A. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan kali ini dapat dilihat sebagai berikut :
1. Melakukan tehnik-tehnik dasar kromatografi kolom dan lapis tipis pada proses
B. Landasan Teori
dan keatsirian senyawa yang akan dipisahkan. KLT merupakan metode pilihan untuk
memisahkan semua kandungan yang larut dalam lipid, yaitu lipid, steroid, karotenoid,
kuinon sederhana dan klorofil. Sebaliknya, teknik KGC (Kromatografi Gas Cair),
penggunaan utamanya ialah pada pemisahan senyawa atsiri, yaitu asam lemak,
Fasa diam yang biasa digunakan dalam kromotografi lapis tipis (KLT) adalah
serbuk silica gel, alumina tanah diatome, selulosa, dan lain-lain yang merupakan
butiran yang berukuran kecil (0,063 0,125 mm) dilapiskan pada kaca, lembaran
dilakukan dalam wadah tertutup yang diisi eluen dan dijenuhi uap eluen agar
dihasilkan pemisahan yang baik dan dapat diulang. Kromotografi kolom lazimnya
digunakan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa dalam skala preparatif. Pada
prinsipnya seseorang dapat secara mudah memilih ukuran dan isi kolom sesuai jenis
dan jumlah cuplikan yang akan dipisahkan (difraksinasi). Kromotografi kolom (KK)
dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan lebih besar dari atmosfer
dengan bantuan tekanan luar misalnya gas nitrogen. Untuk keberhasilan pemakai
dalam bekerja dengan kromatografi kolom, maka syarat utamanya adalah mengetahui
wortel banyak mengandung protein, mineral, karoten, dan vitamin (Rubatzky, 1998).
Kandungan gizi terpenting pada buah wortel adalah pro-vitamin A yang berbentuk
senyawa organik yang berantai karbon panjang dan bersifat non polar (Susilawati).
senyawa kimia di antara dua fase, yaitu fase gerak dan fase diam (Kartasubrata 1987).
Teknik tersebut hingga saat ini masih digunakan untuk mengidentifikasi senyawa-
pemisahan dengan KLT diawali dengan pembuatan lapisan tipis adsorben pada
permukaan plat kaca (Institut Teknologi Bandung 1995). Tebal lapisan bervariasi,
bergantung pada analisis yang akan dilakukan (kualitatif atau kuantitatif) (Eni hayani,
2005).
kolom yang diisi dengan fase stasioner dan cairan (pereaksi) sebagai fase mobil untuk
mengetahui banyaknya komponen contoh yang keluar melalui kolom (Adnan 1997).
senyawa kimia yang dapat terpisah dan kandungan senyawa aktifnya (Eni Hayani,
2007).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
2. Bahan
Sampel wortel
Silika gel/alumina
Tissue
Aseton
n-heksan
Plat KLT
Kapas
Prosedur Kerja
1. Kromatografi Kolom
n-heksan
Fasa Diam
Eluat
Eluat Pekat
2. kromatografi Lapis Tipis
Eluat Pekat
- ditotolkan pada plat KLT pada batas yang
diberikan
Hasil pengamatan
E. Hasil Pengamatan
1. Rangkaian Alat
Kolom Kromatografi
Klem
Pelarut (Fasa Gerak)
Sampel
Kertas Saring
Statif Silika Gel (Fasa Diam)
Kertas Saring
Kapas
Gelas Kimia
2. Data Pengamatan
Eluat
4 cm ( eluen)
3,75 cm
3,7 cm
A B C
Perhitungan :
jarak noda
Rf1 = jarak eluen
3,7cm
= 4 cm = 0,95 cm
jarak noda
Rf 2 = jarak eluen
3,75cm
= 4 cm
= 0,9375 cm
jarak noda
Rf 3 = jarak eluen
3,75cm
= 4 cm
= 0,9375 cm
F. Pembahasan
Teknik dasar dalam pemisahan KLT yaitu larutan campuran senyawa yang akan
dipisahkan ditotolkan pada bagian bawah pelat yang telah ditandai dengan
dengan dicelupkan pada chamber yang berisi zat pengelusi. Pengembangan tersebut
disebabkan wortel kaya beta-karoten. Zat itu di dalam tubuh akan diubah menjadi
vitamin A, zat gizi yang sangat penting untuk fungsi retina. Selain berperan sebagai
merupakan anti oksidan. Zat anti oksidan sangat berguna untuk melawan zat Radikal
Bebas yang berasal dari zat-zat racun. Radikal Bebas adalah awal dari penyakit,
termasuk disini adalah penyakit jantung yang sangat ditakuti. Dengan adanya zat anti
oksidan yang antara lain adalah Beta Karoten, dapat jauh mengurangi resiko terkena
panyakit jantung. Mengingat kegunaannya yang sangat besar maka -karoten telah
Hal inilah yang dipelajari dalam percobaan ini yaitu pemisahan dan
dilakukan dengan cara kromatografi kolom dan lapis tipis. Kadar -karoten dalam
wortel dapat diamati dari warnanya yaitu makin jingga warna wortel, makin tinggi
kadar beta-karoten wortel. Hal ini disebabkan -karoten merupakan pigmen berwarna
geometris trans. Sifat kromofor dari struktur senyawa ini mudah dikenali di bawah
Dalam percobaan ini, isolasi -karoten dilakukan dengan metode refluks dan
evaporasi. Sampel yaitu serbuk wortel dilarutkan dalam pelarut kloroform dan
silika gel, dan n-heksan secukupnya. Tujuan ditambahkannya silika gel pada ekstrak
karotenoid sebelum dipartisi dalam kolom adalah agar ekstrak teradsorpsi pada silika
gel yang memudahkan dalam proses elusinya oleh n-heksan. Silika gel memiliki
aktivitas kimia yang kecil namun memiliki luas permukaan yang besar sehingga
perubahan karena aktivitas permukaan yang mempunyai sifat katalitik. Silika gel
berisikan eluen n-heksan sebagai fasa gerak dan adsorben silika gel sebagai fasa diam
fasa diam sehingga terpartisi dengan warna yang berbeda untuk komponen yang
berbeda.
Pada bagian bawah kolom yang digunakan dalam proses kromatografi, diberi
kapas dan kertas saring yang digunakan untuk menyangga isian yaitu adsorben silika
gel. Pengisian adsorben dan eluen harus seragam, di mana pengisian kolom yang
atas isian juga diberi penahan kertas saring sehingga laju elusi dapat dikontrol dan
dibuat konstan. Hal ini disebabkan elusi yang terlalu cepat tidak akan mampu
mengadakan pemisahan yang sempurna, sebaliknya elusi yang terlalu lambat akan
menyebabkan waktu retensi yang terlalu lama. Dari hasil fraksinasi dengan
kromatografi kolom tersebut diperoleh empat fraksi eluat yang warnanya terlihat
kimianya dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Pada kromatografi jenis ini,
digunakan pelat sebagai fasa diamnya dan pelarut atau campuran pelarut sebagai fasa
gerak. Berbeda dengan kromatografi kolom, pada KLT digunakan suatu pelat tipis
yang berupa aluminium yang dilapisi dengan adsorben (silika gel). Pada prinsipnya,
berdasarkan gaya kapilaritas karena penyerapan eluen naik ke atas permukaan silika.
Dalam percobaan ini, keempat fraksi yang terbentuk masing-masing ditotolkan pada
pelat KLT, yang kemudian dikembangkan dalam campuran pelarut atau eluen n-
heksan dan aseton dengan perbandingan 8 : 2. Campuran pelarut atau eluen sebagai
fasa gerak akan merembes atau bergerak naik sepanjang pelat sambil mengelusi
Pada kromatografi lapis tipis, senyawa bergerak atau terpisah berupa bercak
(spot), di mana untuk senyawa berwarna spot ini dapat langsung diamati tetapi untuk
spot yang tidak terlihat dengan mata telanjang, maka dapat digunakan reagen tertentu
yang dapat memberikan reaksi warna atau dapat dilihat dengan menggunakan alat
bantu lampu UV. Dalam percobaan ini digunakan serium sehingga dapat terlihat
bercak pada pelat KLT. Dari gambaran bercak pada KLT terlihat adanya distribusi
pemisahan bercak ekstrak karotenoid dalam tiap-tiap fraksi yang diduga mengandung
dan III serta berbeda dengan fraksi I. Hal ini dapat terlihat dari nilai Rf pada fraksi I
sama dengan 0,95 dan nilai Rf pada fraksi II sama dengan fraksi III yaitu 0,9375. Hal
ini mungkin disebabkan oleh komponen yang terpartisi pada fraksi II memiliki
kesamaan dengan fraksi III. Dari hasil percobaan tidak dapat ditentukan senyawa -
karoten murni sebab diperlukan pemisahan lebih lanjut dan karakterisasi untuk
G. Kesimpulan
1. Proses isolasi dan pemurnian senyawa bahan alam dapat dilakukan dengan
2. Perbedaan prinsip dasar kromatografi kolom dan lapis tipis ialah teknik
plat/planar. Fasa diam pada kromatografi kolom berupa silika gel sedangkan fasa
diam pada KLT adalah alpisan tipis air yang terikat oleh udara lembab pada
Hayani, Eni., dan Sukmasari, may., 2005, Teknik Pemisahan Komponen Ekstrak
Purwoceng Secara Kromatografi Lapis Tipis, Buletin Teknik Pertanian Vol.
10. Nomor 2.
Susilawati, Nurdin SU., dan Fitriani, TR., 2008, Pengaruh Konsentrasi Gum Arab
dan Minyak Kedelai Terhadap Konsentrasi -Karoten, Stablitas dan Sifat
Organoleptik Sari Wortel (Daucus Carolata L.), Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Universitas Lampung.
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
Soal :
1. Cari dan jelaskan apa perbedaan struktur likopen dan -karoten serta pengaruhnya
2. Mengapa dari nilai Rf senyawa hasil isolasi dapat diketahui jenis senyawanya,
Jawaban :
1. Struktur Betakaroten :
Betakaroten
Struktur Likopen :
Likopen
Perbedaan : Cincin betakaroten ttak dengan posisi trans sehingga faktor steriknya
baik. Akibatnya cenderung stabil dan kurang relative. Pada likopen, letak cincin
ialah cis sehingga factor steriknya besar. Akibatnya, kurang stabil dan lebih
relatif.
2. Setiap senyawa memiliki nilai Rf yang berbeda, sehingga dapat diketahui jenis
senyawa hanya dari Rf. Dan apabila Rf senyawa yang dihasilkan sama dengan Rf
secara teori atau sama dengan Rf larutan pembanding, maka dapat dikatakan