Anda di halaman 1dari 9

Laporan Vit C

Disusun Oleh Dewi Meita Sari


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Menentukan kadar vitamin C dalam sampel Vitacimin dan IPI CPL dengan metode titrasi
Iodimetri.
1.2 Prinsip Percobaan
Kadar vitamin C yang ditetapkan secara iodimetri menggunakan larutan iod sebagai pentiter.
Vitamin C dalam Contoh bersifat reduktor kuat akan dioksidasikan oleh I2 dalam suasana
asam dan I2 tereduksi menjadi ion iodide. Indikator yang digunakan adalah kanji dengan titik
akhir biru.

1.3 Teori Percobaan


Vitamin C mempunyai rumus C6H8C6 dalam bentuk murni merupakan kristal putih,tak
berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu 190-192 C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat
dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling utama vitamin C adalah kemampuan mereduksi
yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama.
Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, mempunyai sifat asam
dan sifat pereduksi yang kuat. Sifat tersebut terutama disebabkan adanya struktur radial yang
berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lekton. Bentuk vitamin C yang ada di alam
terutama adalah L-asam askorbat, D-asam askorbat jarang terdapat dialam dan hanya dimiliki
10% aktivitas vitamin C.
Vitamin C merupakan nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting untuk kehidupan
serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk
utamanya yaitu asam askorbat. Asam askorbat mempunyai struktur yang mirip monosakarida,
tetapi struktur ini mempunyai beberapa gambaran yang tidak lazim. Senyawa ini adalah
lakton tak jenuh beranggotakan lima dengan dua gugus hidroksilvpada ikatan ganda duanya.
Struktur enadiol seperti ini jarang ditemukan.
Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor
atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan
baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.

(Bassett, 1994).
Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direaksikan secara
sempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalah
indikator kanji.
Dalam menggunakan metode iodometri kita menggunakan indikator kanji dimana warna dari
sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi
dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat
pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih
umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodinkanji bertindak sebagai
suatu tes yang amat sensitif untuk iodine.
(Underwood, 1986).
Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis
dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena
banyak agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin,
Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya.
(Bassett, 1994).
Iodimetri dan Iodometri adalah metode penentuan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah
jumlah I2, yang bereaksi dengan cuplikan atau terbentuk oleh cuplikan kalau direaksikan
dengan ion I-. Jadi dasar reaksi yang digunakan pada Iodimetri dan iodometri adalah
I2+ 2e 2I
Pada Iodimetri, dasar penentuan jumlah/kadar ion atau unsure tertentu dalam cuplikan adalah
jumlah I2 yang dapat direduksinya. Jadi pada iodimetri, larutan bakunya adalah larutan
I2 Kesetimbangan reaksi tersebut diatas dapat berjalan baik ke kanan maupun ke kiri. Pada
reaksi 1 I2 bekerja/ bertindak sebagai oksidator, sedangkan pada reaksi 2 I2 bertindak sebagai
reduktor.
(Underwood, 1986).
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 ALAT

Buret

Pipet volum 10 mL

Erlenmeyer 100 mL

Klem dan statif

Mortar

Spatula

Gelas ukur 25 mL

Beaker 100 mL

Pipet tetes

Neraca analitik

Corong pendek

2.2 BAHAN

I2 0.01 N

Sampel (Vitacimin dan IPI CPL)

Aquades

Indikator Amylum 1%
BAB III
PROSEDUR

3.1 Penentuan Kadar Vitamin C


Sampel dihaluskan dengan mortar
ditimbang
+ 0.5 gram sampel ke dalam beaker glass
Sedikit aquades
dilarutkan
dimasukkan

Labu ukur 50 mL
diencerkan
dengan aquades hingga tanda batas
Hingga homogen
dikocok
disaring
Erlenmeyer
filtrat
dipipet 10 mL
ditambah
20 tetes indikator Amilum 1%.
Larutan bening
menghasilkan
Larutan Biru
dititrasi dengan I2
Titrasi dilakukan secara duplo
Volum dicatat
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Penentuan kadar Vitamin C (Vitacimin)

Volume I2 (mL)
Kelompok
Blanko

Vitacimin

0.05

2.78

0.05

2.80

0.08

2.89

0.10

2.93

Volume rata-rata

0.07

2.85

Faktor pengenceran = =

BE = 88

% Vitamin C =

Kandungan vitamin C pertablet =

=5

=
=

4.2 Penentuan kadar Vitamin C (IPI CPL)

Volume I2 (mL)
Kelompok
Blanko

Vitacimin

0.05

2.10

0.05

2.00

0.05

1.84

0.05

2.15

Volume rata-rata

0.05

2.02

% Vitamin C =

=
= 0.01

Kandungan vitamin C pertablet =

=
BAB V
PEMBAHASAN

Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar vitamin C dari sampel Vitacimin
dan IPI CPL. Metode yang digunakan adalah Titrasi Iodimetri yaitu titrasi pengoksidasian
vitamin C oleh larutan Iodin (I2).
Potensial reduksi normalnya dapat ditunjukkan dengan sistem reversible sebagai berikut:
I2 (aq) + 2e

2I-

Adalah 0.5345 volt. Indikator

yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan
bereaksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik :
I2 + amilum

I2-amil (kompleks)

Kompleks iod-amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air sehingga kalau
pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan terletak jauh di sebelah kanan, kompleks iodamilum yang terbentuk banyak, akan terjadi endapan. Akibatnya kalau pada titrasi I2 hilang
karena tereduksi, kesetimbangannya tidak segera kembali bergeser ke arah kiri, warna
kompleks iod-amilum agak sukar hilang.
Adapun Dari hasil percobaan titrasi iodometri terdapat kesalahan. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu:
a) Oksidasi dari Iodida dalam keadaan asam oleh O2 dari udara
4 I + O2 + 4 H+ I2 + 2H2O
Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah,
maka akan lebih cepat. Sinar matahari pun dapat mempercepat reaksi itu, oleh karena itu ionion Iodida yang diasamkan/tidak diasamkan harus segera dititrasi.
b) Kecepatan menguap dari Iodium
Agar penguapan larut Iodium tidak begitu besar, maka larutan itu seharus dibubuhi KI hingga
berlebih (Konsentrasi I- minimal 4 %), dimana Iodida yang ditambahkan itu mengikat
molekul-molekul Iodium menjadi ion triiodida Karena reaksi ini bolak balik maka suatu
larutan tri iodida pada reaksi-reaksi kimia bereaksi sebagai Iodium murni. Tetapi pada
prakteknya tidak ditambahkan KI dan pada saat titarsi Erlenmeyer tidak di tutup
kemungkinan iodium menguap yang dapat mempengaruhi titik akhir titrasi menjadi terlalu
mencolok, yang seharunya berwarna biru. Oleh karena itu titrasi ini sebaiknya menggunakan
Labu Erlenmeyer bertutup.
Selain itu, I2 merupakan zat yang mudah terurai oleh cahaya. Untuk itu dalam
penyimpanannya harus menggunakan botol coklat dan juga pada saat titrasi harus
menggunakan Buret Coklat.
Hasil yang didapat pada percobaan kali ini adalah 0.0245% untuk sampel Vitacimin
sedangkan untuk IPI CPL kadar yang didapat adalah 0.0173%. Persen hasil yang didapat
memang sangat jauh dari kadar yang seharusnya hampir mendekati 100%. Hal ini dapat
terjadi karena kesalahan-kesalahan seperti :
1. Pelarutan sampel
Sampel yang digerus dan dilarutkan tidak melarutkan semua vitamin C yang terkandung
dalam sampel. Melihat struktur vitamin C atau asam askorbat yang mencair pada suhu 190192o C sangat dimungkinkan banyak vitamin C yang tidak larut dengan pelarut yang
digunakan pada saat praktek (aquades dingin). Hal ini menyebabkan sangat kecilnya
kandungan vitamin C pada filtrate yang dipipet dan dititrasi.

BAB VI
KESIMPULAN

Dari percobaan diatas didapat kadar vitamin C pada sampel Vitacimin adalah
sebesar 2.45%. Sedangkan pada sampel IP CPL diperoleh kadar vitamin C sebesar 1.73%.
Jawaban Pertanyaan

1. Seperti yang telah dijelaskan diatas sumber kesalahan pada analisis titrasi IodoIodimetri adalah sbb:
2. Berkurang atau hilangnya sebagian I2 karena sifat volatilitasnya.
Volatilitas I2 dapat diperkecil dalam larutan iodida berlebihan, karena terjadinya iontriiodida
(I3-); sehingga pada temperatur kamar hilangnya I2 karena sifat volatilitasnya darisuatu
larutan yang paling sedikit mengandung 4% Kalium iodida dapat diabaikan. Demikianjuga
titrasi harus di lakukan terhadap larutan yang dingin dan dalam tempat yang tertutup.
1. Oksidasi dari Iodida dalam keadaan asam oleh O2 dari udara
4 I + O 2 + 4 H+

I2 + 2H2O

Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah,
maka akan lebih cepat. Sinar matahari pun dapat mempercepat reaksi itu, oleh karena itu ionion Iodida yang diasamkan/tidak diasamkan harus segera dititrasi.

BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. Dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Skogg. 1965. Analytical Chemistry. Edisi keenam. Florida : Sounders College


Publishing

Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta

NB: Please use it properly, take out with full credit

Anda mungkin juga menyukai