Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KANDUNGAN ASAM SALISILAT PADA KRIM WAJAH ANTI

ACNE YANG BEREDAR DI KABUPATEN PEKALONGAN MENGGUNAKAN


METODE HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)

Ida Astuti, Khusna Santika Rahmasari, Wirasti, Slamet


Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Ilmu kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan, Jl. Ambokembang No. 8 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Indonesia
*Email : khusnasantika@gmail.com

ABSTRAK

Asam salisilat merupakan senyawa yang biasanya ditambahkan dalam krim anti
acne karena dapat meredakan peradangan serta membersihkan pori-pori yang
tersumbat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan asam
salisilat dalam sampel krim anti acne dan untuk mengetahui kadar asam salisilat
tidak sesuai dengan peraturan BPOM No. 23 Tahun 2019 yaitu < 2 %. Sampel
yang dipilih adalah 10 produk krim anti acne yang beredar dari wilayah
Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif menggunakan uji
warna dengan penambahan FeCl3 2 M dan kromatografi lapis tipis dengan fase
geraknya berupa toluene dan asam asetat glasial (4:1) serta secara kuantitatif
menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
dengan fase geraknya berupa metanol dan aquabides (6:4). Hasil yang diperoleh
pada uji warna terjadi perubahan warna ungu dan kromatografi lapis tipis
diperoleh nilai Rf sampel yang tidak jauh berbeda dengan nilai Rf standar
sedangkan dengan HPLC diperoleh kadar sampel yang tidak sesuai persyaratan
yang dihitung dalam tiap jumlah total berat sediaan yakni pada sampel 3 adalah
2,753% sedangkan sampel 4 adalah 2,045%.

Kata Kunci: analisis, krim, asam salisilat, KLT, HPLC

ABSTRACT
Salicylic acid is a compound that is usually added to anti-acne creams because it
can reduce inflammation and clear clogged pores. The purpose of this study was
to analyze the content of salicylic acid in samples of anti-acne cream and to
determine that obedience with BPOM regulation No. 23 of 2019 in term of the
levels of salicylic acid. The 10 anti-acne cream products were randomly selected
that circulating in Pekalongan Regency. This study was conducted qualitatively
using a color test with the addition of FeCl3 2 M and thin layer chromatography
with the mobile phase in the form of toluene and glacial acetic acid (4:1) and
quantitatively using the High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
method with the mobile phase in the form of methanol and aquabides (6:4). The
results obtained in the color test there was a purple color change and thin layer
chromatography obtained sample Rf values that were not much different from the
standard Rf values, while with HPLC the sample number 3 and 4 did not meet the
requirements of salicylic acid total weight level that were 2,753% and 2,045%
respectively.

Keyword: analysi, cream, salycilic acid, KLT, HPLC


1. PENDAHULUAN

Kosmetik merupakan kebutuhan pembanding yang tidak jauh berbeda,


yang sering digunakan dalam keseharian. sedangkan analisis secara kuantitatif untuk
Tujuan penggunaan kosmetik dalam menganalisis kadar dengan metode High
masyarakat adalah untuk membantu orang Performance Liquid Chromatography
lebih percaya diri, melindungi bagian (HPLC), metode tersebut dapat
kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra menganalisis kadar suatu senyawa dalam
violet, adanya polusi udara dan mencegah sediaan tertentu. Metode HPLC dipilih
penuaan. Asam salisilat adalah senyawa karena dapat digunakan untuk
yang sering ditambahkan dalam krim anti menganalisis molekul besar dan kecil,
acne untuk mengobati sejumlah masalah memiliki daya pisah yang baik, kepekaan
kulit, seperti jerawat dan ketombe. Ketika tinggi, waktu analisis yang relatif cepat
digunakan untuk anti jerawat, asam dan kolom dapat digunakan kembali
salisilat akan meredakan peradangan serta (Rahmawati, 2019).
membersihkan pori-pori yang tersumbat. Berdasarkan informasi tersebut
Asam salisilat sangat iritatif, pemakaian maka perlu diadakan penelitian lebih
dengan kadar tinggi dalam sediaan lanjut untuk menentukan kadar asam
kosmetik dapat menimbulkan dampak bagi salisilat pada sediaan krim wajah anti
kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang acne. Penulis memutuskan untuk
ringan hingga berat. Pengetahuan dan mengambil judul penelitian “Analisis
informasi akan bahayanya kandungan Kandungan Asam Salisilat pada Krim
asam salisilat yang terkandung dalam Wajah Anti Acne yang Beredar di
produk krim tidak sepenuhnya diketahui Kabupaten Pekalongan Menggunakan
oleh masyarakat luas, karena itu perlu Metode High Performance Liquid
adanya publikasi mengenai pengujian Chromatography (HPLC)”.
kadar asam salisilat untuk melindungi
masyarakat dari bahaya penggunaan asam 2. METODE PENELITIAN
salisilat dengan konsetrasi tinggi dalam 2.1 Alat
kosmetik. BPOM telah menetapkan kadar Alat yang digunakan dalam
maksimun yang diizinkan terkandung penelitian ini diantaranya adalah
dalam produk kosmetik siap pakai pada spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-
produk krim tidak boleh lebih dari 2 % Vis 1280), seperangkat alat HPLC
(Feladita dkk., 2019). (Shimadzu) fase terbalik dengan detektor
UV, kolom C18 (YMC Triart), kuvet
Penambahan asam salisilat yang (Shimadzu), timbangan analitik (Ohaus),
berlebihan efek yang dihasilkan akan mikrofilter 0,45 µm, mikrofilter 0,22 µm,
memberikan wajah yang bebas dari mikropipet, blue tip dan yellow tip (lokal),
jerawat secara cepat namun kondisi wajah kertas saring, bejana elusi, lempeng silika
akan terkikis yang akan membuat masalah gel 60 F254 (merck), alat-alat gelas
kulit wajah lainnya seperti peradangan (pyrex).
kulit, memerah, panas, ruam dan
dermatitis (Sulistyaningum dkk., 2012). 2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam
Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah asam salisilat p.a,
secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis toluena p.a, methanol p.a, asam asetat
kualitatif menggunakan uji warna dan glasial teknis, HCl teknis, FeCl3 teknis,
kromatografi lapis tipis. Hasil uji warna etanol 96% teknis, methanol for HPLC dan
diperoleh larutan berwarna ungu dan 10 sampel krim wajah anti acne yang
pengujian menggunakan kromatografi beredar di Kabupaten Pekalongan.
lapis tipis diperoleh nilai Rf sampel dan
2.3 Prosedur Kerja metanol dan aquabides (6:4).
Analisis kualitatif meliputi: Penyiapan sampel dengan
2.3.1 Uji Kualitatif melarutkan masing-masing sampel
