KP C
MODUL V: ANALISIS MIKROBIOLOGI MINUMAN RINGAN
Nama Praktikan:
1. Natasya Naga P. 170219004
2. Michael Surya Dharma 170219021
3. Kevin Laksmono 170219022
Asisten Dosen:
1. Carissa Vilonia Christian 170118034
2. Maria Fabiola Vanessa 170218003
Dosen:
1. Dr.rer.nat. Theresia Desy Askitosari, S.Si., M.Biotech.
2. Ernest Suryadjaja, S.Si., M.App.Sc.
1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6
10 ml 1 ml 0,1 ml
sampel sampel sampel
Media berwarna kuning dan ada gas dalam tabung durham, coliform positif (+)
Media berwarna merah dan tidak ada gas dalam tabung durham, coliform negatif (-)
Dihomogenkan
V. DATA
Hasil Uji Mesofil dari sari buah kemasan dan non-kemasan
10-1 1 spreader
10-2 1 spreader
10-3 9
10-4 1 Spreader
10-5 1 spreader
10-6 0
Hasil Uji Bakteri Staphylococcus aureus dari sari buah kemasan dan non-kemasan
10-1 1 spreader
10-2 1 spreader
10-3 11
10-4 4
10-5 4
10-6 1
Gelembung pada
Uji Presumptive tabung durham
yang sangat banyak
dan media keruh
Media terlihat keruh
dan terbentuk
gelembung gas
Terbentuk
gelembung gas
yang banyak, media
mulai keruh
VI. PEMBAHASAN
Dalam melaksanakan praktikum, perlu adanya kerja secara aseptis. Dimulai dengan
membersihkan tempat kerja lab dengan penyemprotan alkohol 70% untuk membersihkan
bakteri yang menempel. Jarum ose dipanaskan hingga pijar baik sebelum dan sesudah
pengambilan kultur bakteri serta digunakan dalam pemisahan kultur campuran.
Pada percobaan yang dilakukan, kami diberi suatu sampel bakteri tertentu dan kami
harus menentukan spesies dari bakteri tersebut. Diawali dengan uji mesofil dengan
menggunakan media Plate Count Agar (PCA). Sampel dimasukkan pada NaCl 0,9 %
dimana NaCl ini berfungsi sebagai penjaga keseimbangan ion dari mikroba. Dilakukan
pengenceran berseri yang bertujuan untuk mengurangi kandungan mikroba dalam sampel
sehingga memudahkan dalam perhitungan koloni. Dilakukan penuangan ke media PCA
dengan metode spread plate. Media Plate Count Agar media yang digunakan untuk
menghitung bakteri yang berada dalam makanan, air, dan bahan lain. Media mengandung
asam amino, nitrogen, karbon, vitamin dan mineral untuk pertumbuhan mikroorganisme,
terutama bakteri aerob mesofil. Metode Spread Plate merupakan metode yang digunakan
dengan menuangkan kultur atau sampel ke dalam petri dish yang berisi agar dengan disebar
menggunakan spreader dan digunakan dalam menghitung jumlah koloni bakteri (ALT).
Pada pengujian selanjutnya yaitu uji adanya bakteri Staphylococcus aureus,
langkah kerja hampir sama dengan uji mesofil, namun media yang digunakan berupa media
Baird Parker Agar (BPA). Penggunaan media ini karena media yang selektif untuk
Staphylococcus aureus. Kandungan lithium klorida menghambat pertumbuhan bakteri lain
selain Staphylococcus dan Sodium piruvat merangsang pertumbuhan Staphylococcus.
Setelah dilakukan inkubasi, dilanjutkan dengan pengamatan. Hasil yang didapatkan
menunjukkan bahwa pada uji mesofil, terdapat mikroba yang tumbuh dalam agar,
sedangkan pada uji Staphylococcus aureus, tidak ditumbuhi mikroba. Pada petridish
pengujian mesofil dengan pengenceran 10-4 dan 10-5 mengalami kontaminasi sehingga hasil
yang didapat negatif menjadi positif, secara umum diakibatkan oleh kurang nya protokol
aseptis dalam bekerja. Pada minuman sari buah non-kemasan dengan pengenceran 10-1 dan
10-5 (baik uji mesofil dan uji SA) ditumbuhi oleh koloni mikroba yang memenuhi 25-50 %
petri dish. Hasil ALT yang didapatkan pada kedua uji (untuk sampel sari buah non-
kemasan) didapatkan 9 x 10-3 (uji mesofil) dan 1,1 x 10-4 (uji SA) dimana hasil tersebut
melebihi batas maksimum standar SNI yang sebesar 1 x 104 ditambah beberapa cawan yang
dikategorikan sebagai “spreader” (Rifta, 2016). Selanjutnya, uji kapang-khamir yang
menggunakan media Sabouraud Dextrose Agar dengan metode pour plate. Pour plate
merupakan teknik lain yang digunakan untuk mendapatkan koloni murni mikroorganisme
dengan menuangkan kultur atau sampel ke dalam cawan petri. Media SDA mengandung
glukosa, pepton dan agar yang digunakan untuk menumbuhkan jamur. Hasil praktikum
menunjukkan bahwa media ditumbuhi oleh khamir. Hal tersebut diketahui dengan adanya
corak berwarna putih-krem yang menandakan adanya khamir pada cawan petri.
Uji terakhir yaitu uji MPN (Most Probable Number) merupakan uji yang
mendeteksi sifat fermentatif Coliform dalam sampel. Uji MPN terdiri dari tiga uji yaitu uji
pendugaan (presumptive test), uji penguatan (confirmed test), dan uji kelengkapan
(completed test). Pada uji pendugaan (presumptive test) terlihat pada kontrol positif (sample
minuman non kemasan) muncul gelembung pada tabung durham dan media menjadi
berwarna keruh. Hal ini menandakan bahwa pengamatan pada tabung positif mengandung
mikroba berbahaya seperti coliform, salmonella dan lain-lain. Berbeda bila dibandingkan
dengan sari buah kemasan (kontrol negatif) yang terbukti jauh lebih terjamin kebersihan
dan kualitasnya. Penggunaan lactose broth (LB) pada uji ini bertujuan untuk mencari kuman
meragi laktosa dan membentuk gas pada suhu 37˚C (Lestari, L.A., dan Nurviana S. 2018).
Pada uji penguat (confirmed test) dapat terlihat adanya gelembung gas pada tabung durham.
Pada uji penegasan digunakan digunakan media Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLB). Tujuannya untuk menegaskan apakah peragian dalam bentuk gas pada uji awal
benar disebabkan oleh bakteri golongan Coliform. Enzymatic Digest of Gelatine adalah
sumber karbon dan nitrogen yang secara umum diperlukan untuk pertumbuhan mikroba.
Ox-bile dan brilliant green menghambat bakteri Gram positif dan banyak bakteri Gram
negatif selain coliform. Uji yang terakhir adalah uji kelengkapan (completed test). Uji ini
bertujuan untuk menentukan spesies golongan Coliform yang terdapat pada minuman non-
kemasan tersebut dengan menggunakan media Eosin Methylene Blue (EMB) agar. Hasil
yang diperoleh yaitu muncul warna hitam pada koloni mikroba yang menandakan bahwa
mikroba tersebut dapat memfermentasikan laktosa. Laktosa sendiri merupakan sumber
karbohidrat. Bakteri yang memfermentasi karbohidrat dapat menghasilkan gas. Hal tersebut
menyatakan bahwa jenis bakteri coliform yang terdeteksi pada minuman non-kemasan itu
adalah bakteri mesofil. Berdasarkan hasil hasil MPN yang telah dibuat, didapat indeks MPN
per 100 ml sebesar 2400 MPN/ml dimana hasil tersebut melebihi aturan SNI dimana batas
maksimumnya hanya 10 APM/100 ml (Paramita P, Yuliwati S, Martini. 2016).
Pada sampel minuman kemasan yang digunakan, mengandung air, sari buah jambu
(35.5%), sukrosa, perisa identik alami jambu, penstabil nabati, garam, pewarna alami
karmin CI 75470, Vitamin C, pengatur keasaman asam sitrat dan Vitamin A (mengandung
antioksidan alfa tokoferol). Gula dan garam digunakan sebagai pemberi rasa sekaligus
sebagai pengawet makanan dengan menurunkan aktivitas air dengan mengikat air bebas
sehingga mencegah pertumbuhan mikroba. Pengatur keasaman sendiri digunakan dalam
mengatur pH sari buah sehingga rasa dari sari buah tetap terjaga sekaligus mencegah
pertumbuhan mikroba pada pH tertentu. Penstabil nabati digunakan dalam hal homogenitas
minuman sari buah, sehingga sari buah tidak terpisah dari air (sistem dispersi). Air pada sari
buah kemasan digunakan dalam melarutkan sari buah yang telah dihancurkan supaya
mengurangi kekentalan yang berlebih. Jika dibandingkan dengan sari buah non-kemasan,
sari buah non-kemasan hanya mengandung sari buah, air, gula dan susu (opsional). Namun,
sari buah non-kemasan yang secara umum dijual di pinggir jalan tidak selalu menggunakan
air matang (air bersih) karena harga air yang tidak murah sekaligus mengurangi biaya total
produksi. Air mentah/air sumur mengandung berbagai macam bakteri (coliform, aerob
mesofil) yang membahayakan tubuh manusia. Bakteri coliform misalnya Escherichia coli
dapat menimbulkan gejala gastroenteritis yang menimbulkan diare disertai muntah.
VII. KESIMPULAN
Indikator yang digunakan untuk mengetahui keamanan suatu produk minuman
ringan yaitu tumbuhnya kapang-khamir serta koloni bakteri yang dapat dilihat pada
serangkaian uji maupun secara langsung pada produk minuman ringan. Selain itu, dapat
diketahui pula bahwa minuman sari buah non-kemasan masih mengandung bakteri yang
berbahaya bagi tubuh karena kuranganya tingkat kebersihan dan sanisitas selama
pengemasannya.