Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS FARMASI SEDIAAN SOLID


“KESERAGAMAN KANDUNGAN TABLET VITAMIN C“

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
3 FA 3
FITRI RAHMADONA 191FF03113 (HASIL PENGAMATAN )
IKSAN NASYRULLOH 191FF03115 ( COVER,KESIMPULAN DAN EDITING )
SONIA BELLA C 191FF03125 ( PEMBAHASAN DAN DAFTAR PUSTAKA)
INTAN SRI RAHAYU 191FF03126 ( PEMBAHASAN DAN DAFTAR PUSTAKA)
FARAH ANGGI Z 191FF03136 ( TUJUAN,PRINSIP DAN DASAR TEORI )
LILING DWI A 191FF03138 (HASIL PENGAMATAN )
YAYAN KUSDIAN S 191FF03140 ( TUGAS PENDAHULUAN )
ASYFA NUR BAITY 191FF03146 (HASIL PENGAMATAN )
HILMA MAULANI 191FF03150 ( TUGAS PENDAHULUAN )
SACHRUL ZAHRAN A 191FF03152 ( ALAT BAHAN DAN BAGAN PROSEDUR)

S1 FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
MODUL 3

KESERAGAMAN KANDUNGAN TABLET VITAMIN C

I. TUJUAN
a. Kompetensi yang Dicapai :
Mahasiswa mampu melakukan keseragaman kandungan (kadar) vitamin C dalam
tablet menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet.
b. Tujuan Praktikum :
Mengetahui keseragaman kandungan (kadar) tablet vitamin C dan
menginterpertasikan hasilnya sesuai dengan Farmakope Indonesia.
II. PRINSIP
Prinsip dasar spektroskopi UV Vis adalah terjadinya transisi elektronik yang
disebabkan penyerapan sinar UV-Vis yang mampu mengeksitasi elektron ke orbital
kosong atau ke tingkat energi orbital yang lebih tinggi. Spektroskopi UV Vis dalam
penggunaannya sangat berkaitan erat dengan hukum Lambert-Beer.
III. DASAR TEORI
a. Vitamin C (dan tablet vitamin C)
Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang sangat penting bagi tubuh manusia,
vitamin ini sebagian besar terkandung dalam buah - buahan dan sayuran yang segar,
karena itu sering disebut "fresh food vitamin". Vitamin C atau asam askorbat mula-
mula dikenal sebagai asam heksuronat dengan rumus kimia C6H806 karena
berkhasiat antiskorbut maka dinamakan asam askorbat atau vitamin C, berbentuk
kristal putih, stabil dalam keadaan kering, sangat larut dalam air dan mudah
teroksidasi (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Vitamin C atau asam askorbat, merupakan vitamin yang dapat ditemukan dalam
berbagai buah-buahan dan sayuran. Vitamin C dapat disintesis dari glukosa atau
diekstrak dari sumber-sumber alam tertentu seperti jus jeruk. Vitamin pertama kali
diisolasi dari air jeruk nipis oleh Gyorgy Szent tahun 1928. Vitamin C bertindak
ampuh mengurangi oksigen, nitrogen, dan sulfur yang bersifat radikal. Vitamin C
bekerja sinergis dengan tokoferol yang tidak dapat mengikat radikal lipofilik dalam
area lipid membrane dan protein. Pengobatan dengan vitamin C dapat memulihkan
kadar zat besi dalam tubuh. Ada beberapa metode yang dikembangkan untuk
penentuan kadar vitamin C diantaranya adalah metode spektrofotometri.
Vitamin C atau asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air. Fungsi
dasar vitamin C adalah meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit
dan sebagai antioksidan yang menetralkan racun dan radikal bebas di dalam darah
maupun cairan sel tubuh. Selain itu, vitamin C juga berfungsi menjaga kesehatan
paru-paru karena dapat menetralkan radikal bebas yang masuk melalui saluran
pernafasan. Vitamin C juga meningkatkan fungsi sel-sel darah putih yang dapat
melawan infeksi dan dapat meningkatkan penyerapan zat besi sehingga dapat
mencegah anemia (Dadang, 2010)

b. Spektrofotometri UV
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh
suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet
(UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri
menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup
besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak
dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat
berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan
bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum
Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
 Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
 Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang
sama
 Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap
yang lain dalam larutan tersebut
 Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
 Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :

A = e.b.c

dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau
unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat
diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna
komplementernya. Namun apabila larutan berwarna dilewati radiasi atau cahaya
putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif
sedangkan radiasi yang tidak diserap akan diteruskan.

c. Analisis Vitamin C
Berbagai macam analisis dilakukan untuk mengetahui kadar vitamin C. Penelitian
dengan menggunakan metode spektrofotometri dilakukan pada tahun 1966 sampai
dengan tahun 1967 (Helrich, 1990). Spektrofotometri ultra violet adalah bagian dari
teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190- 380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai
instrumen spektrofotometer.Spektrofotometer UV adalah alat yang digunakan untuk
mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang
sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi
diantara blanko dengan cuplikan ataupun pembanding. Penggunaan spektrofotometri
UV melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga penggunaan spektrofotometri UV lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. (Dachriyanus, 2004).
Cara menentukan kadar vitamin C adalah dengan menimbang 2 g sampel vitamin
C yang telah dihaluskan. Larutkan sampel tersebut dalam 50 mL aquadest kemudian
menanda batas larutan dalam labu takar 250mL. Setelah itu larutan diencerkan hingga
200 kali, kemudian absorbansi diukur pada panjang gelombang maksimum (David,
2015).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Neraca analitik
 kaca arloji
 spatel
 labu ukur 10 dan 50 mL
 sonikator
 kuvet kuarsa
 spektrofotometri UV
Bahan :
 Vitamin C baku
 tablet Vitamin C (IPI)
 metanol P

V. PROSEDUR KERJA

a. Gambar struktur vitamin C

Gambarkan struktur vitamin Tunjukkan gugus kromofor


C dan auksokromnya

b. Pembuatan larutan baku vitamin C 10 µg/ml

Sebanyak 50 mg vitamin C baku Larutkan dengan sedikit metanol


ditimbang, kemudian dengan bantuan sonikasi,
dimasukkan kedalam labu ukur kemudian genapkan hingga 50
50 mL mL

Larutan tersebut diambil


sebanyak 100 µL dan masukkan
Larutan disimpan terhindar dari
ke dalam labu ukur 10 mL.
cahaya matahari
Tambahkan metanol hingga
tanda batas
VI. DATA PENGAMATAN

NO TAHAPAN DATA PENGAMATAN


A. Pembuatan larutan baku C larutan induk =
= 1 mg/mL
W vit C baku = 50 mg
= 1.000 µg/mL
V labu = 50 mL
Pengenceran larutan induk:
Pengenceran:
(VxC) lar baku = (VxC) lar induk
- Volume yang diambil
10.000 µg x C = 100 µg x 1.000 µg/mL
dari larutan induk = 100
μL C=
- Diencerkan dengan C = 10 µg/mL
metanol
C larutan baku (µg/mL) adalah: 10 µg/mL
Di dalam labu ukur 10 mL
B. Penimbangan bobot tablet
Tab No W tab (mg)
1 100.0
2 101.0
3 100.5
4 100.7
5 101.0
6 101.2
7 100.8
8 100.2
9 100.5
10 100.5
Rata-rata 100.64
RSD (%) 0.37475918
C. Uji keseragaman kandungan Kandungan dalam vitamin C tablet = 50 mg/tab

D. Perhitungan massa vitamin C per


tablet No A C sampel W vit.C
tab sampel (μg/mL) (mg)
Rumus: 1 0.425 9.65909091 9.659091
1). C sampel = 2 0.431 9.79545455 9.795455
3 0.426 9.68181818 9.681818
4 0.428 9.72727273 9.727273
2). W vit.C 5 0.43 9.77272727 9.772727
6 0.425 9.65909091 9.659091
7 0.43 9.77272727 9.772727
8 0.428 9.72727273 9.727273
9 0.426 9.68181818 9.681818
- Vol. Labu ukur = 10
10 0.425 9.65909091 9.659091
- Fp = 100
- Serapan larutan baku =
0,440
- Konsentrasi baku = 10
μg/mL
- Serapan larutan sampel =
terlampir
E. Perhitungan kadar (%)

Rumus: No Kadar vit.


W vit.C
ta C / tab MS/TMS
Kadar (%) (mg)
b (%)
100% 19.318181
1 9.659091 TMS
8
W Vit C etiket = 50 mg/tab 19.590909
2 9.795455 TMS
1
Rentang kadar vit C dalam tablet : 19.363636
Tablet Asam Askorbat mengandung 3 9.681818 TMS
4
asam askorbat dalam bentuk asam
19.454545
askorbat, C6H8O6, natrium askorbat, 4 9.727273 TMS
5
C6H7NaO6, kalsium askorbat
dihidrat C12H14CaO12.2H2O, atau 19.545454
5 9.772727 TMS
campurannya, setara dengan asam 5
H askorbat, C6H8O6, tidak kurang dari 19.318181
6 9.659091 TMS
A 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% 8
S dari jumlah yang tertera pada etiket. 19.545454
7 9.772727 TMS
I (FI IV hal. 177) 5
L 19.454545
8 9.727273 TMS
Keterangan : 5
G - ms: memenuhi syarat 19.363636
u 9 9.681818 TMS
- tms: tidak memenuhi 4
g syarat 19.318181
10 9.659091 TMS
u 8
s 19.427272
Rata rata
7
0.1054092
RSD (%)
6
HASIL
Gugus Vitamin C dan gugus kromofor / ausokrom (lingkari dan beri ketrangan)

Gugus Kromofor

Gugus Ausokrom

NILAI KEBERTERIMAAN
| ̅|

- Np = | |
Np = 79,3257095
- L1 maksimal 15
Np L1
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil NP menunjukan tidak memenuhi syarat

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan uji keseragaman kandungan dengan metode
spektrofotometri ultraviolet. Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah
pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu.
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar
tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Pengujian menggunakan metode
spektrofotometri UV karena vitamin C memiliki gugus kromofor dan ausokrom.
kromofor

ausokrom

Bahan yang digunakan dalam pengujian keseragaman kandungan kali ini berupa
tablet vitamin C. Vitamin C merupakan salah satu zat yang berperan penting bagi tubuh
manusia, khususnya sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.
(Rosmainar., et al. 2018). Sementara tablet merupakan sediaan padat, dibuat secara
kempa-cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Untuk memastikan mutu tablet
serta kemampuan tablet dalam memberikan efek terapeutik, maka salah satu uji yang
perlu dilakukan adalah uji keseragaman kandungan. Uji keseragaman kandungan
biasanya dilakukan jika tablet mengandung kurang dari 50mg dan atau kurang dari 50%
dari berat satuan sediaan dengan tujuan mengurangi kemungkinan terjadi kesalahan kadar
yang besar pada saat tablet diproduksi. (Arista., et al, 2018).

Pengujian dilakukan dengan menetapkan kadar yang terkandung dalam masing-


masing 10 tablet vitamin C yang kemudian diperoleh hasil tidak memenuhi syarat pada
kesepuluh tablet. Menurut Farmakope Indonesia edisi ke VI, Tablet Asam Askorbat
mengandung asam askorbat dalam bentuk asam askorbat, C6H8O6, natrium askorbat,
C6H7NaO6, kalsium askorbat dihidrat C12H14CaO12.2H2O, atau campurannya, setara
dengan asam askorbat, C6H8O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket. Sehingga diperoleh hasil rata - rata 19,4272727.

Seteleh dilakukan penetapan kadar, langkah selanjutnya adalah mencari nilai


keberterimaan dari kesepuluh tablet dengan menggunakan rumus | ̅|
dikarenakan nilai rata-rata dari kesepuluh tablet lebih kecil dari 98,5%. Hasil yang
diperoleh Np = 79,3257095 dan L1 = 15, sehingga dapat dinyatakan bahwa Np > L1 (Np
tidak memenuhi syarat).
VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum keseragaman kandungan tablet vitamin c dari data yang
didapatkan dapat diambil kesimpulan bahwa dalam vitamin C terdapat gugus kromofor
dan ausokrom. Kemudian, kadar yang terkandung dalam masing-masing 10 tablet
vitamin C yang diperoleh hasil tidak memenuhi syarat pada kesepuluh tablet dimana
diperoleh hasil rata - rata 19,4272727 menurut Farmakope Indonesia edisi ke VI, tablet
asam askorbat mengandung asam askorbat tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Seteleh dilakukan penetapan kadar, hasil
nilai keberterimaan yang diperoleh sebesar 79,3257095 sedangkan menurut Farmakope
Indonesia bahwa suatu sediaan memenuhi syarat jika nilai keberterimaan dari sediaan
lebih kecil atau sama dari dari nilai L1yaitu 15

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2. Andarwulan, N. dan S. Koswara. (1992). Kimia Vitamin. Penerbit IPB. Bogor.
3. Arista, RB, Saputra, SA, & Zummah, A. (2018). Keseragaman Kandungan Tablet
Ambroxol Hcl Generik Dan Bermerek Dagang Menggunakan Metode
Spektrofotometri Ultraviolet. Dalam Prosiding Sintesis (Seminar Nasional Sains,
Teknologi Dan Analisis) .
4. Dachriyanus., 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri, hal
1-37, Andalas University Press, Padang.
5. Dadang. 2010. Supervisi Profesional. Bandung: Alfabet
6. David R. Caprette, 2015, Principles of Spectrophotometry, diakses di
http://www.ruf.rice.edu/~bioslabs/methods /protein/spectrophotometer.htm pada 30
oktober 2021
7. Day,R.A, Underwood, Harius Wibi, Lemeda Simarmata. 2002. Analisis Kimia
Kuantitatif. Erlangga. Jakarta
8. Depkes RI. 2020. Farmakope Indonesia. Edisi VI. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Hal. 177
9. Helrich. (1990). Official Methods of Analysis Edition 15. AOAC International.
10. Tambunan, L. R., Ningsih, W., Ayu, N. P., & Nanda, H. (2018). Penentuan Kadar
Vitamin C Beberapa Jenis Cabai (Capsicum sp.) dengan Spektrofotometri Uv-
Vis. Jurnal Kimia Riset, 3(1), 1-5.
TUGAS PENDAHULUAN
Modul 3
Uji Keseragaman Kandungan Tablet Vitamin C
1. Gambarkan struktur Vitamin C dan jelaskan terkait gugus kromofor dan auksokrom pada
struktur tersebut!
2. Hitung rentang konsentrasi larutan baku vitamin C yang memenuhi kaidah hukum
Lambert- Beer dengan menggunakan absorptivitas jenis (E1%)!
3. Berapakah konsentrasi vitamin C yang harus dibuat jika kesalahan fotometrik terkecil
adalah larutan yang mempunyai serapan (Absorbansi) sebesar 0,434?
4. Mengapa keseragaman kandungan perlu dilakukan di suatu industri yang memproduksi
suatu obat?

JAWABAN :

1.

Gugus Kromofor

Gugus Auksokrom

2. Perhitungan konsentrasi larutan baku vitamin C hukum Lambert- Beer dengan


menggunakan absorptivitas tekecil 0,2 dan terbesar 0,8
Rumus lamber beer
A = a. b. c
Dik :
A1 = 0,2
A2 = 0,8
a = 469
b=1
Dit = c?
Jawaban :

C1 = = = 0,000426 g/100 ml

= 426 µg/100ml
= 4,26 µg/ml

C2 = = = 0,001705 g/100 ml

= 1705 µg/100ml
= 17,05 µg/ml

3. Rumus lamber beer


A = a. b. c
Dik :
A = 0,434
a = 469
b=1
Dit = c?
C= = 0,000925 g/100 mL

= 925 µg/100 mL
= 9,25 µg/ mL
= 9,25 ppm
4. keseragaman kandungan perlu dilakukan di suatu industri yang memproduksi suatu obat
karena Keseragaman bobot merupakan parameter yang penting karena dapat
mencerminkan kadar (dosis) obat dan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan terapi
yaitundilihat dari ketepatan dosis obat. tablet/kapsul/tablet salut yang dipasarkan memiliki
kriteria obat yang bermutu, yaitu : aman, efektif, stabil dan acceptable (dapat di terima
oleh pasien).
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui keragaman sediaaan dan
memastikan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah obat atau bahan aktif dengan
takaran yang tepat dan merata.Ada tiga faktor yang menimbulkan masalah keseragaman
bobot tablet, yaitu :
a). Tidak seragamnya distribusi obat pada saat pencampuran bahan atau granulasi
b). Pemisahan dari campuran bahan atau granulasi selama proses pembuatan
c). Penyimpangan berat tablet (Lachman dkk., 1994)

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V yaitu dengan nilai CV kurang dari 5%.
Keseragaman bobot yang berbeda disebabkan oleh faktor-faktor pelaksanaan maupun
faktor peralatan (aliran/distribusi granul yang kurang baik dan sistem pencampuran yang
kurang baik) dan setiap produk diproduksi menggunakan standart CPOB dengan
menghasilkan keragaman bobot yang memenuhi syarat

Daftar Pustaka

1. Depkes RI. 2013. Farmakope Indonesia. Edisi VI. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Hal. 177
2. Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,. Edisi
Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai