Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN STROKE
ISKEMIK DI RSSN BUKITTINGGI Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari Ibu Ns. Yessi Fadriyanti, S. Kep, M. Kep
selaku pembimbing I dan Ibu Ns. Lola Felnanda Amri, S. Kep, M.Kep selaku
pembimbing II yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan waktu, dan
memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma
III pada Program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah, sangatlah sulit
bagi peneliti untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M. Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S. Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
4. Bapak/Ibu Staf dan Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah memberikan
bekal ilmu untuk bekal peneliti.
5. Bapak/ Ibu Staf Rumah Sakit Stroke Nasional yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
6. Bapak/ Ibu perpustakaan Universitas Andalas yang telah berkenan untuk
memberikan pelayanan dengan sabar kepada peneliti.
7. kepada “Keluarga” teristimewa untuk ibunda Yanti, S. Pd tersayang yang
telah memberikan semangat, dorongan, dan masukan yang tiada terhingga.
Tiada kata yang dapat Ananda utarakan selain terima kasih banyak dan
doa yang tiada terhingga kepada Allah AWT untuk selalu memberikan
kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti.
8. Kepada kakak, abang, sahabat-sahabat, teman sepermainan yang telah
memberikan semangat, masukan, dorongan dan saran dalam membantu
penulisan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa
Politeknik Kesehatan Padang Program Studi D III Keperawatan Padang
Tahun 2014 yang terpenting untuk kelas C NICE DOLLY yang telah
memberikan warna-warni dalam pertemanan selama tiga tahun ini. Terima
kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.
Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khusunya bagi
peneliti sendiri dari pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Amin.
Peneliti
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis
yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan
dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki, kebutuhan
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri (Ernawati, 2012). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk
mempertahankan kehidupan atau kelangsungan hidup. Kebutuhan fisiologis
atau biologis atau fisik harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain. Menurut
Khalish (1973 dalam Maryam dkk, 2013) kebutuhan fisiologis terdiri atas:
kebutuhan akan udara (oksigen), kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan
nutrisi, kebutuhan eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan
menghindari dari rasa nyeri, kebutuhan regulasi suhu tubuh, kebutuhan
kebersihan diri, kebutuhan stimulasi/ rangsangan, kebutuhan melaksanakan
aktivitas atau kegiatan, kebutuhan eksplorasi, kebutuhan seksual. Salah satu
dari kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk
memelihara kebersihan dan kesejahteraan baik kesejahteraan fisik dan psikis
adalah dengan melakukan kebersihan diri (personal hygiene).
Junaidi (2011 dalam Purwati, 2016) mengatakan bahwa stroke adalah penyakit
multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan
penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang. WHO
mendefenisikan stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat
akibat gangguan otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler. WHO (World Health Organization)
mengatakan bahwa stroke merupakan salah satu dari tiga besar penyebab
kematian di dunia diantara penyakit berbahaya lainnya seperti jantung dan
kanker. Menurut Wijayanti (2011) dalam WHO mengatakan bahwa pada tahun
2025 diperkirakan penderita stroke sekitar 5,7 juta mengalami kematian di
seluruh dunia setara dengan 9,9% dari seluruh kematian. Masalah stroke di
Indonesia menjadi semakin penting dan mendesak baik stroke hemoragik
maunpun stroke non hemoragik. Di Indonesia, masalah stroke menjadi
semakin penting dan mendesak baik stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik dimana stroke sendiri di Indonesia menempati urutan ketiga
penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker dengan angka
kematian sebesar 15,4%. Jumlah penderita penyakit stroke tahun 2013
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak
1.236.825 orang (7,0‰), sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/ gejala
diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang (12,1‰). Berdasarkan data kasus
stroke di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 sebesar 12,41 per 1000 penduduk,
terdiri atas stroke hemoragik sebesar 3,05 per 1000 penduduk dan stroke non
hemoragik 9,36 per 1000 penduduk yang mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2005 dimana kasus stroke hemoragik sebesar 2,68 per
1000 penduduk dan kasus stroke non hemoragik sebesar 5,58 per penduduk
(Departemen Kesehatan, 2006 dalam Purwati, 2016). Dari data South East
Asian Medical Information Center (SEAMIC) diketahui bahwa angka
kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara
berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand dan dari
seluruh seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke non hemoragik
merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita sebesar 52,9% dan
diikuti oleh perdarahan intraserebral, emboli, dan perdarahan subaraknoid
dengan angka kejadian masing-masing sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4%
(Ahmad dkk, 2008 dalam Dinata, dkk, 2012). Sebanyak 11 provinsi dari 33
provinsi yang berada di Indonesia, Sumatera Barat menduduki peringkat ke-10
tertinggi di Indonesia dengan prevalensi 6,9% (Riskesdas, 2007 dalam Usrin,
dkk, 2011). Pasien stroke yang dalam keadaan lumpuh atau cacat, pasien akan
kesulitan dalam melakukan kegiatan personal hygiene secara mandiri (Aprilia,
2014).
Sumatera Barat memiliki Rumah Sakit Stroke Nasinal (RSSN) sebagai Rumah
Sakit rujukan bagi penderita stroke. Rumah sakit ini terletak di kota
Bukittinggi. Berdasarkan hasil Rekam Medis RSSN Bukittinggi, didapatkan
prevalensi angka kejadian stroke iskemik pada tahun 2014 sebanyak 3039
orang dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 3066 orang
dengan jumlah yang mengalami kematian sebanyak 183 orang setara dengan
jumlah kematian pada tahun 2014. Dan pada tahun 2016, angka kejadian stroke
iskemik mengalami peningkatan menjadi 3079 orang dan pasien yang
meninggal sebanyak 138 orang. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan
pada tanggal 25 Januari 2017, terdapat 9 pasien dengan stroke yang dirawat di
ruang IRNA C lantai 2 RSSN Bukittinggi yang dalam keadaan sadar tetapi
membutuhkan bantuan dari keluarga karena pasien tersebut mengalami
kelemahan fisik pada anggota tubuhnya. Setelah dilakukan survei, pasien yang
mengalami kelemahan fisik membutuhkan pertolongan dalam tindakan
personal hygiene. Ada 3 pasien yang mendapatkan personal hygiene yang
dibantu oleh perawat. Perawat melakukan personal hygiene pada pagi hari.
Tampak keadaan pasien dengan rambut yang kusut, ada sekret pada mata, dan
bibir dalam keadaan kering dan pecah-pecah.
Berdasarkan masalah yang ditemukan peneliti, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan dengan Pemenuhan
Kebutuhan Personal Hygiene Pada Pasien Stroke Iskemik Di RSSN
Bukittinggi tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat oleh peneliti adalah “Bagaimana
Asuhan Keperawatan Dengan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Pada
Pasien Stroke Iskemik dengan Di RSSN Bukittinggi tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mampu mendeskripsikan asuhan
keperawatan dengan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene pada pasien stroke iskemik di RSSN Bukittinggi Tahun
2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pemenuhan kebutuhan
personal hygiene dengan pasien stroke iskemik di RSSN Bukittinggi.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene dengan pasien stroke iskemik di RSSN
Bukittinggi.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene dengan pasien stroke iskemik di RSSN Bukittinggi.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene dengan pasien stroke iskemik di RSSN Bukittinggi.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pemenuhan kebutuhan
personal hygiene dengan pasien stroke iskemik di RSSN
Bukittinggi.
f. Mampu mendokumentasikan pemenuhan kebutuhan personal hygiene
pada pasien stroke iskemik di RSSN Bukittinggi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan serta
kemampuan peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene pada pasien stroke iskemik.
2. Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh mahasiswa
prodi D III Keperawatan Padang untuk penelitian selanjutnya
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan
asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada
pada pasien stroke iskemik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada klien yang tidak mampu bergerak bebas karena penyakit atau
beberapa penghalang eksternal dapat beresiko terjadinya kerusakan kulit,
tergantung bagian mana yang terpapar tekanan dari dasar permukaan
(misalnya matras, gips tubuh, atau lapisan linen yang berkerut) (Potter &
Perry, 2012). Kulit kering merupakan gangguan kulit yang umum yang
banyak ditemukan oleh individu, akan tetapi kulit kering dapat berubah
menjadi gangguan kronis yang meningkatkan resiko infeksi dan
menimbulkan gangguan kulit lanjutan seperti psoriasis dan eksem
(Voegeli, 2007 dalam Dingwall, 2013). Mandi atau shower membantu
dalam membuat klien relaks, menstimulasi sirkulasi pada kulit,
memberikan latihan rentang gerak selama mandi, dan meningkatkan
citra-diri (Potter & Perry, 2012).
2.6.3 Hidung
Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga dapat
memantau temperatur dan kelembapan udara yang dihirup serta
mencegah masuknya partikel asing ke dalam sistem pernapasan.
Iritasi pada mukosa nasal dapat menyebabkan pembengkakan.
Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang
kasar, iritasi mukosa, atau kekeringan. Jika klien menggunakan
selang makan yang dimasukkan ke dalam hidung maka perawata
harus mengganti plester yang mengikat selang minimal sekali
sehari dan perawat juga harus mengetahui bagaimana
menempatkan selang secara tepat untuk meminimalkan
tegangan atau friksi pada lubang hidung, dan jika cedera terjadi
maka perlu melepaskan selang dan memasukkan selang pada
lubang hidung yang lain. Perawat harus selalu membersihkan
lubang hidung dengan teliti karena pada hidung terdapat sekresi
yang mengumpul.
