(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara
efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional”.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Siswa menyimak
Memberikan motivasi
manfaat
kepada siswa dengan
pembelajaran
memberikan gambaran
dalam kehidupan
tentang manfaat
sehari-hari yang
pembelajaran dalam
dijelaskan oleh
kehidupan sehari-hari.
guru.
Guru menyampaikan
Siswa
topik pembelajaran
memperhatikan
Guru menyampaikan
dan mencermati
tujuan pembelajaran
tujuan
pembelajaran
yang disampaikan
guru.
H. Penilaian
Materi Ajar
Selama ini Anda memahami bahwa campuran ada dua macam, yaitu campuran homogen
(larutan sejati) dan campuran heterogen (suspensi). Di antara dua keadaan ini, ada satu jenis
campuran yang menyerupai larutan sejati, tetapi sifat-sifat yang dimilikinya berbeda sehingga
tidak dapat digolongkan sebagai larutan sejati maupun suspensi. Larutan seperti ini disebut
koloid.Perhatikan Gambar 1.1.
1. PENGERTIAN KOLOID
Pernahkah Anda membuat kanji dari tepung tapioka? Jika tepung tapioka dicampurkan
dengan air dingin tidak terbentuk larutan melainkan suspensi sebab kanji tidak larut dalam air
dingin. Akan tetapi, jika dipanaskan maka campuran tersebut akan membentuk larutan yang
sangat kental. Apakah kanji yang terbentuk layak disebut larutan? Ada beberapa persamaan dan
perbedaan
antara kanji dan larutan sejati. Persamaan antara kanji dan larutan sejati adalah membentuk satu
fasa dan tidak dapat dipisahkan. Perbedaannya, kanji tidak transparan terhadap cahaya dan
ukuran partikel zat terlarut relatif lebih besar, dan banyak lagi sifat lainnya. Oleh karena banyak
perbedaan antara larutan sejati dan kanji maka diperlukan definisi baru untuk larutan sejenis
kanji. Pakar kimia menggolongkan kanji ke dalam golongan khusus yang disebut system koloid.
Berdasarkan ukuran partikel, sistem koloid berada di antara suspense kasar dan larutan sejati.
Ukuran partikel koloid lebih kecil dari suspense kasar sehingga tidak membentuk fasa terpisah,
tetapi tidak cukup kecil jika dibandingkan larutan sejati. Dalam larutan sejati, molekul, atom,
atau ion terlarut secara homogeny di dalam pelarut. Dalam sistem koloid, partikel-partikel koloid
terdispersi secara homogen dalam mediumnya. Oleh karena itu, partikel koloid disebut sebagai
fasa terdispersi dan mediumnya disebut sebagai medium pendispersi. Perhatikan persamaan dan
perbedaan sifat dari larutan sejati, dan suspensi pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi
Penampilan Fisik Jernih, partikel zat Keruh-jernih, partikel Keruh, partikel zat
terlarut tidak dapat terdispersi hanya dapat diamati
diamati dengan dapat diamati dengan langsung dengan
mikroskop ultra mikroskop ultra mata
2. JENIS KOLOID
Sama seperti larutan sejati, dalam sistem koloid
zat terdispersi maupun medium pendispersi dapat
berupa gas, cairan, maupun padatan. Sistem koloid
adalah campuran yang heterogen. Berdasarkan fasa
terdispersi dan medium pendispersi maka sistem koloid (a) (b)
dapat dibagi menjadi 8 macam, seperti pada tabel 1.2.
Kombinasi campuran fase terdispersi gas dan medium
pendispesi gas selalu menghasilkan campuran homogeny
(satu fase) sehingga tidak dapat membentuk system koloid.
(c) (d)
Gambar 1.2 (a) keju, (b) susu, (c) selai,
dan (d) cat merupakan sistem koloid.
Tabel 1.2 Jenis Koloid
SIFAT-SIFAT KOLOID
Secara fisik, system koloid terlihat homogeny seperti larutan. Jika anda amati dengan
mikroskop, terlihat adanya perbedaan antara koloid dengan larutan karena system koloid
sebetulnya bersifat heterogen. Untuk lebih memperjelas perbedaan antara larutan dan koloid,
anda harus mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh system koloid tersebut. System koloid
mempunyai sifat yang khas, yang berbeda dengan system disperse lainnya. Beberapa sifat koloid
yang khas, misalnya efek tyndall, gerak Brown, adsorbsi, dan koagulasi.
1. EFEK TYNDALL
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh sebab itu sifat
hamburan partikel koloid disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan (Gambar 2.1). Hal itu terjadi karena partikel-
partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan
yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. Efek Tyndall dapat digunakan untuk
membedakan dispersi koloid dan suatu larutan biasa karena atom, molekul kecil, maupun ion
yang berada dalam suatu larutan tidak menghamburkan cahaya secara jelas.
(a) (b)
Gambar 2.1 Pengamatan efek tyndall (a) larutan meneruskan cahaya sedangkan
(b) koloid menghamburkan cahaya
Pengamatan efek Tyndall yang dilakukan di bawah mikroskop ultra menimbulkan bintik-
bintik sangat kecil yang memancarkan sinar. Jadi, partikel-partikel yang memancarkan sinar
tersebut sangat kecil bahkan tidak tampak, tetapi yang tampak adalah pantulan sinar dari partikel-
partikel tersebut.
(Sumber: http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008)
Gambar 2.3 Gerak Brown Partikel Koloid
Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga
tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi
tidak dapat diamati. Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown karena energi kinetik molekul
medium meningkat, sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak Brown merupakan
salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus, maka partikel
koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi.
3. ELEKTROFORESIS
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang
bermuatan dengan menggunakan arus listrik. Partikel kolid
dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa
partikel koloid tersebut bermuatan. Pergerakan partikel koloid
dalam medan listrik ini disebut elektroforesis.
Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan 2 batang
elektrode kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah,
maka partikel koloid bermuatan positif akan bergerak ke salah
satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid
bermuatan negatif bergerak ke anode dan koloid bermuatan
positif bergerak
ke katode. Dengan demikian elektorforesis dapat digunakan
Gambar 2.4 Elektroforesis
untuk menentukan jenis muatan koloid.
Sifat elektroforensis dapat banyak digunakan untuk :
1. Untuk menentukan muatan suatu partikel koloid. Misalnya pada penentuan DNA.
2. Untuk memproduksi barang industri yang terbuat dari karet. Misalnya pada pembuatan boneka
dan sarung tangan, karetnya diendapkan pada cetakan bentuk boneka atau sarung tangan
secara
elektroforesis.
4. ADSORPSI
Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan
partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di seluruh bagian suatu partikel).
Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii)
Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-.
Sifat adsorbsi dari koloid digunakan dalam berbagai proses, seperti:
1. Pemutihan gula tebu.
Gula yang masih berwarna dilarutkan ke dalam air kemudian
dialirkan melalui tanah diatomae dan arang tulang. Zat- warna
dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih
dan bersih
2. Pembuatan obat norit.
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Jika diminum,
di dalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat
mengadsorpsi gas atau racun
3. Penjernihan air.
Dengan menambahkan tawas atau aluminium sulfat ke dalam air,
aluminium sulfat akan terhidrolisis membentuk Al(OH)3 yang
berupa koloid yang dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat
pencemar dalam air.
5. KOAGULASI
Asap atau debu dari pabrik dan industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik
dari Cottrel. Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung
logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt). Ujung-ujung
yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi
oleh partikel asap menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat
pada elektrode yang lainnya.
Pernahkah kamu memanaskan telur? Apa yang terjadi? Partikel-partikel koloid bersifat
stabil dengan adanya muatan listrik. Jika muatan hilang, maka partikel-partikel koloid dapat saling
bergabung membentuk suatu gumpalan (flocculant). Proses penggumpalan ini disebut flokulasi
(flocculation) dan gumpalannya disebut flok (flocculant). Dengan adanyaGambargaya gravitasi, maka
2.5 Asap pabrik
gumpalan itu akan mengendap. Proses penggumpalan dan pengendapan partikel koloid disebut
koagulasi. Bagaimana proses koagulasi dapat terjadi? Proses koagulasi dapat terjadi apabila
muatan-muatan partikel koloid hilang. Untuk menghilangkan muatan pertikel-partikel koloid itu
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: mekanik atau kimiawi. Cara mekanik dapat
dilakukan dengan pendinginan, pemanasan atau pengubahan tekanan, sedangkan cara kimiawi
dapat dilakukan dengan penambahan koloid lain yang berbeda muatan atau elektrolit.
a. Penggumpalan Partikel Koloid dengan Cara Kimiawi
Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke
elektrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel-partikel ini mencapai elektrode, maka
partikel-partikel tersebut akan kehilangan muatannya sehingga menggumpal dan mengendap di
elektrode.
Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Apabila suatu sistem koloid ditambahkan sistem koloid lain dengan muatan berlawanan,
maka kedua sistem koloid tersebut akan saling mengadsorpsi dan menjadi netral. Akibatnya,
terbentuk koagulasi.
