Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN IV
STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM

OLEH

NAMA : GUSWA
STAMBUK : A1L1 19 075
JURUSAN/PRODI : PENDIDIKAN KIMIA
KELOMPOK : IV
ASISTEN : MARDIN

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing

Praktikum Kimia Anorganik percobaan IV dengan judul “Stoikiometri Reaksi

Logam dengan Garam” yang dilaksanakan pada :

Hari, tanggal : Senin, 28 November 2021

Waktu : 13.30 WITA- selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Unversitas Halu Oleo, Kendari.

Kendari, November 2021


Menyetujui,
Asisten Pembimbing

MARDIN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan kimia disebut reaksi kimia, digambarkan dengan persamaan

kimia dimana zat yang mengalami perubahan yakni reaktan ditulis pada sisi kiri

dan zat yang terbentuk atau produk ditulis pada sisi kanan dari tanda panah.

Perubahan yang terjadi dalam kimia erat kaitannya dengan stoikiometri, yang

merupakan istilah untuk menunjukkan seluruh aspek hitungan (kuantitatif) dari

ilmu kimia baik komposisi maupun reaksi kimia. Menurut Chang (2005)

stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam

reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan

kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila

perlu dikonversi menjadi satuan lain.

Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan

persamaan-persamaan berimbang dirujuk sebagai stoikiometri. Suatu rumus

molekul yang menyatakan banyaknya atom sebenarnya dalam suatu molekul atau

satuan terkecil suatu senyawa. Pengetahuan kesetaraan massa antara zat yang

bereakasi merupakan dasar penyelesaian hitungan yang melibatkan reaksi kimia.

Konsep mol diperlukan untuk mengkonversikan kesetaraan massa antara zat dari

skala molekuler ke skala eksperimental dalam laboratorium. Sebagai contoh dapat

ditemukan dengan mengetahui stoikiometri reaksi dalam proses analisa volumetri,

data hasil titrasi dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi suatu senyawa
yang terlibat dalam proses itu. Senyawa yang terlibat dalam praktikum kali ini

yakni antara logam Cu dengan garam Fe (III).

Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan

digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban

manusia. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria

yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang

dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme

hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek

khusus pada mahluk hidup. Tidak semua logam berat dapat mengakibatkan

keracunan pada mahluk hidup, besi merupakan logam yang dibutuhkan dalam

pembentukan pigmen darah dan zink merupakan kofaktor untuk aktifitas enzim.

Keberadaan logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari

proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta

dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia

terutama hasil limbah industri.

Besi merupakan kebutuhan pasti bagi semua makhluk hidup, termasuk

manusia dan sebagian besar spesies bakteri. Semua tumbuhan dan hewan

menggunakan besi, dan ini dapat ditemukan pada berbagai macam sumber

makanan. Penggunaan industri dari Fe dan senyawanya sangat banyak. Fe

berperan besar pada proses pembuatan baja. Beberapa bentuk oksida Fe

digunakan sebagai pigmen pada cat, senyawa penggosok, tinta magnetik dan

pelapis untuk pita magnetik. Garam terlarutnya dapat digunakan sebagai katalis,

pigmen, pupuk, desinfektan, dan lain-lain. Dalam larutan, besi berupa dalam
bentuk ion divalen atau trivalen. Biasanya, Fe akan lebih mudah membentuk

senyawa dalam bentuk F e 3+ dibandingkan F e 2+ serta dapat membentuk kompleks

yang stabil dengan senyawa tertentu (Wang dan Sugiarso, 2015). Berdasarkan

uraian tersebut, maka dilakukan percobaan mengenai stoikiometri reaksi logam

Cu dengan garam Fe (III).

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini yakni mempelajari stoikiometri reaksi antara

logam tembaga dengan larutan besi (III) dan meramalkan komposisi ion tembaga

yang dihasilkan.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum ini adalah dapat mempelajari stoikiometri reaksi

antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dan mampu meramalkan

komposisi ion tembaga yang dihasilkan berdasarkan harga perbandingan jumlah

mol antara ion Fe yang bereaksi dengan logam tembaga yang terpakai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stoikiometri

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata stoicheion yang

berarti unsur dan metron yang berarti mengukur. Berdasarkan arti kata tersebut

maka stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan

kuantitatif (jumlah) dari reaktan dan produk dalam suatu reaksi kimia atau

persamaan kimia. Stoikiometri di dalam ilmu kimia merupakan istilah untuk

menunjukkan seluruh aspek hitungan (kuantitatif) dari ilmu kimia baik komposisi

maupun reaksi kimia. Semua perhitungan dalam ilmu kimia menggunakan konsep

stoikiometri maka dipelukan untuk mempermudah pemahaman dalam

mempelajari ilmu kimia (Sulakhudin, 2019).

Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan

kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian bila

perlu dikonversi menjadi satuan lain. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang ada

dalam jumlah stoikiometri terkecil. Reaktan ini membatasi jumlah produk yang

dapat dibentuk. Jumlah produk yang dihasilkan dalam suatu reaksi (hasil

sebenarnya) mungkin lebih kecil daripada jumlah maksimum yang mungkin

diperoleh (hasil teoretis). Perbandingan keduanya dinyatakan sebagai persen hasil

(Chang, 2005).

2.2 Asam Oksalat ( H2 C2 O4 .2 H2 O)

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H₂C₂O₄

dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam oksalat merupakan jenis asam
organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Banyak ion

logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik

adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang

sering ditemukan. Asam oksalat tersedia dalam bentuk kristal. Senyawa asam

oksalat dapat digunakan sebagai bahan peledak, pembuatan zat warna, rayon,

untuk keperluan analisa laboratorium. Pada industri logam, asam oksalat dipakai

sebagai bahan pelapis yang melindungi logam dari korosif dan pembersih untuk

radiator otomotif, metal dan peralatan, untuk industri lilin, tinta, bahan kimia

dalam fotografi, dibidang obatobatan dapat dipakai sebagai haemostatik dan

antiseptik luar (Afriandi, dkk., 2015).

Asam oksalat disintesa pertama kali pada tahun 1776 oleh Schleete

dengan metode oksidasi gula dengan asam nitrat. Sintesa asam oksalat secara

komersil dilakukan dengan empat macam teknologi diantaranya peleburan alkali

dari selulosa, oksidasi asam nitrat terhadap karbohidrat seperti glukosa, zat tepung

atau selulosa dengan katalis vanadium pentaoksida, fermentasi larutan gula

dengan jamur dan sintesa dari sodium format. Asam oksalat terdistribusi secara

luas dalam bentuk garam potasium dan kalsium yang terdapat pada daun, akar dan

rhizoma dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada urine

manusia dan hewan dalam bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa

terbesar dalam ginjal. Kelarutan asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6 ℃ dan

etil eter pada suhu 25 ℃ adalah 23,7 g/100g solvent dan 1,5 g/100 g solvent.

Makanan yang banyak mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry,

kacang, bayam (Atikah, 2017).


2.3 Feri Klorida (FeCl 3 )

. Feri Klorida atau Besi (III) Klorida memiliki rumus kimia FeCl 3

adalah senyawa kimia yang dibuat dari beberapa unsur kimia yang disatukan.

Ferri klorida dapat mengikis bahan zat padat yang mengandung zat besi yang

murni yang terdapat didalam beberapa zat padat yang ada seperti aluminiun,

tembaga, timah dan besi, meskipun diantaraya ada beberapa zat padat yang hanya

menggunkan sedikit unsur besi. Umumnya ferri klorida digunakan dalam

pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik industri

maupun di laboraturium. Feri klorida apabila dilarutkan kedalam air mengalami

hirolisis yang merupakan reaksi eksotermis dengan menghasilkan panas (Nengsih,

2021).

2.4 Asam Sulfat (H2 SO 4 )

Asam sulfat adalah asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut

dalam air pada semua perbandingan, yang merupakan salah satu produk utama

industri kimia yang memiliki banyak kegunaan dalam berbagai proses yaitu

pelarut, pereaksi, suasana asam, pengawetan, dan lain-lain. Ciri-ciri asam sulfat

antara lain cair, bening, tidak berbau. Karena asam sulfat memiliki bentuk cair

maka asam sulfat sering digunakan untuk pengawetan kayu secara rendaman,

karena asam sulfat larut dalam air (Listyorini, dkk., 2018).

2.5 Kalium Permanganat (KMn O4 )

Kalium permanganat banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi

selama lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak
mahal, dan tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat

encer. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas

pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini

dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganate

bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi, namun beberapa substansi

membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat

reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan

lambat akan, lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan

dari reagen ini (Day dan Underwood, 2002).

2.6 Logam Tembaga (Cu)

Tembaga adalah logam yang ditemukan sebagai unsur atau berasosiasi

dengan tembaga dan perak.Tembaga ini terdapat dalam jumlah yang relatif besar

dan ditemukan selama pemisahan dari bijihnya (coal) pada elektrolisis dan

pemurnian tembaga. Berbagai jenis logam pada tailing dalam bentuk mineral yaitu

Cu,As, Pb, Zn, Fe, Hg. Unsur ini merupakan salah satu hasil sampingan dari

proses pengolahan bijih logam non-besi terutama emas, yang mempunyai sifat

sangat beracun dengan dampak merusak lingkungan (Nuriadi, dkk., 2013).

Cu merupakan elemen mikro yang sangat dibutuhkan oleh organisme,

baik darat maupun perairan, namun dalam jumlah yang sedikit. Keberadaan

Cu di suatu perairan umum dapat berasal dari daerah industri yang berada di

sekitar perairan tersebut. Logam ini akan terserap oleh biota perairan secara

berkelanjutan apabila keberadaannya dalam perairan selalu tersedia. Terlebih


lagi bagi biota perairan dengan mobilitas yang rendah seperti kerang (Cahyani,

dkk., 2015).

2.7 Analisis Volumetri

Volumetri adalah metode analisis kuantitatif berdasarkan pengukuran

volume larutan. Salah satu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi asam

basa dalam suatu larutan dapat menggunakan metode volumetri dengan teknik

titrasi asam basa. Titrasi asam basa adalah teknik analisis untuk menentukan

konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi pada titrasi asam basa

adalah reaksi antara asam dan basa atau reaksi netralisasi. Jika zat yang ditentukan

konsentrasinya adalah larutan asam dengan menggunakan larutan standar basa

disebut alkalimetri. Sebaliknya, jika zat yang ditentukan konsentrasinya adalah

larutan basa dengan menggunakan larutan asam disebut asidimetri. Reaksi terjadi

ketika kedua larutan bercampur. Reaksi akan sempurna pada saat titik ekivalen,

yaitu saat jumlah mol reaktan yang beraksi sesuai perbandingan koefisien

reaksinya . penambahan larutan standar dihentikan ketika reaksi telah sempurna.

Penghentian ini dilakukan pada titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai

dengan perubahan warna larutan. Jika larutan yang direaksikan tidak

menimbulkan perubahan warna maka digunakan indikator (Syarifudin, dkk.,

2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Anorganik dengan judul “Stoikiometri Reaksi

Logam dengan Garam” dilaksanakan pada Senin, 28 November 2021 pukul

13.30 WITA-selesai, bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2 Alat dan Bahan Percobaan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah labu takar 250

mL, erlenmeyer 250 mL, gelas beker 250 mL, gelas beker 500 mL, buret, klem

dan statif, pipet ukur 25 mL, pipet tetes, cawan petri, gelas arloji, spatula, batang

pengaduk dan gegep.

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat,

FeCl 3, H 2 SO4 , KMn O 4 dan serbuk tembaga.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1. Standarisasi Larutan 0,02 M KMn O 4

Dimasukkan masing-masing 5 mL asam oksalat H2 C2 O4 .2 H2 O pada 3

erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan 15 mL H 2 SO4 2,5 M pada 3 erlenmeyer


yang telah diisi dengan asam oksalat tadi. Kemudian dimasukkan larutan standar

KMn O4 pada buret yang selanjutnya dilakukan standarisasi. Mengulang titrasi ini

sebanyak tiga kali dan dihitung molaritas rata-rata larutan standar KMn O4 .

