Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pembusukan yang terjadi di alam mengakibatkan makanan dan
minuman tidak dapat bertahan lama. Makanan dan minuman mengalami proses
oksidasi yang dapat melepaskan molekul O2 molekul inilah yang mengakibatkan
makanan dan minuman tidak dapat mempertahankan kestabilannya. Maka
ditemukanlah zat asam yang khusus yang dapat mempertahankan suatu kestabilan
produk makanan dan minuman.
Kebutuhan akan bahan baku asam membuat banyaknya industri untuk
membuat larutan. Asam sitrat merupakan salah satu bahan tambahan yang
digunakan untuk pembuatan produk yang ada pada PT. ASIMAS. Asam sitrat
sendiri merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah
tumbuhan pada genus Citrus (jeruk-jerukan). Hal ini yang menyebabkan suatu
bahan makanan, minuman dan obat-obatan lebih bertahan hingga mencapai batas
tertentu.
Untuk membuat suatu produk yang berkualitas perlu adanya bahan-bahan
yang menunjang suatu produk itu menjadi tahan lama seperti asam sitrat. Bahan
tersebut harus terstandar dengan ketentuan yang berlaku dengan dilakukannya uji-
uji, seperti uji titrasi asam basa, HPLC, spektofotometri. Maka untuk hal itu perlu
adanya perlakuan pada asam sitrat agar kadar asam sitrat sesuai dengan standar
yang ada di USP.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa kadar asam sitrat monohidrat yang ada di laboratorium PT. Agaricus
Sido Makmur Sentosa ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasar latar belakang di atas tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui Kadar Asam Sitrat Monohidrat yang ada di laboratorium PT.
Agaricus Sido Makmur Sentosa.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Menambah wawasan dalam melakukan penelitian cara penetapan kadar asam
sitrat monohidrat yang memenuhi syarat.
2. Menambah pengetahuan tentang tatacara dan prosedurnya dengan
menggunakan metode titrasi asam basa.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah dari penelitian ini yaitu hanya untuk mengetahui kadar asam sitrat
monohidrat yang ada di laboratorium PT. Agaricus Sido Makmur Sentosa.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Pengertian Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada
daun dan buah pada tumbuhan genus citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini
merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan
sebagai penambah rasa masam pada makanan dan minuman ringan.
Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam
siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam
metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat
pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun
ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot
kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk
purut).
Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7. Struktur asam ini tercermin
pada nama IUPAC-nya, asam 2 - hidroksi - 1, 2, 3- propanatrikarboksilat.
2.1.2 Sifat Fisika dan Kimia
Asam sitrat memiliki bobot rumus 192,32 u, memiliki titik lebur 426
o
K (153 °C) dan PKa1 3,15. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga
gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika
hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik
digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan.
Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam
sitrat. Seain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan,
sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air.
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna
putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air),
atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap
molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air
panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam
sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat dapat diubah menjadi bentuk
anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C. secara kimia asam sitrat
bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C,
asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.
2.1.3 Pengertian Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu
cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran, dan
dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Proses titrasi asam
basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis
sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan gambar yang diperoleh

2
tersebut disebut kurva pH atau kurva titrasi yang didalamnya terdapat
kurva ekivalen yaitu titik dimana dihentikan (ika, 2009).
Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus
dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang
disebut larutan indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji
sebelum penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini
menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna.
Perubahan ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik kesetaraan. Titrasi
asam basa pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentu
saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin ke titik kesetaraan.
Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu (atau
mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek
penting dari analisis titrasi asam basa. Umumnya larutan uji adalah
larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam
klorida (sujono, 2003).
Sifat suatu larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator
asam-basa, yaitu zat-zat warna yang warnanya berbeda dalam larutan
asam, basa dan garam. Untuk mengidentifikasi sifat dari asam, basa dan
garam dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau
indikator alami. Secara sederhana, kertas lakmus dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sifat dari larutan asam, basa dan garam (larutan netral).
Alat ini yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah larutan
asam, basa atau netral adalah larutan indikator fenolftalein, metil merah
dan metil jingga (Azizah, 2004).
2.1.4 Normalitas
Normalitas merupakan besaran yang menyatakan jumlah mol
ekivalensi zat terlarut dalam satu liter larutan dengan satuan N.
N= m× 1000 ×a
Mr mL Larutan
N = ek
V
N = Normalitas Larutan (N)
ek = Ekuivalen Zat Terlarut
V = Volume Larutan (mL)
m = Massa Zat Terlarut (gram)
Mr = Molekul Relatif
2.1.5 Molaritas
Molaritas merupakan besaran yang menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam tiap 1 liter larutan dengan satuan mol/liter.
M = mol zat terlarut = n