Penggumpalan partikel koloid dapat dilakukan dengan mencampurkan sistem koloid yang
berbeda muatan. Muatan yang berbeda dari kedua sistem koloid ini akan saling menetralkan
sehingga sistem koloid ini akan saling menetralkan sehingga sehingga sistem koloid tersebut akan
berkumpul dan menjadi besar kemudian mengalami koagulasi. Sebagai contoh, jika kalian
mencampurkan sol Fe(OH3) yang bermuatan positif dengan sol As2S3 yang bermuatan negatif.
Pencampuran kedua sol tersebut akan mengalami pengendapan atau koagulasi.
Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid, maka partikel-partikel koloid
yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Sementara itu, partikel-
partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini
menyebabkan partikel-partikel koloid tersebut dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki
muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan
kedua cukup dekat, maka muatannya akan hilang. Contohnya adalah sol emas yang bermuatan
negatif dapat dikoagulasikan dengan NaCl, CaCl2, atau AlCl3.
(a) (b)
Gambar 2.7 Contoh koagulasi koloid dengan pemanasan (a) Telur Rebus
dan dengan pendinginan (b) Agar-agar.
(Sumber: Wikipedia.Com)
Gambar 8. Delta Sungai Nil
Apakah kamu pernah berjalan-jalan di sekitar muara sungai, jika pernah mungkin kamu
pernah melihat daratan kecil di tengah muara tersebut. Daratan kecil tersebut sering dinamai
sebagai delta. Delta terbentuk dari pengendapan partikel koloid, karena partikel koloid yang
bermuatan dinetralkan oleh muatan lawannya ketika partikel tersebut terbawa oleh air sungai dan
bertemu dengan air laut yang kaya dengan elektrolit. Hal itu terjadi karena keberadaan ion
pasangannya menyebabkan partikel koloid berkumpul bersama akibat menghilangnya tolakan
muatan antar partikel. Tanah liat dan pasir yang terbawa oleh aliran sungai merupakan sistem
koloid yang bermuatan negatif. Sedangkan laut mengandung ion-ion Na+, Mg2+, dan Ca2+. Ketika
air sungai dan air laut bertemu di muara, maka partikel-partikel air laut yang bermuatan positif
akan menetralkan sistem koloid pada air sungai sehingga terjadi koagulasi yang ditandai dengan
terbentuknya delta.
2. Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
● ● ●
Asam formiat (HCOOH)
digunakan untuk
mengkoagulasikan getah
karet agar menggumpal
● ● ●
3. Lumpur koloidal dalam air sungai digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat
dalam air sungai biasanya bermuatan negatif, sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari
tawas (Aluminium sulfat).
4. Asap atau debu dari pabrik dan industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
Cottrel.
Bagaimanakah alat Cottrel diterapkan? Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong
asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000
sampai 75.000 Volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara.
Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel
bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak
digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun
dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
5. Penggumpalan darah
Darah mengandung koloid protein yang
bermuatan negatif. Jika terdapat suatu luka kecil, untuk
membantu penggumpalan darah digunakan styptic
pencil atau tawas yang mengandung ion Al3+ dan Fe3+.
Ion-ion ini akan menetralkan muatan-muatan partikel
koloid protein sehingga membantu penggumpalan
darah.
KESTABILAN KOLOID
Koloid merupakan system disperse yang relative kurang stabil dibandingkan larutan.
Suatu produk industry dalam bentuk koloid umumnya diinginkan dalam kondisi stabil, misalnya
krim minyak rambut, krim pembersih muka, bedak cair, dan obat-obatan yang berupa emulsi.
Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan cara-cara berikut.
1. MENGHILANGKAN MUATAN KOLOID
Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu
kestabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang
disebut dengan dialisis. Dalam dialisis, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid
lalu kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana berisi air mengalir (Gambar 13).
Kantong koloid terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan
partikel-partikel kecil seperti ion-ion atau molekul sederhana tetapi menahan koloid. Dengan
demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air. Salah satu contoh proses dialisis
adalah proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal. Jaringan ginjal berfungsi
sebagai selaput permeable yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana, seperti: urea,
tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita gagal ginjal dapat
menjalani “proses cuci darah” dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator.
Darah dari
pasien
Cairan yang
membawa pengotor
Cairan (biasanya
plasma darah)
Sifat hidrofob dan hidrofil dimanfaatkan dalam proses pencucian pakaian pada penggunaan
detergen. Apabila kotoran yang menempel pada kain tidak mudah larut dalam air, misalnya lemak
dan minyak. dengan bantuan sabun atau detergen maka minyak akan tertarik oleh detergen. Oleh
karena detergen larut dalam air, akibatnya minyak dan lemak dapat tertarik dari kain. Kemampuan
detergen menarik lemak dan minyak disebabkan pada molekul detergen terdapat ujung-ujung liofil
yang larut dalam air dan ujung liofob yang dapat menarik lemak dan minyak. Akibat adanya tarik-
menarik tersebut , tegangan permukaan lemak dan minyak dengan kain menjadi turun dehingga
lebih kuat tertarik oleh molekul-molekul air yang mengikat kuat detergen.
