Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TRIASE SALT

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Keperawatan Bencana

Dosen Pembimbing :

Ns. Nur Isnaini, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Nama NIM
Anggit Muktiadi 2211020167
Halimatus Sya’dyah 2211020144
Kuat Widodo 2211020173
Puput Jeni A 2211020135
Sigit Paryadi 2211020145

ALIH JENJANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bencana merupakan hal yang tidak diinginkan oleh semua orang
untuk terjadi. Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan
demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan
oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia yang menyebabkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat
pembangunan nasional. Disamping itu Indonesia merupakan negara
kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dunia, yaitu
lempeng Euro-Asia di bagian Utara, lempeng Indo-Australia di bagian
Selatan, lempeng Filipina dan Samudera Pasifik di bagian Timur. Indonesia
merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam tinggi,
seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan
lain sebagainya. Tercatat pada tiga bulan awal 2019 sudah tercatat sebanyak
791 kali bencana yang terjadi di Indonesia.
Banyaknya angka kejadian bencana tersebut menunjukkan masih
kurangnya kesiap-siagakan pemerintah dalam mengantisipasi terjadinya
bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdayaguna. Kesiapsiagaan penting untuk menurunkan
dampak kerusakan ataupun korban ketika terjadi bencana.
Sebagai tenaga kesehatan, perawat perlu memahami tentang
pentingnya triase bencana guna mengurangi korban jiwa yang timbul akibat
bencana yang terjadi. SALT merupakan salah satu jenis triase yang efektif
digunakan pada saat terjadi bencana. System ini memudahkan tenaga
kesehatan dalam memilah-milah korban akibat bencana dan meminimalkan
terjadinya korban jiwa.

B. TUJUAN
1. Dengan adanya makalah ini dimaksudkan supaya tenaga kesehatan,
khususnya perawat mampu memahami sistem triase bencana.
2. Tenaga kesehatan mampu memahami tentang sistem triase bencana
SALT.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Triase Bencana
Triase merupakan suatu prosedur yang menempatkan korban pada
kategori-kategori prioritas untuk transport dan perawatan berdasarkan tingkat
kepararahan cedera serta kegawatdaruratan medis, yang ditentukan dengan
pertimbangan tata cara pertolongan menggunakan sistem Airway-Breathing-
Circulation (ABC). Triase berasal dari Bahasa perancis yang berarti membagi
atau menyortir. Triase lapangan meliputi sistem seleksi korban di lapangan
oleh petugas dan evakuasi/transportasi ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
lainnya. Secara garis besar adalah penempatan korban dalam kategori-
kategori prioritas medis sehingga dapat dipilih mana yang lebih dulu harus di
tolong, diangkut atau bahkan ditinggalkan untuk sementara. Mengirim korban
dengan keadaan tertentu ke fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan
kondisi korban merupakan tanggung jawab dari petugas lapangan. [3]
Prioritas penanganan korban triase:
1. Prioritas tertinggi/segera/kelas I : korban gawat daerurat.
2. Prioritas tinggi/tunda/kelas II : moderate dan emergency.
3. Prioritas sedang/minor/kelas III : korban gawat tidak darurat, atau
korban darurat tidak gawat, atau korban tidak gawat tidak darurat.
4. Prioritas terakhir/kelas IV : probably death, korban memiliki
tanda-tanda meninggal.

B. Prinsip Trisae
Triage adalah hal yang paling dasar yang seharusnya dimiliki anggota tim
penanganan bencana. Triage merupakan suatu teknik penilaian dan
mengklasifikasikan tingkat kegawatan korban bencana. Triage seharusnya
segera dan tepat waktu, penanganan yang segera dan tepat waktu akan segera
mengatasi masalah pasien dan mengurangi terjadi kecacatan akibat kerusakan
organ. Pentingnya triage untuk memilih siapa yang harus ditangani lebih awal
dan siapa yang terakhir.
Secara keseluruhan proses triage dalam simulasi menghasilkan pendataan
korban berdasarkan tingkat kegawatan masing-masing, dan selanjutnya
korban diberi label warna sesuai hasil triage lewat aplikasi triage dengan
tujuan tim penolong bisa dengan cepat mengetahui apakah korban sudah di
triage atau belum. Proses pemberian label triage di lokasi darurat bencana
dapat dilakukan dengan banyak cara antara lain yaitu :
1. Korban dapat dilabeli dengan material berwarna yang berada dilokasi
bencana.
2. Memanfaatkan warna pakaian korban dan diikatkan pada bagian tubuh
korban sesuai dengan warna hasil triage setiap korban. Pemberian label
kepada setiap korban harus diletakkan secara seragam untuk
mempermudah identifikasi pada tahap selanjutnya. Sebagai contoh
apabila kain berwarna diikatkan pada bagian kaki atau tangan korban
maka seluruh korban dalam pemberian label triage dilakukan hal yang
sama dengan mengikatkan pada bagian kaki korban. Selanjutnya
dilakukan evakuasi korban menuju rumah sakit terdekat untuk tindakan
medis.

C. Triase SALT
SALT Triage singkatan (sort – assess –lifesaving – interventions –
treatment/transport). SALT terdiri dari dua langkah ketika menangani
korban. Hal ini termasuk triase awal korban menggunakan perintah suara,
perawatan awal yang cepat, penilaian masing-masing korban dan prioritas,
dan inisiasi pengobatan dan transportasi. Pendekatan Triase SALT memiliki
beberapa karakteristik tambahan. Pertama, SALT mengidentifikasi kategori
expectant (hamil) yang fleksibel dan dapat diubah berdasarkan faktor-faktor
tertentu. Kedua, SALT Triage awalnya mengkategorikan luka, tapi
memberikan evaluasi sekunder untuk mengidentifikasi korban langsung. [4]

Step 1 : SORT
SALT dimulai dengan menyortir pasien secara global melalui penilaian
korban secara individu. Pasien yang bisa berjalan diminta untuk berjalan ke
suatu area tertentu dan dikaji pada prioritas terakhir untuk penilaian individu.
Penilaian kedua dilakukan pada korban yang diminta untuk tetap mengikuti
perintah atau di kaji kemampuan gerakan secara terarah atau gerakan
bertujuan. Pada korban yang tetap diam tidak bergerak dari tempatnya dan
dengan kondisi yang mengancam nyawa yang jelas harus dinilai pertama
karena pada korban tersebut yang paling membutuhkan intervensi untuk
penyelamatan nyawa.

Step 2 : ASSES
Prioritas pertama selama penilaian individu adalah untuk memberikan
intervensi menyelamatkan nyawa. Termasuk mengendalikan perdarahan
utama; membuka jalan napas pasien, dekompresi dada pasien dengan
pneumotoraks, dan menyediakan penangkal untuk eksposur kimia. Intervensi
ini diidentifikasi karena injury tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan
dapat memiliki dampak yang signifikan pada kelangsungan hidup korban.

Step 3: LIVE-SAVING- TREATMENT-TRASNPORT


Intervensi live saving yang harus diselesaikan sebelum menetapkan
kategori triase dan hanya boleh dilakukan dalam praktek lingkup responder
dan jika peralatan sudah tersedia. Setelah intervensi menyelamatkan nyawa
disediakan, pasien diprioritaskan untuk pengobatan berdasarkan ke salah satu
dari lima warna-kode kategori. Pasien yang mengalami luka ringan yang self-
limited jika tidak diobati dan dapat mentolerir penundaan dalam perawatan
tanpa meningkatkan risiko kematian harus diprioritaskan sebagai minimal dan
harus ditunjuk dengan warna hijau. Pasien yang tidak bernapas bahkan
setelah intervensi live saving yang diprioritaskan sebagai mati dan harus
diberi warna hitam. Pasien yang tidak mematuhi perintah, atau tidak memiliki
pulsa perifer, atau dalam gangguan pernapasan, atau perdarahan besar yang
tidak terkendali harus diprioritaskan immediate dan harus ditunjuk dengan
warna merah. Penyedia harus mempertimbangkan apakah pasien ini memiliki
cedera yang mungkin tidak sesuai dengan kehidupan yang diberikan sumber
daya yang tersedia, jika ada, maka provider harus triase pasien sebagai
expectant atau hamil dan harus ditunjuk dengan warna abu-abu. Para pasien
yang tersisa harus diprioritaskan sebagai delayed dan harus ditunjuk dengan
warna kuning.
BAB III

PENUTUP

Triase merupakan suatu prosedur pemilahan pasien maupun korban


bencana sesuai dengan prioritas kegawatandaruratan ataupun ancaman jiwa pada
saat terjadinya bencana. Prosedur ini memerlukan penilaian secara cepat dan tepat
guna mengurangi timbulnya korban jiwa.

SALT merupakan salah satu bentuk triase yang dilakukan dengan


pemilahan pasien secara global untuk menilai keadaan individu. Tahap awal triase
ini dilakukan melalui pesan suara yang kemudian disusul dengan observasi
keadaan tiap individu dan di sambung dengan pemberian intervensi singkat serta
labelling.
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Telah terjadi 791 kejadian


bencana dari 01-01-2019 sampai dengan 28-02-2019. DIBI2019;

2. Departemen Dalam Negeri. Penanggulangan Bencana Nasional. Jakarta:


2007.

3. Ramsi I. Basic Life Support: Buku Panduan. 13th ed. Jakarta: EGC; 2014.

4. Kushayati N. Analisis metodetTriage prehospital pada insiden korban


masal ( Mass Casualty Incident ). 2013;1–9.

Anda mungkin juga menyukai