KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN V
“STOIKIOMETRI KOMPLEKS AMMIN-TEMBAGA (II)”
OLEH :
NAMA : NURLIAN
STAMBUK : A1L1 19 011
KELOMPOK : IA (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : AZRIN ABDILLAH
Azrin Abdillah
BAB I
PENDAHULUAN
Sekian banyak fenomena terkait proses kimia yang sering dijumpai di alam
semesta ini, namun kebanyakan masyarakat tidak menyadari akan hal ini. Terlebih
bahwa proses kimia hanya bisa di pahami oleh ahli kimia. Olehnya itu, mendorong
ahli kimia menjadikan fokus perhatian serta kajiannya terhadap reaksi kimia.
Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan perubahan
antar senyawa kimia. Reaksi-reaksi kimia dapat dilihat dari adanya perubahan,
misalnya perubahan warna, perubahan wujud dan yang utama adalah perubahan zat
yang disertai perubahan energi dalam bentuk kalor. Salah satu reaksi kimia yang
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi reduksi oksidasi. Objek
kajian yang begitu penting dari reaksi kimia adalah mempelajari hubungan kuantitatif
berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antar zat yang terlibat dalam
reaksi kimia, baik dalam skala molekular maupun skala eksperimental. Pengetahuan
tentang kesetaraan massa zat antara zat yang bereaksi merupakan dasar penyelesaian
hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol, diperlukan untuk mengkonversi
kesetaraan massa antar zat dari skala molekular ke dalam skala eksperimental dalam
laboratorium. Untuk bisa menentukan massa zat antar zat yang bereaksi dalam
stoicheion, unsur dan metria, ilmu pengukuran). Suatu rumus molekul menyatakan
banyaknya atom yang sebenarnya dalam suatu molekul atau satuan terkecil suatu
telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-tahapan reaksi (mekanisme
reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-beda. Hal ini
penambahan ammonia berlebih kedalam larutan garam Cu 2+. Pelarut yang digunakan
Titrasi adalah salah satu teknik dalam stoikiometri yang merupakan suatu
metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi
ekstrasi cair-cair distribusi senyawa diantara dua fasa zat cair yang berada dalam
keadaan kesetimbangan. Perpindahan senyawa terlarut dari satu fasa ke fasa lainnya
akhirnya mencapai keadaan setimbang pada jumlah senyawa yang terpartisi. Pada
beraksi dengan ion-ion logam dan membentuk kompleks-kompleks netral yang sangat
mudah larut dalam pelarut organik seperti misalnya eter, hidrokarbon, keton dan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan rumus molekul kompleks
ammin-tembaga (II).
tembaga (II) berdasarkan koefisien distribusi amonia dalam pelarut air dan kloroform.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stoikiometri
Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri yang paling baik dikerjakan dengan
menyatakan kuantitas yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila perlu
dikonversi menjadi satu satuan lain. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada
dalam jumlah stoikiometri terkecil. Reaktan ini membatasi jumlah produk yang dapat
dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil sebenanrnya)
mungkin lebih kecil dari pada jumlah maksimum yang mungkin diperoleh (hasil
Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari
oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida murni
berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran, dan larutan
jenuh 50%. Biasanya mempunyai kadar yang mendekati 100% dan dalam bentuk
larutan mempunyai kadar yang lebih bervariasi yaitu 40%, 50%, 72%. NaOH bersifat
lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH
juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air.
Larutan NaOH meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas, selain itu natrium
hidroksida dalam bentuk padatan mempunyai titik 318 oC sedangkan titik didihnya
2.3 Kloroform
Chloroform adalah senyawa yang memilki daya larut dalam pelarut organic
yang di sebut non polar, secara fisika tingkat polaritas ini dapat diketahui dari
gr/mol, titik didihnya 61,20 C, titik lebur -63,50 C, massa jenis 1,49 gr/cm3 (200 oC),
kelarutan dalam air 0,82 gr/l (200oC). sifat kimia kloroform dengan rumus CHCl3
merupakan larutan yang mudah menguap, tidak berwarna, memilki bau yang tajam
dan menusuk, bila terhirup dapat menimbulkan kantuk, dan tidak dapat bereaksi
. Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat ditempa
dan liat. Tembaga dapat melebut pada suhu 1038 oC. Karena potensial elektrodanya
positif (+0,34V) untuk pasangan Cu/Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan
asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut. Kebanyakan
senyawa Cu(I) sangat mudah teroksidasi menjadi Cu(II). Namun oksidasi selanjutnya
menjadi Cu(II). Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang dikenal baik dari sejumlah besar
garam berbagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam air, menambah
perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4.5H2O yang paling dikenal. Senyawa ini
dapat terhidrasi membentuk anhidrat yang benar-benar putih. Penambahan ligan
Asam sulfat (H2SO4) adalah Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia
yang sangat korosif, berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl
termasuk bahan kimia berbahaya atau B3. Asam klorida merupakan larutan gas
hidrogen klorida (HCl) dalam air. Warnanya bervariasi dari tidak berwarna hingga
kuning muda. Perbedaan warna ini tergantung pada kemurniannya. Sifat Fisika Asam
Klorida Parameter yaitu memiliki Nilai Berat molekul, gr/mol 36,5 Densitas, gr/ml
1,19 Titik didih (1 atm) , oC 50,5 Titik lebur (1 atm), oC -25 Tekanan uap pada 20
o
C,kPa. Sementara Uap larutan asam yang sangat pekat dapat menyebabkan iritasi
pada mata, sedangkan kontak secara langsung dapat menyebabkan luka pada mata
dan bisa mengakibatkan kebutaan. Jika kontak dengan kulit akan menyebabkan
Asam oksalat anhidrat (C2H2O4) mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol dan
melting point 187 oC. Sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak berbau, berwarna
putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat
yang dijual di pasaran yang mempunyai rumus bangun C2H4O2.2H2O, dengan berat
molekul 126,07 gr/mol dan melting point 101,5 oC, mengandung 71,42% asam
oksalat anhidrat dan 28,58% air, bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air
bila dipanaskan sampai suhu 100 oC. Kelarutan asam oksalat dalam etanol pada suhu
15,6 oC dan etil eter pada suhu 25 oC adalah 23,7 g/100 g solvent dan 1,5 g/100 g
solvent. Asam oksalat termasuk asam karboksilat bermartabat dua disebut juga asam
etanadioat atau asam dikarboksilat. Asam oksalat bila dipanaskan dengan H2SO4
pekat akan terurai menjadi CO2, CO dan H2O. Asam oksalat dengan KMnO4 dan
H2SO4 encer pada suhu 60o C akan terurai menjadi CO2, H2O, K2SO4 dan MnSO4.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat dan
ligan.Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah.Ion atau molekul
netral yang memiliki atom - atom donor yang dikoordinasikan dengan atom pusat
koordinasi antara ion logam atom pusat dengan suatu ligan.Sintesis senyawa
kompleks melibatkan reaksi antara larutan yang mengandung molekul atau ion
can be changed from azo structure (yellow colour) to quinoid structure (red colour)
as pH value is changed from 4.5 to 3.1. Meanwhile, its maximum absorption peak is
shifted from 463 nm under nearly neutral condition to 507 nm at pH 2.0, which is due
to the delocalization of lone pair electrons on the azo group. The structure change of
methyl orange at different pH also leads to the increase in the peak intensity at their
Metil orange merupakan indikator asam basa (pKA = 3.5) di laboratorium. Ini
dapat diubah dari struktur azo (warna kuning) menjadi struktur quinoid (warna
merah) karena nilai pH berubah dari 4,5 menjadi 3,1. Sementara itu, puncak serapan
maksimumnya bergeser dari 463 nm pada kondisi hampir netral menjadi 507 nm pada
pH 2.0, yang disebabkan oleh delokalisasi elektron pasangan bebas pada gugus azo.
2013).
2.9 Titrasi
titration, which results in increased costs of chemicals and large amounts of waste
that need to be disposed of. Therefore, microscope laboratory experiments have been
developed to reduce the chemicals used in experiments and, subsequently, replace the
yang tidak diketahui.Mengetahui volume larutan standar dan larutan yang tidak
diketahui yang terlibat dalam reaksi memungkinkan penentuan konsentrasi yang tidak
diketahui.Saat ini sejumlah besar bahan kimia digunakan dalam percobaan kimia,
yaitu titrasi, yang mengakibatkan kenaikan biaya bahan kimia dan sejumlah besar
limbah yang perlu dibuang. Oleh karena itu, percobaan laboratorium mikroskop telah
dkk., 2010).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara dua
fasa cair yang tidak saling bercampur.Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik maupun zat
anorganik.Cara ini dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Melalui
proses ekstraksi, ion logam dalam pelarut air ditarik keluar dengan suatu pelarut
organik (fasa organik). Secara umum, ekstraksi ialah proses penarikan suatu zat
terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat
bercampur dengan air (fasa air). Tujuan ekstraksi ialah memisahkan suatu komponen
METODE PRAKTIKUM
(II)” dilaksanakan pada hari Senin 25 November 2021 pukul 13.30 WITA- Selesai
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu 2 buah gelas kimia 100 mL,
corong pisah 250 mL, pipet ukur 25 mL dan 10 mL, buret 50 mL, corong kaca, 3
buah erlenmeyer 100 mL, spatula, batang pengaduk, gelas ukur 5 mL filler, botol
metil orange, larutan asam klorida standar 0,055 M, larutan asam oksalat 1 M,
tembaga (II) sulfat, indikator fenoftalin, larutan natrium hidroksida 0,1 M dan
aquades.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan NH3 1 M, larutan Cu2+
0,1 M, larutan HCl 0,055 M, larutan NaOH 0,1 M, aquades, kloroform, larutan asam
kedua Kemudian dihitung koefisien distribusi amonia. Dicatat volume HCl yang
ammonia.
kloroform kedalam corong tersebut dan dikocok selama 5 menit. Didiamkan beberapa
tetes indikatur MO. Kemudian dititrasi secara perlahan dengan larutan HCl 0,055 M.
Diulangi titrasi untuk 10 mL kedua. Dicatat volume HCl yang terpakai dan diamati
perubahan warnanya. Kemudian, dihitung jumlah amonia yang ada dalam air dan
4.3 Pembahasan
didalam dua fasa yaitu fasa organik dan fasa air. Pada tahap ini, sejumlah tertentu
zat/senyawa tertentu dalam sampel berdasarkan kelarutan dalam pelarut tertentu yang
memiliki perbedaan fase. Dimana didalam kedua larutan ini ditambahkan zat terlarut
(amonia) yang akan terdistibusi kedalam dua jenis pelarut ini. Berdasarkan data
pengamatan, larutan terbentuk menjadi dua lapisan. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan sifat dimana air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat non polar.
Lapisan atas merupakan NH3-air sedangkan pada lapisan bawah adalah NH3-
sehingga antara air dan kloroform terbentuk dua lapisan yang tidak saling bercampur,
tetapi dengan sifat dari ammonia yang semipolar maka akan terdistribusi kedalam dua
warna dari lapisan air tampak bening. Ketika larutannya homogen fasa kloroformnya
indikator metil orange (MO) sebanyak 2 tetes sehingga larutan berwarna orange
merah dengan larutan standar HCl 0,055 M didapatkan volume titrasi pertama sampai
dimaksudkan agar menjadi penanda pada saat terjadi titik akhir titrasi atau analit
berubah menjadi warna merah. Selain itu metil orange digunakan karena pada proses
titrasi digunakan larutan HCl dimana larutan HCl bersifat asam. Dimana indikator
metil orange juga berada pada suasana asam karena trayek pH indikator metil orange
yaitu 3,1 – 4,4. Berdasarkan percobaan titrasi dilakukan sebanyak dua kali
pengulangan sementara berdasarkan teori titrasi harus dilakukan secara triplo untuk
mendapatkan keakuratan dan presisi nilai akhir yang diperoleh. Hal dilakukan karena
larutan kloroform sisa yang tidak terpakai dalam proses titrasi tidak mencukupi untuk
dititrasi mungkin salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu pada proses
untuk menghomogenkan larutan sebagian tumpah dari corong pisah. Dari perlakuan
tersebut maka dapat diperoleh konsentrasi NH3 dalam kloroform dan konsentrasi
NH3 dalam air. Setelah diketahui konsentrasi NH3 dalam kloroform dan NH3 dalam
air maka dapat ditentukan nilai koefisien distribusi NH3 yaitu dengan perbandingan
konsentrasi NH3 dalam kloroform dan konsentrasi NH3 dalam air Dengan demikian
0,0 1253 M
tetraklorida, setelah itu terbentuk 2 lapisan yang berwarna bening dan biru. Larutan
amonia dalam tetra klorida yang terletak pada bagian bawah corong pisah diambil
indikator metil orange (MO) 2 tetes, adanya perbedaan massa jenis menyebabkan
kedua pelarut tidak saling bercampur dimana massa jenis yang lebih berat akan
berada diatas dan massa jenis yang lebih ringan akan berada pada posisi atas dalam
percobaan ini larutan larutan ion Cu 2+ 0,1 M berada diatas dan ammonia brerada pada
posisi bawah. Selanjutnya ditirasi dengan larutan HCl, volume titrasinya berturut-
penanda pada saat terjadi titik akhir titrasi atau analit berubah menjadi warna merah. .
[Cu(NH3)2]2+
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Koefisien distribusi dan rumus kompleks
5.2 Saran
Saran yang dapar saya ajukan dalam percobaaan ini sebaiknya praktikan
melakukan praktikum dengan hati-hati dan cermat terutama saat melakukan titrasi
dimana praktikan harus cermat melihat titik akhir titrasi sehingga mampu
Atikah. 2017. Pengaruh Okaidator dan Waktu terhadap Yield Asam Oksalat dari
Kulit Pisang dengan Proses Oksidasi Karbohidrat. Jurnal Redoks. 2(1).
Chang, R. 2001. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Erlangga :
Jakarta.
Lestari, I., Afrida dan Aulia, S. 2014. Sintensis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks
Logam Kadmium (II) dengan Ligan Kufperon.Jurnal Penelitian Universitas
Jambi Seri Sains.16(1).
Rusmawan, C. A., Onggo, D., dan Irma Mulyani, I. 2011. Analisis Kolorimetri Kadar
Besi(III) dalam Sampel Air Sumur dengan Metoda Pencitraan Digital.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011
(SNIPS 2011). ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x.
Yurida, M., Afriani, E., Arita, S. R. 2013. Pengaruh Kandungan CaO dari Jenis
Adsorben Semen terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia. 2(19).
LAMPIRAN
10 mL NH3 + 10 mL aquades
10 mL NH3 + 10 mL aquades
+ 25 mL kloroform
- Didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan
- Dipisahkan kedua lapisan
[ N H 3 ]kloroform
Kd =
[ N H 3 ]air
1.2 Penentuan Rumus Kompleks Ammin-Tembaga (II)
10 mL NH3 + 10 mL aquades +
10 mL Cu2+
[Cu(NH3)18]2+.
2. Analisis Data
[HCl]baku = 0,055 M
Ditanyakan : Kd Amonia ?
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V 1× M 1
M2 =
V2
2 ,25 × 0,055
=
10
M2 = 0,012375 M
[NH3]kloroform = 0,012375 M
[NH3]air = (1 - 0,012375) M
= 0,987625 M
[ N H 3 ]kloroform
Kd =
[ N H 3 ]air
0,012375 M
=
0,987625 M
= 0,01253
[HCl]baku = 0,055 M
Penyelesaian :
V1 x M1 = V2 x M2
V 1× M 1
M2 =
V2
2× 0,055
=
10
M2 = 0,011 M
[NH3]kloroform = 0,011 M
[NH3]air = (1 – 0,011) M
= 0,989 M
[Cu– NH3] =
mol Cu
=[NH3]awal – [NH3]kloroform + [NH3]air
mol Cu−N H 3
= (1 – 0,011) M + 0,989
= 1,978
1 , 978
Mol Cu = =2
0 , 9 89