EKSTRAKSI
Oleh :
KELOMPOK 2
Ratna Triana Sari G.Z
135070500111016
135070500111017
Astri K. Tarigan
135070500111018
135070500111019
Ahadiya Rosalina
135070500111020
Anindya Widianti
135070500111021
135070500111022
Yanti M. Parhusip
135070500111024
135070500111026
135070501111001
135070501111002
135070501111003
I. TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Ekstraksi
1.1.1
Pengertian Ekstraksi
Metode ekstraksi dibagi menjadi dua yakni cara panas dan cara dingin
(BPOM,2000) :
a.
Cara dingin
Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total,
dingin
(dalam
labu
besar
berisi
biomasa
yang
diagitasi
menggunakan stirer), dengan cara ini bahan kering hasil gilingan diekstraksi
pada suhu kamar secara berturut-turut dengan pelarut yang kepolarannya
makin tinggi. Keuntungan cara ini merupakan metode ekstraksi yang mudah
karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga kemungkinan kecil bahan alam
menjadi terurai.
Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran bahan alam secara
berurutan memungkinkan pemisahan bahan-bahan alam bedasarkan kelarutannya
(dan polaritasnya) dalam pelarut ekstraksi. Hal ini sangat mempermudah
proses isolasi. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi,
meskipun beberapa senyawa memiliki pelarut ekstraksi pada suhu kamar
(Heinrich et al., 2004).
a. Maserasi
Maserasi berasal dari kata macerare artinya melunakkan. Maserat
adalah hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi, sedangkan maserasi adalah
cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan
penyari (Syamsuni, 2006). Maserasi adalah proses pengekstrakan dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (Ditjen POM, 2000).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia
yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain. Maserasi dilakukan dengan merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat
berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. (Sidik dan Mudahar, 2000).
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan
terpekat
akan
terdesak
keluar. Peristiwa
ini
berulang
sehingga
terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel (Sidik dan
Mudahar, 2000).
b.
Perkolasi (Depkes RI, 2000)
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna
(Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri
dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya
(penetesan/ penampungan
ekstrak),
terus
menerus
sampai
Cara Panas
1.
Refluks
Refluks
adalah
ekstraksi
dengan
pelarut
pada
temperatur
titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan penggulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.
2.
Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
Infusa
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur teukur 96-98C)
selama waktu tertentu (15-20 menit) ( Ditjen POM, 2000; Syamsuni, 2006).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, infusa adalah sediaan cair yang
dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90C selama 15
menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang.Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara
ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infusa dibuat dengan cara membasahi
bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahannya. Penyaringan
dilakukan pada saat cairan masih panas dengan kain flanel, kecuali bahan yang
mudah menguap (Anonim, 1986).
5.
Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (suhu lebih dari 300C)
Simplisia
1.2.1 Definisi Simplisia (Gunawan, 2004; Depkes RI, 2000)
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
hal
tersebut
maka
simplisia
dibagi
menjadi
tiga
golongan yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan/ mineral.
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan
eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel dikeluarkan dari selnya dengan cara
tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanaman dengan cara tertentu yang
masih belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia hewan utuh, bagian hewan, atau
belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia Mineral
Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah atau
belum, tidak berupa zat kimia murni.
1.2.2 Pengelolaan Simplisia (Depkes RI, 1985; Depkes RI, 2000)
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk
simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia
dengan perakatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat
mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal yaitu makin halus serbuk
simplisia proses ekstraksi makin efektif, efisien namun makin halus serbuk maka
makin
rumit
secara
teknologi
peralatan
untuk
tahap
filtrasi.
Selama
Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahanbahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya simplisia yang dibuat
dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus
dibuang. Tanah yang menggandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah
yang tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut
dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
b.
Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur dari PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian
hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
c.
Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami perajangan bahan
Pengeringan
Sortasi Kering
Sortasi
setelah
pengeringan
sebenarnya
merupakan
tahap
akhir
diinginkan
dan
kering. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang melekat
pada rimpang terlalu besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikelpartikel pasir,besi, dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang
sebelum simplisia di bungkus.
f.
Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia
perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur
antara simplisia satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, wadah-wadah yang
berisi simplisia disimpan dalam rak pada gudang penyimpanan. Adapun factor faktor yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan simplisia adalah
cahaya, oksigen, atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara
kandungan aktif tanaman dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan
terjadinya
proses
dehidrasi,
pengotoraan
atau
pencemaran,
baik
yang
Tinjauan Bahan
1.3.1
Cab-o-sil
Cab-O-Sil atau sering disebut Aerosil, colloidal silica, fumed silica, SAS,
silica colloidalis anhydrica, silica sol, silicic anhydride, silicon dioxide colloidal,
silicon dioxide fumed, synthetic amorphous silica memiliki struktur formula
SiO2 dengan Berat Molekul
Aerosol
Emulsion stabilizer
Glidant
Densitas
: 0.029-0.042 g/cm3
: 7-16 nm
Kelarutan
Cab-O-Sil
dapat
meningkatkan
:Cab-O-Sil
produk
biasanya
farmasi
oral
digunakan
dan
topikal
dalam
dan
: 0.015 g/kg
: 3.16 g/kg
1.3.2
Etanol 70%
Ethyl alkohol atau etanol adalah salah satu turunan dari senyawa
hidroksil atau gugus OH, dengan rumus kimia C2H5OH. Istilah umum yang
sering dipakai untuk senyawa tersebut, adalah alkohol. Etanol mempunyai
sifat tidak berwarna, mudah menguap, mudah larut dalam air, memiliki berat
molekul 46,1, titik didihnya 78,3c, memiliki titik beku117,3 C,
kerapatannya 0,789 pada suhu 20C, panas latent penguapan 204 kal/gram
dan angka oktan 91105 . Peningkatkan kadar etanol dari 30-35 % hingga 7080% yang dikenal sebagai etanol teknis, dapat dilakukan destilasi ulang
(destilasi bertingkat) dengan destilator skala laboratorium tanpa alat
pengontrol suhu. Alkohol 70% merupakan cairan yang mengandung 70% etil
alkohol (CH3CH2OH) dan 30% air.
1.3.3
Simplisia
Dalam praktikum ekstraksi ini, digunakan simplisia
daun jambu biji. Jambu biji atau (Psidium guajava) memiliki
klasifikasi sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 2005).
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L.
Secara organoleptik, daun jambu biji memiliki bau khas romatik,
warna hijau tua, rasa sepat. Morfologi dari daun jambu biji adalah tergolong
daun tunggal bertangkai pendek, panjang tangkai daun 0,5 cm sampai 1 cm.
Helai dan berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang,
panjang 5 cm sampai 13 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm. Pinggir daun rata agak
menggulung ke atas. Permukaan atas agak licin, warna hijau kelabu. Kelenjar
minyak tampak sebagai bintik-bintik berwarna gelap dan bila daun direndam
tampak sebagai bintik-bintik yang tembus cahaya. Ibu tulang daun dan tulang
cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang (berpenulangan)
menyirip, warna putih kehijauan (Sayre, 1879).
Secara anatomi, epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel, tidak
terdapat stomata. Epidermis bawah selnya lebih kecil, pipih, terdapat stomata
tipe anomositik. Rambut penutup terdapat pada kedua permukaan lebih
banyak pada permukaan bawah. Jaringan air terdapat di bawah epidermis
atas. Idioblas terdapat di beberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat
berbentuk roset yang besar dan bentuk prisma. Kelenjar minyak terdiri dari
rongga minyak bentuk lisigen besar, tedapat lebih banyak di bagian bawah
dari pada di bagian atas. Jaringan palisade terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel,
terletak di bawah jaringan air, 2 lapis sel yang pertama lebih besar dan
mengandung lebih banyak zat hijau daun, lapisan-lapisan berikutnya
berongga lebih banyak (Sayre, 1879).
