KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN IV
“STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM”
KELOMPOK : V (LIMA) A
ASISTEN : SARIANTI
pada umumnya, yaitu bahwa perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi
stoikiometri yang melibatkan campuran. Hitungan stoikiometri dengan salah satu zat
dalam reaksi diketahui atau dapat ditentukan jumlah molnya, digolongkan sebagai
menyatakan relasi kuantitatif rumus kimia dan persamaan kimia. Stoikiometri adalah
cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan suatu hubungan kuantitatif yang
terdapat antara reaktan dan juga produk dalam reaksi kimia. Reaktan ialah suatu zat
yang berpartisipasi didalam reaksi kimia, dan juga produk ialah suatu zat yang
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan senyawa
kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut
kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-
ciri yang berbeda dari reaktan. Reaksi kimia dapat digolongkan ke dalam reaksi
redoks. Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi.
Pengertian reaksi reduksi dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada
awalnya reaksi reduksi dan oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan
reduksi dikaitkan dengan penangkapan dan pelepasan elektron dan dengan perubahan
bilangan oksidasinya.
Sebagian besar unsur logam dan nonlogam diperoleh dari bijinya melalui
proses oksidasi reduksi. Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak,
dapat ditempa dan liat. Tembaga dapat melebut pada suhu 1038oC. Pasangan
Cu/Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer karena
mudah teroksidasi menjadi Cu(II). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikakukan
praktikum dengan judul “Stoikiometri Reaksi Logam Tembaga dan Garam Besi III”.
antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dan meramalkan komposisi ion
logam tembaga dengan larutan besi (III) dengan meramalkan komposisi ion tembaga
yang dihasilkan berdasarkan harga perbandingan jumlah mol antara ion Fe3+ yang
2.1 Stoikiometri
reaksi kimia. Reaksi kimia merupakan pusat perhatian dari ilmu kimia, dapat
dinyatakan bahwa reaksi kimia adalah suatu proses dimana zat-zat baru yaitu hasil
reaksi, terbentuk dari beberapa zat aslinya yang disebut pereaksi. Biasanya suatu
reaksi sederhana, penerapan hukum kekekalan massa pada persamaan reaksi, hukum
equation) menggunakan lambang kimia untuk menunjukkan apa yang terjadi saat
reaksi berlangsung. Zat yang mengalami perubahan yaitu reaktan, ditulis pada sisi
kiri, dan zat yang terbentuk yaitu produk, ditulis pada sisi kanan dari tanda panah.
Persamaan kimia harus setara dan mengikuti hukum kekekalan massa. Jumlah atom
tiap jenis unsur dalam reaktan dan produk harus sama (Winarni, 2013).
2.2 Titrasi
Titrasi adalah proses untuk memastikan volume yang tepat dari satu larutan
yang secara kimia setara dengan jumlah zat lain yang diberikan, baik larutan lain
atau sejumlah bahan padat yang dilarutkan dalam pelarut. Peralatan yang biasa
digunakan dalam titrasi adalah buret jika larutan asam dititrasi dengan larutan basa.
Titik eqivalen adalah titik dimana jumlah asam dan basa kimiawi yang setara telah
dicampur dan dapat ditentukan dengan indikator. Sedangkan titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna larutan. Hal ini memungkinkan untuk analisis
kuantitatif konsentrasi larutan asam atau basa yang tidak diketahui (Mane, 2016).
Awalnya, titrasi dilakukan berdasarkan pada generasi fenomena yang terlihat secara
visual, semacam itu seperti pelangi, presipitasi, atau pewarnaan.. Titrasi berdasarkan
dan Partridge pada tahun 1928 dan E. N. Wiseet Al. Tahun 1953 Proposal ini
fotometrik, menggunakan hari zat sebagai indikator titrasi titik akhir (Lima, 2017).
2.3 Logam
Logam berat merupakan salah satu jenis zat pencemar di perairan. Hal ini
disebabkan sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai. Dalam kadar rendah,
logam berat pada umumnya sudah beracun bagi makhluk hidup. Logam berat
konsentrasi unsur kimia di dalam tubuh makhluk hidup. Banyaknya industri yang
Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam berat yang dapat ditemukan pada
lingkungan perairan maupun dalam sedimen. Ion Cu (II) dapat terakumulasi di otak,
jaringan kulit, hati, pankreas dan miokardium. Oleh karena itu, proses penanganan
limbah menjadi bagian yang sangat penting dalam industri. Keberadaan unsur
tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih
logam essensial, dimana dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme
Cu merupakan unsur yang esensial, dan dalam kadar rendah dibutuhkan oleh
organisme sebagai koenzim dalam proses metabolisme tubuh dan sifat racunnya baru
muncul dalam kadar yang tinggi. Sumber pencemaran Cu biasa berasal dari limbah
darat maupun perairan, namun dalam jumlah yang sedikit. Keberadaan Cu di suatu
perairan umum dapat berasal dari daerah industri yang berada di sekitar perairan
tersebut. Logam ini akan terserap oleh biota perairan secara berkelanjutan apabila
keberadaannya dalam perairan selalu tersedia. Terlebih lagi bagi biota perairan
yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
namun dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan efek racun. Tingginya kandungan
logam Fe akan berdampak terhadap kesehatan manusia diantaranya bisa
mendadak, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit,
(Supriyantini, 2015).
Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Hal ini karena kedua proses
terjadi bersamaan dalam reaksi yang sama. Reaksi ini melibatkan pengalihan atom
oksigen atau hidrogen atau elektron dari satu unit zat ke zat lainnya. Ada dua jenis
reagen redoks yang digunakan dalam reaksi redoks: zat pereduksi dan zat
pengoksidasi. Dalam reaksi redoks, Agen pereduksi (oksidasi atau reduktor) adalah
zat yang kehilangan atau menyumbangkan elektron, atau mengalami oksidasi yang
zat yang memperoleh atau menerima pemilihan, atau dikurangi atau yang jumlah
oksidasi menurun. Oleh karena itu reaksi redoks dapat didefinisikan dalam hal
transfer elektron, hidrogen atau oksigen, atau dalam istilah dari perubahan keadaan
Logam Dengan Garam” dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Desember 2018 pada pukul
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia 100 mL, 500 mL,
gelas arloji, botol timbang, labu ukur 100 mL, pipet skala 5 mL, 25 mL, buret 50 mL,
erlenmeyer 100 mL, hot plate, spatula, batang pengaduk, filler, botol semprot, gegep,
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu besi (III) 0,2 M, H2SO4 2,5
mL, ditambahkan 20 mL H2SO4 2,5 M, lalu dititrasi dengan larutan standar KMnO4
yang akan distandarisasi dari buret dan dihitung molaritas larutan standar KMnO4.
Ditimbang 0,2 gram tepat serbuk logam tembaga dengan gelas kimia 100 mL
yang kering, disiapkan gelas beker 500 mL, lalu diisilah dengan 30 mL larutan besi
(III) 0,2 M dan 15 mL larutan asam sulfat 2,5 M. Selanjutnya dimasukkan dengan
hati-hati gelas kimia beserta isinya kedalam gelas beker yang telah berisi larutan besi
(III) dan asam sulfat tersebut. Diusahakn semua serbuk masuk kedalam larutan.
Ditutup gelas beker itu dengan gelas arloji, kemudian dididihkan hingga semua
tembaga karut sempurna. Sekali-kali diaduk agar tidak ada tembaga yang menempel
pada dinding gelas. Setelah reaksi berhenti, diambil gelas kimia dengan
dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu takar 100 mL dan diencerkan sampai
erlenmeyer 100 mL kemudian logam besi (II) yang ada dalam larutan dititrasi
dengan larutan standar KMnO4 0,02 M. Diulangi titrasi ini sebanyak 3 kali. Dihitung
konsentrasi Fe2+ yang dihasilkan dalam reaksi (pada langkah 2) dan dihitung pula
2. Stoikiometri Fe³⁺dan Cu
Fe2+ Fe3+ + e- ×5
[H2C2O4.2H2O] = 0,02 M
0,005 L x 0,02 M
M2 =
0,0063 L
M2 = 0,01587 M
Cu+
Dit: [Fe(II)], perbandingan mol (r) dan = ....?
Cu2+
= 0,000007935 mol
= 5 x 0,000007935 mol
= 0,000039657 mol
= 0,001587 M
Berat Cu 0,2
Mol Cu awal = =
BM Cu 63,5
= 0,003 mol
= 0,013225
Percobaan ini terdiri dari dua perlakuan. Pertama yaitu standarisasi larutan
KMnO4 0,02 M dengan asam oksalat yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi
yang sebenarnya dari KMnO4 sehingga dapat digunakan sebagai larutan baku dalam
penentuan stoikiometri reaksi antara logam dengan garam besi (III) dengan metode
titrasi. Standarisasi adalah suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari
calon larutan baku. Proses ini dilakukan dengan mencampurkan asam oksalat dengan
asam sulfat yang kemudian dititrasi dengan larutan standar KMnO4. Larutan standar
standar tersebut yang akan dimasukkan ke dalam buret dan ditambahkan secara
sulfat yang paling sesuai digunakan, karena tidak bereaksi terhadap permanganat
dalam larutan encer sedangkan asam lain seperti asam klorida kemungkinan
berubah menjadi pink ke ungu-unguan setelah tercapai titik ekivalen dengan volume
sebesar 6,3 mL. Titrasi yang digunakan dalam percobaan ini disebut sebagai titrasi
redoks. Dimana KMnO4 merupakan oksidator kuat dan telah digunakan secara luas.
Larutan ini juga mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator karena memiliki
Mn dapat berada dalam keadaan dengan bilangan oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7,
karena titrasi ini menggunakan oksidator kuat maka disebut sebagai oksidimetri
biloksnya turun dari +7 menjadi +2. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
dilakukan dengan menimbang serbuk tembaga sebanyak 0,2 gram dan dimasukan ke
dalam gelas kimia 100 mL lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL yang
berisi 30 mL larutan garam besi (III) 0,2 M yang ditambahkan dengan 15 mL larutan
dari kuning pekat menjadi kuning pudar. Hal ini terjadi karena besi III mengalami
reaksi reduksi menjadi besi II. Selanjutnya, gelas kimia 500 mL yang berisi gelas
kimia kecil dipanaskan hingga mendidih dan ditutup dengan gelas arloji. Pemanasan
dilakukan agar logam tembaga dapat larut, namun saat dilakukan pemanasan logam
tembaga tidak larut sempurna karena beda potensial tembaga sangat positif sehingga
tembaga sulit larut dan suhu yang digunakan saat pemanasan di bawah suhu 10000 C.
Sesuai hasil reaksi yang terjadi, Cu mengalami oksidasi dari Cu menjadi Cu2+.
Setelah itu, larutan didinginkn dan diencerkan dengan aquades pada labu takar 100
triplo untuk mencari rata-ratanya. Pada proses titrsi ini diperoleh volume KMnO4
yang digunakan yaitu berturut-turut 0,7 mL, 0,3 mL dan 0,5 mL dengan rata-rata
volume yaitu sebesar 0,5 mL. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
(Cu+) dan ion tembaga II (Cu2+). Berdasarkan perhitungan, perbandingan antara Cu+
merupakan aspek ilmu yang menyangkut kesetaraan massa antara zat yang terlibat
dalam reaksi kimia, baik dalam skala molekular maupun dalam skala eksperimental.
Harga r untuk perbandingan mol Fe2+ dengan mol Cu yang terpakai sebesar 0,013225
dan perbandingan antara Cu+ dengan Cu2+ adalah -2,0134. Karena beda potensialnya,
tidak ada yang mendekati nilai r, maka hasil analisa dari pengamatan yang dilakukan
adalah stoikiometri antara logam tembaga dan garam besi III tidak dapat diramalkan
Cahyani, Dyah Maryuli., Ria Azizah TN dan Bambang Yulianto. 2012. Studi
Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Air, Sedimen, dan Kerang
Darah (Anadara granosa) di Perairan Sungai Sayung dan Sungai Gonjol,
Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Journal Of Marine Research 1(2).
Fitriyah, Anita Wardah. 2012. Analisis Kandungan Tembaga (Cu) Dalam Air Dan
Sedimen Di Sungai Surabaya. Jurnal Perairan 1(2).
Irdhawati., Hery S., Putu Y.A. 2017. Penggunaan Elektroda Pasta Karbon
Termodifikasi Zeolit Untuk Analisis Logam Cu Secara Voltametri Pelucutan
Anodik. Jurnal Penelitian Kimia 13(1).
Said, Irwan., Dessy Amalia Lubis dan Suherman. 2014. Akumulasi Timbal (Pb) dan
Tembaga (Cu) Pada Ikan Kuniran (Upeneus Sulphureus) Di Perairan Estuaria
Teluk Palu. J. Akad. Kim 3(2).
Shehu, Gerba. 2015. Two Ideas of Redox Reaction: Misconceptions and Their
Challeges in Chemistry Education. Journal of Research & Method in
Education 5(1).
Supriyantini, Endang dan Hadi Edrawati. 2015. Kandungan Logam Berat Besi (Fe)
Pada Air, Sedimen, Dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Tanjung
Emas Semarang. Jurnal Kelautan Tropis 18(1).
Winarni, Sri., Ade Ismayani., Fitriani. 2013. Kesalahan Konsep Materi Stoikiometri
yang Dialami Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Didaktika. 14(1).