Anda di halaman 1dari 8

“ DISASTER TRIAGE SYSTEM “SALT” ”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Disaster


Dosen Pembimbing: Ns. Dody Setyawan, S.Kep.,M.Kep

Kelompok 11

Apsara Anindyajati W (22020116140078)


Desta Widayat (22020116140079)
Frieda Andini Wulan S (22020116140094)
Anita Kusumawardani (22020116140095)

Kelas A16.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
1. Pengertian Triage
Triage berasal dari bahasa Prancis trier bahasa Inggris triage dan diturunkan dalam
bahasa Indonesia triage yang berarti sortir, yaitu proses khusus memilah pasien berdasar
beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Triage
sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang peranan penting dalam pengaturan
darurat melalui pengelompokan dan memprioritaskan paien secara efisien sesuai dengan
tampilan medis pasien. Triage adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada
prioritas pasien (atau korban selama bencana) bersumber pada penyakit/tingkat cedera,
tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Triage adalah proses khusus
memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan prioritas
perawatan gawat darurat medik. Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab
ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE. (Pusponegoro, 2010).
Tujuan dari triage adalah untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan
resusitasi segera, menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam
perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik atau terapi.
2. Fungsi Triage
Triage departemen emergensi memiliki beberapa fungsi diantaranya :
1) identifikasi pasien yang tidak harus menunggu untuk dilihat, dan
2) memprioritaskan pasien (Mace and Mayer, 2013).
3. Prioritas Triage
Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triagediberlakukan sistem prioritas, prioritas
adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan
:
1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
2) Dapat mati dalam hitungan jam.
3) Trauma ringan.
4) Sudah meninggal
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
1. Gawat Darurat (P1) : keadaan mengancam nyawa/adanya gangguan ABCD dan perlu
tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma mayor dengan
pendarahan hebat.
2. Gawat tidak Darurat (P2) : keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat. Setelah dilakukan diresusitasi maka tindak lanjut oleh dokter
specialis. Misalnya; pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainya.
3. Darurat tidak Gawat (P3) : keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada ganguuan ABCD dan dapat langsung terapi
definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur,
minor/tertutup, sistitis, otitis dan media lainya.
4. Tidak gawat tidak Darurat (P4) : keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu dan sebagainya.
Penerapan metode triage SALT maupun START/JUMPSTART telah disepakati di
Amerika Serikat dalam rangka penyeragaman dan menstandarkan dalam pemilahan
kategori pasien (Lee, C.H., 2010). Dari kedua metode tersebut menggunakan tingkat
triage dan coding warna untuk mengkategorikan korban bencana, yaitu :
o Triase Tag Merah ("Segera-Immediate" atau T1 atau Prioritas 1): Pasien yang
hidupnya berada dalam bahaya langsung dan yang membutuhkan pengobatan
segera
o Triase Tag Kuning ("tertunda-delayed``" atau T2 atau Prioritas 2): Pasien yang
hidupnya tidak dalam bahaya langsung dan siapa yang akan
membutuhkanmendesak, tidak langsung, perawatan medis
o Triase Tag hijau ("Minimal" atau T3 atau Prioritas 3): Pasien dengan luka ringan
yang akhirnya akan memerlukan pengobatan
o Tag Triase hitam ("hamil-expectant" atau Tidak Prioritas): Pasien yang mati atau
yang memiliki luka yang luas sehingga mereka tidak bisa diselamatkan dengan
sumber daya terbatas yang tersedia.
4. Ketrampilan Dalam Penilaian triage
Menurut Oman (2008) penilaian triage terdiri dari :
a. Primary survey priorotas (ABC) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya
b. Secondary survey pemeriksaan menyeluruh (Head to Toe) untuk menghasilkan
prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya.
c. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan perubahan pada
(A,B,C) derajat kesadaran dan tanda vital lainnya. Perubahan prioritas karena
perubahan kondisi korban. Penanganan pasien UGD perawat dalam pelaksanaan
d. triageharus sesuai dengan protap pelayanan triageagar dalam penanganan pasien
tidak terlalu lama.
5. Protap dalam triage
a. Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
b. Diruang triage dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas)
untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh perawat.
c. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triage dapat
dilakukan di luar ruang triage (di depan gedung IGD).
d. Penderita dibedakan menurut kegawatanya dengan memberi kode warna.
6. Model SALT Triage Untuk Insiden Korban Masal (Mass Casualty Incident)
SALT Triage singkatan (sort–assess–lifesaving–interventions–treatment/transport).
SALT terdiri dari dua langkah ketika Menangani korban. Hal ini termasuk triase awal
korban menggunakan perintah suara, perawatan awal yang cepat, penilaian masing-
masing korban dan prioritas, dan inisiasi pengobatan dan transportasi. Pendekatan Triase
SALT memiliki beberapa karakteristik tambahan. Pertama, SALT mengidentifikasi
kategori expectant (hamil) yang fleksibel dan dapat diubah berdasarkan faktor-faktor
tertentu. Kedua, SALT Triage awalnya mengkategorikan luka, tapi memberikan evaluasi
sekunder untuk mengidentifikasi korban langsung
Step 1 : SORT
SALT dimulai dengan menyortir pasien secara global melalui penilaian korban secara
individu. Pasien yang bisa berjalan diminta untuk berjalan ke suatu area tertentu dan
dikaji pada prioritas terakhir untuk penilaian individu. Penilaian kedua dilakukan p ada
korban yang diminta untuk tetap mengikuti perintah atau di kaji kemampuan gerakan
secara terarah / gerakan bertujuan. Pada korban yang tetap diam tidak bergerak dari
tempatnya dan dengan kondisi yang mengancam nyawa yang jelas harus dinilai pertama
karena pada korban tersebut yang paling membutuhkan intervensi untuk penyelamatan
nyawa.
Step 2 : ASSES
Prioritas pertama selama penilaian individu adalah untuk memberikan intervensi
menyelamatkan nyawa. Termasuk mengendalikan perdarahan utama; membuka jalan
napas pasien, dekompresi dada pasien dengan pneumotoraks, dan menyediakan
penangkal untuk eksposur kimia. Intervensi ini diidentifikasi karena injury tersebut dapat
dilakukan dengan cepat dan dapat memiliki dampak yang signifikan pada kelangsungan
hidup pasien. Intervensi live saving yang harus diselesaikan sebelum menetapkan
kategori triase dan hanya boleh dilakukan dalam praktek lingkup responder dan jika
peralatan sudah tersedia. Setelah intervensi menyelamatkan nyawa disediakan, pasien
diprioritaskan untuk pengobatan berdasarkan ke salah satu dari lima warna-kode kategori.
Pasien yang mengalami luka ringan yang self-limited jika tidak diobati dan dapat
mentolerir penundaan dalam perawatan tanpa meningkatkan risiko kematian harus
diprioritaskan sebagai minimal dan harus ditunjuk dengan warna hijau. Pasien yang tidak
bernapas bahkan setelah intervensi live saving yang diprioritaskan sebagai mati dan harus
diberi warna hitam. Pasien yang tidak mematuhi perintah, atau tidak memiliki pulsa
perifer, atau dalam gangguan pernapasan, atau perdarahan besar yang tidak terkendali
harus diprioritaskan immediate dan harus ditunjuk dengan warna merah. Penyedia harus
mempertimbangkan apakah pasien ini memiliki cedera yang mungkin tidak sesuai dengan
kehidupan yang diberikan sumber daya yang tersedia, jika ada, maka provider harus
triase pasien sebagai expectant/hamil dan harus ditunjuk dengan warna abu-abu. Para
pasien yang tersisa harus diprioritaskan sebagai delayed dan harus ditunjuk dengan warna
kuning.
7. Proses Triage dalam Keperawatan
Proses triage mengikuti langkah-langkah proses keperawatan yaitu :
a. Pengkajian
Ketika komunikasi dilakukan, perawat melihat keadaan pasien secara umum. Perawat
mendengarkan apa yang dikatakan pasien, dan mewaspadai isyarat oral. Riwayat
penyakit yang diberikan oleh pasien sebagai informasi subjektif. Tujuan informasi
dapat dikumpulkan dengan mendengarkan nafas pasien, kejelasan berbicara, dan
kesesuaian wacana. Temuan seperti mengi, takipnea, batuk produktif (kering), bicara
cadel, kebingungan, dan disorientasi adalah contoh data objektif yang dapat langsung
dinilai. Informasi tambahan lain dapat diperoleh dengan pengamatan langsung oleh
pasien. Lakukan pengukuran objektif seperti suhu, tekanan darah, berat badan, gula
darah, dan sirkulasi darah. Aturan praktis yang baik untuk diingat adalah bahwa
perawatan apapun dapat dilakukan dengan mata, tangan, atau hidung dengan arahan
yang cukup dari perawat.
b. Diagnosa
Dalam triage diagnosa dinyatakan sebagai ukuran yang mendesak. Apakah masalah
termasuk ke dalam kondisi Emergency (mengancam kehidupan, anggota badan, atau
kecacatan). Urgen (mengancam kehidupan, anggota badan, atau kecacatan) atau non-
urgen. Diagnosa juga meliputi penentuan kebutuhan pasien untuk perawatan seperti
dukungan, bimbingan, jaminan, pendidikan, pelatihan, dan perawatan lainnya yang
memfasilitasi kemampuan pasien untuk mencari perawatan
c. Perencanaan
Dalam triage rencana harus bersifat kolaboratif. Perawat harus dengan seksama
menyelidiki keadaan yang berlaku dengan pasien, mengidentifikasi faktor-faktor
kunci yang penting, dan mengembangkan rencana perawatan yang diterima pasien.
Hal ini sering membutuhkan proses negosiasi, didukung dengan pendidikan pasien.
Adalah tugas perawat untuk bertindak berdasarkan kepentingan terbaik pasien dan
kemungkinan pasien dapat mengikuti. Kolaborasi juga mungkin perlu dengan anggota
tim kesehatan lain juga.
d. Intervensi
Dalam analisis akhir, bisa memungkinkan bahwa perawat tidak dapat melakukan apa-
apa untuk pasien. Oleh karena itu harus ada pendukung lain yang tersedia, misalnya
dokter untuk menentukan tindakan yang diinginkan. Untuk itu, perawat triage harus
mengidentifikasi sumber daya untuk mengangkut pasien dengan tepat. Oleh karena
itu perawat triage juga memiliki peran penting dalam kesinambungan perawatan
pasien. Protokol triageatau protap tindakan juga dapat dipilih dalam pelaksanaan
triage
e. Evaluasi
Langkah terakhir dalam proses keperawatan adalah evaluasi. Dalam konteks
organisasi keperawatan, evaluasi adalah ukuran dari apakah tindakan yang diambil
tersebut efektif atau tidak. Jika pasien tidak membaik, perawat memiliki tanggung
jawab untuk menilai kembali pasien, mengkonfirmasikan diagnosa urgen, merevisi
rencana perawatan jika diperlukan, merencanakan, dan kemudian mengevaluasi
kembali. Pertemuan ini bukan yang terakhir, sampai perawat memiliki keyakinan
bahwa pasien akan kembali atau mencari perawatan yang tepat jika kondisi mereka
memburuk atau gagal untuk meningkatkan seperti yang diharapkan. Sebagai catatan
akhir, adalah penting bahwa perawat triage harus bertindak hati-hati, Jika ada
keraguan tentang penilaian yang sudah dibuat, kolaborasi dengan medis, perlu diingat
perawat triage harus selalu bersandar pada arah keselamatan pasien (Rutenberg,
2009).

DAFTAR PUSTAKA
Lee, C.H., (2010).Disaster and Mass Casualty Triage.American Medical Association
Journal of Ethics. June 2010, Volume 12, Number 6: 466-470
Lerner et al.Dalam Neal, D.J. (2009).Prehospital Patient Triage In Mass
CasualtyIncidents: An Engineering Management Analysis And Prototype
Strategy Recommendation. (A Dissertation Submitted To The Faculty Of The
School Of Engineering And Applied Science Of The George Washington
University In Partial Satisfaction of the requirements for the degree of Doctor of
Science May17, 2009). Retrieved fromhttp://gradworks.umi.com/3352839.pdf
date 18 maret 2018.
Pusponegoro, D Aryono. Et al, (2010) Buku panduan Basic Trauma and Cardiac Life
Support , Jakarta : Diklat Ambulance AGD 118

Anda mungkin juga menyukai