Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA

PERCOBAAN VIII

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

OLEH:

NAMA : ARIANI

STAMBUK : F1C1 21 003

KELOMPOK : VIII (DELAPAN)

ASISTEN : INDAH ARIANTI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan suatu analisis sederhana yang

dapat digunakan untuk melakukan penegasan terhadap senyawa kimia yang

terkandung pada tumbuhan disamping skrining fitokimia. Nilai Rf dan warna

noda yang diperoleh pada KLT dapat memberikan identitas senyawa yang

terkandung. Pemisahan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan beberapa

kali menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran yang berbeda untuk

mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan yang baik serta noda

zat warna yang bagus (Alen et al., 2017).

Prinsip kromatografi lapis tipis yaitu pemisahan senyawa multi komponen

dengan menggunakan dua fase yaitu fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen).

Fase diam yang digunakan biasanya adalah silica gel sedangkan fase gerak yang

digunakan etanol : n-heksan. Fase gerak bergerak naik mengikuti cairan

pengembang karena daya serap fase diam terhadap komponen-komponen kimia

tidak sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-

beda berdasarkan tingkat kepolarannya dan hal inilah yang menyebabkan

terjadinya pemisahan komponen menjadi senyawa murni (Romsiah and Dwi,

2018).

Tujuan analisis kromatografi lapis tipis yaitu untuk menentukan eluan

untuk proses kromatografi selanjutnya yaitu kromatografi kolom. Kromatografi


lapis tipis dapat digunakan untuk memantau kemajuan suatu reaksi,

mengidentifikasi senyawa yang ada dalam suatu campuran dan menentukan

kemurnian suatu zat. Contoh spesifik dari aplikasi ini meliputi: menganalisis

ceramide dan asam lemak, deteksi pestisida atau insektisida dalam makanan dan

air, menganalisis komposisi pewarna serat dalam forensik, menguji kemurnian

radiokimia radiofarmasi atau identifikasi tanaman obat dan konstituennya (Namir

et al., 2019). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan percobaan

Kromatografi Lapis Tipis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada percobaan Kromatografi Lapis

Tipis adalah bagaimana mengetahui pemisahan sifat kepolaran senyawa ekstraksi

berdasarkan nilai Rf noda menggunakan metode KLT?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan Kromatografi Lapis Tipis

adalah untuk mengetahui pemisahan sifat kepolaran senyawa ekstraksi

berdasarkan nilai Rf noda menggunakan metode KLT.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh pada percobaan Kromatografi Lapis Tipis

adalah dapat mengetahui pemisahan sifat kepolaran senyawa ekstraksi

berdasarkan nilai Rf noda menggunakan metode KLT.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kromatografi

Kromatografi adalah metode non-destruktif untuk memisahkan campuran

multi-komponen menjadi bagian-bagian komponennya, apakah itu jejak, minor

atau substansial. Zat padat, cair dan gas semuanya dapat dimodifikasi dengan

berbagai cara. Kromatografi pada dasarnya adalah alat pemisah, meskipun juga

dapat digunakan secara kuantitatif. Kromatografi adalah suatu proses yang

membagi campuran komponen-komponen menjadi komponen-komponennya

masing-masing dengan cara distribusi kesetimbangan antara dua fasa (Patel et al,

2022).

B. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis adalah teknik pemisahan dan dua faktor utama

yang mengatur pemisahan adalah struktur kimia dan fisik fase diam, sehingga

semakin rendah diameter rata-rata partikel fase diam dari jenis tertentu akan

semakin teratur bentuknya dan pemisahan yang lebih efisien dapat diharapkan.

Kromatografi lapis tipis (KLT) melibatkan: adsorben yang sesuai (fase diam),

pelarut atau campuran pelarut (fase gerak atau eluen) dan molekul sampel. Untuk

kromatografi lapis tipis, adsorben dilapisi sebagai lapisan tipis pada penyangga

yang sesuai (misalnya pelat kaca, lembaran poliester atau aluminium). Pada

lapisan ini campuran zat dipisahkan dengan elusi dengan pelarut yang sesuai

(Kowalska and Mieczysÿaw, 2022).


C. Fase Gerak dan Fase Diam

Pemisahan kromatografi terjadi berdasarkan volume relatif dari setiap zat

terlarut yang ada dalam aliran fluida yang bergerak, yang dikenal sebagai fase

gerak, dan juga terdapat dalam fase diam. Fase gerak dapat terdiri dari cairan atau

gas dan fase diam terdiri dari padatan atau cairan. Fase gerak adalah cairan tetapi

fase diam adalah pelat kaca yang dilapisi silika gel. Dalam proses ini terjadi

perselisihan antara zat terlarut dan fase gerak agar berikatan dengan fase diam.

Misalnya, jika dalam fase diam digunakan silika gel maka bersifat polar. Oleh

karena itu, jika digunakan dua senyawa yang memiliki kepolaran yang berbeda

satu sama lain, maka senyawa yang lebih polar akan lebih banyak bereaksi dengan

silika (Tiwari and Shreya, 2022).