3. Konsep Stroke
3.1 Pengertian Stroke
Stroke atau Cerebral Vaskuler Accident (CVA) adalah gangguan
dalam sirkulasi intraserebral yang berkaitan dengan vascular
insuffiency, thrombosis, emboli, atau perdarahan (Widagdo dkk, 2008)
sementara menurut Always dan Cole (2011) stroke adalah terjadinya
disfungsi neurologis dengan onset yang relative tiba-tiba, yang
melibatkan salah satu atau seluruh tanda, seperti kelemahaan, baal,
kehilangan pandangan, diplopia, disartria, kelainan gaya dalam
berjalan, afasia, kepala terasa ringan, fertigo, atau derajat kesadaran
yang terganggu. Sementara menurut Batticaca (2008) stroke adalah
suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
3.3 Etiologi
Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak berkurang karena
sumbatan sehingga oksigen yang sampai ke otak juga berkurang atau
tidak tergantung berat ringannya aliran darah yang tersumbat. Sumber
dari sumbatan tersebut berupa kerak (plak), arterosklerosis, thrombus
(pecahan bekuan darah/ plak), emboli (udara, lemak) pada arteri otak
yang bersangkutan. Pembuluh darah dapat mengalami penyempitan
karena aterosklerosis, yakni pembuluh darah menjadi kaku dan
elastisitas berkurang. Proses arterosklerosis terjadi akibat tertimbunnya
lemak dalam dinding pembuluh darah arteri. Timbunan lemak tersebut
dapat merusak dinding arteri dan menyebabkan luka yang akan
merangsang trombosit untuk mengeluarkan enzim pembeku darah.
Maka terjadilah penggumpalan darah setempat yang akan mengurangi
diameter arteri sehingga makin menyempit atau bahkan tersumbat
sempurna. Penyempitan tersebut dapat menyebabkan aliran darah
kemudian menyangkut di pembuluh darah yang lebih kecil dan
menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah (Sari, Indrawati, Dewi,
2016). Plak penyebab sumbatan yang terbentuk karena adanya proses
aterosklerosis yang diperkuat dengan berbagai faktor resiko (Junaidi,
2011). Selain aterosklerosis, gangguan pada jantung juga dapat
menyebabkan stroke iskemik dimana gangguan katup dan gangguan
irama jantung dapat menyebabkan kelainan pada aliran darah yang
melintasi katup-katup tersebut. Darah yang terhambat alirannnya
mempunyai kecenderungan untuk menggumpal dan membentuk
embolus (jendalan darah) yang dapat lepas dan terbawa aliran darah
menuju otak, maka sumbatan di otak tersebut mengakibatkan stroke
iskemik (Sari, Indrawati, Dewi, 2016).
3.4 Patofisiologi
Terjadinya penyakit kronis seperti halnya stroke iskemik diawali
dengan proses pembentukan plak aterosklerotik melalui mekanisme
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah. Aterosklerosis dimulai
dengan adanya luka pada sel endotel pembuluh darah yaitu lapisan
dalam pembuluh darah yang bersentuhan langsung dengan darah dan
zat dalam darah. Permukaan sel endotel yang semula licin menjadi
tidak licin lagi karena plak, dan akibatnya menjadi robek. Plak yang
terbentuk akan menjadi matang dan dapat pecah lalu mengikuti aliran
darah yang akan menyebabkan emboli dan dapat menyumbat aliran
darah sehingga terjadilah gangguan suplai oksigen (iskemia) baik di
pembuluh darah jantung maupun pembuluh darah otak (Junaidi, 2011).
Tabel 2.1
Tingkat Kesadaran dengan Menggunakan GCS
Tabel 2.2
Tata Pemeriksaan Status Mental
Penilaian Respons
Perhatian Rentang perhatian ke depan dan ke belakang.
Daya ingat Jangka pendek: mengingat kembali tiga item setelah lima
menit.
Jangka panjang: mengingat nama depan ibunya, mengingat
kembali menu makanan pagi, kejadian hari sebelumnya,
dsb.
Perasaan Amati suasana hati yang tercermin pada tubuh, ekspresi
(afektif) tubuh.
Deskripsi verbal afektif.
Verbal kongruen, indikator tubuh tentang suasana hati.
Bahasa Isi dan kualitas ucapan spontan.
Menyebutkan benda-benda yang umum, bagian-bagian dari
suatu benda.
Pengulangan kalimat.
Kemampuan untuk membaca dan menjelaskan pesan-pesan
singkat pada surat kabar, majalah.
Kemampuan menulis secara spontan, didikte.
Informasi dasar (misalnya presiden terbaru, tiga presiden
Pikiran
terdahulu).
Pengetahuan tentang kejadian-kejadian baru.
Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.
Menghitung: menambahkan dua angka, mengurangi 100
dengan 7.
Menyalin gambar: persegi, tanda silang, kubus tiga dimensi.
Persepsi
Menggambar bentuk jam, membuat peta ruangan.
Menunjukkan ke sisi kanan dan kiri tubuh.
Memperagakan: mengenakan jaket, meniup peluit,
menggunakan sikat gigi.
Sumber: Dimodifikasi dari Carolyn M. Hudak dan Barbara M. Gallo,
Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Jakarta: EGC, 1996 dalam Muttaqin,
2008.
Tabel 2.3
Ringkasan Pemeriksaan Fisik
Teknik Hasil Pemeriksaan
Nervus
Pemeriksaa
Normal Abnormal Penyebab Abnormalitas
n
Mata klien Mampu Kehilangan ISPA (paling sering),
I
ditutup dan membedaka kemampuan meningioma pada sulkus
(Olfakto
pada saat n zat untuk olfaktorius, tumor etmoid,
rius)
yang sama aromatis membedakan fraktur basis kranii dan
satu lubang lemah. bau. kongenital. Penyebab
hidung unilateral: trauma kepala tanpa
ditutup, fraktur, meningioma awal pada
klien sulkus olfaktorius.
diminta
membedaka
n zat
anomatis
lemah.
Penilaian Visus Visus Lesi di kiasma optikum, lesi
ketajaman normal. menurun. saraf optikus, kelainan di
penglihatan kornea, lensa (katarak, anomali
(tes refraksi), korpus viterum atau
Snellen). perdarahan di retina.
Lapang Lapang Lesi di susun optikus, mulai
Lapang
pandang pandang dari saraf optikus, kisma,
pandang
normal, menurun, traktus optikus, traktus
(tes
mampu tidak mampu genikulo-kalkarina pada
konfigurasi
melihat melihat tingkat lobus temporal,
jari
II jari-jari yang jari-jari yang parietal, dan oksipital.
tangan).
(Optikus bergerak bergerak
) pada jarak pada jarak
yang sama yang sama
dengan dengan
pemeriksa. pemeriksa.
Keadaan Ditemukan Papill edema disebabkan oleh
Pemeriksaa
lensa iris, adanya: peningkatan tekanan
n fundus,
retina, pupil myopia, intrakranial
pemeriksaa
tidak ada hipermetropi
n
kelainan, a, emetropia,
dengan
papil edema dan papill
ottalmoskop
tidak ada. edema.
.
Observasi Kelopak Adanya Retraksi bilateral merupakan
kelopak mata retraksi manifestasi proses patologis di
mata. normal. kelopak mata bagian kaudal ventrikel ke-3
bilateral dan dan bagian mesensefalon.
unilateral.
Bentuk pupil Midriasis dan Reflek cahaya yang
Observasi
bundar miosis menghilang dan reflek
bentuk dan
dan batasnya unilateral akomodis yang utuh, hilangnya
ukuran
rata dan akomodasi tetapi reflek cahaya
pupil
III, IV, licin, masih utuh, pupil yang miosis,
& VI diameter pupil yang dilatasi,
(Okulom pupil antara
otoris, 2-6 mm
Troklea- Pupil sama Anisokor, Trauma, herniasi tentorium,
Perbandi-
ris, besar, perbedaan dan paralisis otot-otot ocular
ngan bentuk
Abdusen perbedaan lebih dari 1
dan ukuran
) kurang dari mm
pupil
1 mm
Cahaya Cahaya Lesi otak tengah misalnya
Pemeriksaa
meninggalka meninggalka pupil Argyll Robertson, lesi
n refleks
n pupil, n pupil, ganglion siliaris
pupil.
pelebaran pelebaran
Refleks
pupil akan pupil tidak
cahaya
terlihat ada
langsung
Miosis pupil Miosis pupil Lesi di lintasan aferan
Refleks
pada kedua unilateral
konsensual
sisi
Pupil Pupil tidak Lesi di lintasan efergen
Refleks
semakin menyempit
pupil
menyempit pada
akomodasi
pada pendekatan
atau
pendekatan objek
konver-
yang
Gensi objek yang dilihatnya
dilihatnya (gangguan
refleks
konvergen)
Gerakan Diplopia Gangguan impuls dan
Pemeriksaa
konjugat dan sinkronisasi di area 8 dan 19
n gerakan
gerakan Brodmann
bola mata
konvergen
volunteer
normal
Mata dapat Adanya Manifestasi lesi di pusat lirikan
Pemeriksaa
melirik ke gerakan atau area 8 Brodmann di lobus
n fungsi
satu atau abnormal frontalis.
motorik
lain arah nistagmus
saraf
dan gerakan
trigeminus
okulogirik
Pemeriksaa Koordinasi Penyimpanga Paresis dan paralisi otot-otot
n fungsi otot-otot n rahang pengunyah disebabkan saraf
motorik yang bawah ke sisi trigeminus mengidap lesi
saraf melakukan ipsilateral, nuklearis atau infranuklearis
trigeminus gerakan kelumpuhan
mengunyah seisi otot-otot
normal pterigoideus
internus dan
V eksternus
(Trigemi Kemampuan Ketidak- Trauma kapitis, infeksi
Pemeriksaa
nus) menunjukka mampuan glandula parotis, regenerasi
n fungsi
n batas-batas menunjukkan pada Bell’s palsy. Lesi pada
sensorik
daerah batas daerah ganglion atau radiks sensorik
saraf
defisit defisit (neuroma akustik)
trigeminus
sensorik sensorik.
menurut Adanya
perasaan hipestesis,
sendiri parestesis,
dan anestesia
pada wajah
Refleks Refleks Refleks masseter hilang pada
Pemeriksaa
masseter, masseter paralisis nuklearis dan
n refleks
kontraksi hilang atau infranuklearis saraf trigeminus
trigeminal
otot penutup meningkat. dan refleks meningkat pada lesi
mulut. Refleks supranuklearis saraf
Refleks kornea, tidak trigeminus.
kornea, ada kedipan
kedipan kelopak
kelopak mata.
mata
reflektorik
secara
bilateral.
