyebab faktor pasien saat dilakukan pemeriksaan 70 kg.
biologis Kunjungtiva anemis, mukosa mulut pucat
Ds: - Dari analisa diatas didapatkan masalah
Do: keadaan umum pasien lemah, rentan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
terhadap penularan penyakit, hasil labor kebutuhan tubuh dengan penyebab faktor
Hb 10.4 gr/dL, Trombosit 140.000 /mm3. biologis
Dari analisa diatas didapatkan masalah Ds: klien mengatakan berat badan turun
resiko infeksi dengan penyebab 15 kg sejak 6 bulan terakhir.
menurunya status kesehatan Do: mukosa mulut pucat, kadar gula
Ds:- darah meningkat, didapatkan gula darah
Do: kadar gula darah pasien tidak pasien yaitu 332 mg/dl
terkontrol, GDS 298 mg/dl, tekanan Dari analisa diatas didapatkan masalah
darah 150/90 mmHg ketidakstabilangula darah dengan
Dari analisa diatas didapatkan masalah penyebab kurang kepatuhan pada
resiko ketidakstabilan kadar glukosa manajemen diabetes
darah dengan penyebab pemantauan
glukosa darah tidak adekuat.
Diagnosa yang dapat ditegakkan sesuai analisa data yang diperoleh adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN2
1. Ketidakseimbangan nutrisi 1. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor berhubungan dengan faktor
biologis biologis
2. Resiko infeksi berhubungan 2. Resiko ketidakstabilan gula
dengan menurunnya status darah berhubungan dengan
kesehatan kurang kepatuhan pada
3. Resiko ketidakstabilan gula manajemen diabetes
darah berhubungan dengan
pemantauan glukosa darah
tidak adekuat.
Adapun intervensi keperawatan yang akan dilakukan sesuai diagnosa yang telah
ditegakkan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN2
1. Ketidakseimbangan nutrisi 1. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan kurang dari kebutuhan tubuh
tubuhberhubungan dengan
faktor biologis NOC:Nutritional status: food and
fluid intake
NOC:Nutritional status: food and
fluid intake Kriteria Hasil:

Kriteria Hasil: 1) Adanya peningkatan berat


badan sesuai dengan tujuan
6) Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan 2) Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan
7) Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan 3) Mampu mengidentifikasi
kebuuhan nutrisi
8) Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi 4) Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
9) Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi 5) Tidak terjadi penurunan BB
yang berarti
10) Tidak terjadi penurunan BB
yang berarti NIC : Nutrition Management

NIC : Nutrition Management 1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk nutrisi yang dibutuhkan pasien
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien 2) Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
6) Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi Nutrition Monitoring

Nutrition Monitoring 1) Monitor adanya penurunan berat


badan
7) Monitor adanya penurunan berat
badan 2) Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8) Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi 3) Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
9) Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah 4) Monitor kadar Hb, Ht

10) Monitor kadar Hb, Ht


2. Resiko ketidakstabilan gula
darah berhubungan dengan
2. Resiko infeksi berhubungan kurang kepatuhan pada
dengan menurunnya status manajemen diabetes
kesehatan
NOC: NOC :Blood glucose level
d) Immune status c. Blood glucose
e) Knowledge: infection control d. Glycosylated hemoglobin
f) Risk control Severity of hyperglycemia
Kriteria hasil: d. Malaise
6) Klien bebas dari tanda dan e. Fatigue
gejala infeksi
f. Dry mouth
7) Mendeskripsikas proses
penularan penyakit NIC :Hyperglikemia Management:

8) Menunjukkan kemampuan 1. Pantau tanda dan gejala


untuk mencegah timbulnya poliuria, polidipsia, dan
infeksi polifagia

9) Jumlah leukosit dalam batas 2. Memantau tekanan darah dan


normal denyut nadi

10) Menunjukkan perilaku hidup 3. Mengelola insulin


sehat
4. Mendorong asupan cairan oral
NIC
5. Memberi cairan IV sesuai
Infection Control : kebutuhan

16) Batasi pengunjung bila perlu 6. Mengidentifikasi kemungkinan


penyebab hiperglikemia
17) Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat 7. Batasi latihan jika kadar gula
berkunjung dan setelah darah > 250 Mg/dl, terutama
meninggalkan pasien jika adanya keton urin

18) Gunakan sabun antiseptik 8. Menfasilitasi terhadap diet dan


untuk mencuci tangan latihan

19) Gunakan baju dan sarung


tangan sebagai alat pelindung
diri
20) Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
21) Ganti letak IV perifer dan line
sentral sesuai dengan petunjuk
umum
22) Kolaborasi pemberian
antibiotik
23) Monitor kerentanan terhadap
infeksi
24) Berikan perawatan kulit pada
daerah epidema
25) Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
26) Dorong masukan nutrisi yang
cukup
27) Dorong istirahat yang cukup
28) Ajarkan cara menghindari
infeksi
29) Laporkan kecurigaan infeksi

3. Resiko ketidakstabilan kadar


gula darah berhubungan
dengan penurunan berat
badan berlebihan
NOC :Blood glucose level
a. Blood glucose
b. Glycosylated hemoglobin
Severity of hyperglycemia
a. Malaise
b. Fatigue
c. Dry mouth
NIC :Hyperglikemia Management:
1) Pantau tanda dan gejala poliuria,
polidipsia, dan polifagia
2) Memantau tekanan darah dan
denyut nadi
3) Mengelola masukkan insulin
4) Dorong asupan cairan oral
5) Memberi cairan IV sesuai
kebutuhan
6) Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
7) Fasilitasi terhadap diet dan latihan

Penerapan implementasi berdasarkan intervensi yang telah dipilih dan sesuai


dengan keadaan pasien, akan dijelaskan pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN2
Implementasi yang telah dilakukan Implementasi yang telah dilakukan
pada Ny.U mulai tanggal 17-21 Mei
pada Tn.Y mulai tanggal 17-21 Mei
2017 adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa 1, implementasi yang 2017 adalah sebagai berikut :
telah dilakukan adalah
1. Diagnosa 1, implementasi yang
berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah telah dilakukan adalah
kalori dan nutrisi yang berkolaborasi dengan ahli gizi
dibutuhkan pasien yaitu Ny.U untuk menentukan jumlah
diberikan DD 1500 MC/ 6x150 kalori dan nutrisi yang
sehari, telah dilakukan oleh dibutuhkan pasien yaitu Tn.Y
perawat ruangan, memonitor diberikan DD 1700 Kkal sehari,
adanya penurunan berat badan
memonitor adanya penurunan
bertujuan untuk mengetahui
adanya penurunan badan, berat badan bertujuan untuk
memonitor kulit kering, mengetahui adanya penurunan
memonitor keringat, rambut badan, memonitor kulit kering,
mudah rontok, memonitor memonitor keringat, rambut
kadar albumin, Hb, Ht. mudah rontok, memonitor
kadar albumin, Hb, Ht
2. Diagnosa 2, implementasi yang
telah dilakukan adalah 2. Diagnosa 2, implementasi yang
membatasi pengunjung untuk
mengurangi kerentanan dilakukan adalah memantau
penularan penyakit, tanda dan gejala poliuria,
menginstruksikan pada polidipsia dan polifagia,
pengunjung untuk mencuci memantau tekanan darah dan
tangan sebelum dan sesudah denyut nadi, mengelola
meninggalkan pasien, menilai masukan insulin agar tidak
kulit dan membran mukosa
terjadi hiperglikemia,
terhadap kemerahan,
mendorong masukan nutrisi mendorong asupan cairan oral,
yang cukup memberikan cairan IV sesuai
kebutuhan.
3. Diagnosa 3, implementasi yang
dilakukan adalah memantau
tanda dan gejala poliuria,
polidipsia dan polifagia,
memantau tekanan darah dan
denyut nadi, mengelola
masukan insulin agar tidak
terjadi hipoglikemia,
mendorong asupan cairan oral,
memberikan cairan IV sesuai
kebutuhan.

Berdasarkan implementasi yang dilakukan pada masing-masing pasien selama 5


hari rawatan didapatkan evaluasi keperawatan sebagai berikut.
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan
PARTISIPAN 1 PARTISIPAN2
Diagnosa 1, didapatkan hasil evaluasi Diagnosa 1, didapatkan evaluasi
masalah keperawatan belum teratasi keperawatan teratasi pada hari ke 4
dengan kriteria hasil berat badan tidak dengan kriteria hasil intake nutrisi
meningkat sesuai tujuan, berat badan klien adekuat, patuh terhadap diit
tidak sesuai tinggi badan. Intervensi rumah sakit, GDS 274 mg/dl, Hb 14
keperawatan dihentikan pasien pulang g/dl,
hari ke 5. Diagnosa 2, didapatkan evaluasi
masalah keperawatan teratasi hari ke 5
Diagnosa 2, didapatkan hasil evaluasi dengan kriteria hasil klien mengatakan
masalah kesehatan belum teratasi sudah tidak sakit kepala, klien patuh
dengan kriteria hasil klien bebas dari terhadap diit rumah sakit, GDS 274
tanda-tanda infeksi tidak tercapai mg/dl tekanan darah 120/80 mmHg,
masih terdapatruam kemerahan pada nadi 86 x/i tindakan keperawatan yang
kulit tertekan, dengan Leukosit diberikan dengan mengelola masukan
8800/mm3, serta intake nutrisi yang insulin
adekuat.
,
Diagnosa 3, didapatkan evaluasi
keperawatan teratasi pada hari ke 5
dengan kriteria hasil tekanan
darah130/80 mmHg, nadi 78x/i, gula
darah dalam rentang normal 189 mg/dl
tindakan yang dilakukan dengan
mengelola masukan insulin

B. PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses


keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada bab ini peneliti akan
membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang
ditemukan dalam perawatan kasus gangguan nutrisi pada pasien Diabetes
Mellitus pada Ny.U dan Tn.Y yang dilakukan pengkajian pada tanggal 17 Mei
2017 dan telah dilakukan asuhan keperawatan mulai tanggal 17-21 Mei 2017
diruang Interne RSUD Lubuk Basung, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses keperawatan,
dari pengkajian ini dapat kita lihat perbedaan kasus dengan teori yaitu :

a. Identitas pasien
Identitas klien diperoleh dari pasien, keluarga dan status. Menurut analisa
peneliti, pada kasus gangguan nutrisi pada pasien Diabetes Mellitus ada
kecenderungan faktor jenis kelamin perempuan dimana kebutuhan kalori
pada pria adalah sebesar 30 kal/kg BB sedangkan pada wanita sebesar 25
kal/kg BB, (Inayah, 2014). Serta dalam penelitian yang dilakukan oleh
Agus Sudaryono,dkk (2014) dalam hubungan pola makan, genetik dan
kebiasaan olahraga terhadap kejadian DM menyatakan bahwa jumlah
responden mengalami diabetes yang berjenis kelamin perempuan lebih
tinggi yaitu sebanyak 34 (56,7%), laki-laki 26 (43,3%).
b. Keluhan utama
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan dari 2 pasien yang dibawa ke
RSUD Lubuk Basung, keluhan utama yang muncul pada kasus Diabetes
Mellitus adalah pasien dengan kejang-kejang, demam,berkeringat dingin
pada partisipan 1 tidak sadarkan diri dan partisipan 2 terjadi hemiparise
dextra. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan (Price & Wilson,
2012) yaitu keluhan utama pada pasien diabetes mellitus biasanya berupa
poliuria, polifagia, polidipsia, penurunan berat badan, dan luka yang lama
sembuh. Pada pasien yang mengalami sindrom HHNK (Hiperglikemia
Hiperosmolar Non Ketogenik) terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat
(membran mukosa kering, turgor kulit jelek), takikardi, dan tanda-tanda
neurologis berupa (perubahan sensori, kejang-kejang, hemiparise).
c. Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada 2 pasien Diabetes Mellitus didapatkan
bahwa pasien mengeluh badan terasa lemas, berat badan mengalami
penurunan, nafsu makan menurun sering ada rangsangan mual-muntah..
Keluhan tersebut sejalan dengan teori (Robbins dkk, 2007) yang
mengemukakan dimana pasien dengan diabetes tipe II memperlihatkan
gejala poliuria dan polidipsia.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Sesuai dengan pengkajian pada riwayat kesehatan dahulu pasien
mengatakan pernah dirawat dengan stroke dan memiliki riwayat hipertensi
seta pola hidup tidak sehat. Hal ini sesuai dengan teori (Riyadi &
Sukarmin, 2008) menyatakan bahwa penyakit yang mungkin terjadi
sebagai pemicu timbulnya diabetes mellitus perlu dikaji riwayat penyakit
pankreas, gangguan hormonal, pemberian obat-obatan seperti diuretik
yang dapat menurunkan sekresi insulin, anti radang, atau obat pada
gangguan jantung.
e. Pemeriksaan fisik
Penyakit Diabetes salah satu penyakit yang berpengaruh dengan
pemenuhan nutrisi. Diabetes Mellitus merupakan gangguan kebutuhan
nutrisi yang ditandai gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin. Pasien DM yang tidak memperhatikan kebutuhan
nutrisi akan berdampak terhadap peningkatan kadar gula darah yang tidak
terkontrol. Defisiensi insulin menyebabkan tidak semua glukosa dapat
diubah menjadi glikogen sehingga sebagian besar glukosa akan tetap
berada dalam darah (Alimun,2009).
Pada kasus Tn.Y ditemukan data terjadinya penurunan berat badan sejak 6
bulan terakhir, sering BAK pada malam hari dan merasa lapar. Sesuai
dengan teori apabila terjadi kekurangan insulin maka dapat mengakibatkan
menurunya transpor glukosa melalui membran sel sehingga
mengakibatkan sel-sel kekurangan makanan dan terjadi peningkatan
metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul penderita akan
selalu merasa lapar (poliphagia) namun berat badan mengalami penurunan
(Beck E. Mary,2011).
Sedangkan Ny.U ditemukan data pasien tidak sadar GCS 4 E1M1V2,
badan terlihat kurus, konjungtiva anemis, turgor kulit jelek, terdapat ruam
kemerahan pada area yang tertekan. Diperkuat dengan teori (Price &
Wilson, 2012) pada pasien yang mengalami sindrom HHNK terdiri atas
gejala hipotensi, dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor kulit
jelek), takikardi, dan penurunan status neurologis berupa (perubahan
sensori, kejang-kejang, hemiparise).

2. Diagnosa keperawatan
Pemantauan nutrisi merupakan bagian penting bagi penderita diabetes dan
sering mencakup penurunan berat badan. Tujuannya adalah mencapai dan
mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan darah dalam kisaran
normaluntuk mencegah atau memperlambat munculnya komplikasi kronik
serta memenuhi kebutuhan nutrisi individu (Brunner & Suddarth, 2016).
Menurut NANDA International 2015 masalah keperawatan yang muncul
diantaranya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, kurang asupan makanan, kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi,kehilangan cairan
aktif, resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kurang
kepatuhan terhadap manajemen diabetes, manajemen diabetes tidak tepat,
pemantauan glukosa darah tidak adekuat, resiko infeksi berhubungan
dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen,
malnutrisi, obesitas, penyakit kronis, penurunan kadar Hb, resiko
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan metabolisme,
ketidakseimbangan status nutrisi, neutopati perifer, prosedur bedah, resiko
harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh, gangguan
fungsi, gangguan peran sosial.
Data yang didapat berdasarkan pengkajian yang dilakukan, tidak semua
diagnosa yang ada dalam teori gangguan nutrisi pada pasien Diabetes
Melllitus muncul, terdapat 3 diagnosa diantaranya 2 diagnosa yang sama
yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis dan resiko ketidakstabilan gula darah. Kemudian
pada partisipan 1 terdapat diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya status imun.
Diagnosa yang berbeda antara kedua pasien adalah pada partisipan 1
ditegakkan diagnosa resiko infeksi ditemukan data konjungtiva anemis,
turgor kulit jelek, terdapat ruam kemerahan pada area yang tertekan.

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditemukan. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing
Interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification
(NOC). Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus pasien didasarkan
pada tujuan intervensi masalah keperawatan yaituketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis,
resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan, dan
resiko ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan kurang
kepatuhan terhadap manajemen diabetes.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari sesuai dengan


intervensi yang peneliti susun manajemen nutrisi Diabetes seperti
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan pasien dimana sudah dilakukan oleh perawat ruangan,
memonitor adanya penurunan berat badan, anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake nutrisi, jelaskan kebutuhan nutrisi pada kasus
diabetes, monitor kulit kering atau perubahan pigmentasi, rambut mudah
rontok serta monitor Hb dan Ht.

Diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya


status kesehatan hanya ditemukan pada pasien 1, peneliti melakukan
tindakan mengontrol infeksi diantaranya batasi pengunjung, instruksikan
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah meninggalkan pasien,
kolaborasi pemberian antibiotik, monitor kerentanan terhadap infeksi,
tingkatkan intake nutrisi, anjurkan istirahat yang cukup.

Diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah ditemukan


pada kedua pasien dengan kriteria kadar glukosa darah tinggi.Intervensi
yang peneliti lakukanadalah menajemen hyperglikemi

4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada diagnosaketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
implementasi yang telah dilakukan adalah berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
memonitor adanya penurunan berat badan bertujuan untuk mengetahui
adanya penurunan badan, menganjurkan pasien untuk meningkatkan
intake nutrisi,menjelaskan kebutuhan nutrisi pada kasus diabetes,
memonitor kulit kering atau perubahan pigmentasi, rambut mudah rontok,
memonitor kadar albumin. Analisa peneliti, didapatkan masing-masing
pasienanemis dengan Hb dibawah normal.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa resiko infeksi berhubungan


dengan menurunnya status kesehatan, peneliti melakukan tindakan
mengontrol infeksi diantaranya membatasi pengunjung, menginstruksikan
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah meninggalkan pasien,
berkolaborasi pemberian antibiotik, memonitor kerentanan terhadap
infeksi, tingkatkan intake nutrisi, anjurkan istirahat yang cukup. Untuk
diagnosa resiko infeksi lebih difokuskan pada Ny.U karena pasien masih
mengalami penurunan kesadaran.

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan ketidakstabilan


kadar glukosa dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan,
diharapkan ketidakstabilan kadar glukosa dapat teratasi dengan kriteria
hasil memferbalisasi peningkatan energi dan merasa lebih baik,
menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelahan, glukosa darah
adekuat. kualitas hidup meningkat, istirahat cukup. Intervensi yang di buat
peneliti adalah menajemen hyperglikemi, berdasarkan buku panduan
intervensi keperawatan NIC dan NOC (2015).
Untuk rencana tindak lanjut tidak dilakukan karna pasien pulang pada hari
rawatan ke lima.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang dilakukan dengan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan dari tindakan keperawatan yang dilakukan. Peneliti melakukan
evaluasi keperawatan terhadap pasien selama 24 jam dengan dua shift
berikutnya peneliti mendokumentasikan melalui catatan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat ruangan yang dinas pada shifttersebut, namun hasil
evaluasi yang didokumentasikan oleh perawat ruangan pada shift sore dan
malam hampir sama dengan evaluasi keperawatan pada shift pagi tanpa
melihat adanya kemajuan ataupun kemunduran kesehatan pasien.

Hasil evaluasi didapatkan pada hari kelima rawatan tanggal 21 Mei 2017,
untuk diagnosa keperawatanketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis didapatkan evaluasi
keperawatanmasalah keperawatan pada partisipan 1 teratasi belum
teratasi , dengan kriteria hasil terjadinya peningkatan hasil labor dengan
nilai Hb12,4 gr/dL, Hematokrit 43%, berat badan pasien menurut IMT
termasuk underweight, turgor kulit masih jelek. Dari hasil pencapaian
krtiteria hasil didapatkan masalah belum teratasi, intervensi dihentikan
pada tanggal 21 Mei 2017 karna keluarga meminta pasien dirawat dirumah
saja. Pada partisipan 2 masalah teratasi pada hari ke 4 dengan kriteria hasil
intake nutrisi klien adekuat, patuh terhadap diit rumah sakit, GDS 274
mg/dl, Hb 14 g/dl, turgor kulit baik, tidak ada tanda anemi terlihat dari
pencapaian kriteria hasil masalah teratasi pada tanggal 21 Mei 2017.
Intervensi dihentikan karena pasien pulang.
Analisa peneliti, dari kriteria hasil yang didapatkan pada perkembangan
pasien 1 seharusnya dilanjutkan sehubungan dengan masih ada kriteria
yang belum teratasi, tetapi dihentikan karena pasien pulang paksa.
Pada diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan
menurunya status kesehatan, untuk partisipan 1 didapatkan hasil evaluasi
masalah kesehatan belum teratasi dengan kriteria hasil klien bebas dari
tanda-tanda infeksi tidak tercapai, terdapat kemerahan pada kulit bagian
tertekan masih adaluas area kemerahan mengecil, dengan Leukosit
8800/mm3. Intervensi dihentikan pada tanggal 21 Mei 2017 karena pasien
pulang.

Pada diagnosa keperawatan resiko ketidakstabilan gula darah berhubungan


dengan penurunan berat badan berlebihan untuk partisipan 1 didapatkan
evaluasi keperawatan teratasi pada hari ke 5 dengan kriteria hasil tekanan
darah130/80 mmHg, nadi 78x/i, gula darah belum normal 189 mg/dl,
pasien belum sadar tindakan yang dilakukan dengan mengelola masukan
insulin pasien pulang pada tanggal 21 Mei 2017 intervensi keperawatan
dihentikan. Pada partisipan 2 masalah keperawatan teratasi hari ke 5
dengan kriteria hasil klien mengatakan sudah tidak sakit kepala, klien
patuh terhadap diit rumah sakit, turgor kulit baik, GDS 274 mg/dl tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 86 x/i tindakan keperawatan yang diberikan
dengan mengelola masukan insulin serta manajemen kepatuhan pasien
terhadap diit yang diberikan. Intervensi dihentikan tanggal 21Mei 2017
karena pasien boleh pulang.

Analisa peneliti dari kriteria hasil didapatkan perkembangan pasien setelah


dilakukan implementasi keperawatan pada pasien 1 seharusnya dilanjutkan
sehubungan dengan kriteria hasil yang belum tercapai namun intervensi
dihentikan karena pasien pulang paksa. Pada pasien 2 sudah menunjukkan
adanya perkembangan yang baik dengan kriteria hasil tercapai sesuai NOC
(2015) intervensi dihentikan pasien boleh pulang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan Asuhan Keperawatan Gangguan


Pemenuhan Nutrisi pada Ny.U dan Tn.Y dengan kasus Diabetes Mellitus
diruangan Interne RSUD Lubuk Basung, peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian kedua pasien didapatkan data pasien mengalami kejang-
kejang sesaat sebelum dibawa kerumah sakit, partisipan 1 mengalami
penurunan kesadaran dengan GCS 4 E1M1V2, pernafasan sesak.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua pasien terdapat 3
diagnosa keperawatan diantaranya 2 diagnosa sama yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis dan resiko ketidakstabilan gula darah. Kemudian
pada pasien 1 terdapat diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya status imun.
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada masalah
keperawatan yang ditemukan. Beberapa intervensi yang peneliti lakukan
diantaranya manajemen nutrisi, manajemen hiperglikemi, kontrol infeksi
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus
seperti manajemen nutrisi diantaranya tentukan pencapaian berat badan
sesuai ideal, intstruksikan kepada pasien mengenai kebutuhan nutrisi,
memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama 5 hari dalam bentuk SOAP. Diagnosa
keperawatan untuk setiap pasien hanya teratasi sebagian.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Direktur RSUD Lubuk Basung
Melalui Direktur RSUD Lubuk Basung, perawat di Ruang Interne
diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan nutrisi pada
pasien diabetes mellitus dengan memperhatikan kepatuhan pasien terhadap
diit DM dan memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang baik
dikomsumsi untuk penderita diabetes mellitus khususnya pada pasien
gangguan pemenuhan nutrisi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan
perawat yang profesional, terampil dan bermutu yang mampu memberikan
asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik
keperawatan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian komprehensif dan
mengambil diagnosa keperawatan secara tepat menurut pengkajian
yang didapatkan, melaksanakan tindakan keperawatan dengan lebih
dahulu memahami masalah dengan baik, dan mendokumentasikan
hasil tindakan yang telah dilakukan.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
kasus Diabetes Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Alimul. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia – Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Selemba Medika
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Keperawatan Daerah; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 10 Januari 2017 dalam
https://www.google.com/search?
q=riset+kesehatan+daerah+2013&ie=utf-8&oe=utf-
8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=fflb.
TarwantodanWartonah. (2011). KebutuhanDasarManusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
Atoilah, E. Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media
Vaughans, W Bennita (2013). Keperawatan Dasar, Yogyakarta: Rapha Publishing
Profi Kesehatan Indonesia . 2015. Studi Diet Total, Jakarta: Balitbang Kemenkes
RI diakses dalam
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf. pada tanggal 12 Januari
2017
Saputra, Lyndon (2013). Kebutuhan Dasar Manusia, Tanggerang Selatan:
Binarupa Aksara Publisher
Beck, E. Mary (2011). Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
Cotran &Robbins (2016). Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG
Rendy, M.Clevo & Margaret. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Brenna (et al).(2011). Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah ed.2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran ECG
Brunner & Suddarth. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Robbin & Cotran/Mitchell. N Richard. (et al) (2008). Buku Saku Dasar Patologi
Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Riyadi. Sujono & Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
NANDA International. 2015.NANDA International Inc. Diagnosa Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 (Budi Anna Keliat, et al, Penerjemah).
Jakarta: EGC
Agus Sudaryono. (2014). Hubungan antara pola makan, genetik dan kebiasaan
olahraga terhadap diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Banjarmasin.
Diakses dalam http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=167938. Tanggal 12 Januari
2017
Sutiawati,Mubarti dkk. (2014). Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Pengetahuan,
Pola Makan Dan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
RSUD Makassar. Makassar: Universitas Hasanudin. Diakses tanggal 12
Januari 2017 dalam http://id.portalgaruda.org/index.php?
ref=browse&mod=viewarticle&article=29748
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(edisi 4). Jakarta: Salemba Medika. Diakses dalam
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/3-2Metodoligi_Nursalam_EDISI
%204-21%20NOV.pdf, diakses tanggal 18 Januari 2017
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
LAMPIRAN

ASUHANKEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. U
b. Tanggal lahir : 9 Agustus 1951/ 66 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status kawin : Janda
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : Sekolah Dasar
g. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
h. Tanggal masuk : 14 Mei 2017
i. Alamat : Bula’an Maninjau
j. Tanggal pengkajian : 17 Mei 2017
k. Dx medis : Sepsis ec CAP DM tipe 2+Stroke Hemoragik
2. Identifikasi penanggung jawab
a. Nama : Ny. R
b. Pekerjaan : Pedagang
c. Alamat : Bula’an Maninjau
d. Hubungan : Anak
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Ny.U masuk melalui IGD RSUD Lubuk Basung
pada hari Minggu tanggal 14 Mei 2017 pukul 10.30 WIB, dengan
keluhan pasien pasien demam, nafas sesak, kejang-kejang dan
mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 4 E1M1V2. Saat di
IGD dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu 380 mg/dL

2) Keluhan saat dikaji : Saat dilakukan pengkajian Rabu tanggal 17


Mei 2017 pukul 09.00 pasien tidak sadar GCS 4 E1M1V2, badan
terlihat kurus, konjungtiva anemis, turgor kulit jelek
b. Riwayat kesehatan dahulu : Keluarga mengatakan pasien memiliki
riwayat hipertensi, pernah dirawat di rumah sakit dengan stroke sekitar 7
tahun yang lalu (2011), pasien sudah mengetahui ia menderita penyakit
DM sejak 5 tahun yang lalu tetapi tdak pernah memantau gula darah
secara rutin, pasien sering mengkomsumsi obat sakit kepala tanpa resep
dokter.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga mengatakan adik pasien juga
menderita penyakit DM
4. Kebutuhan dasar
a. Makan / minum : sehat pasien makan 3x sehari dengan nasi, lauk
dan jarang menngkomsusmsi sayur, kebiasaan minum lebih kurang 8
gelas perhari. Saat sakit pasien diberi diit DM 1500 mc 6x150 cc dan air
putih 50 cc setiap pemberian diit.
b. Tidur : saat sehat pasien tidur 7-8 jam perhari sering
terbangun. Saat sakit pasien tidak sadar sejak masuk rumah sakit.
c. Eliminasi : saat sehat pasien BAK lebih kurang 5x sehari
sering BAK pada malam hari, warna kuning pekat dengan bau khas
urine, BAB 1xsehari. Saat sakit pasien terpasang kateter dengan jumlah
urine 800 cc/24 jam, pasien BAB 1x/3hari dengan konsistensi lembek
d. Aktifitas pasien : saat sehat pasien tidak memiliki aktivitas fisik
seperti olahraga teratur
5. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan : 160 cm
b. Berat badan : 40 kg
c. Tingkat kesadaran :Stupor, GCS 4 E1M1V2
d. TTV : TD = 160/90 mmHg
Nadi = 89 x/i
Pernafasan = 25 x/i
Suhu = 37.20C
e. Rambut : mudah rontok
f. Mata : konjungtiva anemis, pupil isokor
g. Hidung : pernafasan cuping hidung (-)
h. Mulut : bibir kering, membran mukosa pucat
i. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening (-)
j. Toraks :inspeksi dinding dada simetris, fremitus
kiri=kanan, perkusi sonor, auskultasi vesikuler
k. Genitalia : terpasang kateter
l. Ekstermitas : ekstermitas kanan atas terpasang infus
IVFD Nacl 0,9% 18 tetes/ menit.
6. Data psikologis

Status emosional dan status psikologis tidak dapat dinilai

7. Pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang


Tanggal 16 Mei 2017 :
Hb =10,4 gr/dL rujukan normal= 12-16 gr/dL
Leukosit = 8800/mm3 =5000-10000/mm3
Hematokrit = 43% =37-43 %
Trombosit =140.000 /mm3 =150.000-400.000/mm3
Gula darah Sewaktu 298 mg/dl = < 180 mg/dl
Tanggal 19 Mei 2017 :
Hb =12 gr/dL
Gula darah Sewaktu 189 mg/dl
8. Program pengobatan
Ceftriaxone 2x1 gr
Levofloxacine 1x500 mg
Nevorapid 3x8 iu
Manitol 125 cc

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Data Masalah Penyebab


Ds: - Ketidakseimbangan nutrisi Faktor biologis
Do: kurang dari kebutuhan
-rambut mudah rontok tubuh
-konjungtiva anemis
-mukosa mulut pucat
-turgor kulit jelek
-IMT = 16,4
Ds: - Resiko infeksi Menurunnya status
Do: kesehatan
-keadaan umum pasien
lemah
- terdapat iritasi kulit pada
daerah tertekan
- Hb 10.4 gr/dL
-Trombosit 140.000 /mm3
Ds:- Resiko ketidakstabilan Pemantauan glukosa
Do: kadar glukosa darah darah tidak adekuat.
-GDS 298 mg/dL
-berat badan kurang dari
ideal
- IMT = 16,4

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ditemukan Dipecahkan
No Diagnosa keperawatan Masalah masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 Ketidakseimbangan 17-5-2017 21-5-2017
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
faktor biologis
2 Resiko infeksi 17-5-2017 21-5-2017
berhubungan dengan
menurunnya status
kesehatan
3 Resiko ketidakstabilan 17-5-2017 21-5-2017
kadar glukosa darah
berhubungan dengan
pemantauan glukosa
darah tidak adekuat.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi
keperawatan NOC NIC
1 Status nutrisi Nutrition Management
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Kriteria hasil: 1) Kolaborasi dengan
kebutuhan tubuh a. Asupan gizi adekuat ahli gizi untuk
berhubungan b. Asupan cairan menentukan jumlah
dengan faktor c. Energy kalori dan nutrisi
biologis d. Berat badan ideal yang dibutuhkan
sesuai dengan tinggi pasien
badan
e. Tidak ada tanda- 2) Berikan informasi
Defenisi: asupan tanda malnutrisi tentang kebutuhan
nutrisi tidak cukup f. Tidak terjadi nutrisi
untuk memenuhi penurunan BB yang
kebutuhan metabolik. Nutrition Monitoring
berarti
1) Monitor adanya
Faktor resiko:
penurunan berat
a. Faktor biologis
badan
b. Faktor ekonomi
c. Faktor psikologis 2) Monitor kulit kering
d. Ketidakmampuan dan perubahan
untuk pigmentasi
mengabsorpsi
nutrien 3) Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
4) Monitor kadar Hb,
Ht

2 a) Immune status Infection Control :


Resiko infeksi
berhubungan b) Knowledge: 1) Batasi pengunjung
dengan infection control bila perlu
menurunnya status
c) Risk control 2) Instruksikan pada
kesehatan
Kriteria hasil: pengunjung untuk
mencuci tangan saat
1) Klien bebas dari berkunjung dan
Definisi: Mengalami tanda dan gejala setelah
peningkatan resiko infeksi meninggalkan pasien
terserang organisme
patogenik 2) Mendeskripsikas 3) Gunakan sabun
proses penularan antiseptik untuk
penyakit mencuci tangan
Faktor-faktor
3) Menunjukkan 4) Gunakan baju dan
resiko:
kemampuan untuk sarung tangan
a. Penyakit kronis:
mencegah timbulnya sebagai alat
DM, obesitas
infeksi pelindung diri
b. Pengetahuan yang
tidak cukup untuk 4) Jumlah leukosit 5) Kolaborasi
menghindari pajanan dalam batas normal pemberian antibiotik
patogen
c. Pertahanan tubuh 5) Menunjukkan 6) Monitor kerentanan
primer yang tidak perilaku hidup sehat terhadap infeksi
adekuat
d. Ketidakadekuatan 7) Berikan perawatan
pertahanan sekunder kulit pada daerah
e. Vaksinasi tidak epidema
adekuat 8) Inspeksi kulit dan
f. Pemajanan tehadap membran mukosa
patogen lingkungan terhadap kemerahan,
meningkat panas, drainase
g. Malnutrisi
9) Dorong masukan
nutrisi yang cukup
10) Laporkan kecurigaan
infeksi

3 Blood glucose level Hyperglikemia


Resiko Management:
ketidakstabilan
a. Blood glucose 1) Pantau tanda dan
kadar gula darah gejala poliuria,
berhubungan b. Glycosylated polidipsia, dan
dengan penurunan hemoglobin polifagia
berat badan
berlebihan 2) Memantau tekanan
darah dan denyut
Severity of nadi
hyperglycemia
Defenisi: resiko 3) Mengelola masukkan
a. Malaise insulin
terhadap variasi
kadar glukosa atau b. Fatigue 4) Dorong asupan cairan
gula darah dalam oral
rentang normal. c. Dry mouth
5) Memberi cairan IV
Faktor resiko: sesuai kebutuhan
a. Asupan diet yang
tidak cukup 6) Identifikasi
b. Gangguan status kemungkinan
kesehatan fisik penyebab
c. Kurang kepatuhan hiperglikemia
pada rencana
manajemen 7) Fasilitasi terhadap
diabetes diet dan latihan
d. Kurang
pengetahuan
rentang
manajemen
penyakit
e. Manajemen
diabetes tidak
tepat
f. Manajemen
medikasi tidak
efektif
g. Pemantauan
glukosa darah
tidak adekuat.
h. Penambahan berat
badan berlebihan
i. Penurunan berat
badan berlebihan.
j. Stress berlebihan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Tgl
Rabu/ 1. Berkolaborasi S: -
17-5 Diagnosa dengan ahli gizi O:
2017 1 untuk menentukan -klien diberi diit DM
jumlah kalori dan 1500 mc 6x150 cc
nutrisi yang - Berat badan tidak
dibutuhkan pasien ideal
2. memberikan BB = 40 kg
informasi tentang TB = 160 cm Renti
kebutuhan nutrisi - IMT = 16,4
3. Memonitor adanya (underweight)
penurunan berat - Kulit klien kering,
badan mukosa mulut pucat
4. Memonitor kulit rambut mudah rontok
kering dan HB = 10,4 gr/dL
perubahan A:
pigmentasi Masalah belum teratasi
5. Memonitor
kekeringan, rambut P:
kusam, dan mudah Intervensi dilanjutkan
patah
6. Memonitor kadar
Hb, Ht.
Rabu/ Diagnosa 1) Membatasi S:-
17-5 2 pengunjung bila O:
2017 perlu -keadaan umum pasien
2) Menginstruksikan lemah
pada pengunjung - terdapat iritasi kulit
untuk mencuci pada daerah tertekan Renti
tangan saat - Hb 10.4 gr/dL
berkunjung dan -Trombosit 140.000
setelah /mm3
meninggalkan A: masalah belum
pasien teratasi
3) Menggunakan P: Intervensi
sabun antiseptik dilanjutkan
untuk mencuci
tangan
4) Menggunakan
baju dan sarung
tangan sebagai
alat pelindung diri
5) Berkolaborasi
pemberian
antibiotik
6) Memonitor
kerentanan
terhadap infeksi
7) memberikan
perawatan kulit
pada daerah
epidema
8) Menginspeksi
kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
9) Mendorong
masukan nutrisi
yang cukup
10) Laporkan
kecurigaan infeksi

Rabu/ 1) Pantau tanda dan S: -


17-5 Diagnosa gejala poliuria, O:
2017 3 polidipsia, dan -GDS 298 mg/dL
polifagia -berat badan kurang
2) Memantau tekanan dari ideal
darah dan denyut - IMT = 16,4
nadi A: masalah belum
3) Mengelola teratasi
masukkan insulin P: intervensi Renti
4) Dorong asupan dilanjutkan
cairan oral
5) Memberi cairan IV
sesuai kebutuhan
6) Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hiperglikemia
7) Fasilitasi terhadap
diet dan latihan
Kami 1. memberikan S: -
s/ Diagnosa informasi tentang O:
18-5 1 kebutuhan nutrisi -klien diberi diit DM
2017 1500 mc 6x150 cc
2. Memonitor adanya - Berat badan tidak
penurunan berat ideal
badan BB = 40 kg Renti
TB = 160 cm
3. Memonitor kulit
- IMT = 16,4
kering dan
(underweight)
perubahan
- Kulit klien kering,
pigmentasi
mukosa mulut pucat
4. Memonitor rambut mudah rontok
kekeringan, rambut HB = 10,4 gr/dL
kusam, dan mudah A:
patah Masalah belum teratasi
5. Memonitor kadar P:
Hb, Ht Intervensi dilanjutkan

Kami 1) Membatasi S:-


s/ Diagnosa pengunjung bila O:
18-5 2 perlu -keadaan umum pasien
2017 lemah
2) Menginstruksikan - terdapat iritasi kulit
pada pengunjung pada daerah tertekan
untuk mencuci - Hb 10.4 gr/dL
tangan saat -Trombosit 140.000
berkunjung dan /mm3 Renti
setelah A: masalah belum
meninggalkan teratasi
pasien P: Intervensi
dilanjutkan
3) Menggunakan
sabun antiseptik
untuk mencuci
tangan
4) Menggunakan
baju dan sarung
tangan sebagai
alat pelindung diri
5) Berkolaborasi
pemberian
antibiotik
6) Memonitor
kerentanan
terhadap infeksi
7) memberikan
perawatan kulit
pada daerah
epidema
8) Menginspeksi
kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
9) Laporkan
kecurigaan infeksi

Kami 1) Pantau tanda dan S: - Renti


s/ Diagnosa gejala poliuria,
O:
18-5 3 polidipsia, dan
-GDS 298 mg/dL
2017 polifagia -berat badan kurang
dari ideal
2) Memantau tekanan - IMT = 16,4
darah dan denyut A: masalah belum
nadi teratasi
P: intervensi
3) Mengelola
dilanjutkan
masukkan insulin
4) Dorong asupan
cairan oral
5) Memberi cairan IV
sesuai kebutuhan
6) Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hiperglikemia

Fasilitasi terhadap
diet dan latihan

Juma 1. memberikan S: - Renti


t/ Diagnosa informasi tentang O:
19-5 1 kebutuhan nutrisi -klien diberi diit DM
2017 1500 mc 6x150 cc
2. Memonitor adanya - Berat badan tidak
penurunan berat ideal
badan BB = 40 kg
TB = 160 cm
3. Memonitor kulit
- IMT = 16,4
kering dan
(underweight)
perubahan
- Kulit klien kering,
pigmentasi
mukosa mulut pucat
4. Memonitor rambut mudah rontok
kekeringan, rambut HB = 12 gr/dL
kusam, dan mudah A: Masalah belum
patah teratasi

5. Memonitor kadar P:
Hb, Ht Intervensi dilanjutkan
Juma 1) Membatasi S:- Renti
t/ Diagnosa pengunjung bila O:
19-5 2 perlu -keadaan umum pasien
2017 lemah
2) Menginstruksikan - terdapat iritasi kulit
pada pengunjung pada daerah tertekan
untuk mencuci - Hb 12 gr/dL
tangan saat -Trombosit 140.000
berkunjung dan /mm3
setelah A: masalah belum
meninggalkan teratasi
pasien P: Intervensi
dilanjutkan
3) Menggunakan
sabun antiseptik
untuk mencuci
tangan
4) Menggunakan
baju dan sarung
tangan sebagai
alat pelindung diri
5) Berkolaborasi
pemberian
antibiotik
6) Memonitor
kerentanan
terhadap infeksi
7) memberikan
perawatan kulit
pada daerah
epidema
8) Menginspeksi
kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
9) Laporkan
kecurigaan infeksi
Juma 1) Pantau tanda dan S: - Renti
t/ Diagnosa gejala poliuria,
O:
19-5 3 polidipsia, dan
-GDS 189 mg/dL
2017 polifagia -berat badan kurang
dari ideal
2) Memantau tekanan - IMT = 16,4
darah dan denyut A: masalah belum
nadi teratasi
P: intervensi
3) Mengelola
dilanjutkan
masukkan insulin
4) Dorong asupan
cairan oral
5) Memberi cairan IV
sesuai kebutuhan
6) Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hiperglikemia

Fasilitasi terhadap
diet dan latihan

LAMPIRAN

ASUHANKEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. Y
b. Tanggal lahir : 5 Januari 1964
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Status kawin : Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : Diploma
g. Pekerjaan : Polri
h. Tanggal masuk : 16 Mei 2017
i. Alamat : Asrama Polri Bawan
j. Tanggal pengkajian: 17 Mei 2017
k. Diagnosa medis : DM tipe 2 + susp Stroke Berulang
2. Identifikasi penanggung jawab
a. Nama : Ny. T
b. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
c. Alamat : Asrama Polri Bawan
d. Hubungan :Istri
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama : Tn.Y masuk melalui IGD RSUD Lubuk


Basung pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2017 pukul 15.00 WIB,
dengan keluhan utama pasien kejang-kejang setengah jam sebelum
dibawa ke RS, pasien berkeringat banyak, dan ekstermitas kanan
terasa berat. Saat di IGD dilakukan pemeriksaan GDS 498 mg/dL.

2) Keluhan saat dikaji : Saat dilakukan pengkajian pada hari Rabu


tanggal 17 Mei 2017 pukul 10.30 klien mengatakan kepala pusing,
nafsu makan menurun sering ada rangsangan mual-muntah.

b. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan pernah dirawat


di RS tahun 2015 dengan stroke, pasien memiliki kebiasaan merokok,
pasien baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit DM sejak 1 tahun
yang lalu.
c. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada anggota keluarga yang
memiliki penyakit seperti pasien atau riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi
5. Kebutuhan dasar
a. Makan / minum : saat sehat pasien makan 3x sehari dengan nasi,
lauk, suka makanan bersantan, jarang makan sayur, kebiasaan minum
air putih lebih kurang 7 gelas perhari, serta sering mengkomsumsi kopi
hingga 3x sehari. Saat sakit pasien diberi diit DM 1700 Kkal. Sering
ada rangsangan mual-muntah. Saat sakit pasien minum 8 sampai 9 gelas
sehari
b. Tidur : saat sehat pasien tidur 6 sampai 7 jam, pola
tidur tidak teratur. Saat sakit pasien tidur 7 sampai 8 jam dan sering
tidur siang.
c. Eliminasi : Saat sehat BAK sebanyak 4-8x sehari, dan sering
BAK pada malam hari. BAB 1x sehari. Saat sakit pasien mengeluhkan
sering BAK pada malam hari sekitar 3 kali dan BAB tidak ada sejak
masuk RS.
d. Aktifitas pasien : Saat sehat pasien jarang berolahraga ataupun
aktifitas fisik lain. Saat sakit pasien tidak memiliki aktifitas fisik
6. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan :170 cm
b. Berat badan :70 cm
c. Tingkat kesadaran : composmentis
d. TTV : TD = 110/70 mmHg
Nadi = 90 x/i
Pernafasan = 24 x/i
Suhu = 37.0C
e. Rambut : bersih, tidak mudah rontok
f. Mata : konjungtiva anemis
g. Hidung : cuping hidung(-)
h. Mulut : mukosa mulut pucat
i. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening (-)
j. Toraks : inspeksi dinding dada simetris, fremitus
kiri=kanan, perkusi sonor, auskultasi vesikuler
k. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
l. Ekstermitas : ekstermitas kanan atas terpasang infus IVFD Nacl
0,9% 18 tetes/ menit.
7. Data psikologis
Status emosional pasien baik, pasien mampu mengontrol emosinya. Gaya
komunikasi tegas, cepat tetapi terarah dan jelas. Konsep diri pasien baik,
yaitu pasien menerima dan menyadari penyakit yang di alaminya
merupakan cobaan dari Allah.
8. Pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang
Hasil labor pada tanggal 16 Mei 2017:
Hb 12 g/dl rujukan normal= 14-18 gr/dL
Leukosit 85.000/mm3 = 5000-10000/mm3

Trombosit 235.000 /mm3 =150.000-400.000/mm3

Hematokrit 42% =37-43 %

Ureum 27 mg/dl = 10,0 mg/dl

Kreatinin 1.3 mg/dl =0,6

Gula darah sewaktu 498 mg/dl. = < 180 mg/dl

Tanggal 17 Mei 2017 = GDS 332 mg/dl

Tanggal 18 Mei 2017 = GDS 332 mg/dl, Hb 14 g/dl

Tanggal 19 Mei 2017 = GDS 329 mg/dl

Tanggal 20 Mei 2017 = GDS 274 mg/dl

9. Program pengobatan
Citicolin 1000 mg/12 jam
Aspilet 1x80 mg
Mecobalanin 1000/mg/24 jam
Fenitoin 2x100 mg
Asam Folat 1x1 mg

ANALISA DATA KEPERAWATAN

Data Masalah Penyebab


Ds : Sering ada ketidakseimbangan Faktor biologis
rangsangan mual- nutrisi kurang dari
muntah setelah makan, kebutuhan tubuh
berat badan pasien
turun drastis sejak ia
mengetahui menderita
DM sekitar satu tahun
terakhir, sebelum sakit
pasien mengatakan BB
turun sejak 6 bulan
terakhir dari 85 kg

Do : pasien diberi diit


DD 1700 Kkal. BB
pasien saat dilakukan
pemeriksaan 70 kg.
Kunjungtiva anemis,
mukosa mulut pucat
Hb 12 g/dl
Ds: klien mengatakan ketidakstabilan gula kurang kepatuhan pada
berat badan turun 15
darah manajemen diabetes
kg sejak 6 bulan
terakhir.
Sering merasa pusing

Do: mukosa mulut


pucat, kadar gula darah
meningkat, didapatkan
gula darah pasien yaitu
332 mg/dl

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ditemukan Dipecahkan
No Diagnosa keperawatan masalah masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1 17-5-2017 21-5-2017
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
faktor biologis
2 Ketidakstabilan gula 17-5-2017 21-5-2017
darah berhubungan
dengan kurang kepatuhan
pada manajemen diabetes

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Intervensi


NOC NIC
1 Status nutrisi Nutrition
Ketidakseimbangan Management
nutrisi kurang dari Kriteria hasil:
kebutuhan tubuh a. Asupan gizi 1) Kolaborasi
berhubungan dengan dengan ahli gizi
adekuat
untuk menentukan
faktor biologis b. Asupan cairan
jumlah kalori dan
c. Energy
nutrisi yang
Defenisi: asupan nutrisi d. Berat badan ideal dibutuhkan pasien
tidak cukup untuk sesuai dengan
memenuhi kebutuhan tinggi badan 2) Berikan informasi
metabolik. e. Tidak ada tanda- tentang kebutuhan
tanda malnutrisi nutrisi
f. Tidak terjadi
Faktor resiko: Nutrition Monitoring
penurunan BB
e. Faktor biologis
f. Faktor ekonomi yang berarti 1) Monitor adanya
g. Faktor psikologis penurunan berat
h. Ketidakmampuan untuk badan
mengabsorpsi nutrien 2) Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
3) Monitor
kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
4) Monitor kadar Hb,
Ht

2 Ketidakstabilan gula Blood glucose level Hyperglikemia


darah berhubungan Management:
a. Blood
dengan kurang glucose 1) Pantau tanda dan
kepatuhan pada gejala poliuria,
b. Glycosylated polidipsia, dan
manajemen diabetes hemoglobin polifagia

Defenisi: resiko terhadap 2) Memantau


variasi kadar glukosa atau Severity tekanan darah dan
of
gula darah dalam rentang hyperglycemia denyut nadi
normal. 3) Mengelola
a. Malaise
masukkan insulin
Faktor resiko:
k. Asupan diet yang tidak b. Fatigue 4) Dorong asupan
cukup cairan oral
l. Gangguan status c. Dry mouth
kesehatan fisik 5) Memberi cairan
m. Kurang kepatuhan IV sesuai
pada rencana kebutuhan
manajemen diabetes
n. Kurang pengetahuan 6) Identifikasi
rentang manajemen kemungkinan
penyakit penyebab
o. Manajemen diabetes hiperglikemia
tidak tepat
Fasilitasi terhadap
p. Manajemen medikasi
tidak efektif diet dan latihan
q. Pemantauan glukosa
darah tidak adekuat.
r. Penambahan berat
badan berlebihan
s. Penurunan berat badan
berlebihan.
t. Stress berlebihan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


tanggal
Rabu/ Diagnosa 1. Berkolaborasi S:
17-5 1 dengan ahli gizi -pasien mengatakan
untuk menentukan
2017 ada rangsangan
jumlah kalori dan
nutrisi yang mual-muntah setelah
dibutuhkan pasien makan
2. memberikan
- pasien mengatakan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi badan terasa letih
3. Memonitor adanya O:
penurunan berat
- pasien diberi diit
badan DD 1700 Kkal. Renti
4. Memonitor kulit - BB pasien saat
kering dan
dilakukan
perubahan
pigmentasi pemeriksaan 70 kg.
5. Memonitor -Kunjungtiva
kekeringan, rambut
-anemis, mukosa
kusam, dan mudah
patah mulut pucat
6. Memonitor kadar Hb 12 g/dl
Hb, Ht
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
Rabu/ Diagnosa 8) Pantau tanda dan S:
gejala poliuria,
17-5 2 -Sering merasa
polidipsia, dan
2017 polifagia pusing
9) Memantau tekanan -berat badan turun
darah dan denyut 15 kg sejak 6 bulan
nadi terakhir
10) Mengelola
masukkan insulin Do:
11) Dorong asupan
cairan oral -mukosa mulut pucat
Renti
12) Memberi cairan IV -kadar gula darah
sesuai kebutuhan
13) Identifikasi meningkat
kemungkinan -gula darah pasien
penyebab
hiperglikemia yaitu 332 mg/dl
14) Fasilitasi terhadap A:
diet dan latihan
Masalah belum
teratasi

P:
Intervensi
dilanjutkan
Kamis/ Diagnosa 1. memberikan S:
18-5 1 informasi tentang -pasien mengatakan
2017 kebutuhan nutrisi masih ada
2. Memonitor adanya
rangsangan mual-
penurunan berat
badan muntah setelah
3. Memonitor kulit makan
kering dan
- pasien mengatakan
perubahan
pigmentasi badan masih terasa
4. Memonitor letih
kekeringan, rambut
O:
kusam, dan mudah
patah - pasien diberi diit
5. Memonitor kadar DD 1700 Kkal.
Hb, Ht -Kunjungtiva Renti
- mukosa mulut
pucat
Hb 14 g/dl
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Kamis/ Diagnosa 1) Pantau tanda dan S:
gejala poliuria,
18-5 2 -Sering merasa
polidipsia, dan
2017 polifagia pusing
2) Memantau tekanan
darah dan denyut Do:
nadi
-mukosa mulut pucat
3) Mengelola
masukkan insulin -kadar gula darah
4) Dorong asupan
tinggi
cairan oral
Renti
5) Memberi cairan IV -gula darah pasien
sesuai kebutuhan
yaitu 332 mg/dl
6) Identifikasi
kemungkinan A:
penyebab Masalah belum
hiperglikemia teratasi
7) Fasilitasi terhadap
diet dan latihan
P:
Intervensi
dilanjutkan
Jumat/ Diagnosa 1. memberikan S:
informasi tentang
19-5 1 -pasien mengatakan
kebutuhan nutrisi
2017 masih ada
2. Memonitor adanya
penurunan berat rangsangan mual-
badan muntah setelah
3. Memonitor kulit makan
kering dan
- pasien mengatakan
perubahan
pigmentasi badan masih terasa
4. Memonitor letih
kekeringan, rambut O: Renti
kusam, dan mudah
patah - pasien diberi diit

5. Memonitor kadar DD 1700 Kkal.


Hb, Ht - mukosa mulut
pucat
Hb 14 g/dl
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Jumat/ Diagnosa 1) Pantau tanda dan S:
gejala poliuria,
19-5 2 -Sering merasa
polidipsia, dan
2017 polifagia pusing
2) Memantau tekanan
darah dan denyut Do:
nadi
-mukosa mulut pucat
3) Mengelola
masukkan insulin -kadar gula darah
4) Dorong asupan
tinggi
cairan oral
Renti
5) Memberi cairan IV -gula darah pasien
sesuai kebutuhan
yaitu 329 mg/dl
6) Identifikasi
kemungkinan A:
penyebab Masalah belum
hiperglikemi teratasi
7) Fasilitasi terhadap
diet dan latihan
P:
Intervensi
dilanjutkan
Sabtu/ Diagnosa 1. memberikan S:
informasi tentang
20-5 1 -pasien mengatakan
kebutuhan nutrisi
2017 rangsangan mual-
2. Memonitor adanya
penurunan berat muntah mulai
badan berkurang
3. Memonitor kulit - pasien mengatakan
kering dan
badan lebih
perubahan
pigmentasi bertenaga Renti
4. Memonitor O:
kekeringan, rambut - pasien diberi diit
kusam, dan mudah
patah DD 1700 Kkal.

5. Memonitor kadar - mukosa mulut


Hb, Ht pucat
Hb 14 g/dl
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
Sabtu/ Diagnosa 1) Pantau tanda dan S:
gejala poliuria,
20-5 2 -pusing sudah
polidipsia, dan
2017 polifagia berkurang
2) Memantau tekanan
darah dan denyut Do:
nadi
-mukosa mulut pucat
3) Mengelola
masukkan insulin -gula darah pasien
4) Dorong asupan
yaitu 274 mg/dl
cairan oral
Renti
5) Memberi cairan IV A:
sesuai kebutuhan Masalah teratasi
6) Identifikasi sebagian
kemungkinan
penyebab
P:
hiperglikemi Intervensi
7) Fasilitasi terhadap
dilanjutkan
diet dan latihan
Mingg Diagnosa 1. memberikan S:
informasi tentang
u/ 1 -pasien mengatakan
kebutuhan nutrisi
21-5 rangsangan mual-
2. Memonitor adanya
2017 penurunan berat muntah mulai
badan berkurang
3. Memonitor kulit - pasien mengatakan
kering dan
badan lebih
perubahan
pigmentasi bertenaga
4. Memonitor O:
kekeringan, rambut - pasien diberi diit
kusam, dan mudah
patah DD 1700 Kkal. Renti

5. Memonitor kadar Hb 14 g/dl


Hb, Ht A: Masalah teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan

Mingg Diagnosa 1) Pantau tanda dan S:


gejala poliuria,
u/ 2 -pusing sudah
polidipsia, dan
21-5 polifagia berkurang

2017 2) Memantau tekanan Do:


darah dan denyut
nadi -gula darah pasien
yaitu 274 mg/dl
3) Mengelola
Renti
masukkan insulin A:
Masalah teratasi
4) Dorong asupan
sebagian
cairan oral
5) Memberi cairan IV P:
sesuai kebutuhan
Intervensi dihentikan
6) Identifikasi pasien pulang
kemungkinan
penyebab
hiperglikemi
Fasilitasi terhadap
diet dan latihan

Anda mungkin juga menyukai