3.3.2. Stoikiometri Reaksi Logam Cu dengan Garam Fe (III)

Ditimbang 0,2178 gram serbuk logam tembaga dengan menggunakan

cawan petri. Disiapkan 2 gelas beker 500 mL dan 250 mL, pada gelas beker 500

mL diisi dengan 30 mL larutan besi (FeCl 3 ¿ 0,2 M, lalu ditambahkan H2 SO4 15

mL. Sedangkan pada gelas beker 250 mL diisi dengan serbuk logam tembaga.

Kemudian gelas beker yang berisi serbuk tembaga tersebut dimasukkan ke dalam

gelas beker 500 mL yang selanjutnya ditutup menggunakan gelas arloji lalu

dipanaskan hingga tembaga larut sempurna. Namun, pada percobaan yang

dilakukan, serbuk tembaga tidak larut dan terjadi kegagalan pada proses tersebut

sehingga prosedur atau langkah selanjutnya tidak diteruskan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Tabel 1. Standarisasi Larutan 0,02 M KMnO4


No Perlakuan Hasil
.
5 mL asam oksalat H2C2O4.2H2O + 15 mL Larutan Bening
1. H2SO4 2,5 M, masing-masing dimasukkan
kedalam 3 buah erlemeyer.
5 mL asam oksalat H2C2O4.2H2O + 15 mL Ungu kemerahan,
2. H2SO4 2,5 M, dimasukkan kedalam erlemeyer KMnO4 yang terpakai =
1 dan dititrasi dengan KMnO4. 1,6 mL
5 mL asam oksalat H2C2O4.2H2O + 15 mL Merah muda, KMnO4
3. H2SO4 2,5 M dimasukkan kedalam erlemeyer yang terpakai = 0,8 mL
2, dan dititrasi dengan KMnO4.
5 mL asam oksalat H2C2O4.2H2O + 15 mL Merah muda, KMnO4
4. H2SO4 2,5 M dimasukkan kedalam erlemeyer yang terpakai = 1,8 mL
3, dan dititrasi dengan KMnO4.

Tabel 2. Stoikiometri Larutan Logam Cu dengan Garam Fe (III)


No Perlakuan Hasil
.
Serbuk tembaga ditimbang 0,2173 gram Serbuk tembaga berwarna
1.
dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL. cokelat atau merah bata.
30 mL larutan FeCl3 0,2 M + H2SO4 15 mL Larutan berwarna Hijau
2.
kedalam gelas beker 500 mL kekuningan.
Gelas beker 250 mL yang berisi serbuk Uap masuk kedalam gelas
tembaga dimasukkan kedalam gelas beker 500 beker yang berisi serbuk
3.
mL. Dididihkan hingga semua tembaga tembaga, serbuk tembaga
bereaksi. tidak bereaksi sempurna.

4.2 Pembahasan

Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas suatu zat

dalamreaksi kimia. Zat-zat tersebut meliputi massa, jumlah mol, volume, dan

jumlah partikel. Selain itu, stoikiometri juga diartikan sebagai perhitungan kimia

yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Pada
percobaan ini membahas mengenai stoikiometri reaksi antar logam dengan garam

besi (III). Logam yang digunakan yakni logam Cu. Logam Cu adalah logam yang

berwarna merah muda yang lunak, dapat ditempah dan liat. Sama halnya juga

dengan besi yang berasal dari golongan logam berwarna putih perak. Besi

membentuk dua deret garam yang paling penting yaitu besi (II) dan besi (III).

Garam besi (II) terbentuk dari besi (II) oksida FeO. Garam ini mengandung kation

F e 2+ dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi (III) diturunkan dari oksida

besi (III) F e 2 O3. Garam ini lebih stabil dari garam besi (II). Dalam larutannya

mengandung kation F e 3+, warnanya menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi

mengubah ion besi (III) menjadi ion besi (II).

Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yakni melakukan

standarisasi dengan larutan KMn O4 , dimana KMn O4 sebagai titran dan asam

oksalat sebagai titrat yang telah diisi pada 3 erlenmeyer yang berbeda yang

dicampur dengan asam sulfat. Metode yang digunakan yakni analisis volumetri

yang meerupakan metoda analisis kimia kuantitatif dimana untuk menentukan

banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dilakukan dengan mengukur

banyaknya volume larutan standar yang bereaksi secara kuantitatif dengan zat

yang akan ditentukan tersebut. Volumetri dibedakan menjadi tiga, yaitu titrasi

netralisasi, titrasi pengendapan dan pembentukan senyawa kompleks dan titrasi

oksidasi-reduksi. Proses penambahan larutan standar ini sampai terjadi reaksi

sempurna disebut proses titrasi, dan saat dimana reaksi sempurna tercapai disebut

saat ekuivalen, saat stoikiometri atau saat akhir teoritis. Saat ekuivalen ini dapat

diketahui karena terjadinya suatu perubahan dalam larutan yang dapat disebabkan
oleh larutan standarnya sendiri maupun pengaruh oleh larutan indikator yang

ditambahkan.

Dari standarisasi yang telah dilakukan, volume KMn O4 yang terpakai

pada titrasi 1 adalah 1,6 mL dengan warna awal bening menjadi ungu kemerahan.

Sedangkan pada titrasi 2 volume KMn O 4 yang terpakai adalah 0,8 mL dan

perubahan warna terjadi dari bening menjadi merah muda. Pada titrasi 3 volume

KMn O4 yang terpakai adalah 1,8 mL dengan warna awal bening menjadi warna

merah muda. Berdasarkan proses netralisasi dari 3 pengujian yang telah dilakukan

didapatkan titrasi 1 lebih banyak menggunakan volume KMn O 4 saat standarisasi

berlangsung. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya ketelitian praktikan

saat melakukan titrasi.

Selanjutnya stoikiometri reaksi logam Cu dengan garam besi (III). Dari

hasil reaksi yang terjadi logam Cu yang ada pada gelas beker kecil tidak bereaksi

sempurna atau tidak larut dari pemanasan yang dilakukan dengan uap yang keluar

dari gelas beker yang berisi larutan FeCl 3 + H 2 SO4 . Karena percobaan yang

dilakukan tidak berjalan sesuai hasil yang diinginkan, maka praktikum dihentikan

dan tidak dilanjutkan dengan langkah berikutnya. Hasil yang didapatkan tidak

sesuai, kemungkinan terjadi karena bahan yang digunakan telah mengalami expire

sehingga tidak dapat larut sempurna. Selain itu, ketelitian dari praktikan dalam

melakukan percobaan yang mungkin tidak sesuai dengan dengan prosedur kerja

yang ada.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini, maka dapat disimpulkan bahwa pada

proses standarisasi larutan KMn O4 diperoleh larutan KMn O4 yang digunakan

untuk mentitrasi larutan asam oksalat dengan H2 SO4 secara berturut-turut yaitu

1,6 mL, 0,8 mL dan 1,8 mL dan berdasarkan perhitungan pada analisis data

diperoleh V rata-rata yakni 4,2 mL, sehingga diperoleh konsentrasi KMn O4 pada

analisis data yaitu 0,476 M. pada percobaan stoikiometri larutan logam Cu

dengan Fe (III) yang kami lakukan dapat dikatakan gagal karena mungkin terdapat

kesalahan pada saat praktikum berlangsung.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yakni untuk

praktikan kiranya lebih teliti dalam mengukur larutan yang dijadikan sebagai

bahan dalam praktikum untuk meminimalisir terjadinya kesalahan atau

ketidaksesuaian pada hasil yang didapatkan dalam percobaan yang telah

dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Afriandi., Akbar, F., dan Amri, I. 2015. Studi Kajian Pembuatan Asam Oksalat
dengan Variasi Kecepatan Pengadukan dan Lama Waktu Pengadukan
dari Bahan Dasar Ampas Tebu. Jom FTEKNIK. 3(1).

Atikah. 2017. Pengaruh Oksidator dan Waktu Terhadap Yield Asam Oksalat dari
Kulit Pisang dengan Proses Oksidasi Karbohidrat. Jurnal Redoks. 2(1).

Cahyani, M. D., Azizah. R., dan Yulianto, B. 2015. Studi Kandungan Logam
Berat Tembaga (Cu) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara
granosa) di Perairan Sungai Sayung dan Sungai Gonjol, Kecamatan
Sayung, Kabupaten Demak. Journal Of Marine Research. 1(2).

Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.

Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Listyorini, R., Murtiono, E. S., dan Agustin R, S. 2018. Pengaruh Konsentrasi


Asam Sulfat dan Lama Perendaman Terhadap Kuat Lentur Kayu Kelapa
Implementasi pada Mata Kuliah Ilmu Bahan Bangunan. IJCEE. 4(1).

Nengsih, S. 2021. Perbandingan Kedalaman Pengikisan Logam Dalam Larutan


Feri Klorida. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. 5(1).

Nuriadi., Napitupulu, M dan Rahman, N. 2013. Analisis Logam Tembaga (Cu)


pada Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya. Jurnal
Akademika Kimia. 2(2).

Sulakhudin. 2019. Kimia Dasar: Konsep dan Aplikasinya dalam Ilmu Tanah.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Syarifudin, A., Fajaryanti, N., dan Dewi, M. 2016. Analisis Kandungan Asam
Laktat pada Susu Formula Merek X Secara Volumetri. Jurnal
Farmasetis. 5(2).

Wang, S., dan Sugiarso, R. D. 2015. Studi Gangguan C u2+¿ ¿ pada Analisa Besi
(III) dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin pada pH 3,5 secara
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Sains dan Seni ITS. 4(2).
LAMPIRAN

1. Prosedur Kerja

1.1 Standarisasi Larutan KMnO4 0,02 M

Larutan Asam Oksalat


- Diambil 5 mL larutan asam oksalat
- Disimpan dalam Erlenmeyer 250
mL
- Ditambahkan 15 mL H2SO4 2,5 M

Larutan Campuran
- Dititrasi dengan standar KMnO4
- Diulangi titrasi sbanyak 3 kali
- Dihitung molaritas rata – rata
larutan standar KMnO4

0,476 M
1.2 Stoikiometri Reaksi Logam dan Garam

0,2173 gram serbuk tembaga

- Dimasukkan dalam gelas beker


250 gram

Tembaga di dalam gelas kimia


- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
500 mL yang berisi 30 mL larutan
FeCl3 dan 15 mL asam sulfat 2,5
mL
- Ditutup dengan gelas arloji
- Dipanaskan sampai semua
tembaga larut

Logam tembaga tidak larut


2. Analisis data

2.1 Standarisasi Larutan 0,02 M KMnO4

2.1.1Reasi Redoks yang terjadi :

MnO4- + 8H+ 5e- → Mn2+ 4H2O X2


C2O4 → 2CO2 + 2e- X5

2MnO4- + 16H + 5C2O42- → 2Mn2+ 8H2O 10CO2

2.1.2 Mencari Mol C2O42-

Diketahui : Massa H2C2O4.2H2O = 0,63 gram

Mr H2C2O4.2H2O = 126 gram/mol

Ditanya : Mol C2O42-

Jawab:

Massa 0,63 gram


Mol C2O42- = = = 0,005 mol
Mr 126 gram/mol

2.1.3 Menghitung Volume Rata-Rata

Diketahui : V1 = 1,6 mL

V2 = 0,8 mL

V3 = 1,8 mL

Ditanya : V Rata-rata..?

Jawab :

V 1+V 2+V 3
V rata-rata =
3

1,6+0,8+1,8
=
3

= 4,2 mL

2.1.4 Menghitung Mol MnO4


Diketahui : Mol C2O42- = 0,005 mol = 5 x 10-3

Ditanya : Mol MnO4-…?

Jawab :

Persamaan reaksi : 2MnO4- + C2O42- + 6H → 2Mn2+ + 8H2O + 10CO2

MnO 42−¿
Mol MnO4 -
= koefisien ¿ x mol
koefisienC 2 O 4 2−¿ ¿

2
= x 5.10-3
5
\
= 2 x 10-3 mol

2.1.5 Menghitung konsentrasi rata-rata KMnO4

Diketahui : mol MnO4- = 2 x 10-3 mol

V rata-rata = 4,2 mL = 5,8 × 10-3 L

Ditanya : M rata-rata = …?

Jawab :

MnO 4−¿
M rata-rata = mol ¿
V rata−rata

2 x 10−3 mol
=
4.2 mL

= 0, 476 M

Anda mungkin juga menyukai