Kandungan dari daun jambu biji adalah saponin, minyak atsiri,
tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid. Daun jambu biji dengan sifat
digunakan
pada
metode
ekstraksi
infusa
dan
dekokta.
semua kondisi fisik (es, cair, uap). Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis. Air bersifat polar. Dengan
prinsip like disolve like air dipilih untuk digunakan sebagai pelarut ekstrak
(Depkes RI, 1995).
2.3.1Maserasi
2.3.2 Infusa
2.3.3 Dekokta
2.3.4 Sonifikasi
III. HASIL
3.1 Tabel Hasil Praktikum
No Prosedur
Hasil
Maserasi
1.
2.
gram
3.
4.
setelah
dilakukan
5.
6.
7.
Ditambahkan
sejumlah
diambil
mL
masreat
dan
tertentu
hingga
maserat kering
8.
9.
Ditimbang
maserat
= 13,419 gram
%
Recovery
Infusa
1.
2.
3.
Ditambah 18 mL aquades
4.
5.
6.
7.
8.
Ditambahkan
sejumlah
tertentu
ekstrak kering
8.
9.
g
= 1,08 gram
Bobot maserat = 1,089 gram 0,1 gram
= 0,98 gram
10. Dihitung berat ekstrak yang Bobot total ekstrak = 0,98 gram x 4,4 mL
didapatkan
= 4,312 gram
% Recovery =
Dekokta
1.
2.
3.
Ditambah 18 mL aquades
4.
5.
Didinginkan
6.
7.
8.
8.
Ditambahkan
sejumlah
tertentu
hingga
ekstrak kering
9.
10. Ditimbang ekstrak yang telah Bobot maserat + cab-o-sil = 51,33 g 50,25
ditambah cab-o-sil.
g
= 1,08 gram
Bobot maserat = 1,089 gram 0,1 gram
= 0,98 gram
11. Dihitung berat ekstrak yang Bobot total ekstrak = 0,98 gram x 4,4 mL
didapatkan
= 4,312 gram
% Recovery =
Sonifikasi
1.
Ditimbang
gram
simplisia
2.
ditambahkan
serbuk
simplisia
3.
dalam etanol
4.
5.
6.
Residu
ditambahkan
dengan
Residu
ditambahkan
dengan
8.
9.
diambil
ml
filtrat
dengan
mikropipet
11. Ditimbang ekstrak yang telah Bobot ekstrak + cab-o-sil = 0,79 gram
ditambah cab-o-sil.
12. Dihitung berat ekstrak yang Bobot ekstrak = 0,79 g 0,1 g = 0,69 g
didapatkan
Recovery
3.2 Perhitungan
3.2.1 Maserasi
Berat simplisia yang digunakan
Berat cawan porselen
Berat cawan porselen + cab-o-sil
Berat cab-o-sil
Berat cab-o-sil yang digunakan
Volume menstrum
Berat menstrum + cab-o-sil
Berat menstrum
Bobot ekstrak
= 6,00 gram
= 39,55 gram
= 39,65 gram
= 0,1 gram
= 0,01 gram
= 21 ml
= 0,649 gram
= 0,649 gram 0,01 gram
= 0,639 gram
= 0,639 gram x 21 ml
= 13,419 gram dalam 21 ml
223, 65 %
3.2.2 Infusa
Berat simplisia yang digunakan
Berat cawan porselen
Berat cawan porselen + cab-o-sil
Berat cab-o-sil
Berat cab-o-sil yang digunakan
Volume menstrum
Berat menstrum + cab-o-sil
Berat menstrum
Bobot ekstrak
= 2,00 gram
= 39,55 gram
= 39,65 gram
= 0,1 gram
= 0,1 gram
= 4,4 ml
= 1,08 gram
= 1,08 gram 0, 1 gram
= 0,98 gram
= 0,98 gram x 4,4 ml
= 4,312 gram dalam 4,4 ml
215, 6%
3.2.3 Dekokta
Berat simplisia yang digunakan
Berat cawan porselen
Berat cawan porselen + cab-o-sil
Berat cab-o-sil