D. Eluen

Pelarut atau kombinasi pelarut yang disebut fase gerak atau eluen

digunakan untuk mengangkut bahan kimia. kolom. Untuk mempersingkat waktu

dan eluen yang diperlukan untuk melakukan kromatografi, maka dipilih nilai

faktor retensi senyawa target adalah sekitar antara 0,2 dan 0,3. Selain itu, eluen

telah dipilih untuk memungkinkan pemisahan yang efisien dari berbagai

komponen. Sambil bergerak Biotage, Buchi, Interchim dan Teledyne Isco, telah

menciptakan sistem kromatografi flash otomatis yang meminimalkan 29 eluen

sering disesuaikan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam

yang sama (Silva, 2022)


E. Etanol

Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C 2H5OH atau

CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4°C. Etanol memiliki sifat tidak berwarna,

volatil dan dapat bercampur dengan air. Etanol adalah pelarut yang aman untuk

dikonsumsi manusia sebagai pelarut zat alami untuk keperluan makanan dan

pengobatan alami. Etanol absolut dan etanol berair telah berhasil digunakan untuk

mengekstraksi senyawa antioksidan turunan fenolik dari bahan alami dengan hasil

yang baik (Hikmawanti et al., 2021).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum percobaan Kromatografi Lapis Tipis dilaksanakan pada hari

Selasa, 21 November 2023, Pukul 13.00-15.29 WITA, bertempat di Laboratorium

Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan Kromatografi Lapis Tipis

adalah bejana pengembangan/chamber, pipa kapiler, pipet tetes, pinset, botol vial

kecil 10 mL, plactic wrap, gelas kimia 100 mL, pensil dan penggaris.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan Kromatografi Lapis Tipis

adalah ekstrak daun tembelekan, etanol, n-heksan, etanol dan plat KLT silika gel

GF254 ukuran 3 x 5 mm (1 buah plat).


C. Prosedur Kerja

1. Persiapan Plat Kromatografi Lapis Tipis

Plat KLT

- dipotong dengan ukuran 3 x 5 mm


- dibuat garis batas bawah 0,5 mm
dan garis batas bawah 0,3 mm

Plat KLT Hasil


Preparasi

2. Pembuatan Eluen

N-Heksan Etanol

- dipipet 1 mL - dipipet 2 mL

- dimasukkan ke dalam Chember


- dijenuhkan dengan kertas saring
- amati kertas saring hingga pelarut
naik sampai batas atas

Eluen Jenuh
3. Analisis KLT

Ekstrak Ekstrak + Etanol Ekstrak + N-Heksan

- ditotolkan pada plat KLT yang telah


dipreparasi
- dimasukkan ke dalam Chember yang
berisi eluen jenuh
- didiamkan hingga eluen menyentuh
garis batas atas
- diangkat plat KLT
- dikeringkan
- diamati spot noda
- dihitung nilai Rf

Rf Eksrak = 0,9
Rf Ekstrak + Etanol = 3,8
Rf Ekstrak + N-Heksan = −¿
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

Perbandingan Jarak Jarak tempuh


Plat Rf
No. eluen (n-heksan : eluen ekstrak (cm)
KLT
etanol) (cm) a b c a b c
1. Plat 1 1:2 4:2 −¿ 1 3,8 −¿ 0,9 3,8

2. Analisis Data

Dik: Panjang eluen pelarut /tertentu = 4,2 cm

Jarak tempuh ekstrak = 1 mm (b)

Sampel = 3,8 mm (c)

a. Rf Eksrak

Jarak gerak zat terlarut


Rf =
Jarak gerak pelarut

3,8
=
1

= 3,8 (c)

b. Rf Ekstrak + Etanol

Jarak gerak zat terlarut


Rf =
Jarak gerak pelarut

3,8
=
4,2

= 0,9 (b)

B. Pembahasan
Kromatografi lapis tipis merupakan prosedur pemisahan senyawa

campuran berdasarkan kecepatan migrasi yang disebabkan karena adanya

perbedaan koefisien distribusi masing-masing senyawa pada fase gerak dan fase

diam yang tidak saling bersinggungan dan tidak saling campur. Kromatografi

lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, menggunakan fase

diam berupa silika gel yang bersifat polar dan fase gerak yang bersifat kurang

polar. Proses ini terjadi perselisihan antara zat terlarut dan fase gerak agar

berikatan dengan fase diam (Widyaningrum and Andriani, 2021).

Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu persiapan plat kromatografi lapis

tipis. Pertama, memotong plat KLT dengan ukuran 3 x 5 mm dan membuat garis

batas bawah 0,5 mm dan garis batas bawah 0,3 mm sehingga didapat plat KLT

hasil preparasi. Perlakuan selanjutnya yaitu pembuatan eluen, Eluen yang terdiri

dari pelarut dengan titik didih rendah dan sangat mudah menguap dapat

menyebabakan terjadinya efek tepi dan melengkungnya bentuk garis depan eluen.

Hal ini dikarenakan penguapan tidak hanya terjadi dari atas ke bawah tapi juga

dari samping tepi chamber ke tengah chamber. Hal tersebut menjadi penyebab

kenapa harus dilakukan penjenuhan terlebih dahulu sebelum memasukkan plat

KLT yang berisi sampel. Pertama, memipet larutan N-Heksan dan etanol dengan

perbandingan 1:2, lalu memasukkan larutan tersebut ke dalam chamber.

Kemudian, menjenuhkan larutan tersebut dengan kertas saring. Setelah itu,

mengamati kertas saring hingga pelarut naik sampai batas atas. Penjenuhan

ditandai dengan berhentinya fase gerak mengenai kertas saring dan kertas saring
mongering dan diperoleh hasil berupa eluen jenuh. Setelah proses penjenuhan

maka dilakukan proses analisis KLT.

Analisis KLT dilakukan dengan mentotolkan ekstrak, ekstrak + etanol dan

ekstrak + n-heksan pada garis batas bagian bawah pada plat KLT yang telah

dipreparasi. Setelah itu, dimasukkan ke dalam Chamber yang berisi eluen jenuh.

Setelah itu, didiamkan hingga eluen menyentuh garis batas atas. Ketika lempeng

dimasukkan ke dalam chamber, lempeng langsung kontak dengan uap eluen,

terjadi interaksi antara sorben lempeng KLT dengan molekul uap pelarut.

Interaksi yang terjadi tergantung dari kejenuhan chamber. Kemudian, mengangkat

dan mengeringkan plat KLT tersebut. Lalu, mengamati spot noda dan menghitung

nilai Rfnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan nilai Rf ekstrak tanpa

pengencer sebesar 0,9, sedangkan nilai Rf ekstrak dengan pengencer etanol

diperoleh nila sebesar 3,8. Berdasarkan teori, nilai Rf yang baik adalah sekitar 0,2

– 0,8. Namun dari hasil percobaan terlihat nilai Rf nya jauh di atas 0,2 – 0,8. Hal

ini bisa disebabkan karena pada proses penjenuhan dilakukan terlalu cepat dan

eluat menunjukkan efesiensi pemilihan yang paling tinggi. Pelarut dalam chamber

belum mengalami penjenuhan secara sempurna, namun plat KLT dimasukkan ke

dalam chamber. Sehingga ketika belum mengalami penjenuhan secara sempurna,

pergerakan pelarut terlalu cepat dan hasil yang diperoleh tidak baik.
V. KESIMPULAN

Pemisahan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan beberapa kali

menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran yang berbeda untuk

mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan yang baik serta noda

zat warna yang bagus. Proses kromatografi lapis tipis yang dilakukan pada ekstrak

melibatkan n-heksan dan etanol dengan rasio perbandingan 1:2. Perbandingan

kombinasi yang digunakan bertujuan untuk mengetahui kepolaran yang tepat

untuk pemisahan senyawa fitokimia yang diinginkan senyawa ekstraksi sehingga

dapat dihitung nilai Rfnya noda sebesar 0,9 dan 3,8.


DAFTAR PUSTAKA

Alen, Y., Fitria L. A and Yori Y, 2017, Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum
Brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih Jantan, Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, 3(2).
Hikmawanti, N. P. E., Sofia F and Anindita W. A, 2021, The Effect of Ethanol
Concentrations as The Extraction Solvent on Antioxidant Activity of
Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Leaves Extracts, IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, doi:10.1088/1755-
1315/755/1/012060
Kowalska, T and Mieczysław S, 2022, Thin-Layer Chromatography (TLC) in the
Screening of Botanicals–Its Versatile Potential and Selected
Applications, Molecules, 27(2).
Namir, H., Raif H., Igor M., Miro J. and Dražen S, 2019, Application of Thin
Layer Chromatography for Qualitative Analysis of Gunpowder In
Purpose of Life Prediction of Ammunition, International Journal of
Biosensors & Bioelectronics, 5(1).
Patel, K., Diya P., Diya P., Khyati P. and Umesh U, A Review on High
Performance liquid Chromatography, International Journal of Creative
Research Thoughts (IJCRT), 10(10).
Romsiah and Dwi P. U, 2018, Identifikasi Sakarin dan Siklamat pada Minuman
Es tidak Bermerk yang Dijual di Pasar 16 Ilir Palembang dengan
Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis, Jurnal Ilmiah Bakti
Farmasi, 3(1).
Silva, A, 2022, Column Chromatography in Pharmaceutical Analysis, Research &
Reviews: Research Journal of Pharmaceutical Analysis, 11(4).
Tiwari, S and Shreya T, 2022, Thin Layer Chromatography (TLC) VS. Paper
Chromatography: A Review, Acta Scientific Pharmaceutical Sciences,
6(9).
Widyaningrum, N. R. and Andriani N. N, Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
dan Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Ipomoea Carnea Jacq
melalui Induksi Pepton pada Mencit Jantan, Avicenna : Journal of Health
Research, 4(2).

Anda mungkin juga menyukai