Anda di halaman 1dari 24

Konsep dan Model-Model Triase Bencana,

Berfikir Kritis dan Sistematis


DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 KELAS C
S1 KEPERAWATAN KONVERSI
KELOMPOK 2
Evi Restu Asih 210101116P
Ariyadi 210101080P
Nabila Emira 210101127P
Ambar Wulandari 210101135P
Sri Wahyuono 210101041P
Hepi diana rita 210101096P
retnowati 210101104P
Oktaria dwi jayanti 210101097P
Risda 210101089P
Ery Indriyani 210101150P
iin yustian indriani 210101119P
ghita ananda 210101142P
Raudhatul ilmi 210101107P
Intania permata sari 210101144P
Desita yugiyanti 210101154P
Ahmad Tri Ramadon 210101137P
Julia mayang Sari 210101114P
Tasya Arsyta Kusuma 210101157P
Ulfa damayanti 210101077P
Silwi yusha malinda 210101124P
Oriza L 210101158P
Rizky Y 210101136P
M Tri W 210101085P
Surina 210101062P
Eka A 210101146P
Mustika Pirlina 210101113P
KONSEP DAN MODEL TRIASE
Pengertian Triase
Triase berasal dari Bahasa Prancis “Trier” berarti
mengambil atau memilih. Adalah penilaian, pemilihan
dan pengelompokan penderita yang mendapat
penanganan medis dan evakusasi pada kondisi kejadian
masal atau kejadian bencana. Penanganan medis yang
diberikan berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan
penderita.
Tujuan Triage adalah untuk memudahkan penolong
untuk memberikan petolongan dalam kondisi korban
masalah atau bencan dan diharapkan banyak penderita
yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup.
Triage secara umum dibagi menjadi dua yakni Triage di
UGD/IGD Rumah Sakit dan Triage di Bencana.
Konsep Triase antara lain :
1. Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi
kondisi mengancam nyawa
2. Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan
pasien menurut ke akutannya
3. Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-
waktu
4. Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk
menghindari penurunan triage

Triase diklasifikasi berdasarkan pada :


a)      Tingkat pengetahuan
b)      Data yang tersedia
c)      Situasi yang berlangsung
SISTEM TRIASE
Sistem triase terdiri dari Disaster dan
Non Disaster.
1. Disaster digunakan untuk
menyediakan perawatan yang lebih
efektif untuk pasien dalam jumlah
banyak.
2. Non Disaster digunakan untuk
menyediakan perawatan sebaik
mungkin bagi setiap individu pasien.
Metode triase

01 METTAG (Triage tagging


system)

02 triase Penuntun
Lapangan START
(Simple Triage And
Rapid Transportation)
METODE METTAG
Sistim METTAG atau sistim tagging dengan kode warna
yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari
Penuntun Lapangan START. Resusitasi di ambulans
atau di Area Tindakan Utama sesuai keadaan.
Ketua Tim Medik mengatur Sub Tim Triase dari Tim
Tanggap Pertama (First Responders) untuk secara
cepat menilai dan men tag korban. Setelah pemilahan
selesai, Tim Tanggap Pertama melakukan tindakan
sesuai kode pada tag. Umumnya tim tidak mempunyai
tugas hanya sebagai petugas triase, namun juga
melakukan tindakan pasca triase dan setelah triase
selesai.
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan atas
korban adalah yang dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas tindakan
dijelaskan sebagai berikut :
a.       Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan
tidak mungkin diresusitasi.
b.      Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan
tindakan dan transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal,
cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka
bakar berat).
c.       Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan
tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen
tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa
shok, cedera kepala atau tulang belakang leher, serta luka bakar ringan).
d.      Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak
membutuhkan stabilisasi segera (cedera jaringan lunak, fraktura dan
dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
serta gawat darurat psikologis).
METODE START
Penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60
detik yang mengamati ventilasi, perfusi, dan status
mental untuk memastikan kelompok korban seperti
yang memerlukan transport segera atau tidak, atau
yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini
memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar
akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan
transport segera. Sistim METTAG atau pengkodean
dengan warna tagging system yang sejenis bisa
digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan
START.
Dalam Triase Medis metode START (Simple Triage and Rapid Treatment) yaitu
memilih korban berdasarkan pengkajian awal terhadap penderita degan menilai
Respirasi, Perfusi, dan Status Mental.
Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan penolong saat terjadi bencana :
1. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa menggunakan alat atau
melakuakan tindakan medis.
2. Panggil penderita yang dapat berjalan dan kumpulkan diarea pengumpulan
3. Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari posisi terdekat dengan
penolong.
4. Inti Penilaian Triage Medis (TRIASE dalam bencana memiliki 4 warna Hitam
(penderita sudah tidak dapat ditolong lagi/meninggal), Merah (penderita
mengalami kondisi kritis sehingga memerlukan penanganan yang lebih
kompleks), Kuning (kondisi penderita tidak kritis), Hijau (penanganan
pendirita yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar. Penderita tidak
memiliki cedera serius sehingga dapat dibebaskan dari TKP agar tidak
menambah korban yang lebih banyak. Penderita yang memiliki hidup lebih
banyak harus diselamatkan terlebih dahulu).
Sistem klasifikasi Triase menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya
sebagai berikut :
a)      Prioritas 1 atau Emergensi
·        Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera
·        Pasien dibawa ke ruang resusitasi
·        Waktu tunggu 0 (Nol)
b)      Prioritas 2 atau Urgent
·        Pasien dengan penyakit yang akut
·        Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
·        Waktu tunggu 30 menit
·        Area Critical care
c)      Prioritas 3 atau Non Urgent
·        Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal
·        Luka lama
·        Kondisi yang timbul sudah lama
·        Area ambulatory / ruang P3
d)     Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
·        Tidak ada respon pada segala rangsangan
·        Tidak ada respirasi spontan
·        Tidak ada bukti aktivitas jantung
·        Hilangnya respon pupil terhadap cahaya
Klasifikasi Triage Dalam Gambaran Kasus
a)      Prioritas 1 – Kasus Berat
·         Perdarahan berat
·         Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
·         Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
·         Fraktur terbuka dan fraktur compound
·         Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
·         Shock tipe apapun
b)      Prioritas 2 – Kasus Sedang
·         Trauma thorax non asfiksia
·         Fraktur tertutup pada tulang panjang
·         Luka bakar terbatas
·         Cedera pada bagian / jaringan lunak
c)      Prioritas 3 – Kasus Ringan
·         Minor injuries
·         Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
d)     Prioritas 0 – Kasus Meninggal
·         Tidak ada respon pada semua rangsangan
·         Tidak ada respirasi spontan
·         Tidak ada bukti aktivitas jantung
·         Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
Keberhasilan Penanganan Korban Massal
Dgn.Triage System Tergantung Dari :

1. ORGANISASI ( Struktural Tugas )


2. FASILITAS ( Sarana & Prasarana )
3. KOMUNIKASI ( Alat, Jejaring &
Prosedur )
4. DATA ( Sumber Daya Manusia )
5. PENANGANAN Operasional :
- Pra- Rumah Sakit
- Intra Rumah Sakit
- Antar Rumah Sakit
BERFIKIR KRITIS DAN
SISTEMATIS
Berfikir Kritis (CRITICAL THINKING)
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi.
Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi,
memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to
decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti
standar, aturan, atau metode.
Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-
aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan
(Mz. Kenzie).
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis
keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir,
kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab
(anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan
keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas,
penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu
pengetahuan.
KARAKTERISTIK BERFIKIR KRITIS

1. Konseptualisasi.
2. Rasional dan beralasan.
3. Reflektif
4. Bagian dari suatu sikap.
5. Kemandirian berpikir.
6. Berpikir adil dan terbuka.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
GAMBARAN BERFIKIR
gambaran berpikir diklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu:
Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
1. Total Recall (T), berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan
bagaimana untuk mendapatkan fakta/data ketika diperlukan.
2. Habit/Kebiasaan (H), merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan
yang diulang berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami.
3. Inquiry/Penyelidikan/menanyakan keterangan (I), merupakan latihan
mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan pertanyaan
yang mendekati kenyataan.
4. New Ideas and Creativity (N), Ide baru dan kreativitas terdiri dari model
berpikir unik dan bervariasi yang khusus bagi individu.
5. Knowing How You Think / Mengetahui apa yang kamu fikirkan (K),
merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling tidak dihiraukan dari
model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan.
Metode Critical Thinking
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking :
1. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan
merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok
dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri
dalam proses mengambil keputusan.
3. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu
masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
4. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai
alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk
persuasi.
5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang
sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
6. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam
berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak.
7. Kombinasi beberapa metode.
Elemen Berpikir Kritis
Elemen berpikir kritis antara lain:
a.       Menentukan tujuan
b.      Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
c.       Menujukan bukti
d.      Menganalisis konsep
e.       Asumsi
Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek :

1. Relevance. Keterkaitan dari pernyataan yang dikemukan. 


2. Importance. Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
3. Novelty. Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru
maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
4. Outside material. Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya
dari perkuliahan.
5. Ambiguity clarified. Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada
ketidak jelasan.
6. Linking ideas. Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data
baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7. Justification. Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan
mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.
. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa


individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya
dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya. Langkah-langkah
pemecahan masalah antara lain:

1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.


2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.
BERFIKIR SISTEMATIS
Berpikir sistemik (Systemic Thinking)  adalah  sebuah cara
untuk  memahami sistem yang kompleks dengan
menganalisis bagian-bagian sistem tersebut untuk kemudian
mengetahui pola hubungan yang terdapat didalam setiap
unsur atau elemen penyusun sistem tersebut. Pada
prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua
kemampuan berpikir, yaitru kemampuan berpikir analis atau
analytical thinking (kemampuan mengurai elemen-elemen
suatu masalah) dan berfikir sintesis atau synthetical thinking
(memadukan elemen-elemen tersebut menjadi kesatuan)
THANK YOU
KEL 2 KLS C KONVERSI KEP

Anda mungkin juga menyukai