Berat cab-o-sil yang digunakan
Volume menstrum
Berat menstrum + cab-o-sil
= 2,00 gram
= 59,95 gram
= 60,05 gram
= 0,1 gram
= 0,1 gram
= 4,2 ml
= 0,769 gram
Berat menstrum
Bobot ekstrak
3.2.4 Sonifikasi
Berat simplisia yang digunakan
Berat cawan porselen
Berat cawan porselen + cab-o-sil
Berat cab-o-sil yang digunakan
Berat cab-o-sil
Volume menstrum
Berat menstrum + cab-o-sil
Berat menstrum
Bobot ekstrak
= 6,01 gram
= 49,21 gram
= 49,31 gram
= 0,1 gram
= 0,1 gram
= 32 ml
= 0,79 gram
= 0,79 gram 0, 1 gram
= 0,69 gram
= 0,69 gram x 32 ml
= 22,08 gram dalam 32 ml
367,38%
IV. PEMBAHASAN
4.1
Sonifikasi
Pada proses ektraksi dengan metode sonifikasi langkah pertama
Maserasi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari
suatu bahan simplisia sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut. Pada
percobaan ini dilakukan ekstrassi metode maserasi, dimana maserasi adalah salah
satu jenis metode ekstrasi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan
istilah ekstrasi dingin. Pada percobaan ini dilakukan penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia daun jambu biji, dimana
diketahui bahwa kandungan kimia yang terdapat dalam daun jambu biji antara
lain asam psidiloat, asam ursolat, asam krategolat, asam oleanolat, asam
guaiavolat, quercetin dan minyak atsiri (Sudarsono dkk., 2002). Simplisia daun
Dekokta
dengan cara membasahi simplisia dengan menstrum yang sudah ditentukan dalam
wadah beaker glass kemudian di panaskan di atas kompor listrik atau hot plate.
Saat menstrum dan simplisia mulai mendidih di atas hot plate, sejak itu pula 15
menit waktu pemanasan yang dibutuhkan mulai terhitung. Saat pemanasan ini
berlangsung terjadi reaksi antara simplisia dengan panas air yang mana warna
menstrum semakin pekat pertanda ekstrak semakin banyak terbentuk. Selain itu,
simplisia tersebut lebih mengapung ke atas.
Setelah 15 menit, ekstrak tersebut didinginkan kemudian dilakukan
penyaringan menggunakan kain flanel putih. Sebanyak 4,2 ml didapatkan dari
hasil penyaringan maserat tersebut dan diambil 1 ml menggunakan mikropipet
dan ditempatkan pada wadah beaker glass yang lain yang sebelumnya sudah
ditimbang terlebih dahulu bobot kosongnya. Selanjutnya, ditambahkan serbuk
cab-o-sil sebanyak 0.1 g perlahan-lahan hingga di dapatkan maserat yang lebih
kering. Kemudian maserat kering yang mengandung cab-o-sil tersebut ditimbang
dan didapatkan bobot maserat kering yang mengandung cab-o-sil adalah 0.76 g.
Sehingga didapatkan bobot akhir ekstrak berdasarkan perhitungan yang
didapatkan adalah sebanyak 2,772 g dalam 4,2 ml.
Persen recovery yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah 138,6%.
