Kesehatan”
Triage berasal dari bahasa Prancis yaitu “Trier” yang berarti membagi kedalam tiga kelompok (Department of Emergency
Medicine Singapore General Hospital (DEM SGH), 2005). Sistem ini di kembangkan dari medan pertempuran dan digunakan
bila terjadi bencana.
Triage juga diterapkan dalam lingkup bencana atau musibah massal. Tujuan Triage pada musibah Massal adalah bahwa
dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.
Triage mulai digunakan di unit gawat darurat pada akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960.
1. Definsi Triage
Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya (Zimmerman dan Herr,
2006). Triage juga diartikan sebagai suatu tindakkan pengelompokan penderita berdasarkan pada beratnya
cedera yang diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B), dan Circulation (C) dengan
mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita.
2. Tujuan Triage
Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.
Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya,
Menempatkan pasien sesuai dengan keakutannya berdasarkan pada pengkajian yang tepat dan akurat,
Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien.
3. Prinsip Triage
4. Klasifikasi Triage
Sistem klasifikasi mengidentifikasi tiap pasien yang memerlukan berbagai level prawatan. Prioritas didasarkan pada
pengetahuan, data yang tersedia, dan situasi terbaru yang ada. Huruf atau angka yang sering digunakan antara lain
sebagai berikut,
Prioritas 1 atau emergency (Merah)
Prioritas 2 atau urgent (Kuning)
Prioritas 3 atau non urgent (Hijau)
Banyak tipe dari klasifikasi triage yang digunakan pada pre-hospital ataupun hospital.
Triage Pre-Hospital
Triage pada musibah massal/ bencana dilakukan dengan tujuan bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat
menyelamatkan korban sebanyak mungkin.
Hal pertama yang dapat dilakukan pada saat ditempat kejadian bencana adalah berusaha untuk tenang, lihat
sekeliling dan menyeluruh pada lokasi kejadian. Pengamatan visual memberikan kesan pertama mengenai jenis
musibah, perkiraan jumlah korban, dan beratnya cidera korban. Pengamatan visual juga memberikan perkiraan
mengenai jumlah dan tipe bantuan yang diperlukan untuk mengatasi situasi yang terjadi. Laporan secara singkat
pada call center dengan bahasa yang jelas mengenai hasil pengkajian, meliputi hal-hal sebagai berikut.
Lokasi kejadian.
Metode Simple Triage and Rapid Treatment
(START)
Metode START dikembangkan untuk penolong pertama yang bertujuan memilah pasien pada korban musibah massal/bencana dengan waktu
detik atau kurang berdasarkan tiga pemeriksaan primer seperti berikut ini :
a. Respirasi
b. Perfusi (mengecek nadi radialis)
c. Status mental
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah tidak melakukan tindakan terapi pada korban yang akan dilakukan triage.
Tahapan metode START adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama
Langkah pertama pada START adalah dengan aba-aba (loud speaker memerintahkan pada korban yang dapat berdiri dan berjalan bergerak
ke lokasi tertentu yang lebih aman. Jika pasien dapat berdiri dan berjalan, maka bisa disimpulkan bahwa sementara tidak terdapat gangguan
yang mengancam jiwa pada korban korban tersebut.
2. Langkah kedua
Pasien yang tidak berdiri dan bergerak adalah yang menjadi prioritas pengkajian berikutnya. Bergerak dari tempat berdiri penolong secara
sistematis dari korban satu ke korban yang lain. Lakukan pengkajian secara singkat (kurang dari 1 menit setiap pasien) dan berikan label
yang sesuai pada korban tersebut. Ingat tugas penolong adalah untuk menemukan pasien dengan label merah/immediete yang membutuhkan
pertolongan segera, periksa setiap korban, koreksi gangguan airway dan breathing yang mengancam nyawa dan berikan label merah pada
korban tersebut.
Evaluasi penderta berdasarkan RPMaluasi penderita berdasarkan RPM
START tergantung pada tiga pemeriksaan meliputi RPM-respiration perfusion and mental status, masing-masing
pasien harus di evaluasi secara cepat dan sistematis, di mulai dengan pemeriksaan respirasi (breathing).
1. Airway-breathing
Jika pasien bernafas, maka di perlukan pemeriksaan respirasi rate. Pasien dengan pernafasan lebih dari 30 kali per
menit, diberikan label merah (immediate).
2. Circulation
Langkah kedua pada start yaitu dengan menilai sirkulasi dari pasien. Metode terbaik pada pemeriksaan sirkulasi yaitu
dengan meraba pergelangan tangan dan merasakan pulsasi dari arteri radialis. Pengecekan di lakukan dalam 5-10 detik.
3. Mental status
Akhir dari pemeriksaan adalah dengan menilai status mental pasien observasi ini dilakukan pada pasien dengan
pernafasan dan sirkulasi yang adekuat tes mental status yaitu dengan meminta pasien untuk mengikuti perintah yang
a seperti: buka matamu, tutup matamu, genggam tangan saya pasien yang bisa mengikuti printah yang sederhana
abel kuning (delayed) sedaangkan pasien yang tidak responsial terhadap perintah sederhana de berikan label merah
e) sistem START ini didesain untuk membantu penolong menemukan pasien dengan cidera paling berat, ketika
ain telah tiba di lokasi maka pasien akan dilakukan triage ulang untuk pemeriksaan leih lanjut stabilisasi dan
i.
SALT TRIAGE untuk insiden korban masal (mass casualty incident)
Lerner et al. Dalam Neal, D.J. (2009) menilai sistem triase yang saat ini digunakan dan menggambarkan kekuatan dan
kelemahan dari sistem ini.
Jumpstart
Alat ini digunakan untuk anak-anak usia 1 dan 8 tahun. Mungkin tidak mudah untuk menentukan usia anak sehingga
korban tampak masih anak- anak maka menggunakan JUMPSTART dan jika korban terlihat seperti orang dewasa
muda menggunakan START.
Penilaian sistematis sebelum, saat dan sesudah bencana pada korban, survivor, populasi rentan, dan berbasis
komunitas
Sebelum bencana
Saat Bencana (Tanggap darurat)
Pasca Bencana (Recovery)
SEKIAN PRESENTASI DARI KAMI
Terima kasih