Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KIMIA BAHAN MAKANAN


PENENTUAN KADAR ABU TOTAL
BISKUIT KELAPA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Praktikum Analisis Kimia Bahan Makanan

Disusun oleh :

Kelompok 11/F4B

Hendra Primanjaya 31113071

Muhamad Faris 31113080

Resa Restianti 311130

PRODI S1 FARMASI

STIKES BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2016

0
I. Tanggal Praktikum : 5 September 2016
II. Tujuan Percobaan :
- Menentukan kadar abu total dari sampel serbuk biscuit kelapa

- Mengetahui mutu/kualitas sampel serbuk biskut kelapa selama proses


produksia
`
III. Prinsip Percobaan :
Penentuan kadar abu total cara kering : Sampel dipijarkan pada
suhu bertahap hingga mencapai 600C yang akan menghasilkan abu yang
merupakan sisa hasil pembakaran suatu bahan organik di mana sisanya
merupakan zat anorganik dengan bobot yang konstan.

IV. Dasar Teori

Abu merupakan residu anorganik baik dari hasil pengapian maupun


hasil oksidasi lengkap dari bahan organik dari suatu pangan atau makanan.
Kadar abu dari suatu bahan menunjukan kadar mineral dari bahan tersebut.
(Food Analysis,107)

Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang


terkandung dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah
sulit sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas
garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya
bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal
organik dan terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa
dengan ion-ion negatif (Anonim, 2008:10).

Macam macam mineral yang terdapat dalam pangan yakni garam


organik terdiri dari : asam malat, oksalat asetat dan pektat. Garam anorganik
adalah garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat dan nitrat. ( Food Analysis, 108 )

Penentuan kadar abu adalah mengoksidasi senyawa organik pada suhu


yang tinggi, yaitu sekitar 500-600C dan melakukan penimbangan zat yang

1
tinggal setekah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan
berbeda beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat
pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan dianggap selesai
apabila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya berwarna putih abu abu
dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap
bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu krus yang berisi abu diambil
dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan kedalam desikator
(Anonim,2010)

Pengabuan cara langsung atau cara kering yaitu dengan mengoksidasi


semua zat organik pada suhu tinggi sekitar 500 - 600C tanpa terjadi nyala api
dan kemudian melakukan penimbbangan zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran tersebut sampai bobot konstan. (Sudarmaji,1996)

Abu yang tidak larut asam adalah garam garam klorida yang tidak
larut asam yang sebagian adalah garam garam logam berat silika. Kadar abu
tidak larut asam yang tinggi menunjukan adanya kontaminasi residu mineral
atau logam yang tidak dapat larut asam pada suatu produk. (Basmal et al.
2003)

V. Alat dan Bahan


A. Alat
a. Cawan Krus
b. Loyang
c. Oven
d. Tang krus
e. Desikator
f. Timbangan analitik
g. Tanur
B. Bahan
Sampel : biskuit kelapa

VI. Informasi nilai gizi

Lemak total 5g
Protein 2g
Karbohidrat total 13g

2
Gula 6g
Nattrium 90 mg
Vitamin B1 10%
Vitamin B2 6%
Vitamin B6 6%
Vitamin B12 10 %
Vitamin E 8%
Kalsium 8%
Enerdi total 130 kkl
Energy dan lemak 45 kkl

VII. Prosedur
Pengonstanan krus

Pengonstanan Krus kosong

Di oven pada suhu 105C selama 30 menit

Dinginkan dalam desikator


(untuk menghilangkan kadar air dan lemak
dengan menggunakan bantuan silika gel)

3
Lalu timbang sampai didapatkan berat yang konstan

Penetapan kadar abu total sampel

Timbang biscuit kelapa sebanyak 2 gram

Masukan ke dalam krus yang telah konstan

Masukan ke dalam tanur selama 6 jam


mulai dari suhu 400C, 500C dan 600C.
(Digunakan tanur untuk proses destruksi
sampel)

Timbang sampai didapatkan berat konstan

VIII. Hasil Pengamatan

Berat cawan krus setelah di oven

Cawan krus 1 Cawan krus 2


15,0473 gram 17,6434 gram
15, 0471 gram 17,6095 gram
15,04767 gram 17,6093 gram
Rata-rata 15,04735 gram 17,62073 gram

Berat sampel biscuit kelapa

Sampel 1 : 2,0155 gram

4
Sampel II : 2,0019 gram

Berat cawan krus setelah di tanur (cawan + sampel yang telah jadi
abu)