Persen recovery ini termasuk tinggi dan diluar rentang nilai persen recovery yang
baik. Nilai kisaran persentase recovery yang baik untuk sampel yang tergolong
trace analysist disyaratkan berada pada rentang 100% 20. Hal ini menunjukkan
metode tersebut mempunyai ketepatan yang baik dengan tingkat kesesuaian nilai
suatu pengukuran yang sebanding dengan nilai sebenarnya (Hidayati, 2014). Hal
ini disebabkan karena mungkin dalam penyaringan tersebut tidak hanya ekstrak
cair saja tetapi juga analit lain dan bagian simplisia yang lain yang dalam bentuk
ukuran partikel kecil sehingga membuat jumlah persen recovery semakin banyak.
4.4
Infusa
Pada praktikum ini dilakukan ekstraksi daun jambu biji (Psidii folium)
perhitungan % recovery=
x 100 %= 219,6 %.
senyawa bioaktif, sehingga kemungkinan kadar zat aktif dalam hasil ekstraksi ini
sangat sedikit atau bahkan tidak ada. Sebaliknya, menurut Supriyati (2011),
metode infusa dengan pelarut aquades mampu mengekstraksi beberapa komponen
non senyawa bioaktif. Selain itu, hasil rendemen dipengaruhi oleh kadar air.
Semakin tinggi kadar air sampel, maka semakin tinggi rendemen ekstrak sampel.
Nilai % recovery yang dapat diterima adalah 80%-120%. Pada hasil praktikum ini
didapatkan nilai % recovery sebesar 219,6 %. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena tidak hanya senyawa bioaktif yang terekstrak, namun beberapa komponen
non senyawa bioaktif juga dapat terekstrak. Selain itu bisa juga disebabkan
tingginya kadar air dalam hasil ekstraksi, karena pelarut air lebih sulit untuk
menguap dibandingkan etanol.
V.
KESIMPULAN
Metode ekstraksi yang dilakukan pada praktikum ini yaitu Maserasi,
Infusa, Dekokta dan Sonikasi. Volume hasil ekstraksi yang didapatkan pada proses
maserasi sebanyak 21 ml, pada infusa sebanyak 4,4 ml, pada dekokta sebanyak
4,2 ml, serta pada sonifikasi sebanyak 32 ml. Hasil % recovery yang didapat pada
ekstraksi Maserasi sebesar 223, 65 %, pada ekstraksi Infusa sebesar 215, 6%, pada
ekstraksi Dekokta sebesar 138, 6%, dan pada ekstraksi Sonifikasi sebesar
367,38%.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen KesehatanRepublik
Indonesia: Jakarta.
Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Ashley K, Andrews RN, Cavazosa L, Demange M. 2001. Ultrasonic extraction as
a sample preparation technique for elemental analysis by atomic spectro
metry. Journal of Analytical Atomic Spectrometry
BPOM.(2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta :
Depkes RI.
Cahanar, P., Suhanda, L. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. PT Kompas Media
Nusantara. Jakarta.
Chan CC, et al. 2004. Analytical Method Validation and Instrument Performance
Verification, John Wiley & Sons, New Jersey.
Depkes RI, (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta : Depkes RI.
Gunawan, D, Mulyani, S., (2004), Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I,
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode & Cara Perhitungannya
dalam Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 1 No. 3.
Hidayati, Ervina N., Alauhdin, Mohammad., Prasetya, Agung T. 2014.
PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI PADA ANALISIS Pb DALAM
RAMBUT DENGAN AAS. Indonesian Journal of Chemical Science. Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Markham, K. R.1988.Cara mengidentifikasi flavonoid. Terjemahan K.
Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.
Qin, L., Kang, W., Zhang, Z., Qi, Y., Wang, F., 2012. Ultrasonic-assisted
extraction flavonoids and ability to scavenge 1,1-dihenyl 2-picrylhydrazyl
(DPPH) radicals from medlar (a Miller) leaves and fruits. Journal of
Medicinal Plants Research, Vol. 6, pp. 3295-3300.
Rowe, Raymond C., Paul J. sheskey, Marian E. Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipient Sixth Edition. USA. Pharmaceutical Press.
Sayre,
L.
E.1879.
Manual
Of
Organic
Materia
Medica
and