3
Liter larutan V
Jika volume larutan dinyatakan dalam mL maka rumus molaritas
dapat dinyatakan sebagai berikut:
M = n × 1000
V
Keterangan :
M = Molaritas (mol/L)
n = Jumlah Mol (mol)
V = Volume Larutan (L)
2.1.6 Molalitas
Molaritas merupakan besaran yang menyatakan jumlah mol zat
terlarut dalam 1000 gram pelarut.
m = g × 1000
Mr P
Keterangan :
m = Molalitas (molal)
g = Massa Zat Terlarut (gram)
P = Massa Zat Pelarut (gram)
Mr = Molekul Relatif

4
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan mulai dari hari senin 13 Juli 2018 hingga hari jum`at 17 Juli
2018 yang bertempat di laboratorium Fisika Kimia PT. Agaricus Sido Makmur
Sentosa – Lawang, Malang.

3.2 Alur Penelitian

Mulai Hitung dengan Rumus

Study Literatur :
Data Hasil Hasil Titrasi
1. Pedoman
2. Jurnal
3. USP

Persiapan Bahan dan


Pembuatan Reagent
Alat

3.3 Alat dan Bahan


3.7.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
1. Labu Erlenmeyer 1 L 1 Buah
2. Labu Erlenmeyer 250 mL 1 Buah
3. Labu Erlenmeyer 100 mL 6 Buah
4. Spatula 1 Buah
5. Buret 1 Buah
6. Statif dan Klem 1 Buah
7. Batang Pengaduk 1 Buah
8. Beaker Glass 25 1 Buah
9. Timbangan Analitik 1 Buah
10. Labu Ukur 50 mL 1 Buah

5
3.7.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
1. Aquadest Bebas CO2
2. Etanol P
3. Indikator PP LP
4. NaOH 1 N LV
5. NaOH p.a
3.4 Prosedur Kerja
3.8.1 Pembuatan Larutan Pereaksi
A. Pembuatan NaOH 1 N 250 mL LV
1. Timbang 10 gram NaOH p.a dengan seksama
2. Masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
3. Ditambahkan Aquadest bebas CO2 sebanyak 250 mL sedikit demi
sedikit dan dikocok hingga homogen
4. Tutup dengan aluminium foil
5. Berikan identitas pda larutan tersebut
B. Pembuatan Indikator PP TS 10 mL
1. Timbang beaker glass dan dinolkan pada timbangannya
2. Timbang 0,1 g Phenolphthalein dengan seksama
3. Ambil etanol sebanyak 10 mL dengan gelas ukur
4. Tambahkan sedikit etanol kedalam beaker glass yang sudah ada
Phenolphthalein
5. Masukkan kedalam labu ukur dan tambahkan etanol hingga tanda batas
6. Tutup dengan penutupnya
7. Kocok hingga homogen
8. Berikan identitas pada larutan tersebut
C. Pembuatan Aquadest Bebas CO2 750 mL
1. Ambil aquadest 750 mL
2. Letakkan di labu erlenmeyer 1 L
3. Didihkan selama ± 5 menit di atas penangas air yang dihitung mulai
saat mendidih
4. Tutup labu erlenmeyer dengan kassa yang sudah diisi dengan kapas
5. Biarkan aquadest bebas CO2 hingga mencapai suhu kamar
D. Pembuatan Kalium Biftalat
1. Setting oven hingga 120 oC
2. Letakkan termometer dan pastikan suhu sudah mencapai 120 oC
3. Timbang kalium biftalat 20 gram di gelas beaker
4. Letakkan ke dalam nampan yang digunakan untuk oven
5. Keringkan kalium biftalat di oven yang sudah mencapai 120 oC selama
2 jam