1. koloid liofil yaitu merupakan koloid yang fase
terdispersinya mempunyai afinitas besar atau mudah
menarik medium pendispersinya, sedangkan koloid
liofob yaitu merupakan koloid yang fase terdispersinya
mempunyai afinitas kecil atau menolak medium
pendispersinya
2. Contoh koloid liofil yaitu : sabun, detergen, dan kanji.
Contoh koloid liofob yaitu : dispersi emas, belerang
dalam air, dan Fe(OH)3
3. Sifat hidrofob dan hidrofil dimanfaatkan dalam proses Gambar 2.2 Proses penarikan lemak
pencucian pakaian pada penggunaan detergen. Apabila dan minyak oleh detergen
kotoran yang menempel pada kain tidak mudah larut
dalam air, misalnya lemak dan minyak. dengan bantuan sabun atau detergen maka minyak akan
tertarik oleh detergen. Kemapuan detergen menarik lemak dan minyak disebabkan pada
molekul detergen terdapat ujung-ujung liofil yang larut dalam air dan ujung liofob yang dapat
menarik lemak dan minyak
C. PEMBUATAN KOLOID
Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan metode kondensasi merupakan suatu metode pembuatan
sistem koloid dengan menggumpalkan partikel larutan sejati (atom, ion atau molekul) menjadi
partikel berukuran koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi
redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
1. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan
oksidasi.
Contoh 1:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S)
dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S
ke dalam larutan SO2.
H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S (koloid)
Contoh 2: Gambar 2. Sol emas dalam
Untuk membuat sol emas, dapat dilakukan dengan mereduksi beberapa konsentrasi
garamnya HAuCl4 dengan menggunakan reduktor formaldehida. Reaksi yang terjadi dapat
dituliskan sebagai berikut.
2HAuCl4(aq) + 6K2CO3(aq) + 3HCHO(aq) → 2 Au(koloid) + 5CO2(g) + 8KCl(aq) +
KHCO3(aq) + 2H2O(l)
2. Reaksi Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat
koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis
Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3
FeCl3 (aq) + 3H2O (l) Fe(OH)3 (s) + 3HCl (aq)
3. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat sukar larut
(endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh: Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.
3H2S (g) + As2O3 (aq) As2S3 (s) + 3H2O (l)
Selain dengan cara-cara di atas, koloid ada yang terbentuk secara alamiah, misalnya lumpur,
getah karet, dan getah pohon nangka.
Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
1. Cara Mekanik
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid
sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi. Cara
mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan
untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini
biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah rotasi berlawanan.
Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling.
Partikel berukuran koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium
pendispersinya untuk membuat sistem koloid. Contoh koloid yang dibuat dalam proses ini ialah
koloid grafit untuk pelumas, tinta cetak, cat, dan sol belerang.
Contoh:
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat
inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
2. Cara Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi
butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi,
yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh
enzim pepsin.
Contoh;
Gambar 2: Pembuatan sol
Agar-agar dipeptisasi oleh air belerang dengan cara
Nitroselulosa oleh aseton mekanik
Karet olehbensin
Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S
Endapan Al(OH)3 oleh AlCl3
Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH)3 yang baru terbentuk dengan
sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe3+ sehingga bermuatan positif.
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan/proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun
pelarut tertentu.
Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi sistem koloid dengan
penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud adalah elektrolit, terutama yang
mengandung ion sejenis, atau pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3
ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka Fe(OH)3 maka Fe(OH)3
akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ tersebut. Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan
memisahkan diri untuk membentuk partikel-partikel koloid. Beberapa contoh lain:
Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS
Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl
Sol Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan Al(OH)3
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au,
dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan
sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air
suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan
diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya
kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi
tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid dengan proses
uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
Logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel koloid digunakan sebagai elektrode. Dua
elektrode logam dicelupkan ke dalam medium pendispersi (air dingin) sedemikian sehingga
kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian kedua elektrode diberi loncatan listrik. Panas
yang timbul akan menyebabkan logam menguap. Uapnya kemudian akan terkondensasi dalam
medium pendispersi dingin. Hasil kondensasi ini berupa partikel-partikel koloid.
4. Cara Homogenisasi
Cara homogenisasi adalah suatu cara yang digunakan untuk membuat suatu zat menjadi
homogen dan berukuran partikel koloid. Cara ini banyak digunakan untuk membuat koloid tipe
emulsi, misalnya susu. Pada pembuatan susu, ukuran partikel lemak pada susu diperkecil
hingga berukuran partikel koloid. Caranya dengan melewatkan zat tersebut melalui lubang
berpori bertekanan tinggi. Apabila partikel lemak dengan ukuran partikel koloid tersebut sudah
terbentuk, zat tersebut kemudian didispersikan kedalam medium pendispersinya.
Lampiran 2
RUBRIK PENILAIAN
Centang salah satu gradasi performan/kinerja siswa yang ditunjukkan oleh siswa yang bersangkutan untuk setiap indikator
Kelompok ke-….
Nomor Siswa/i
N Sko Indikator dan Gradasi Indikator Sikap Kel. ke- Kel. Kel. Kel. Kel. Kel. Kel Kel.
o r yang Teramati 1 ke-2 ke-3 ke-4 Ke-5 Ke-6 Ke-7 Ke-8
RUBRIK PENILAIAN
Keterangan:
(1) : nilai kuis – pretes/postes
(2) : nilai tugas individu
(3) : nilai tugas kelompok
(4) : nilai ulangan harian
Lampiran 4
RUBRIK PENILAIAN
Item Penilaian *)
Kelompok No Nama Siswa Skor Nilai
(1) (2) (3)
1
2
3
4
dst
A Tujuan Pembelajaran
3.14.1 Melalui studi literatur peserta didik dapat menjelaskan pengertian sistem koloid
dengan tepat.
3.14.2 Melalui studi literatur peserta didik dapat membedakan jenis koloid berdasarkan
fase pendispersi dan fase terdispersinya dengan tepat.
B Petunjuk
Kerjakanlah LKPD berikut dengan seksama sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah
ditentukan. Gunakanlah Bahan Ajar atau sumber belajar lainnya untuk dapat melengkapi
permasalahan-permasalahan yang diajukan.
C Orientasi Masalah
Permasalahan 1:
Amatilah gambar berikut untuk mengetahui lebih jauh mengenai jenis-jenis koloid.
Asap, kabut dan debu sering ada dilingkungan kita. Ketiga contoh koloid diatas ada di udara
sekitar kita. Namun ketiga fenomena tersebut ternyata merupakan jenis koloid yang berbeda
walaupun sama-sama berada diudara.
Kegiatan Pemecahan Masalah
1. Hasil Analisis Masalah
Bacalah masalah dengan baik, kemudian tuliskan hasil analisis masalah anda pada
tabel berikut.
K N D
what we Know? ( Apa what we Need to know? what we need to Do? (Apa
yang diketahui dari (Apa yang perlu diketahui yang perlu kita lakukan?)
masalah?) untuk memecahkan
masalah?
2. Berdasarkan informasi yang disajikan maka hipotesis yang dirumuskan yaitu:
D Penyelidikan
2. Jenis Koloid.
a) Sistem koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Fase terdispersi
merupakan butiran-butiran koloid yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan partikel-
partikel fase pendispersi. Simaklah simulasi mikroskopis dari sistem dispersi koloid belerang
dalam air.
b) Sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis yakni busa padat, busa, sol padat, sol,
emulsi padat, emulsi, aerosol padat dan aerosol! Untuk mengetahui lebih jauh analisislah
fasa terdispersi dan fasa pendispersi dari jenis-jenis koloid berikut!
Sol (cat)
Fasa terdipersinya adalah .......................................
Fasa pendispersinya adalah ....................................
Jadi Sol adalah:
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...............................................................
Emulsi (santan)
Fasa terdipersinya adalah .......................................
Fasa pendispersinya adalah ....................................
Jadi Sol adalah:
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...............................................................
Aerosol padat (asap)
Aerosol (awan)
Fasa terdipersinya adalah .......................................
Fasa pendispersinya adalah ....................................
Jadi Sol adalah:
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...............................................................
3. Uji pemahamanmu!
Lengkapilah tabel berikut untuk menguji pemahaman anda terkait jenis-jenis koloid
berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya dan berikanlah masing-masing 2
contoh selain dari contoh-contoh yang sudah ditampilkan diatas!
Terdispersi
Cair Padat Gas
Pendispersi
Cair
Padat
Gas
E Kesimpulan
Dari apa yang telah kalian pelajari, buatlah kesimpulan terkait dengan masalah yang telah
diajukan.
Kesimpulan
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
...................................................
METEDOLOGI PEMBELAJARAN IPA
OLEH:
Made Intan Pradnyamita ( 1923071009)
2019