Anda di halaman 1dari 14

TRIASE BENCANA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Disusun Oleh:

1. Alipa Alpi Murti 12180002


2. Regina Tri Agustin 12180015

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA WIRAUTAMA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah kami dapat
mengerjakan tugas makalah dari mata kuliah Keperawatan Bencana yang berjudul
“TRIASE BENCANA” Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Bencana yang telah memberikan tugas ini. Dengan ini kami bisa
belajar memahami lebih dalam terkait judul yang ditugaskan untuk kelompok kami.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BABI : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang........................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah...................................................................................... 1-2
1.3 Tujuan........................................................................................................ 2

Bab II : PEMBAHASAN

2.1 Definisi Triase........................................................................................... 3


2.2 Tujuan Triase............................................................................................. 3
2.3 Klasifikasi Triase....................................................................................... 4-5
2.4 Prinsip- Prinsip Triase............................................................................... 5
2.5 Metode Triase............................................................................................ 5-8
2.6 Kategori Triase ......................................................................................... 8-9

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 10
3.2 Saran.......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata triase berasal dari bahasa perancis trier yang berarti memisahan,
memilah dan memilih. Triage sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang
peranan penting dalam pengaturan darurat melalui pengelompokan dan
memprioritaskan paien secara efisien sesuai dengan tampilan medis pasien. Triage
adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas pasien ( atau korban
selama bencana) bersumber pada penyakit/ tingkat cedera, tingkat keparahan,
prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage dapat ditentukan kebutuhan
terbesar pasien/korban untuk segera menerima perawatan secepat mungkin. Tujuan
dari triage adalah untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan
resusitasi segera, menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam
perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik atau terapi

Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triage
modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron
Dominique Jean Larrey (1766 – 1842), seorang dokter bedah yang merawat tentara
Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system perawatan dalam
kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan urutan
kedatangan mereka. System tersebut memberikan perawatan awal pada luka ketika
berada di medan perang kemudian tentara diangkut ke rumah sakit/tempat perawatan
yang berlokasi di garis belakang.

START membagi korban menjadi 4 kelompok dan masing-masing


memberikan mengelompokkan warna. START triase memiliki tag empat warna untuk
mengidentifikasi status korban, yaitu warna hijau, kuning, merah, dan hitam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Triase ?

1
2

2. Bagaimana prinsip-prinsip Triase ?


3. Bagaimana metode Triase ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Triase.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip Triase
3. Untuk mengetahui bagaimana metode Triase.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Triase


Triase bencana adalah suatu system untuk menetapkan prioritas perawatan
medis berdasarkan berat ringannya suatu penyakit ataupun tingkat kedaruratannya,
agar dapat dilakukan perawatan medis yang terbaik kepada korban sebanyak-
banyaknya, di dalam kondisi dimana tenaga medis maupun sumber-sumber materi
lainnya serba terbatas (Zailanidkk, 2009).
Triase berasal dari Bahasa Prancis “Trier” berarti mengambil atau memilih.
Adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita yang mendapat
penanganan medis dan evakusasi pada kondisi kejadian masal atau kejadian
bencana. Penanganan medis yang diberikan berdasarkan prioritas sesuai dengan
keadaan penderita.
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi.
Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan
musibah massal. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang
tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena
status triase pasien dapat berubah.

2.2 Tujuan Triase


Triase memiliki tujuan diantaranya:
1. Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam
nyawa
2. Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut
keakutannya
3. Pengkategorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu
4. Jika ragu, pilih priorotas yang lebih tinggi untuk menghindari
penurunan triage

3
4

2.3 Klasifikasi Triase


Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun
klasifikasinya sebagai berikut :
1. Prioritas 1 atau Emergensi
a. Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi
dan intervensi segera
b. Pasien dibawa ke ruang resusitasi
c. Waktu tunggu 0 (Nol)
Contoh gambaran kasus dalam klasifikasi prioritas 1 ialah
Perdarahan berat Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla,
Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat, Fraktur
terbuka dan fraktur compound, Luka bakar > 30 % / Extensive Burn,
Shock tipe apapun.
2. Prioritas 2 atau Urgent
a. Pasien dengan penyakit yang akut
b. Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
c. Waktu tunggu 30 menit
d. Area Critical care
Contoh gambaran kasus dalam klasifikasi prioritas 2 ialah Trauma
thorax non asfiksia, Fraktur tertutup pada tulang panjang, Luka bakar
terbatas, Cedera pada bagian / jaringan lunak
3. Prioritas 3 atau Non Urgent
a. Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang
minimal
b. Luka lama
c. Kondisi yang timbul sudah lama
d. Area ambulatory / ruang P3
Gambaran kasus pada klasifikasi prioritas 3 ialah minor injuries
danseluruh kasus-kasus ambulant / jalan
5

4. Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian


a. Tidak ada respon pada segala rangsangan
b. Tidak ada respirasi spontan
c. Tidak ada bukti aktivitas jantung
d. Hilangnya respon pupil terhadap cahaya
Contoh gambaran kasus pada klasifikasi prioritas 0 ialah tidak ada
respon pada semua rangsangan, tidak ada respirasi spontan, tidak ada
bukti aktivitas jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

2.4 Prinsip-prinsip Triase


Prinsip – prinsip triase yang utama sekali harus dilakukan adalah:
1. Triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
2. Waktu untuk Triase per orang harus lebih dari 30 detik
3. Prinsip utama Triase adalah melaksanakan prioritas dengan urutan
“nyawa” > “fungsi” > “penampilan”.
4. Pada saat melakukan Triase, maka kartu Triase akan dipasangkan
kepada korban luka untu kmemastikan urutan prioritasnya (Zailani,
dkk, 2009).

2.5 Metode Triase


Menurut Lee, C.H., (2010) menerangkan pada situasi diklasifikasikan sebagai
bencana masal atau MCI, membutuhkan metode triase cepat dan efektif. Dalam
rangka mengoptimalkan hasil pasien secara keseluruhan dalam situasi bencana,
ada pergeseran dari melakukan apa yang terbaik untuk setiap pasien untuk
melakukan kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar orang.
1) Model START/ JUMPSTART Triage
a. Model START
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah
metode Simple Triage and Rapid Treatment (START). Pelaksanaan triage
6

dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda


triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu
ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan
mengganti tanda triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita
berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama jangan dilepas
tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru (Hogan dan Burstein,
2007).
START, sebagai cara triage lapangan yang berprinsip pada sederhana
dan kecepatan, dapat dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga awam
terlatih. Dalam memilah pasien, petugas melakukan penilaian kesadaran,
ventilasi, dan perfusi selama kurang dari 60 detik lalu memberikan tanda
dengan menggunakan berbagai alat berwarna, seperti bendera, kain, atau
isolasi. Pelaksanaan triage metode START meliputi (Hogan dan Burstein,
2007):
a. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri
ke areal yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
b. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
c. Pernapasan :
1) Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label
MERAH.
2) Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka
jalan napas dan bersihkan jalan napas satu kali, bila
pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila
tidak beri HITAM.
3) Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu
pengisian kapiler.
d. Waktu pengisian kapiler :
1) Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH,
hentikan perdarahan besar bila ada.
2) Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
7

3) Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita.


Bila tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan darah
penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah
menurun.
e. Pemeriksaan status mental :
1) Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
2) Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah
sederhana maka beri MERAH.
3) Bila mampu beri KUNING
b. Model JUMPSTART
Anak-anak memiliki nilai rentang normal yang berbeda dari yang
pernapasan tergantung pada usia mereka, sehingga metode START
berdasarkan tingkat pernapasan 30 tidak akan sesuai untuk anak-anak.
Selain itu, anak-anak lebih cenderung memiliki masalah pernapasan utama
sebagai lawan masalah kardiovaskular dan anak-anak yang tidak bernapas
mungkin hanya memerlukan pernapasan buatan untuk diresusitasi. Selain
itu, anak-anak mungkin tidak mudah dibagi sesuai dengan yang dapat
berjalan kaki ke lokasi yang ditunjuk karena perkembangan, keterampilan,
kesediaan mereka untuk meninggalkan orangtua terluka dan
kecenderungan orang tua untuk membawa anak. Hal ini digunakan secara
luas di Amerika Serikat dan Kanada dan merupakan modifikasi sistem
START.. Alat ini digunakan untuk anak-anak usia 1 dan 8 tahun. Mungkin
tidak mudah untuk menentukan usia anak sehingga korban tampak masih
anakanak maka menggunakan JUMPSTART dan jika korban terlihat
seperti orang dewasa muda menggunakan START. Modifikasi dan
penilaian tambahan akan diperlukan untuk anakanak kurang dari usia 1
tahun, denganketerlambatan perkembangan, cacat kronis atau cedera
terjadi sebelum kejadian. (Jumpstart, 2008 dalam Stein, L., 2008)
2) Secondary Assesment to Victim Endpoint (SAVE)
8

