Anda di halaman 1dari 23

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

OLEH:
MEGAWATI K. MABELA
A251 17 017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Palu


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X/I (Ganjil)
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit (1 pertemuan)

A. Kompetensi Inti/KI
KI 1 dan 2
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai),
santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 KI 4
Memahami, menerapkan, menganalisis Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
pengetahuan faktual, konseptual, ranah konkret dan ranah abstrak terkait
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya dengan pengembangan dari yang
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
budaya, dan humaniora dengan wawasan dan mampu menggunakan metoda sesuai
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, kaidah keilmuan.
dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.5 Membandingkan ikatan ion, 3.5.1. Menjelaskan kecenderungan unsur untuk
ikatan kovalen, ikatan kovalen mencapai kestabilan
koordinasi, dan ikatan logam 3.5.2. Menerapkan struktur Lewis dalam ikatan
serta kaitannya dengan sifat kimia
zat. 3.5.3. Menjelaskan proses pembentukan ikatan
ion dan sifat-sifat senyawa ionik
3.5.4. Menjelaskan proses pembentukan ikatan
kovalen
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran discovery learning, peserta didik diharapkan terlibat
aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, memiliki sikap ingin tahu, teliti, dalam
melakukan pengamatan, dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab
pertanyaan, memberi saran dan kritik serta dapat menjelaskan kecenderungan unsur untuk
mencapai kestabilan, menerapkan struktur Lewis dalam ikatan kimia, menggambarkan
susunan elektron valensi atom gas mulia (duplet dan oktet) dan elektron valensi bukan
gas mulia (struktur Lewis) dan menjelaskan proses pembentukan ikatan ion.

D. Materi Pembelajaran
Faktual :
o Gas mulia berikatan monoatomic
o Gas mulia jarang ditemukan dalam bentuk senayawa
Konseptual :
o Kestabilan gas mulia
o Lambang lewis
Prosedural :
o Menggambarkan struktur lewis
Metakognitif :
o Kestabilan unsur-unsur gas mulia

E. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : saintifik
2. Model : discovery learning
3. Metode : ceramah, diskusi, tanya jawab, presentasi, dan penugasan

F. Media/Alat dan Sumber Belajar


1. Media/Alat : tabel SPU, papan tulis, spidol, laptop, power point, LCD,
proyektor, smartphone dan speaker.
2. Sumber Belajar :
1. Sandri Justianan dan Muchtaridi. 2009. Kimia 1. Solo. Penerbit: Yudhistira.
2. Shidiq Premono, Anis Wardani, dan Nur Hidayati. 2006. BSE Buku Kimia Kelas
X SMA. Penerbit: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
3. Sentot Budi Rahardjo. 2007. Panduan Belajar Kimia 1. Solo. Penerbit: PT
Wangsa Jastra Lestari
4. Unggul Sudarmo dan Nanik Mitayani. 2016. Kimia Untuk SMA / MA Kelas X.
Surakarta. Penerbit: Erlangga
5. Internet: www.google.com, www.youtube.com, www.instagram.com, dan lain-
lain.
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama: 3 JP
Sintaks
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pembelajaran
1. Pendahuluan - guru membuka 10
pelajaran dengan menit
mengucapkan salam.
(religius)

- Peserta didik
bersama-sama dengan
guru berdoa sebelum
belajar (religius dan
kolaboratif)
- Peserta didik
diperiksa kesiapan
peserta didik untuk
mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam
hal kerapihan pakaian,
posisi, dan tempat
duduk serta
keberhasilan kelas.
(disiplin)
- Peserta didik dicek
kehadirannya dengan
cara mengabsennya
satu-persatu oleh
guru. (disiplin)

