Anda di halaman 1dari 14

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan menghasilkan bermacam-macam golongan senyawa organik
yang melimpah yang sebagian besar dari senyawa itu tidak nampak secara
langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut. Zat-zat
kimia ini sederhana dirujuk sebagai metabolit sekunder yang keberadaannya
terbatas pada spesies tertentu dalam kingdom tumbuhan.
Metablit sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme. Hasil
dari

metabolisme sekunder biasanya

tidak untuk semua sel

secara

keseluruhan, tetapi hanya untuk beberapa sel tertentu. Hasil dari metabolit
sekunder lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer.
Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke
dalam tiga kelompok besar, yakni terpenoid (termasuk triterpenoid, steroid, dan
saponin), alkaloid, dan senyawa-senyawa fenol (termasuk flavonid dan tanin).
Alkaloid biasanya didapati sebagai garam organik dalam tumbuhan dalam
bentuk senyawa padat berbentuk Kristal dan kebanyakan berwarna. Pada daun
atau buah segar biasanya keberadaan alkaloid memebrikan rasa pahit di lidah.
Ektraksi dapat dilakukan pada daun teh agar dapat menentukan kadar
kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan suatu zat dari campurannya
dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut
yang lain.
Banyak senyawa nitrogen dalam tumbuhan mengandung atom nitrogen
basa dan karena itu dapat diekstrak dari dalam bahan tumbuhan itu dengan
asam encer. Senyawa ini disebut alkaloid yang artinya mirip alkali. Setelah
ektraksi, alkaloid bebas dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan dengan
basa dalam air.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH


1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara menentukan kandungan alkaloid kofein dalam daun teh.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kandungan
alkalod kofein dalam daun teh menggunakan metode maserasi.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Banyak senyawa nitrogen dalam tumbuhan mengandung atom nitrogen
basa dan karena itu dapat diekstrak dari dalam bahan tumbuhan itu dengan
asam encer. Senyawa ini disebut alkaloid yang artinya mirip alkali. Setelah
ektraksi, alkaloid bebas dapat diperoleh dengan pengolahan lanjutan dengan
basa dalam air (Khopkar, 2010).
Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder, tersier
atau siklik. Diperkirakan ada 5500 alkaloid telah diketahui, dan alkaloid
merupakan golongan senyawa metabolit sekunder terbesar dari tanaman,
Tidak ada satupun definisi yang memuaskan tentang alkaloid, tetapi alkaloid
umumnya mencakup senyawasenyawa bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai bagian dari sistem siklik. Secara
kimia, alkaloid adalah golongan yang sangat heterogen berkisar dari senyawasenyawa yang sederhana seperti coniiene sampai ke struktur pentasiklik
strychnine. Banyak alkaloid adalah terpenoid di alam dan beberapa adalah
steroid. Lainnya adalah senyawa-senyawa aromatik, contohnya colchicine
(Utami, 2008).
Berdasarkan penelitian, kebiasaan minum teh ternyata dapat mencegah
napas bau dan gigi keropos. Hasil isolasi senyawa kimia dari daun teh yang
dikenal sebagai keluarga polifenol terutama katehin dan teaflavin dapat
membunuh bakteri penyebab gangguan mulut (Bustanussalam dkk, 2009).
Para peneliti di bidang kesehatan kini mampu membuktikan khasiat sehat
daun teh yang dapat memberikan daya kekebalan tubuh untuk melawan
berbagai penyakit serta memperpanjang usia. Dari hasil penelitian ilmiah, teh
memiliki kemampuan menghambat pembentukan kanker, mencegah penyakit
jantung dan stroke, menstimulir sistem sirkulasi, memperkuat pembuluh darah,
menurunkan kolesterol dalam darah, memperkuat gigi. Teh bisa pula

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH


digunakan sebagai obat luar untuk beberapa penyakit, seperti penyembuhan
luka atau mencegah penyak kulit dan penyakit kaki karena kutu air (Dewi,
2008).
Beragam manfaat teh tidak lepas dari keberadaan senyawa-senyawa dan
sifat-sifat yang ada pada daun teh. Komposisi kimia daun teh segar (dalam %
berat kering) adalah serat kasar, selulosa, lignin 22%, protein dan asam amino
23%, lemak 8%, polifenol 30%, kafein 4%, pectin 4%. Daun teh mengandung
tiga komponen penting yang mempengaruhi mutu minuman, yaitu kafein,
tanin, dan polifenol. Kafein memberikan efek stimulan (Sundari dkk, 2009).
Kafein berbentuk serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya
menggumpal, putih, tidak berbau dan rasa pahit. Agak sukar larut dalam air
dan dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam kloroform p, sukar larut dalam
eter p (Dirjen POM, 1979). Memiliki rumus struktur sebagai berikut (Dirjen
POM, 1979).

Struktur kimia kofein


Ekstraksi merupakan salah satu teknik analisis yang bertujuan untuk
memisahkan berbagai senyawa dalam sampel berdasarkan kepolarannya
(Nurhayati dkk, 2004).
Ekstraksi dengan pelarut organik lebih efektif dan dapat dilakukan secara
perkolasi, soxhletasi dan maserasi (Cakrawati, 2005).
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara perendaman tanpa
melibatkan panas. Maserasi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu
cara kerja dan alat yang digunakan cukup sederhana dan cocok untuk
senyawa yang tidak tahan panas (Purwantini dkk, 2007).

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH


2.2 Prosedur Kerja (Anonim, 2015)
Timbang sebanyak 10 gram daun teh dalam bentuk bubuk kasar
masukkan dalam labu soklet atau alat maserasi. Selanjutnya dilakukan
penyarian dengan membasahi bahan tersebut dengan campuran 8 mL
ammonium hidroklorida pekat, 10 mL etanol 95% dan 20 mL eter, campur
dengan baik, lalu dimaserasi selama semalam. Setelah itu dilakukan penyarian
dengan eter selama 3 jam.
Pindahkan sari eter yang mengandung alkaloid ke dalam corong pisah,
bilas labu dengan sedikit eter dan kumpulkan ke dalam corong pisah yang lain.
Sari alkaloid dalam fasa air dengan 10 mL asam sulfat 0,5 N sebanyak 5 kali,
sambil disaring fasa air itu dimasukan ke dalam corong pisah. Tambahkan
ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas bereaksi alkalis. Sari fasa air
dengan 10 mL kloroform sebanyak 5 kali. Kumpulkan sari kloroform dan
uapkan diatas waterbath sampai kering. Larutkan residu dalam beberapa
milliliter kloroform, tambahkan 15,0 mL larutan baku H2SO4 0,2 N, panaskan
untuk menghilangkan kloroform, dinginkan, tambahkan larutan indikator metal
merah, lalu titrasi kelebihan asam dengan larutan baku NaOH 0,2 N.
Hitung kandungan alkaloid dalam daun teh sebagai kafein. Bandingkan
hasil dengan pustaka.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH


BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum tersebut adalah batang
pengaduk, buret, corong, corong pisah, erlemeyer, gelas kimia, kertas pH,
pipet tetes, pipet volume, dan statif.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum tersebut adalah amonia
10%, amonium hidroksida, etanol 95%, eter, indikator metil merah, kloroform,
larutan H2SO4 0,2 N, larutan baku H2SO4, larutan baku NaOH, dan sampel
daun teh gunung mas.
3.3 Cara Kerja
Ditimbang sebanyak 10 gram daun teh dalam bentuk bubuk kasar
masukkan dalam labu soklet atau alat maserasi. Tambahkan dengan
campuran 8 mL ammonium hidroklorida pekat, 10 mL etanol 95% dan 20 mL
eter, campur dengan baik, lalu dimaserasi selama semalam. Setelah itu
dilakukan penyarian dengan eter selama 3 jam. Pindahkan sari eter yang
mengandung alkaloid ke dalam corong pisah, bilas labu dengan sedikit eter
dan kumpulkan ke dalam corong pisah yang lain.
Sari alkaloid dalam fasa air dengan 10 mL asam sulfat 0,5 N sebanyak 5
kali, sambil disaring fasa air itu dimasukan ke dalam corong pisah.
Tambahkan ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas bereaksi alkalis.
Sari fasa air dengan 10 mL kloroform sebanyak 5 kali, kumpulkan sari
kloroform dan uapkan diatas waterbath sampai kering. Dilarutkan residu dalam
beberapa milliliter kloroform, tambahkan 15,0 mL larutan baku H2SO4 0,2 N,
panaskan untuk menghilangkan kloroform, dan dinginkan. Ditambahkan
larutan indikator metal merah, lalu titrasi kelebihan asam dengan larutan baku
NaOH 0,2 N. Hitung kandungan alkaloid dalam daun teh sebagai kafein.
Bandingkan hasil dengan pustaka.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan
Kel.
1
4

