(Bassett, 1994).
Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direaksikan secara
sempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalah
indikator kanji.
Dalam menggunakan metode iodometri kita menggunakan indikator kanji dimana warna dari
sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi
dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat
pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih
umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodinkanji bertindak sebagai
suatu tes yang amat sensitif untuk iodine.
(Underwood, 1986).
Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis
dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena
banyak agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin,
Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya.
(Bassett, 1994).
Iodimetri dan Iodometri adalah metode penentuan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah
jumlah I2, yang bereaksi dengan cuplikan atau terbentuk oleh cuplikan kalau direaksikan
dengan ion I-. Jadi dasar reaksi yang digunakan pada Iodimetri dan iodometri adalah
I2+ 2e 2I
Pada Iodimetri, dasar penentuan jumlah/kadar ion atau unsure tertentu dalam cuplikan adalah
jumlah I2 yang dapat direduksinya. Jadi pada iodimetri, larutan bakunya adalah larutan
I2 Kesetimbangan reaksi tersebut diatas dapat berjalan baik ke kanan maupun ke kiri. Pada
reaksi 1 I2 bekerja/ bertindak sebagai oksidator, sedangkan pada reaksi 2 I2 bertindak sebagai
reduktor.
(Underwood, 1986).
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 ALAT
Buret
Pipet volum 10 mL
Erlenmeyer 100 mL
Mortar
Spatula
Gelas ukur 25 mL
Beaker 100 mL
Pipet tetes
Neraca analitik
Corong pendek
2.2 BAHAN
I2 0.01 N
Aquades
Indikator Amylum 1%
BAB III
PROSEDUR
Labu ukur 50 mL
diencerkan
dengan aquades hingga tanda batas
Hingga homogen
dikocok
disaring
Erlenmeyer
filtrat
dipipet 10 mL
ditambah
20 tetes indikator Amilum 1%.
Larutan bening
menghasilkan
Larutan Biru
dititrasi dengan I2
Titrasi dilakukan secara duplo
Volum dicatat
BAB IV
Volume I2 (mL)
Kelompok
Blanko
Vitacimin
0.05
2.78
0.05
2.80
0.08
2.89
0.10
2.93
Volume rata-rata
0.07
2.85
Faktor pengenceran = =
BE = 88
% Vitamin C =
=5
=
=
Volume I2 (mL)
Kelompok
Blanko
Vitacimin
0.05
2.10
0.05
2.00
0.05
1.84
0.05
2.15
Volume rata-rata
0.05
2.02
% Vitamin C =
=
= 0.01
=
BAB V
PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kadar vitamin C dari sampel Vitacimin
dan IPI CPL. Metode yang digunakan adalah Titrasi Iodimetri yaitu titrasi pengoksidasian
vitamin C oleh larutan Iodin (I2).
Potensial reduksi normalnya dapat ditunjukkan dengan sistem reversible sebagai berikut:
I2 (aq) + 2e
2I-
yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan
bereaksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik :
I2 + amilum
I2-amil (kompleks)
Kompleks iod-amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air sehingga kalau
pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan terletak jauh di sebelah kanan, kompleks iodamilum yang terbentuk banyak, akan terjadi endapan. Akibatnya kalau pada titrasi I2 hilang
karena tereduksi, kesetimbangannya tidak segera kembali bergeser ke arah kiri, warna
kompleks iod-amilum agak sukar hilang.
Adapun Dari hasil percobaan titrasi iodometri terdapat kesalahan. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu:
a) Oksidasi dari Iodida dalam keadaan asam oleh O2 dari udara
4 I + O2 + 4 H+ I2 + 2H2O
Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah,
maka akan lebih cepat. Sinar matahari pun dapat mempercepat reaksi itu, oleh karena itu ionion Iodida yang diasamkan/tidak diasamkan harus segera dititrasi.
b) Kecepatan menguap dari Iodium
Agar penguapan larut Iodium tidak begitu besar, maka larutan itu seharus dibubuhi KI hingga
berlebih (Konsentrasi I- minimal 4 %), dimana Iodida yang ditambahkan itu mengikat
molekul-molekul Iodium menjadi ion triiodida Karena reaksi ini bolak balik maka suatu
larutan tri iodida pada reaksi-reaksi kimia bereaksi sebagai Iodium murni. Tetapi pada
prakteknya tidak ditambahkan KI dan pada saat titarsi Erlenmeyer tidak di tutup
kemungkinan iodium menguap yang dapat mempengaruhi titik akhir titrasi menjadi terlalu
mencolok, yang seharunya berwarna biru. Oleh karena itu titrasi ini sebaiknya menggunakan
Labu Erlenmeyer bertutup.
Selain itu, I2 merupakan zat yang mudah terurai oleh cahaya. Untuk itu dalam
penyimpanannya harus menggunakan botol coklat dan juga pada saat titrasi harus
menggunakan Buret Coklat.
Hasil yang didapat pada percobaan kali ini adalah 0.0245% untuk sampel Vitacimin
sedangkan untuk IPI CPL kadar yang didapat adalah 0.0173%. Persen hasil yang didapat
memang sangat jauh dari kadar yang seharusnya hampir mendekati 100%. Hal ini dapat
terjadi karena kesalahan-kesalahan seperti :
1. Pelarutan sampel
Sampel yang digerus dan dilarutkan tidak melarutkan semua vitamin C yang terkandung
dalam sampel. Melihat struktur vitamin C atau asam askorbat yang mencair pada suhu 190192o C sangat dimungkinkan banyak vitamin C yang tidak larut dengan pelarut yang
digunakan pada saat praktek (aquades dingin). Hal ini menyebabkan sangat kecilnya
kandungan vitamin C pada filtrate yang dipipet dan dititrasi.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari percobaan diatas didapat kadar vitamin C pada sampel Vitacimin adalah
sebesar 2.45%. Sedangkan pada sampel IP CPL diperoleh kadar vitamin C sebesar 1.73%.
Jawaban Pertanyaan
1. Seperti yang telah dijelaskan diatas sumber kesalahan pada analisis titrasi IodoIodimetri adalah sbb:
2. Berkurang atau hilangnya sebagian I2 karena sifat volatilitasnya.
Volatilitas I2 dapat diperkecil dalam larutan iodida berlebihan, karena terjadinya iontriiodida
(I3-); sehingga pada temperatur kamar hilangnya I2 karena sifat volatilitasnya darisuatu
larutan yang paling sedikit mengandung 4% Kalium iodida dapat diabaikan. Demikianjuga
titrasi harus di lakukan terhadap larutan yang dingin dan dalam tempat yang tertutup.
1. Oksidasi dari Iodida dalam keadaan asam oleh O2 dari udara
4 I + O 2 + 4 H+
I2 + 2H2O
Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah,
maka akan lebih cepat. Sinar matahari pun dapat mempercepat reaksi itu, oleh karena itu ionion Iodida yang diasamkan/tidak diasamkan harus segera dititrasi.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta