Anda di halaman 1dari 9

SINTESIS TAWAS DARI LIMBAH KALENG

BEKAS
(Praktikum Kimia Unsur Golongan Utama)

Oleh :

Nama : Tika Adinsandi

Nim : 118270091

Kelompok : 6

Asisten Praktikum : M. Allan Serunting, S.Si.,M.Sc.

Waktu : 07.00-10.00 WIB

LABORATORIUM KIMIA

JURUSAN SAINS

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019
Judul Praktikum : Sintesis Tawas dari Limbah Kaleng Bekas

Tanggal Praktikum : 01 Oktober 2019

Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Gedung C lantai 1

Nama : Tika Adinisandi

NIM : 118270091

Prodi : Kimia

Jurusan : Sains

Kelompok : 6

Anggota Kelompok : 1). Adevia Eka Yusvita (118270089)

2). Goesti Nur Rahman (118270103)

3). Irena Lestari Tampubolon (118270095)

4). Mitha Mei Safitri (118270097)

5). Ranisa Aulia (118270093)

6). Sri Kurnia Astuti (118270087)

7). Sucia Wati (118270099)

Lampung Selatan, 01 Oktober 2019

Mengetahui,

Nama Asisten

NIP :
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan salah satu bahan yang terbuang atau dibuang oleh
manusia. Meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk (manusia) menyebabkan
sampah semakin meningkat. Menurut Marliani (2014), sampah anorganik ialah
sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-hayati baik berupa produk sintetik
maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang atau sumber daya
alam dan tidak dapat diuraikan oleh alam seperti botol plastik, tas plastik, dan
kaleng.
Pemanfaatan sampah kaleng bekas minuman ringan yang berbahan dasar
aluminium, dapat diambil kembali kandungan alumuniumnya untuk dijadikan
aluminium sulfat (koagulan). Kaleng- kaleng bekas tersebut dapat dimanfaatkan
dengan mengekstrak kandungan aluminiumnya menjadi tawas yang kemudian
digunakan sebagai penjernih air (Irfan dan Ramdhani, 2014). Kandungan
alumunium pada kaleng bekas yang banyak, akan menghasilkan atau akan
terbentuk tawas dengan jumlah yang banyak (Manurung dan Ayuningtyas,
2010).
Tawas merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk
kristal oktahedral atau kubus. Tawas dapat larut dalam air akan tetapi tidak larut
dalam alkohol. Dalam udara bebas, tawas mempunyai sifat stabil. Senyawa
tawas bersifat sedikit asam tetapi dapat mengalami perubahan dalam suasana
basa karena amfoterik aluminium. adapun fakto-faktor yang mempengaruhi
pembentukan tawas yaitu konsentrasi basa dari pelarut kalium hidroksida
(KOH), proses pendinginan, konsentrasi asam dari pereaksi asam sulfat (H 2SO4)
dan pengeringan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum tentang sisntesis tawas dari limbah barang bekas yaitu
mahasiswa dapat mensitesis tawas dari limbah kaleng bekas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Kaleng Bekas

Limbah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia karena setiap


aktifitas manusia cenderung menghasilkan limbah atau buangan. Jumlah atau
volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang atau
material yang digunakan sehari-hari. Salah satu limbah yang banyak ditemukan di
lingkungan adalah limbah kaleng. Jika disebutkan satu per satu banyak sekali
limbah kaleng yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Proses
daur ulang akan menghemat energi dan eksploitasi sumber daya alam sekaligus
mengurangi timbunan sampah di TPA (Pahlano dalam Manuntun dan Irma 2010).
Selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan timbunan sampah di
TPA, proses daur ulang juga dapat menambah nilai ekonomis dari limbah kaleng
terutama recovery dari logam-logam seperti aluminium, seng, timah, atau besi.
Dugaan kuat bahwa beberapa kaleng bekas mengandung aluminium dengan kadar
yang bervariasi, mengingat aluminium mempunyai sifat tahan korosi, ringan dan
mudah di dapat sehingga memungkinkan untuk dijadikan bahan baku kaleng.
Kandungan aluminium dalam kaleng bekas juga memberi peluang untuk diolah
menjadi bahan koagulan penjernih air (tawas) atau bahan dalam deodorant
(Manuntun dan Irma 2010). Koagulan merupakan bahan kimia kalium aluminium
sulfat (KAl(SO4)2. 12H2O).

2.2 Aluminium
Alumunium ialah unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi
(sesudah oksigen dan silica) mencapai 8,2 % dari massa total. Keberadan aluminium
umumnya bersamaan dengan silicon dalam aluminosilkat dari feldspar, mika dan di
dalam lempung, yaitu pelapukan batuan tersebut. Bijih yang paling penting untuk
produksi alumunium adalah bauksit. Bauksit dimurnikan melalui proses bayer, yang
mengambil manfaat dari fakta bahwa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat,
tetapi besi(III) oksida tidak. Bauksit mentah dilarutkan dalam natrium hidroksida dan
dipisahkan dari besi oksidasi serta zat asing tak terlarut lainnya dengan penyaringan.
Alumunium oksida terhidrasi murni mengendap bila larutan didinginkan sampai
lewat jenuh dan dipancing menjadi kristal ( Oxtoby,2003).
Kristalisasi adalah peristiwa pembentukkan partikel- partikel zat padat di
dalam suatu zat yang homogen. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan
partikel-partikel padat di dalam uap,seperti dalam hal pembentukkan salju; sebagai
pembekuan di dalam lelehan cair sebagaimana dalam pembuatan kristal tunggal
yang benar atau sebagai kristalisasi dalam larutan cair.
Kristalisasi dari larutan sangat penting dalam industri karena banyaknya ragam
bahan yang dipasarkan dalam bentuk Kristal. Penggunaannya sangat luas karena dua
hal, antara lain :
1. kristal yang terbentuk dari larutan tak murni selalu murni, kecuali jika
terbentuk kristal dari campuran.
2. kristalisasi merupakam metode yang praktis untuk mendapatkan bahan-bahan
kimia murni dalam kondisi yang memenuhi syarat untuk penggunaan dan
penyimpanan.
Kristal sebagaimana dalam larutan berupa macam ukuran dan dikeluarkan
sebagai Kristall hasil. Tujuan utama dari kristalisasi tentulah untuk mendapatkan
perolehan yang memuaskan serta kemurnian yang tinggi dan juga menghasilkan
suatu kristal hasil (Warrendkk,1999).

2.3 Sintesis Tawas


Tawas adalah senyawa kimia berupa garam sulfat yang memiliki banyak sekali
ragamnya salah satunya yang paling populer adalah Aluminum Sulfat yang banyak
digunakan oleh PDAM untuk memproses air sungai menjadi ari bersih (oleh karena
itu disebut juga dengan nama populer Alum). Tawas merupakan garam sulfat
rangkap terhidrat dengan formula M+M3+ (SO4)2.12H2O. M+ merupakan kation
univalen, umumnya Na+, Fe+, Cr+, Ti3+ atau Co3+, tawas biasa dikenal dalam
kehidupan sehari-hari adalah amonium sulfat dodekahidrat.
Gas hidrogen dapat terbentuk dari reaksi antara aluminium dan NaOH, yang
menghasilkan larutan Al(OH)3. Larutan ini berwarna abu-abu kehitaman. Setelah
percobaan pembuatan gas ini selesai alangkah baiknya limbah aluminium (AL(OH)3)
ini jangan dibuang, melainkan ditampung untuk pembuatan tawas. Tawas kalium
aluminium sulfat dihasilkan dengan mereaksikan logam aluminium (Al) dalam
larutan basa kuat (kalium hidroksida) akan larut membentuk aluminat, bentuk
reaksinya yaitu :
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O(l) -----> 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)

Tawas (Alum) adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan
bersifat isomorf. Kristal tawas ini cukup mudah larut dalam air, dan kelarutannya
berbeda- beda tergantung pada jenis logam dan suhu (Anonim, 2011).
Sifat fisik dan Kimia Tawas
Menurut Amanda Desviani (2012, h. 4) beberapa sifat dari tawas atau
aluminium sulfa, amtara lain yaitu:
 Berbentuk bongkahan atau bubuk berwarna putih
 Kelarutan dalam air sekitar 700 gram/liter
 Konsentrasi larutan yang umum 50-100 gram/liter (5-10 %)
 Tidak mudah terbakar
 Larut dalam air, bereaksi dengan asam kuat dan bersifat korosif
 Larutannya berbahaya bagi paru-paru, mata dan kulit
 Bila debunya terhisap maka akan menimbulkan rasa nyeri pada alat
pernafasan
 Jika larutan terkena mata akan menimbulkan rasa pedih.