Pada keadaan dimana terdapat korban dalam jumlah yang sangat banyak,
yang jauh melampaui kapasitas penolong, maka harus dilakukan triase
secara cepat dengan tujuan menyelamatkan banyak korban sebanyak-
banyaknya. Untuk itu, pada triase dengan metode SAVE, korban dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Kelompok korban yang diperkirakan akan meninggal, apapun
tindakan yang akan diberikan
b. Kelompok korban yang diperkirakan akan mampu bertahan hidup,
apapun tindakan yang akan diberikan (termasuk tidak dilakukan
pertolongan)
c. Kelompok yang tidak termasuk dalam 2 kategori diatas, yang berarti
korban pada kelompok ini keselamatannya sangat tergantung pada
intervensi yang akan diberikan. Kelompok inilah yang harus
mendapat prioritas penanganan.

2.6 Kategori Triase


1. Kartu Triase
Hasil Triase dicatat secara sederhana di kartu triase, kemudian
digantungkan di leher atau di salah satu tangan dan kaki pasien. Triase
bukanlah proses yang dilakukan berulang kali untuk memonitor apakah
terjadi perubahan pada kondisi pasien. Jadi, prosesnya perlu dilakukan
setiap saat pada korban atau berulang-ulang ketika mereka akan
dipindahkan kelokasi baru, misalnya ditempat bencana, pusat pertolongan
pertama, sebelum diangkut, di pintu masuk rumah sakit, sebelum
operasi/pembedahan, dan lain-lain (Zailani, dkk, 2009).
2. Triase lapangan
Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi:
1. Triase di Tempat (Triase Satu)
Triase ditempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau pada
tempat penampungan yang dilakukan oleh tim pertolongan pertama
9

atau tenaga medis gawat darurat. Triase di tempat mencakup


pemeriksaan, klasifikasi, pemberian tanda dan pemindahan korban ke
posmedis lanjutan.
2. Triase Medik
Triase ini dilakukan saat korban memasuki posmedis lanjutan oleh
tenaga medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang
bekerja di Unit Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir
oleh dokter bedah). Tujuan triase medis adalah menentukan tingkat
perawatan yang dibutuhkan oleh korban.
3. Triase Evakuasi
Triase ini ditujukan kepada korban yang dapat dipindahkan ke rumah
sakit yang telah siap menerima korban bencana masal. Jika posmedis
lanjutan dapat berfungsi efektif, jumlah korban dalam status “merah”
akan berkurang, dan akan diperlukan pengelompokkan korban kembali
sebelum evakuasi dilaksanakan. Tenaga medis di posmedis lanjutan
dengan berkonsultasi dengan poskomando dan rumah sakit tujuan
berdasarkan kondisi korban akan membuat keputusan korban mana
yang harus dipindahkan terlebih dahulu, rumah sakit tujuan, jenis
kendaraan dan pengawalan yang akan di pergunakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera
atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta
transportasi. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan
sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses triase inisial harus dilakukan
oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus
dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Di
Indonesia triase dianjurkan menggunakan metode triase Penuntun
Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Prioritas tindakan dalam triase yaitu terdiri dari Prioritas Nol
(Hitam), Prioritas Pertama (Merah), Prioritas Kedua (Kuning), dan Prioritas
Ketiga (Hijau). Konsep Triase antara lain :
a. Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam
nyawa
b. Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke
akutannya
c. Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu
d. Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari
penurunan triage

3.2 Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena
keterbatasan sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih
bersifat umum, oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari
sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang kami buat,
guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Triage Kel 2 | PDF (scribd.com)


Makalah Manajemen Bencana : “Triase Bencana serta Berpikir Kritis dan Sistematis”
(wahyuhidaryani.blogspot.com)
(20) (DOC) TUGAS MODEL TRIAGE DALAM BENCANA | Asni Aie Tauba -
Academia.edu
MAKALAH TENTANG TRIAGE - Seputar Kuliah Kesehatan

11

Anda mungkin juga menyukai