PERCOBAAN VIII
OLEH:
NAMA : ARIANI
LABORATORIUM KIMIA
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
noda yang diperoleh pada KLT dapat memberikan identitas senyawa yang
kali menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran yang berbeda untuk
mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan yang baik serta noda
dengan menggunakan dua fase yaitu fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen).
Fase diam yang digunakan biasanya adalah silica gel sedangkan fase gerak yang
tidak sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-
2018).
kemurnian suatu zat. Contoh spesifik dari aplikasi ini meliputi: menganalisis
ceramide dan asam lemak, deteksi pestisida atau insektisida dalam makanan dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
A. Kromatografi
atau substansial. Zat padat, cair dan gas semuanya dapat dimodifikasi dengan
berbagai cara. Kromatografi pada dasarnya adalah alat pemisah, meskipun juga
masing-masing dengan cara distribusi kesetimbangan antara dua fasa (Patel et al,
2022).
Kromatografi lapis tipis adalah teknik pemisahan dan dua faktor utama
yang mengatur pemisahan adalah struktur kimia dan fisik fase diam, sehingga
semakin rendah diameter rata-rata partikel fase diam dari jenis tertentu akan
semakin teratur bentuknya dan pemisahan yang lebih efisien dapat diharapkan.
Kromatografi lapis tipis (KLT) melibatkan: adsorben yang sesuai (fase diam),
pelarut atau campuran pelarut (fase gerak atau eluen) dan molekul sampel. Untuk
kromatografi lapis tipis, adsorben dilapisi sebagai lapisan tipis pada penyangga
yang sesuai (misalnya pelat kaca, lembaran poliester atau aluminium). Pada
lapisan ini campuran zat dipisahkan dengan elusi dengan pelarut yang sesuai
terlarut yang ada dalam aliran fluida yang bergerak, yang dikenal sebagai fase
gerak, dan juga terdapat dalam fase diam. Fase gerak dapat terdiri dari cairan atau
gas dan fase diam terdiri dari padatan atau cairan. Fase gerak adalah cairan tetapi
fase diam adalah pelat kaca yang dilapisi silika gel. Dalam proses ini terjadi
perselisihan antara zat terlarut dan fase gerak agar berikatan dengan fase diam.
Misalnya, jika dalam fase diam digunakan silika gel maka bersifat polar. Oleh
karena itu, jika digunakan dua senyawa yang memiliki kepolaran yang berbeda
satu sama lain, maka senyawa yang lebih polar akan lebih banyak bereaksi dengan
D. Eluen
Pelarut atau kombinasi pelarut yang disebut fase gerak atau eluen
dan eluen yang diperlukan untuk melakukan kromatografi, maka dipilih nilai
faktor retensi senyawa target adalah sekitar antara 0,2 dan 0,3. Selain itu, eluen
komponen. Sambil bergerak Biotage, Buchi, Interchim dan Teledyne Isco, telah
sering disesuaikan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam
Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C 2H5OH atau
CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4°C. Etanol memiliki sifat tidak berwarna,
volatil dan dapat bercampur dengan air. Etanol adalah pelarut yang aman untuk
dikonsumsi manusia sebagai pelarut zat alami untuk keperluan makanan dan
pengobatan alami. Etanol absolut dan etanol berair telah berhasil digunakan untuk
mengekstraksi senyawa antioksidan turunan fenolik dari bahan alami dengan hasil
1. Alat
adalah bejana pengembangan/chamber, pipa kapiler, pipet tetes, pinset, botol vial
kecil 10 mL, plactic wrap, gelas kimia 100 mL, pensil dan penggaris.
2. Bahan
adalah ekstrak daun tembelekan, etanol, n-heksan, etanol dan plat KLT silika gel
Plat KLT
2. Pembuatan Eluen
N-Heksan Etanol
- dipipet 1 mL - dipipet 2 mL
Eluen Jenuh
3. Analisis KLT
Rf Eksrak = 0,9
Rf Ekstrak + Etanol = 3,8
Rf Ekstrak + N-Heksan = −¿
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Data Pengamatan
2. Analisis Data
a. Rf Eksrak
3,8
=
1
= 3,8 (c)
b. Rf Ekstrak + Etanol
3,8
=
4,2
= 0,9 (b)
B. Pembahasan
Kromatografi lapis tipis merupakan prosedur pemisahan senyawa
perbedaan koefisien distribusi masing-masing senyawa pada fase gerak dan fase
diam yang tidak saling bersinggungan dan tidak saling campur. Kromatografi
lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, menggunakan fase
diam berupa silika gel yang bersifat polar dan fase gerak yang bersifat kurang
polar. Proses ini terjadi perselisihan antara zat terlarut dan fase gerak agar
tipis. Pertama, memotong plat KLT dengan ukuran 3 x 5 mm dan membuat garis
batas bawah 0,5 mm dan garis batas bawah 0,3 mm sehingga didapat plat KLT
hasil preparasi. Perlakuan selanjutnya yaitu pembuatan eluen, Eluen yang terdiri
dari pelarut dengan titik didih rendah dan sangat mudah menguap dapat
menyebabakan terjadinya efek tepi dan melengkungnya bentuk garis depan eluen.