Inspeksi Wajah Wajah Lesi UMN, lesi LMN, Bell’s
VII
wajah simetris simetris palsy, GBS.
(Fasialis
)
Tabel 2.4
Kadar Elektrolit dalam
Serum
Tabel 2.5
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA, NIC-NOC
Perawatan kuku
a. Monitor atau bantu (individu) membersihkan kuku
sesuai dengan kemampuan perawata indidvidu.
b. Monitor atau bantu pemangkasan kuku sesuai
dengan kemampuan perawatan diri individu.
c. Rendam kuku dalam air hangat, bersihkan bagian
bawah kuku dengan batang pembersih kuku
(orange stick) dan dorong kutikula dengan
menggunakan gunting kutikula.
d. Lembabkan daerah sekitar kuku untuk mencegah
kekeringan.
2. Hambatan Mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Peningkatan mekanika tubuh
berhubungan dengan keperawatan a. Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
diharapkan ambulasi dapat teratasi menggunakan postur tubuh yang benar
gangguan
dengan kriteria hasil: b. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam
neuromuscular,
a. Dapat menopang berat badan mengembangkan peningkatan mekanika tubuh
penurunan kekuatan otot b. Dapat berjalan dengan langkah yang
c. Edukasi pasien mengenai bagaimana
efektif menggunakan
c. Dapat berjalan dengan pelan
postur tubuh dan mekanika tubuh untuk mencegah
Pergerakan injuri saat melakukan berbagaiaktivitas
a. Keseimbangan tidak terganggu d. Informasikan pada pasien tentang struktur dan
b. Cara berjalan tidak terganggu fungsi tulang belakang dan postur yang optimal
c. Gerakan otot tidak terganggu untuk bergerak dan menggunakan tubuh
d. Gerakan sendi tidak terganggu
e. Bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk
e. Dapat bergerak dengan mudah
memfasilitasi mobilisasi punggung, sesuai indikasi
f. Monitor perbaikan postur tubuh/ mekanika tubuh
pasien.
Manajemen energi
a. Menilai status fisiologi pasien untuk mengurangi
kelelahan sesuai umur dan perkembangannya
b. Pilih intervensi untuk menurunkan kelelahan
menggunakan kombinasi antara farmakologi dan
kategori nonfarmakologi
c. Tentukan apa dan berapa banyak aktivitas yang
diperlukan untuk membangun ketahanan
d. Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber
energi yang adekuat
e. Monitor dan catat pola tidur pasien dan jumlah jam
tidur
f. Ajar mengatur aktivitas dan teknik manajemen
waktu untuk mencegah kelelahan
Manajemen lingkungan
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
b. Hindari lingkungan yang beresiko
c. Pindahkan benda yang berbahaya dari lingkungan
d. Tempatkan benda-benda yang sering digunakan
dalam jangkauan pasien
e. Kontrol pencahayaan untuk manfaat terapeutik
Peningkatan latihan: latihan kekuatan
a. Beri informasi mengenai jenis latihan daya tahan
otot yang bisa dilakukan
b. Bantu mengembangkan program latihan kekuatan
yang sesuai dengan tingkat kebugaran otot,
hambatan muskuloskeletal, tujuan kesehatan
fungsional, sumber peralatan latihan,
kecenderungan pribadi dan dukungan sosial
c. Demonstrasikan sikap tubuh yang baik (postur)
dan tingkatkan bentuk latihan dalam setiap
kelompok otot
d. Gunakan gerakan yang resiprokal (timbal balik/
berlawanan) untuk menghindari cedera dalam
latihan tertentu
e. Bantu untuk menentukan tingkat kenaikan kerja otot
f. Kolaborasi dengan keluarga dan tenaga kesehatan
lain untuk program latihan otot
Peran perawat selama tahap ini adalah bertindak sebagai pendidik dan
mengajari pasien bagaimana mempelajari cara baru untuk mencapai
kebersihan setelah mengalami penyakit atau trauma dan juga menjelaskan
bagaimana aspek mempertahankan kebersihan menjadi penting untuk
kesehatan pasien sacara keseluruhan. Misalnya, pasien mungkin tidak
menyadari hubungan antara ketidaksesuaian gigi palsu atau gigi palsu yang
patah, status nutrisi yang buruk dengan kelambatan penyembuhan penyakit.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan digambarkan sebagai bagian akhir proses
keperawatan, evaluasi keefektifan tahap implementasi (dan intervensi
keperawatan) memungkinkan perawat dan pasien untuk memantau dan
menilai tujuan dan hasil yang telah tercapai. Akan tetapi, pendekatan
sistematik merupakan proses yang berkelanjutan dan evaluasi adalah aspek
yang konstan pada asuhan keperawatan, tergantung kepada situasi
perawatan dan status kesehatan pasien, beberapa intervensi keperawatan
harus dievaluasi per-jam, dan terkadang per-hari, per-minggu atau bahkan
per-bulan. Pasien yang dirawat di bangsal atau di unit perawatan intensif
mungkin memerlukan pemantauan kondisi per-jam, sementara pasien yang
tinggal di panti werda membutuhkan beberapa aspek perawatan, misalnya
pengendalian nyeri, pemantauan yang terus menerus, dan perawatan
kebersihan mulut yang dipantau perminggu atau per bulan.
Metode evaluasi yang digunakan sama dan dengan menggunakan
instrument yang sama seperti pengkajian awal. Pengumpulan data
memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi apakah terdapat perubahan
pada kondisi pasien dan menentukan apakah asuhan keperawatan telah
efektif atau belum efektif. Tujuan yang tidak tercapai dapa terjadi karena
berbagai pengaruh; kondisi pasien secara keseluruhan yang memburuk.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada
pasien stroke iskemik dilakukan pada tanggal 20 Mei sampai tanggal 24
Mei 2017 dari jam 05.30 WIB s/d selesai di Ruang IRNA C Lantai 2
Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dengan dua orang partisipan
yaitu partisipan I Tn. F umur 75 tahun dan partisipan II Tn. M 57 tahun,
didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
PARTISIPAN I PARTISIPAN II
IDENTITAS KLIEN IDENTITAS KLIEN
Tn. F, seorang laki-laki berusia 75 Tn. M, seorag laki-laki yang
tahun yang lahir di Medan, 03 Juli berusia 57 tahun yang lahir di
1947 merupakan seorang buruh Tanjung Barulak, 01 April 1960
yang bekerja setiap ada orang yang yang beragama Islam, yang
ingin meminta bantuan Tn. F bekerja sebagai petani dengan
untuk membangun rumah. Klien tamatan SLTA. Tn. M tinggal di
memiliki berat badan 50 kg dan Jorong Padang Langgo, Tanjung
tinggi badan 160 cm. Tn. F tinggal Barulak. Tn. M memiliki berat
di Guguk Tigo, Jorong Padang badan 55 kg dan tinggi badan 160
Tujuh, Pasaman. RM 00100478 cm. RM 00100538
KELUHAN UTAMA
Tn. F dibawa ke Rumah Sakit KELUHAN UTAMA
Stroke Nasional Bukittinggi Tn. M dibawa ke Rumah Sakit
tanggal 17 Mei 2017 jam 17.25 Stroke Nasional Bukittinggi
WIB dibawa oleh keluarga dengan tanggal 19 Mei 2017 jam 11.35
keluhan Tn. F tidak sadarkan diri WIB dibawa oleh keluarga
±3 jam sebelum masuk RSSN dengan keadaan sadar dengan
Bukittinggi, ekstermitas kanan Tn. keluhan pasien anggota gerak
F lemah (+), bibir mencong (+), sebelah kiri berat sejak ±3 bulan
lidah tidak simetris (+), mual yang lalu, bicara pelo (+), bibir
muntah (-). Tekanan darah mencong (+) sejak
120
/80mmHg, nadi 56x/i, pernapasan ±3 hari yang lalu, bicara kurang
20x/i, suhu 36°C dengan GCS jelas, lidah tidak simetris, sakit
E4M6Vafasia. kepala yang hebat dengan skala
000 555 nyeri 5 dengan nyeri hilang
222 555 timbul di bagian seluruh kepala
Tn. F mendapatkan terapi Nacl dengan lama nyeri 5-10 detik
0,9%, terapi oksigen 3L/i, ranitidine (+) sejak
2×1 amp, neudex 1×1 tab, as.folat, ±1 bulan yang lalu, mual (-),
citicolin 2×50 mg. muntah (-), menelan (-). Dengan
tekanan darah 160/100mmHg, HR
102x/i, RR 22x/i, Suhu 37°C,
dengan GCS 14 (E4M5V5).
555 444
555 444
PEMERIKSAAN FISIK
Pada saat melakukan pemeriksaan
fisik, keadaan umum klien compos
mentis dengan GCS 13
(E4M4V5), dengan hasil
pengukuran tekanan darah
140/90mmHg (tekanan darah
sistol normal 120-139mmHg
dan tekanan darah diastol normal
80-89 mmHg), suhu 36,6°C
(normal 36,5°C-37,5°C), nadi 90
x
/i (normal 60-100x/i), dan RR
23x/i(tinggi, normal 16-20x/i),
kepala normochepal, rambut klien
sudah ditumbuhi uban, rambut
tampak kusam dan berminyak,
berketombe, tidak mudah dicabut,
konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, reflek pupil isokhor,
dengan diameter pupil 2mm/2mm,
hidung terpasang NGT dengan
keadaan bersih, simetris kiri dan
kanan, tidak ada edema pada
hidung, tidak ada pernapasan
cuping hidung, penciuman masih
jam 07.00 WIB sampai jam 16.00 bersih simetris kiri dan kanan,
WIB tanpa ada gangguan selama pendengaran masih baik bisa
melakukan aktivitas dan klien mendengarkan gesekan jari-jari
mempunyai kebiasaan merokok yang yang dilakukan oleh perawat,
telah dihentikannya sejak ±3bulan tidak ada pembengkakan kelenjar
yang lalu dan saat sakit, aktivitas getah bening, dan tidak ada
sehari-hari klien dibantu oleh perawat pembengkakan kelenjer tiroid.
dan keluarga dan semua aktivitas
klien dilakukan di tempat tidur. Pada
pola istirahat klien selama sehat, klien
istirahat saat jam sholat dan berteduh
di tengah-tengah sawah sambil
beristirahat dan makan siang dan pola
tidur klien nyenyak tanpa ada
gangguan dari jam 21.30 WIB sampai
jam 05.30 WIB, pada saat dirawat
dirumah sakit klien tidak bisa tidur
karena batuk dan sakit kepala yang
sedang dirasakan oleh klien. Pola
mandi klien selama dirumah sebanyak
2×sehari setelah sebelum berangkat
bertani dan selesai bertani dan saat
dirawat klien mandi setiap pagi
dibantu oleh perawat dan keluarga.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada saat melakukan pemeriksaan
fisik, keadaan umum klien compos
mentis dengan GCS 14 (E4M5V5),
dengan hasil pengukuran tekanan
darah 140/100 mmHg (tekanan darah
sistol normal 120-139mmHg dan
tekanan darah diastol normal 80-
89mmHg), suhu 36,9°C(normal
36,5°C-37,5°C), nadi 99x/i (normal
60-100x/i), dan RR 25x/i (normal 16-
20x/i), kepala normochepal, rambut
klien hitam dengan keadaan rambut
berminyak, tidak mudah dicabut,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, reflek pupil isokhor dengan
diameter 2mm/2mm, palpebra edema
tidak ada, hidung tampak terpasang
NGT dengan keadaan bersih, simetris
kiri dan kanan, tidak ada edema,
pernapasan tidak cuping hidung,
penciuman masih baik bisa
membedakan bau minyak kayu putih
dan balsem, mulut tampak kering,
gigi masih utuh, lidah tampak putih,
lidah tampak mencong, reflek
mengunyah masih baik, reflek
menelan (-), bibir tampak mencong ke
kanan, bicara masih pelo, telinga
Pada pemeriksaan paru-paru, allopurinol 300mg tab
tampak simetris kiri dan kanan, 1×1,
palpasi: fremitus kiri dan kanan, ranitidine 2×1 amp, cetinizon
perkusi: sonor, auskultasi: 250mg 2×1 amp, gentalex
vesikuler. Pada pemeriksaan salap.
jantung, tampak iktus cordis
terlihat, palpasi: iktus cordis
teraba, di RIC 2, perkusi: batas
jantung normal, auskultasi: suara
jantung normal. Pada pemeriksaan
abdomen tampak simetris kiri dan
kanan, palpasi: tidak ada nyeri
tekan atau nyeri lepas, perkusi:
thympani, auskultasi: bising usus
normal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah CT-Scan dan
pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 18 Mei 2017 menunjukkan
gula darah nuchter 51mg/dl
(normal 70-110 /dl), gula darah 2
mg
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan data yang didapatkan berupa
data subjektif dan data objektif. Pada partisipan I Tn. F ditemukan 3
diagnosa keperawatan, sedangkan pada partisipan II Tn. M ditemukan 3
diagnosa keperawatan.
Tabel 4.2
Diagnosa Keperawatan
PARTISIPAN I PASRTISIPAN II
Berdasarkan pengkajian, pemeriksaan Berdasarkan pengkajian,
fisik dan pengkajian masalah pemeriksaan fisik dan pengkajian
diagnosa keperawatan yang muncul masalah diagnosa keperawatan
adalah pertama defisit perawatan diri: yang muncul adalah pertama
mandi berhubungan dengan defisit perawatan diri: mandi
kelemahan. Diagnosa ini diangkat berhubungan dengan kelemahan.
dengan data subjektif klien dan Diagnosa ini diangkat dengan
keluarga mengatakan bahwa untuk data subjektif klien mengatakan
mandi masih dibantu oleh perawat aktivitas klien dibantu oleh
karena keluarga belum bisa keluarga dan perawat, klien
memandikan klien, dan klien tidak mandi dan aktivitas lainnya
ada keramas ataupun menggosok dibantu oleh keluarga dan
gigi. Data objektifnya dinilai dari perawat, dan data objektif yang
kekuatan otot pada ekstermitas atas ditemukan rambut berminyak,
kanan pasien 0, kekuatan otot lidah klien tampak berwarna
ekstermitas bawah kanan 2, kekuatan putih, aktivitas sehari-hari dibantu
otot ekstermitas atas kiri 5, kekuatan oleh keluarga dan perawat
otot ekstermitas bawah kiri 5, serta termasuk memandikan klien di
klien di bantu oleh keluarga dan tempat tidur, kekuatan otot
perawat dalam kebutuhan sehari- anggota gerak kanan atas 5,
harinya termasuk mandi, tampak anggota gerak kanan bawah 5,
kusam, berminyak, dan berketombe, anggota gerak kiri atas 4, anggota
gigi tampak kotor, lidah tampak gerak kiri bawah 4.
putih.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan dilakukan pada kedua partisipan mengacu kepada
NIC dan NOC. Berikut ini adalah rencana asuhan keperawatan yang akan
dilakukan kepada kedua partisipan.
Tabel 4.3
Rencana Keperawatan
PARTISIPAN I PARTISIPAN II
Intervensi keperawatan merupakan Intervensi keperawatan
susunan kegiatan yang akan merupakan susunan kegiatan
dilakukan berdasarkan kepada yang akan dilakukan berdasarkan
masalah keperawatan yang kepada
ditemukan. Masalah keperawatan masalah
pertama adalah defisit perawatan diri keperawatan yang ditemukan.
berhubungan dengan kelemahan. Masalah keperawatan pertama
adalah defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan.
NOC NOC
Perawatan diri: Mandi Perawatan diri: Mandi
Indikator: Indikator:
a. Tidak terganggu masuk dan a. Tidak terganggu masuk dan
keluar dari kamar mandi. keluar dari kamar mandi.
b. Tidak terganggu mengambil b. Tidak terganggu
alat/bahan mandi. mengambil alat/bahan mandi.
c. Tidak terganggu mandi di bak cuci. c. Tidak terganggu mandi di bak
d. Tidak terganggu membersihkan cuci.
area perineum d. Tidak terganggu
e. Tidak terganggu mengeringkan membersihkan area perineum
badan. e. Tidak terganggu
mengeringkan badan.
Pergerakan Pergerakan
Indikator: Indikator:
a. Tidak terganggu keseimbangan a. Tidak terganggu keseimbangan
b. Tidak terganggu koordinasi. b. Tidak terganggu koordinasi.
c. Tidak terganggu cara berjalan. c. Tidak terganggu cara berjalan.
d. Tidak terganggu gerakan otot. d. Tidak terganggu gerakan otot.
e. Tidak terganggu gerakan sendi. e. Tidak terganggu gerakan sendi.
f. Tidak terganggu kinerja f. Tidak terganggu kinerja
pengaturan tubuh. pengaturan tubuh.
g. Tidak terganggu berjalan. g. Tidak terganggu berjalan.
NIC NIC
Memandikan Memandikan
a. Bantu (memandikan pasien) a. Bantu (memandikan pasien)
dengan menggunakan kursi untuk dengan menggunakan kursi
mandi, bak tempat mandi, mandi untuk mandi, bak tempat
dengan berdiri, dengan mandi, mandi dengan berdiri,
menggunakan cara yang tepat dengan menggunakan cara
atau sesuai engan yang tepat atau sesuai engan
keinginan/keadaan (pasien). keinginan/keadaan (pasien).
b. Cuci rambut sesuai dengan b. Cuci rambut sesuai
kebutuhan atau keinginan. dengan kebutuhan atau
c. Mandi dengan air yang keinginan.
mempunyai suhu yang nyaman. c. Mandi dengan air yang
d. Bantu dalam perawatan mempunyai suhu yang
perineal jika memang diperlukan. nyaman.
e. Bantu dalam hal kebersihan d. Bantu dalam perawatan
(misalnya, deodoran, parfum). perineal jika memang
f. Berikan fasilitas merendam kaki, diperlukan.
sesuai dengan kebutuhan. e. Bantu dalam hal
g. Cukur pasien sesuai dengan kebersihan (misalnya,
indikasi. deodoran, parfum).
h. Berikan lotion atau lubrikan f. Berikan fasilitas merendam
pada area kulit yang kering. kaki, sesuai dengan
i. Tawarkan mencuci tangan setelah
kebutuhan.
g. Cukur pasien sesuai
dengan indikasi.
h. Berikan lotion atau lubrikan
pada area kulit yang kering.
eliminasi dan sebelum makan. i. Tawarkan mencuci tangan
j. Berikan bedak kering pada setelah eliminasi dan sebelum
lipatan kulit yang dalam. makan.
k. Monitor kondisi kulit saat mandi. j. Berikan bedak kering pada
l. Monitor fungsi kemampuan saat
mandi. lipatan kulit yang dalam.
k. Monitor kondisi kulit saat
mandi.
l. Monitor fungsi kemampuan
Perawatan Kaki
saat mandi.
a. Periksa kulit untuk mengetahui
adanya iritasi, retak, lesi,
Perawatan Kaki
katimumul, kapalan, kecacatan, a. Periksa kulit untuk
atau edema. mengetahui adanya iritasi,
b. Periksa sepatu pasien agar dapat retak, lesi, katimumul,
menggunakan dengan tepat. kapalan, kecacatan, atau
c. Berikan rendaman kaki, jika edema.
diperlukan. b. Periksa sepatu pasien agar
d. Keringkan pada sela-sela jari dapat menggunakan dengan
dengan seksama. tepat.
e. Oleskan lotion.
c. Berikan rendaman kaki,
f. Bersihkan kuku.
jika diperlukan.
g. Berikan bedak tabur yang
d. Keringkan pada sela-sela
menyerap kelembapan, sesuai
jari dengan seksama.
indikasi.
e. Oleskan lotion.
h. Monitor cara berjalan dan f. Bersihkan kuku.
tumpuan berat badan klien pada g. Berikan bedak tabur yang
kaki. menyerap kelembapan, sesuai
i. Monitor tingkat hidrasi kaki.
indikasi.
h. Monitor cara berjalan dan
Perawatan kuku tumpuan berat badan klien
a. Monitor atau bantu (individu) pada kaki.
membersihkan kuku sesuai i. Monitor tingkat hidrasi kaki.
dengan kemampuan perawata
Perawatan kuku
indidvidu.
a. Monitor atau bantu (individu)
b. Monitor atau bantu pemangkasan
membersihkan kuku sesuai
kuku sesuai dengan kemampuan
dengan kemampuan perawata
perawatan diri individu.
indidvidu.
c. Rendam kuku dalam air hangat,
b. Monitor atau bantu
bersihkan bagian bawah kuku
pemangkasan kuku sesuai
dengan batang pembersih kuku
dengan kemampuan
(orange stick) dan dorong
perawatan diri individu.
kutikula dengan menggunakan
c. Rendam kuku dalam air
gunting kutikula.
hangat, bersihkan bagian
d. Lembabkan daerah sekitar kuku
bawah kuku dengan batang
untuk mencegah kekeringan.
pembersih kuku (orange stick)
dan dorong kutikula dengan
menggunakan gunting
Masalah keperawatan kedua, kutikula.
hambatan mobilitas fisik d. Lembabkan daerah sekitar
berhubungan dengan penurunan kuku untuk mencegah
kekuatan otot. kekeringan.
NOC
Ambulasi Masalah keperawatan kedua,
a. Dapat menopang berat badan hambatan mobilitas fisik
b. Dapat berjalan dengan langkah berhubungan dengan penurunan
yang efektif kekuatan otot.
c. Dapat berjalan dengan pelan
Pergerakan NOC
a. Keseimbangan tidak terganggu Ambulasi
b. Cara berjalan tidak terganggu a. Dapat menopang berat badan
c. Gerakan otot tidak terganggu b. Dapat berjalan dengan
d. Gerakan sendi tidak terganggu langkah yang efektif
c. Dapat berjalan dengan pelan
Pergerakan
a. Keseimbangan tidak terganggu
b. Cara berjalan tidak terganggu
e. Dapat bergerak dengan mudah c. Gerakan otot tidak terganggu
d. Gerakan sendi tidak terganggu
NIC e. Dapat bergerak dengan mudah
Peningkatan mekanika tubuh
a. Kaji komitmen pasien untuk NIC
belajar dan menggunakan postur Peningkatan mekanika tubuh
tubuh yang benar a. Kaji komitmen pasien untuk
b. Kolaborasi dengan fisioterapis belajar dan menggunakan
dalam mengembangkan postur tubuh yang benar
peningkatan mekanika tubuh b. Kolaborasi dengan fisioterapis
c. Edukasi pasien mengenai dalam mengembangkan
bagaimana menggunakan postur peningkatan mekanika tubuh
tubuh dan mekanika tubuh untuk c. Edukasi pasien mengenai
mencegah injuri saat melakukan bagaimana menggunakan
berbagaiaktivitas postur tubuh dan mekanika
d. Informasikan pada pasien tentang tubuh untuk mencegah injuri
struktur dan fungsi tulang saat melakukan
belakang dan postur yang optimal berbagaiaktivitas
untuk bergerak dan menggunakan d. Informasikan pada pasien
tubuh tentang struktur dan fungsi
e. Bantu pasien melakukan latihan tulang belakang dan postur
fleksi untuk memfasilitasi yang optimal untuk bergerak
mobilisasi punggung, sesuai dan menggunakan tubuh
indikasi e. Bantu pasien melakukan
f. Monitor perbaikan postur tubuh/ latihan fleksi untuk
mekanika tubuh pasien. memfasilitasi mobilisasi
punggung, sesuai indikasi
f. Monitor perbaikan postur
tubuh/ mekanika tubuh pasien.
Manajemen energi
a. Menilai status fisiologi pasien Manajemen energi
untuk mengurangi kelelahan a. Menilai status fisiologi pasien
sesuai umur dan untuk mengurangi kelelahan
perkembangannya sesuai umur dan
b. Pilih intervensi untuk perkembangannya
menurunkan kelelahan b. Pilih intervensi untuk
menggunakan kombinasi antara menurunkan kelelahan
farmakologi dan kategori menggunakan kombinasi
nonfarmakologi antara farmakologi dan
c. Tentukan apa dan berapa banyak kategori nonfarmakologi
aktivitas yang diperlukan untuk c. Tentukan apa dan berapa
membangun ketahanan banyak aktivitas yang
d. Monitor intake nutrisi untuk diperlukan untuk membangun
memastikan sumber energi yang ketahanan
adekuat d. Monitor intake nutrisi untuk
e. Monitor dan catat pola tidur memastikan sumber energi
pasien dan jumlah jam tidur yang adekuat
f. Ajar mengatur aktivitas dan e. Monitor dan catat pola tidur
teknik manajemen waktu untuk pasien dan jumlah jam tidur
mencegah kelelahan f. Ajar mengatur aktivitas dan
teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan
Manajemen lingkungan
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman Manajemen lingkungan
b. Hindari lingkungan yang beresiko a. Ciptakan lingkungan yang
c. Pindahkan benda yang nyaman
berbahaya dari lingkungan b. Hindari lingkungan yang
beresiko
d. Tempatkan benda-benda yang
c. Pindahkan benda yang
sering digunakan dalam
berbahaya dari lingkungan
jangkauan pasien
d. Tempatkan benda-benda yang
e. Kontrol pencahayaan untuk
sering digunakan dalam
manfaat terapeutik.
jangkauan pasien
e. Kontrol pencahayaan untuk
Peningkatan latihan: latihan
kekuatan manfaat terapeutik
a. Beri informasi mengenai jenis
latihan daya tahan otot yang bisa Peningkatan latihan:
dilakukan latihan
b. Bantu mengembangkan program kekuatan
latihan kekuatan yang sesuai a. Beri informasi mengenai jenis
dengan tingkat kebugaran otot, latihan daya tahan otot yang
hambatan muskuloskeletal, tujuan bisa dilakukan
kesehatan fungsional, sumber b. Bantu mengembangkan
peralatan latihan, kecenderungan program latihan kekuatan
pribadi dan dukungan sosial yang sesuai dengan tingkat
c. Demonstrasikan sikap tubuh yang kebugaran otot, hambatan
baik (postur) dan tingkatkan muskuloskeletal, tujuan
bentuk latihan dalam setiap kesehatan fungsional, sumber
kelompok otot peralatan latihan,
d. Gunakan gerakan yang resiprokal kecenderungan pribadi dan
(timbal balik/berlawanan) untuk dukungan sosial
menghindari cedera dalam latihan c. Demonstrasikan sikap tubuh
tertentu yang baik (postur) dan
e. Bantu untuk menentukan tingkat tingkatkan bentuk latihan
kenaikan kerja otot dalam setiap kelompok otot
f. Kolaborasi dengan keluarga dan d. Gunakan gerakan yang
tenaga kesehatan lain untuk resiprokal (timbal
program latihan otot. balik/berlawanan) untuk
menghindari cedera dalam
latihan tertentu
e. Bantu untuk menentukan
Terapi latihan: pergerakan sendi tingkat kenaikan kerja otot
a. Jelaskan pada pasien dan keluarga f. Kolaborasi dengan keluarga
manfaat dan tujuan melakukan dan tenaga kesehatan lain
latihan sendi untuk program latihan otot.
b. Dukung latihan ROM aktif,
sesuai jadwal yang teratur dan Terapi latihan: pergerakan sendi
terencana a. Jelaskan pada pasien dan
c. Lakukan latihan ROM pasif, atau keluarga manfaat dan tujuan
ROM dengan bantuan atau ROM melakukan latihan sendi
aktif b. Dukung latihan ROM aktif,
d. Bantu pasien untuk membuat sesuai jadwal yang teratur dan
jadwal latihan ROM aktif terencana
e. Sediakan dukungan positif c. Lakukan latihan ROM pasif,
dalam melakukan latihan sendi. atau ROM dengan bantuan
atau ROM aktif
d. Bantu pasien untuk membuat
Masalah keperawatan ketiga, jadwal latihan ROM aktif
kerusakan integritas kulit e. Sediakan dukungan positif
berhubungan dengan faktor mekanik dalam melakukan latihan
(mis, daya gesek, tekanan, imobilisasi sendi.
fisik).