Cawan krus 1 Cawan krus 2


15,2772 gram 17,8794 gram
15,2780 gram 17,8788 gram
15, 2776 gram 17,8797 gram
Rata-rata 15,2776 gram 17,8793gram

IX. Perhitungan
( bobot krus +abu ) bobot cawan krus kosong
% Kadar abu total I = x 100
berat sampel
15,2776 g15,04735 g
= x 100
2,0155 g
= 11,423%
( bobot krus +abu ) bobot cawan krus kosong
% Kadar abu total II = x 100
berat sampel
17,87 93 g17,62073 g
= x 100
2,0019 g
= 12,916%
X. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, proses pengabuan dilakukan dengan


menggunakan tanur yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 600C
penggunaan tanur karena suhunya dapat diatur sesuai dengan suhu yang telah
ditentukan untuk proses pengabuan. Kadar abu dari bahan pangan menunjukan :
kadar mineral, kemurnian, dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Abu
berkaitan dengan mineral yang berfungsi sebagai komponen bahan pangan,

5
dibutuhkan dalam jumlah kecil, serta berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur. Pengujian kadar abu dilakukan untuk mengetahui kualitas gizi (indikator
mutu pangan).
Metode yang digunakan dalam analisis kadar abu total ini adalah
menggunakan metode kering yaitu dengan menggunakan tanur. Prinsip yang
digunakan dalam analisis kadar abu total menggunakan tanur ini adalah proses
pengabuan dari zat-zat organik sampel biscuit kelapa tetapi bahan-bahan
anorganik tidak akan terdestruksi. Pengabuan cara kering yaitu dengan
mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500600C dan
kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran.
Mekanisme pengabuan cara tidak langsung yaitu cawan krus dioven
terlebih dahulu selama 30 menit kemudian diangkat dan didinginkan selama 30
menit dalam desikator, hal ini dilakukan agar berat cawan stabil. Cawan kosong
ditimbang, setelah itu bahan uji yaitu biscuit kelapa di haluskan terlebih dahulu
dengan digerus dengan mortar dan stemper, hal tersebut dilakukan agar tidak
menimbulkan komposisi yang berlebihan. Setelah sampel dihaluskan, timbang
terlebih dahulu sebanyak 2 gram kemudian sampel dimasukkan ke cawan yang
telah konstan dan diketahui beratnya. Cawan yang digunakan adalah cawan krus
porselin. Cawan krus porselin digunakan karena beratnya yang relatif konstan
setelah pemanasan berulang-ulang dan harganya yang murah.
Sampel yang telah halus ditimbang 2 gram, dimasukan ke dalam cawan.
Untuk kali ini analisis kadar abu total menggunakan bahan atau sampel adalah
biskuit kelapa. Cawan dan sampel dimasukan dalam tanur pengabuan 600 o C
selama 6 jam hingga berwarna abu-abu sampai hitam. Apabila sampel basah
langsung dimasukan ke tanur makan akan mneghasilkan gas CO 2, O2, NO2, SO2
yang dapat mengembangkan sampel sehingga mengakibatkan sampel keluar dari
cawan krus. Setelah 6 jam biarkan suhu tanur menurun menjadi 50oC selama 6
jam pula jadi total pemanasan kadar abu dengan tanur 12 jam. Tujuan
dilakukannya pemanasan secara bertahap adalah agar sampel biscuit kelapa dapat
terdestruksi secara merata. Suhu tanur harus turun terlebih dahulu sebelum

6
dimasukan desikator agar proses pendinginan lebih cepat dan desikator hanya
menurunkan suhu sampai sampel stabil dengan suhu ruang. Suhu yang tinggi
menyebabkan elemen abu yang volatil, seperti Na, S, Cl, K dan P menguap.
Pengabuan juga menyebabkan dekomposisi tertentu, seperti K2CO3 dan CaCO3.
Pengeringan dengan metode ini bertujuan mendapatkan berat konstan.

XI. Kesimpulan
Dari data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan Abu
adalah zat organik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Proses
untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan.
Berat abu total pada sampel biscuit kelapa gram dengan persen kadar
cawan 1 sebesar 11,423 % dan cawan 2 sebesar 12,916 %.

XII. Daftar Pustaka


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Kementrian Kesahatan Republik
Indonesia.

Apriantono A, Fardian D. 1989. Analisa Pangan. Bogor: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB.

Sudarmadji S, Suhardi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.


Yogyakarta: Liberty.

Susanto, T. dan B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.


Surabaya: Bina Ilmu.

Apriyantono, Anton, dkk. 1989. Analisis Pangan. Bogor : PAU Pangan dan Gizi
IPB

7
8

Anda mungkin juga menyukai