- Peserta didik
menyimak dan
menanggapi ulasan
guru tentang
materi/kompetensi
pada pertemuan
sebelumnya yang
telah dipelajari oleh
peserta didik serta
hubungannya dengan
materi/kompetensi
yang akan dipelajari
pada pembelajaran
saat ini.
- Peserta didik
Sintaks
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pembelajaran
mendengarkan
penjelasan guru
tentang kompetensi
dan indikator yang
akan dicapai oleh
peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran
serta manfaatnya
dalam kehidupan
sehari-sehari.
Indikator Pencapaian
Kompetensi:
1. Menjelaskan
kecenderungan
unsur untuk
mencapai
kestabilan
2. Menerapkan
struktur Lewis
dalam ikatan
kimia
3. Menggambarkan
susunan elektron
valensi atom gas
mulia (duplet dan
oktet) dan
elektron valensi
bukan gas mulia
(struktur Lewis)
4. Menjelaskan
proses
pembentukan
ikatan ion
- Guru memberikan
apersepsi “Sekarang,
coba perhatikan
garam dapur yang
berwujud padatan
putih. Garam dapur
tersusun dari ion-ion
natrium dan ion-ion
klorin. Bagaimanakah
ion-ion tersebut dapat
bergabung satu
Sintaks
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pembelajaran
dengan lainnya
sehingga membentuk
garam dapur? Ion-ion
tersebut bergabung
dengan berikatan
secara kimia atau bisa
disebut ikatan kimia.”
(berpikir kritis)
- Peserta didik
menyimak penjelasan
guru tentang garis
besar cakupan materi
dan kegiatan
pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
- Peserta didik
menyimak penjelasan
guru tentang
ruanglingkup dan
teknik penilaian yang
akan digunakan.
2. Inti Stimulation  Mengamati 105
(memberi - Guru memberikan menit
stimulus) stimulus berupa
tayangan slide power
point dan video yang
menampilkan
pembentukan ikatan
kimia.
- Peserta didik
a. Problem diberikan penguatan
Statement terhadap hasil
(mengidentifikasi pengamatannya.
masalah)  Menanya
- Guru memberikan
kesempatan terhadap
peserta didik untuk
mengajukan
pertayaan.
Peserta didik
diharapkan bertanya:
1. Mengapa atom
gas mulia stabil
sedangkan atom
Sintaks
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pembelajaran
yang lain tidak
stabil?
2. Bagaimana cara
unsur-unsur
berikatan agar
mencapai
kestabilan?
- Peserta didik/guru
menanggapi secara
singkat beberapa
jawaban yang
diberikan oleh guru.
(berpikir kritis)
 Mengumpulkan
Data Collecting Informasi/mencoba
(mengumpulkan - Guru menjelaskan
data) kecenderungan suatu
unsur untuk mencapai
kestabilan, cara
menggambarkan
susunan elektron
valensi atau struktur
Lewis, dan proses
pembentukan ikatan
ion dan memberikan
contoh senyawa ionik.
- Peserta didik
mencatat atau
meresume materi
yang dijelaskan guru.
Data Processing - Peserta didik dibagi
(mengolah data) ke dalam lima
kelompok (setiap satu
kelompok terdiri dari
4-5 peserta didik).
Verification (kolaboratif)
(memverifikasi) - Guru membagikan
lembar kerja kepada
setiap kelompok
- Peserta didik mencari
informasi dan
berdiskusi tentang
hubungan antara
kestabilan atom
Sintaks
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pembelajaran
dengan ikatan ion dan
proses pembentukan
ikatan ion (berpikir
kritis dan kolaboratif)
 Menalar/Mengasosia
si
- Siswa melakukan
diskusi dalam
kelompok dan
mencatat hasil diskusi
pada lembar kerja
(berpikir kritis dan
kolaboratif)
 Mengomunikasikan
- Siswa melakukan
diskusi kelas hasil
kajian literature dan
diskusi kelompok
untuk menyamakan
persepsi hubungan
antara kestabilan atom
dengan ikatan ion dan
proses pembentukan
ikatan ion
(komunikatif)
3. Penutup - Peserta didik bersama 20
dengan guru membuat menit
Generalization kesimpulan dari
(menyimpulkan) kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
(komunikatif dan
kolaboratif)
- Peserta didik
diberikan kesempatan
bertanya jika masih
ada materi
pembelajaran yang
belum atau kurang
dipahami. (rasa ingin
tahu)
- Peserta didik ditunjuk
secara acak oleh guru
untuk melakukan
refleksi terhadap
Sintaks
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pembelajaran
kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
(komunikatif)
- Peserta didik dan guru
saling memberikan
umpan balik terhadap
refleksi yang telah
dilakukan serta
terhadap proses dan
hasil pembelajaran
yang telah dicapai.
(komunikatif dan
kolaboratif)
- Guru memberikan
evaluasi dan
penugasan
- Peserta didik
menyimak penjelasan
guru tentang
materi/kompetensi
yang akan dipelajari
pada pertemuan
berikutnya.
- Peserta didik
mengakhiri
pembelajaran dengan
berdoa bersama-sama
dengan guru.
(religius)
H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
No Teknik Bentuk Waktu
Aspek Keterangan
. Penilaian Instrumen Pelaksanaan
Lembar Saat kegiatan
1 Afektif Observasi Terlampir
observasi pembelajaran
Setelah
2 Kognitif Tertulis Tes uraian kegiatan Terlampir
pembelajaran

I. Lampiran
1. Materi Pembelajaran
2. Lembar Kerja Peserta Didik
3. Instrumen Penilaian Ranah sikap

Guru Pamong Palu , 19 Oktober 2020


Mahasiswa PLP UNTAD

Firmansah, S.Si.,S.Pd
NIP. 19800601 201101 1 004 Megawati K. Mabela
NIM. A25117017

Mengetahui
Kepala sekolah SMA Negeri 3 Palu

H. Idris Ade, S.Pd., M.Si


NIP. 19700526 199512 1
Lampiran (1) Materi Pembelajaran

IKATAN KIMIA

A. Kestabilan Atom
Di antara atom-atom di alam, hanya atom gas mulia yang stabil sedangkan
atom yang lain tidak stabil kecuali atom He. Atom-atom yang tidak stabil tersebut
cenderung bergabung dengan atom lain untuk mendapatkan kestabilan. Mengapa
atom gas mulia stabil sedangkan atom yang lain tidak stabil?
Kossel dan Lewis berpendapat bahwa pada dasarnya, sifat unsur ditentukan
oleh bagaimana elektron-elektron dalam atom tersebut tersusun. Oleh karena itu,
maka dicarilah hubungan antara konfigurasi elektron dengan kestabilan atom. Untuk
lebih jelasnya, simak konfigurasi elektron gas mulia yang merupakan atom-atom
stabil berikut :
2He : 1s2
10Ne : 1s2 2s2 2p6
18Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
36Kr : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2
54Xe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2
Dari konfigurasi elektron tersebut, Kossel dan Lewis membuat kesimpulan
bahwa konfigurasi elektron atom-atom akan stabil bila jumlah elektron luarnya 2
(duplet) atau 8 (oktet). Untuk mencapai keadaan stabil seperti gas mulia, maka atom-
atom membentuk konfigurasi elektron seperti gas mulia. Untuk membentuk
konfigurasi elektron seperti gas mulia, dapat dilakukan dengan cara membentuk ion
atau membentuk pasangan elektron bersama.
1. Pembentukan Ion
Dalam membentuk ion, suatu atom akan melepas atau mengikat elektron.
Atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah, misalnya atom-atom dari
unsur golongan IA dan IIA dalam sistem periodik unsur, akan mempunyai
kecenderungan untuk melepaskan elektronnya, sedangkan atom-atom yang
mempunyai afinitas elektron yang besar, misalnya atom-atom unsur golongan
VIA dan VIIA dalam sistem periodik unsur akan cenderung mengikat elektron.
Contoh
1. Atom 11Na : 2 8 1 (konfigurasi elektron tidak stabil)
Agar stabil, atom Na melepas sebuah elektronnya sehingga konfigurasi
elektronnya sama dengan atom Ne (konfigurasi elektron 10Ne : 2 8).
11Na  Na+ + e-
(2 8 1) (2 8)
Proses pembentukan ion positif tersebut mudah terjadi karena atom Na
mempunyai energi ionisasi yang rendah.

2. Atom 17Cl : 2 8 7 (konfigurasi elektron tidak stabil)


Agar stabil, cara yang memungkinkan adalah menjadikan konfigurasi
elektron seperti 18 Ar : 2 8 8 dengan mengikat sebuah elektron,
sehingga atom Cl menjadi ion Cl-
17Cl + e-  Cl-
(2 8 7) (2 8 8)

Jadi untuk mencapai kestabilan, atom-atom yang energi ionisasinya rendah akan
melepaskan elektron sedangkan atom-atom yang afinitas elektronnya tinggi akan mengikat
elektron.
Dalam kehidupan sehari-hari pada gambar diatas tersebut dapat
diilustrasikan sebagai si kaya dan si miskin, dimana yang
berlebih (+) harus memberi kepada yang kurang mampu (-)
2. Penggunaan Pasangan Elektron Bersama
Atom-atom yang mempunyai energi ionisasi tinggi
akan sukar melepaskan elektronnya, sehingga dalam
mencapai kestabilan akan sukar membentuk ion positif.
Demikian pula atom-atom yang mempunyai afinitas
elektron yang rendah, dalam mencapai kestabilan tidak
membentuk ion negatif.
Atom-atom yang sukar melepas elektron atau
mempunyai energi ionisasi yang tinggi dan atom yang sukar menarik elektron atau
mempunyai afinitas elektron yang rendah mempunyai kecenderungan untuk
membentuk pasangan elektron yang dipakai bersama. Pasangan elektron yang
dibentuk oleh atom-atom yang berikatan dapat berasal dari kedua atom yang
bergabung atau dapat pula berasal dari salah satu atom yang bergabung.
B. Ikatan Ion
1. Pengertian Ikatan ion
Ikatan ion (ikatan elektrovalen) adalah ikatan yang terjadi akibat adanya
serah terima elektron sehingga membentuk ion postif dan ion negatif yang diikat
oleh suatu gaya elektrostatis. Gaya elektrostatis adalah gaya tarik-menarik antara
kedua ion yang berbeda muatan. Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut
senyawa ionik.
Untuk mencapai kestabilan, atom-atom yang energi ionisasinya rendah akan
melepaskan elektron sedangkan atom-atom yang afinitas elektronnya tinggi akan
mengikat elektron. Atom yang melepas elektron berubah menjadi ion positif,
sedangkan atom yang menerima elektron menjadi ion negatif.
Unsur-unsur logam umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah
sedangkan unsur-unsur non logam mempunyai afinitas elektron yang tinggi. Oleh
karena itu, ikatan ion dapat terjadi antara unsur-unsur logam dengan unsur-
unsur non logam.
Atom-atom unsur logam : Golongan I A, II A, dan III A (kecuali
hidrogen dan boron)
Atom-atom unsur nonlogam : Golongan V A, VI A, dan VII A
Contoh: NaCl, MgO, K2O, KBr, MgCl2, NaI, LiF dan CaCl2.
2. Proses terbentuknya ikatan ion
Dalam membentuk ion, suatu atom akan melepas atau mengikat elektron. Atom-
atom yang mempunyai energi ionisasi rendah, misalnya atom-atom dari unsur
golongan I A dan II A dalam sistem periodik unsur akan mempunyai kecenderungan
untuk melepaskan elektronnya dan membentuk ion positif (kation), sedangkan atom-
atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar, misalnya atom-atom unsur
golongan VI A dan VII A dalam sistem periodik unsur akan cenderung mengikat
elektron akan membentuk ion negatif (anion). Ion positif dan ion negatif yang
terbentuk selanjutnya akan saling tarik menarik dengan gaya elektrostatis membentuk
senyawa netral.
Contoh :
a) Proses pembentukan senyawa kalsium klorida (CaCl2) dari atom kalsium dan atom
klor
20 Ca : 2 8 8 2 (untuk melepas 2e- )
Reaksi : Ca → Ca2+ + 2e-
17 Cl : 2 8 7 ( menerima e- )
Reaksi : Cl + e- → Cl-
Berdasarkan notasi reaksi di atas, maka dapat di tuliskan
Ca → Ca2+ + 2e- X 1

Cl + e- → Cl- x 2
2+ -
Ca → Ca + 2e
2Cl + 2e → 2Cl-
-

Ca + 2Cl → Ca2+ + 2Cl-


Reaksi dapat di tulis Ca2+ + 2Cl- → CaCl2
Antara Ca2+ dan Cl- terjadi gaya elektrostatis, sehingga kedua ion itu bergabung
membentuk CaCl2.

b) Ikatan ion pada 19K dan 8O dalam K2O


Konfigurasi elektron:
K : 2, 8, 8, 1 (melepas 1 elektron) membentuk K+
O : 2, 6 (menerima 2 elektron) membentuk O2–

19 K : 2 8 8 1 (untuk melepas 1e- )


Reaksi : K → K+ + e -
8O : 2 6 (menerima 2e- )
Reaksi : O + 2e- → O2-
Berdasarkan notasi reaksi di atas, maka dapat di tuliskan
K → K+ + e- x 2
- 2-
O + 2e → O x 1
+ -
2K → 2K + 2e
O + 2e → O2-
-

2K + O → 2K2+ + O2-
Reaksi dapat di tulis 2K+ + O2– → K2O
3. Sifat senyawa ionik
a) Kristalnya keras tetapi rapuh
Apabila senyawa ion dipukul, akan terjadi pergeseran posisi ion positif dan ion
negatif dari semula berselang seling menjadi berhadapan langsung. Hal ini
menyebabkan ion positif bertemu dengan ion positif dan terjadi gaya tolak
menolak. Inilah yang menyebabkan kristal senyawa ionik bersifat rapuh.
b) Mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi
Secara umum, senyawa ionik mempunyai titik lebur dan titik didih yang tinggi
karena kuatnya gaya elektrostatis yang ditimbulkan oleh ion positif dan ion negatif.
c) Mudah larut di dalam air
Pada saat Kristal senyawa ionik dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul
air akan menyusup di antara ion positif dan ion negatif sehingga gaya Tarik-
menarik elektrostatis dari ion positif dan ion negatif akan melemah, dan akhirnya
terpecah.
d) Lelehan dan larutannya dapat menghantarkan arus listrik
Ion positif dan ion negatif apabila bergerak dapat membawa muatan listrik. Apabila
senyawa ionik terpecah menjadi ion positif dan ion negatif serta dapat bergerak
secara leluasa, maka senyawa dalam keadaan cair dan larutan dapat menghantarkan
listrik karena ion-ionnya dapat bergerak secara bebas. Akan tetapi, dalam keadaan
padat, senyawa ion tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ion-ionnya tidak
dapat bergerak.
C. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama pasangan
elektron oleh atom-atom yang berikatan. Ikatan kovalen umumnya terjadi antara atom-
atom unsur nonlogam, bisa sejenis (contoh: H2, N2, O2, Cl2, F2, Br2). Pasangan elektron
yang dipakai bersama disebut pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron
valensi yang tidak terlibat dalam pembentukan ikatan kovalen disebut pasangan elektron
bebas (PEB). Senyawa yang hanya mengandung ikatan kovalen disebut senyawa kovalen.
Macam-macam ikatan kovalen:
Berdasarkan jumlah PEI, ikatan kovalen dibagi 3:
1. Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen dimana masing-masing atom menyumbang satu
elektron untuk digunakan bersama dalam berikatan. Contoh: H2, HCl, dan H2O.

2. Ikatan Kovalen Rangkap


Dua
Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen dimana masing-masing atom
menyumbangkan dua elektron untuk digunakan bersama dalam berikatan. Contoh: O 2.

3. Ikatan Kovalen Rangkap


Tiga
Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen dimana masing-masing atom
menyumbangkan tiga elektron untuk digunakan bersama dalam berikatan. Contoh: N 2.

Berdasarkan kepolaran ikatan, ikatan kovalen dibagi 2:


1. Ikatan kovalen polar
Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai bersama
cenderung tertarik ke salah satu atom yang berikatan. Kepolaran ikatan terjadi karena adanya
perbedaan keelektronegatifan.
Syarat kovalen polar
 Terdapat perbedaan keelektronegatifan. Contoh: HF, HCl, dan HBr.
(jumlah atom = 2 harus berbeda)
 Atom pusat memiliki pasangan elektron bebas (PEB). Contoh: H2O, NH3, dan PCl3
(jumlah atom > 2 memiliki PEB).
 Bentuknya asimetris. Contoh: CH3Cl
 Dapat menghantarkan arus listrik.
2. Ikatan kovalen nonpolar
Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron tersebar secara
merata.
Syarat kovalen polar
 Tidak terdapat perbedaan keelektronegatifan. Contoh: H 2, N2, dan F2.
(jumlah atom = 2 harus sama)
 Atom pusat tidak memiliki pasangan elektron bebas (PEB). Contoh: CH 4, PCl5, dan BCl3
(jumlah atom > 2 memiliki PEB).
 Bentuknya simetris. Contoh: CH2Cl2
 Tidak dapat menghantarkan arus listrik.

D. Ikatan Kovalen Koordinasi


Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang dipakai bersama
berasal dari salah satu atom yang berikatan. Contoh:
NH4+
NH3 + H+ → NH4+

Sifat-sifat senyawa kovalen


 Memiliki titik didih dan titik leleh yang rendah (di bawah 200oC)
 Bersifat lunak dan tidak rapuh.
 Mudah larut dalam pelarut organik/nonpolar (alkohol, eter, dan benzena) dan sukar larut
dalam pelarut polar (air).
 Pada umumnya larutannya tidak dapat menghantarkan arus listrik (kovalen nonpolar) tetapi
ada juga yang dapat menghantarkan arus listrik (kovalen polar).

E. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan ikatan antar atom logam, namun bukan ikatan ion maupun kovalen.
Logam tersusun dalam suatu kisi kristal yang terdiri dari ion-ion positif logam di dalam lautan
elektron. Elektron-elektron yang bebas bergerak dari satu inti atom ke inti atom lain disebut
elektron terdislokalisasi. Gaya tarikan inti atom-atom logam dengan lautan elektron
mengakibatkan terjadinya ikatan logam.
Adanya ikatan logam menyebabkan logam bersifat:
1. Pada suhu kamar berwujud padat, kecuali Hg
2. Keras tapi dapat ditempa
3. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
4. Penghantar listrik dan panas yang baik
5. Mengkilap
Lampiran (2) Lembar Kerja Peserta Didik

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)


Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / Ganjil
Alokasi waktu :
Nama Kelompok :
Nama anggota kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.

1. Bagaimana kecendrungan atom-atom berikut ini dalam mencapai kestabilan,jika


ditinjau dari konfigurasi elektronya?
a. 6C b.9F c.19K
2. Unsur-Unsur logam bila bersenyawa dengan unsur-unsur non-logam mempunyai
kecendrungan untuk membentuk ikatan ion. Bagaimana pendapat anda tentang
pernyataan ini? jelaskan
3. Jelaskan terjadinya ikatan ion pada senyawa K2S (nomor atom K=19 dan S=16)
SOAL EVALUASI
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / Ganjil
Alokasi waktu :
Nama :

1. Bagaimana kecendrungan atom-atom berikut ini dalam mencapai kestabilan,jika


ditinjau dari konfigurasi elektronya?
a. S
16 b.20Ca
2. Jelaskan terjadinya ikatan ion pada senyawa MgF2 (nomor atom Mg=12 dan F=9)
Kunci jawaban Diskusi kelompok
1. Bagaimana atom atom berikut mencapai dalam mencapai kestabilan jika ditinjau dari
konfigurasi elektronya
a. 6C=2.4
6 C=(2.4)+4e C-4(2.8)
b. 9F=(2.7)+e F-(2.8)
c. 19 K =2.8.8.1 K+(2.8.8)+e
2. Ikatan ion yang terjadi antara atom-atom yang mempunyai energi ionisasi rendah
dengan atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar.unsur-unsur logam
umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah sedangkan unsur-unsur non-logam
mempunyai afinitas elektron yang tinggi.oleh karena itu,ikatan ion dapat terjadi antara
unsur-unsur logam dan unsur-unsur non logam.

3. Kalium sulfide K2S


Karena K unsur logam dan S unsur non logam, maka akan terbentuk ikatan ion
konfigurasi elektron
19 K=2.8.8.1
16 S =2.8.6
a. Agar tercapai keadaan stabil (oktet), atom unsur K melepas satu elektron terluarnya
sedangkan atom unsur S menangkap dua elektron.
b. Terjadi pertukaran elektron, sehingga K menjadi ion bermuatan positif K+ sedangkan
S menjadi ion bermuatan negatif yakni S2-.
c. Terjadi gaya elektrostatik antara K+ dan S2- sehingga membentuk ikatan ionik dengan
rumus kimia K2S, yakni terdapat dua ion K+ dan satu ion S2-

Kunci jawaban soal individu

1. Bagaimana atom atom berikut mencapai dalam mencapai kestabilan jika ditinjau dari
konfigurasi elektronya
a. Ca=(2.8.8.2)
20

Ca=(2.8.8.2) Ca2+
20 (2.8.8)+2e
b. S=2.8.6
16

S=(2.8.6)+2e
16 S2-(2.8.8)

2. Magnesium Florida MgF2


Karena Mg unsur logam dan F unsur non logam, makan akan terbentuk konfigurasi
elektron
Mg =2.8.2
12

9F=2.7
a. Agar tercapai keadaan stabil (oktet),atom unsur M g melepas dua elektron terluarnya
sedanggkan atom unsur F menangkap satu elektron.
b. Terjadinya pertukaran elektron sehingga Mg menjadi ion beruatan positif
Mg2+ sedangkan F menjadi ion bermuatan negatif F-
c. Terjadinya gaya elektrostatis antara Mg2+ dan F- sehibgga membentuk ikatan ionik
dengan rumus kimia MgF2 yakni terdapat satu ion Mg2+ dan dua ion F-
Lampiran (2) Penilaian Afektif

ASPEK YANG DINILAI

Komunikatif Kerjasama
Rasa ingin
NO NAMA
tahu

1 2 3 1 2 3 1 2 3
1        
2        
3        
dst        

Rubrik Penilaian Afektif


No Aspek yang
Skor Penjabaran
. dinilai
Menunjukkan rasa ingin tahu yang besar, antusias, aktif
3
dalam kegiatan baik kelompok maupun individu
Menunjukkan rasa ingin tahu namun tidak terlalu antusias,
dan baru terlibat aktif dalam kegiatan kelompok ketika
2
disuruh atau kurang antusias dalam menyelesaikan
1. Rasa ingin tahu
masalah secara individu.
Tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan, sulit
terlibat aktif dalam pengamatan, sulit terlibat aktif dalam
1
kegiatan kelompok atau individu walaupun telah dialog
untuk terlibat
Aktif dalam kerja kelompok, bersedia membantu orang
3
lain, dan memusatkan perhatian pada tujuan kelompok
Kurang aktif dalam kerja kelompok, kurang bersedia
Bekerjasama 2 membantu orang lain, dan kurang memusatkan perhatian
2.
dalam kelompok pada tujuan kelompok
Tidak aktif dalam kerja kelompok, tidak bersedia
1 membantu orang lain, dan tidak memusatkan perhatian
pada tujuan kelompok
3. Komunikatif Berani menyampaikan hasil diskusi di depan kelas,
mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum
3
dipahami serta menanggapi pertanyaan maupun pendapat
orang lain dengan bahasa yang mudah dipahami.
Berani menyampaikan hasil diskusi di depan kelas,
mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum
2
dipahami serta menanggapi pertanyaan maupun pendapat
orang lain dengan bahasa yang kurang dipahami.
1 Mampu mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
belum dipahami. Akan tetapi kurang berani dalam
No Aspek yang
Skor Penjabaran
. dinilai
menyampaikan hasil diskusi di depan kelas,

Pedoman Penskoran
Skor maksimum = skor maksimum setiap butir soal x jumlah butir soal
=3x3
=9
Konversi nilai = Skor total jawaban x 100
Skor maksimum
Kriteria penilaian
A = 80 - 100
B = 65 - 79
C=41-6

Anda mungkin juga menyukai