Anda di halaman 1dari 3

Proses titrasi pada percobaan ini yaitu dengan meneteskan natrium bikarbonat pada larutan CuSO4.

Larutan yang terbentuk berwarna abu-abu dan terdapat endapan ketika jumlah Na2CO3 yang ditambahkan sebanyak 3 tetes. Penambahan Na2CO3 dimaksudkan untuk menghasilkan CO2 yang berfungsi untuk mengusir udara agar reaksi berjalan sempurna. Perlakuan selanjutnya campuran ditambahkan dengan asam klorida dan kristal KI dihasilkan larutan keruh berwarna kuning kecoklatan dan terdapat endapan berwarna kecoklatan. Penambahan KI dimaksudkan agar KI mampu untuk mereduksi tembaga (II) menjadi tembaga (I) sedangkan I- teroksidasi menjadi I2 dalam larutan dengan suasana asam sehingga terbentuk iodida. Reaksi yang terjadi yaitu: 4KI + 2CuSO4 2CuI + I2 + 2K2SO4 Atau jika dituliskan secara setengah reaksi: 4I- + 2Cu2+ 2Cu+ + I2 Larutan yang didapat selanjutnya disaring hingga diperoleh larutan bening berwarna kuning (tidak terdapat endapan). Selanjutnya dilakukan titrasi dengan natrium tiosulfat sampai larutan sampel mengalami perubahan warna menjadi kuning jerami. Saat penambahan natrium tiosulfat, reaksi yang terjadi adalah: 2Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2NaI Atau jika ditulis dengan setengah reaksi: 2S2O32- + I2 S4O62- + 2ISetelah larutan berwarna kuning jerami, indikator kanji ditambahkan pada sampel yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Warna biru gelap ini terbentuk karena adanya kompleks amilum dengan I2. Indikator amilum ditambahkan saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus I2 dan tidak terjadi hidrolisis amilum oleh asam kuat. Jika I2 terbungkus oleh amilum, maka I2 akan sulit bereaksi dengan ion tiosulfat sehingga jumlah titran yang terpakai menjadi berlebih dan titik akhir titrasi terlewat (titrat berubah warna setelah jauh melampaui titik akhir titrasi sehingga data yang didapat tidak akurat). Sementara, jika amilum ditambahkan di awal titrasi, amilum akan terhidrolisis sehingga tidak bisa digunakan sebagai indikator untuk menentukan titik akhir titrasi. Larutan yang telah ditambahi indikator kemudian dititrasi lagi dengan Na2S2O3 sehingga larutan berubah warna menjadi putih susu. Terbentuknya warna putih tersebut menandakan bahwa seluruh I2 telah tereduksi menjadi I- sehingga amilum terlepas dari bentuk kompleks amilumI2.

Dari percobaan diperoleh hasil titrasi adalah sebagai berikut:


Titrasi keI II III Volume total Rata-rata Volume Titrat 10 mL 10 mL 10 mL 30 mL 10 mL Volume Titran 3,62 mL 3,59 mL 3,59 mL 10,80 mL 3,60 mL

Perhitungan kadar CuSO4 dilakukan dengan menghitung I2 yang terpakai

Diketahui : N Na2S2O3 = 0,0018 N Ar Cu2+ = 63,4 g/ mol V sampel = 10 mL = 10-2 L Massa sampel = 3,12 gram n S2O32= N Na2S2O3 . V Na2S2O3 = 0,0018 N . 10-2 L = 1,8 x10-5 mol n S2O32n Cu2+ m Cu2+ = n Cu2+ = 1,8 x10-5 mol = n . Ar = 1,8 x10-5 mol x 63,4 g/ mol = 1,14 x 10-3 g % hasil =

= = 0.0365 % Kadar Cu2+ dalam 3,12 gram sampel dapat dihitung sebagai berikut: Kadar Cu2+ = 1,14 x 10-3 gram / 3,12 gram sampel = 3,365 x 10-4 gram Cu2+/gram sampel 1 ppm Cu2+ = 1 gram IO3- dalam 106 gram garam beriodium, oleh karena itu kadar ppm Cu2+ dalam sampel adalah :

ppm IO3- = 3,365 x 10-4 x 106 = 33,65 ppm

Anda mungkin juga menyukai