2016
Oleh:
DOSEN PENGAMPU:
Dr. AM MAISARAH DISRINAMA, M.Kes
HAIDAR NATSIR AMRULLAH, S.ST.,MT
1.3 Tujuan
Berdasarkan beberapa rumusan masalah diatas maka dapat ditentukan tujuan
dari penyusunan laporan ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi dari sistem triage
2. Mengetahui penentuan prioritas pertolongan
3. Mengethaui langkah-langkah pertolongan korban banyak
4. Mengetahui pemahaman mengenai keseluruhan pada pertolongan pertama
pada kecelakaan
5. Mengetahui jenis-jenis pemindahan penderita dan alat-alat untuk
pemindahan penderita
6. Mengetahui teknik pemindahan penderita
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari praktikum Pertolongan Pertama
pada
Kecelakaan (P3K), adalah sebagai berikut :
1. Dapat menambah wawasan mengenai sistem triage, penentuan prioritas
pertolongan, langkah-langkah peertlongan korban banyak, pemahaman
mengenai keseluruhan pada pertolongan pertama pada kecelakaan, jenis-
jenis pemindahan penderita, alat-alat untuk pemindahan penderita dan
teknik pemindahan penderita.
1.5 Ruang Lingkup
Pada praktikum Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) ini, adapun
ruang lingkupnya yaitu :
1. Praktikum Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dilakukan di
Laboratorium P3K PPNS pada hari Jum’at 25 November 2016
2. Praktikum ini dilakukan pada mahasiswa TK3 kelas 5B tahun ajaran
2016/2017 pada kelompok 3 (perempuan)
3. Praktikum ini hanya mengenai sistem triage, penentuan prioritas
pertolongan, langkahlangkah peertlongan korban banyak, pemahaman
mengenai keseluruhan pada pertolongan pertama pada kecelakaan, jenis-
jenis pemindahan penderita, alat-alat untuk pemindahan penderita dan
teknik pemindahan penderita.
BAB II
DASAR TEORI
Pada kasus bencana alam, musibah, kecelakaan, atau kasus lain yang
menimbulkan banyak korban sedangkan jumlah penolong terbatas,
pemeriksaan (triase, triage) dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pemeriksaan primer
dan skunder. Pemeriksaan primer dilakukan oleh regu pioner, regu yang
pertama kali masuk ke lokasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memilah
korban menjadi 4 kelompok berdasarkan tingkat kegawatan cideranya.
Pemeriksaan skunder dilakukan regu penolong yang bertujuan memberikan
pertolongan pertama. Jenis pertolongan yang diberikan biasanya mengacu pada
pertolongan untuk korban trauma.
Tes ini dilakukan dengan menghitung jumlah nafas korban. Jika korban
bernafas lebih dari 30 kali per menit, maka korban termasuk kelompok
merah. Bila korban bernafas kurang dari 30 kali per menit, korban perlu
mendapat tes selanjutnya.
Tes ini dilakukan dengan cara menekan ujung jari korban dan
menghitung waktu yang dibutuhkan bagian tersebut untuk berubah warna
dari pucat menjadi merah kembali. Apabila waktu yang dibutuhkan lebih
dari 2 detik, maka korban termasuk kelompok merah. Bila waktu yang
dibutuhkan kurang dari 2 detik, maka korban perlu mendapat tes
selanjutnya.
2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik
alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam
tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
b. Tarikan Bahu
Cara ini berbahaya bagi penderita cedera spinal (tulang belakang dari tulang
leher sampai tulang ekor). Posisikan penolong berlutut di atas kepala penderita.
Masukkan kedua lengan di bawah ketiak penderita kemudian tarik ke belakang.
Gambar 2.3 Tarikan
Bahu
c. Tarikan Baju
Pertama ikat kedua tangan penderita di atas dada menggunakan kain
(pembalut). Kemudian cengkram baju penderita di daerah baju dan tarik di
bawah kepala penderita untuk penyokong dan pegangan untuk menarik
penderita ke tempat aman. d. Tarikan Selimut
Apabila penderita telah berbaring di atas selimut atau sejenisnya, maka
lipat bagian selimut yang berada di bagian kepala penderita lalu tarik penderita
ke tempat yang aman. Supaya penderita tidak bergeser dari atas selimut, maka
dapat dibuat simpul di ujung selimut bagian kaki penderita.
e. Tarikan Kain
g. Merangkak
Gambar 2.10
Menggendong
Penolong mendatangi para korban (penderita) yang tidak mampu berjalan dan
lakukan penilaian pernafasan secara cepat dan sistematis (tidak terlalu
menghabiskan banyak waktu pada proses penilaian). Apabila korban (penderita)
tidak bernafas, maka bersihkan dan buka jalan nafas. Apabila korban (penderita)
masih tidak bernafas, maka beri label HITAMwarna . Apabila korban
(penderita) mampu bernafas kembali, maka lakukan penilaian pernafasan dimana
jika korban dalam waktu 5 (lima) detik mampu bernafas 3 (tiga) kali hembusan
secara konstan makaMERAH beri label warna dan apabila kurang dari itu
lanjutkan ke langkah nomor 3
(tiga) di bawah. Beritahukan kepada penolong lain untuk memindahkan korban
(penderita) yang sudah diberi label ke pos pertolongan sesuai label masing-
masing.
3. Penilaian sirkulasi.
Penolong memeriksa nadi karotis (nadi di dekat urat leher) pada korban
(penderita). Jika tidak ada nadi, maka beri label MERAHwarna dan jika ada
maka lanjutkan ke langkah nomor 4 (empat) di bawah. Beritahukan kepada
penolong lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke
pos pertolongan sesuai label masing-masing.
