Anda di halaman 1dari 11

Percobaan VI

Kromatografi Lapis Tipis

I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari salah satu
metode pemisahan komponen-komponen dalam suatu bahan.
II. Dasar teori
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari
suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Adapun prinsip kerja dari kromatohrafi lapis tipis yaitu memisahkan
sampel berdasarkan perbaedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Tehnik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk platsilika
dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan,
larutan atau campuran larutan yang di gunakan dinamakan eluen. Semakin
besar kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin
terbawah oleh fasa gerak tersebut.(Anonim,A 2011).
Kromatografi terbentuk apabila terdapat satu fasa diam dam fasa
gerak. Fasa diam biasanya adalah padatan atau cairan mana kala dan fasa
gerak baisanya cairan atau gas. Setiap molekul yang berneda akan terjerap
kepada fasa pegun dengan kekuatan yang berbeda. Pada masa yang sama, dua
molekul yang berlainan juga mempunyai kelarutan yang berbeda dalam fase
bergerak.
Kromatografi digunakan umtuk memisahkan campuran dari
subtansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi
bekerja beerdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi
memilki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan)
dan fasa gerak (cairan atau gas). Fasa gerak mengalir melalui fasa diam dan
membawah komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-
komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen atas dasar adsorpsi atau partisi oleh fasa diam dibawah gerakan
pelarut pengembangan. Pada dasarnya KLT sangat mirip dengan kromatografi
kertas, terutama pada cara pelaksanaannya, perbedaan nyatanya terlihat pada
fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben
sebagai pengganti kertas.
Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silkia gel, alumina
dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung mengandung gugus
hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul polar air,(Anonim B, 2011).

III. Alat dan bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakn dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut:
a. Alat
1. Chamber
2. Gelas kimia
3. Pipa kapiler
4. Misrtar
5. Pensil
6. Gunting
7. Penyemprot
8. Tissue
b. Bahan
1. Eluen BAA(n- butanol = asam asetat = air) 4:1:5
2. Ekstrak (metanol – kembang merak)
3. Plat TLC
4. Larutan ninhidrin
5. Larutan asam amino (glisin dan sistem)
6. Uap

IV. Prosedur kerja


Adapun prosedur kerja yang dilkukan dalam percobaan ini yaitu
sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Menjenuhkan eluen dengan cara memasukkan eluen kedalam chamber,
kemudian didiamkan selama 30 menit.
3. Selanjutnya, Mempreparasi sampel dengan menotolkan sampel pada plat
sebanyak 4 kali.
4. Memasukkan plat kedalam chamber yang berisi eluen.
5. Mengeluarkan plat dari dalam chamber, setelah itu mengidentifikasi
komponennya.
6. Mengulangi perlakuan 3-5 pada percobaan ini
V. Hasil pengamatan

No Perlakuan Hasil pengamatan


1. Asam amion Terdapat 1 komponen berwarna
ungu dengan nilai Rf = 0,849
2. Ekstrak dengan kembang merak
a. Sebelum diuapi dengan
Terdapat 2 komponen yaitu
NH3
berwarna ungu dan kuning
b. Sesuda diuapai dengan
Terdapat 2 komponen
NH3 - Komponen I= biru Rf =
0,615
- Komponen II= kuning
Rf=0,942

 Perhitungan
Rumus
Rf = Jarak yang ditempuh komponen dari garis awal
Jarak yang ditempuh fase gerak dari garis awal
1. Ekstrak metanol kembang merak
Dik : Jarak komponen I = 3,2 cm
Jarak komponen II = 4,9 cm
Jarak eluen = 5,2 cm
Dit : Rf komponen I dan II
Penyelesaian :
a. Komponen I
Rf = 3,2 cm
5,2 cm
= 0,615
b. Komponen II
Rf = 4,9 cm
5,2 cm
= 0,942
2. Asam amino
Dik : Jarak komponen = 4,5 cm
Jarak eluen = 5,3 cm
Dit : Rf...........?
Penyelesaian :
Rf = 4,5 cm
5,3 cm
= 0,849

 Persamaan Reaksi
O
OH
OH2 COOH +

OH
NH2
O

Glisin Cystin
O

N + CH O + CO2
2 + OH2

O
OH
HSCH2COOH + 2

NH2 OH
O
Cystin
Ninhidrin

N + HSCN2CO + CO2 + OH2

O
VI. Pembahasan
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari
suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen
sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi ini digunakn untuk
memisahkan untuk memisahkan campuran dari subtansinya menjadi
komponen-komponennya.(Anonim, A 2011).
Pada percobaan ini yang ingin dilakukan yaitu mempelajari salah satu
metode pemisahan komponen- komponen dalam suatu bahan. Adapun prinsip
kerja dari kromatogarfi ini yaitu memisahkan sampel dengan pelarut yang
digunakan. Tehnik ini biasa nya menggunakan fase diam dari bentuk plat
silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen.
Semakin dekat kepolaran antara sampel akan semakin terbawah oleh fase
gerak tersebut, (Anonim A, 2011).
Pada percobaan ini pertama tama yang dilakukan yaitu menotolkan
sampel pada plat TLC, sampel yang digunakan ada 2 yaitu sampel asam
amino dan ekstrak bunga kembang merak. dimana glisin, cystin dan
campuran glisin cystin sebagai pembanding. Dalam penotolan ini tidak
menggunakan tangan menggukan pipet melainkan menggunakan pipa kapiler
dan penotolan dilakukan 4 kali. Dimana hal ini bertujuan agar pada saat
pengambilan larutan relatif sedikit karena alat ini mempunyai bentuk yang
lumayan kecil. Pada saat penotolan ukuran totolan tidak memilki 3 mm.
Diman hal ini bertujuan agar pada saat proses elusi terjadi sampel yang
terelusi mengalami perbesaran keatas. Dan apabila penotolan melebihi 3
mm(terlalu besar) pada saat sampul terelusi perbesaran kesegalah arah dan
sampelnya tidak mengalami perbesaran keatas. Dan akibatnya akan
mempengaruhi nilai Rf. Jarak penotolan 1 cm dari dasar bawah plal TLC,
dimana penotolan harus lebih tinggi dari pada eluen agar pada saat plal TLC
dimaasukkan dalam chamber sampel tidak terserap langsungoleh eluen, akan
tetapi melalui penyerapan. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan plat TLC
kedalam chamber yang berisi eluen yang telah dijenuhkan, dimana
penjenuhan ini bertujuan agar eluen homogen dan mencapai kesetimbangan.
Dalam percobaan ini menggunakan fasa geraknya bersifat non polar yaitu
campuran n- butanol, air dan asam asetat dengan perbandingan 4 : 1: 5.
Dimana rentang ini digunakan karena rentang yang paling digunakan dalam
proses pemisahan. Sedangkan adsorbennya(fasa diamnya yaitu berbentuk
silika gel yang terdapat dalam plat TLC yang bersifat polar, dalam hal ini
syarat adsorben yang bisa digunakan yaitu bisa bersifat non polar dan bersifat
polar. Pada saat TLC dimasukkan dalam chamber tangan harus dalam kondisi
tertutup(menggunakan sarung tangan) dan posisi tanganpun dibagaian
samping plat TLC. Hal ini bertujuan agar tangan tidak terkena langsung
dengan plat TLC apabila tangan terkena langsung dengan plat TLC
memungkinkan senyawa asam amino yang terkandung dalam kulit karena
padaa kulit manusia tersususn atas DNA dan dalam DNA mengandung protein
yang tersusun dari asam amino. Hal ini akan mempengaruhi nilai Rf yang
diperoleh. Ketika plat TLC dimasukkan dalam chamber. Chamber kemudian
langsung ditutup agar eluen yang berada dalam chamber tidak menguap.
Proses elusi dihentikan ketika elusinya telah mencapai ¾ pada bagian plat.
Pada perlakuan selanjutnya yaitu mengidentifikasi plat TLC apakah
sampel yang digunakan mengandung gugus amina, hal ini dapat dilihat
dengan terbentukknya komponen berwarna ungu pada plat TLC, cara
pengidentifikasiannya yaitu dengan melakukan penyeprotan dengan larutan
ninhidrin. Ninhidrin ini berfungsi untuk mendeteksi adanya gugus amina pada
masing masing sampel, (anonim, B. 2011).
Setelah melakukan pengidentifikasian adapun hasil yang diperoleh
yaitu pada sampel glisin, cystin terdapat satu komponen ungu sedangkan
ekstrak bunga kembang telang itu terbagi atas dua yaitu sebelum diuapi
dengan NH3 dan setelah diuapi dengan NH3. Dimana sebelum diuapi dengan
NH3 itu hasilnya terdapat 2 komponen berwarna ungu dan kuning sedangkan
setelah diuapi dengan NH3 terdapat 2 komponen biru dan kuning.
Pada langkah selanjutnya yaitu menentukan nilai Rf pada masing –
masing sampel dimana nilai Rf yaitu jarak jalannya pelarut bersifat relatif.
Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot
yang terbentuk memilki jarak yang sama walaupun ukuran plat berbeda.
Nilai Rf ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antara sampel. Nilai
Rf dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Rf = jarak yang ditempuh suatu sampel

Jarak eluen

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut. Pada plat TLC. Nilai Rf akan diperoleh besar
apabila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan abserben polar
dari plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf diperoleh dapat dijadikan sebagai
bukti dalam mengudentifikasi senyawa. Bila identifikasi nilai Rf yang
diperoleh memiliki nilai yang sama hal ini dapat bahwa kedua senyawa
tersebut memiliki karakteristik yang sama. Sebaliknya, ketika nilai Rf yang
diperoleh berbeda maka senyawa tersebut berbeda dengan kata lain tidak
sama, (Anonim, A. 2011).

Setelah melakukan pengidentifikasian diperoleh nilai Rf dari masing


masing senyawa antara asam amino dengan ekstrak bungan kembang merak
yaitu pada sampel asam amino nilai Rf yang diperoleh 0,849. Sedangkan
pada sampel ekstrak bunga kembang merak yaitu nilai Rfnya terbagi atas 2
yaitu nilai Rf pada saat diuapi dengan NH3 0,615 dan nilai Rf setelah diuapi
0,942.

VII. Kesimpulan

Berdasrkan tujuan yang dilakukan pada percobaan ini, yiatu metode


untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu sampel atau bahan
adalah kromatografi lapis tipis (KLT) pada sampel asam amino memisahkan 1
komponen berwarna ungu dengan nilai Rf = 0,849, dan pada ekstrak metanol.
Kembang merak memisahkan 2 komponen berwarna biru dengan Rf = 0,615
dan komponen berwarna kuning dengan Rf = 0,942.
Daftar Pustaka

Anonim, A. 2011. Kromatografi lapis tipis. http://id. Wikipedia. Org/wiki/


kromtografi lapis tipis. (Diakses 18 mei 2013).

Anonim, B. 2011. Kromatografi lapis tipis. http://www. Scribd. com/ doc/ 780 1117/
kromatogarafi-lapis tipis. (Di akses 18 mei 2013).

Rgmaisyah, 2013. Kromatografi lapis tipis. http://rgmaisyah.wordsprees.com.


kromatografi-lapis tipis-layer-kromatografi. (Diakses 18 mei 2013).

Anda mungkin juga menyukai