Sampel (gram)
Teh cap botol (10 gram)
Teh gunung mas (10 gram)

Volume titran (mL)


4,7 mL
5 mL

4.2 Perhitungan
Wkafein

= N H2SO4 x V H2SO4 x BE kafein


= 0,2 x 5 x 19,419
= 19,419 gram
= 0,019419 mg

BE

194,19 gram
10 gram

= 19,419 gram
%Kafein =

Wkafein
B . sampel

x 100%

19,419 gram
x 100
10 gram

= 194,19%

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH

4.3 Pembahasan
Setiap tumbuhan akan menghasilkan senyawa-senyawa kimia tertentu
dalam metabolismenya. Senyawa-senyawa kimia hasil metabolisme tersebut
dikenal sebagai metabolit, berupa metabolit primer dan metabolit sekunder.
Metabolit primer merupakan senyawa-senyawa kimia hasil metabolisme
yang penting bagi tumbuhan dan diperoleh dari jalur biosintesis primer.
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang berasal dari metabolit
primer yang melalui jalur biosintesis tertentu berupa jalur metabolisme yang
disesuaikan dengan tujuan dan kondisi lingkungan tumbuhan tersebut tumbuh.
Contohnya senyawa alkaloid yang berasal dari metaolit primer asam amino.
Perbedaan metabolit primer dan metabolit sekunder, antara lain ialah
metabolit primer terdistribusi merata pada dalam setiap organisme, sedangkan
metabolit sekunder tidak terdistribusi merata pada tumbuhan.
Metabolit primer umumnya memiliki fungsi yang universal, misalnya
sebagai sumber energi dan pertumbuhan, sedangkan metabolit sekunder
memiliki fungsi yang bersifat ekologis, misalnya sebagai penarik serangga
atau sebagai pertahanan tubuh. Metabolit prmier memiliki struktur kimia
dengan perbedaan yang kecil, sedangkan metabolit sekunder memiliki struktur
kimia yang berbeda-beda. Di samping itu, fungsi fisiologis metabolit primer
berkaitan dengan struktur kimianya, sedangkan metabolit sekunder tidak.
Alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolit sekunder pada
tumbuhan. Telah diketahui, sekitar 5.500 senyawa alkaloid yang terbesar di
berbagai famili. Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang
mrngandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna, dan
berwarna jika mempunyai struktur kompleks dan bercincin aromatic. Alkaloid
seringkali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis
yang menonjol sehingga banyak digunakan dalam pengobatan.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH


Berdasarkan penelitian, kebiasaan minum teh ternyata dapat mencegah
napas bau dan gigi keropos. Hasil isolasi senyawa kimia dari daun teh yang
dikenal sebagai keluarga polifenol terutama katehin dan teaflavin dapat
membunuh bakteri penyebab gangguan mulut.
Beragam manfaat teh tidak lepas dari keberadaan senyawa-senyawa dan
sifat-sifat yang ada pada daun teh. Komposisi kimia daun teh segar (dalam %
berat kering) adalah serat kasar, selulosa, lignin 22%, protein dan asam amino
23%, lemak 8%, polifenol 30%, kafein 4%, pectin 4%. Daun teh mengandung
tiga komponen penting yang mempengaruhi mutu minuman, yaitu kafein,
tanin, dan polifenol. Kafein memberikan efek stimulan.
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada
lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji
kola(2,7-3,6 %).
Kafein berbentuk serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat biasanya
menggumpal, putih, tidak berbau dan rasa pahit. Agak sukar larut dalam air
dan dalam etanol (95%) p, mudah larut dalam kloroform p, sukar larut dalam
eter p.
Pada percobaan ini sampel terlebih dahulu di maserasi selama
semalaman. Dimana maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara
perendaman

tanpa

melibatkan

panas.

Maserasi

memiliki

beberapa

keuntungan, diantaranya yaitu cara kerja dan alat yang digunakan cukup
sederhana dan cocok untuk senyawa yang tidak tahan panas.
Pada percobaan ini pertama-tama ditimbang sebanyak 10 gram daun teh
dalam bentuk bubuk kasar masukkan dalam labu soklet atau alat maserasi.
Tambahkan dengan campuran 8 mL ammonium hidroklorida pekat, 10 mL
etanol 95% dan 20 mL eter, campur dengan baik, lalu dimaserasi selama
semalam. Setelah itu dilakukan penyarian dengan eter selama 3 jam.
Pindahkan sari eter yang mengandung alkaloid ke dalam corong pisah, bilas
labu dengan sedikit eter dan kumpulkan ke dalam corong pisah yang lain.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH


Sari alkaloid dalam fasa air dengan 10 mL asam sulfat 0,5 N sebanyak 5
kali, sambil disaring fasa air itu dimasukan ke dalam corong pisah.
Tambahkan ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas bereaksi alkalis.
Sari fasa air dengan 10 mL kloroform sebanyak 5 kali, kumpulkan sari
kloroform dan uapkan diatas waterbath sampai kering. Dilarutkan residu dalam
beberapa milliliter kloroform, tambahkan 15,0 mL larutan baku H2SO4 0,2 N,
panaskan untuk menghilangkan kloroform, dan dinginkan. Ditambahkan
larutan indikator metal merah, lalu titrasi kelebihan asam dengan larutan baku
NaOH 0,2 N. Hitung kandungan alkaloid dalam daun teh sebagai kafein.
Bandingkan hasil dengan pustaka.
Dari percobaan ini didapatkan hasil %kafein yang terdapat dalam sampel
teh gunung mas adalah sebanyak 194,19%.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil %kafein yang
terdapat dalam sampel teh gunung mas adalah sebanyak 194,19%.
5.2 Saran
Saran untuk laboratorium agar alat dan alat didalam laboratorium harus
ditambah agar dapat meminimalkan dan mengefisienkan waktu praktikum.
Terutama alat yang berhubungan dengan praktikum ini.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH

DAFTAR PUSTAKA
Bustanussalam, Partomuan Simanjuntak, Retno Muwarni. 2009. Analisis
Kandungan Katekin Dalam Beberapa Ekstrak Air Benalu Tanaman Teh.
Jurnal Kimia Mulawarman Vol. VI.
Cakrawati, D. 2005. Pengaruh Pra Fermentasi dan Suhu Maserasi Terhadap
Beberapa Sifat Fisikokimia Minyak Kasar Kluwak. Universitas Padjajaran:
Surabaya.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan :
Jakarta.
Dewi, Mainora Rahayu. 2008. Penentuan Kandungan Kafein Pada Daun The
(Camelia sinensis). Tesis Program Pascasarjana Universitas Andalas.
Khopkar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analisis. UI Press : Jakarta Hal : 213.
Nurhayati, Y., Gebi D., Iqbal M. 2004. Pemisahan dan Pemurnian Senyawa
Metabolit Sekunder Turunan Flavonoid dari Kulit Batang Ficus virens Ait.
(Moraceae). Seminar Nasional dan Penelitian dan Pendidikan Kimia :
Bandung.
Purwantini, I., Rima M., Naniek D. 2007. Kombinasi Daun Teh dan Mangkokan
Sebagai Penumbuh Rambut. Universitas Gadjah Mada :Yogyakarta.
Sundari, D., Budi Nuratmi, M. Wien Winarno. 2009. Toksisitas Akut (LD50) Dan
Uji Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (Camelia sinensis (Linn.) Kunze) Pada
Mencit. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol. XIX.
Utami, Nurul. 2008. Identifikasi Senyawa Alkohol dan Heksana Daun. FMIPA
UNILA, Lampung. Hal: 136.

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH

LAMPIRAN
1. Gambar Praktikum

Fase kloroform
Fase air

Hasil titrasi berwarna kuning

PENENTUAN KADAR ALKALOID DALAM DAUN TEH

2. Skema Kerja
Dibilas corong pisah dengan eter
Dimasukkan sampel yang dipreparasi
Dimasukkan fase air (H2SO4) 20 mL sebanyak 5 kali
Ambil fase air
Fase air + ammonia 10% sampai pH alkalis (pH 10)
Dimasukkan dalam corong pisah
Ditambahkan 20 mL kloroform sebanyak 5 kali
Ambil fase kloroform, dan diuapkan
Hasil uapan dilarutkan dalam 20 mL kloroform
Ditambahkan 15 mL larutan baku H2SO4 0,2 N
Dipanaskan hingga gelembung kloroform hilang dengan menggunakan bunsen
Ditambahkan dengan larutan baku NaOH 0,2 N
Sampai warna menjadi kuning

Anda mungkin juga menyukai