4. Penilaian mental.
Dalam langkah ini, korban (penderita) berarti masih memiliki nafas yang cukup
dan sirkulasi yang baik. Penolong memeriksa status mental korban (penderita)
dengan cara meminta korban (penderita) untuk mengikuti perintah sederhana
seperti menggerakkan jari atau mengarahkan pandangan mata ke arah tertertu, dsj.
Jika korban (penderita) mampu mengikuti perintah sederhana, maka berikan label
warna danKUNING apabila korban (penderita) tidak mampu mengikuti
perintah sederhana, maka berikan label warna . MERAH Beritahukan kepada
penolong lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke
pos pertolongan sesuai label masing-masing.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Studi Kasus
Seorang pria berusia 30 tahun, Berjalan menuju posko perawatan, Terlihat
tangan sebelah kanan bawah terdapat luka sobek.
4.2 Pembahasan
Penilaian Keadaan
Pada tahap ini, ketika kecelakaan yang dialami penderita terjadi, penolong
langsung mengarahkan korban ke posko perawatan serta memberi tanda
warna hijau, karena korban masih bisa melakukan perintah berat maupun
sederhana.
Penilaian Dini
Pada kasus ini korban hanya mengalami luka sobek saja. Setelah
memberikan kesan umum, penolong memeriksa tingkat respon korban
mulai dari awas, suara, dan nyeri. Pada kasus ini korban bernama Alex
memberikan respon nyeri. Lalu penolong lanjut memeriksa dan
memastikan adanya sirkulasi, nafas, dan terbukanya jalan nafas. Dari hasil
pemeriksaan diketahui sirkulasi ada dan baik, nafas ada namun lemah,
serta jalan pernafasan open atau tidak ada sumbatan.
Pemeriksaan Fisik
Setelah tindakan penilaian dini maka harus segera dilakukan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui kondisi fisik apakah ada perubahan bentuk, luka,
nyeri, ataupun bengkak. Pemeriksaan fisik dilakukan dari atas kepala
sampai ujung kaki korban. Pemeriksaan dilakukan dengan 3 metode yaitu
inspection (penglihatan), perabaan, dan pendengaran. Pemeriksaan fisik
harus dilakukan bersamaan dengan penanganan terhadap cedera yang
ditemukan saat pemeriksaan sebagai bagian utama dalam P3K. Pada kasus
ini korban mengalami beberapa cedera ekstremitas. Berikut cedera korban
dan cara penanganannya
D. Riwayat Penderita
1. K (Keluhan Utama)
Keluhan yang di alami saat korban sudah sadar adalah nyeri pada tangan
bagian kanan bawah.
2. O (Obat-obatan)
Korban tidak mengonsumsi obat apapun.
3. M (Makanan)
Makanan terakhir yang dikonsumsi adalah gorengan dan minuman air
putih.
4. P (Penyakit)
Korban tidak memiliki riwayat penyakit.
5. K (Kejadian)
Penderita mengalami luka sobek kanan bawah karena terjatuh
Pemeriksaan Berkala
Tahap ini yaitu pengulangan langkah pemeriksaan dan penanganan untuk
memastikan tidak ada yang tertinggal diperiksa maupun pemeriksaan
terhadap penanganan cedera tetap dalam kondisi baik. Pemeriksaan
berkala ini dilakukan 5menit sekali hingga bantuan datang
Pelaporan
Penolong menyampaikan informasi singkat tentang korban kepada tim
medis.
Informasi singkatnya sebagai berikut:
1. Umur : 27 Tahun
2. Jenis kelamin : Laki laki
3. Keluhan utama : Merasakan sakit pada tangan kanan
4. Tingkat respon : Nyeri
5. Keadaan jalan nafas : Terbuka – tidak ada sumbatan
6. Pernafasan : Ada
7. Sirkulasi : Ada
8. Pemeriksaan fisik penting : Cedera tangan bawah kanan
9. Wawancara yang penting : Menurut wawancara penolong terhadap
korban, Terjadi kecelakaan bencana alam jl. Perak Barat.
Bab V
Kesimpulan
Dalam melakukan tindakan pertolongan pertama pada korban, perlu
dilakukan penilaian penderita terlebih dahulu yang langkahnya dilakukan
secara urut:
1. Penilaian Keadaan
2. Penilaian dini, terdiri dari kesan umum, pemeriksaan respon, dan CAB
(Circulation, Airways, Breathing).
3. Pemeriksaan fisik, yang terdiri dari pemeriksaan PLNB (Perubahan
betuk, Luka, Nyeri, Bengkak) pada seluruh bagian tubuh dan
pemeriksaan tanda vital. Setelah diketahui terdapat luka atau cedera,
penolong segera melakukan tindakan pertolongan pada luka tersebut.
4. Riwayat penderita, yang dinyatakan adalah KOMPAK (Keluhan utama,
Obat yang diminum, Makanan atau minuman yang terakhir dikonsumsi,
Penyakit yang diderita, Alergi, dan Kejadian).
5. Pemeriksaan berkala
6. Pelaporan
DAFTAR PUSTAKA
Saarni, Heikki and Leena Niemi. 2016. Medical Handbook for Seafarers, Finnish
Institute of Occupational Health. Ministry of Social Affairs and Health
Ministry of Labour. Helsinki, Finland : Gummerus Kirjapaino Oy.
-. 2017. Merit Badge Series. First Aid. American Red Cross. California : Boy
Scouts of America