Hal ini dikarenakan penguapan tidak hanya terjadi dari atas ke bawah tapi juga
dari samping tepi chamber ke tengah chamber. Hal tersebut menjadi penyebab
KLT yang berisi sampel. Pertama, memipet larutan N-Heksan dan etanol dengan
mengamati kertas saring hingga pelarut naik sampai batas atas. Penjenuhan
ditandai dengan berhentinya fase gerak mengenai kertas saring dan kertas saring
mongering dan diperoleh hasil berupa eluen jenuh. Setelah proses penjenuhan
ekstrak + n-heksan pada garis batas bagian bawah pada plat KLT yang telah
dipreparasi. Setelah itu, dimasukkan ke dalam Chamber yang berisi eluen jenuh.
Setelah itu, didiamkan hingga eluen menyentuh garis batas atas. Ketika lempeng
terjadi interaksi antara sorben lempeng KLT dengan molekul uap pelarut.
dan mengeringkan plat KLT tersebut. Lalu, mengamati spot noda dan menghitung
nilai Rfnya.
diperoleh nila sebesar 3,8. Berdasarkan teori, nilai Rf yang baik adalah sekitar 0,2
– 0,8. Namun dari hasil percobaan terlihat nilai Rf nya jauh di atas 0,2 – 0,8. Hal
ini bisa disebabkan karena pada proses penjenuhan dilakukan terlalu cepat dan
eluat menunjukkan efesiensi pemilihan yang paling tinggi. Pelarut dalam chamber
pergerakan pelarut terlalu cepat dan hasil yang diperoleh tidak baik.
V. KESIMPULAN
mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan yang baik serta noda
zat warna yang bagus. Proses kromatografi lapis tipis yang dilakukan pada ekstrak
Alen, Y., Fitria L. A and Yori Y, 2017, Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum
Brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih Jantan, Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, 3(2).
Hikmawanti, N. P. E., Sofia F and Anindita W. A, 2021, The Effect of Ethanol
Concentrations as The Extraction Solvent on Antioxidant Activity of
Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Leaves Extracts, IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, doi:10.1088/1755-
1315/755/1/012060
Kowalska, T and Mieczysław S, 2022, Thin-Layer Chromatography (TLC) in the
Screening of Botanicals–Its Versatile Potential and Selected
Applications, Molecules, 27(2).
Namir, H., Raif H., Igor M., Miro J. and Dražen S, 2019, Application of Thin
Layer Chromatography for Qualitative Analysis of Gunpowder In
Purpose of Life Prediction of Ammunition, International Journal of
Biosensors & Bioelectronics, 5(1).
Patel, K., Diya P., Diya P., Khyati P. and Umesh U, A Review on High
Performance liquid Chromatography, International Journal of Creative
Research Thoughts (IJCRT), 10(10).
Romsiah and Dwi P. U, 2018, Identifikasi Sakarin dan Siklamat pada Minuman
Es tidak Bermerk yang Dijual di Pasar 16 Ilir Palembang dengan
Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis, Jurnal Ilmiah Bakti
Farmasi, 3(1).
Silva, A, 2022, Column Chromatography in Pharmaceutical Analysis, Research &
Reviews: Research Journal of Pharmaceutical Analysis, 11(4).
Tiwari, S and Shreya T, 2022, Thin Layer Chromatography (TLC) VS. Paper
Chromatography: A Review, Acta Scientific Pharmaceutical Sciences,
6(9).
Widyaningrum, N. R. and Andriani N. N, Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
dan Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Ipomoea Carnea Jacq
melalui Induksi Pepton pada Mencit Jantan, Avicenna : Journal of Health
Research, 4(2).