a. Uji Warna dengan pelarut campuran metanol
Sejumlah sampel krim dan aquabidest (6:4) hingga 25
anti jerawat dilarutkan dengan mL dan penambahan H2SO4,
etanol 96 %, disaring dikocok hingga homogen,
menggunakan kertas saring lalu disaring, di sonikasi selama 15
tambahkan larutan FeCl3 2 M menit dan di analisis dengan
sebanyak dua tetes, hasil positif HPLC.
bila terjadi perubahan warna ungu
(Depkes RI, 1979). b. Pembuatan larutan baku dan
larutan seri konsentrasi asam
b. Kromatografi Lapis Tipis salisilat
Ditimbang seksama Ditimbang seksama
sampel 1 gram dimasukan dalam sebanyak 10 mg baku
gelas beker, dilarutkan dalam 10 pembanding asam salisilat,
mL etanol 96%. Disaring masukan dalam gelas ukur 10
menggunakan keras saring, mL, dilarutkan dalam
didapatkan hasil berupa filtrat campuran pelarut metanol p.a
(Hadisoebroto dan Budiman, dan aquabides (6:4) sebanyak
2019). 10 mL, kocok hingga larut.
Pengujian dengan KLT Diambil sesuai seri konsentrasi
menggunakan fase gerak toluene yaitu larutan standar dengan
dan asam asetat glasial (4:1) konsentrasi 20 µg/mL, 40
sedangkan fase diam berupa µg/mL, 60 µg/mL, 80 µg/mL,
lempeng silica gel 60F 254. 100 µg/mL dan 120 µg/mL
Larutan uji ditotolkan secara diencerkan dengan campuran
terpisah dan totolkan juga larutan pelarut hingga 10 mL.
pembanding asam salisilat. Ditambahkan 0,5 mL H2SO4
Lempeng KLT tersebut dimasukan 2M, lalu dikocok. Kemudian
kedalam bejana yang sudah disaring menggunakan kertas
dijenuhkan, dibiarkan fase saring, hasil filtrat dilakukan
bergerak naik sampai mendeteksi penyaringan dengan mikrofilter
batas elusi, lempeng KLT (Nofita dan Ulfa, 2016).
diangkat dan dibiakan kering.
Diamati dibawah sinar UV 254 c. Panjang gelombang asam
nm, hasil positif apabila salisilat
berfluoresensi memberikan bercak Perlakuan yang dilakukan
berwarna gelap (Hadisoebroto dan dengan mengukur serapan
Senadi, 2019). asam salisilat menggunakan
salah satu seri konsentrasi
2.3.2 Uji Kuantitatif yang dipilih dan dilakukan
Prosedur penelitiannya sebagai analisa dengan
berikut: (Nofita dkk., 2018). spektrofotometer UV-Vis
pada rentang panjang
a. Penyiapan fase gerak dan gelombang 200__400 nm,
sampel kemudian tentukan panjang
Fase gerak yang gelombang maksimal untuk
digunakan berupa campuran
pembacaan serapaan asam apabila direaksikan dengan FeCl3
salisilat. akan menghasilkan warna ungu
(Hadisoebroto dan Senadi, 2019).
d. Pengamatan waktu retensi
Pengamatan waktu retensi
dilakukan dengan cara larutan
baku asam salisilat diinjeksikan
pada HPLC dengan volume
injeksi 20 µL dan kecepatan alir
fase gerak 1 mL/menit yang
sebelumnya sudah disaring
Kompleks warna ungu
terlebih dahulu menggunakan Gambar 3.1 Reaksi asam salisilat
mikrofilter dan disonikator dengan FeCl3
selama 15 menit (Nofita dan
Ulfa, 2016). Analisis uji warna diawali
dengan preparasi sampel, dengan
e. Penetapan kadar melarutkan sampel ke dalam
Analisis kadar asam chamber hingga larut kemudian
salisilat dengan menyiapkan ditambahkan FeCl3 sehingga
sampel yang telah dipreparasi terjadi perubahan warna ungu.
diinjeksikan sejumlah 20 µL Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.1
dengan fase gerak campuran
pelarut metanol for HPLC dan Tabel 3.1 Hasil reaksi warna
aquabides (6:4) dan kecepatan
Sampel Hasil Reaksi
alir fase gerak 1 mL/menit.
Diperoleh hasil berupa Asam salisilat ++
kromatogram yang telah 1 +++
dilakukan replikasi tiga kali. 2 -
Kromatogram tersebut 3 ++
diperoleh nilai AUC (Area 4 +++
Under Curve) yang dapat 5 +++
dimasukkan dalam perhitungan 6 +++
persamaan regresi linier 7 +
sehingga diperoleh kadar 8 +++
masing-masing sampel (Nofita 9 -
dan Ulfa, 2016). 10 +++

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan:


3.1 Analisis kualitatif +++ : Berwarna ungu pekat
Analisis kualitatif meliputi: (terdapat banyak kandungan senyawa)
3.1.1 Uji warna ++ : Berwarna ungu bening
(terdapat kandungan senyawa)
Penelitian ini dilakukan
+ : Berwarna ungu kecoklatan
dengan menambahkan reagen (terdapat sedikit kandungan senyawa)
FeCl3 2 M untuk menguji ada - : Tidak berwarna ungu (tidak
tidaknya kandungan gugus fenol terdapat kandungan senyawa)
pada sampel. Hasilnya berupa
perubahan warna pada sampel Berdasarkan data Tabel
menjadi berwarna ungu atau ungu 3.1 menunjukkan sampel 1, 3, 4,
kecoklatan. Senyawa asam 5, 6, 7, 8 dan 10 terbukti
salisilat memiliki gugus fenol, mengandung senyawa asam
salisilat karena bereaksi dengan gelap sedangkan pada sinar UV
FeCl3 sehingga terjadi perubahan 366 nm lempeng akan berwarna
warna ungu, sesuai dengan teori gelap dan bercak berfluorsensi
reaksi yang terjadi antara asam (Dewi dkk., 2018). 10 sampel
salisilat dan ion Fe3+, atom tersebut terdapat 8 sampel yakni
oksigen pada gugus hidroksi sampel 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 10
maupun gugus karboksilat akan yang posisitf mengandung asam
berikatan dengan ion Fe3+ salisilat ditandai dengan nilai Rf
sehingga membentuk kompleks pada sampel tidak jauh berbeda
dan ikatan terkonjugasi sehingga dari nilai baku standar asam
terjadi mempengaruhi warna ungu salisilat yaitu 0,45 cm sedangkan
sedangkan sampel 2 dan 9 tidak pada sampel 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan
mengandung asam salisilat karena 10 secara berturut-turut adalah
tidak terjadi perubahan warna 0,46 cm; 0,45 cm; 0,46 cm; 0,46
ungu ketika penambahan FeCl3 cm; 0,46 cm; 0,46 cm; 0,45 cm
(Hadisoebroto dan Senadi, 2019). dan 0,46 cm sedangkan pada
sampel 2 dan 9 diperoleh nilai Rf
3.1.2 Kromatografi Lapis Tipis 0,6 dan 0 dikarenakan pada
Hasil berupa pemisahan sampel 9 tidak timbul bercak. Hal
berdasarkan perbedaan kepolaran tersebut menandakan bahwa kedua
antara sampel dengan eluen yang sampel tersebut tidak mengandung
digunakan (Misfadhila dkk., asam salisilat karena nilai Rf yang
2016). Hasil sampel KLT dapat terlalu jauh dari rentang Rf sampel
dilihat pada Tabel 3.2 dan tidak menunjukkan bercak
(Hadisoebroto dan Senadi, 2019).
Tabel 3.2 Hasil sampel dengan Kandungan anti acne pada sampel
KLT 2 dan 9 karena terbukti tidak
Sampel Tinggi Rf (cm) mengandung asam salisilat berarti
Bercak (cm) menunjukkan mengandung
Asam 3,60 0,45 senyawa anti acne lainnya yang
salisilat memiliki efek dalam membantu
1 3,70 0,46 mengatasi jerawat.
2 4,80 0,6
3 3,60 0,45 3.2 Analisis Kuantitatif
4 3,70 0,46
5 3,70 0,46 3.2.1 High Performance Liquid
6 3,70 0,46 Chromatography (HPLC)
7 3,70 0,46
8 3,60 0,45 Sampel yang digunakan
9 0 0 dalam penelitian ini adalah produk
10 3,70 0,46 krim anti acne yang diperoleh di
Kabupaten Pekalongan. Sampel
yang digunakan sejumlah 8
sampel krim anti acne yang positif
Berdasarkan Tabel 3.2
mengandung asam salisilat yang
diketahui bahwa dalam 10 sampel
sebelumnya sudah dilakukan
yang dianalisis dengan
analisis kualitatif mengunakan uji
kromatografi lapis tipis pada sinar
warna dan kromatografi lapis tipis
UV 254 nm akan menunjukkan
sebagai uji awal identifikasi
lempeng berfluoresensi dan
kandungan asam salisilat. Sampel
sampel akan tampak berwarna
tersebut diambil secara random
sampling dan dilakukan perlakuan maksimal menggunakan
yang sama terhadap masing- spektrofotometri UV-Vis. Gugus
masing sampel (Hadisoebroto dan ausokrom pada asam salisilat
Senadi, 2019). seperti -OH sedangkan gugus
kromofor terdapat pada cincin
a. Panjang gelombang maksimal benzena dan ikatan rangkap
asam salisilat terkonjugasi (Feladita dkk., 2019).
Analisis sampel Panjang gelombang yang
menggunakan HPLC diperlukan dihasilkan diperoleh dari standar
suatu panjang gelombang asam salisilat seri konsentrasi 100
maksimal untuk pembacaan μg/mL. Konsentrasi tersebut
serapaan asam salisilat pada dipilih karena dapat memberikan
sistem HPLC. Komponen HPLC puncak panjang gelombang
yang digunakan untuk mendeteksi maksimal. Pembacaan dilakukan
adalah detektor UV, sehingga dengan spektrofotometer UV
panjang gelombang dalam diperoleh panjang gelombang
penelitian ini dideteksi maksimal sebesar 306 nm.
menggunakan spektrofotometer Panjang gelombang tersebut
UV-Vis. Senyawa yang akan sesuai dengan teori yaitu panjang
dianalisis harus memiliki gugus gelombang asam salisilat 302 nm
kromofor dan auksokrom agar (Fatmawati dan Lina, 2017).
dapat dibaca serapanya dari
spektrofotometri UV-Vis. Hal b. Waktu retensi
tersebut dikarenakan kedua gugus Sistem HPLC dapat
tersebut dapat bertanggungjawab digunakan untuk analisis kualitatif
dalam penyerapan radiasi ultra berdasarkan pada perbandingan
violet. Senyawa asam salisilat waktu retensi dalam kondisi
memiliki gugus kromofor dan kromatografi yang sama antara
auksokrom yang dapat waktu retensi standar asam
bertanggungjawab dalam salisilat dengan waktu retensi
penyerapan ultra violet sampel yang digunakan (Sukma
(Fatmawati dan Lina, 2017). dan Rahmatul, 2019).