6
6. Letakkan 5 gram kalium biftalat dengan aquadest bebas CO2 sebanyak
75 mL di labu erlenmeyer
7. Tetesi dengan indikator PP TS sebanyak 4 tetes
8. Titrasi dengan NaOH 1 N
9. Hentikan titrasi jika larutan sudah berwarna merah muda tetap /
permanent
10. Lakukan replikasi point ke -6 sampai ke -9 sebanyak 3 kali
11. Hitung dengan rumus :
N= g KHC8H4O4
0,20423 g x mL Larutan NaOH
Keterangan :
 N : Normalitas (N)
 0,20423 g : Setiap mL NaOH 1 N sama dengan 204,23 mg
 KHC8H4O4 : Berat Kalium Biftalat (gram)
 Larutan NaOH : Banyaknya Titran (mL)
3.8.2 Penetapan Kadar Asam Sitrat Monohidrat
1. Timbang 0,5 gram Asam Sitrat Monohidrat di labu erlenmeyer 100
mL
2. Tambahkan 50 mL Aquadest Bebas CO2
3. Tambahkan 1 mL indikator PP TS
4. Titrasi dengan larutan NaOH 1 N LV hingga berwarna meraah muda
permanent
5. Tetapkan kadar asam sitrat monohidrat dengan rumus :
6. Kadar = N NaOH × Volume Titran × 64,03 mg × 210,14 × 100%
Bobot Sampel × 192,12
Keterangan :
 N NaOH : Hasil Pembakuan pada kalium biftalat
(KHC8H4O4) (N)
 Volume Titran : Volume titran saat titrasi dengan Asam Sitrat
monohidrat (mL)
 64,03 mg : 64,03 mg asam sitrat sama dengan setiap mL dari
1 N sodium hidroksida (mg)
 210,14 : Berat Molekul Asam Sitrat Monohidrat
(C6H8O7.H2O)
 192,12 : Berat Molekul Asam Sitrat (C6H8O7)

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


4.1.1 Pembakuan NaOH
NO Kalium Biftalat (gram) Volume NaOH N.NaOH (mL)
(mL)
1. 5,002 gram 24,80 mL 0,987 mL

2. 5,002 gram 24,75 mL 0,989 mL

3. 5,000 gram 25,30 mL 0,996 mL

4.1.2 Data Perhitungan Pembakuan NaOH


1. N = 5,002 g = 0,987 mL
0,20423 g × 24,80 mL
2. N = 5,002 g = 0,989 mL
0,20423 g × 24,75 mL
3. N = 5,000 g = 0,996 mL
0,20423 g × 25,30 mL
4.1.3 Asam Sitrat Monohidrat
NO Asam Sitrat Monohidrat (gram) Volume NaOH Kadar Asam Sitrat
(mL) Monohidrat (%)
1. 0,552 gram 8,20 mL 102,9 %
2. 0,553 gram 8,00 mL 100,3 %
3. 0,553 gram 8,00 mL 100,3 %
4.1.4 Data Perhitungan Kadar Asam Sitrat Monohidrat
1. 0,99 N × 8,20 mL × 64,03 mg × 210,14 × 100 % = 102,9 %
552,00 mg × 192,12
2. 0,99 N × 8,00 mL × 64,03 mg × 210,14 × 100 % = 100,3 %
553,00 mg × 192,12
3. 0,99 N × 8,00 mL × 64,03 mg × 210,14 × 100 % = 100,3 %
553,00 mg × 192,12
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilaksanakan pada tgl 18 juli 2018 yang bertempat di PT.
Agaricus Sido Makmur Sentosa yang mana menyangkut beberapa hal dalam
perlakuannya yang akan dipaparkan sebagai berikut :
4.2.1 Pembuatan Kalium Biftalat

8
Pembuatan kalium biftalat digunakan sebagai baku primer pada saat
pembakuan larutan NaOH. Langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan
setting oven hingga 120 oC, kemudian diletakkan termometer untuk
memastikan suhu didalam oven sudah sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah itu menimbang kalium biftalat sebanyak 20 gram. Sebelumnya
dihancurkan dan dihaluskan terlebih dahulu agar sedian mudah untuk
dikeringkan dan dilarutkan. Kemudian keringkan kalium biftalat di oven
yang sudah mencapai 120 oC selama 2 jam.
Setelah dilakukan pengeringan menggunakan oven, langkah selanjutnya
larutkan 5 gram kalium biftalat dengan aquadest bebas CO2 sebanyak 75 mL
dan letakkan di labu erlenmeyer. Tetesi dengan indikator PP TS sebanyak 4
tetes. Titrasi dengan NaOH 1 N. Hentikan titrasi jika larutan sudah
menunjukkan warna merah muda tetap. Langkah terakhir dilakukan replikasi
sebanyak 3 kali. Didapatkan hasil pada penimbangan pertama 5,002 gram
dengan volume NaOH sebanyak 24,80 mL. Pada penimbangan kedua 5,002
gram dengan volume NaOH sebanyak 24,75 mL. Pada penimbangan ketiga
5,000 gram dengan volume NaOH sebesar 25,30 mL.
4.2.2 Pembuatan Aquadest Bebas CO2
Pembuatan aquadest bebas CO2 ini digunakan untuk melarutkan reagen
NaOH, kalium biftalat, dan asam sitrat monohidrat. Langkah awal yang
dilakukan yakni mengambil aquadest 750 mL dan meletakkan di labu
erlenmeyer. Tutup dengan kapas yang sudah dibalut dengan kasa hingga
tertutup rapat. Kemudian didihkan hingga kurang lebih 5 menit dan dihitung
mulai saat mendidih. Setelah dipanaskan, didiamkan atau didinginkan hingga
mencapai suhu ruang yakni sekitar 25 oC.
4.2.3 Pembuatan NaOH 1 N 250 mL LV
NaOH 1 N digunakan sebagai titran. Titran digunakan untuk menganalisis
suatu bahan secara kimiawi, dari hal itu dapat ditentukan kadar suatu larutan
atau sedian yang dideteksi. Langkah awal dalam pembuatan larutan NaOH 1
N timbang labu erlenmeyer dan dinolkan pada timbangannya, kemudian
masukkan 10 gram NaOH pekat atau murni. Lalu dilarutkan dalam 250 mL
aquadest bebas CO2.
4.2.4 Pembuatan Indikator PP TS 10 mL
Indikator PP TS ini berguna untuk melihat titik akhir titrasinya yang
biasanya ditandai dengan perubahan warna. Langkah pembuatannya yakni
dengan meletakkan labu ukur 10 mL ditimbangan dan dinolkan pada
timbangannya, kemudian ditimbang Phenolphthalein 0,1 gram dan langkah
terakhir dilarutkan dengan etanol p.a sebanyak 10 mL.
4.2.5 Penetapan Kadar Asam Sitrat Monohidrat
Penetapan kadar asam sitrat monohidrat ini dilakukan untuk mengetahui
kadar asam sitrat monohidrat yang sebenarnya yang ada di laboratorium.
Langkah awal penetapan kadar ditimbang 0,55 gram asam sitrat monohidrat
dengan timbangan analitik dalam labu erlenmeyer, kemudian dilarutkan
kedalam 50 mL aquadest bebas CO2. Kemudian ditambahkan 0,5 mL
indikator PP TS. Dititrasi dengan 1 N sodium hidroxida VS. Dilakukan

9
replikasi 3 kali. Dan hasil yang diperoleh yakni pada labu pertama dengan
berat asam sitrat monohidrat 0,552 gram dengan volume titran 8,20 mL, labu
kedua 0,553 gram dengan volume titran 8,00 mL, dan pada labu ketiga 0,553
gram dengan volume titrasi 8,00 mL. Kadar asam sitrat monohidrat yang
pertama sebesar 102,9 % untuk kadar asam sitrat monohidrat yang kedua dan
yang ketiga yaitu sebesar 100,3 %. Berdasarkan menyatakan bahwa kadar
yang masih dianggap baik dan tidak adanya pengotor yakni sekitar 99,5 % -
100,5 %, jadi untuk replikasi pertama masih belum baik karena tidak sesuai
dengan spesifikasi, dimungkinkan karena masih dalam tahap percobaan dan
dalam tahap pembelajaran, sedangkan pada replikasi kedua dan ketiga
dinyatakan baik karena masih dalam rentang yakni 100,3 %.

10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil trial penetapan kadar Asam Sitrat Monohidrat yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menentukan kadar asam sitrat
monohidrat perlu beberapa reagen diantaranya yakni NaOH 1 N, Indikator PP TS,
larutan baku standar yakni kalium biftalat dan aquades bebas CO2 kadar asam sitrat
monohidrat yang ada di laboratorium dinyatakan masih murni dan belum adanya
pengotor yang tidak diinginkan karena masih dalam rentang yakni 100,3 % dari
hasil replikasi kedua dan ketiga.
5.2 Saran
Dalam penitrasian harus berhati-hati karena ini penentu dari titik akhir titrasi
yang digunakan untuk mengetahui kadar yang sesuai dengan literatur dari suatu
sediaan atau simplisia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, Aulia. 2004. Sensitifitas Salmonella thypimurium Terhadap Ekstrak


Daun Psidium guajava L. Journal bioscientiae. Volume 1. No 1. Hal : 31-38
Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C Dengan Metode
Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrino. Vol. 1. No. 2.
Sujono, A. 2003. Uji Sifat Fisis Supositoria Kloramfenikol Dengan Basis
Campuran PEG 6000 dan PEG 400 serta Uji Potensi Antibakteri Pada Salmonella
thypy Dengan Metode Dilusi. UGM. Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai