Disusun oleh :
Kelompok 11/F4B
PRODI S1 FARMASI
TASIKMALAYA
2016
0
I. Tanggal Praktikum : 5 September 2016
II. Tujuan Percobaan :
- Menentukan kadar abu total dari sampel serbuk biscuit kelapa
1
tinggal setekah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan
berbeda beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat
pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan dianggap selesai
apabila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya berwarna putih abu abu
dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap
bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu krus yang berisi abu diambil
dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan kedalam desikator
(Anonim,2010)
Abu yang tidak larut asam adalah garam garam klorida yang tidak
larut asam yang sebagian adalah garam garam logam berat silika. Kadar abu
tidak larut asam yang tinggi menunjukan adanya kontaminasi residu mineral
atau logam yang tidak dapat larut asam pada suatu produk. (Basmal et al.
2003)
Lemak total 5g
Protein 2g
Karbohidrat total 13g
2
Gula 6g
Nattrium 90 mg
Vitamin B1 10%
Vitamin B2 6%
Vitamin B6 6%
Vitamin B12 10 %
Vitamin E 8%
Kalsium 8%
Enerdi total 130 kkl
Energy dan lemak 45 kkl
VII. Prosedur
Pengonstanan krus
3
Lalu timbang sampai didapatkan berat yang konstan
4
Sampel II : 2,0019 gram
Berat cawan krus setelah di tanur (cawan + sampel yang telah jadi
abu)
IX. Perhitungan
( bobot krus +abu ) bobot cawan krus kosong
% Kadar abu total I = x 100
berat sampel
15,2776 g15,04735 g
= x 100
2,0155 g
= 11,423%
( bobot krus +abu ) bobot cawan krus kosong
% Kadar abu total II = x 100
berat sampel
17,87 93 g17,62073 g
= x 100
2,0019 g
= 12,916%
X. Pembahasan
5
dibutuhkan dalam jumlah kecil, serta berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur. Pengujian kadar abu dilakukan untuk mengetahui kualitas gizi (indikator
mutu pangan).
Metode yang digunakan dalam analisis kadar abu total ini adalah
menggunakan metode kering yaitu dengan menggunakan tanur. Prinsip yang
digunakan dalam analisis kadar abu total menggunakan tanur ini adalah proses
pengabuan dari zat-zat organik sampel biscuit kelapa tetapi bahan-bahan
anorganik tidak akan terdestruksi. Pengabuan cara kering yaitu dengan
mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500600C dan
kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran.
Mekanisme pengabuan cara tidak langsung yaitu cawan krus dioven
terlebih dahulu selama 30 menit kemudian diangkat dan didinginkan selama 30
menit dalam desikator, hal ini dilakukan agar berat cawan stabil. Cawan kosong
ditimbang, setelah itu bahan uji yaitu biscuit kelapa di haluskan terlebih dahulu
dengan digerus dengan mortar dan stemper, hal tersebut dilakukan agar tidak
menimbulkan komposisi yang berlebihan. Setelah sampel dihaluskan, timbang
terlebih dahulu sebanyak 2 gram kemudian sampel dimasukkan ke cawan yang
telah konstan dan diketahui beratnya. Cawan yang digunakan adalah cawan krus
porselin. Cawan krus porselin digunakan karena beratnya yang relatif konstan
setelah pemanasan berulang-ulang dan harganya yang murah.
Sampel yang telah halus ditimbang 2 gram, dimasukan ke dalam cawan.
Untuk kali ini analisis kadar abu total menggunakan bahan atau sampel adalah
biskuit kelapa. Cawan dan sampel dimasukan dalam tanur pengabuan 600 o C
selama 6 jam hingga berwarna abu-abu sampai hitam. Apabila sampel basah
langsung dimasukan ke tanur makan akan mneghasilkan gas CO 2, O2, NO2, SO2
yang dapat mengembangkan sampel sehingga mengakibatkan sampel keluar dari
cawan krus. Setelah 6 jam biarkan suhu tanur menurun menjadi 50oC selama 6
jam pula jadi total pemanasan kadar abu dengan tanur 12 jam. Tujuan
dilakukannya pemanasan secara bertahap adalah agar sampel biscuit kelapa dapat
terdestruksi secara merata. Suhu tanur harus turun terlebih dahulu sebelum
6
dimasukan desikator agar proses pendinginan lebih cepat dan desikator hanya
menurunkan suhu sampai sampel stabil dengan suhu ruang. Suhu yang tinggi
menyebabkan elemen abu yang volatil, seperti Na, S, Cl, K dan P menguap.
Pengabuan juga menyebabkan dekomposisi tertentu, seperti K2CO3 dan CaCO3.
Pengeringan dengan metode ini bertujuan mendapatkan berat konstan.
XI. Kesimpulan
Dari data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan Abu
adalah zat organik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Proses
untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan.
Berat abu total pada sampel biscuit kelapa gram dengan persen kadar
cawan 1 sebesar 11,423 % dan cawan 2 sebesar 12,916 %.
Apriyantono, Anton, dkk. 1989. Analisis Pangan. Bogor : PAU Pangan dan Gizi
IPB
7
8