NOC Masalah keperawatan
Integritas Jaringan: Kulit dan ketiga,
Membran Mukosa ketidakefektifan bersihan jalan
Indikator: napas berhubungan dengan
a. Tidak terganggu suhu kulit
mukus yang berlebih.
b. Tidak terganggu hidrasi
c. Tidak terganggu perfusi jaringa
NOC
serebral Status pernapasan: kepatenan
d. Tidak terganggu pertumbuhan jalan napas
e. Tidak terganggu integritas kulit Indikator:
f. Tidak ada lesi
g. Tidak ada penebalan kulit a. Tidak ada deviasi
h. Tidak ada nekrosis frekuensi pernapasan
i. Tidak ada pengerasan kulit b. Tidak ada deviasi kemampuan
dalam mengeluarkan sekret
NIC c. Tidak ada pernapasan cuping
Pengecekkan Kulit hidung
a. Dapatkan orderan dokter d. Tidak ada penggunaan otot
b. Monitor kondisi kulit pada lokasi
bantu pernapasan
e. Tidak ada batuk
f. Tidak ada akumulasi batuk
NIC
1. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan
berdaarkan rencana dan intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi agar kriteria hasil dapat
tecapai.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
PARTISIPAN I PARTISIPAN II
Implementai merupakan Implementai merupakan tindakan
tindakan keperawatan keperawatan yang dilakukan
yang dilakukan kepada pasien sesuai kepada pasien sesuai dengan
dengan rencana tindakan yang telah rencana tindakan yang telah
dirumuskan. Implementasi dilakukan dirumuskan. Implementasi
dimulai selama 5 hari dimulai tanggal dilakukan dimulai selama 5 hari
20 Mei-24 Mei 2017. dimulai tanggal 20 Mei-24 Mei
2017.
Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan
diagnosa keperawatan pertama pada diagnosa keperawatan
adalah defisit perawatan diri; mandi pertama adalah defisit perawatan
berhubungan dengan kelemahan diri; mandi berhubungan dengan
adalah mengajarkan kepada keluarga kelemahan adalah mengajarkan
cara memandikan pasien (memcuci kepada keluarga cara
rambut, oral hygiene) di tempat tidur, memandikan pasien (memcuci
memandikan dengan suhu air yang rambut, oral hygiene) di tempat
nyaman dengan keadaan tubuh klien, tidur, memandikan dengan suhu
memonitor keadaan kulit saat mandi, air yang nyaman dengan keadaan
memberikan lotion pada area kulit tubuh klien, memonitor keadaan
yang kering, memberikan bedak pada kulit saat mandi, memberikan
lipatan yang dalam, periksa kulit lotion pada area kulit yang kering,
untuk mengetahui adanya iritasi, lesi, memberikan bedak pada lipatan
edema, membersihkan kuku serta yang dalam, periksa kulit untuk
mengajarkan kepeda tentang mengetahui adanya iritasi, lesi,
keperluan untuk melakukan edema, membersihkan kuku serta
kebersihan diri klien. mengajarkan kepeda tentang
keperluan untuk melakukan
kebersihan diri klien.
Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada
diagnosa
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan setiap hari selama 5 hari rawatan. Berikut ini hasil
evaluasi yang telah dilakukan pada kedua partisipan.
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
PARTISIPAN I PARTISIPAN II
Selama perawatan yang dilakukan Selama perawatan yang dilakukan
selama 5 hari rawatan mulai dari selama 5 hari rawatan mulai dari
tanggal 20-24 Mei 2017 telah tanggal 20-24 Mei 2017 telah
dilakukan tindakan kepada klien pada dilakukan tindakan kepada klien
diagnosa pertama yaitu defisit pada diagnosa pertama defisit
perawatan diri: mandi berhubungan perawatan diri: mandi
dengan kelemahan didapatkan hasil berhubungan dengan kelemahan
evaluasi keluarga sudah bisa dalam didapatkan hasil evaluasi klien
proses perawatan diri kepada klien sudah bisa dalam proses
tetapi tidak untuk oral hygiene, klien perawatan diri seperti mandi lap,
belum mampu melakukan perawatan perawat dan keluarga masih
diri secara mandiri, perawat dan membantu klien dalam
keluarga masih membantu klien melakukan kebersihan seperti oral
dalam melakukan kebersihan seperti hygiene. Masalah keperawatan ini
oral hygiene. teratasi sebagian hingga hari
Masalah keperawatan ini teratasi kelima.
sebagian hingga hari kelima.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dengan
laporan kasus asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene pada Tn. F (partisipan I) dan Tn. M (partisipan II) dengan penyakit
stroke iskemik yang telah dilakukan sejak tanggal 20 Mei-24 Mei 2017 di
IRNA C Lantai 2 RSSN Bukittinggi. Setelah melaksanakan asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pada dua kasus diatas, terdapat perbedaan umur antara dua partisipan
pertama yaitu Tn. F (partisipan I) berumur 75 tahun dan Tn. M (partisipan
II) berumur 57 tahun. Menurut Asnawati dkk (2009) stroke dapat terjadi
pada setiap usia. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wayunah
dan Saefulloh (2016) umur merupakan faktor risiko terjadinya stroke yang
tidak dapat dirubah, semakin meningkatnya umu maka risiko terjadinya
stroke akan semakin meningkat. Pendapat ini sama dengan pendapat dari
Sari, Indrawati, Dewi (2016) umur merupakan salah satu faktor risiko
yang tidak dapat di dikontrol. Dari analisa peneliti, stroke banyak terjadi
pada usia lanjut usia yang diakibatkan oleh gangguan sirkulasi pada satu
atau lebih pembuluh darah otak, biasanya berhubungan dengan thrombosis,
emboli, atau arterosklerosis
Pada kasus Tn. F dan Tn. M terjadi keluhan lemah anggota gerak kanan
dan lemah anggota gerak kiri, merasa kebas dan terasa berat bibir
mencong, bicara pelo, Tn. M merasakan sakit kepala sementara Tn. F
(partisipan I) tidak ada gejala sakit kepala. Menurut Widagdo, Suharyanto,
dan Aryani (2008) mengatakan tanda dan gejala stroke tergantung pada
luas dan lokasi yang dipengaruhi. Arteri serebral yang tersumbat oleh
trombosit atau embolus dapat memperlihatkan tanda dan gejala seperti:
hemiplegia, gangguan sensorik, aphasia, bingung sampai dengan koma,
ketidakmampuan menggerakkan mata, sakit kepala. Manifestasi klinis
stroke non hemoragik menurut Wayunah dan Saefulloh (2016) diantaranya
adalah hipertensi, gangguan motorik (kelemahan otot, gangguan mobilitas
fisik), gangguan sensorik, gangguan visual, gangguan keseimbangan, nyeri
kepala (migrain, vertigo), muntah, disartria (kesulitan berbicara) dan
perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, supor,
koma). Ketidakaktifan fisik merupakan faktor risiko utama untuk
terjadinya serangan jantung dan stroke, yang ditandai dengan penumpukan
lemak, kolesterol, kalsium dan unsur lain yang mensuplai darah ke otak
maupun jantung. Menurut analisa peneliti, gejala-gejala yang dirasakan
oleh kedua pasien terjadi karena terjadinya perubahan perfusi jaringan
pada otak yang dapat menimbulkan hipoksia.
Pada kasus Tn. F (partisipan I) dan Tn. M (partisipan II) sama suka
memakan makanan yang bersantan dan berminyak. Dan sama-sama
memiliki kebiasaan merokok saat melakukan aktivitas pekerjaan. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Maukar, Ismanto, dan Kundre
(2013) dimana terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan
dengan kejadian stroke non hemoragik dan diperkuat Misbach dan Ali
(2002 dalam Marlina, 2011) menyebutkan bahwa faktor risiko stoke turut
berperan serta dalam pemulihan, karena faktor risiko yang tidak terkontrol
akan menyebabkan komplikasi sehingga dapat menghambat program
rehabilitasi. Faktor risiko utama stroke dapat berupa hipertensi dan
penyakit jantung yang akan menimbulkan komplikasi seperti pembesaran
jantung kiri, infark miokard, dan insufisiensi ginjal yang dapat
menyebabkan kemampuan pasien stroke untuk berlatih berkurang dan
menghambat pemulihan.
Dan kedua pasien Tn. F (partisipan I) dan Tn. M (partisipan II) sama-sama
memiliki riwayat hipertensi diperkuat oleh Hafid (2012) menunjukkan
bahwa hipertensi merupakan penyebab utama terjadi stroke, sehingga
mengakibatkan kerusakan sel-sel endotel pembuluh darah yang
menimbulkan jejas pada rongga vaskuler. Dan pada akhirnya jejas atau lesi
vaskuler tersebut memicu terjadinya thrombosis dan akhirnya aterosklerosis
yang mengakibatkan pembuluh darah menyempit sehingga suplai darah ke
otak menurun yang mengakibatkan kerusakan sel-sel neuron pada sistem
saraf pusat sehingga terjadilah seseorang kehilangan fungsi motorik
maupun sensoriknya tergantung daerah pada sistem saraf pusat yang
mengalami kerusakan. Menurut Batticaca (2008), salah satu faktor risiko
stroke adalah hipertensi selanjutnya hipotensi atau tekanan darah rendah,
obesitas atau kegemukan, kolesterol darah tinggi, riwayat penyakit jantung,
riwayat penyakit jantung, riwayat penyakit diabetes, merokok dan stress.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengakajian yang dilakukan pada kedua kasus,
didapatkan tiga diagnosa dari kedua kasus, didapatkan ketiga diagnosa
yang sama antara Tn. F (partisipan I) dan Tn. M (partisipan II) yaitu defisit
perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan, hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (mis, daya gesek,
tekanan, imobilisasi fisik) dan ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan mukus yang berlebihan.
Pada diagnosa kedua pada kasus Tn. F dan Tn. M yaitu hambatan
mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Herdman, 2017). Batasan
karakteristik diagnosa ini yang ditemukan pada pasien berdasarkan
Nursing Outcome Classification and Nursing Intervension Classification
(NOC & NIC) 2015 adalah pasien mengalami kesulitan dalam
membolak-balik posisi, keterbatasan dalam kemampuan melakukan
keterampilan motorik dan keterbatasan rentang pergerakan sendi. Menurut
Mubarak (2014) kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan
ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan. Berdasarkan
hal ini, penulis mengangkat hambatan mobilitas fisik sebagai diagnosa
kedua karena keterbatasan merupakan salah satu faktor yang membuat
pasien mengalami berbagai macam gangguan dalam melakukan aktifitas
dalam keadaan normal.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah pasien. Dalam menentukan tahap
perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan
keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan
klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari
tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,
mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat strategi
keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi
keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerjasama dengan
tingkat kesehatan lain. Kegiatan perencanaan ini meliputi memprioritaskan
masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan (Hidayat, 2009).
4. Implementasi Keperawatan
Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
telah disusun sebelumnya. Hasil implementasi yang dilakukan pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene yang dilakukan dengan
menyesuaikan dengan kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan
konsep keperawatan. Pada diagnosa defisit perawatan diri: mandi dan
gangguan mobilitas fisik pada kasus Tn. F dan Tn. M dilakukan tindakan
keperawatan yang sama sesuai dengan kondisi pasien.
Tindakan yang tidak dapat dilakukan untuk diagnosa defisit perawatan diri:
mandi adalah menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan
memastikan hangat, santai, pengalaman pribadi dan personal. Tindakan ini
tidak dapat dilakukan karena keterbatasan penulis dalam membuat kondisi
rumah sakit yang nyaman.
Pada rencana tindakan masalah hambatan mobilitas fisik tidak semua
dilakukan oleh peneliti, tindakan yang dapat dilakukan adalah mengukur
vital sign sebelum dan sesudah latihan mobilisasi, kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi, ajarkan pasien tentang mobilisasi dengan latihan ROM
aktif dan ROM pasif, melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan secara
mandiri sesuai kemampuan pasien, menganjurkan kepada keluarga untuk
mendampingi pasien saat mobilisasi dan membantu dalam pemenuhan
kebutuhannya, mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana merubah
posisi dan latihan ROM.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada kasus Tn. F (partisipan I) dan Tn. M (partisipan II) masing-masing
telah dilakukan implementasi. Evaluasi yang telah dilakukan tanggal 24
Mei 2017, untuk diagnosa defisit perawatan diri: mandi berhubungan
dengan kelemahan pada Tn. F (partisipan I), keluarga sudah bisa dalam
proses perawatan diri kepada klien tetapi tidak untuk oral hygiene, klien
belum mampu melakukan perawatan diri secara mandiri, perawat dan
keluarga masih membantu klien dalam melakukan kebersihan seperti oral
hygiene, dan untuk Tn. M (partisipan II) klien sudah bisa dalam proses
perawatan diri seperti mandi lap, perawat dan keluarga masih membantu
klien dalam melakukan kebersihan seperti oral hygiene.
Menurut Nanda (2015) kriteria hasil yang harus dicapai untuk masalah
pertama, defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan
adalah tidak terganggu masuk dan keluar dari kamar mandi, tidak
terganggu mengambil alat/ bahan mandi, tidak terganggu mandi di bak
cuci, tidak terganggu membersihkan area perineum, tidak terganggu
mengeringkan badan dan untuk pergerakannya adalah tidak terganggu
keseimbangan, tidak terganggu koordinasi, tidak terganggu cara berjalan,
tidak terganggu gerakan otot, tidak terganggu gerakan sendi, tidak
terganggu kinerja pengaturan tubuh, tidak terganggu berjalan.
Menurut NANDA (2015) kriteria hasil yang harus dicapai untuk masalah
kedua hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot adalah dapat menopang berat badan, dapat berjalan dengan langkah
yang efektif, dapat berjalan dengan pelan, keseimbangan tidak terganggu,
cara berjalan tidak terganggu, gerakan otot tidak terganggu, gerakan sendi
tidak terganggu, dapat bergerak dengan mudah.
Menurut NANDA (2015) kriteria hasil yang harus dicapai untuk masalah
kerusakan integritas kulit adalah tidak terganggu suhu kulit, tidak
terganggu hidrasi, tidak terganggu perfusi jaringa serebral, tidak terganggu
pertumbuhan, tidak terganggu integritas kulit, tidak ada lesi, tidak ada
penebalan kulit, tidak ada nekrosis, tidak ada pengerasan kulit. Dan untuk
ketidakefektifan bersihan jalan napas, kriteria yang harus dicapai adalah
tidak ada deviasi frekuensi pernapasan, tidak ada deviasi kemampuan
dalam mengeluarkan secret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada batuk, tidak ada akumulasi
batuk.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang asuhan keperawatan pada Tn. F
(partispan I ) dan Tn. M (parisipan II) dengan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene pada pasien stroke iskemik di Ruang IRNA C Lantai 2 RSSN
Bukittinggi pada tahun 2017, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pada pengkajian peneliti tidak menemukan perbedaan antara teori dengan
kedua kasus.
2. Pada penegakkan diagnosa keperawatan, peneliti tidak menemukan
perbedaan antara teori dengan kedua kasus. Diagnosa yang ditemukan
pada kedua kasus berbeda yaitu pada diagnosa ketiga peneliti mengangkat
diagnosa pada Tn. F (partisipan I) yaitu risiko kerusakan integritas kulit
sementara pada Tn. M (partisipan II) ditemukan ketidakefektifan bersihan
jalan napas.
3. Pada perencanaan dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang ditemukan.
Peneliti telah membuat perencanaan sesuai teoritis yang ada dan
diharapkan dapat mengatasi masalah yang dialami oleh kedua partisipan.
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada kedua partisipan telah
sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Tindakan yang
dilakukan dapat memiliki harapan yang dicapai sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah dibuat.
5. Pada evaluasi untuk masalah keperawatan sudah mulai teratasi sebagian.
Faktor pendukung bagi peneliti dalam mengumpulkan data pada kedua
partisipan yaitu partisipan sangat kooperatif dan mau terbuka dalam
memberikan informasi kepada peneliti dan teruntuk keluarga partisipan
yang telah mau bekerja sama dengan peneliti memberikan informasi
penting lainnya tentang partisipan.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSSN Bukittinggi.
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada semua
staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal dan
meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi Ruang Rawat IRNA C
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran
bagi perawat di IRNA C Lantai 2 RSSN Bukittinggi dalam melakukan
asuhan keperawatan secara professional dan melanjutkan rencana tindakan
selanjutnya pada pasien stroke iskemik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara optimal dan
mengambil diagnosa keperawatan secara tepat menurut pengkajian
yang dilakukan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
dengan semaksimal mungkin, terlebih dahulu dapat memahami
masalah keperawatan dengan teliti, serta mendokumentasikan hasil
tindakan yang telah dilakukan dengan benar.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang baik dengan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada
pasien dengan stroke iskemik.
DAFTAR PUSTAKA
Always, David dan Cole, John Walden. 2011. Esensial Stroke untuk Layanan
Primer. Jakarta: EGC.
Isro’in. 2012. Personal Hygiene Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Mahendra, B dan Rachmawati, Evi. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Depok:
Penebar Swadaya.
Maryam, R Siti. Pudjiati, Gustina. Raenah, Een. 2013. Buku Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia dan Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sari, Wening. Indrawati, Lili. Dewi, Catur Setia. 2016. Care Your Self Stroke.
Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta: Penebar Plus.
Saryono dan Widianti, Anggriyana Tri. 2011. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.
Wahyudi, Andri Setiya dan Wahid, Ahmad. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Wijayanti, Punik Mumpuni. 2011. Kebersihan Rongga Mulut dan Gigi Pasien
Stroke. Yogyakarta: Depatemen Ilmu Keseharan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Tersedia pada www.kalbemed.com.
Januari, 23 2017.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR
c. Tidur
Sehat : Klien merupakan seorang buruh pekerja yang bekerja
setiap ada pembangunan rumah tanpa ada gangguan atau
keluhan selama bekerja, klien mempunyai kebiasaan
merokok yang dalam 1 hari bisa menghabiskan 1 bungkus
rokok, dan pola istirahat dan tidur klien selama dirumah
klien tidak ada istirahat karena bekerja dan kalau tidak ada
bekerja klien duduk-duduk diwarung untuk minum kopi
sambil merokok
Sakit : Aktivitas sehari-hari klien dibantu oleh perawat dan
keluarga dan semua aktivitas klien dilakukan di tempat
tidur, dan pola tidur klien dirumah nyenyak dari jam
22.00WIB sampai jam 05.30 WIB, pada saat dirawat
dirumah sakit klien kebanyakan tidur.
d. Eliminasi
Sehat : Tidak teratur dalam satu hari ada BAB dan ada tidak
BAB, dengan konsistensi lunak, bau khas, dan BAK klien
lancar, bau khas, warna kuning kecoklatan
Sakit : Pada saat sakit klien belum ada BAB sampai tanggal 20
Mei 2017 dan BAK klien terpasang kateter urine.
f. Pemeriksaan Fisik
a. Tinggi / berat badan : 160 cm / 50 kg
b. Tekanan darah : 140/90 mmHg
c. Suhu : 36,6°C
d. Nadi : 90 x/i
e. Pernafasan : 23 x/i
f. Rambut :
Sudah ditumbuhi uban, rambut tampak kusam,
berminyak, berketombe, tidak mudah dicabut
g. Telinga :
Telinga bersih, tidak ada serumen, simetris kiri dan
kanan, pendengaran masih baik bisa mendengarkan
gesekan jai-jari yang dilakukan oleh perawat
h. Mata :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
reflek pupil isokhor, dengan diameter pupil
2mm/2mm
i. Hidung :
Hidung terpasang NGT dengan keadaan bersih,
simetris kiri dan kanan, tidak ada edema pada
hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung,
penciuman masih baik bisa membedakan bau
minyak kayu putih dan balsam.
j. Mulut
: Mulut tampak kering, gigi sudah tidak ada dibagian
bawah, gigi tampak kotor, lidah tampak putih, lidah
tampak tidak simetris, reflek mengunyah baik,
reflek menelan (-), bibir lebih mencong ke sebelah
kanan, bicara masih pelo.
k. Leher
:
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening,
dan tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid
l. Thorak
: I : Tampak simetris kiri dan kanan
P : Fremitus kiri dan kanan
P : Sonor
A : Vesikuler
n. Kulit
: Kulit ada luka sebesar 10 cm dan lebar 6 cm di
pundak klien, luka tampak basah, berdarah, luka
tampak terbuka.
o. Ekstermitas :
Atas : Terpasang infus disebelah kiri, akral hangat, CRT
<3detik
Bawah : Akral dingin, CRT <3detik, tidak ada edema
Nilai
Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan
Rujukan
Laki-Laki
18 Mei Gula darah 51 mg/ 70-110mg/
dl
2017 nuchter dl
Gula darah 125 mg/ <200mg/dl
dl
2 jam PP
Asam urat 8,0 mg/ 3-7mg/dl
dl
HDL 30 mg/ >65mg/dl
dl
kolesterol
Total 189 mg/ <220mg/dl
dl
kolesterol
LDL 138 mg/ <150mg/dl
dl
kolesterol
Trigliserida 103 mg/ <150mg/dl
dl
a. Pemeriksaan diagnostik:
EKG, CT-Scan
( )
ANALISA DATA
kebutuhan sehari-
harinya termasuk mandi
2. Data Subjektif: Hambatan Mobilitas Penurunan Kekuatan
a. Klien mengatakan Fisik Otot
anggota gerak
kanannya lemah
b. Anggota gerak kanan
masih terasa berat.
c. Aktifitas klien masih
dibantu oleh keluarga
dan perawat
Data Objektif:
a. Aktivitas sehari-hari
klien dibantu oleh
perawat dan keluarga,
dengan kekuatan otot
klien kanan atas 0,
kanan bawah 2, kiri
atas 5, kiri bawah 5
b. Semua aktivitas klien
dilakukan di tempat
tidur.
3. Data Subjektif: Kerusakan Integritas Faktor mekanik
a. Keluarga mengatakan Kulit (mis, daya gesek,
sejak pertama masuk tekanan, imobilisasi
RS sudah ada luka yang fisik)
berwarna merah dengan
panjang
Data Objektif:
a. Luka 10cm dan lebar
6cm
b. Keadaan luka basah
c. Luka berada di pundak
klien
d. Luka terbuka.
DAFTAR DIAGNOSA
Perawatan Kaki
a. Periksa kulit untuk mengetahui
adanya iritasi, retak, lesi, katimumul,
kapalan, kecacatan, atau edema.
b. Periksa sepatu pasien agar dapat
menggunakan dengan tepat.
c. Berikan rendaman kaki, jika
diperlukan.
d. Keringkan pada sela-sela jari
dengan seksama.
e. Oleskan lotion.
f. Bersihkan kuku.
g. Berikan bedak tabur yang
menyerap kelembapan, sesuai
indikasi.
h. Monitor cara berjalan dan tumpuan
berat badan klien pada kaki.
i. Monitor tingkat hidrasi kaki.
Perawatan kuku
a. Monitor atau bantu (individu)
membersihkan kuku sesuai dengan
kemampuan perawata indidvidu.
b. Monitor atau bantu pemangkasan
kuku sesuai dengan kemampuan
perawatan diri individu.
c. Rendam kuku dalam air
hangat,
bersihkan bagian bawah kuku
dengan batang pembersih kuku
(orange stick) dan dorong kutikula
dengan menggunakan gunting
kutikula.
d. Lembabkan daerah sekitar kuku
untuk mencegah kekeringan.
Manajemen lingkungan
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
b. Hindari lingkungan yang beresiko
c. Pindahkan benda yang berbahaya
dari lingkungan
d. Tempatkan benda-benda yang
sering digunakan dalam jangkauan
pasien
e. Kontrol pencahayaan untuk
manfaat terapeutik
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama Masuk :
Tn. M dibawa ke Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tanggal 19
Mei 2017 jam 11.35 WIB dibawa oleh keluarga dengan keadaan sadar
dengan keluhan pasien anggota gerak sebelah kiri berat sejak ±3 bulan
yang lalu, bicara pelo (+), bibir mencong (+) sejak ±3 hari yang lalu,
bicara kurang jelas, lidah tidak simetris, sakit kepala yang hebat
dengan skala nyeri 5 dengan nyeri hilang timbul di bagian seluruh
kepala dengan lama nyeri 5-10 detik (+) sejak ±1 bulan yang lalu,
mual (-), muntah (-), menelan (-). Dengan tekanan darah /100mmHg,
160
5. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat : Klien mengatakan pada saat sehat klien makan 2×sehari
dengan porsi nasi, lauk, sayur, dan kadang-kadang klien ada
makan buah, makanan habis kebiasaan klien yang suka
makan-makanan bersantan dan suka makan gorengan
Sakit : Klien tidak mendapatkan makan karena klien terpasang NGT
yang diberikan diit MC.
b. Minum
Sehat : Klien minum air putih ±1000 cc/perhari, dan klien suka
minum teh 4 gelas dalam sehari.
Sakit : Klien mendapatkan diit MC 5×250 cc.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tinggi badan/ berat badan : 160 cm / 55 kg
b. Tekanan darah : 140/100mmHg
c. Suhu : 36,9 °C
d. Nadi : 99 X / menit
e. Pernafasan : 29 X / menit
f. Rambut :
Kepala normochepal, rambut klien hitam
dengan keadaan rambut berminyak, tidak
mudah dicabut.
g. Telinga :
Telinga bersih simetris kiri dan kanan,
pendengaran masih baik bisa mendengarkan
gesekan jari-jari yang dilakukan oleh perawat.
h. Mata :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
reflek pupil isokhor dengan diameter
2mm/2mm, palpebral edema tidak ada.
i. Hidung :
Nilai Rujukan
Tanggal Pemeriksaan Hasil dan Satuan
Pria
20 Mei Laboratorium Gula Darah Nuchter 70-110 mg/dl
2017 93 mg/dl
Gula Darah 2 Jam PP <200 mg/dl
104 mg/dl
Asam Urat 5,7 mg/dl 3-7 mg/dl
Total Kolesterol <220 mg/ dl
154 mg/dl
HDL Kolesterol 47 >65mg/dl
mg/
dl
LDL Kolesterol 89 <150mg/dl
mg/
dl
Trigliserida 90 mg/dl <150mg/dl
Perawatan kuku
a. Monitor atau bantu (individu) membersihkan kuku
sesuai dengan kemampuan perawata indidvidu.
b. Monitor atau bantu pemangkasan kuku sesuai
dengan kemampuan perawatan diri individu.
c. Rendam kuku dalam air hangat, bersihkan bagian
bawah kuku dengan batang pembersih kuku (orange
stick) dan dorong kutikula dengan menggunakan
gunting kutikula.
d. Lembabkan daerah sekitar kuku untuk mencegah
kekeringan.
2. Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan mekanika tubuh
fisik berhubungan diharapkan ambulasi dapat teratasi dengan a. Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
dengan gangguan kriteria hasil: menggunakan postur tubuh yang benar
neuromuskular a. Dapat menopang berat badan b. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam
b. Dapat berjalan dengan langkah yang efektif mengembangkan peningkatan mekanika tubuh
c. Dapat berjalan dengan pelan c. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan
postur tubuh dan mekanika tubuh untuk mencegah
Pergerakan injuri saat melakukan berbagaiaktivitas
Indikator: d. Informasikan pada pasien tentang struktur dan
a. Keseimbangan tidak terganggu fungsi tulang belakang dan postur yang optimal
b. Cara berjalan tidak terganggu untuk bergerak dan menggunakan tubuh
c. Gerakan otot tidak terganggu e. Bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk
d. Gerakan sendi tidak terganggu memfasilitasi mobilisasi punggung, sesuai indikasi
e. Dapat bergerak dengan mudah f. Monitor perbaikan postur tubuh/ mekanika tubuh
pasien.
Manajemen energi
a. Menilai status fisiologi pasien untuk mengurangi
kelelahan sesuai umur dan perkembangannya
b. Pilih intervensi untuk menurunkan kelelahan
menggunakan kombinasi antara farmakologi dan
kategori nonfarmakologi
c. Tentukan apa dan berapa banyak aktivitas yang
diperlukan untuk membangun ketahanan
d. Monitor intake nutrisi untuk memastikan sumber
energi yang adekuat
e. Monitor dan catat pola tidur pasien dan jumlah jam
tidur
f. Ajar mengatur aktivitas dan teknik manajemen
waktu untuk mencegah kelelahan.
Manajemen lingkungan
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
b. Hindari lingkungan yang beresiko
c. Pindahkan benda yang berbahaya dari lingkungan
d. Tempatkan benda-benda yang sering digunakan
dalam jangkauan pasien
e. Kontrol pencahayaan untuk manfaat terapeutik