Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI DAN PERNAPASAN

“KOMBINASI ANTIBIOTIKA”

Kelompok 1
S1 – 2 FA 3

Melia Adila 191FF03102


Dwiky Rusmania Hadi 191FF03104
Asri Puspitasari 191FF03110
Nurul Aulia Ashri 191FF03112
Gihad Antar 191FF03116
Sonia Bella Chantika 191FF03125
Intan Sri Rahayu 191FF03127
Muhammad Ghilman F J 191FF03130
Hilma Maulani 191FF03150
Ryan Sofian 191FF03153

Fakultas Farmasi
Universitas BhaktiKencana
Bandung
2021
MODUL KOMBINASI ANTIBIOTIKA

1. Tujuan
a. Kompetensi yang Dicapai :
Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pengujian secara in vitro
dengan mempertimbangkan aspek-aspek aseptis dan mengikuti tahapan
prosedur yang sesuai standar.

b. Tujuan Praktikum :

Mendapatkan gambaran efek dua antibiotik yang dikombinasikan secara in


vitro.

2. Prinsip
Bila dua obat diberikan secara bersama-sama, memungkinkan dapat terjadinya
interaksi yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja obat itu sendiri, seperti
munculnya efek sinergis, aditif atau antagonis.

3. Pendahuluan/ dasar teori

Untuk memperluas/meningkatkan efek yang diinginkan, mengurangi efek samping,


dan mengurangi dosis antibiotika dapat dilakukan dengan terapi kombinasi
antibiotika. Suatu antibiotik dapat dikombinasikan dengan antibiotik lainnya jika
memang diperlukan pada suatu kondisi tertentu.

Bila dua obat diberikan secara bersama-sama, memungkinkan dapat terjadinya


interaksi yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja obat itu sendiri, seperti
munculnya efek sinergis, aditif atau antagonis. Bila antibiotik yang bersifat sebagai
bakterisid dikombinasikan dengan sesama antibiotika dengan sifat baktensid akan
terjadi efek sinergis, antibiotika bakteriostatik dengan bakteriostatik akan
menimbulkan efek aditif, sedangkan bakteriostatik dikombinasikan dengan
bakterisid dapat terjadi efek antagonis pada infeksi yang disebabkan oleh mikroba
tunggal. Kombinasi bakteriostatik dengan bakterisid kadang-kadang dapat
diberikan campuran untuk beberapa mikroba. Interaksi yang terjadi karena
kombinasi antibiotik dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Kombinasi beberapa antibiotika

Sifat kombinasi antibiotik dapat dinyatakan dengan FKI (Fraksi konsentrasi


inhibisi). Bila Jumlah FKI <1, terjadi efek sinergis; Jumlah FKI = 1, terjadi efek
aditif; Jumlah FKI <1, terjadi efek antagonis.
Gambar 4. Efek kombinasi dari pemberian dua antibiotika

4. Alat dan bahan


Alat :
Labu Takar 100 mL
Inkubator
Tabung reaksi
Labu takar 25mL, 50 mL
Cakram Kertas

Alumunium Foil
Kapas Berlemak
Pinset Air Steril
Gelas Piala
Otoklav
Oven
Cawan petri. Pipet ukur

Jarum ose
Batang pengaduk
Vortex
Spektrofotometer.
Bahan :
Antibiotik Uji
Bakteri Uji Gram positif dan gram negatifMedia NA
dan NB
Air Steril

5. Prosedur kerja

METODE CAKRAM KERTAS


1. Dari percobaan penentuan KHM atau dan pustaka dapat dilihat KHM untuk
kloramfenikol dan tetrasiklin

2. Buat kombinasi antibiotik kloramfenikol-tctrasiklin, dengan konsentrasi


tertentu. Volume penetesan campuran antibiotik pada setiap cakram kertas:
10 µl.

3. Dari percobaan penentuan aktivitas antimikroba Kloramfenikol dan


Tetrasiklin dapat diihat KHM masing-masing obat uji. Untuk pengujian
aktivitas antimikroba kombinasi Kloramfenikol dan Terasiklin dilakukan
dengan membuat beberapa variasi konsentrasi yaitu
a. 1/2 KHM Kloramfenikol + 1/2 KHM Tetrasiklin.
b. 1/2 KHM Kloramfenikol + 1/4 KHM Tetrasiklin.
c. 1/4 KHM Kloramfenikol + 1/2 KHM Tetrasiklin
d. 1/4 KHM Kloramfenikol + 1/4 KHM Tetrasiklin
e. 1/8 KHM Kloramfenikol + 1/8 KHM Tetrasiklin
f. 1/2 KHM Kloramfenikol + 1/8 KHM Tetrasiklin
g. 1/8 KHM Kloramfenikol + 1/2 KHM Tetrasiklin
h. 1/8 KHM Kloramfenikol + 1/4 KHM Tetrasiklin
i. 1/4 KHM Kloramfenikol + 1/8 KHM Tetrasiklin
j.
4. Siapkan lapisan agar yang mengandung 0,05 mL bakteri uji untuk 15 ml
agar. Teteskan masing-masmg pada cakram kertas steril yang diletakkan
diatas medium agar dengan perbandingan kombinasi seperti yang tertera
diatas. Biarkan 30 menit. Inkubasi 24 jam. inkubasi pada suhu 37 oC selama
24 jam untuk bakteri, inkubasi pada suhu 25 oC selama 24-72 jam untuk
jamur .Amati ada tidaknya hambatan pertumbuhan
5. Tentukan KHM kombinasi terendah yang masih dapat menghambat
pertumbuhan mikroba dan perhitungan FKI
FKI= KHM ekstrak saat kombinasi
KHM ekstrak tunggal
FKI < 1 = Sinergis
FKI = 1 = Aditif
FKI >1 = Antagonis

6. Tentukan sifat kombinasi dari data yang saudara peroleh.

Bagan Kerja :

 Metode Cakram Kertas

Dilihat KHM untuk kloramfenikol dan tetrasiklin dari percobaan penentuan KHM atau
pustaka

Dibuat kombinasi antibiotik kloramfenikol-tetrasiklin, dengan konsentrasi tertentu

Volume penetesan campuran antibiotik pada setiap cakram kertas: 10 μL

Dilihat KHM untuk kloramfenikol dan tetrasiklin dari percobaan penentuan KHM atau
pustaka dapat

Dilakukan beberapa variasi konsentrasi pengujian aktivitas antimikroba kombinasi


Kloramfenikol dan Terasiklin

Variasi Konsentrasi :

a. 1/2 KHM Kloramfenikol + 1/2 KHM Tetrasiklin


b. 1/2 KHM Kloramfenikol + 1/4 KHM Tetrasiklin
c. 1/4 KHM Kloramfenikol + 1/2 KHM Tetrasiklin
d. 1/4 KHM Kloramfenikol + 1/4 KHM Tetrasiklin
e. 1/8 KHM Kloramfenikol + 1/8 KHM Tetrasiklin
f. 1/2 KHM Kloramfenikol + 1/8 KHM Tetrasiklin
g. 1/8 KHM Kloramfenikol + 1/2 KHM Tetrasiklin
h. 1/8 KHM Kloramfenikol + 1/4 KHM Tetrasiklin
i. 1/4 KHM Kloramfenikol + 1/8 KHM Tetrasiklin
Disiapkan lapisan agar yang mengandung 0,05 mL bakteri uji untuk 15 mL agar

Diteteskan masing-masmg pada cakram kertas steril yang diletakkan diatas medium
agar dengan perbandingan kombinasi seperti yang tertera diatas.

Dibiarkan 30 menit. Inkubasi 24 jam. inkubasi pada suhu 37 ℃ selama 24 jam untuk
bakteri

Diamati ada tidaknya hambatan pertumbuhan

Ditentukan KHM kombinasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan


mikroba dan perhitungan FKI

Ditentukan sifat kombinasi dari data yang saudara peroleh.

 Metode Pita Kertas

Dilakukan pengamatan terhadap pita kertas dalam cawan petri

Kombinasi antibiotik termasuk sinergis, aditif atau antagonis


6. Hasil Praktikum

Metode Cakram Kertas

• Kloramfenicol 500 ppm


• Tetrasiklin 1000 ppm

A. 1/2 KHM Kloramfenikol (250 ppm) + 1/2 KHM Tetrasiklin (500ppm )


B. 1/2 KHM Kloramfenikol (250 ppm) + 1/4 KHM Tetrasiklin (250 ppm)
C. 1/2 KHM Kloramfenikol (250 ppm) + 1/8 KHM Tetrasiklin (125 ppm)
D. 1/4 KHM Kloramfenikol (125 ppm) + 1/2 KHM Tetrasiklin (250 ppm)
E. 1/4 KHM Kloramfenikol (125 ppm) + 1/4 KHM Tetrasiklin (250 ppm)
F. 1/4 KHM Kloramfenikol (125 ppm) + 1/8 KHM Tetrasiklin (125 ppm)
G. 1/8 KHM Kloramfenikol (62.5 ppm)+ 1/2 KHM Tetrasiklin (500ppm)
H. 1/8 KHM Kloramfenikol (62.5 ppm)+ 1/4 KHM Tetrasiklin (250 ppm)
I. 1/8 KHM Kloramfenikol (62.5 ppm)+ 1/8 KHM Tetrasiklin (125 ppm)

FKIa FKIb

A. 250/500 = 0,5 A. 500/1000 = 0,5


B. 250/500 = 0,5 B. 250/1000 = 0,25
C. 250/500 = 0,5 C. 125/1000 = 0,125
D. 125/500 = 0,25 D. 250/1000 = 0,25
E. 125/500 = 0,25 E. 250/1000 = 0,25
F. 125/500 = 0,25 F. 125/1000 = 0,125
G. 62,5/500 = 0,125 G. 500/1000 = 0,5
H. 62,5/500 = 0,125 H. 250/1000 = 0,25
I. 62,5/500 = 0,125 I. 125/1000 = 0,125

FKI
A. 0,5 + 0,5 = 1 (Aditif)
B. 0,5 + 0,25 = 0,75 (Sinergis)
C. 0,5 + 0,125 = 0,675 (Sinergis)
D. 0,25 + 0,25 = 0,5 (Sinergis)
E. 0,25 + 0,25 = 0,5 (Sinergis)
F. 0,25 + 0,125 = 0,375 (Sinergis)
G. 0,125 + 0,5 = 0,675 (Sinergis)
H. 0,125 + 0,25 = 0,375 (Sinergis)
I. 0,125 + 0,125 = 0,250 (Sinergis)
Metode Pita Kertas

Hasil

A : Antagonis

B : Sinergis

C : Aditif
7. Diskusi dan pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian kombinasi antibiotik. Tujuan


dilakukan kombinasi antibiotik ini untuk mendapatkan gambaran efek dari dua
antibiotik yang dikombinasikan secara in vitro. Antibiotik yang digunakan yaitu
tetrasiklin dan kloramfenikol karena kombinasi antibiotika tetrasiklin dan
kloramfenikol yang masing- masing termasuk golongan bakteriostatik maka
dihasilkan efek aditif (tidak saling mempengaruhi) sama-sama menghambat
pertumbuhan bakeri. Alasan menggunakan antibiotik tetrasiklin yaitu tetrasiklin
termasuk antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan
menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis
protein bakteri pada ribosomnya. Sedangkan alasan menggunakan antibiotic
kloramfenikol yaitu kloramfenikol bersifat bakteriostatik yang bekerja dengan jalan
menghambat sintesis protein pada bakteri yang dihambat adalah enzim peptidil
transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan
peptida pada proses sintesis protein bakteri. Pada konsentrasi tinggi
kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.

Metode yang digunakan yaitu metode cakram kertas dan pita kertas. Tujuan
digunakan metode cakram kertas untuk mengukur diameter zona hambat yang
terbentuk pada permukaan agar dari berbagai konsentrasi antimikroba yang diuji
kemudian kombinasi yang terpilih dihitung indeks FKI (Fraksi Kumulatif Inhibisi)
secara kuantitatif. Metode ini memiliki kelebihan yaitu sederhana untuk dilakukan
dan dapat digunakan untuk melihat sensitivitas berbagai jenis mikroba terhadap
antimikroba pada konsentrasi tertentu. Kekurangan dari metode ini adalah senyawa
antimikroba yang akan diuji harus bersifat hidrofilik agar dapat berdifusi dengan
baik. Sedangkan metode pita kertas bertujuan untuk berdifusi dari pita ke medium
padat sehingga akan menghambat pertumbuhan mikroba berupa daerah benih yang
luasnya tergantung konsentrasi antimikroba, potensi, dan kepadatan mikroba.

Media yang digunakan pada praktikum kombinasi antibiotik yaitu media


NA dan NB. Hal ini disebabkan Nutrient Agar (NA) salah satu media yang
sering digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri.
Sedangkan media NB Nutrient Broth termasuk median umum
yang digunakan untuk menumbuhkan biakan secara general dan diformulasikan
dengan sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
bakteri.

Pada kombinasi antibiotik dengan metode cakram kertas, hasil pengamatan


dijabarkan sebagai berikut :

A. Kombinasi antibiotik 1/2 KHM Kloramfenikol (250 ppm) + 1/2 KHM


Tetrasiklin (500ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 1. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek aditif yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI = 1 memberikan efek aditif (aktivitas kombinasi antibiotika =
jumlah kedua masing-masing antibiotika).
B. Kombinasi antibiotik 1/2 KHM Kloramfenikol (250 ppm) + 1/4 KHM
Tetrasiklin (250 ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 0,75. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek sinergis yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI < 1 memberikan efek sinergis (aktivitas kombinasi antibiotika
lebih besar dari jumlah kedua masing-masing antibiotika).
C. Kombinasi antibiotik 1/2 KHM Kloramfenikol (250 ppm) + 1/8 KHM
Tetrasiklin (125 ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 0,675. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek sinergis yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI < 1 memberikan efek sinergis (aktivitas kombinasi antibiotika
lebih besar dari jumlah kedua masing-masing antibiotika).
D. Kombinasi antibiotik 1/4 KHM Kloramfenikol (125 ppm) + 1/2 KHM
Tetrasiklin (250 ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 0,5. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek sinergis yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI < 1 memberikan efek sinergis (aktivitas kombinasi antibiotika
lebih besar dari jumlah kedua masing-masing antibiotika).
E. Kombinasi antibiotik 1/4 KHM Kloramfenikol (125 ppm) + 1/4 KHM
Tetrasiklin (250 ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 0,5. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek sinergis yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI < 1 memberikan efek sinergis (aktivitas kombinasi antibiotika
lebih besar dari jumlah kedua masing-masing antibiotika).
F. Kombinasi antibiotik 1/4 KHM Kloramfenikol (125 ppm) + 1/8 KHM
Tetrasiklin (125 ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 0,375. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek sinergis yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI < 1 memberikan efek sinergis (aktivitas kombinasi antibiotika
lebih besar dari jumlah kedua masing-masing antibiotika).
G. Kombinasi antibiotik 1/8 KHM Kloramfenikol (62.5 ppm)+ 1/2 KHM
Tetrasiklin (500ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 0,675. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek sinergis yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI < 1 memberikan efek sinergis (aktivitas kombinasi antibiotika
lebih besar dari jumlah kedua masing-masing antibiotika).
H. Kombinasi antibiotik 1/8 KHM Kloramfenikol (62.5 ppm)+ 1/4 KHM
Tetrasiklin (250 ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 0,375. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek sinergis yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI < 1 memberikan efek sinergis (aktivitas kombinasi antibiotika
lebih besar dari jumlah kedua masing-masing antibiotika).
I. Kombinasi antibiotik 1/8 KHM Kloramfenikol (62.5 ppm)+ 1/8 KHM
Tetrasiklin (125 ppm) menghasilkan nilai FKI sebesar 0,250. Hal ini berarti
kombinasi tersebut memberikan efek sinergis yang mana kombinasi antibiotik
dengan nilai FKI < 1 memberikan efek sinergis (aktivitas kombinasi antibiotika
lebih besar dari jumlah kedua masing-masing antibiotika).

Pada pengujian kombinasi antibiotik dengan metode pita kertas,


pengamatan dilakukan dengan mengamati zona bening yang terbentuk antara dua
buah pita kombinasi antibiotik yang berdifusi ke media agar, sehingga membentuk
zona bening/daerah hambatan akan menghambat pertumbuhan pertumbuhan
mikroba. Hasil yang diperoleh pada gambar A dapat diketahui bahwa kombinasi
antibiotik tersebut memberikan efek antagonis karena daerah hambatan yang
terbentuk lebih kecil (pada ujung pita kertas) dari jumlah kombinasi antibiotik.
Pada gambar B, kombinasi antibiotika tersebut mengasilkan efek sinergis, yang
mana zona bening/daerah hambatan yang terbentuk lebih luas dan menyatu, yang
mungkin terbentuk karena adanya kombinasi antibiotika yang bersifat bakerisid.
Sedangkan pada gambar C, dapat diketahui bahwa kombinasi antibiotika tersebut
menghasilkan efek aditif, hal ini dikarenakan zona bening/daerah hambatan yang
terbentuk tidak menyatu namun tersebar merata pada tiap sisi pita kertas. Efek
aditif mungkin terbentuk karena adanya kombinasi antibiotika yang bersifat
bakeriostatik.
8. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini yaitu kombinasi antibiotik dimana antibiotik yang di
gunakan yaitu tetrasiklin dan kloramfenikol karena kombinasi antibiotika tetrasiklin
dan kloramfenikol yang masing- masing termasuk golongan bakteriostatik maka
dihasilkan efek aditif (tidak saling mempengaruhi) sama-sama menghambat
pertumbuhan bakeri. Dimana metode yang digunakan yaitu metode cakram kertas
dan pita kertas Tujuan digunakan metode cakram kertas untuk mengukur diameter
zona hambat yang terbentuk pada permukaan agar dari berbagai konsentrasi
antimikroba yang diuji kemudian kombinasi yang terpilih dihitung indeks FKI
(Fraksi Kumulatif Inhibisi) secara kuantitatif. Dimana dilakukan 9 kombinasi
antibiotik dengan didapatkan nilai FKI yang berbeda beda, dimana nilai FKI
digunakan dalam menentukan sifat kerja dari antibiotik apakah aditif
(FKI=1),sinergis (FKI <1, ataupun antagonis (FKI >1). Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kombinasi antibiotik tetrasiklin dan kloramfenikol menunjukan
hasil :

Pada kombinasi A = Efek aditif

Pada kombinasi B = Efek Sinergis

Pada kombinasi C = Efek Sinergis

Pada kombinasi D = Efek Sinergis

Pada kombinasi E = Efek Sinergis

Pada kombinasi F = Efek Sinergis

Pada kombinasi G = Efek Sinergis

Pada kombinasi H = Efek Sinergis

Pada kombinasi I = Efek Sinergis

Dimana pada pengujian kombinasi antibiotik dengan menggunakan metode pita


kertas parameter yang dilihat adalah zona bening yang berada disekitar kertas
dimana dengan menggunakan pita kertas ini juga dapat dilihat hasilnya apakah
kombinasi antibiotik menghasilkan sifat aditi, sinergis, ataupun antagonis dengan
melihat daerah zona bening yang ditimbulkan
9. Pustaka
A. Anies, Moh. 2005. Farmasetika Cetakan III. Yogyakarta:Gajah Mada
University Press.
B. Friambodo, Bambang. dkk. 2017. dalam jurnal "Efek kombinasi Amoksisilin
dan Kloramfenicol terhadap pertumbuhan bakteri Salmonela thypi". Malang :
Faculty of Medicine, Universitas Islam Malang

C. Hoan Tjay, Tan. 2002. Obat-Obat Penting Edisi Kelima. Jakarta:Gramedia

D. Mulyani, Y., Artauli, I. V., & Turnip, K. (2020, June). Antibacterial Activity
from Ethanol Extracts and Fractions of Family Asteraceae Leaf Against
Bacillus cereus and Vibrio cholera. In 2nd Bakti Tunas Husada-Health
Science International Conference (BTH-HSIC 2019) (pp. 303-307). Atlantis
Press.
E. Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Bandung:Penerbit ITB.
F. Sukmawati, I. K., Susilawati, E., & Putri, S. D. (2019). Antibacterial activity
of extracts and fractions of wood ear mushroom (Auricularia auricula).
Pharmaciana, 9(1), 157-166.
G. Gandjar, Indrawati, Wellyzar Sjamsuridzal dan Ariyanti Oetari, 2006.
Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta. Ganiswara,
1995.
H. Farmakologi dan Terapan. Edisi IV. Bagian Farmakologi. Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
I. Jawetz, E., et al. 1995. Mikrobiologi untuk Profesi kesehatan, Edisi 16. Alih
bahasa oleh Dr. H. Tonang. Jakarta: EG
J. Jawetz, Melnick, dan Adelberg‟ s. 2004. Mikrobiologi Kedokteran, Ed 23, Hal
233-235. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

K. Kavanagh, F. 1972. Analytical Microbiology. Vol II. New york and London:
AcademicPress. Hal 190-1
.

Anda mungkin juga menyukai