2.4 Instrumen XRD (Ex-ray Difractian


Tahapan kerja X-ray diffraction (XRD) terdiri dari empat tahap, yaitu:
produksi, difraksi, deteksi dan interpretasi. Untuk dapat melakukan fungsinya,
Xray diffraction (XRD) dilengkapi oleh komponen-komponen penting seperti:
tabung sinar-X, monochromator, detector dan lain-lain. Tahap-tahap dari XRD
sebagai berikut:

2.4.1 Tahap produksi


Pada tahap ini, elektron yang dihasilkan ketika filamen (katoda) dipanaskan
akan dipercepat akibat perbedaan tegangan antara filamen (katoda) dan logam
target (anoda) sehingga terjadi tumbukan dengan logam target. Tumbukan antara
elektron yang dipercepat tersebut dengan logam target akan menghasilkan
radiasi sinar-X yang akan keluar dari tabung sinar-X dan berinteraksi
dengan struktur kristal material yang diuji (Reza,h.13).
2.4.2 Tahap difraksi
Pada tahap ini, radiasi sinar-X yang telah dihasilkan oleh tabung sinar- X akan
berinteraksi dengan struktur kristal material yang diuji. Material yang akan
dianalisis struktur kristalnya harus berada dalam fasa padat karena dalam kondisi
tersebut kedudukan atom-atomnya berada dalam susunan yang sangat teratur
sehingga membentuk bidang-bidang kristal. Ketika suatu berkas sinar- X
diarahkan pada bidang-bidang kristal tersebut, maka akan timbul pola-pola
difraksi ketika sinar-X melewati celah-celah kecil di antara bidang-bidang kristal
tersebut. Pola-pola difraksi sebenarnya menyerupai pola gelap dan terang. Pola
gelap terbentuk ketika terjadi interferensi destruktif, sedangkan pola terang
terbentuk ketika terjadi interferensi konstruktif dari pantulan gelombang-
gelombang sinar-X yang saling bertemu.

2.4.3 Deteksi
Interferensi konstruktif radiasi sinar-X hasil difraksi struktur kristal material
yang diuji selanjutnya akan dideteksi oleh detektor. Agar detector dapat
mendeteksi interferensi konstruktif radiasi sinar-X hasil difraksi struktur kristal
material yang diuji dengan tepat, maka posisinya harus berada tepat pada arah
sudut pantul radiasi sinar-X.

2.4.4 Interpretasi
Interferensi konstruktif radiasi sinar-X (Gambar 2.7) yang telah dideteksi
oleh detektor selanjutnya akan diperkuat gelombangnya dengan menggunakan
amplifier. Lalu interferensi konstruktif radiasi sinar-X tersebut akan terbaca
secara spektroskopi sebagai puncak-puncak grafik yang ditampilkan oleh layer
computer.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat:
Erlenmeyer
Gelas Beaker
Gelas Ukur
Neraca O’hauss
Gunting
Amplas
Hot plate
Corong
Kertas Saring

Bahan :
2 gram kaleng bekas (aluminium)
40 mLKOH 40%
30 mL H2SO4 6M
Es batu

3.2 Diagram Alir

Siapkan larutan KOH 20% dan larutan H2SO4 6M

Timbang alumunium dari kaleng bekas sebanyak 2 gram

Tuangkan 40 ml larutan KOH 20 % ke erlenmeyer kemudian masukkan


potongan alumunium (kaleng bekas) secara hati – hati

Perhatikan reaksinya, tunggu sampai gelembung – gelembung dalam


erlenmeyer habis
Panaskan erlenmeyer di hotplate, tunggu sampai gelembung gas pada
erlenmeyer benar – benar habis. Tunggu larutan hingga cukup dingin.

Jika sudah selesai, saring larutan ke dalam corong. Kemudian diamkan


erlenmeyer sampai dingin.

Setelah dingin masukan 30 ml larutan H2SO4 6M.

Saring kembali larutan dengan kertas saring dan corong yang baru. Kemudian
dinginkan dalam beaker glass yang telah berisi es batu.

Amatilah

Jika terbentuk kristal, saring dengan kertas saring yang diletakkan dalam
corong. Lalu kertas saringnya dibilas dengan etanol.

Jika terbentuk kristal, saring dengan kertas saring yang diletakkan dalam
corong. Lalu kertas saringnya dibilas dengan etanol 70 %.c

Hasil sintesis tawasnya

Anda mungkin juga menyukai