Gambar 3.2 Struktur Kimia Asam Gambar 3.3 Kromatogram asam


Salisilat salisilat

Berdasarkan struktur
kimia asam salisilat pada Gambar
3.2 asam salisilat memiliki gugus
hidroksi dan ikatan rangkap
sehingga dapat dilakukan
penentuan panjang gelombang
y=306,927x – 3224,87. Kurva
hubungan antara AUC masing-
masing seri konsentrasi asam
salisilat dengan seri konsentrasi
asam salisilat dapat dilihat pada
Gambar 3.5
Kurva Baku Asam Salisilat
y = 306,927x - 3224,87
Gambar 3.4 Kromatogram sampel 40000
R² = 0,9994097
30000
Berdasarkan data waktu
retensi standar dan masing-masing A 20000
sampel yang diperoleh U 10000
menunjukkan bahwa peak C
kromatogram yang muncul 0
memiliki waktu retensi yang sama. 0 50 100 150
Pembentukan puncak pada standar
asam salisilat pada waktu retensi Konsentrasi Baku Asam Salisilat
2,196 menit dan waktu retensi (μg/mL)
sampel yakni 2,199 menit. Hal Gambar 3.5 Kurva Hubungan
tersebut sesuai dengan variasi Konsentrasi Baku Asam Salisilat
waktu retensi yakni ≤ 10 menit dengan AUC masing-masing seri
(Synder, 1997). Variasi waktu konsentrasi larutan baku asam
retensi telah memenuhi salisilat
persyaratan kandungan asam
salisilat. d. Penetapan kadar
Analisis kuantitatif pada
c. Kurva baku asam salisilat asam salisilat menggunakan High
Kurva baku asam salisilat Performance Liquid
diperoleh dari hubungan antara Chromatography (HPLC), fase
konsentrasi asam salisilat yang yang digunakan adalah fase
dianalisis dengan nilai AUC (Area terbalik dengan fase gerak berupa
Under Curve) yang dihasilkan metanol dan aquabidest (6:4) dan
sehingga diperoleh persamaan fase diam yaitu kolom C18.
regresi linier untuk digunakan Kecepatan alir yang digunakan
dalam melakukan perhitungan adalah 1,0 mL/menit dengan
kadar masing-masing sampel yang volume injeksi 20 μL pada
dianalisis. Kurva baku dikatakan detektor UV 306 nm. Jumlah
baik apabila hasil yang diperoleh sampel yang digunakan sebanyak
linier, parameter linieritas dari 8 sampel yang sebelumnya sudah
kurva baku ditentukan dengan dilakukan pengujian kualitatif
adanya nilai koefisien korelasi (R) terbukti mengandung asam
yang diperoleh yaitu ≥0,99 salisilat dan dilakukan replikasi
(AOAC, 2013). sebanyak 3 kali untuk masing-
Berdasarkan hasil data masing sampel (Nofita dkk.,
kurva baku asam salisilat telah 2016). Hasil yang diperoleh dari
menunjukkan bahwa nilai sistem HPLC berupa
koefisien korelasinya adalah kromatogram. Syarat
0,9997048. Persamaan regresi kromatogram yang baik antara
linier yang diperoleh adalah
lain membentuk peak yang Berdasarkan data kadar
simetris, waktu retensi < 10 menit asam salisilat yang telah diperoleh
(CDER, 1994). Berdasarkan nilai menunjukkan dalam sampel
AUC yang diperoleh dapat menghasilkan kadar asam salisilat
dilakukan perhitungan kadar asam yang berbeda-beda tiap
salisilat yang terdapat dalam replikasinya dan diperoleh nilai
sampel. Perhitungan kadar asam standar deviasi pada tiap sampel
salisilat berdasarkan persamaan menunjukan <2%. Nilai tersebut
regresi linier dari kurva baku yang memenuhi syarat dimana nilai
diperoleh. Hasil analisis kadar standar deviasi harus <2% yang
asam salisilat dalam masing- menunjukkan sistem operasional
masing sampel dapat dilihat pada alat dan analisis memiliki respon
tabel 3.3 yang baik dan konstan
Tabel 3.3 Analisis kadar asam (Yusransyah dkk., 2014).
salisilat
Sampel Rata-rata 4. SIMPULAN
persen bobot @
sediaan (%) Berdasarkan dari hasil penelitian
1 0,974 ±0,006 yang telah dilakukan menunjukkan bahwa:
1. Analisis secara kualitatif diperoleh 8
3 2,753 ±0,005
sampel yang positif mengandung asam
4 2,045 ±0,006
salisilat
5 1,167 ±0,005 2. Kadar asam salisilat yang diperoleh
6 1,183 ±0,01 terdapat 2 sampel yang tidak
7 0,867 ±0,0006 memenuhi persyaratan peraturan
8 1,788 ±0,001 BPOM RI No. 23 tahun 2019 yakni
10 1,086 ±0,0006 pada sampel 3 adalah 2,753% dan
sampel 4 adalah 2,045%
Berdasarkan Tabel 3.3
dapat diketahui bahwa, kadar
asam salisilat yang dihitung kadar 5. SARAN
maksimal pemakaian kosmetik
siap pakai pada sediaan krim di Disarankan bagi masyarakat agar
hitung dari jumlah total berat lebih berhati-hati dalam memilih produk
sediaan diperoleh sampel 1, 5, 6, kosmetik terutama pada sediaan krim anti
7, 8 dan 10 memiliki kadar yang acne, lebih memperhatikan lagi komposisi
dapat diterima karena telah bahan yang terkandung dalam krim anti
memenuhi persyaratan pemakaian acne yaitu kadar asam salisilat yang tidak
yaitu tidak melebihi batas yang boleh lebih dari 2%. Bagi peneliti
diizinkan, sedangkan pada sampel selanjutnya, dapat meneliti mengenai
3 dan 4 tidak memenuhi bahan aktif lainnya yang terkandung
persyaratan karena melebihi batas dalam krim anti acne seperti benzoyl
pemakaian hal tersebut peroksida, clindamycin maupun sulfur.
berdasarkan peraturan BPOM No.
23 tahun 2019 mengenai batas
kadar maksimum asam salisilat 6. DAFTAR PUSTAKA
dalam sediaan krim yakni 2%
dihitung dari jumlah total berat Anonim. (1979). Farmakope Indonesia
sediaan tersebut (BPOM RI, Edisi III. Jakarta: Departemen
2019). Kesehatan Republik Indonesia.
AOAC. (2013). Guideline for Single secara Semisintesis dari Bubuk Kopi
Laboratory Validation of Chemical Olahan Tradisional Kerinci. Jurnal
Methods for Dietary Supplements and Farmasi Higea. 8(2).
Botanicals, Appendix K. AOAC Int.
1-3, 5-11. Munir, A., Adil K., Kiran, S. Abdul S.,
Rahim U., Gowhar A., Zaman A.,
BPOM RI. (2019). Peraturan Kepala Ehsan U. M., Muhammad S.J., Umer
Badan Pengawas Obat dan Makanan R., Izhar H., Amara M.
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun (2020).Synthesis, In Vitro Anti-
2019 Tentang Persyaratan Teknis Inflammatory Activities and
Bahan Kosmetika. Jakarta: BPOM RI. Molecular Docking Studies of Acyl
and Salicylic Acid Hydrazide
Dewi, N. L. A., Adnyani, L. P. S., Derivaties. Journal Bioorganic
Pratama, R. B. R., Yanti, N. N. D., Chemistry, (104), 104168.
Manibuy, J. I. & Warditiani N. K.
(2018). Pemisahan, Isolasi dan Nofita & Ulfa, Maria Ade. (2016).
Identifikasi Senyawa Saponin dari Penetapan Kadar Asam Salisilat Pada
Herba Pegagan (Centella asiatica L., Obat Panu Sediaan Salep yang Dijual
Urban). Jurnal Farmasi Udayana. di Apotek Wilayah Kecamatan Raja
7(2), 68-76. Basa Bandar Lampung Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Fatmawati, F., & Lina, H. (2017). Validasi (KCKT). Jurnal Analis Farmasi,
Metode dan Penentuan Kadar Asam 1(4), 220–225.
Salisilat Bedak Tabur dari Pasar
Majalaya. EduChemia (Jurnal Kimia Nofita, S, G. A. R. & Septiani, A.
Dan Pendidikan), 2(2), 141. (2018). Penetapan Kadar Asam
Salisilat Pada Pembersih Wajah
FDA. (1994). Reviewer Guidance (Facial Foam) Yang Di Jual Di
Validation of Chromatographic
Pasar Tengah Bandar Lampung
Methods. Cent Drug Eval Res
(CDER). Food Drug Adm. 21-6.
Dengan Metode Spektrofotometri
Uv-Visible. Jurnal Analis
Feladita, N., Retnaningsih, A., & Susanto, Farmasi, 2(1), 212–214.
P. (2019). Penetapan Kadar Asam
Salisilat Pada Krim Wajah Anti Rahmawati, A. I. (2019). Analisis Kadar
Jerawat Yang Dijual Bebas Di Kafein Pada Produk Bubuk Kopi
Daerah Kemiling Menggunakan Murni Yang Dihasilkan Di
Metode Spektrofotometri UV-VIS. Kabupaten Pekalongan
Jurnal Analisis Farmasi. 4(2), 101– Menggunakan Metode High
107. Performance Liquid Chromatography
(HPLC). Skripsi, Fakultas Ilmu
Hadisoebroto, G., & Senadi, B. (2019). Kesehatan, Universitas
Penetapan Kadar Asam Salisilat pada Muhammadiyah Pekajangan
Krim Anti Jerawat yang Beredar di Pekalongan.
Kota Bandung dengan Metode
Spektrotometri Ultra Violet. Jurnal Sulistyaningrum, S. K., Hanny N. Evita
Kartika Kimia, 2(1), 51–56. H.E.. (2012). Penggunaan Asam
Salisilat Dalam Dermatologi.
Misfadhila, S., Zulharmita. Deni H. S.. Pengembangan Pendidikan
(2016). Pembuatan Kafein Salisilat Keprofesian Berkelanjutan. 62(7).
Jakarta.
(2014). Uji Kesesuaian Sistem
Sukma, F. F. dan Rahmatul, A. (2019). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Identifikasi Asam Dehidroasetat Fase Terbalik pada Bahan Baku
dalam Produk Kosmetika dengan Parasetamol. Jurnal Farmagazine.
Menggunakan HPLC (High 1(2), 1900.
Performance Liquid
Chromatography). Jurnal Kimia
Sains dan Terapan. 1(2), 101–107.

Synder, R. L., Joseph j., Kirkland &


Joseph L. (1997). Practical HPLC
Method. Development edisi ke-2.
New Yort: John & Sons Inc.

Yusransyah., Roi, C. M. & Agus R.

Anda mungkin juga menyukai